You are on page 1of 20

BAB I

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN
- Nama

: Ny. N

- Umur

: 30 tahun

- Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

- No. MR

: 59 82 xx xx

- Alamat: Jln. Pramuka Sari No.03


- Tgl. Masuk

: 11 September 2015

- Dokter yang Merawat: dr. Aranda Trisandyadenta, Sp.OG

ANAMNESIS
-

Keluhan Utama
Os mengaku hamil 38 minggu datang ke RSIJCP dengan keluhan keluar cairan dari jalan
lahir sejak 5 jam SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang


G2P1A0 Hamil 38 minggu datang ke RSIJ Cempaka Putih dengan keluhan keluar cairan
dari jalan lahir sejak 5 jam SMRS. Cairan jernih, berbau. Cairan keluar cukup banyak dan
tidak bisa ditahan pengeluarannya. Pasien tidak merasakan adanya mules. Tidak ada
lendir dan darah. Os masih merasakan adanya gerakan bayi

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat DM disangkal
Riwayat asma disangkal
Riwayat operasi disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga:


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami riwayat keluhan sama.
Ibu Os Hipertensi (+), Diabetes Mellitus disangkal

Riwayat Pengobatan dan Alergi:


Os mengaku hanya mengkonsumsi vitamin hamil saja dan tidak memiliki riwayat alergi.

Riwayat Psikososial:
Jarang olahraga. Pola makan teratur, sering mengkonsumsi buah dan sayur. Selama hamil
nafsu makan meningkat. Tidak meminum minuman beralkohol, tidak merokok, tidak
minum kopi, minum teh jarang.

RIWAYAT OBSTETRI
-

Riwayat Perkawinan:
Perkawinan pertama, masih menikah, lama pernikahan 9 tahun.

Riwayat Haid:
Menarche usia 10 tahun, haid teratur, saat haid tidak sakit, siklusnya 28 hari.

HPHT:
2

8 Desember 2014
-

Taksiran Persalinan:
15 Oktober 2015

Riwayat ANC:
ANC rutin ke Klinik.

Riwayat Persalinan:

Gravida (2), Aterm (1), Prematur (0), Abortus (0), Anak Hidup (1), SC (0)

No

Tempat

1.

bersalin
RS

Penolong
Bidan

Tahun
2009

Aterm

Jenis JK
persalinan
Spontan

Lk

BB /
PB
3500

Keadaan
Hidup

gr,
2.

Hamil

49c

ini

PEMERIKSAAN FISIK
-

Keadaan Umum
Kesadaran
BB
TB
IMT

: Tampak sakit sedang


: Composmentis
: 86 kg
: 160 cm
:33.5 Obesitas

TANDA VITAL
-

Suhu : 36.5C

TD

: 150/90 mmHg

RR

: 20x/menit

Nadi

: 80x/menit reguler, isi cukup

STATUS GENERALIS
-

Kepala

: Normocephal

Mata

: Sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-, reflex pupil +/+

Mulut

: Kering (-), sianosis (-)

Leher

: Pembesaran KGB submandibula -/-, pembesaran kelenjar

tiroid

-/-

Thoraks

: Normochest, gerak simetris

Paru

: Vesikular +/+, wheezing -/-, ronkhi -/-

Jantung

: Bunyi I/II murni, regular

Ekstremitas:
Atas

: Akral hangat +/+, edema -/-, CRT <2 detik

Bawah : Akral hangat +/+, edema -/-, CRT <2 detik

STATUS GINEKOLGI
INSPEKSI
-

Vulva : tanda inflamasi (-), vulva tenang

Pengeluaran pervaginam : lendir (-), darah merah segar (-), cairan jernih (+)

Perineum : bengkak (-), luka (-), Parut (-), massa (-)

Anus : bengkak (-), luka (-), hemoroid (-)

Kel. Bartolin : massa (-), bengkak (-), tanda inflamasi (-)

Introitus vagina : prolapsus uteri (-), massa (-), sistokel (-), rektokel (-)

Orifisium UretraEksterna : tanda inflamasi (-), uretra tenang


4

PEMERIKSAAN DALAM
Portio tebal kaku, pembukaan 1 cm, ketuban mengalir, darah (-), lendir (+) presentasi
kepala, hodge 1

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan
Hemoglobin
Jumlah leukosit
Hematokrit
Eritrosit

Hasil
12,8
15.48
36
4,00

Satuan
g/dl
103/ L
%
106/L

Nilai rujukan
11,7-15,5
3,60-11,00
35-47
3,80-5,20

PEMERIKSAAN USG
4 September 2015
Janin tunggal hidup intrauterine. Letak Kepala. Biometri janin sesua dengan usia kehamilan 38
minggu. TBJ 3500 3700 gram. Plasenta insersi di fundus. Liquor amnii ICA 6 cm, kesan jernih.
Saat ini tak tampak kelainan kongenital mayor.

RESUME
G2P010 Hamil 38 minggu datang ke RSIJ Cempaka Putih dengan keluhan keluar cairan
dari jalan lahir sejak 5 jam SMRS. Cairan jernih, berbau. Cairan keluar cukup banyak dan
tidak bisa ditahan pengeluarannya. Pasien tidak merasakan adanya mules. Lendir dan
darah belum keluar.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah: 150/90mmHg, RR: 20x/menit, N:


80x/menit Suhu: 36.5C.
Pada pemeriksaan luar didapatkan TFU: 35 cm, TBJ: 3565 gram, letak anak memanjang,
presentasi kepala, punggung kiri, DJJ: 145x/menit.
Tes lakmus (+)
Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan jumlah leukosit yang tinggi, yaitu 15.48
103/L.

DIAGNOSA
Ibu

: G2P1A0, 30 tahun, hamil 38 minggu dgn KPD

Anak

: Janin tunggal, hidup, intrauterin. Presentasi kepala.

RENCANA TINDAKAN:

Observasi TTV

Pemeriksaan CTG

Observasi DJJ

Pemeriksaan USG

Pemberian antibiotic spectrum luas

PROGNOSIS
-

Ibu
Janin

: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

11 September 2015, Jam 20:00


S

12 September 2015
S

Nyeri luka jalan lahir

Nyeri luka jahitan

TD 150/70mmHg

TD 130/70mmHg

HR 88x/menit
RR 19x/menit
S 36.7C
A

RR 20x/menit

Post Partum
P

HR 82x/menit

S 36.5C
A

- Cefixime 3x2
- Mefinal 3x2
- Lactamor 3x2

Post Partum
P

- Osfit 3x2
- Cefixime 3x2
- Mefinal 3x2
- Lactamor 3x2
- Osfit 3x2

13 September 2015
S

Tidak ada keluhan


O

TD 110/80mmHg
HR 84x/menit
RR 20x/menit
S 36.4C
A

Post Partum
P

- Os boleh pulang

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KETUBAN PECAH DINI
Ketuban Pecah Dini (amniorrhexis premature rupture of the membrane PROM) adalah
pecahnya selaput korioamniotik sebelum terjadi proses persalinan. Secara klinis diagnosa KPD
ditegakkan bila seorang ibu hamil mengalami pecah selaput ketuban dan dalam waktu satu jam
kemudian tidak terdapat tanda awal persalinan, dengan demikian untuk kepentingan klinis waktu
1 jam tersebut merupakan waktu yang disediakan untuk melakukan pengamatan adanya tandatanda awal persalinan.
Bila terjadi pada kehamilan < 37 minggu maka peristiwa tersebut disebut KPD
Preterm (PPROM = preterm premature rupture of the membrane - preterm amniorrhexis)
Periode Laten : adalah interval waktu dari kejadian pecahnya selaput chorioamniotik
dengan awal persalinan.
Arti klinis Ketuban Pecah Dini adalah :
10

1. Bila bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul maka kemungkinan
terjadinya prolapsus talipusat atau kompresi talipusat menjadi besar.
2. Peristiwa KPD yang terjadi pada primigravida hamil aterm dengan bagian terendah
yang masih belum masuk pintu atas panggul seringkali merupakan tanda adanya
gangguan keseimbangan feto pelvik..
3. KPD seringkali diikuti dengan adanya tanda-tanda persalinan sehingga dapat memicu
terjadinya persalinan preterm dengan segala akibatnya.
4. Peristiwa KPD yang berlangsung lebih dari 24 jam (prolonged rupture of membrane)
seringkali disertai dengan infeksi intrauterine dengan segala akibatnya.
5. Peristiwa KPD dapat menyebabkan oligohidramnion dan dalam jangka panjang
kejadian ini akan dapat menyebabkan hilangnya fungsi amnion bagi pertumbuhan dan
perkembangan janin.

ANGKA KEJADIAN
KPD merupakan komplikasi kehamilan pada 10% kehamilan aterm dan 4% kehamilan
preterm. KPD PRETERM menyebabkan terjadinya 1/3 persalinan preterm dan merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal.
Faktor resiko :

Golongan sosio ekonomi rendah

Ibu hamil tidak menikah

11

Kehamilan remaja

Merokok

Penyakit Menular Seksual

Vaginosis bakterial

Perdarahan antenatal

Riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya

KETUBAN PECAH DINI danKETUBAN PECAH DINI PADA KEHAMILAN PRETERM


Selaput ketuban dan cairan amnion memiliki fungsi penting selama pertumbuhan dan
maturasi janin.

Kantung amnion merupakan tempat yang baik bagi gerakan dan perkembangan
muskulo-skeletal janin.

Gerakan pernafasan yang disertai aliran cairan amnion kedalam saluran pernafasan
janin penting bagi perkembangan saccus alveolaris paru.

Selaput ketuban merupakan penghalang masuknya polimikrobial flora vagina


kedalam kantung amnion.

KPD yang terjadi saat kehamilan aterm maupun preterm dapat merugikan outcome
perinatal oleh karena adanya pengaruh mikrobiologis dan mekanis yang merugikan bagi
pertumbhan dan perkembangan produk konsepsi akibat hilang atau berkurangnya cairan amnion
dan selaput korioamniotik.
12

Komplikasi
KPD preterm seringkali menyebabkan terjadinya:

Persalinan preterm

Chorioamnionitis

Endometritis

Gawat janin atau asfiksia intrauterin (pengaruh tekanan pada talipusat)

Persalinan preterm, korioamnionitis dan endometritis diakibatkan langsung oleh invasi


mikroba kedalam cavum amnion atau inflamasi selaput chorioamniotik.
Angka kejadian chorioamnionitis berbanding terbalik dengan usia kehamilan, menurut
Hillier dkk ( 1988):

Chorioamnionitis histologik 100% pada usia kehamilan kurang dari 26 minggu

Chorioamnionitis histologik 70% pada usia kehamilan kurang dari 30 minggu

Chorioamnionitis histologik 60% pada usia kehamilan kurang dari 32 minggu

Gawat janin atau asfiksia intrauterin merupakan akibat dari kompresi talipusat yang
berkepanjangan dan berulang akibat berkurangnya cairan amnion atau prolapsus talipusat
KPD pada kehamilan yang sangat muda dan disertai dengan oligohidramnion yang
berkepanjangan menyebabkan terjadinya deformasi janin antara lain :

Hipoplasia pulmonal

Potter s fascia

Deformitas ekstrimitas

13

Pemeriksaan diagnostik awal


Pada pasien hamil yang datang dengan keluhan keluar cairan harus dipikirkan diagnosa
KPD.
Tujuan umum diagnostik awal adalah :
1.

Konfirmasi diagnosa

2.

Menilai keadaan janin

3.

Menentukan apakah pasien dalam keadaan inpartu aktif

4.

Menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi

Pemeriksaan vaginal (vaginal toucher) harus sangat dibatasi termasuk untuk pemeriksaaan
diagnostik awal. VT sebelum persalinan meningkatkan kejadian infeksi neonatus dan
memperpendek periode laten. Dengan menghindari VT , usaha mempertahankan kehamilan
menjadi semakin lama. Pemeriksaan inspekulo harus terlebih dahulu dilakukan meskipun pasien
nampak sudah masuk fase inpartu oleh karena dengan pemeriksaan inspekulo dapat dilakukan
14

penentuan dilatasi servik. Oleh karena infeksi intra amniotik subklinis juga sering terjadi dan
keadaan ini adalah merupakan penyebab utama dari morbiditas ibu dan anak, maka evaluasi
gejala dan tanda infeksi pada pasien harus dilakukan secara teliti. Tanda infeksi yang jelas
terdapat pada infeksi lanjut antara lain : demam, takikardi, uterus tegang, getah vagina berbau dan
purulent.

Diagnosa dini infeksi intraamniotik dilakukan dengan pemeriksaan :


1. Leukositosis > 15.000 plp
2. Protein C-reactive
Deteksi infeksi cairan amnion dilakukan dengan amniosentesis.
Penatalaksanaan KPD tergantung pada sejumlah faktor, antara lain :
a. Usia kehamilan
b. Ada atau tidak adanya chorioamnionitis

KEHAMILAN YANG DISERTAI AMNIONITIS


Pada kasus KPD yang disertai dengan adanya tanda-tanda infeksi chorioamnionitis harus
dilakukan terminasi kehamilan tanpa memperhatikan usia kehamilan. Sebelum terminasi
kehamilan, diberikan antibiotika spektrum luas untuk terapi amnionitis.
KEHAMILAN ATERM TANPA AMNIONITIS

15

Pada kehamilan aterm, penatalaksanaan KPD tanpa disertai amnionitis dapat bersifat aktif
(segera melakukan terminasi kehamilan) atau ekspektatif (menunda persalinan sampai maksimum
12 jam).

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan ekspektatif :
1.

Tirah baring

2.

Pemberian antibiotika spektrum luas

3.

Observasi tanda inpartu dan keadaan ibu dan anak

4.

Bila selama 12 jam tak ada tanda-tanda inpartu dan keadaan umum ibu dan anak baik
maka dapat dilakukan terminasi kehamilan

5.

6.

Bila selama masa observasi terdapat :

Suhu rektal > 37.60C

Gawat ibu atau gawat janin

Maka kehamilan harus segera diakhiri


Penatalaksanaan aktif :

16

Kehamilan segera diakhiri dengan cara yang sesuai dengan indikasi dan kontraindikasi
yang ada. Baik pada penatalaksanaan aktif atau ekspektatif, harus diberikan antibiotika spektrum
luas untuk mencegah terjadinya amnionitis.
C. Kehamilan preterm tanpa amnionitis
Prinsip penatalaksanaan tidak berbeda dengan penatalaksanaan pada kehamilan aterm
tanpa amnionitis. Perbedaan terutama pada antisipasi terhadap resiko chorioamnionitis yang lebih
tinggi.Pada kehamilan > 34 minggu, penatalaksanaan sama dengan penatalaksanaan pada
kehamilan aterm tanpa amnionitis.
Pada kehamilan kurang dari 24 minggu, resiko pecahnya ketuban dini terhadap ibu sangat
tinggi. Pada usia kehamilan ini, pemberian steroid, tokolitik dan antibiotika tidak memberi
manfaat bagi janin. Penatalaksanaan kasus seperti ini dapat secara aktif atau ekspektatif
(poliklinis) dengan pengawasan dan informasi pada pasien yang baik dan sepenuhnya tergantung
dari kehendak pasien dengan memperhitungkan segala resiko terhadap ibu dan anak.
Pada kehamilan antara 24 32 minggu, sejumlah intervensi klinik sepertinya dapat
memperpanjang masa kehamilan dan memperbaiki out come.Setelah diagnosa KPD ditegakkan
maka dapat dilakukan pemberian:
1. Antibiotika
Tak seperti halnya pada persalinan preterm tanpa KPD, pemberian antibiotika
spektrum luas pada kasus KPD pada kehamilan preterm nampaknya memberikan dampak
yang baik dalam hal memperpanjang usia kehamilan dan perbaikan outcome neonatal.

17

2. Kortikosteroid
Banyak ahli yang memberikan rekomendasi penggunaan kortikosteroid pada kasus
KPD preterm > 32 minggu dengan syarat tidak terdapat tanda amnionitis.Pada populasi
yang diteliti terlihat adanya manfaat yang bermakna dari pemberian kortikosteroid dalam
penurunan

angka

kejadian RDS-respiratory

distress

syndrome, Necrotizing

Enterocolitis danperdarahan intraventricular .

3. Tokolitik
Belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan tokolitik saja dapat
memperbaiki out come perinatal.Pada umumnya pemberian tokolitik pada kasus Preterm
KPD dibatasi selama 48 jam hanya untuk memberikan kesempatan bagi pemberian
kortikosteroid dan antibiotika.
D. Penatalaksanaan pasien secara poliklinis
Terhadap pasien preterm KPD dengan usia kehamilan kurang dari 32 minggu yang masih
tetap tidak menunjukkan tanda-tanda inpartu selama masa observasi, air ketuban sudah tak keluar
lagi dan tidak terdapat tanda oligohidramnion, ibu tidak menderita demam dan tak terdapat tandatanda iritabilitas uterus dimungkinkan untuk keluar rumah sakit (perawatan poliklinik) dengan
advis khusus dan persetujuan pasien.Status pasien tersebut adalah sebagai pasien poliklinik
dengan pengamatan sangat ketat.Di rumah, pasien diminta untuk istirahat total, tidak bersetubuh
dan mencatat suhu rektal setiap 6 jam dan datang ke RS bila terdapat tanda-tanda amnionitis.
Setiap minggu pasien datang untuk perawatan antenatal dan dilakukan pemeriksaan suhu tubuh,
18

non stress test setelah kehamialn 28 minggu, penilaian ultrasonografi untuk melihat pertumbuhan
janin dan AFI- amniotic fluid index.
Permasalahan: apakah jenis penatalaksanaan pasien seperti diatas tidak memberikan
resiko yang sangat tinggi terhadap ibu dan anak, mengingat bahwa pengamatan poliklinis tidak
mudah untuk dilaksanakan oleh pasien khususnya untuk golongan sosial ekonomi rendah.

19

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. Gary. 2010. Obstetri Williams, Edisi 23. Jakarta: EGC.


Prawirohardjo, Sarwono. 2013. Ilmu Kebidanan, Edisi Keempat. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo.

20

You might also like