You are on page 1of 15

REFERAT

KISTA ATEROMA

Disusun untuk Memenuhi Syarat mengikuti Ujian Kepaniteraan


Klinik
di Bagian Bedah
RST dr. Soedjono Tingkat II Magelang

Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah


FAKULTAS KEDOKTERAN-UPN VETERAN JAKARTA
RST dr. Soedjono Tingkat II Magelang
PERIODE 16 Maret 22 Mei 2015

KISTA ATEROMA
A. DEFINISI
Kista ateroma adalah benjolan dengan bentuk yang kurang lebih bulat dan berdinding
tipis, yang terbentuk dari kelenjar keringat (sebacea), dan terbentuk akibat adanya sumbatan
pada muara kelenjar tersebut. Disebut juga kista sebacea, kista epidermal, kista epidermal
inkluasi, kista epitelial.
Kista ateroma ditemukan di daerah yang mengandung kelenjar sebasea.
Kadang terdapat multipel dalam berbagai ukuran seperti yang ditemukan di kepala
atau di skrotum. Kista ini tidak pernah dijumpai di telapak tangan ataupun kaki.
Produk kelenjar sebasea, yaitu sebum, tertimbun membentuk tumor yang kurang
lebih bulat, berbatas tegas, berdinding tipis, bebasdari dasar, tetapi melekat pada
dermis di atasnya. Daerah muara yang tersumbat merupakan tanda khas yang
disebut pungta. Isi kista adalah bubur eksudat warna putih abu-abu yang berbau
asam. Patut diingat bahwa bila sebagian dinding kista tertinggal pada eksisi, kista
akan kambuh. Bila kista menjadi abses karena infeksi sekunder, dilakukan insisi
dan drainase.

Benjolan berupa kista retensi akibat sumbatan saluran keluar kelenjar


sebaceus (lemak) yang terlihat sebagai titik berwarna biru atau hitam (puncta).
Benjolan lepas dari dasarnya dan melekat pada kulit di tempat puncta (komedo).
Benjolan berisi lemak kuning-putih. Sering didapatkan pada daerah muka,
belakang telinga, dan seluruh tubuh. Bila terjadi infeksi sekunder dapat terjadi
abses. Terapi bila terjadi abses adalah insisi dan pengerokan / ekskohleasi (seluruh
simpai dikeluarkan). Bila masih utuh dilakukan ekstirpasi in toto
Kista ini mengandung campuran sebum dan protein kulit, terlihat putih
dengan material semi solid. Kista sebasea adalah suatu kantung tertutup dibawah

permukaan kulit yang memiliki batas terluar (infundibulum) adalah folikel


rambut. Sebum diproduksi oleh kelenjar sebasea dari epidermis. Kista sebasea ini
sering disetarakan dengan kista epidermoid. Kista-kista ini dibedakan berdasarkan
asal jaringannya, yakni kista sebasea yang berasal dari kelenjar sebasea, kista
epidermoid berasal dari epidermis, dan kista pilar berasal dari folikel rambut.
B. EPIDEMIOLOGI
Kista epidermoid ditemukan kebanyakan pada orang dewasa baik laki laki maupun
perempuan. Kelainan genetik seperti Gorlin sindrom (basal nevoid sel karsinoma),
Panchonychia kongenital tipe 2 (Jackson-Lawler tipe), dan Gardner sindrommungkin menjadi
predisposisi tersendiri untuk menjadi kista
C. GEJALA DAN TANDA
Kista sebasea tampak sebagai benjolan kecil, biasa tumbuh membesar
perlahan di wajah, kulit kepala, punggung, telinga, dan lengan atas, meskipun
kista ini dapat tumbuh di mana pun kecuali telapak tangan dan telapak kaki.

Pada laki-laki, predileksi lokasi tersering adalah pada skrotum dan dada.
Kista ini lebih sering ditemukan pada tempat-tempat berambut, yang mana pada
jangka panjang dapat menyebabkan kerontokan rambut di atas kista tersebut
berada. Pada palpasi teraba halus dengan ukuran bervariasi, dan umumnya
bentuknya bundar. Pada wanita benjolan kecil dapat ditemukan di genitalia,
payudara, abdomen, wajah, leher, atau di mana saja. Infeksi dapat terjadi dengan
manifestasi:
1. Kemerahan
2. Tenderness
3. Teraba hangat pada massa dan daerah sekitarnya
4. Terdapat material berwarna keabu-abuan, seperti keju, dan berbau busuk
yang berasal dari benjolan
Nodul ini teraba padat tetapi dapat digerakkan dan jarang nyeri, kecuali
telah terinfeksi. Bila terjadi infeksi, daerah bejolan akan berwarna kemerahan dan
bengkak, serta sangat sensitif terhadap sentuhan. Kista sebasea adalah tumor
jinak, tapi dapat menjadi proses kronis dengan melibatkan infeksi sehingga dapat
terbentuk abses. Secara umum massa ini terdiri atas:

1. Jaringan fibrosa dan cairan.


2. Sustansi lemak atau keratin, yang terdiri atas struktur protein fibrosa, yang
membentuk kumpulan keju, mungkin dapat disebut kista keratin
3. Isi kista ini semacam cairan kental, serosanguinis, mengandung cairan
purulen dan materi darah.

D. PENYEBAB
Terjadi proliferasi dari sel-sel epidermis. Sel epidermis membentuk dinding
dari kista dan menyekresikan keratin protein ke dalam kantung. Keratin ini
berwarna kuning yang kadang keluar dari kista. Beberapa faktor yang dapat
menyebabkan proliferasi abnormal sel:
1. Kerusakan folikel rambut. Tiap rambut ini tumbuh dari folikel rambut,
yakni kantung kecil dari modifikasi kulit dermis. Folikel ini rusak akibat
luka seperti abrasi maupun luka operasi sehingga dapat tertutup oleh selsel permukaan.
2. Rupturnya kelenjar sebasea. Kelenjar sebasea yang terletak di atas folikel
rambut ini menyekresi sebum, yang berfungsi sebagai lubrikan kulit dan
melindungi tangkai rambut. Kelenjar ini mudah ruptur pada kondisi
inflamasi kulit, terutama, acne.
3. Tersumbatnya kelenjar sebasea, bengkaknya folikel rambut, dan produksi
testorteron yang berlebihan
4. Trauma kulit dapat menginduksi terbentuknya kista
5. Kista ini dapat terbentuk akibat dermatobia hominis, sejenis lalat. Lalat ini
dapat menginduksi terbentuknya kista sebasea melalui telurnya yang
divektori oleh nyamuk.
E. FAKTOR RESIKO
1. Usia, dapat terjadi pada semua usia, tapi tersering usia 30-40 tahun
2. Pria : wanita = 2 : 1
3. Riwayat jerawat
4. Luka pada kulit

F. PATOFISIOLOGI
Kista ateroma sebagian besar merupakan hasil dari penyempitan unit dari
pilosebasea. Kista tersebut sama seperti profil Sitokreatin pada infundibulum
folikuler. Kista biasanya berkembang dengan lambat dan asimptomatis, terkadang
bisa ruptur.
G. TERAPI
Tidak memerlukan terapi medika mentosa. Kista sebasea ini dapat regresi
spontan. Apabila tumbuh membesar dan mengganggu dapat dilakukan ekstirpasi
kista. Apabila terjadi inflamasi pada kista dapat diinjeksikan steroid intra lesi dan
antibiotik. Beberapa teknik operasi yang dapat digunakan untuk terapi kista
sebasea antara lain:
1. Traditional wide excision atau total insisi. Teknik ini membuang seluruh
kista, mencegah rekurensi, namun meninggalkan bekas luka yang paling
besar.
2. Eksisi minimal. Teknik ini membuang semua kista dengan luka minimal.
Teknik ini yang lebih disukai.
3. Punch biopsy excision, hampir mirip dengan eksisi minimal. Dilakukan
eksisi elips luas dari kista sebasea. Teknik ini lebih membutuhkan waktu
yang lebih sedikit dan menawarkan hasil kosmetik yang lebih baik.

4. Laser. Untuk meminimalkan luka, dapat digunakan laser karbon dioksida


untuk menghilangkan kista.
H. KOMPLIKASI
Kista sebasea ini dapat terinfeksi, ruptur, dan terbentuk abses, namun
jarang terjadi malignansi. Infeksi dapat disebabkan Staphylococcus aureus,
Streptococcus grup A, dan E. coli. Tapi ada beberapa kasus yang dapat
berkembang menjadi karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa. Bila terjadi
infeksi sekunder, dan terbentuk abses, dilakukan pembedahan dan evakuasi nanah.

I. DIFERENSIAL DIAGNOSIS

Steatositoma multiplex
Kista pilar
Lipoma
J. PROGNOSIS
Ad Vitam
: Ad Bonam
Ad Sanationan: Ad Bonam
Ad Functionam: Ad Bonam

TINJAUAN PUSTAKA ATEROMA

A.Batasan
Ateroma atau kista sebasea adalah kista kelenjar sebasea yang terbentuk
akibat sumbatan pada muaranya.
B. Anatomi Kulit

Kulit berasal dari : Ektoderm epidermis


Mesoderm dermis
Klasifikasi berdasarkan ketebalannya :
1. Kulit tebal
epidermisnya tebal terutama stratum korneum
dermis tipis
tidak ada rambut
ada finger mark (sidik jari)
contoh pada kulit telapak tangan dan kaki
2. Kulit tipis
epidermisnya tipis, dermis tebal
ada rambut
di semua kulit kecuali kulit telapak
Lapisan kulit
Epidermis
Kutis
Dermis

A. Epidermis
Sub Kutis / Hypodermis
Terbentuk oleh epitel
berlapis pipih bertanduk
Ada 6 lapisan :

Stratum basal
Selapis sel silindris, terdapat sel keratin (awal dari keratinisasi) dan sel
melanosit (pigmen)
Stratum spinosum
Terdiri dari beberapa lapis sel polihedris, punya jembatan antar sel
sehingga tampak seperti berduri
Stratum glanulosum
Terdiri dari 2-4 lapis sel polihedris
Stratum lucidum
Sel keratin mati, inti larut, tampak seperti lapisan homogen & transparan
Stratum korneum
Lapisan homogen, hasil dari keratinisasi
Stratum disjunctum
Stratum korneum yang sudah mengelupas
Sel-sel pada epidermis :
Sel keratinosit 85% di epidermis, bermitosis hingga menjadi keratin
Sel melanosit pigmen melanin pemberi warna dan pelindung kulit
Sel langerhans makrofag
Sel merkel reseptor sensoris
Stratum korneum
Stratum lucidum
Stratum granulosum
Stratum spinosum
Stratum basal

B. Dermis
Ada 2 lapisan :
1. Stratum papillare
Terdiri dari jaringan ikat padat tak teratur, sabut kolagen halus
Terdapat tonjolan-tonjolan ke arah epidermis (dermal papil)
Kaya dengan pembuluh darah
2. Stratum retikulare
Terdiri dari jaringan ikat padat tak teratur, sabut kolagen kasar

Jarang ada kapiler


Tampak lebih padat
C. Subkutis / Hypodermis
Terdiri atas jaringan ikat kendor
Sering terisi jaringan lemak (panikulus adiposus)
ADNEKSA
1) Kelenjar keringat
Berbentuk tubulus sederhana atau bergelung, terbagi menjadi 2 bagian :
Pars sekretoris
o penghasil keringat, terdapat di dermis atau hypodermis
o dilapisi epitel selapis kubis, di tepinya dilapisi myo-epitel
o berwarna pucat denagn lumen yang lebar
Pars ekskretoris
o penyalur keringat, berbentuk tubulus dan berjalan agak spiral
o dilapisi 2 lapis sel kubis, tidak ada myo-epitel
o warna lebih gelap dengan lumen yang sempit
Berdasarkan sifatnya ada 2 jenis kelenjar keringat :
Ekrin
Menembus epidermis dan bermuara langsung membentuk pori di
permukaan kulit. Banyak terdapat di telapak tangan dan kaki.
Apokrin
Bermuara pada folikel rambut dan sekretnya bercampur dengan lemak,
memberikan bau yang khas. Banyak terdapat di axilla, regio pubica, areola
mammae, sekeliling anus, kelopak mata, MAE.
2) Kelenjar lemak
Bersifat holokrin, tediri atas alveolar sederhana / bercabang.
Pada membrana basalis terdapat sel-sel basal pipih, makin ke dalam sel makin
besar dan tetesan lemaknya makin banyak, kemudian mengalami kematian.
Pada leher kelenjar sel-sel hancur menjadi sebum (lemak, sisa sel, butir
kerato-hyalin, keratin)
Sekretnya disalurkan kedalam folikel rambut kecuali yang tidak punya folikel
rambut langsung di keluarkan lewat permukaan kulit. Dalam pengeluarannya
dibantu kontraksi muskulus arrector pilli.
Tidak terdapat di kulit telapak tangan dan kaki.
3) Rambut & folikel rambut
Rambut :
Terdiri atas batang rambut dan akar rambut, dibingkus oleh folikel rambut.
Lapisan rambut dari dalam keluar :
a. Medulla
b. Cortex
c. Kutikula
Penampang rambut mempengaruhi sifat rambut
Rambut lurus penampang melintang bundar
Rambut berombak penampang lonjong
Rambut keriting penampang elips

Folikel rambut :
Lapisan folikel rambut dari luar kedalam :
a. Selubung jaringan ikat
b. Selubung akar bagian luar (outer root sheath)
c. Selubung akar bagian dalam (inner root sheath)
terdiri atas 3 lapis dari luar kedalam lapisan henle, huxley, kutikula
C. Fisiologi Kulit
1. Fungsi Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis,
misalnya gesekan, tekanan, tarikan; gangguan kimiawi, misalnya zat-zat kimia
terutama yang bersifat iritan; gangguan panas; gangguan infeksi luar terutama
kuman/bakteri maupun jamur. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya
bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit, dan serabut-serabut jaringan penunjang
Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit terhadap pajanan sinar
matahari dengan mengadakan tanning. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi
karena sifat stratum korneum yang impermeabel terhadap berbagai zat kimia
dan air. Di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi
kontak zat-zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit ini terbentuk dari
hasil ekskresi keringat dan sebum. Keasaman kulit menyebabkan pH kulit
berkisar pada 5 6,5 sehingga merupakan perlindungan kimiawi terhadap
infeksi bakteri maupun jamur.
2. Fungsi Absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, dan benda padat;
tetapi mudah menyerap cairan yang mudah menguap dan yang larut lemak.
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut
mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorbsi kulit
dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan
jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antarsel,
menembus sel-sel epidermis, atau melalui muara saluran kelenjar.
3. Fungsi Ekskresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi bagi
tubuh atau sisa metabolisme berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia.
4. Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis
dan subkutis. Terhadapa dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang
terletak di dermis. Badan taktil Meissner terletak di papila dermis berperan
terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel Ranvier yang terletak di
epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan Paccini di
epidermis. Saraf-saraf sensorik serabut tersebut lebih banyak jumlahnya di
daerah-daerah erotik.
5. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi)

Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan


mengerutkan pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga
memugkinkan kulit mendapat nutruisi cukup baik. Tonus vaskular diperankan
oleh saraf simpatis (asetilkolin).
6. Fungsi Pembentukan Pigmen
Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal dan sel ini
berasal dari rigi saraf. Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10:1.
Jumlah melanosit maupun besarnya butiran pigmen (melanosomes)
menentukan warna kulit ras maupun individu. Pajanan terhadap sinar matahari
mempengaruhi produksi melanososm. Pigmen disebar ke epidermis melalui
tangan-tangan dendrit; sedangkan ke lapisan kulit di bawahnya dibawa oleh
sel melanofag (melanofor). Warna kulit tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh
pigmen kulit, melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb,
dan karoten.
7. Fungsi Keratinisasi
Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama, yaitu: keratinosit,
sel Langerhans, dan melanosit. Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan
pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah
bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel menjadi semakin gepeng
dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilang dan
keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terusmenerus seumur hidup. Proses ini berlangsung normal selama kira-kira 14-21
hari dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis
fisiologik
8. Fungsi Pembentukan Vitamin D
Fungsi ini dimungkinkan dengan mengubah 7 hidroksi kolsterol dengan
bantuan sinar matahari. Namun kebutuhan tubuh akan vitamin D tidak cukup
hanya dari hal tersebut sehingga vitamin D eksogen masih tetap diperlukan.
Pada manusia kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena adanya
pembuluh darah, kelenjar keringat, dan otot-otot di bawah kulit.
Teknik Eksisi Minimal
1. Palpasi kista dan lingkari area tersebut untuk mengonfirmasi pungta
dan lokasi pastinya

2. Gambar suatu elips yang mengelilingi pungta melalui kista dengan


skin marker. Arah garis longitudinal dari elips tersebut harus sesuai
dengan arah lipatan kulit

3. Suntikkan anestesi lokal infiltrasi. Bersihkan dengan larutan anti


septic. Tutuplah kulit di sekitar daerah kista dengan doek steril.

4. Insisi kulit hingga jaringan subkutan menggunakan skalpel

5. Lalu, dengan menggunakan gunting diseksi bengkok dan lurus,


identifikasi bidang antara kista dan jaringan subkutan yang
mengelilinginya

6. Saat bidang ini telah teridentifikasi, pisahkan 25% bagian superficial


dari lingkaran kista dengan gunting diseksi tumpul. Lalu, lakukan
penekanan dengan jari tangan.

7. Secara perlahan, angkatlah kulit yang telah diinsisi dan jepit kista
dengan forceps dan pisahkan ujung dalam kista dari jaringan sisanya
dengan menggunakan gunting

8. Pastikan keadaan hemostasis dan tutup kulit dengan dengan benang


non absorbable, misalnya ethilon 6,0, dan jahitan interrupted

9. Bersihkan luka dengan larutan saline dan keringkan. Berikan


steristrips dan skin coloured tape

DAFTAR PUSTAKA

Fitzpatricks. Dermatology In General Medicine ed 7th.New York: Mc Graw Hill


2008
Sjamsuhidajat. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2. Jakarta: EGC. 2004.
Djuanda. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ke-6. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011.
Pandya KA & Radke F. 2009. Benign Skin Lessions: Lipomas, Epidermal
Inclusion Cysts, Muscle and Nerve Biopsies. Surg Clin N Am 89: 677-687.
Sinha P, Lingegowda JB, & Selvi RT. 2012. Malignant Transformation in
Sebaceous Cyst- a Case Report. International Journal of Medical and Health
Sciences vol I (2): 63-65.

You might also like