Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Preeklampsia adalah hipertensi yang disertai proteinuria dan/atau edema
Epidemiologi
Di seluruh dunia WHO melaporkan kejadian preeklampsia berkisar 3-5%
2.3
Faktor Predisposisi13
Primigravida.
Hyperplasentosis:
kehamilan ganda, diabetes mellitus, mola hidatidosa, hidrops fetalis,
bayi besar.
Pernah menderita preeklampsi/eklampsi, riwayat keluarga pernah
menderita preeklampsi/eklampsia.
Umur yang ekstrim.
Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil.
2.4
Patogenesis
Penyebab pasti dari sindroma preeklampsia sampai saat ini belum pasti,
karena itu terminologi diseases of theory masih melekat pada sindroma ini,
sampai saat ini masih banyak penelitian-penelitian yang dilakukan untuk
mempelajari patogenesis penyakit ini.2 Manifestasi klinis dari preeklampsia ini
diawali dengan adanya proses patologis yang terjadi di plasenta (placental trigger)
dan endotel sebagai organ yang terlibat baik sebagai objek maupun subjek.
Pengobatan empiris yang ada sekarang ditujukan untuk memperbaiki kerusakan
plasenta dan endotel.
Beberapa teori patogenesis berikut telah diterima secara luas yang dapat
menerangkan sebagian dari sindroma klinis preeklampsia (hipertensi, proteinuria,
dan edema), sebagai berikut2:
1.
Sampai sekarang mekanisme invasi trofoblas pada kehamilan yang normal dan
tidak normal masih kontroversi, disebabkan karena penelitian tentang arteria
spirales, sebagian besar melibatkan analisis imunohistokimia dari biopsi
plasenta, dimana in vitro sangat sulit mencari model yang cocok untuk melihat
secara langsung interaksi seluler pada proses invasi. Pada plasenta,
cytotrofoblast stem cells berdiferensiasi menjadi 2 populasi sel yang berbeda
secara fisik dan fungsi.
Pada trimester pertama, cytotrofoblast stem cells akan membentuk lapisan
sinsitiotrofoblas dan beragregasi membentuk sederetan trofoblas yang invasif,
yang menyusun vili koriales yang disebut anchoring villous trofoblast.
Cytotrofoblast di dalam vili tersebut akan menembus sinsitium pada beberapa
tempat sehingga membentuk suatu kelompok sel berlapis yang disebut
extravillous trofoblast cells. Kelompok sel inilah yang secara fisik
menghubungkan
plasenta
dengan
dinding
uterus
ibu.
Perkembangan
selanjutnya dari sel trofoblas ekstravilus itu akan mengikuti 2 jalur, jalur
pertama yaitu sel sel tersebut menginvasi dinding uterus (interstitial invasion)
dan jalur kedua adalah sel sel itu menembus pembuluh darah (endovascular
invasion). Invasi endovaskuler ke areteria spirales ini merupakan bagian yang
sangat penting pada proses ini, dimana peristiwa ini terjadi paling awal pada
umur kehamilan 4-6 minggu, terjadi dalam dua gelombang, gelombang
pertama menembus pembuluh darah di desidua dan yang kedua menembus
pembuluh darah pada tingkat miometrium. Penelitian akhir-akhir ini
membuktikan dari sediaan biopsi plasenta ternyata ditemukan banyak
pembuluh darah miometrial yang mengandung trofoblas pada umur kehamilan
10-12 minggu.
Pada penelitian imunohistokimia dari biopsi plasenta, terbukti bahwa selsel trofoblas itu menembus dinding pembuluh darah dan mengalami migrasi
sepanjang lumen pembuluh darah, berjalan di sepanjang endotelnya dan
menggantikan posisi endotel dan lapisan muskularis dari pembuluh darah itu.
Perubahan fisik arteria spirales seperti itu menyebabkan suatu kondisi sirkulasi
darah yang high flow dan low resistance sehingga aliran darah ke plasenta
menjadi sangat besar. Walaupun peran trofoblas itu sangat besar dalam proses
remodeling arteria spirales, namun peranan sel-sel lain dalam pembuluh darah
5
juga sangat penting, misalnya peran sel endotel, sel molekul perekat (cell
adhesion molecule/CAM), dan enzim-enzim yang menghancurkan matriks
ekstraseluler. Pada preeklampsia, terjadi kegagalan proses invasi, sehingga
plasenta menjadi iskemik akibat kurangnya aliran darah ke plasenta.
Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan kegagalan proses invasi
trofoblas. Teori pertama adalah teori tekanan oksigen. Teori ini menjelaskan
bahwa selama trimester pertama awal diferensiasi trofoblas terjadi pada situasi
dimana tekanan oksigen rendah pada trofoblas. Pada sekitar umur kehamilan
10-12 minggu kehamilan, pada saat mana sudah terjadi hubungan antara ruang
intervilus dengan darah ibu, maka tekanan oksigen meningkat. Peningkatan
tekanan oksigen pada saat ini berhubungan dengan saat invasi trofoblas
maksimal ke desidua maternal, yang mana situasi ini memungkinkan sel
trofoblas ekstravilus untuk melakukan remodeling arteria spirales. Pada
keadaan preeklampsia terjadi pengeluaran Hypoxia Induced-Factor 1 (HIF-1)
yang merupakan faktor yang mengaktivasi Transforming Growth Factor - beta
3 (TGF-beta3), yang merupakan inhibitor proliferasi trofoblas. Dengan adanya
peningkatan kedua substansi tersebut akan terjadi kegagalan invasi trofoblas.
Teori kedua yang mencoba menjelaskan kegagalan invasi trofoblas adalah
teori Angiogenesis, teori ini menyatakan bahwa kelangsungan hidup embrio
sangat tergantung dari aliran darah. Ini berarti bahwa harus ada pembuluh
darah sebagai perantara yang menghantarkan darah dari desidua maternal ke
embrio yang sedang berkembang. Dengan demikian diperlukan proses
pembentukan
pembuluh
darah
atau
sistem
vaskuler
yang
disebut
Extracellular
Growth
Matrix
Factors,
Components,
dan
Transcription
reseptor-reseptornya.
Factor,
Sedangkan
dimana pada saat ini mulai terbentuk vaskularisasi vili plasenta, pohon vili
yang terbentuk pada saat ini terdiri dari vili primer (solid trofoblastic villi) dan
vili sekunder (jaringan mesenkim yang longgar yang berasal dari extra
embryonic coelomic cavity). Sebelum terbentuknya pembuluh darah yang
pertama, sel-sel Hofbauer menghasilkan angiogenic growth factors, dimana
kehadirannya pada saat yang sangat dini diperlukan untuk inisiasi
vaskulogenesis ini. Beberapa dari angiogenic growth factors itu adalah
vascular endothelial growth factor (VEGF), basic fibroblast growth factor
(bFGF) dan placenta growth factor (PlGF). VEGF merupakan suatu protein
penting yang berfungsi sebagai regulator pertumbuhan dan fungsi. Disrupsi
dari gen yangmengkode VEGF telah terbukti menyebabkan gangguan
pembentukan dan perkembangan kardiovaskuler yang menyebabkan kematian
embrio. Ada banyak tipe dari VEGF ini, namun VEGF tipe 165 merupakan
VEGF yang paling kuat dalam perannya sebagai stimulator proliferasi sel
endotel, diferensiasi, invasi trofoblas, dan juga melepaskan mediator yang
bersifat vasorelaksan. Segera setelah terbentuknya pembuluh darah pertama,
fase proliferasi-invasi terjadi dengan terbentuknya cabang cabang pembuluh
darah, branching angiogenesis, yang ditandai dengan peningkatan vaskulatur
vili, peristiwa ini berakhir sampai akhir trimester pertama. Kemudian sejak
umur kehamilan 26 minggu sampai aterm pertumbuhan pembuluh darah vili
memasuki fase maturasi-diferensiasi, pada saat ini percabangan kapiler sudah
tidak ada lagi (non branching angiogenesis), vili berkembang menjadi matang,
yang memungkinkan vili dapat melakukan pertukaran gas.
atau oksidan ini adalah hasil dari metabolisme oksigen yang mempunyai sifat
reaktif ,sangat labil karena mempunyai elektron bebas yang tidak berpasangan
pada orbit terluarnya sehingga radikal bebas ini akan mencari pasangannya
atau bereaksi dengan molekul lainnya untuk mencari pasangan elektron
sehingga bentuknya menjadi lebih stabil. Radikal bebas yang jumlahnya paling
banyak adalah molekul oksigen dengan 2 elektron yang tidak berpasangan, di
samping bentuk lainnya seperti anion superoksida (O2-) dan radikal hidroksil
(OH-). Asam lemak tak jenuh merupakan pasangan yang paling dicari oleh
radikal bebas ini, dari reaksi itu akan terbentuk peroksida lipid. Pasangan yang
dicari oleh radikal bebas itu akan memberikan elektronnya, akibatnya pasangan
itu pun akan menjadi radikal bebas lagi dan seterusnya sehingga terjadi apa
yang disebut reaksi berantai radikal bebas. Asam lemak tak jenuh terdapat di
membran endotel, sehingga dengan terbentuknya peroksida lipid itu maka
terjadi kehancuran sel endotel dan lebih jauh dapat masuk sampai DNA sel
yang selanjutnya dapat menyebabkan kerusakan atau mutasi DNA, sehingga
sel kehilangan fungsi biologik. Yang amat menakutkan akibat kerusakan sel
ialah tidak berfungsinya pompa ion, dengan akibat masuknya Na+ ke dalam sel
yang mempercepat edema dan kematian sel. Hipotesis yang penting pada
patogensesis preeklampsia adalah terdapatnya senyawa yang dihasilkan oleh
jaringan plasenta yang disebut radikal bebas (oksidan) yang masuk ke sirkulasi
ibu dan menyebabkan kerusakan endotel. Perubahan fungsi endotel dianggap
sebagai penyebab utama timbulnya gejala preeklampsia seperti hipertensi,
proteinuria, dan aktivasi sistem koagulasi. Endotel merupakan organ terluas
dalam tubuh manusia, yang terdapat sepanjang dinding sebelah dalam
pembuluh darah. Endotel ini berperan penting untuk mengontrol aliran darah
dan tahanan perifer, melalui mediator mediator kimiawi yang dihasilkan
sebagai akibat rangsangan neuronal, kimiawi, dan fisik, yaitu: NO, PGI 2 , dan
EDHF yang semuanya bersifat vasodilator. Selain itu endotel juga berperan
dalam proses trombosis dan hemostasis, dengan demikian peran endotel bukan
saja sebagai barier mekanik antara plasma intravaskuler dengan cairan
ekstravaskuler, tetapi mempunyai fungsi yang kompleks mengontrol diameter
pembuluh darah, aliran darah serta mekanisme pembekuan darah. Karena
perannya itulah sel endotel harus mampu merespon situasi stress fisik (tekanan
8
oksigen) yang buruk atau situasi patologik yang buruk, seperti iskemik dan
hipoksia. Pada preeklampsia dimana terjadi kerusakan endotel maka fungsi
endotel sebagai barier mekanik hilang sehingga terjadi:
kebocoran endotel akibat peningkatan permeabilitas kapiler yang berakibat
ekstravasasi cairan intra ke ekstravaskuler,
fungsi endotel untuk memproduksi PGI2 dan NO juga menurun sehingga
terjadi vasokonstriksi dengan akibat peningkatan tekanan darah.
Perubahan khas pada endotel kapiler glomerulus.
Meningkatan produksi vasopressor
Agregasi trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan.
Rangsangan faktor koagulasi.
3.
penelitian
yang
telah
membuktikan
bahwa
preeklampsia
10
5.
Ada faktor keturunan dan familial model gen single. Genotip ibu lebih
menentukan terjadinya HDK secara familial dibanding genotip janin.
Teori adaptasi kardiovaskular. 13
6.
7.
Diagnosis
Dengan adanya hipertensi yang disertai proteinuria pada kehamilan di atas
1. Hipertensi
a. Tekanan darah 140/90 mmHg dan kurang dari 160/110 mmHg
b. Kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg
c. Kenaikan tekanan darah diastolik 15 mmHg
2. Proteinuria 0,3 g/L dalam 24 jam atau secara kualitatif sampai +2
Preeklampsia berat didiagnosis bila didapatkan satu atau lebih gejala di
bawah ini:
1.
Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan diastolik 110 mmHg. Tekanan
darah ini tidak turun meskipun ibu hamil sudah dirawat dan menjalani
tirah baring
2.
3.
Oligouria. Jumlah produksi urine kurang dari 500 cc dalam 24 jam yang
disertai kenaikan kadar kreatinin darah
4.
b.
c.
d.
Hiperrefleks
5.
6.
Sianosis
7.
PJT
2.6
Penatalaksanaan Preeklampsia
2.6.1
Hasil fetal assessment meragukan atau jelek sehingga dalam hal ini
harus dilakukan terminasi
12
Pemeriksaan
laboratorium:
darah
lengkap,
homosistein,
fungsi
Bila aterm dengan PS baik (lebih dari 5), dilakukan terminasi dengan
drip oksitosin
Mata berkunang-kunang
Iritabel
Sakit kepala
Bila tekanan darah sistolik < 180 mmHg dan diastolik < 110
mmHg, antihipertensi yang diberikan adalah nifedipin 3 x 10 mg
14
preeklampsia
ringan,
perawatan
dilanjutkan
sekurang-
c. Pengobatan obstetrik
1) Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif setiap penderita dilakukan
pemeriksaan kesejahteraan janin
2) Tindakan sektio sesaria dilakukan bila:
3) Induksi dengan drip oksitosin dikerjakan dengan NST baik dan PS baik
4) Pada preeklampsia berat persalinan harus terjadi dalam 24 jam
15
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1
Identitas Pasien
Nama
: Yuningsih
: 38 tahun
: Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
3.2
Pendidikan
: Tamat SD
Pekerjaan
Alamat
MRS
Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien adalah rujukan dari dokter umum dengan diagnosis G2P1001 umur
kehamilan 28-30 minggu, bayi tunggal hidup, dengan tekanan darah tinggi
160/100 mmHg.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan tekanan darah tinggi ketika memeriksakan
diri ke dokter umum. Tekanan darah diketahui meningkat sejak tanggal 24
Mei 2015. Dikatakan sebelumnya ketika pasien memeriksakan diri sebelum
dan selama hamil ini tidak pernah mengalami tekanan darah tinggi. Pasien
menyangkal mengeluhkan sakit kepala, gangguan pada penglihatan, dan
nyeri pada ulu hati. Pasien juga mengeluhkan rasa tegang pada perut yang
lemah dan bersifat hilang timbul. Pasien menyangkal keluar air dan darah
pervaginam. Gerakan janin aktif dirasakan oleh pasien. Sebelum hamil,
dikatakan berat badan pasien 80 kg, dan selama hamil berat badan pasien
naik menjadi 90 kg. tinggi badan pasien 155 cm.
16
Riwayat Menstruasi
Pasien menarche pada usia sekitar 14 tahun. Pasien mengatakan siklus
menstruasinya tidak teratur, namun dikatakan siklus menstruasi sekitar 23
hari. Lama menstruasi sampai bersih dikatakan sekitar 7 hari. Volume darah
setiap menstruasi tidak diketahui oleh pasien, namun pada hari pertama
sampai ketiga menstruasi dikatakan pasien berganti pembalut sebanyak tiga
sampai empat kali. Selama menstruasi pasien tidak pernah mengalami
keluhan.
Riwayat Perkawinan
Status perkawinan pasien saat ini menikah. Suami saat ini adalah suami
pertama pasien, pasien juga merupakan istri pertama dari suaminya. Pasien
menikah pada tahun 2006. Usia pasien saat menikah adalah 28 tahun.
Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
No
Tanggal
Partus
Umur
Jenis
kehamilan
partus
Penolong
Anak
Jenis
Keadaan
BBL
Kelamin
1
2007
aterm
SC
dokter
Laki-laki
4000
gr
Komplikasi
ASI
anak
sekarang
Hidup
eksklusif
Hipertensi
Ya
dalam
kehamilan
Kehamilan
ini
Riwayat Kontrasepsi
Setelah melahirkan anak pertama, pasien menggunakan kontrasepsi IUD
Copper T selama 8 tahun.
Riwayat Hamil Ini
Pasien mengatakan dirinya lupa secara pasti kapan hari pertama haid
terakhirnya, namun dikatakan sekitar tanggal 21 Oktober 2014. Selama
kehamilan ini, pasien melakukan ANC (antenatal care) di dokter umum
sebanyak 5 kali dan dokter kandungan sebanyak 2 kali. Dikatakan selama
ANC pasien mendapatkan imunisasi tetanus toksoid dan tablet besi. Selama
kehamilan ini pasien tidak ada keluhan.
Berdasarkan catatan pengukuran tekanan darah pasien selama ANC,
tekanan darah pasien 110/70 mmHg pada bulan Januari, Maret, dan April
17
2015. Pengukuran tekanan darah pada tanggal 24 dan 29 Mei 2015 masingmasing adalah 150/100 mmHg dan 160/110 mmHg.
Riwayat Penyakit Lalu/Operasi/Pengobatan
Pasien menyangkal pernah mengalami sakit sebelumnya. Riwayat operasi
seksio caesarean saat melahirkan anak yang pertama pada tahun 2007.
Riwayat Alergi
Pasien menyangkal mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obatan,
makanan, debu, atau yang lainnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Dikatakan ayah dan ibu pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
sebelumnya. Riwayat tekanan darah tinggi pada ayah dan ibu pasien
disangkal.
Riwayat Penyakit Ginekologi
Pasien menyangkal mempunyai riwayat penyakit kandungan sebelumnya.
3.3
Pemeriksaan Fisik
Status Present
TD
: 170/100 mmHg
RR
: 20 kali/mnt
: 88 kali/menit
TB
:155 cm
Tax
: 36,50 C
BB
: 90 kg
Status General
Keadaan umum
: Baik
Mata
Thorax
Paru
Abdomen
Ekstremitas
+|+
18
Status Obstetri
Abdomen
Anogenital
3.4
Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Parameter
WBC
NEU
LYM
MONO
EOS
BASO
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT
MPV
ALT/SGPT
AST/SGOT
Urea
Creatinine
Warna
BD
Hasil
Nilai Normal
Satuan
Hematologi
12.29
5.00-10.00
10.32
2.00-7.50
1.63
1.30-4.00
0.23
0.15-0.70
0.09
0.00-0.50
0.01
0.00-0.15
4.66
4.00-5.00
12.9
12.0-16.0
38.2
36.0-48.0
82.0
76.0-96.0
27.7
27.0-32.0
33.8
31.0-38.0
256
150-400
5.8
8.0-15.0
KIMIA DARAH
23
0-40
22
0-40
40.51
10-50
1.50
0.5-1.1
URINALYSIS (29 Mei 2015)
Kuning
1010
Remarks
Tinggi
Tinggi
Tinggi
19
pH
Leukosit
Nitrit
Protein
Reduksi
Keton
Urobilinoge
6
(-)
(-)
(+2)
(-)
(-)
(-)
n
Bilirubin
Darah
Sedimen
(-)
(-)
Eritrosit
1-2
Leukosit
2-3
Kristal
1-3
Silinder
(-)
Ragi
(-)
Bakteri
(+)
BT
CT
23
830
FAAL KOAGULASI
1-4
Menit
3-15
Menit
b. USG
1) 7 Januari 2015
20
Diagnosis
G2P1001 umur kehamilan 32-33 minggu, janin tunggal hidup, presentasi
kepala
3.6
Penatalaksanaan
MRS
MgSO4 40%
o Loading dose (dosis awal): 4 gram MgSO4 40 %. Diberikan secara
intravena secara perlahan selama 15 menit.
o Maintenance dose: 6 gram MgSO440 % drip dalam IVFD D 5 %
jam
o Mampu minum: 1500 ml
o IVFD ringer lactate: 1380 ml ~ 20 tetes/menit
Pemasangan folley catether
Monitoring
Tanda-tanda vital
Tanda-tanda impending eclampsia
21
3.7
Refleks patella
Keluhan pasien
Cairan masuk dan cairan keluar
Perjalanan Penyakit
Follow up ruangan
30Mei 2015: pukul 05.00 wita
S
: Status Present
TD: 130/80 mmHg N: 84 x/mnt
R: 20 x/mnt
Tax: 36,00 C
Status General
Keadaan umum
: Baik
Mata
Thorax
Jantung
Paru
Abdomen
Ekstremitas
+|+
Status Obstetri
Abdomen
Anogenital
22
: MRS
MgSO4 40%
o Maintenance dose: 6 gram MgSO4 40% drip dalam IVFD
D 5% dengan kecepatan 20 tetes/menit.
Nifedipine 2 x 20 mg
Dexamethasone 1 x 12.5 mg i.m.
Kebutuhan cairan: berat badan 90 kg ~ kebutuhan cairan 2880
ml/24 jam
o Mampu minum: 1500 ml
o IVFD ringer lactate: 1380 ml ~ 20 tetes/menit
Monitoring
Tanda-tanda vital
Tanda-tanda impending eclampsia
Refleks patella
Keluhan pasien
Cairan masuk dan cairan keluar
: Status Present
TD: 120/90 mmHg N: 88 x/mnt
R: 22 x/mnt
Tax: 36,50 C
Status General
Keadaan umum
: Baik
Mata
Thorax
Jantung
Paru
Abdomen
Ekstremitas
+|+
Status Obstetri
Abdomen
Anogenital
: MRS
MgSO4 40%
o Maintenance dose: 6 gram MgSO4 40% drip dalam IVFD
D 5% dengan kecepatan 20 tetes/menit.
Kebutuhan cairan: berat badan 90 kg ~ kebutuhan cairan 2880
ml/24 jam
o Mampu minum: 1500 ml
o IVFD ringer lactate: 1380 ml ~ 20 tetes/menit
Monitoring
Tanda-tanda vital
Tanda-tanda impending eclampsia
Refleks patella
Keluhan pasien
Cairan masuk dan cairan keluar
31Mei 2015
24
: Status Present
TD: 120/90 mmHg N: 88 x/mnt
R: 22 x/mnt
Tax: 36,50 C
Status General
Keadaan umum
: Baik
Mata
Thorax
Jantung
Paru
Abdomen
Ekstremitas
+|+
Status Obstetri
Abdomen
Anogenital
: MRS
MgSO4 40%
25
Monitoring
Tanda-tanda vital
Tanda-tanda impending eclampsia
Refleks patella
Keluhan pasien
Cairan masuk dan cairan keluar
1Juni 2015
S
: Status Present
TD: 130/80 mmHg N: 84 x/mnt
R: 18 x/mnt
Tax: 36,50 C
Status General
Keadaan umum
: Baik
Mata
Thorax
Jantung
Paru
Abdomen
Ekstremitas
+|+
Status Obstetri
Abdomen
26
27
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
antenatal care, sehingga pasien melakukan ANC dengan teratur di dokter umum
sebanyak 5 kali dan dokter spesialis kebidanan dan kandungan sebanyak 2 kali.
Pada 3 kali pemeriksaan pertama pasien di dokter umum, tekanan darah pasien
terukur masing-masing pada tanggal 11 Januari 110/70 mmHg, sedangkan pada 2
pemeriksaan terakhir pada tanggal 24 dan 29 Mei 2009 masing-masing adalah
170/100 mmHg dan 160/110 mmHg. Selama kunjungan ANC tersebut, pasien
tidak pernah mengeluhkan keluhan apa-apa. Pasien dirujuk oleh dokter umum pada
tanggal 29 Mei 2015 dengan tujuan untuk memastikan diagnosis dan penanganan
lebih lanjut terhadap hipertensi dalam kehamilan yang dialami oleh pasien. Di
RSUD Bangli, pasien diperiksa tekanan darahnya dan dilakukan pemeriksaan
penunjang untuk mendeteksi adanya proteinuria. Hasil pemeriksaan tekanan darah
pasien saat dating ke RSUD Bangli adalah 170/110 mmHg, dengan pemeriksaan
proteinuria +2. Berdasarkan anamnesis, pasien menyangkal adanya sakit kepala
yang persisten, gangguan penglihatan, dan nyeri ulu hati yang persisten yang
merupakan sindrom preeklampsia. Pada pasien juga dilakukan pemeriksaan fungsi
hati dan fungsi ginjal berupa kadar ALT, AST, urea, dan kreatinin. Hasil
pemeriksaan ALT, AST, dan urea menunjukkan nilai normal dengan hasil masingmasing 23 U/L, 22 U/L, dan 40.51 mg/dL. Hasil pengukuran kreatinin adalah 1.5
mg/dL, dimana nilai kreatinin ini meningkat sedikit dari nilai rentang normalnya
0.5-1.1 mg/dL.
Usia kehamilan pada pasien ini terhitung tanggal 29 Mei 2015 dapat
dihitung berdasarkan tinggi fundus dan hasil USG pada trimester pertama.
Penentuan usia kehamilan berdasarkan hari pertama haid terakhir tidak dapat
dilakukan karena pasien ini tidak memenuhi kriteria yaitu pasien harus yakin betul
tanggal hari pertama haid terakhir, siklus menstruasi adalah 28 hari dan teratur, dan
tidak meminum pil KB antihamil setidaknya 3 bulan terakhir. Pasien ini tidak
yakin betul akan tanggal hari pertama haid terakhir, siklus menstruasi pasien juga
28
dikatakan tidak teratur dan tidak tepat 28 hari. Tinggi fundus pasien pada tanggal
29 Mei 2015 adalah 29 cm. Hasil USG pertama pada tanggal 7 Januari 2015
menunjukkan saat itu usia kehamilan pasien 12 minggu 4 hari, dan jika dihitung
per tanggal 29 Mei 2015 maka usia kehamilan pasien adalah 32 minggu 6 hari. Jika
hari pertama haid terakhir pasien juga dihitung untuk menentukan usia kehamilan,
maka per tanggal 29 Mei 2015 usia kehamilan pasien adalah 31 minggu 3 hari.
Dengan hasil estimasi usia kehamilan tersebut, maka pasien pertama kali
mengalami hipertensi dalam kehamilan pada usia lebih dari 20 minggu.
Berdasarkan kriteria diagnosis hipertensi kehamilan oleh The National
High Blood Pressure Education Program Working Group Report on High Blood
Pressure in Pregnancy, pasien ini sudah memenuhi kriteria minimum untuk
ditegakannya diagnosis preeklampsia yaitu tekanan darah 140/90 mmHg (pada
pasien ditemukan 170/100 mmHg) setelah usia kehamilan 20 minggu (pada pasien,
berdasarkan USG pertama kali, usia kehamilan saat pertama kali mengalami
hipertensi adalah 32 minggu), dan proteinuria 1+ dipstick (pada pasien
ditemukan proteinuria 2+). Dengan nilai tekanan darah 160/110 mmHg dan
proteinuria 2, maka kepastian preeklampsia meningkat. Indikator keparahan
preeklampsia dapat dibagi menjadi berat (severe) dan tidak berat (non severe),
berdasarkan beberapa kriteria, salah satunya adalah tekanan sistolik 160 mmHg,
dimana pada pasien ini ditemukan tekanan sistolik 170 mmHg. Maka, berdasarkan
kriteria diagnosis dari The National High Blood Pressure Education Program
Working Group Report on High Blood Pressure in Pregnancy, pasien ini menderita
preeklampsia berat.
Ini adalah kehamilan kedua pasien, dimana anak pertama pasien lahir
cukup bulan. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang pada pasien ini maka pasien ini dapat didiagnosis dengan G 2P1001usia
kehamilan 32-33 minggu, janin tunggal hidup, dengan komplikasi preeklampsia
berat.
4.2
preeklampsia adalah (1) mencegah kejang (2) mencegah gangguan fungsi organ
vital (3) terminasi kehamilan dengan trauma sekecil mungkin bagi ibu dan
29
janinnya, (4) lahirnya bayi sehat yang kemudian dapat berkembang, serta (5)
pemulihan sempurna kesehatan ibu.
Perawatan pada preeklampsia berat dibagi atas dua unsur, yaitu:
1.
Pengelolaan Cairan
Pada pasien dipasang foley catheter untuk mengukur pengeluaran urin.
Pada pasien dicatat pula masukan cairan secara oral maupun infus.
Obat anti kejang: MgSO4
MgSO4 dipilih karena berdasarkan penelitian, MgSO4 lebih efektif
dibandingkan obat anti kejang lain dalam mencegah terjadinya eklampsia
pada ibu hamil dengan preeklampsia. Pasien telah memenuhi syarat-syarat
pemberian MgSO4 dimana tersedia antidote MgSO4 yaitu kalsium glukonas
10 %, reflex patella (+), dan frekuensi nafas > 16 kali/menit dimana tidak
ditemukan tanda distress nafas.
o Loading dose (dosis awal): 4 gram MgSO4 40 %. Diberikan secara
intravena secara perlahan selama 15 menit.
o Maintenance dose: 6 gram MgSO440 % drip dalam IVFD D 5 %
untuk
Glukokortikoid: dexamethasone
Glukokortikoid dapat diberikan pada usia kehamilan 32-34 minggu untuk
pematangan paru janin, dengan dosis 1 x 12,5 mg intramuscular.
30
ringan.
Pengukuran
proteinuria
pada
tanggal
31
Mei
menunjukkan nilai +3. Pasien diperbolehkan pulang pada tanggal 1 Juni 2015.
31
BAB V
RINGKASAN
Nama
: Yuningsih
: 38 tahun
: Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan
: Tamat SD
Pekerjaan
Alamat
MRS
dengan
G2P1001, 32-33 minggu, janin tunggal hidup, dengan preeklampsia berat. Penegakan
diagnosis preeklampsia pada kasus ini didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang berdasarkan kriteria The National High Blood
Pressure Education Program Working Group Report on High Blood Pressure in
Pregnancy. Tekanan darah pada saat pemeriksaan didapatkan 170/100 mmHg,
Laboratorium tanggal 29 Mei 2015 didapatkan hasil proteinuri +2 dan kreatinin
serum 1.5 mg/dL.Tidak ada keluhan subyektif berupa sakit kepala yang persisten,
gangguan penglihatan, dan nyeri ulu hati yang persisten.
Faktor predisposisi terjadinya preeklampsia pada pasien ini kemungkinan
adalah oleh karena faktor umur ibu yang telah 35 tahun. Usia kehamilan pada
pasien ini masih preterm (32-33 minggu), tanpa tanda-tanda impending eklampsia
dengan keadaan janin baik. Hal-hal tersebut mengindikasikan pasien untuk
dilakukan perawatan konservatif dengan perawatan di rumah sakit dengan tirah
barin miring ke sisi kiri. Pemberian antikejang MgSO4, pemberian antihipertensi
nifedipine, pemberian pematangan paru janin dexamethasone, sambil menunggu
usia kehamilan mencapai aterm. Tekanan darah pasien turun menjadi 130/80
32
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, FG. Et al. Obstetri Williams Volume 1. Edisi 21. Jakarta : EGC.
2004
2. Jayakusuma,
AAN.
Manajemen
Resiko
pada
Preeklampsia
(Upaya