Professional Documents
Culture Documents
BPG
MCH
MCH
MCHC
Ureum
: Ureum merupakan hasil akhir metabolisme protein. Yang berasal dari asam amino
yang telah dipindah amonianya di dalam hati dan mencapai ke ginjal, dan
diekskresikan rata-rata 30 gram sehari. Kadar ureum darah yang normal adalah 20
mg 40 mg setiap 100 ccm darah,
Kreatinin
Ht/HMT
Tes Autoimun ASTO : ASTO ( anti-streptolisin O) merupakan antibodi yang paling dikenal dan
paling sering digunakan untuk indikator terdapatnya infeksi streptococcus. Lebih
kurang 80 % penderita demam reumatik / penyakit jantung reumatik akut
menunjukkan kenaikkan titer ASTO ini; bila dilakukan pemeriksaan atas 3 antibodi
terhadap streptococcus, maka pada 95 % kasus demam reumatik / penyakit
jantung reumatik didapatkan peninggian atau lebih antibodi terhadap
streptococcus. Nilai normal : <200 IU/ml
Penyakit radang berulang akut yang terutama terjadi pada anak-anak usia 5-15 tahun
yang biasanya terjadi 1-5 minggu setelah infeksi streptococus (biasanya terjadi radang
tenggorokan). (Robbins;2007)
Penyakit yang ditandai dengan kerusakan pada katup jantung akibat serangan karditis
rematik akut yang berulang kali (Mansjoer;2000)
2. Epidemiologi
Reumatik heart disease biasanya terjadi pada anak-anak usia 5-15 tahun dengan
puncaknya pada umur 8 tahun, dan kadang-kadang bisa dapat timbul pada usia 30 tahun
yang biasanya terjadi 1-5 minggu setelah infeksi streptococus (biasanya terjadi radang
tenggorokan). Wanita dan pria mempunyai kemungkinan sama untuk terserang.
Demam reumatik dan penyakit jantung reumatik merupakan penyebab kematian
utama dari kelainan jantung pada umur di bawah 45 tahun dan 25-40% penyakit jantung
disebabkan oleh penyakit jantung reumatik
dokumen medis RSUP Dr. Sardjito tahun 1993 di temukan 8,3% penderita RHD dari seluruh
penderita kelainan penyakit jantung.
3. Etiologi
Penyakit jantung reumatik berhubungan erat dengan infeksi saluran nafas bagian atas
oleh Streptococcus Beta Hemolyticus Grup A. Faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh
pada timbulnya demam reumatik dan penyakit jantung reumatik kemungkinan terdapat pada
factor individu itu sendiri.
Faktor-faktor pada individu :
Jenis kelamin
Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan dengan
anak laki-laki. Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada perbedaan jenis
kelamin, meskipun manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada satu
jenis kelamin.
Umur
Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya
demam reumatik / penyakit jantung reumatik. Penyakit ini paling sering mengenai
anak umur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa
ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak berumur
3 tahun atau setelah 20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan sesuai dengan insidens
infeksi streptococcus pada anak usia sekolah. Tetapi Markowitz menemukan bahwa
penderita infeksi streptococcus adalah mereka yang berumur 2-6 tahun.
Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding
sel streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam katup jantung.
Kemungkinan ini mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik fever
5. Klasifikasi
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik / penyakit jantung reumatik dapat dibagi
dalam 4 stadium.
Stadium I
Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A.
Keluhannya :
Demam
Batuk
Rasa sakit waktu menelan
Muntah
Diare
Peradangan pada tonsil yang disertai eksudat.
Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi streptococcus dengan
permulaan gejala demam reumatik; biasanya periode ini berlangsung 1 - 3 minggu, kecuali
korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian.
Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik, saat ini timbulnya
berbagai manifestasi klinis demam reumatik /penyakit jantung reumatik. Manifestasi klinis
tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan umum dan menifestasi spesifik demam
reumatik /penyakit jantung reumatik.
Gejala peradangan umum :
Lesu
Anoreksia
Lekas tersinggung
Kelihatan pucat
Epistaksis
Athralgia
Sakit perut
Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik tanpa kelainan
jantung / penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katup dan tidak menunjukkan
gejala apa-apa. Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan katup
jantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan. Pasa fase ini baik
penderita demam reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu dapat
mengalami reaktivasi penyakitnya.
6. Pemeriksaan Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium darah
Foto rontgen menunjukkan pembesaran jantung
Elektrokardiogram menunjukkan aritmia E
7. Manifestasi klinis
Untuk menegakkan diagnosa demam reumatik dapat digunakan Kriteria Jones yaitu :
Kriteria mayor :
1. Poliarthritis
Pasien dengan keluhan sakit pada sendi yang berpindah-pindah, radang sendi-sendi besar
seperti lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan , siku (poliarthritis migrans).
2. Karditis
Peradangan pada jantung (miokarditis, endokarditis).
3. Eritema marginatum
Tanda kemerahan pada batang tubuh dan telapak tangan yang tidak terasa nyeri dan
tidak terasa gatal.
4. Noduli subkutan
Terletak pada ekstensor sendi terutama siku, ruas jari, lutut, persendian kaki, tidak nyeri
tekan dan dapat bebas digerakkan.
5. Korea
Gerakkan yang tidak disengaja /gerakkan yang abnormal, sebagai manifestasi
peradangan pada sistem syaraf pusat.
Kriteria Minor :
Mempunyai riwayat menderita demam reumatik /penyakit jantung reumatik
Athralgia atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi dan pasien kadangkadang sulit menggerakkan tungkainya
Demam tidak lebih dari 390celcius
Leukositosis
Peningkatan Laju Endap Darah (LED)
C-Reaktif Protein (CRF) positif
P-R interval memanjang
Peningkatan pulse denyut jantung saat tidur (sleeping pulse)
Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)
Diagnosa ditegakkan bila ada dua kriteria mayor dan dua kriteria minor, atau dua kriteria
minor dan satu kriteria mayor.
8. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan medis adalah :
a.
b.
c.
Breathing
Penggunaan otot bantu pernafasan , contoh : retraksi interkostal, ronchi (+),
nafas cepat dan dangkal, mendengkur.
Blood
Hipotensi, kulit dan membrane mukosa pucat, dingin dan sianosis. Suhu
dapat meningkat
Brain
Agitasi, gelisah, dan perubahan mental (mental lamban).
Bowel
Diare, mual, muntah
Bone
Nyeri pada persendian, kekuatan otot,
a) Pengkajian Sekunder
Five Intervention / Full set of vital sign (F)
Pemeriksaan Lab :
Analisa gas darah : hipoksemia, hipokapnea, hiperkapnea. Alkalosis
respiratorik pada awal proses, akan berganti menjadi asidosis
respiratorik.
Leukositosis (pada sepsis), Pemeriksaan laboratorium darah
Foto rontgen menunjukkan pembesaran jantung
Elektrokardiogram menunjukkan aritmia E
Echokardiogram menunjukkan pembesaran jantung dan lesi
Adanya nyeri pada otot, seperti tertekan, terjadi pada saat bernapas.
Head to toe (H)
Daerah kepala dan leher : mukosa pucat
Daerah dada :
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen menuju paru-paru.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi miokardium.
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder akibat
inflamasi.
4. Hypertermi berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat infeksi penyakit.
5. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penimbunan asam laktat pada sendi.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan metabolisme basal terganggu
Diagnosa
Tujuan / kriteria
keperawatan
hasil
Intervensi
Setelah
diberikan Mandiri
efektif
berhubungan
jam
dengan
diharapkan
Rasional
Mandiri
- Respon pasien bervariasi.
pernapasan dan
ketidakadekuatan
dengan
pernapasan, contoh
oksigen menuju
hasil :
adanya dispnea,
paru-paru
Pasien tidak
sesak nafas
pernapasan, pelebaran
nasal.
kriteria
Frekuensi
pernapasan
gaster. Penekanan
normal (16-24
pernapasan (penurunan
kali permenit)
tambahan.
Kolaborasi
- Bantu dalam
pemasangan kembali
torakosentesis bila
negative pleural.
diindikasikan
2.
Penurunan curah
Setelah diberikan
Mandiri
Mandiri
jantung
- Kaji/pantau tekanan
berhubungan
jam diharapkan
dengan disfungsi
curah jantung
miokardium
normal. Dengan
keterlibatan/bidang masalah
kriteria hasil :
pasien tidak
akurat.
mudah lelah
Pasien tidak
sesak napas
Tekanan darah
normal yaitu
dipertimbangkan sebagai
sistolik
peningkatan pertama,
(100-140)mmHg
kemudian maligna.
90)mmHg
100 kali
penyakit serebrovaskular
permenit)
Tidak ada
sampai 115.
sianosis
Tidak ada edema
- Catat keberadaan,
dan perifer.
mungkin teramati/
terpalpasi. Denyut pada
tungkai mungkin menurun,
mencerminkan efek dari
vasokontriksi (peningkatan
SVR), dan kongesti vena.
- Catat edema
umum/tertentu.
- Dapat mengindikasikan
gagal jantung, kerusakan
ginjal atau vaskular.
- Anjurkan teknik
-Dapat menurunkan
relaksasi, panduan
rangsangan yang
imajinasi, aktivitas
menimbulkan stres,
pengalihan.
tekanan darah.
Kolaborasi
Kolaborasi
- Berikan pembatasan
sesuai indikasi
3.
Gangguan
perfusi
Setelah
diberikan
berhubungan
diharapkan
Mandiri
- Perfusi serebral secara
langsung sehubungan
mental kontinyu,
aliran
darah perfusi
jaringan
sekunder
akibat dengan
kriteria
letargi, pingsan.
inflamasi
jam
Mandiri
hasil :
Pasien tidak
sistemik.
merasa nyeri
- Vasokontriksi sistemik
Tidak ada
sianosis
nadi perifer.
Pasien tidak
pucat
Tidak ada edema
nadi.
- Kaji tanda edema.
Kolaborasi
- Pantau data
laboratorium,
Kolaborasi
- Indikator perfusi atau
fungsi organ.
Hypertermi
Setelah diberikan
Mandiri
berhubungan
dengan
jam diharapkan
menunjukan proses
kerusakan
perhatikan menggigil
atau diaforesis.
kontrol
sekunder
Mandiri
infeksi penyakit
Suhu tubuh
pasien normal
(36,8 -37,2 ) C
menunjukkan pneumonia
Pasien tidak
pnuemokokal, demam
scarlet atau tifoit ; demam
menggigil
- Dapat membantu
hangat ; hindari
mengurangi demam.
penggunan alcohol.
Kolaborasi
Kolaborasi
- Berikan antipiretik,
- Digunakan untuk
misalnya : ASA
(aspirin), asetaminofen
(Tylenol).
hipotalamus, meskipun
demam mungkin dapat
berguna dalam membatasi
pertumbuhan organisme,
dan meningkatkan
Gangguan rasa
Setelah
diberikan Mandiri
nyaman (nyeri)
berhubungan
jam,
dengan
pasien
penimbunan
nyaman
kriteria hasil :
sendi
mengatasi nyeri.
diharapkan
Mandiri
- Dengan mengetahui dan
Dengarkan dengan
mendengarkan penuh
merasa
penuh perhatian
dengan
mengenai nyeri.
Pasien tidak
meringis
- Teknik penurunan
menurunkan ketegangan
menurunkan intensitas
nyeri.
nyeri.
- Ajarkan strategi
relaksasi khusus (missal:
bernafas perlahan,
teratur atau nafas dalam
kepalkan tinju
menguap).
6.
Intoleransi
Setelah diberikan
Mandiri
Mandiri
aktivitas
berhubungan
jam, diharapkan
terjadidengan aktivitas
dengan
pasien dapat
setelah aktivitas,
metabolisme
melakukan
(vasodilasi), perpindahan
basal terganggu
aktivitas dengan
menggunakan
mandiri dengan
vasolidator, diuretik,
kriteria hasil :
penyekat beta.
Pasien tidak
mudah lelah
Pasien tidak
nyeri
Pasien tidak
meringis
Pasien tidak
lemas
Pasien tidak
pucat
- Catat respon
- Penurunan
kardiopulmonal terhadap
/ketidakmampuan
miokardium untuk
disritmia, dispnea,
meningkatkan volume
berkeringat, pusat.
- Kaji presipitator
/penyebab kelemahan
contoh pengobatan,
nyeri, obat.
- Evaluasi peningkatan
intoleran aktivitas.
- Dapat menunjukkan
peningkatan dekompensasi
jantung daripada kelebihan
aktivitas.
- Pemenuhan kebutuhan
mempengaruhi stres
periode istirahat.
berlebihan.
Kolaborasi
Kolaborasi
- Implementasikan
program rehabilitasi
jantung/aktifitas.
jantung/konsumsi oksigen
berlebihan. Penguatan dan
perbaikan fungsi jantung
dibawah stres, bila disfungsi
jantung tidak dapat
membaik kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Robbin, 2007. Basic Pathology 8th Edition.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3 Revisi. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius
Sudoyo, S. 2001. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI