Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
No Dokumen
Berlaku Sejak
Revisi
Halaman
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
-
PROPOSAL
PRAKTIKUM TEKNIK KULTUR JARINGAN TUMBUHAN
PEMBUATAN MEDIUM MURASHIGE & SKOOG (MS, 1962)
Nama
NIM
: 11/316729/BI/08770
Gol
: C (Kamis/12.50-14.50)
Asisten
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
BAB I
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
No Dokumen
Berlaku Sejak
Revisi
Halaman
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
-
PENDAHULUAN
PEMBUATAN MEDIUM MURASHIGE & SKOOG (MS, 1962)
A. Latar Belakang
Kultur jaringan merupakan teknik menumbuhkembangkan bagian
tanaman, baik berupa sel, jaringan atau organ dalam kondisi aseptik secara
in vitro yang dicirikan oleh kondisi kultur yang aseptik, penggunaan
medium kultur buatan dengan kandungan nutrien lengkap dan zat pengatur
tumbuh, serta kondisi ruang kultur yang suhu dan pencahayaannya
terkontrol (Rahardja 1989). Bagian tanaman yang akan dikulturkan disebut
eksplan. Jadi eksplan dapat berupa mata tunas, anthera, batang, daun dan
akar yang masih muda dan terdiri dari sel-sel meristematis, yang mana selselnya masih aktif membelah-belah dan apabila dikulturkan pada medium
tumbuh yang sesuai secara in vitro, maka eksplan tersebut akan tumbuh
dan berkembang biak menjadi banyak (Nugroho dan Sugito, 2004).
Dilihat dari pengertian di atas, konsep kultur jaringan adalah
memanfaatkan kemampuan sel tumbuhan untuk totipotensi. Namun, untuk
proses inisiasi tumbuh dari mulai sel, jaringan, atau hanya suatu bagian
organ tertentu, setiap tumbuhan akan membutuhkan nutrien yang berbeda
dari kondisi tumbuh ketika masih dalam kondisi tumbuhan utuh atau biji.
Nutrien untuk tumbuh dalam melakukan kultur jaringan didapatkan dari
medium buatan dengan kadar nutrien yang telah disesuaikan. Medium
buatan dasar yang paling banyak digunakan adalah Medium Murashige &
Skoog, 1962. Medium ini adalah medium dasar dengan komposisi unsur,
nutrien, garam, dan ion paling lengkap dibandingkan medium dasar yang
lain. Selain itu, sumber N pada medium ini ada dalam 2 bentuk yaitu
amonium dan nitrat sehingga dapat diserap oleh berbagai jenis tumbuhan
dalam rentang pH yang luas. Medium lain seperti WPM, Gamborg, White,
dan lain-lain sebenarnya adalah modifikasi dari medium Muroshige &
Skoog yang telah disesuaikan dengan kebutuhan khusus untuk kelompok
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
No Dokumen
Berlaku Sejak
Revisi
Halaman
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
-
tumbuhan tertentu. Jadi pada dasarnya hampir semua medium untuk kultur
jaringan tumbuhan adalah pengembangan dari Muroshige & Skoog.
Bagi orang yang sedang mempelajari kultur jaringan tumbuhan,
mengetahui medium yang tepat bagi eksplan yang akan ditumbuhkan
adalah hal yang krusial karena medium adalah salah satu penentu utama
keberhasilan pertumbuhan eksplan. Terutama medium Muroshige &
Skoog, 1962 yang merupakan dasar dari hampir semua medium. Eksplan
yang belum diketahui kebutuhan khusus untuk mediumnya, biasanya
diawal kebanyakan akan ditumbuhan dalam medium ini. Karena itulah
pada percobaan kali ini, akan dipelajari cara membuat medium Muroshige
& Skoog dengan proses yang aseptis.
B. Permasalahan Ilmiah
Dalam melakukan kultur jaringan, seseorang harus mampu
menentukan medium yang tepat bagi eksplan yang akan ditumbuhkan.
Namun apabila belum diketahui kebutuhan khusus eksplan tersebut,
biasanya akan digunakan medium Muroshige & Skoog (MS). Oleh karena
itu, peneliti ataupun praktisi yang bekerja dengan kultur jaringan harus
mengetahi cara pembuatan medium ini. Dari pernyataan tersebut, maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut ;
1. Bagaimanakah cara pembuatan medium MS yang benar secara aseptis
dan bebas kontaminan?
2. Apa saja yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan medium MS?
C. Tujuan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk meningkatkan
pemahaman dalam melakukan pembuatan medium Murashige & Skoog
(MS) secara tepat dan aseptis. Selain itu juga untuk mempelajari faktorfaktor yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan medium MS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
No Dokumen
Berlaku Sejak
Revisi
Halaman
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
-
(Isi tinjauan pustaka adalah pengertian dan fungsi medium dalam kultur in vitro
serta macam2 medium, kemudian mengerucut ke medium MS, sejarah dan
komponen penyusun juga fungsinya, setelah itu mengarah pada modifikasi yang
mungkin dilakukan terhadap medium MS sesuai dengan kebutuhan, contoh: MS +
ZPT tertentu, jangan lupa tambahkan tujuannya. Kemudian teknik pembuatan
medium yang tepat dan bagaimana menjaga kondisi steril, misal menggunakan
autoklaf, bagaimana prinsip kerjanya.)
Tanaman dalam kultur bersifat heterotrof, yaitu tidak dapat mensintesis
suatu senyawa untuk memenuhi kebutuhan karbonnya sendiri. Karena ituah untuk
iniasiasi awal tumbuhnya eksplan dibutuhkan medium dengan komposisi nutrien
tertentu. Medium merupakan suatu bahan yang penting untuk pertumbuhan kultur.
Medium untuk pertumbuhan kultur dapat berupa medium padat dan medium cair.
Medium padat biasanya digunakan untuk mengkulturkan kalus kemudian
diinduksi menjadi tanaman lengkap, sedangkan medium cair biasanya digunakan
untuk kultur sel. Komponen yang penting dalam suatu medium adalah senyawa
anorganik, sumber karbon, vitamin, zat pengatur tumbuh, dan suplemen organik
(Yuwono, 2008). Medium dasar Murashige Skoog (MS) yang digunakan pada
percobaan ini termasuk medium kultur yang komposisi unsurnya lebih lengkap
dibandingkan medium dasar lainnya, walaupun demikian perlu ditambah
suplemen seperti air kelapa untuk mendorong pertumbuhan jaringan, akan tetapi
pada percobaan ini tidak dilakukan penambahan air kelapa. Keistimewaan
medium MS adalah kandungan nitrat, kalium, dan amoniumnya yang tinggi.
Selain itu, sumber N ada 2 bentuk yaitu dari amonium dan nitrat (Wetter dan
Constabel, 1991).
Senyawa anorganik yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan ada yang mikro dan makro. Umumnya medium mengandung senyawa
anorganik makro nitrat dan potassium dengan konsentrasi 25 mM. Senyawa
essensial lain yang penting adalah ammonium namun konsentrasi yang diperlukan
lebih rendah dari nitrat. Unsur makro lain yang penting adalah kalsium, sulfat, dan
magnesium dengan konsentrasi 1-3 mM. Unsur mikro yang dibutuhkan adalah
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
No Dokumen
Berlaku Sejak
Revisi
Halaman
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
-
iodine (I), boron (B), mangan (Mn), zinc (Zn), molybdenium (Mo), tembaga (Cu),
kobalt (Co), dan besi (Fe) (Yuwono, 2008).
Salah satu komposisi dalam medium adalah vitamin. Vitamin yang banyak
digunakan adalah thiamin, piridoxin, dan asam nikotinat. sedangkan suplemen
organik yang biasa digunakan adalah asam amino, peptone, ekstrak malt, dan
ekstrak khamir. Zat pengatur tumbuh yang diberikan dalam medium tergantung
kebutuhan kultur. Hal-hal lain yang penting dalam medium adalah komposisi agar,
pengaturan pH, dan air (Yuwono, 2008). Dalam membuat medium kultur dari
komposisi larutan baku MS dilakukan dengan hanya melarutkan dalam sejumlah
tertentu aquades yang kualitasnya memenuhi persyaratan, lalu pH-nya diatur,
dimasukkan dalam botol-botol kultur, kemudian disterilkan. (Wetherell, 1982). pH
diatur dari kisaran 5,6 sampai 5,8 dengan 1N KOH atau 1N HCl. Pengaturan pH
ini bertujuan agar menyediakan PH yang cocok untuk pertumbuhan eksplan.
Apabila pH kurang dari 5 atau lebih dari 7 akan menghambat pertumbuhan dan
perkembangan eksplan. Hal ini terkait dengan pengaruhnya pada ketersediaan
unsur hara yang terlarut.
Komposisi medium yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman
yang akan diperbanyak. Medium yang digunakan biasanya terdiri dari garam
mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti
agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh yang ditambahkan juga bervariasi,
baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan
yang dilakukan. Zat pengatur tumbuh yang diberikan dalam medium MS adalah
auksin (IAA) dan sitokinin (kinetin). Kedua homon ini mempengaruhi
pertumbuhan akar, tunas, dan kalus berdasarkan keseimbangan konsentrasi dari
kedua ZPT tersebut yang terkandung dalam medium. Pada konsentrasi yang
hampir tepat sama antara auksin dan sitokinin akan menghasilkan kalus. Apabila
sitokinin lebih besar dari auksin akan menginduksi tunas, sedangkan konsentrasi
auksin lebih besar dari sitokinin akan menginduksi perakaran yang lebi cepat
(Trigiano and Gray, 2000).
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
No Dokumen
Berlaku Sejak
Revisi
Halaman
LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
-
BAB III
METODE
(Metode disesuaikan dengan apa yang dikerjakan saat praktikum, cara kerja
dibuat dalam bentuk skematis, untuk larutan stok, cara kerja tetap dibuat
skema sesuai dengan buku petunjuk praktikum TKJT namun dimasukkan
dalam lampiran karena tidak dilakukan)
A. Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum Teknik Kultur Jaringan
Tumbuhan Acara I yakni pembuatan medium MS (Murshige & Skoog)
antara lain : Erlenmeyer 1000 mL, gelas piala 600 mL, gelas ukur 1000
mL. Erlenmeyer 100 mL, dan 50 mL, atau (botol infus dan botol saus).
Pipet, Pengaduk, Hotplate,Magnetig stirer, Autoclave dan Timbangan
analitik.
B. Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini antara lain tabel
formula dan bahan bahan kimia untuk medium MS sebagai berikut :
Tabel 1. Formula Medium Murashige&Skoog
Bahan
Makronutrien
NH4NO3
KNO3
CaCl22H2O
MgSO47H2O
KH2PO4
Besi
Na2EDTA
FeSO44H2O
Mikonutrien
MnSO4H2O
ZnSO44H2O
H3BO3
KI
NaMoO4 2H2O
CuSO4 5H2O
CoCl2 6H2O
Vitamin
Glycine
Nicotinic acid
Pyridoxine-HCl
Stock
Mg/200 mL (40X)
1.492
1.112
mg/100 mL (100X)
2.230
860
620
83
25
2,5
2,5
mg/200mL (50X)
100
25
25
Untuk 1L medium
mg/L
1.650
1.900
440
370
170
ambil 5mL stock
(37,3)
(27,8)
ambil 1mL stock
(22,3)
(8,6)
(6,2)
(0,83)
(0,25)
(0,025)
(0,025)
ambil 4 mL stock
(2)
(0,5)
(0,5)
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
No Dokumen
Berlaku Sejak
Revisi
Halaman
LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
Thiamine-HCl
Zat Pengatur Tumbuh
BA
NAA
2,4-D
Myo-Inositol
Sukrosa
Agar
pH
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
-
(0,1)
(1-5)M
(1-5)M
(1-10)ppm
100 mg
30.000 mg
8000-10.000 mg
5,6-6,3
Selain itu juga dibutuhkan kertas indkator universal pH, HCl 1N dan atau KOH
1N. Kertas aluminium foil, kertas timbang, tissue label dan alat tulis untuk
mencatat.
B. Cara Kerja
1. Pembuatan larutan Stock untuk medium MS
a)
Stock besi (IRON)
Ditimbang 1.492 mg Na2EDTA
dan
1.112
mg
MnSO4H2O
ZnSO44H2O
H3BO3
KI
NaMoO4 2H2O
CuSO4 5H2O
CoCl2 6H2O
2.230
860
620
83
25
2,5
2,5
masing
seberat :
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
No Dokumen
Berlaku Sejak
Revisi
Halaman
LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
-
Glycine
Nicotinic acid
Pyridoxine-HCl
Thiamine-HCl
100
25
25
5
Bahan dilarutkan satu persatu dalam gelas piala 600 mL yang berii
aquades steril kira kira 150 mL.
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
No Dokumen
Berlaku Sejak
Revisi
Halaman
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
-
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
No Dokumen
Berlaku Sejak
Revisi
Halaman
FO-UGM-BI-07-13
03 Maret 2008
00
-
DAFTAR PUSTAKA (dapus diatas tahun 2005 akan ada nilai bonus)
Marlina N. 2004. Teknik Modifikasi Medium Murashige dan Skoog (MS) untuk
Konservasi In Vitro Mawar (Rossa spp.). Buletin Teknik Pertanian. 9(1):4-6.
(apakah disitasi? )
Nugroho A dan Sugito H. 2004. Teknik Kultur Jaringan. Penebar Swadaya:
Jakarta
Rahardja PC. 1989. Kultur Jaringan: Teknik Perbanyakan Tanaman secara
Modern. Penebar Swadaya: Jakarta.
Trigiano, RN and Gray DJ. 2000. Plant Tissue Culture Concepts and Laboratory
Exercises. Boca Raton: CRC Press.
Yuwono T. 2008. Bioteknologi Pertanian. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Press.
Wetter LR and Constabel F. 1991. Metode Kultur Jaringan Tanaman.
Diterjemahkan oleh Widianto MB. Bandung: ITB Press.
Wetherell, DF. 1982. Pengantar Propagasi Secara in vitro Kultur Jaringan
Tanaman. Edisi Indonesia. IKIP Semarang Press. Semarang.