Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Infeksi dengan Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency
cells/L atau bila menurun dibawah 200 cells/L dengan adanya infeksi oportunistik
atau keganasan.(5)
Diagnosis toxoplasmosis dapat dilakukan dengan tes serologi, pencitraan,
biopsy jaringan, polymerase chain reaction (PCR) assays, pada diagnosis cerebral
toxoplasmosis biasanya digunakan serologi dan pencitraan (CT-Scan atau MRI).(1)
1.2.
Tujuan
Tujuan dari dibuatnya referat ini adalah untuk mengetahui definisi,
BAB II
PEMBAHASAN
TOKSOPLASMOSIS(6)
A. Definisi
Toksoplasmosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit obligat
2.1.
terhadap
kemoterapi,
Tissue cysts dapat pecah pada bebeberapa periode, dalam host yang
immunocompetent, imunitas dapat sebagai pencegahan agar tidak terjadi
Gambar 4. Life Cycle Toxoplasma gondii
merozoites
Asexual reproduction
Tachyzoites in intestinal ephitelial cells
Cats definitive host
Ingestion of tissue cysts with raw meat
Human intermediate
hosts
Tachyzoites in macrophages
Asexual reproduction
Asexual reproduction
Tachyzoites in macrophages
Gejala klinis yang terlihat pada pasien dengan yaitu sakit kepala, defisit
neurologi fokal, kebingungan, demam, letargi, kejang, parese nervus cranial,
perubahan status mental, dan ataxia. Diagnosis yang cepat dan tatalaksana
yang sesuai pada pemeriksaan klinis dan radiologi dapat memperbaiki
keadaan.(8)
B. Insiden dan etiologi (3)
Pada populasi AIDS, cerebral toxoplasmosis merupakan penyebab utama
terjadinya abses otak, disebabkan oleh infeksi oportunistik oleh obligat
intraseluler protozoa Toxoplasma gondii, insiden terjadi antara 13,4%-33%
pada pasien dengan komplikasi central nervous system (CNS) pada AIDS.
Penelitian epidemiologi toxoplasmosis memperlihatkan CT menjadi salah
satu yang paling umum infeksi oportunistik pada pasien AIDS, dan 5 yang
paling banyak dilaporkan adalah Asia (india, Malaysia, dan Thailand), Eropa
(Perancis, Inggris, dan Jerman), Amerika Utara (USA), Amerika Selatan
(Brasil dan Mexico), dan yang terbaru dari Afrika Selatan.(9)
Pada pasien AIDS di USA dan UK ditemukan toxoplasma pada CT 1640%, Spanyol 60%, Brazil 50-80%, Perancis 75-90% dan <20% pada negaranegara di Asia.
RSCM pada tahun 2002, 2003, 2004 total kasus terbaru HIV-AIDS pada
2002 adalah 128, 2003 330 orang, 2004 917 orang dan yang paling banyak
hamper 90% adalah laki-laki. Data retrospektif dari Januari 2004-Januari
2007, dari 300 kasus ditemukan 125 suspek cerebral toxoplasmosis.(10)
C. Tanda dan gejala (11)
Gejala awal pada toxoplasmic enchepalitis pada pasien dengan AIDS
dapat subakut. Pasien menunjukkan perubahan status mental (62%), nyeri
kepala/headaches (59%), dan demam (41%) dan berhubungan dengan
Cusculo neurologis fokal.
Infeksi progresif dapat menimbulkan kebingungan, mengantuk, kejang,
hemiparesis, hemianopsia, afasia, ataxia, parese nervus kranial. Kelemahan
motorik dan gangguan berbicara terlihat pada kelanjutan dari penyakit. Jika
tidak ditangani dengan tepat, pasien dapat berlanjut koma berhari-hari atau
berminggu-minggu. Toxoplasmosis mungkin jarang hadir dengan bentuk fatal
yang cepat atau ensefalitis global perubahan mental status yang mendalam,
mual dan muntah, biasanya indikasi peningkatan tekanan intrakranial.
Mata dan paru-paru merupakan tempat yang paling banyak pada
manifestasi ekstraserebral dari toxoplasmosis. Toxoplasmic chorioretinis
(posterior uveitis) dengan nyeri pada mata dan menurunkan kemampuan
penglihatan,
serupa
dengan
ocular
infections
pada
HIV
(terutama
ekstraserebral
toxoplasmosis
toksoplasmosis.
8
sama
dengan
serebral
D. Patofisiologi(2)
Manusia adalah intermediate host untuk T. gondii, dan kucing adalah
definitive host, penyebaran melalui kucing adalah dari feses mereka yang
mengandung oosit, dan tertelan oleh manusia, oosit ini berubah menjadi
takizoit, yang cepat bereplikasi. Takizoit ini penetrasi ke nucleated cell dan
membentuk fakuol, ketika sel ini mati takizoit melanjutkan penyebaran ke
seluruh tubuh dan menginfeksi jaringan lain serta menyebabkan respon
inflamasi. Pada host yg imunokompeten, sel imunitas dan mediatornya
mengontrol infeksi akut toxoplasmasa serta mencegah reaktivasi penyakit.
Kehadiran takizoit dalam darah mengaktivasi CD4+ T Cell untuk
menghadirkan CD154 (atau yang disebut ligand CD40), pengaruh CD154
menyebabkan dendritic cells dan makrofag mengsekresi interleukin-12
(IL12), yang mengaktivasi T-cell agar memproduksi interferon gamma
(IFN).
IFN menstimulasi makrofag dan sel non fagosit lain untuk respon
antitoksoplasmik. Tumor necrosis factor alfa (TNF-) juga menunjukkan
peranan penting dalam mengontrol T. gondii untuk respon T-cell yang lebih
kuat, pada respon ini takizoit berubah menjadi bradizoit dengan morfologi
yang sama namun reflikasinya lebih lambat.
Bradizoit membentuk kista dan tertahan di otak, jantung, otot skeletal
pada tubuh host sampai meninggal. Kesimpulannya adalah fase kronik dari
infeksi
ini
adalah
kista
jaringan.
Jika
host
dalam
keadaan
menyebabkan infeksi toxoplasma pada pasien HIV, terutama ketika jumlah sel
CD4+ kurang dari 100 cells/.
E. Diagnosa
Pemeriksaan serologi, imaging, biopsi jaringan, polymerase chain
reaction (PCR) merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan untuk
diagnosis toxoplasmosis. Pada pasien dengan suspek toxoplasmosis, serologi
dan imaging (CT atau MRI) merupakan yang biasa dipakai untuk
mendiagnosis toxoplasmosis.
1. Serologi(12,13)
Infeksi T. gondii biasanya dideteksi dengan pemeriksaan serologi yaitu
antibodi antitoxoplasma. Titer serum IgG antitoksoplasma puncaknya
antara 1 dan 2 bulan setelah infeksi pertama dan biasanya tetap terdeteksi
selama masa kehidupan pasien.
Pada umumnya, pemeriksan darah tidak seharusnya digunakan
sebagai
pemeriksaan
penunjang
tunggal
untuk
mendiagnosis
10
gadolinium-enhanced
MRI
biasanya
menunjukkan
ring-
Gambar
5.
Brain
11
CT
Scan
Contrast,
12
multifocal
leukoencepalophaty,
HIV
encepalophaty,
penggunaannya
Kombinasi primetamin 50-100 mg perhari yang dikombinasikan dengan
tulang
Pasien alergi terhadap sulfa dan clindamycin, dapat diganti dengan
azithromycin 1200 mg/hari, atau claritomiicin 1 gram tiap 12 jam. Terapi ini
diberikan selama 4-6 minggu atau 3 minggu setelah perbaikan gejala klinis
Terapi antiretro viral (ARV) diindikasikan pada penderita yang terinfeksi HIV
dengan HIV dengan CD4 kurang dari 200 sel/mL, dengan gejala (AIDS) atau
limfosit total kurang dari 1200. Pada pasien ini, CD4 42 sehingga diberikan
ARV.
Pasien harus di edukasi untuk cuci tangan setelah memegang daging mentah,
mencuci sayur dan buah, mengindari kontak langsung dengan feses kucing
terutama, membersihkan box kucing, terutama pasien dengan HIV jangan
13
Preferred
Theraphy
and
Alternative Regimens
Duration
Pyrimethamine (200 mg oral
Pyrimethamine (200 mg
oral
mg/day
orraly),
sulfadiazine
20 mg/hari)
Atovaquone (1500 mg oral 2
kali/hari) dan sulfadiazine (1000-
1500 mg 4 kali/hari)
Atovaquone 1500 mg oral 2
kali/hari
Pirimetamine
(50-75
mg/hari)
oral)
TMP (10mg/kgbb/hari) dan SMX
(50mg/kg/hari. IV
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Acute cerebral toxoplasmosis merupakan penyebab teranyak gangguan
neurology fokal pada pasien AIDS. Jika tidak di deteksi dan ditangani secara
tepat, dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan.
Propilaksis merupakan kunci untuk mencegah outcomes yang buruk. Semua
pasien HIV harus di edukasi tentang non-farmakologi dan profilaksis untuk
infeksi T.gondii .
15