Professional Documents
Culture Documents
KISTA ATEROMA
KISTA ATEROMA
A. DEFINISI
Kista ateroma adalah benjolan dengan bentuk yang kurang lebih bulat dan berdinding
tipis, yang terbentuk dari kelenjar keringat (sebacea), dan terbentuk akibat adanya sumbatan
pada muara kelenjar tersebut. Disebut juga kista sebacea, kista epidermal, kista epidermal
inkluasi, kista epitelial.
Kista ateroma ditemukan di daerah yang mengandung kelenjar sebasea.
Kadang terdapat multipel dalam berbagai ukuran seperti yang ditemukan di kepala
atau di skrotum. Kista ini tidak pernah dijumpai di telapak tangan ataupun kaki.
Produk kelenjar sebasea, yaitu sebum, tertimbun membentuk tumor yang kurang
lebih bulat, berbatas tegas, berdinding tipis, bebasdari dasar, tetapi melekat pada
dermis di atasnya. Daerah muara yang tersumbat merupakan tanda khas yang
disebut pungta. Isi kista adalah bubur eksudat warna putih abu-abu yang berbau
asam. Patut diingat bahwa bila sebagian dinding kista tertinggal pada eksisi, kista
akan kambuh. Bila kista menjadi abses karena infeksi sekunder, dilakukan insisi
dan drainase.
Pada laki-laki, predileksi lokasi tersering adalah pada skrotum dan dada.
Kista ini lebih sering ditemukan pada tempat-tempat berambut, yang mana pada
jangka panjang dapat menyebabkan kerontokan rambut di atas kista tersebut
berada. Pada palpasi teraba halus dengan ukuran bervariasi, dan umumnya
bentuknya bundar. Pada wanita benjolan kecil dapat ditemukan di genitalia,
payudara, abdomen, wajah, leher, atau di mana saja. Infeksi dapat terjadi dengan
manifestasi:
1. Kemerahan
2. Tenderness
3. Teraba hangat pada massa dan daerah sekitarnya
4. Terdapat material berwarna keabu-abuan, seperti keju, dan berbau busuk
yang berasal dari benjolan
Nodul ini teraba padat tetapi dapat digerakkan dan jarang nyeri, kecuali
telah terinfeksi. Bila terjadi infeksi, daerah bejolan akan berwarna kemerahan dan
bengkak, serta sangat sensitif terhadap sentuhan. Kista sebasea adalah tumor
jinak, tapi dapat menjadi proses kronis dengan melibatkan infeksi sehingga dapat
terbentuk abses. Secara umum massa ini terdiri atas:
D. PENYEBAB
Terjadi proliferasi dari sel-sel epidermis. Sel epidermis membentuk dinding
dari kista dan menyekresikan keratin protein ke dalam kantung. Keratin ini
berwarna kuning yang kadang keluar dari kista. Beberapa faktor yang dapat
menyebabkan proliferasi abnormal sel:
1. Kerusakan folikel rambut. Tiap rambut ini tumbuh dari folikel rambut,
yakni kantung kecil dari modifikasi kulit dermis. Folikel ini rusak akibat
luka seperti abrasi maupun luka operasi sehingga dapat tertutup oleh selsel permukaan.
2. Rupturnya kelenjar sebasea. Kelenjar sebasea yang terletak di atas folikel
rambut ini menyekresi sebum, yang berfungsi sebagai lubrikan kulit dan
melindungi tangkai rambut. Kelenjar ini mudah ruptur pada kondisi
inflamasi kulit, terutama, acne.
3. Tersumbatnya kelenjar sebasea, bengkaknya folikel rambut, dan produksi
testorteron yang berlebihan
4. Trauma kulit dapat menginduksi terbentuknya kista
5. Kista ini dapat terbentuk akibat dermatobia hominis, sejenis lalat. Lalat ini
dapat menginduksi terbentuknya kista sebasea melalui telurnya yang
divektori oleh nyamuk.
E. FAKTOR RESIKO
1. Usia, dapat terjadi pada semua usia, tapi tersering usia 30-40 tahun
2. Pria : wanita = 2 : 1
3. Riwayat jerawat
4. Luka pada kulit
F. PATOFISIOLOGI
Kista ateroma sebagian besar merupakan hasil dari penyempitan unit dari
pilosebasea. Kista tersebut sama seperti profil Sitokreatin pada infundibulum
folikuler. Kista biasanya berkembang dengan lambat dan asimptomatis, terkadang
bisa ruptur.
G. TERAPI
Tidak memerlukan terapi medika mentosa. Kista sebasea ini dapat regresi
spontan. Apabila tumbuh membesar dan mengganggu dapat dilakukan ekstirpasi
kista. Apabila terjadi inflamasi pada kista dapat diinjeksikan steroid intra lesi dan
antibiotik. Beberapa teknik operasi yang dapat digunakan untuk terapi kista
sebasea antara lain:
1. Traditional wide excision atau total insisi. Teknik ini membuang seluruh
kista, mencegah rekurensi, namun meninggalkan bekas luka yang paling
besar.
2. Eksisi minimal. Teknik ini membuang semua kista dengan luka minimal.
Teknik ini yang lebih disukai.
3. Punch biopsy excision, hampir mirip dengan eksisi minimal. Dilakukan
eksisi elips luas dari kista sebasea. Teknik ini lebih membutuhkan waktu
yang lebih sedikit dan menawarkan hasil kosmetik yang lebih baik.
I. DIFERENSIAL DIAGNOSIS
Steatositoma multiplex
Kista pilar
Lipoma
J. PROGNOSIS
Ad Vitam
: Ad Bonam
Ad Sanationan: Ad Bonam
Ad Functionam: Ad Bonam
A.Batasan
Ateroma atau kista sebasea adalah kista kelenjar sebasea yang terbentuk
akibat sumbatan pada muaranya.
B. Anatomi Kulit
A. Epidermis
Sub Kutis / Hypodermis
Terbentuk oleh epitel
berlapis pipih bertanduk
Ada 6 lapisan :
Stratum basal
Selapis sel silindris, terdapat sel keratin (awal dari keratinisasi) dan sel
melanosit (pigmen)
Stratum spinosum
Terdiri dari beberapa lapis sel polihedris, punya jembatan antar sel
sehingga tampak seperti berduri
Stratum glanulosum
Terdiri dari 2-4 lapis sel polihedris
Stratum lucidum
Sel keratin mati, inti larut, tampak seperti lapisan homogen & transparan
Stratum korneum
Lapisan homogen, hasil dari keratinisasi
Stratum disjunctum
Stratum korneum yang sudah mengelupas
Sel-sel pada epidermis :
Sel keratinosit 85% di epidermis, bermitosis hingga menjadi keratin
Sel melanosit pigmen melanin pemberi warna dan pelindung kulit
Sel langerhans makrofag
Sel merkel reseptor sensoris
Stratum korneum
Stratum lucidum
Stratum granulosum
Stratum spinosum
Stratum basal
B. Dermis
Ada 2 lapisan :
1. Stratum papillare
Terdiri dari jaringan ikat padat tak teratur, sabut kolagen halus
Terdapat tonjolan-tonjolan ke arah epidermis (dermal papil)
Kaya dengan pembuluh darah
2. Stratum retikulare
Terdiri dari jaringan ikat padat tak teratur, sabut kolagen kasar
Folikel rambut :
Lapisan folikel rambut dari luar kedalam :
a. Selubung jaringan ikat
b. Selubung akar bagian luar (outer root sheath)
c. Selubung akar bagian dalam (inner root sheath)
terdiri atas 3 lapis dari luar kedalam lapisan henle, huxley, kutikula
C. Fisiologi Kulit
1. Fungsi Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis,
misalnya gesekan, tekanan, tarikan; gangguan kimiawi, misalnya zat-zat kimia
terutama yang bersifat iritan; gangguan panas; gangguan infeksi luar terutama
kuman/bakteri maupun jamur. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya
bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit, dan serabut-serabut jaringan penunjang
Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit terhadap pajanan sinar
matahari dengan mengadakan tanning. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi
karena sifat stratum korneum yang impermeabel terhadap berbagai zat kimia
dan air. Di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi
kontak zat-zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit ini terbentuk dari
hasil ekskresi keringat dan sebum. Keasaman kulit menyebabkan pH kulit
berkisar pada 5 6,5 sehingga merupakan perlindungan kimiawi terhadap
infeksi bakteri maupun jamur.
2. Fungsi Absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, dan benda padat;
tetapi mudah menyerap cairan yang mudah menguap dan yang larut lemak.
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut
mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorbsi kulit
dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan
jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antarsel,
menembus sel-sel epidermis, atau melalui muara saluran kelenjar.
3. Fungsi Ekskresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi bagi
tubuh atau sisa metabolisme berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia.
4. Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis
dan subkutis. Terhadapa dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang
terletak di dermis. Badan taktil Meissner terletak di papila dermis berperan
terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel Ranvier yang terletak di
epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan Paccini di
epidermis. Saraf-saraf sensorik serabut tersebut lebih banyak jumlahnya di
daerah-daerah erotik.
5. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi)
7. Secara perlahan, angkatlah kulit yang telah diinsisi dan jepit kista
dengan forceps dan pisahkan ujung dalam kista dari jaringan sisanya
dengan menggunakan gunting
DAFTAR PUSTAKA