Professional Documents
Culture Documents
yaitu
pertumbuhan
dan
perkembangan.
Pertumbuhan
berhubungan
dengan
segala
upaya
untuk
menjaga
dan
mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik, mental dan sosial. Juga
menegakkan diagnosis dini setiap kelainan tumbuh kembang dan
kemungkinan penanganan yang efektif serta mencari penyebab dan
mencegah keadaan tersebut.
Pembahasan
I.
Anamnesis
Anamnesis adalah komunikasi dua arah yang dilakukan dokter dengan
pasien atau dengan keluarga pasien untuk mengetahui keluhan riwayat penyakit
pasien sekarang, riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit dalam keluarganya.
Hal ini penting diketahui agar lebih membantu untuk menegakkan diagnosa,
diagnosa banding, kemudian menentukan terapi yang terbaik serta meramalkan
prognosisnya. Identitas merupakan hal mutlak yang perlu ditanyakan. Hal-hal yang
penting untuk ditanyakan setelah identitas adalah:
1
1. Riwayat kehamilan
Faktor lingkungan
pranatal
merupakan
faktor-faktor
yang
cacat
bawaan.
Disamping
itu
pula
adalah
masa
yang
sangat
peka
pula
dengan
ibu
hamil
yang
perokok
ikan
yang
terkontaminasi
merkuri
dapat
2
menyebabkan
mikrosefali
dan
palsi
serebralis,
seperti
menyebabkan
kematian
janin,
kerusakan
otak,
TORCH
(Toxoplasma,
Rubella,
Cytomegalovirus,
penyakit
pada
janin
adalah
varicella,
seperti
jumlah
kehamilan
sebelumnya,
persalinan
lama
meliputi
harus
serta
respon
sosial
dan
mental
memerlukan
tingkat
perkembangan
dasar.
Pada
grafik
dan
tidak
penuh
sesak
akan
menjamin
kesehatan
penghuninya.
b. Sanitasi
Sanitasi lingkungan memiliki peran yang cukup dominan
dalam penyediaan lingkungan yang mendukung kesehatan
anak dan tumbuh kembangnya. Kebersihan, baik kebersihan
perorangan
penting
maupun
dalam
lingkungan
timbulnya
memegang
penyakit.
Akibat
peranan
kurangnya
cacingan,
tifus
abdominalis,
hepatitis,
dan
pada
timbulnya
gangguan
pada
sistem
pernapasan.2
5. Faktor sosial ekonomi keluarga dan adat istiadat
a. Pendapatan/pekerjaan orang tua
b. Pendidikan ayah/ibu
Dengan
pendidikan
yang
memadai,
orang
tua
dapat
yang
baik,
kesehatan,
pendidikan
anak,
dan
sebagainya
c. Jumlah saudara
Jumlah anak dan jarak usia antar anak memberikan dampak
yang cukup besar mengenai kasih sayang dan perhatian
yang diberikan orang tua kepada anak, juga kebutuhan
primer seperti makanan, sandang, dan perumahan.
d. Faktor lain yang meliputi kepribadian orang tua, adat
istiadat, agama, stabilitas rumah tangga.2
6. Riwayat penyakit sekarang
Pada anak yang datang dengan keluhan penyakit harus
ditanyakan mengenai keluhan utama serta riwayat perjalanan
penyakit hingga yang bersangkutan datang ke dokter untuk
menentukan diagnosa dan terapi yang tepat.
7. Gizi
Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang
anak, dimana kebutuhan anak berbeda dengan orang dewasa,
karena
makanan
bagi
anak
dibutuhkan
juga
untuk
keluarga,
dimana
seringkali
kepentingan
budaya
penyakit
herediter,
Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Antropometri
5
pertumbuhan
gigi-geligi,
dan
umur
tulang
bukan
telah
ditera
terlebih
dahulu.
Timbangan
harus
keadaan
pertumbuhan
skeletal.
Pada
badan,
relatif
kurang
sensitif
pada
masalah
kepala).
Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi dengan
lengan kiri bawah agar lurus, sedangkan tangan
menjaga agar posisi kaki tetap lurus (tidak fleksi
ataupun ekstensi). Tangan kanan menekan batas kaki
ke telapak kaki.
- Petugas 2 membaca angka di tepi di luar pengukur.
Untuk anak yang sudah dapat berdiri dapat menggunakan
microtoise. Cara mengukur pada posisi berdiri yaitu :
- Anak tidak pakai sandal atau sepatu.
- Berdiri tegak menghadap ke depan, kedua mata kaki
-
rapat.
Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang
pengukur.
Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di
ubun-ubun.
- Baca angka pada batas tersebut.1, 5
c. Pengukuran Lingkar Kepala
Pengukuran lingkar kepala bertujuan untuk mengetahui
lingkar kepala anak dalam batas normal atau di luar batas
normal. Pengukuran ini terutama dilakukan pada anak
sampai usia tiga tahun. Lingkar kepala dihubungkan dengan
ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat
secara cepat selama tahun pertama, tetapi besar lingkar
kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi.
Pita
ukur
diletakkan
di
oksiput
melingkar
ke
arah
yang
terkadang
susah
diperoleh.
Memberikan
Kesalahan
pengukuran
relatif
lebih
besar
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin
a. Hemoglobin (Hb)
Nilai normal Hb pada dewasa adalah:
wanita 12-16 gr/dL,
rifampisin,
primakuin,
dan
sulfonamid.
perlemakan
hati,
hemolisis,
pneumonia,
dan
Basofil
0-1%
(absolut
20-100
(absolut
50-300
sel/mm3)
Eosinofil
1-3%
sel/mm3)
Limfosit
25-35%
(absolut
1750-
3500 sel/mm3)
Monosit
4-6%
(absolut
200-600
sel/mm3)
Peningkatan jumlah netrofil (baik batang maupun segmen)
relatif dibanding limfosit dan monosit dikenal juga dengan
sebutan shift to the left, biasanya merupakan infeksi bakteri
dan
malaria.
menyebabkan shift
penyakit-penyakit
Kondisi
to
noninfeksi
the
alergi
left antara
lainnya,
luka
yang
lain
dapat
asma
bakar,
dan
anemia
to
the
right antara
lain
keracunan
normal
dewasa
150.000-400.000
sel/mm 3,
anak
10
IV.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan oleh hasil anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan ditunjang pemeriksaan penunjang.
V.
didapat
dapat
bertahan
selama
bertahun-tahun.
Pada
dua
jenis
vaksin,
yaitu
vaksin
yang
dapat
tuberculosis
dan
Mycobacterium
bovis
11
yang
sudah
dilemahkan.
Vaksinasi
BCG
tidak
berat
seperti
meningitis
tuberkulosa
dan
tuberkulosis milier.
b. BCG optimal diberikan pada umur 2-3 bulan. Pada usia >3
bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak dengan uji
Mantoux (tuberkulin) negatif. Bila uji tuberkulin para BCG
tidak dimungkinkan, BCG dapat diberikan namun harus
diobservasi dalam 7 hari. Bila ada reaksi lokal cepat di
daerah suntikan, perlu dievaluasi lebih lanjut (diagnostik TB)
c. Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan. Efek
proteksi bervariasi antara 0-80%. Hal ini mungkin karena
vaksin yang dipakai, lingkungan dengan Mycobacterium
atipik atau faktor pejamu (umur, keadaan gizi dan lain-lain).
d. Vaksin BCG diberikan secara intradermal 0,10 ml untuk
anak, 0,05 ml untuk bayi. BCG sebaiknya diberikan pada
regio lengan kanan atas pada daerah insersio m. deltoideus
kanan sehingga bila terjadi limfadenitis BCG lebih mudah
terdeteksi.
Penyuntikan BCG
secara
intradermal
yang
benar
akan
HIV,
imunokompromais
akibat
pengobatan
12
kortikosteroid,
obat
imunosupresif,
mendapat
2. Hepatitis B
Infeksi virus hepatitis B (VHB) menyebabkan sedikitnya satu
juta kematian/tahun. Infeksi pada anak umumnya asimtomatis
tetapi 80-95% akan menjadi kronis dan dalam 10-20 tahun
akan menjadi sirosis dan/atau karsinoma hepatoselular (KHS).
Imunisasi Hepatitis B meliputi :
a. Imunisasi aktif
Vaksin VHB yang tersedia adalah vaksin rekombinan.
Pemberian ketiga seri vaksin dan dengan dosis yang sesuai
rekomendasinya, akan menyebabkan terbentuknya respons
protektif (anti HBs > 10 mIU/mL) pada > 90% dewasa, bayi,
anak dan remaja. Vaksin diberikan secara intramuskular
dalam. Pada neonatus dan bayi diberikan di anterolateral
paha, sedangkan pada anak besar dan dewasa diberikan di
regio deltoid.
b. Imunisasi pasif
Hepatitis B immune globulin (HBIg) dalam waktu singkat
segera memberikan proteksi jangka pendek (3 - 6 bulan).
HBIg hanya diberikan pada kondisi pasca paparan (needle
stick injury, kontak seksual, bayi dari ibu VHB, terciprat
darah ke mukosa atau ke mata). Sebaiknya HBIg diberikan
bersama vaksin VHB.
Sasaran vaksinasi hepatitis B meliputi:
a. Semua bayi baru lahir tanpa memandang status VHB ibu
b.
c.
d.
e.
imunisasi
kedua;
sedangkan
imunisasi
hepatitis
sudah
ketiga
setelah
dievaluasi
untuk
itu
dosis
yang
direkomendasikan
bervariasi
segera
setelah
dan
bersifat
sementara,
kadang-kadang
dapat
disease
Corynebacterium
dan
disebabkan
diphteriae.
oleh
Corynebacterium
kuman
diphteriae
dan
terinfeksi
kuman
basil
tersebut
difteria
pada
kemudian
akan
akut
yang
disebabkan
oleh
bakteri
Bordetella
penyakit
yang
bersifat
toxin-
sehingga
menyebabkan
gangguan
aliran
sekret
yang
lumpuh
berakibat
terjadinya
batuk
disertai
suara
whoop.
Bayi
dan
anak
prasekolah
penghambatan
impuls
inhibisi.
Akibatnya
terjadi
penelitian
serologik
membuktikan
adanya
penurunan
Namun
demikian
antibodi
ini
ternyata
tidak
memberikan proteksi secara klinis. Vaksin pertusis wholecell adalah vaksin yang merupakan suspensi kuman B.
pertussis mati. Umumnya vaksin pertusis diberikan dengan
kombinasi bersama toksoid difteri dan tetanus. Campuran
ini diadsorbsikan ke dalam garam alumunium. Sejak 1962
dimulai usaha untuk membuat vaksin pertusis dengan
menggunakan fraksi sel (aselular) yang bila dibandingkan
dengan whole-cell
setelah
imunisasi
DTP
dan
mempunyai
yang
demikian,
hendaknya
tidak
diberikan
c. Toksoid Tetanus
-
pertusis.
Terdapat berbagai kemasan seperti, preparat tunggal
(TT), kombinasi dengan toksoid difteria dan atau
pertusis (dT, DT, DTwP, DTaP) dan kombinasi dengan
untuk
menimbulkan
dan
mempertahankan
tetanus
dan
difteria
cukup
baik
tanpa
Poliomielitis
Penyakit ini disebabkan oleh virus poliomyelitis pada
medula spinalis yang secara klasik menimbulkan kelumpuhan.
Virus polio termasuk dalam kelompok (sub-group) entero virus,
famili Picornaviridae. Dikenal 3 macam serotipe virus polio yaitu
P1, P2 dan P3.
Di Indonesia imunisasi polio sebagai program memakai
oral polio vaccine (OPV) dilaksanakan sejak tahun 1980 dan
19
tahun
1990
telah
mencanai
UCI
(universal
of
chlidren
immunization).7
Vaksin virus polio oral (oral polio vaccine = OPV)
Vaksin virus polio hidup oral berisi virus polio tipe 1,2, dan
3 yang sudah dilemahkan (attenuated). Vaksin ini digunakan
secara rutin sejak bayi lahir dengan dosis 2 tetes oral (0,1 ml).
Virus vaksin ini kemudian menempatkan diri di usus dan
memacu pembentukan antibodi baik dalam darah maupun
pada epitelium usus, yang menghasilkan pertahanan lokal
terhadap virus polio liar yang datang masuk kemudian. Jenis
vaksin virus polio ini dapat bertahan (beredar) di tinja sampai 6
minggu
setelah
pemberian
OPV.
Penerima
vaksin
dapat
vero
ginjal
kera
dan
formaldehid.
Pada
vaksin
dibuat
tersebut
tidak
aktif
dijumpai
dengan
neomisin,
(10-14
hari).
Akan
tetapi
pada
anak
dengan
akan
tetapi
dengan
interval
bulan
setelah
pemberian imunoglobulin.
Live mumps vaccine tidak memberikan perlindungan jika
diberikan setelah terpapar dengan pasien mumps. Akan tetapi,
jika paparan tadi tidak menimbulkan infeksi, vaksin ini akan
memberikan
perlindungan
terhadap
infeksi
berikutnya.
rubella
vaccine
dapat
memberikan
tidak
ditemukan
lagi.
Pemakaian
imunoglobulin
influenzae
tipe
(Hib)
bukan
virus
clan hanya
menyebabkan
infeksi
ringan
misalnya
(radang
22
Kedua
vaksin
tersebut
menunjukkan
efikasi
dan
belum
dapat
membentuk
antibodi
pada
vaksin
kali
suntikan
PRP-OMP
dan
dua
kali
suntikan
PRP-T,
23
menyebabkan
kematian
karena
perforasi
usus,
boleh
sulfonamid,
diberikan
atau
bersamaan
antimalaria
dengan
yang
aktif
antibiotik,
terhadap
virus
hidup
varisela-zoster
yang
dilemahkan
suhu
penyimpanan
tertentu.
Vaksin
harus
penyuntikan
vaksin,
pada
1%
individu
atau
tahun
fase
radioterapi,
pasien
yang
prolonged
hepatitis
(12-18
minggu),
relapsing
a. Imunisasi pasif
Sebagai upaya pencegahan setelah kontak (kontak serumah,
kontak seksual, epidemi), upaya profilaksis pasca paparan
dan pra paparan. Seyogyanya diberikan tidak lebih dari 2
minggu setelah paparan.
Normal human immune globulin (NIHG) setiap mili-meter
mengandung 100 IU anti HAV, diberikan secara intramuskular
dalam dengan dosis 0,002 ml/kg berat badan dan volume
total pada anak besar dan orang dewasa 5 ml, sedangkan
pada anak kecil atau bayi tidak melebihi 3 ml.
b. Imunisasi aktif
Imunisasi menyebabkan terbentuknya
serum-neutralizing
baik.
Diperkirakan
anti-NAVprotektif
antibodi
protektif
yang
menetap
atau
akibat
influenza
mengandung
virus
yang
tidak
aktif
jenis
split-virus
eksaserbasi
akut
asma
pada
anak.
ACIP
influenza
diberikan
sebelum
KLB
terjadi.
invasi
berhubungan
dengan
adanya
kapsul
normal
saluran
nafas
atas,
sedangkan
yang
lain
respons
imunologik
terhadap
antigen
antigen
kapsular
attack
menunjukkan
rates
bahwa
tinggi
vaksin
di
negara
berkembang,
pneumokokus
mengurangi
rotavirus
terjadi
pada
usia
6-24
bulan,
dengan
Diare
yang
terjadi
merupakan
resultante
dari
bufer
dalam
kemasannya.
Vaksin
monovalen
VI.
Kesimpulan
Anamnesis tumbuh kembang pada anak meliputi anamnesis
mengenai
faktor-faktor
pranatal
dan
postnatal
yang
dapat
teratogen
(termasuk
kemungkinan
paparan
radiasi),
di
atas
dapat
memengaruhi
pertumbuhan
dan
perkembangan anak.
Salah satu upaya mengoptimalkan tumbuh kembang anak
adalah dengan melindungi anak dari berbagai penyakit berbahaya.
Upaya yang diambil adalah dengan imunisasi. Program imunisasi
yang direkomendasikan meliputi 14 macam vaksinasi (Hepatitis B,
Polio, BCG, DTP, Hib, PCV, Rotavirus, Influenza, Campak, MMR,
Tifoid, Hepatitis A, Varisela, dan HPV) dengan jadwal baku yang
telah ditetapkan.
31
32
Daftar Pustaka
1. Markum AH. Buku ajar ilmu kesehatan anak. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia;1991.
2. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC;1995.
3. Schwartz MW. Garis besar anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Dalam: Schwartz MW, penyunting. Pedoman klinis 3. Jakarta:
EGC;2005.
4. Setiyohadi B, Supartondo. Anamnesis. Dalam: Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setidai S, penyunting. Buku
ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing;
2009.
5. Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan RI. Pedoman pengukuran dan pemeriksaan. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI;2007.
6. Sudiono H, Iskandar I, Edward H, Halim SL, Santoso R. Penuntun
patologi klinik
Kedokteran Ukrida;2007.
7. Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB.
Pedoman imunisasi di indonesia. Edisi ke-3. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI;2003.
8. Rahajoe NN, Basir D, Makmuri, Kartasasmita CB. Pedoman
nasional tuberkulosis anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI;2005.
9. Rahajoe NN. Tuberkulosis (vaksin BCG). Dalam: Ranuh IGN,
Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, penyunting.
Pedoman imunisasi di indonesia. Edisi ke-3. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI;2003.
10. Hidayat B, Pujiarto PS. Hepatitis b. Dalam: Ranuh IGN, Suyitno
H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, penyunting. Pedoman
imunisasi di indonesia. Edisi ke-3. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI;2003.
11. Tumbelaka AR, Hadinegoro SRS. Difteria, pertusis, tetanus.
Dalam: Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB,
penyunting. Pedoman imunisasi di indonesia. Edisi ke-3. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI;2003.
33