You are on page 1of 9

CHAPTER 10 : EXPENSES

DEFINISI BEBAN
Dalam SFAC no 6, FASB mendefinisikan
Beban adalah aliran keluar atau pemakaian aktiva dan timbulnya hutang selama satu periode yang
berasaldari penjualan atau produksi barang, atau penyerahan jasa atau pelaksanaankegiatan yang lain
yang merupakan kegiatan utama suatu entitas
Sedangkan menurut IAI mendefinisikan
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar
atauberkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunanekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanam modal (paragraf 70b)

KOS dan BEBAN


Untuk memanfaatkan aset entitas memerlukan kos dan bebanmerepresentasikan perubahan
nilai. Perubahan nilai diartikan sebagaiperngorbanan yang dilakukan untuk mendapatkan jasa. Jika tidak
ada kos makatidak ada beban.
Secara konseptual menurut prinsip keberlangsungan usaha (goingconcern), penggunaan akan
barang dan jasa (aset) perusahaan ditujukan untuk jangka panjang sehinggan kos dari aset tersebut
mengalami dua tahap yaitupengakuan dan pembebanan. Hal tersebut berarti kos diakui sebagai
asetkemudian diakui sebagai beban untuk periode manfaat aset tersebut digunakan.
Dengan landasan konsep dasar kontinuitas usaha serta upaya dan hasil,masalah teoritis dalam
tahap pembebanan adalah pemecahan aliran kos yang telahdiakui sebagai aset menjadi bagian yang
merupakan biaya perioda berjalan dalamrangka penentuan biaya periodik dan bagian yang baru akan
menjadi biaya dalamperioda- perioda berikutnya. (Suwardjono, Edisi Ketiga:397)
Selain itu terdapat pula definisi mengenai hubungan kos dan bebanmenurut American
Accounting Association (AAA) pada tahun 1957 sebagai : beban adalah biaya yang telah kadaluarsa,
secara langsung maupun tidak langsung pada periode fiskal, dari aliran barang atau jasa ke pasar dan operasi yang
berhubungan

BEBAN dan RUGI


Menurut definisi, yang dimasukkan dalam beban hanya perubahan perubahan yang tidak
menguntungkan saja yang terjadi dalam proses memperolehpendapatan. Kebalikannya adalah bahwa
aktiva yang habis atau menurunnyaaktiva dimana kejadian ini tidak berkaitan dengan proses penyediaan
barang dan jasa bagi pelanggan atau klien seharusnya dikelompokkan sebagai kerugian dantidak
dikelompokkan sebagai beban. Kerugian dan beban merupakan perubahanyang relevan dalam
perhitungan laba bersih bagi pemegang saham danperusahaan.
Menurut Suwardjono (Edisi Ketiga, Hlm. 9) terdapat tiga kata kunci padapengertian rugi yaitu
penurunan ekuitas, bukan merupakan transaksi ke pemilik,dan transaksi periferal atau insidental. Dalam
hal ini yang membedakan biaya danrugi adalah mengenai transaksi periferal atau insidental atau di luar
kendalimanajemen. Berbeda dengan beban yang timbul akibat dari kendali manajemenyaitu aktivitas
penggunaan aset (barang dan jasa).
Namun, dari definisi yang terdapat dalam Konsep Dasar Penyusunan danPenyajian Laporan
Keuangan, IAI (1994) tidak memisahkan biaya dengan rugi.Jadi semua potensi jasa baik yang digunakan
secara langsung ataupun tidak langsung untuk memperoleh pendapatan disebut dengan biaya. IAI
(1994) bahkansecara spesifik menyebutkan hal tersebut seperti yang tertulis pada paragraf 78berikut ini
: kerugian termasuk dalam kelompok beban. Pada dasarnya pembedaanantara beban dan rugi hanya
untuk kepentingan pengungkapan seperti padapendapatan dan untung.

PENGAKUAN BEBAN
Berdasarkan KDPPLK paragraf 94, beban diakui dalam laporan laba rugikalau penurunan
manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunanaktiva atau peningkatan kewajiban
telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Iniberarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan
pengakuan kenaikankewajiban atau penurunan aktiva (misalnya, akrual hak karyawan ataupenyusunan
aktiva tetap). Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasarhubungan langsung antara biaya yang
timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh (matching of cost with revenue). Misalnya, berbagai
komponen bebanyang membentuk beban pokok penjualan (cost or expense of goods sold ) diakuipada
saat yang sama sebagai penghasilan yang diperoleh dari penjualan barang.

Kalau manfaat ekonomi diharapkan timbul selama periode akuntansi danhubungannya dengan
penghasilan hanya dapat ditentukan secara luas atau tak langsung, beban diakui dalam laporan laba rugi
atas dasar prosedur alokasi yangrasional dan sistematis. Hal ini sering diperlukan dalam pengakuan
beban yangberkaitan dengan penggunaan aktiva seperti aktiva tetap, goodwill, paten, merk dagang.
Dalam kasus semacam itu, beban ini disebut penyusutan atau amortisasi.Prosedur alokasi ini
dimaksudkan untuk mengakui beban dalam periode akuntansiyang menikmati manfaat ekonomi aktiva
yang bersangkutan.

Pengakuan beban menurut kerangka kerja IASB terdiri dari dua kriteriautama yaitu :

1. Terdapat kemungkinan adanya keuntungan yang akan mengalir keperusahaan. Tingkat kemungkinan
tersebut memang merupakan konsepyang tidak mutlak. Hal tersebut tergantung pada ketersediaan
bukti ketikalaporan keuangan akan disusun atau dipersiapkan.
2. Memiliki nilai yang dapat diukur dan reliabel. Dengan demikian untuk akun-akun yang menggunakan
estimasi, diperlukan bukti-bukti yangmendukung validitas estimasi tersebut.

Beban harus diakui dalam laporan laba rugi ketika penurunan keuntunganekonomi di masa depan
berhubungan dengan penurunan aset atau peningkatankewajiban dapat diukur secara reliabel.Semua
kos dapat ditangguhkan pembebanannya apabila kos tersebutmemenuhi kriteria sebagai aktiva yaitu :

Memenuhi definisi aktiva (memiliki manfaat ekonomi masamendatang, dikuasai oleh


perusahaan, dan berasal dari transaksimasa lalu).

Ada kemungkinan yang cukup bahwa manfaat ekonomi masamendatang yang melekat pada
aktiva dapat dinikmati oleh entitasyang menguasai.

Besarnya manfaat dapat diukur dengan cukup andal.

Beban juga dapat timbul dalam laporan laba rugi pada saat timbulkewajiban tanpa adanya pengakuan
aktiva. Misalnya adanya hutang garansiproduk
PENGUKURAN BEBAN
Dalam mengukur beban dalam satu periode akuntansi, dibutuhkanberbagai keputusan atau
pertimbangan untuk menentukan bagaimana bebantersebut akan dialokasikan pada periode-periode
selanjutnya yang menunjukkanadanya pendapatan. Dalam hal tersebut, terdapat berbagai standar

akuntansi yangdapat digunakan sebagai acuan atau pedoman. Misalnya, IAS 16/AASB 116
yangmenyatakan bahwa nilai-nilai aset yang dapat di depresiasi dapat diukur denganbeberapa cara
setelah pengakuannya (seperti model biaya perolehan atau modelpenilaian) dan beberapa pilihan
alternatif untuk depresiasi (seperti metode garislurus, nilai menurun dan jumlah unit).
Sejalan dengan penilaian aktiva, biaya dapat diukur atas dasar jumlahrupiah yang digunakan
untuk penilaian aktiva dan hutang. Oleh karena itu,pengukuran biaya dapat didasarkan pada:

Kos Historis Kos historis merupakan jumlah rupiah kas atau setaranya yangdikorbankan untuk
memperoleh aktiva. Pengukuran beban atas dasar koshistoris dapat digunakan untuk jenis
aktiva seperti gedung, peralatan, dansebagainya.

Kos Pengganti / Kos Masukan Terkini ( Replacement Cost / Curent Input Cost ) Kos masukkan
terkini menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran yangharus dikorbankan sekarang oleh
suatu entitas untuk memperoleh aktivayang sejenis dalam kondisi yang sama. Contohnya,
penilaian untuk persediaan.

Setara Kas (Cash Equivalent )Setara kas adalah jumlah rupiah kas yang dapat direalisir dengan
caramenjual setiap jenis aktiva di pasar bebas dalam kondisi perusahaannormal.

Meskipun pada prakteknya metode pengukuran yang masih banyak digunakan adalahhistorical cost ,
namun dengan mulai diadopsinya IFRS diIndonesia, maka pengukuran yang sesuai standar adalah
dengan menggunakan metode fair value. Dengan demikian, untuk pencatatan beban sebagai akibat
daridepresiasi (penyusutan), nilai yang dicantumkan dalam beban adalah nilai selisihantara nilai wajar
dengan nilai buku (apabila nilai wajar lebih kecil dari nilaibukunya).

ALOKASI BEBAN

Salah satu cara untuk mengukur beban adalah dengan mengalokasikanbeban-beban tersebut ke
periode-periode dimana beban tersebut dinikmati. Hal inibiasanya disebut dengan matching concept.
Konsep tersebut memperlakukan kosdengan mengalokasikan kos yang sudah kadaluarsa (beban) ke
periode-periodedimana beban tersebut terjadi. Namun, pengalokasian tersebut hanya bersifatestimasi.
Dalam akuntansi, pencocokan antara beban dan pendapatan merupakanfungsi utama, namun hal
tersebut tetap saja sulit untuk dilakukan karenaberhubungan dengan penilaian akuntan tersebut.

Akuntan harus mengidentifikasimana aset yang telah digunakan (kadaluarsa) dan jumlah yang harus
ditulissebagai tandingan pendapatan pada periode tersebut.

Matching Concept adalah hal yang paling penting dalam akuntansi biayahistoris. Kos yang sudah
kadaluarsa akan menjadi beban dan disajikan dalamlaporan laba rugi, sedangkan kos yang belum
kadaluarsa akan dicatat sebagai asetdan disajikan dalam laporan posisi keuangan. Untuk mengatasi
masalahpenentuan dan pengukuran kos menjadi beban, terdapat tiga metode dari matchingkos yang
sering digunakan, yaitu :

a) Hubungan Sebab dan Akibat


Penggunaan barang dan jasa oleh perusahaan harus menghasilkanpendapatan pada periode
tersebut. Hubungan antara beban dan pendapatanharus merupakan hubungan sebab akibat pada
perusahaan tersebut.Maksudnya, pendapatan timbul karena adanya outflow berupa beban.Dengan
demikian pendapatan merupakan akibat dari adanya beban. Sesuaidengan prinsip pengakuan
pendapatan, tidak ada kos penjualan jika tidak ada pendapatan.
Misalnya, pada perusahaan konstruksi yang menerima kontrak jangka panjang. Perusahaan tidak
akan mengakui biaya yang dikeluarkanuntuk membangun proyek dalam kontrak sebagai kos
ataupun bebansebelum pendapatan diakui, melainkan diakui sebagai aset. Apabilapendapatan telah
diakui maka kos atau beban pun akan diakui. Namundalam prakteknya hal tersebut susah untuk
dilaksanakan. Misalnya,pendapatan sebesar Rp 100.000 dihasilkan dari beban Rp 60.000.
Dari jumlah beban tersebut, Rp 15.000 merupakan beban gaji. Bilamenggunakan konsep sebab
akibat beban berupa gaji sebesar Rp 15.000tersebut dapat menghasilkan pendapatan sebesar Rp
25.000 dari totalpendapatan tersebut. Namun pada kenyataannya hal tersebut tidak dapatdinilai
dan tidak dapat dibuktikan secara pasti.

b) Alokasi yang Sistematis dan Rasional


Tidak semua beban dapat dialokasikan dengan menggunakankonsep sebab dan akibat. Sebagai salah
satu alternatif, alokasi yangsistematis dan rasional dapat digunakan. Tujuannya yaitu untuk
mengakuibeban dalam periode akuntansi dimana pada periode tersebut beban itudimanfaatkan
atau telah kadaluarsa. Jadi, beban dialokasikan pada periodedimana beban tersebut dikonsumsi,
bukan berdasar produk yangdihasilkan. Menurut IAS 16/AASB 116, depresiasi adalah alokasi

yangsistematis dari jumlah yang dapat didepresiasi dari sebuah aset selamaumur ekonomisnya.
Depresiasi merupakan salah satu contoh dari prosesalokasi.

Namun masalahnya, apakah depresiasi merupakan suatu prosedur,atau kejiadian yang


sebenarnya/nyata? Telah diketahui sebelumnya bahwadepresiasi merupakan kejadian moneter
yang disebabkan oleh kejadianfisik. Jadi depresiasi merupakan fenomena yang terjadi, dan beban
yangdicatat merupakan efek moneternya. Berbagai cara untuk mengukurdepresiasi dapat dipilih
oleh akuntans sesuai dengan standar yangditentukan, selama cara yang digunakan rasional dan
sistematik, maka caratersebut dapat diterima. Satu kelemahan dari alokasi kos adalahbergantung
pada estimasi dan asumsi penyusunnya yang mungkin bersifatsubyektif.
Namun, alasan lain yang mendukung dasar alokasi ini yaitu:

Banyak jenis beban yang berkaitan secara tidak langsung denganpendapatan periode berjalan
sehingga akan lebih tepat jika dialokasikanberdasar periode yang menikmati beban tersebut.

Dalam banyak hal, tidak mudah menghubungkan beban-beban tertentudengan pendapatan.


Misalnya beban perawatan medis pegawai.

Apabila terdapat beban yang tidak dapat dikaitkan dengan manfaatekonomi di periode berjalan
ataupun periode selanjutnya, maka tidak adaalasan penundaan pencatatan beban tersebut.

Beban untuk kegiatan atau kejadian yang sifatnya normal dan berulang-ulang serta jumlahnya
relatif konstan, maka pengalokasian beban tersebuttidak menggambarkan penandingan yang
sempurna karena beban tersebutsebenarnya berkaitan dengan periode sebelum atau
sesudahnya. Namunhal tersebut tidak mempengaruhi laba secara material.

Seringkali suatu beban terdiri dari berbagai komponen beban lainnya(misalnya beban penjualan
yang terdiri dari beban angkut, potonganpenjualan, dan lain-lain) dan sulit untuk menelusuri
dampak pendapatandari masing-masing beban tersebut. Namun pengalokasian beban
tersebutpada periode berjalan tetap harus dicatat.

c) Pengakuan Sesegera Mungkin


Merupakan konsep yang mengakui dan mengukur kos yangdikeluarkan sesegera mungkin sebagai beban
karena tidak adanya manfaatekonomi yang dapat diukur secara reliabel. Contohnya yaitu biaya iklan
(advertising expenses) dan biaya penelitian (research expenditure). Biayaiklan segera diakui sebagai
beban karena manfaat ekonomi daripengeluaran tersebut tidak dapat diukur secara reliabel.
Meningkatnyakonsumen yang membeli produk perusahaan bisa saja berasal daripengaruh iklan pada
periode sebelumnya sehingga efek keuntungan dariadanya iklan pada periode berjalan tidak dapat
diukur dengan andal.
Begitupula dengan biaya penelitian yang manfaat ekonominya jugatidak dapat diukur secara reliabel.
Berbeda dengan biaya pengembangan (development expenditure) yang dapat diestimasi nilai
manfaatekonominya sehingga dapat dikapitalisasi sebagai aset, biaya penelitianbelum tentu
menghasilkan keuntungan di masa mendatang sehingga tidak sesuai dengan kritera aset. Oleh karena itu
biaya iklan dan penelitian harusdicatat sebagai beban.

KRITIK UNTUK KONSEP ALOKASI


Terdapat kritik pada praktik akuntansi saat ini yang sebagian besardidasarkan pada alokasi. Menurut
Thomas dalam buku Teori Akuntansi (Godfrey,1994) alokasi tersebut secara teoritis tidak tepat.
Terdapat tiga krtiteria untuk menyesuaikan alokasi yaitu :

Aditivitas
Apabila alokasi diambil dari total nilai, maka jumlah dari pengalokasiantersebut harus sama dari
total nilai sebelum alokasi, tidak kurang tidak lebih. Misalnya, alokasi beban penyusutan
kendaraan tiap tahun maka jumlah alokasi untuk setiap tahun tersebut harus sama dengan
nilaikendaraan sebelum alokasi.

Tidak Ambigu
Pengalokasian harus dilakukan dengan cara yang jelas sesuai denganmetode yang dipilih.

Pertahanan
Akuntan yang telah memilih suatu metode akuntansi harus dapatmenyediakan pernyataan yang
meyakinkan pilihannya danmempertahankannya dari kemungkinan adanya metode alternatif
lainnya.

Dari ketiga kriteria tersebut dalam pratik nyata hampir tidak mungkinmetode alokasi yang
digunakan oleh perusahaan dapat memenuhi ketiga kriteriatersebut. Seringkali perusahaan
menggunakan metode yang berbeda-beda sesuaidengan tujuan perusahaan.
Akuntan beranggapan bahwa konsep alokasi sangatlah penting. Haltersebut dikarenakan input
yang diperoleh perusahaan dapat memberikan manfaatekonomi pada periode berjalan dan periode
selanjutnya. Jadi, konsep alokasidibutuhkan untuk menunjukkan penggunaan input tersebut pada
periode berjalan.
Namun, dari alokasi tersebut akuntan tidak dapat menunjukkan aliran kasatau pendapatan yang
didapat oleh perusahaan. Misalnya, untuk alokasi bebanpenyusutan kendaraan yang menunjukkan
penggunaan kendaraan sebesar alokasitersebut selama periode berjalan. Namun, tidak terdapat bukti
bahwa perusahaanmengkonsumsi kendaraan sebesar nilai alokasi tersebut.
Selain itu, akuntan beranggapan laporan keuangan lebih berguna bagipembaca dengan adanya
alokasi beban. Namun, pada kenyataannya alokasi tersebut tidak mencerminkan nilai yang sebenarnya
pada laporan keuangan.
Pada kenyataannya penggunaan konsep alokasi pada umumnya untuk menghindari beban yang
timbul dari penggunaan jasa appraisal dalampenyusunan laporan keuangan.

DUKUNGAN UNTUK KONSEP ALOKASI


Salah satu alasan yang sangat kuat yang dapat mendukung metode alokasiadalah
objektifitasnya. Alokasi memang merupakan jalan tengah yang tidak mutlak benar, namun metode
tersebut mengalokasikan nilai yang memang terjadi (harga perolehan) ke dalam periode-periode yang
diestimasikan telah mengkonsumsi kos tersebut. Dengan demikian meskipun prinsip alokasicenderung
masih menggunakan estimasi, namun yang dialokasikan tetapberdasarkan transaksi yang memang
terjadi dan terdapat bukti transaksi yangmenguatkan objektivitasnya.
Selain itu, metode alokasi juga merupakan salah satu jalan keluar untuk kos-kos yang sulit untuk
dicari pasarnya sehingga sangat sulit untuk menggunakan nilai wajar

TANTANGAN UNTUK PENYUSUN STANDAR AKUNTANSI

Penandingan

Tugas untuk pembuat standar adalah membuat aturan agar laporan posisikeuangan dan laporan
laba rugi menyajikan informasi yang relevan danrepresentatif. Dalam hal ini, konsep penandingan
tidak dapat digunakan untuk mengakui item-item pada laporan posisi keuangan yang tidak
memenuhi kriteriaaset dan kewajiban. Misalnya hal tersebut terjadi pada
goodwill, tenaga kerja, dankekayaan intelektual

Konservatisme
Pada konsep kondervatisme, terjadi asimetri informasi mengenaipengakuan beban dan laba. Konsep
ini mengharuskan untuk mengakui adanyabeban sesegera mungkin apabila ada kemungkinan beban
tersebut akan terjadi.Namun dalam prinsip ini pengakuan laba tidak akan dicatat hingga laba
ataupendapatan tersebut benar-benar terjadi. Konsep tersebut didasarkan oleh asumsiskeptis
akuntan atau kehati-hatian. Namun justru akhirnya konsep tersebutmenghasilkan informasi yang
tidak relevan. Konsep konservatisme ini tidak berfokus pada bukti transaksi, tetapi lebih pada
ketakutan menyajikan nilai bersihaset dan laba terlalu tinggi. Dengan demikian informasi yang
mengandungpenyimpangan konservatisme bukanlah merupakan informasi yang netral. Olehkarena
itu penyusun standar kini telah merevisi peraturan dan menghilangkankonsep penandingan
(matching concept ) dan konsep konservatisme ini.

You might also like