You are on page 1of 13

ADHD [attention defisit hiperaktif disorder]

untuk dapat menentukan ADHD maka perlu mengetahui karakteristik ADHD.


Karakteristik ADHD yang penting adalah sebagai berikut :

1. impulsif
2. hiperaktif
3. in attention
4. terjadi di 3 tempat : rumah, sekolah dan tempat umum

sedangkan untuk gejala hiperaktivnya sendiri adalah :

• impulsif
• in-attention
• aktivitas berlebihan
• gejala muncul di rumah, sekolah, tempat umum

pada hiperaktif yang tidak segera ditangani akan menyebabkan dampak negatif terhadap
anak, terutama dampak terhadap perilaku
anak memiliki problem dalam hubungan interpersonal, tidak mampu mengekspresikan
diri, nilai kerja yang jelek dan argumentasi yang tidak baik

untuk menegakkan diagnosis dan memberikan terapi harus melibatkan 3 komponen yaitu
orang tua, anak dan pihak sekolah
Depresi Post Partum : adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan
berlangsung selama 30 hari.

Gejalanya konstan dan persisten, akan menurun dan bisa sembuh dengan sendirinya
setelah 30 hari berlangsung. Gejala yang menonjol pada depresi post partum adalah
adanya trias depresi,
Trias depresi :
Berkurangnya energi
Penurunan afek
Hilang minat (anhedonia)

Disebabkan karena gangguan hormonal. Hormon yang terkait dengan terjadinya Depresi
Post Partum adalah prolaktin, steroid dan progesteron.

Depresi Post Partum berbeda dengan Baby Blues,


Baby Blues termasuk dalam depresi ringan berupa penurunan afek pada ibu hamil
trimester III dan 1 minggu setelah melahirkan.

Faktor resiko :
- keadaan hormonal
- dukungan sosial
- emotional relationship
- komunikasi dan kedekatan
- struktur keluarga
- antropologi
- perkawinan
- demografi
- stressor psikososial
- lingkungan

hormon yang terkait dengan terjadinya Depresi Post Partum adalah prolaktin, steroid,
progesteron dan estrogen

Sunday, February 18, 2007


PSIKOSIS

psikosa :
gangguan jiwa berat yang ditandai dengan waham, halusinasi dan kehilangan rasa
kenyataan (sense of reality)

gangguan jiwa yang serius, yang timbul akibat penyebab organik ataupun emosional
(fungsional) dan yang menunjukkan gangguan kemampuan berpikir, bereaksi secara
emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai
kenyataan itu, sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat
terganggu

ciri khas psikosis :


waham
halusinasi
realita testing (-)

:
gangguan pada ketajaman dan kesadaran, ketidakmampuan untuk menghadapi
rangsangan luar atau berkonsentrasi, kegelisahan fisik seperti pasien sering kali
memperlihatkan gerak-gerik psikomotor – kegiatan motor berulang tanpa arti seperti
mengumpat pada seprai atau baju – atau memainkan peranan atau menanggapi gangguan
persepsi, disorientasi.

Digolongkan dalam keadaan emergency, karena perlu penanganan yang cepat disebabkan
hasil dari penanganan tersebut mempengaruhi otaknya.

Penyakit sistemik yang menyebabkan delirium : diabetes mellitus, gagal ginjal, stroke
diagnosis :
- mental script examination
- vital sign
- DSM-IV
- laboratorium
- EEG
- CT

Prinsip pengobatan delirium : menghilangkan etiologi

DELIRIUM

delirium : syndrome gangguan global fungsi kognitif akut yang merupakan gangguan
mental akibat faktor penyakit sistemik
3 tanda khas dan penting pada delirium :
ILUSI
HALUSINASI
DELUSI

Tanda lain delirium :


gangguan pada ketajaman dan kesadaran, ketidakmampuan untuk menghadapi
rangsangan luar atau berkonsentrasi, kegelisahan fisik seperti pasien sering kali
memperlihatkan gerak-gerik psikomotor – kegiatan motor berulang tanpa arti seperti
mengumpat pada seprai atau baju – atau memainkan peranan atau menanggapi gangguan
persepsi, disorientasi.

Makin tua prevalensi delirium makin sering, 40% pasien ICU mengalami delirium.

Karena delirium adalah gangguan mental organik maka kesembuhan fisik mempengaruhi
kesembuhan delirium.

Digolongkan dalam keadaan emergency, karena perlu penanganan yang cepat disebabkan
hasil dari penanganan tersebut mempengaruhi otaknya.

Penyakit sistemik yang menyebabkan delirium : diabetes mellitus, gagal ginjal, stroke

diagnosis :
- mental script examination
- vital sign
- DSM-IV
- laboratorium
- EEG
- CT

Prinsip pengobatan delirium : menghilangkan etiologi

Kesehatan

Lebih Jauh Tentang Gangguan Psikosis


Oleh : Dr Andri

kabarIndonesia - Stigma yang melekat pada individu dengan gangguan jiwa merupakan satu hal
yang tidak kunjung mengalami perubahan. Individu dengan gangguan jiwa apalagi yang berat
seperti skizofrenia (sering juga disebut psikosis) merupakan sasaran stigma yang paling berat.

Padahal mereka juga tentunya mempunyai hak untuk diperlakukan sama seperti manusia
sebagaimana adanya. Untuk itulah dirasakan perlu adanya peningkatan kepedulian terhadap
saudara-saudara kita yang mengalami gangguan jiwa berat seperti psikosis tersebut.

Pasien skizofrenia atau terkadang disebut pasien psikosis sering kali luput dari perhatian kita.
Data demografik menyatakan, terdapat sekitar 1 persen populasi penduduk dunia yang menderita
gangguan jiwa jenis ini, suatu jumlah yang sangat besar dengan populasi manusia dunia saat ini.

Sebab, berhubungan dengan beban masyarakat dan negara yang ditanggung karena penyakit ini.
Dalam masyarakat pasien psikosis sering dianggap sudah tidak punya perasaan lagi dan
terkadang dianggap berbahaya.

Padahal mereka juga pasien yang sangat membutuhkan perhatian dari dokter dan keluarga serta
masyarakat. Seringkali pasien dengan gangguan psikosis menjadi bulan-bulanan masyarakat.
Mereka lebih sering disebut masyarakat sebagai orang gila. Stigma yang begitu melekat pada
pasien gangguan psikosis adalah mereka berbahaya.

Padahal, pasien gangguan psikosis yang mempunyai kecenderungan berperilaku kekerasan hanya
sebagian kecil saja yaitu tidak lebih dari satu persen, itu pun biasanya terjadi pada kondisi akut.
Apabila dalam perawatan, pasien kebanyakan tenang dan dapat mengendalikan diri.

Selain itu kekerasan yang dilakukan pasien merupakan suatu tanda dan gejala dari manifestasi
penyakitnya. Tidak seperti penyakit fisik yang mempunyai target organ yang bermanifestasi pada
gejala dan tanda fisik yang terdapat pada pasien, gangguan psikosis seperti umumnya gangguan
jiwa mempunyai manifestasi tanda dan gejalanya pada perasaan (affective), perilaku (behavior)
dan pikiran (cognition).

Apabila dibagi dalam bagian besar, gejala klinis pasien psikosis dapat dibagi menjadi gejala
negatif (menghindari pergaulan sosial, berdiam diri, afek yang tumpul sampai datar, tidak ada
semangat untuk beraktivitas) serta gejala positif (gaduh gelisah, waham, halusinasi, bicara kacau).
Tak heran, jika orang lain melihat kalau pasien psikosis seringkali berperilaku dan mempunyai
pikiran aneh.
Hal itu sebenarnya merupakan manifestasi dari penyakitnya sendiri. Banyak pasien psikosis yang
dapat kembali menjalani kehidupan normal.

Mereka mampu menyelesaikan pendidikannya dan dapat bekerja seperti kebanyakan orang.
Sampai saat ini gangguan psikosis tidak diketahui secara pasti penyebabnya.

Beberapa ahli mengatakan, adanya suatu hubungan antara sistem dopaminergik di otak dengan
penyakit psikosis ini. Hipotesis tentang sistem dopamin ini mengatakan terdapat aktivitas yang
berlebihan dari sistem ini.

Jaras yang dianggap paling berperan terhadap timbulnya gejala terutama waham dan halusinasi
adalah jaras mesolimbik, sehingga sampai saat ini pengobatan oleh obat-obat antipsikotik
bertujuan untuk menurunkan aktivitas dari sistem yang terlibat ini.

Penyakit ini mempunyai beberapa tanda dan gejala, yang paling sering antara lain adalah waham,
yaitu suatu keyakinan yang salah yang tidak sesuai dengan latar belakang sosial budaya serta
pendidikan pasien, namun dipertahankan oleh pasien dan tidak dapat ditangguhkan. Beberapa
pasien psikosis mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau beberapa orang yang berniat
jahat terhadap pasien.

Ada pula pasien yang yakin bahwa ia adalah orang yang istimewa, seperti raja atau nabi dan
mempunyai kekuatan yang istimewa juga. Halusinasi, gangguan persepsi ini membuat pasien
psikosis dapat melihat sesuatu atau mendengar suara yang tidak ada sumbernya. Halusinasi yang
sering terdapat pada pasien adalah halusinasi auditorik (pendengaran). Terkadang juga terdapat
halusinasi penglihatan dan halusinasi perabaan.

Siar pikiran, yaitu pasien merasa bahwa pikirannya dapat disiarkan melalui alat-alat bantu
elektronik atau merasa pikirannya dapat dibaca oleh orang lain. Terkadang pasien dapat
mengatakan bahwa dirinya dapat berbincang-bincang dengan penyiar televisi maupun radio.

Beberapa pasien juga mengatakan pikirannya dimasuki oleh pikiran atau kekuatan lain atau
ditarik/diambil oleh kekuatan lain
Selain gejala di atas yang merupakan gangguan terhadap isi pikiran dan persepsi pasien,
manifestasi gangguan psikosis juga terdapat pada proses pikirnya. Pada beberapa pasien terutama
yang akut atau jenis skizofrenia hebefrenik terdapat proses pikir yang sangat kacau atau terdapat
asosiasi longgar. Orang awam lebih sering menyebut sebagai pembicaraan yang ngaco atau
ngawur.

Seringkali terdapat ketidakserasian antara isi pikiran dengan mood yang dapat kita lihat dari
ekspresi pasien saat bercerita tentang keadaan dirinya. Perilaku gaduh gelisah pada pasien
psikosis biasanya merupakan reaksi terhadap waham (biasanya waham paranoid) dan halusinasi
auditorik yang bersifat memerintah.

Apa yang Harus Dilakukan?

Penatalaksanaan gangguan jiwa secara umum dilihat dengan memakai pendekatan biopsikososial
yang artinya bahwa gangguan jiwa tidak hanya melibatkan satu faktor saja, namun ketiga faktor,
yaitu biologi (genetik), psikologi dan sosial. Penelitian mengungkapkan adanya faktor genetik
yang berperan terjadinya penyakit ini. Dalam wawancara selalu ditanyakan adanya riwayat
keluarga yang mempunyai gangguan jiwa.

Selain itu telah diketahui dari penelitian bahwa psikosis mempunyai dasar kelainan biologi yang
kuat. Dalam hal ini adalah adanya hiperaktivitas dari sistem dopamin di dalam otak sehingga
pengobatan sangat diperlukan bagi penderita psikosis.

Harus diperhatikan dalam pemakaian obat-obatan antipsikotik, bahwa untuk episode pertama
maka diharapkan pasien dapat makan obat tanpa putus selama kurang lebih 1 tahun. Nantinya
akan dilihat perkembangan oleh psikiater yang merawat apakah perlu dilanjutkan atau dihentikan.

Apabila dilanjutkan, biasanya hanya dalam dosis pemeliharaan yang biasanya lebih kecil
daripada dosis awal. Apabila pasien sudah mengalami beberapa episode bahkan mempunyai
kecenderungan berulang kali kambuh dalam jangka waktu yang pendek (biasanya ditetapkan 1
tahun), biasanya obat yang diberikan akan bertahan sekitar 3-5 tahun atau seumur hidup.

Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com
Alamat ratron (surat elektronik): redaksi@kabarindonesia.com
Berita besar hari ini...!!! Kunjungi segera:
http://kabarindonesia.com

Depresi
DEFINISI

Depresi adalah suatu perasaan sedih yang sangat mendalam, yang bisa terjadi setelah
kehilangan seseorang atau peristiwa menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding dengan
peristiwa tersebut dan terus menerus dirasakan melebihi waktu yang normal.

Sekitar 10% orang yang mengunjungi dokter untuk keluhan psikisnya sesungguhnya
menderita depresi.
Depresi mulai timbul pada usia 20, 30 atau 40 tahun.

Suatu episode depresi biasanya berlangsung selama 6-9 bulan, tetapi pada 15-20%
penderita bisa berlangsung sampai 2 tahun atau lebih.
Episode depresi cenderung berulang sebanyak beberapa kali.

Depresi situasional adalah depresi yang terjadi setelah suatu peristiwa traumatik, seperti
kematian orang yang dicintai.
Holiday blues adalah depresi yang terjadi ketika sedang berlibur atau merayakan sesuat,
bersifat sementara.
Depresi endogenous adalah depresi tanpa penyebab yang pasti.

PENYEBAB
Penyebab depresi belum sepenuhnya dimengerti.
Sejumlah faktor dapat menyebabkan seseorang cenderung menderita depresi:
- Faktor keturunan
- Efek samping dari obat-obatan tertentu
- Kepribadian introvert
- Peristiwa emosional (terutama kehilangan).

Depresi bisa terjadi atau semakin memburuk tanpa disertai stres kehidupan yang nyata
ataupun berarti.

Wanita dua kali lebih mudah terkena depresi, meskipun alasannya belum diketahui
dengan jelas.
Penelitian jiwa memperlihatkan bahwa wanita cenderung memberikan respoon terhadap
kesengsaraan dengan cara menarik diri dan menyalahkan dirinya sendiri. Sebaliknya, pria
cenderung menolak atau mengalihkannya ke dalam berbagai kegiatan.

Faktor biologis yang paling banyak terlibat adalah faktor hormonal.


Perubahan kadar hormon pada wanita memegang peranan penting; perubahan suasanan
hati bisa terjadi sesaat sebelum menstruasi (ketegangan pre-menstruasi) dan setelah
persalinan (depresi post-partum). Perubahan hormon serupa bisa terjadi pada wanita
pemakai pil KB yang mengalami depresi.
Kelainan fungsi tiroid, yang sering terjadi pada wanita, juga merupakan faktor yang
berperan dalam terjadinya depresi.

Depresi juga bisa terjadi karena atau bersamaan dengan sejumlah penyakit atau kelainan
fisik.
Kelainan fisik bisa menyebabkan depresi secara:
- Langsung, misalnya ketika penyakit tiroid menyebabkan berubahnya kadar hormon,
yang bisa menyebabkan terjadinya depresi.
- Tidak langsung, misalnya ketika penyakit artritis rematoid menyebabkan nyeri dan
cacat, yang bisa menyebabkan depresi.
Ada pula kelainan fisik yang menyebabkan depresi secara langsung dan tidak langsung.
Misalnya AIDS; secara langsung menyebabkan depresi jika virus penyebabnya merusak
otak; secara tidak langsung menyebabkan depresi jika menimbulkan dampak negatif
terhadap kehidupan penderitanya.
Berbagai obat yang diresepkan (terutama obat yang digunakan untuk
mengatasi tekanan darah tinggi) bisa menyebabkan depresi.

Sejumlah kelainan jiwa bisa menyebabkan penderitanya mengalami


depresi (misalnya penyakit kecemasan, alkoholisme dan penyalahgunaan
zat-zat lainnya, skizofrenia dan stadium awal demensia).

Kelainan Fisik yang Dapat Menyebabkan Depresi


1. Efek samping obat-obatan
- Amfetamin
- Obat anti-psikosa
- Beta bloker
- Simetidin
- Pil KB
- Sikloserin
- Indometasin
- Air raksa
- Metildopa
- Reserpin
- Talium
- Vinblastin
- Vinkristin
2. Infeksi
- AIDS
- Influenza
- Mononukleosis
- Sifilis (stadium lanjut)
- Tuberkulosis
- Hepatitis virus
- Pneumonia virus
3. Kelainan hormonal
- Penyakit Addison
- Penyakit Cushing
- Hiperparatiroidisme
- Hipotiroidisme dan hipertiroidisme
- Hipopituitarisme
4. Penyakit jaringan ikat
- Artritis rematoid
- Lupus eritematosus sistemik
5. Kelainan neurologis
- Tumor otak
- Cedera kepala
- Sklerosis multipel
- Penyakit Parkinson
- Tidur apneu
- Stroke
- Epilepsi lobus temporalis
6. Kelainan gizi
- Pellagra (kekurangan vitamin B6)
- Anemia pernisiosa (kekurangan vitamin B12)
7. Kanker
- Kanker perut (indung telur, usus besar)
- Kanker yang menyebar ke seluruh tubuh.
GEJALA

Gejalanya muncul secara bertahap selama beberapa hari atau minggu.


Penderita tampak tenang dan sedih atau mudah tersinggung dan cemas.

Pada depresi vegetatif, penderita cenderung menarik diri, jarang


berbicara, tidak mau makan dan tidak mau tidur.
Sedangkan penderita depresi agitasi tampak sangat gelisah, meremas-
remas tangannya serta banyak berbicara.

Banyak penderita yang tidak dapat merasakan emosi duka cita, gembira
dan senang secara normal; dunia tampak semakin suram, tidak ada
kehidupan dan mati.
Berfikir, berbicara dan kegiatan umum lainnya semakin berkurang,
sehingga aktivitas volunter terhenti sama sekali.

Fikirannya dipenuhi oleh perasaan bersalah dan memiliki gagasan untuk


menghancurkan dirinya sendiri, serta tidak dapat berkonsentrasi dengan
baik.
Mereka sering bimbang dan menarik diri, merasa tak berdaya dan putus
asa serta berfikir tentang kematian dan bunuh diri.

Penderita mengalami sulit tidur dan seringkali terbangun, terutama pada


dini hari.
Gairah dan kenikmatan seksualnya hilang.
Nafsu makan yang buruk dan penurunan berat badan kadang
menyebabkan penderita menjadi kurus dan siklus menstruasinya berhenti
(pada wanita).

Pada depresi yang lebih ringan, penderitanya makan sangat banyak dan
terjadi penambahan berat badan.

Pada sekitar 20% penderita, gejalanya lebih ringan tetapi berlangsung


selama bertahun-tahun bahkan berpuluh-puluh tahun.
Depresi disritmik ini seringkali muncul pada awal kehidupan dan
berhubungan dengan perubahan kepribadian yang nyata.
Penderita tampak muram, pesimis, tidak suka bercanda atau tidak mampu
merasakan kesenangan; pasif dan letargis; introvert; curiga, suka
mengkritik dan sering menyesali dirinya sendiri.
Fikiran penderita dipenuhi dengan kekurangan, kegagalan dan peristiwa
negatif, kadang sampai menikmati kegagalan mereka sendiri.

Beberapa penderita mengeluhkan penyakit fisik, berupa sakit dan nyeri


atau ketakutan akan musibah atau menjadi gila.
Penderita lainnya berfikir bahwa mereka menderita penyakit yang tidak
dapat disembuhkan atau yang memalukan (misalnya kanker atau penyakit
menular seksual), dan mereka menularkannya kepada orang lain.

Sekitar 15% penderita (terutama pada depresi berat), mengalami delusi


(keyakinan yang palsu) atau halusinasi, yaitu melihat atau mendengar
benda yang sesungguhnya tidak ada.
Mereka yakin bahwa mereka melakukan dosa atau kejahatan yang tidak
dapat dimaafkan, atau mereka mendengar suara-suara yang menuduh
mereka telah melakukan berbagai perbuatan yang tidak senonoh atau
suara-suara yang mengutuk mereka supaya mati.
Kadang penderita membayangkan bahwa mereka melihat peti mati dan
orang-orang yang sudah meninggal.
Perasaan tidak aman dan tidak berharga bisa menyebabkan depresi yang
sangat berat pada penderita yang yakin bahwa mereka diawasi dan
dihukum.
Depresi yang disertai dengan delusi dinamakan depresi psikotik.

Gejala depresi yang paling serius adalah pemikiran tentang kematian.


Banyak penderita yang ingin mati atau merasa mereka sangat tidak
berguna sehingga mereka sepantasnya mati.
Sebanyak 15% penderita menunjukkan perilaku bunuh diri.
Rencana bunuh diri merupakan keadaan yang gawat, dan penderitanya
harus dirawat dan diawasi secara ketat, sampai keinginannya untuk bunuh
diri hilang.

DIAGNOSA

Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan tanda-tanda dan gejalanya.


Riwayat depresi sebelumnya atau riwayat keluarga dengan depresi bisa
memperkuat diagnosis.

Untuk membantu menentukan beratnya depresi kadang digunakan


pertanyaan standar berikut:
- Skala Penilaian Depresi Hamilton, pertanyaan diarahkan secara verbal
oleh penanya
- Kuosioner Depresi Beck, pertanyaan diisi sendiri oleh penderita.

Pemeriksaan darah bisa membantu menentukan penyebab depresi.


Hal ini terutama dilakukan pada penderita wanita, dimana faktor
hormonal bisa menyebabkan terjadinya depresi.

Pada kasus-kasus yang sulit, bisa dilakukan pemeriksaan lainnya untuk


memperkuat diagnosa.
Gangguan tidur adalah gejala depresi yang khusus. Ensefalogram tidur
bisa dilakukan guna mengukur waktu yang diperlukan penderita untuk
sampai pada tahap tidur REM (periode tidur selama terjadinya mimpi).
Dalam keadaan normal diperlukan waktu sekitar 90 menit, pada penderita
depresi biasanya hanya diperlukan waktu 70 menit atau kurang.

PENGOBATAN

Pada saat ini pengobatan depresi tidak memerlukan perawatan di rumah


sakit.
Penderita yang harus dirawat di rumah sakit adalah penderita yang:
- memiliki kecenderungan bunuh diri atau merencanakan tindakan bunuh
diri
- terlalu lemah karena berat badannya turun
- memiliki resiko terjadinya kelainan jantung karena penderita sangat
gelisah.

Pemberian obat-obatan merupakan langkah utama dalam mengobati


depresi sekarang ini.
Pengobatan lainnya adalah psikoterapi dan terapi elektrokonvulsif.
Kadang digunakan kombinasi dari ketiga terapi tersebut.

Obat-obatan.

Tersedia beberapa jenis obat-obatan yang harus diminum secara teratur


minimal selama beberapa minggu sebelum obat mulai bekerja.

1. Anti-depresi trisiklik.
Sering menimbulkan efek samping berupa mengantuk dan penambahan
berat badan.
Obat ini juga menyebabkan peningkatan denyut jantung, penurunan
tekanan darah ketika penderita berdiri, pandangan kabur, mulut kering,
linglung, sembelit, kesulitan untuk memulai berkemih dan orgasme yang
tertunda. Efek ini disebut efek antikolinergik, yang lebih sering terjadi
pada usia lanjut.
Anti-depresi yang mirip dengan trisiklik memiliki efek samping yang
berbeda:
- Venlafaksin bisa menyebabkan kenaikan tekanan darah yang ringan
- Trazodon menyebabkan priapisme (nyeri ketika ereksi)
- Maprotilin dan bupropion bisa menyebabkan kejang.
2. Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs).
Efek sampingnya lebih sedikit dan biasanya lebih aman digunakan pada
penderita depresi yang disertai kelainan jiwa.
Efek samping yang terjadi berupa mual, diare dan sakit kepala; yang
sifatnya ringan dan akan segera menghilang jika pemakaian obat
dilanjutkan.
SSRIs efektif digunakan pada depresi yang disertai oleh kelainan jiwa
berikut:
- Distimia, yang memerlukan pemberian jangka panjang
- Penyakit obsesif-kompulsif
- Penyakit panik
- Fobia sosial
- Bulimia.
Kerugian utama dari SSRIs adalah sering menyebabkan kelainan fungsi
seksual.
3. Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs).
Penderita yang meminum obat golongan MAOIs harus menjalani
sejumlah pengaturan diet dan larangan tertentu.
Mereka sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan atau minuman yang
mengandung tiramin, misalnya bir, anggur merah (termasuk sherry), kopi
manis, makanan yang terlalu matang, salami, keju tua, ekstrak jamur dan
kecap.
Mereka harus menghindari obat-obatan seperti fenilpropanolamin dan
dekstrometorfan, yang menyebabkan pelepasan adrenalin dan
menyebabkan peningkatan tekanan darah yang hebat secara tiba-tiba.
Obat lainnya yang juga harus dihindari adalah anti-depresi trisiklik, SSRIs
dan meperidin (pereda nyeri).
Penderita yang meminum MAOIs biasanya diharuskan membawa obat
penawar (misalnya klorpromazin atau nifedipin) setiap saat. Jika timbul
nyeri kepala berdenyut dan hebat, maka obat penawar ini harus diminum
dan segera pergi ke rumah sakit terdekat.
MAOIs jarang digunakan karena menimbulkan kesulitan dalam
pembatasan diet dan larangan tertentu, sehingga hanya diberikan kepada
penderita yang tidak menunjukkan perbaikan dengan anti-depresi lainnya.
4. Psikostimulan (perangsang psikis).
Contohnya adalah metilfenidat, yang biasanya diberikan kepada penderita
yang menarik diri, tenang dan mengalami kelelahan atau penderita yang
tidak menunjukkan perbaikan pada pemberian obat anti-depresi lainnya.
Psikostimulan cenderung bekerja dengan cepat (dalam 1 hari), sehingga
kadang diberikan kepada penderita depresi usia lanjut yang baru
menjalani pembedahan atau menderita penyakit yang berkepanjangan.

Psikoterapi.
Psikoterapi yang dijalankan bersamaan dengan pemberian anti-depresi
memberikan hasil yang lebih baik.

Psikoterapi individual maupun kelompok bisa membantu penderita secara


bertahap untuk memulai kembali tanggung jawabnya yang dahulu dan
menyesuaikan diri dengan tekanan kehidupan yang normal.
Pada psikoterapi interpersonal, penderita menerima dukungan untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan dalam hidupnya.

Terapi kognitif bisa membantu merubah fikiran negatif dan rasa putus asa.
Untuk depresi yang lebih ringan, psikoterapi saja bisa sama efektifnya
dengan terapi obat-obatan.

Terapi Elektrokonvulsif.

Terapi elektrokonvulsif (ECT) digunakan untuk mengatasi depresi berat,


terutama pada:
- penderita psikotik
- penderita yang mengancam akan melakukan bunuh diri
- penderita yang tidak mau makan.

Terapi ini biasanya sangat efektif dan bisa segera meringankan depresi.

Elektroda dipasang di kepala dan aliran listrik diberikan untuk


merangsang kejang di dalam otak. Untuk alasan yang tidak dimengerti,
kejang ini menyebabkan berkurangnya depresi.
Pengobatan dilakukan sebanyak 5-7 kali.
Aliran listrik bisa menyebabkan kontraksi otot dan nyeri, sehingga
penderita dibius total selama pengobatan.
ECT bisa menyebabkan hilangnya ingatan untuk sementara waktu.

PROGNOSIS

Jika tidak diobati, depresi bisa berlangsung sampai 6 bulan atau lebih.
Gejala yang ringan bisa menetap, tetapi fungsi penderita cenderung
kembali normal.

Sebagian besar penderita mengalami episode depresi berulang, sekitar 4-5


kali sepanjang hidupnya.

You might also like