You are on page 1of 18

Faktor-faktoryangMempengaruhiPembentukanSikap

Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individu membentuk
pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai
faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah:
1. Pengalaman pribadi. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi,
penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.
2. Kebudayaan. B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh lingkungan (termasuk
kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola
perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang
dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk
sikap dan perilaku yang lain.
3. Orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya, individu bersikap konformis atau searah
dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi
oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang
dianggap penting tersebut.
4. Media massa. Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio,
mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi
baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap
hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan
memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah
arah sikap tertentu.
5. Institusi Pendidikan dan Agama. Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama
mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar
pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis
pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari
pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
6. Faktor emosi dalam diri. Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu frustasi
telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih tahan lama.
contohnya bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap


Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individu membentuk
pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai
faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah:
Pengalaman pribadi.
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan
yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut
melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan
pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.
Kebudayaan.
B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan)
dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang
konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang dimiliki. Pola
reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku
yang lain.
Orang lain yang dianggap penting.
Pada umumnya, individu bersikap konformis atau searah dengan sikap orang orang yang
dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi
dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
Media massa.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio, mempunyai pengaruh
besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai
sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar
afektif dalam mempresepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

Faktor yang mempengaruhi perilaku:


1. Faktor Internal

Tingkah laku manusia adalah corak kegiatan yang sangat dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam
dirinya. Faktor-faktor intern yang dimaksud antara lain jenis ras/keturunan, jenis kelamin, sifat
fisik, kepribadian, bakat, dan intelegensia. Faktor-faktor tersebut akan dijelaskan secara lebih
rinci seperti di bawah ini.
a. Jenis Ras/ Keturunan
Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang khas. Tingkah laku khas ini
berbeda pada setiap ras, karena memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri perilaku ras Negroid antara lain
bertemperamen keras, tahan menderita, menonjol dalam kegiatan olah raga. Ras Mongolid
mempunyai ciri ramah, senang bergotong royong, agak tertutup/pemalu dan sering mengadakan
upacara ritual. Demikian pula beberapa ras lain memiliki ciri perilaku yang berbeda pula.
b. Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain cara berpakaian, melakukan pekerjaan
sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini bisa dimungkikan karena faktor
hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas. Wanita seringkali berperilaku
berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki-laki cenderug berperilaku atau bertindak atas
pertimbangan rasional.
c. Sifat Fisik
Kretschmer Sheldon membuat tipologi perilaku seseorang berdasarkan tipe fisiknya. Misalnya,
orang yang pendek, bulat, gendut, wajah berlemak adalah tipe piknis. Orang dengan ciri
demikian dikatakan senang bergaul, humoris, ramah dan banyak teman
d. Kepribadian
adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya yang digunakan untuk
bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsang baik yang datang dari dalam dirinya
maupun dari lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu merupakan suatu kesatuan
fungsional yang khas untuk manusia itu. Dari pengertian tersebut, kepribadian seseorang jelas
sangat berpengaruh terhadap perilaku sehari-harinya
e. Intelegensia
adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah dan efektif.
Bertitik tolak dari pengertian tersebut, tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh
intelegensia. Tingkah laku yang dipengaruhi oleh intelegensia adalah tingkah laku intelegen di
mana seseorang dapat bertindak secara cepat, tepat, dan mudah terutama dalam mengambil
keputusan

f. Bakat
adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus
mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya berupa kemampuan
memainkan musik, melukis, olah raga, dan sebagainya
2. Faktor Eksternal
a. Pendidikan
Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar
adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya
terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya
dengan orang yang berpendidikan rendah.
b. Agama
Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai yang diajarkan
oleh agama yang diyakininya.
c. Kebudayaan
diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia. Tingkah laku seseorang dalam
kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang yang hidup pada kebudayaan lainnya, misalnya
tingkah laku orang Jawa dengan tingkah laku orang Papua.
d. Lingkungan
adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun
sosial. Lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku individu karena lingkungan
itu dapat merupakan lawan atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya. Individu terus
berusaha menaklukkan lingkungan sehingga menjadi jinak dan dapat dikuasainya.
e. Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan
untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi perilaku
seseorang.
4.

Pembahasan

Kepercayaan konsumen terhadap suatu produk bahwa produk tersebut memiliki atribut adalah
akibat dari pengetahuan konsumen. Menurut Mowen dan Minor kepercayaan konsumen adalah
pengetahuan konsmen mengenai suatu objek, atributnya, manfaatnya. Pengetahuan tersebut
berguna dalam mengkomunikasikan suatu produk dan atributnya kepada konsumen. Sikap
menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut tersebut. Berikut adalah
beberapa karakteristik sikap antara lain :
1.Sikap positif, negatif, netral.
2.Keyakinan sikap.
3.Sikap memiliki objek.
4.Konsistensi sikap.
5.Resistensi sikap.
Empat fungsi sikap yang bisa digunakan oleh pemasar sebagai metode untuk mengubah sikap
konsumen terhadap produk dan atributnya menurut Daniel Katz antara lain :
1.Fungsi utilitarian.
2.Fungsi mempertahankan ego.
3.Fungsi ekspresi nilai.
4.Fungsi pengetahuan.
Pengukuran sikap yang paling populer digunakan oleh para peneliti konsumen adalah model
multi atribut yang terdiri dari tiga model : the attittude toward-object model, the attittude towardbehavior model, dan the theory of reasoned-action model. Model ini menjelaskan bahwa sikap
konsumen terhadap suatu objek sangat ditentukan oleh sikap konsumen terhadap atribut-atribut
yang dievaluasi. Model ini menekankan tingkat kepentingan yang diberikan kosumen kepada
suatu atribut sebuah produk. Model sikap lainnya yang juga sering digunakan adalah model sikap
angka ideal. Model ini memberikan informasi mengenai sikap konsumen terhadap merek suatu
produk sekaligus memberikan informasi mengenai merek ideal yang dirasa suatu produk.
Perbedaannya dengan model multi atribut adalah terletak pada pengukuran sikap menurut
konsumen.
Komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) yaitu
Kognitif (cognitive)

Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap.
Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang
dapat diharapkan dari obyek tertentu
Afektif (affective)
Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum
komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu.
Konatif (conative)
Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana
perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan
obyek sikap yang dihadapi.
Sikap memiliki beberapa karakteristik, antara lain: arah, intensitas, keluasan, konsistensi dan
spontanitas (Assael, 1984 dan Hawkins dkk, 1986). Karakteristik dan arah menunjukkan bahwa
sikap dapat mengarah pada persetujuan atau tidaknya individu, mendukung atau menolak
terhadap objek sikap. Karakteristik intensitas menunjukkan bahwa sikap memiliki derajat
kekuatan yang pada setiap individu bisa berbeda tingkatannya. Karakteristik keluasan sikap
menunjuk pada cakupan luas mana kesiapan individu dalam merespon atau menyatakan sikapnya
secara spontan. Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap
adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi yang
merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling bereaksi
didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. sumber:
http://chanwr93.blogspot.com/2013/01/mempengaruhi-sikap-dan-perilaku.html

A.Sikap
1.Definisi Sikap
Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang
diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh
dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua
objek dan situasi yang berkaitan dengannya (Widayatun, 1999).
Menurut Notoatmodjo (2003) sikap merupakan reaksi atau
respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap merupakan kesiapan untuk
bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap objek. Beberapa batasan tentang sikap

yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) antara lain, menurut


Campbell (1950) mengemukakan batasan tentang sikap yaitu
tingkah laku sosial seseorang merupakan sebuah syndrome
atau gejala dari konsistensi reseptor dengannilai objek
sosialnya.
Dari batasan diatas dapat disimpulkan bahwa manifestasi
dari sikap itu
tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan terlebih
dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap belum merupakan
suatu tindakan atau , akan tetapi merupakan suatu predisposisi
tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi
tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku
yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi
terhadap
objek
dilingkungan
tertentu
sebagai
suatu
penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2003).
Diagram di bawah ini dapat menjelaskan tentang proses
terbentuknya sikap dan reaksi. Ransangan Stimulus Reaksi
tingkah laku (terbuka) Proses Ransangan Sikap (tertutup)
( Notoatmodjo, 2003 ) Gambar 2.1 proses terbentuknya sikap
dan reaksi
2.Komponen pokok Sikap
Menurut Alport (1954) yang dikemukakan oleh Notoatmodjo
(2003) ada
tiga komponen pokok sikap yaitu :
a.Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu
objek
b.Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c.Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Kecenderungan untuk bertindak laki-laki dan perempuan
berbeda. Hal ini dikarenakan, perempuan lebih banyak
menggunakan intuisinya dalam bertindak dibanding laki-laki.
Perempuan lebih banyak memilih dalam setiap tindakannya
dan selalumemikirkan faktor resiko dari perbuatannya sehingga
kecenderungan untuk bertindakpun tidak seagresif kaum lelaki.
Laki-laki lebih banyak menggunakan emosionalnya dibanding
intuisinya tanpa memikirkan resiko dari tindakannya, sehingga

kaum lelaki paling sering terkena resiko tindakannya dibanding


perempuan (Smartpsikologi, 2007).
Tiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap
yang utuh (total attitude). Dalam pembentukan sikap yang utuh
ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang
peranan penting.
3.
Pembentukan Sikap Menurut Azwar (2007) faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap antara lain :
a.Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk
dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.
Middlebrook (1974) mengatakan bahwa tidak adanya
pengalaman sama sekali dengan suatu objek
psokologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap
objek tersebut.
b.Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya
penting. Keinginan ini antara lain dimotifasi oleh keinginan
untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik
dengan orang yang dianggap penting tersebut. Di antara orang
yang biasanya dianggap penting oleh individu adalah orang
tua, orang
yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat,
guru, te
man kerja, istri, suami, dll.
c.Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita
terhadap berbagai masalah karena kebudayaan dimana kita
hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan sikap kita.
d.Media massa

Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media


massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Pesan-pesan sugestif yang
dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat akan
memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu.
e.Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Kedua lembaga ini meletakkan dasar pengertian dan konsep
moral dalam individu sehingga kedua lembaga ini merupakan
suatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan
sikap.
f.Pengaruh faktor emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi
atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Peran
gender sangat mempengaruhi keadaanemosional, perempuan
menekankan pada tanggung Jawab sosial dalam emosinya.
Perempuan lebih merasa bertanggung Jawab terhadap emosi
orang lain. Mereka sangat memperhatikan keadaan emosi
orang lain sehingga lebih mampu untuk memahami perubahan
emosional. Oleh sebab itu kaum perempuan biasanya jauh lebih
memiliki empati terhadap penderitaan orang lain ketimbang
laki-laki. Masyarakat memiliki stereotip bahwa laki-laki kurang
mampu
menghayati
perasaan
emosionalnya.
Adapun
perempuan sangat menghayati emosinya. Laki-laki mudah
menyembunyikan
emosi
yang
dialaminya,
sedangkan
perempuan sulit menyembunyikannya. Oleh sebab itu
maka perempuan cenderung dilihat lebih emosional ketimbang
laki-laki.
Masyarakat
cenderung
menganggap
bahwa
perempuan lebih mudah merasakan takut, cemas dan sedih
daripada laki-laki. Sedangkan laki-laki dianggap lebih mudah
untuk marah (Smartpsikologi, 2007).
4.
Berbagai tingkatan Sikap Tingkatan sikap menurut Notoatmodjo
(2003) adalah sebagai berikut :
a.Menerima (receiving)
Menerima dapat diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

mempertahankan stimulus yang diberikan (objek)


b.Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan
atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari
pekerjaan itu benar atausalah, adalah berarti orang menerima
ide tersebut.
c.Menghargai (valuing)
Indikasi sikap ketiga adalah mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
d.Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi adalah bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak
langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana
pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek.
Sedangkan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
pertanyaan-pertanyaan
hipotesis,
kemudian
ditanyakan
pendapat responden. Dan biasanya jawaban berada dalam
rentang antara sangat setuju sampai sangat tidak setuju.
5.
Praktek atau Tindakan Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa
suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan
(over behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu
perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu
kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah
fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor
pendukung (support) dari pihak lain. Praktek ini mempunyai
beberapa tingkatan , yaitu :
a.Persepsi (perception),
yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan
dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek
tingkat pertama.
b.
Respon terpimpin (guided response),

yaitu indikator praktek tingkat dua adalah dapat melakukan


sesuatu sesuai dengan contoh.
c.Mekanisme (mecanism),
yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan
benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan
kebiasaan, maka iasudah mencapai praktek tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption),
adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
BAB 8 "MEMPENGARUHI SIKAP DAN PERILAKU"
DEFINISI
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi yang
merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling bereaksi
didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud di gerakan (sikap); tidak saja
badan atau ucapan.
FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP DAN PERILAKU
1.
Faktor Personal
adalah faktor-faktor yang datang dari dalam diri individu
Faktor Biologis
Struktur biologis manusia genetika, sistem syaraf dan sistem hormonal sangat mempengaruhi
perilaku manusia. Pengaruh biologis terhadap perilaku manusia ditandai dua hal :
Instink (naluri)
Motif biologis
Faktor Sosiopsikologis
Sebagai makhluk sosial, manusia mendapatkan beberapa karakter tertentu akibat proses
soaialnya. Karakter itu dapat dikategorikan dalam 3 komponen:
Komponen Afektif
o
o
o

Merupakan aspek emosional meliputi :


Motif Sosiogenis (motif sekunder) motif biologis yang utama (primer)
Sikap
emosi
Komponen Kognitif

Berkaitan dengan apa yang diketahui manusia (aspek intelektual)


Komponen Konatif
Berkaitan dengan kebiasaan kemauan ber-tindak (aspek volisional)
2.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Faktor-Faktor Situasional
Kaum Behavioral percaya sekali lingkungan sangat berpengaruh terhadap bentuk perilaku
seseorang. Faktor lingkungan (faktor situasional) dapat berupa :
Faktor ekologis
Faktor rancangan dan arsitektural
Faktor temporal
Suasana perilaku
Teknologi
Faktor-faktor sosial
Lingkungan psikososial
Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku

1.
2.
3.
4.
5.
6.

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN SIKAP


Pengalaman Pribadi
Kebudayaan
Orang lain yang dianggap penting
Media massa
Institusi pendidikan dan agama
Faktor emosi dalam diri
Sumber: http://juwitaaroem.blogspot.com/2012/10/mempengaruhi-sikap-dan-perilaku.html
Pembentukan Sikap
Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial,
individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis
yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi
pembentukan sikap adalah:
1. Pengalaman pribadi. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,
pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap
akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan
faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan
pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.
2. Kebudayaan. B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh
lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk kepribadian
seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten yang
menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang dimiliki.

Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan
untuk sikap dan perilaku yang lain.
3. Orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya, individu bersikap
konformis atau searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting.
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan
keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting
tersebut.
4. Media massa. Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti
televisi, radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal
tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila
cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai
sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
5. Institusi Pendidikan dan Agama. Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan
dan agama mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap
dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral
dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara
sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan
dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
6. Faktor emosi dalam diri. Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi
lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu
bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang
berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera
berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap
yang lebih persisten dan lebih tahan lama. contohnya bentuk sikap yang
didasari oleh faktor emosional adalah prasangka
https://www.facebook.com/DavidLambale/posts/431318086928707
Pengalama pribadi
Kewenangan dan kewibawaan pada eksekutif usia pertengahan menurun pada
saat mereka menjelang pension,sikap mereka terhadap ketuaan misalnya menjadi
kurang menyenangkan.Sikap ini semakin dipertajam oleh sikap sosial yang kurang
menyenangkan.

BAB 9 PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP PEMBELIAN DAN


KONSUMSI
1. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Kebudayaan dalam bahasa Inggris disebut culture. Kata tersebut sebenarnya berasal dari bahasa
Latin = colere yang berarti pemeliharaan, pengolahan tanah menjadi tanah pertanian. Sedangkan
kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu kata buddayah. Kata buddayah berasal dari kata
budhi atau akal. Manusia memiliki unsur-unsur potensi budaya yaitu pikiran (cipta), rasa dan
kehendak (karsa). Hasil ketiga potensi budaya itulah yang disebut kebudayaan. Dengan kata lain
kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dengan cipta manusia mengembangkan kemampuan alam pikir yang menimbulkan ilmu
pengetahuan. Dengan rasa manusia menggunakan panca inderanya yang menimbulkan karyakarya seni atau kesenian. Dengan karsa manusia menghendaki kesempurnaan hidup, kemuliaan
dan kebahagiaan sehingga berkembanglah kehidupan beragama dan kesusilaan.
Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. kebudayaan itu hanya dimiliki oleh masyarakat manusia;
2. kebudayaan itu tidak diturunkan secara biologis melainkan diperoleh melalui proses belajar;
dan
3. kebudayaan itu didapat, didukung dan diteruskan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan
oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah
Cultural-Determinism.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di
dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa,
dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai
kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda
yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
2. TEMPAT SESEORANG MENEMUKAN NILAI-NILAI YANG DIANUTNYA
Individu tidak lahir dengan membawa nilai-nilai (values). Nilai-nilai ini diperoleh dan
berkembang melalui informasi, lingkungan keluarga, serta budaya sepanjang perjalanan
hidupnya. Mereka belajar dari keseharian dan menentukan tentang nilai-nilai mana yang benar

dan mana yang salah. Untuk memahami perbedaan nilai-nilai kehidupan ini sangat tergantung
pada situasi dan kondisi dimana mereka tumbuh dan berkembang. Nilai-nilai tersebut diambil
dengan berbagai cara antara lain:
(1) Model atau contoh, dimana individu belajar tentang nilai-nilai yang baik atau buruk melalui
observasi perilaku keluarga, sahabat, teman sejawat dan masyarakat lingkungannya dimana dia
bergaul;
(2) Moralitas, diperoleh dari keluarga, ajaran agama, sekolah, dan institusi tempatnya bekerja
dan memberikan ruang dan waktu atau kesempatan kepada individu untuk mempertimbangkan
nilai-nilai yang berbeda.
(3) Sesuka hati adalah proses dimana adaptasi nilai-nilai ini kurang terarah dan sangat tergantung
kepada nilai-nilai yang ada di dalam diri seseorang dan memilih serta mengembangkan sistem
nilai-nilai tersebut menurut kemauan mereka sendiri. Hal ini lebih sering disebabkan karena
kurangnya pendekatan, atau tidak adanya bimbingan atau pembinaan sehingga dapat
menimbulkan kebingungan, dan konflik internal bagi individu tersebut.
(4) Penghargaan dan Sanksi : Perlakuan yang biasa diterima seperti: mendapatkan penghargaan
bila menunjukkan perilaku yang baik, dan sebaliknya akan mendapat sanksi atau hukuman bila
menunjukkan perilaku yang tidak baik.
(5) Tanggung jawab untuk memilih : adanya dorongan internal untuk menggali nilai-nilai
tertentu dan mempertimbangkan konsekuensinya untuk diadaptasi. Disamping itu, adanya
dukungan dan bimbingan dari seseorang yang akan menyempurnakan perkembangan sistem nilai
dirinya sendiri.
3. PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP PERILAKU KONSUMEN
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah perilaku yang
diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan
produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan
kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan. Selain itu perilaku
konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah proses pengambilan keputusan dan
kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai,
mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa. Menurut Ebert dan
Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan
tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.
Model perilaku konsumen
Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan
besar meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan
mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak
mereka membeli, serta mengapa mereka membeli.
Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Pengiklan
harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas social pembeli.
Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Budaya
merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh
seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Setiap kebudayaan

terdiri dari sub-budaya sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan
sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi
empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis.
Banyak subbudaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar seringkali merancang produk
dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu
masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan
perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan,
tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.
Pengaruh Budaya Yang Tidak Disadari
Dengan adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan . Dengan memahami
beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam memprediksi
penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat mempengaruhi
masyarakat secara tidak sadar. Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis sehingga
pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja.
Pengaruh Budaya dapat Memuaskan Kebutuhan
Budaya yang ada di masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu
produk yang memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan
menyediakan metode Coba dan buktikan dalam memuaskan kebutuhan fisiologis, personal dan
sosial. Misalnya dengan adanya budaya yang memberikan peraturan dan standar mengenai kapan
waktu kita makan, dan apa yang harus dimakan tiap waktu seseorang pada waktu makan. Begitu
juga hal yang sama yang akan dilakukan konsumen misalnya sewaktu mengkonsumsi makanan
olahan dan suatu obat.
Pengaruh Budaya dapat Dipelajari
Budaya dapat dipelajari sejak seseorang sewaktu masih kecil, yang memungkinkan seseorang
mulai mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan yang kemudian
membentuk budaya seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat dipelajari. Seperti yang
diketahui secara umum yaitu misalnya ketika orang dewasa dan rekannya yang lebih tua
mengajari anggota keluarganya yang lebih muda mengenai cara berperilaku. Ada juga misalnya
seorang anak belajar dengan meniru perilaku keluarganya, teman atau pahlawan di televisi.
Begitu juga dalam dunia industri, perusahaan periklanan cenderung memilih cara pembelajaran
secara informal dengan memberikan model untuk ditiru
masyarakat.Misalnya dengan adanya pengulangan iklan akan dapat membuat nilai suatu produk
dan pembentukan kepercayaan dalam diri masyarakat. Seperti biasanya iklan sebuah produk
akan berupaya mengulang kembali akan iklan suatu produk yang dapat menjadi keuntungan dan
kelebihan dari produk itu sendiri. Iklan itu tidak hanya mampu mempengaruhi persepsi sesaat
konsumen mengenai keuntungan dari suatu produk, namun dapat juga memepengaruhi persepsi
generasi mendatang mengenai keuntungan yang akan didapat dari suatu kategori produk tertentu.
Pengaruh Budaya yang Berupa Tradisi
Tradisi adalah aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian langkah-langkah
(berbagai perilaku) yang muncul dalam rangkaian yang pasti dan terjadi berulang-ulang. Tradisi
yang disampaikan selama kehidupan manusia, dari lahir hingga mati. Hal ini bisa jadi sangat
bersifat umum. Hal yang penting dari tradisi ini untuk para pemasar adalah fakta bahwa tradisi
cenderung masih berpengaruh terhadap masyarakat yang menganutnya. Misalnya yaitu natal,
yang selalu berhubungan dengan pohon cemara. Dan untuk tradisi-tradisi misalnya pernikahan,
akan membutuhkan perhiasan-perhiasan sebagai perlengkapan acara tersebut.

4. DAMPAK NILAI NILAI INTI TERHADAP PEMASARAN


Kebutuhan
Konsep dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah
pernyataan dari rasa kahilangan, dan manusia mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks.
Kebutuhan manusia yang kompleks tersebut karena ukan hanya fisik (makanan, pakaian,
perumahan dll), tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri, sosialisasi, penghargaan, kepemilikan.
Semua kebutuhan berasal dari masyarakat konsumen, bila tidak puas consumen akan mencari
produk atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut.
Keinginan
Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaza dan kepribadian individual dinamakan
keinginan. Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek yang akan memuaskan kebutuhan
mereka atau keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang spesifik. Masyarakat yang
semakin berkembang, keinginannya juga semakin luas, tetapi ada keterbatasan dana, waktu,
tenaga dan ruang, sehingga dibutuhkan perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus
memenuhi kebutuhan manusia dengan menenbus keterbatasan tersebut, paling tidak
meminimalisasi keterbatasan sumber daya. Contoh : manusia butuh makan, tetapi keinginan
untuk memuaskan lapar tersebut terhgantung dari budayanya dan lingkungan tumbuhnya.
Permintaan
Dengan keinginan dan kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut, akhirnya manusia
menciptakan permintaan akan produk atau jasa dengan manfaat yang paling memuaskan.
Sehingga muncullah istilah permintaan, yaitu keinginan menusia akan produk spesifik yang
didukung oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya.
5. PERUBAHAN NILAI
Budaya juga perlu mengalami perubahan nilai. Ada beberapa aspek dari perlunya perluasan
perubahan budaya yaitu :
1. Budaya merupakan konsep yang meliputi banyak hal atau luas. Hal tersebut termasuk segala
sesuatu dari pengaruh proses pemikiran individu dan perilakunya. Ketika budaya tidak
menentukan sifat dasar dari frekuensi pada dorongan biologis seperti lapar, hal tersebut
berpengaruh jika waktu dan cara dari dorongan ini akan memberi kepuasan.
2. Budaya adalah hal yang diperoleh. Namun tidak memaksudkan mewarisi respon dan
kecenderungan. Bagaimanapun juga, bermula dari perilaku manusia tersebut.
3. Kerumitan dari masyarakat modern yang merupakan kebenaran budaya yang jarang
memberikan ketentuan yang terperinci atas perilaku yang tepat.
Variasi nilai perubahan dalam nilai budaya terhadap pembelian dan konsumsi
Nilai budaya memberikan dampak yang lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini
dimasukkan kedalam kategori-kategori umum yaitu berupa orientasi nilai-nilai lainnya yaitu
merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat antara individu dan kelompok dalam
masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang utama dalam praktek pemasaran. Sebagai
contoh, jika masyarakat menilai aktifitas kolektif, konsumen akan melihat kearah lain pada
pedoman dalam keputusan pembelanjaan dan tidak akan merespon keuntungan pada seruan
promosi untuk menjadi seorang individual. Dan begitu juga pada budaya yang individualistik.
Sifat dasar dari nilai yang terkait ini termasuk individual/kolektif, kaum muda/tua, meluas/batas

keluarga, maskulin/feminim, persaingan/kerjasama, dan perbedaan/keseragaman.


Individual/kolektif
Budaya individualis terdapat pada budaya Amerika, Australia, Inggris, Kanada, New Zealand,
dan Swedia. Sedangkan Taiwan, Korea, Hongkong, Meksiko, Jepang, India, dan Rusia lebih
kolektifis dalam orientasi mereka. Nilai ini adalah faktor kunci yang membedakan budaya, dan
konsep diri yang berpengaruh besar pada individu. Tidak mengherankan, konsumen dari budaya
yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula reaksi mereka pada produk asing, iklan, dan sumber
yang lebih disukai dari suatu informasi. Seperti contoh, konsumen dari Negara yang lebih
kolektifis cenderung untuk menjadi lebih suka meniru dan kurang inovatif dalam pembelian
mereka dibandingkan dengan budaya individualistik. Dalam tema yang diangkat seperti be
your self dan stand out, mungkin lebih efektif dinegara amerika tapi secara umum tidak di
negara Jepang, Korea, atau Cina.
Usia muda/tua
Dalam hal ini apakah dalam budaya pada suatu keluarga, anak-anak sebagai kaum muda lebih
berperan dibandingkan dengan orang dewasa dalam pembelian. Dengan kata lain adalah melihat
faktor budaya yang lebih bijaksana dalam melihat sisi dari peran usia. Seperti contoh di Negara
kepulauan Fiji, para orang tua memilih untuk menyenangkan anak mereka dengan membeli suatu
barang. Hal ini berbeda dengan para orang tua di Amerika yang memberikan tuntutan yang
positif bagi anak mereka. Disamping itu, walaupun Cina memiliki kebijakan yang mengharuskan
untuk membatasi keluarga memiliki lebih dari satu anak, tetapi bagi budaya mereka anak
merupakan kaisar kecil bagi mereka. Jadi, apapun yang mereka inginkan akan segera dipenuhi.
Dengan kata lain, penting untuk diingat bahwa segmen tradisional dan nilai masih berpengaruh
dan pera pemasar harus menyesuaikan bukan hanya pada lintas budaya melainkan juga pada
budaya didalamnya.
Luas/batasan keluarga
Yang dimaksud disini adalah bagaimana keluarga dalam suatu budaya membuat suatu keputusan
penting bagi anggota keluarganya. Dengan kata lain apakah peran orang dewasa (orang tua)
memiliki kebijakan yang lebih dalam memutuskan apa yang terbaik bagi anaknya. Atau malah
sebaliknya anak-anak memberi keputusan sendiri apa yang terbaik bagi diri mereka sendiri. Dan
bisa dikatakan juga bahwa pengaruh pembelian oleh orang tua akan berpengaruh untuk
seterusnya pada anak. Seperti contoh pada beberapa budaya yaitu seperti di Meksiko, sama
halnya dengan Amerika, peran orang dewasa sangat berpengaruh. Para orang tua lebih memiliki
kecenderungan dalam mengambil keputusan dalam membeli. Begitu juga para orang dewasa
muda di Thailand yang hidup sendiri diluar dari orang tua atau keluarga mereka. Tetapi
ketergantungan dalam membeli masih dipengaruhi oleh orang tua maupun keluarga mereka.
Yang lain halnya di India, sesuatu hal yang akan dibeli diputuskan bersama-sama dalam satu
keluarga yaitu seperti diskusi keluarga diantara mereka.
sumber : http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/01/pengaruh-kebudayaan-terhadap-pembeliandan-konsumsi/

You might also like