Professional Documents
Culture Documents
MIOPI
A
LAPORAN KASUS
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Nn. F
Umur
: 14 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
: Ngembal Kulon
Tanggal periksa
: 24 Juli 2013
ANAMNESIS
Autoanamnesa dilakukan pada hari Rabu, tanggal 24 Juli 2013 jam 09.30 WIB
Keluhan Utama : Kedua mata buram saat melihat jarak jauh.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Kudus dengan keluhan kedua mata
buram saat melihat jarak jauh sejak 5 bulan lalu. Keluhan dirasakan terutama ketika
melihat tulisan yang jauh saat belajar di sekolah. Keluhan dirasakan bertambah berat
sehingga pasien memutuskan berobat ke RSUD Kudus. Keluhan juga disertai mata berair
dan cepat lelah terutama bila melihat atau membaca pada jarak jauh dalam waktu yang
MIOPI
A
cukup lama. Nyeri pada mata (-), sakit kepala (-), gatal (-), silau (-), mata merah (-),
riwayat mata merah (-). Pasien memiliki kebiasaan menonton TV dari jarak 3 meter
selama 4 jam dalam 24 jam.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma disangkal
Riwayat alergi disangkal
Riwayat DM disangkal
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penggunaan kacamata pada ayah pasien diakui
Riwayat hipertensi diakui (ayah pasien)
Riwayat DM disangkal
Riwayat Sosial ekonomi
Pasien seorang pelajar SMP kelas 3.
Ayah pasien seorang PNS. Biaya ditanggung ASKES.
Kesan ekonomi cukup.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Tekanan Darah
Nadi
Respiratory Rate
Suhu
Keadaan Umum
Kesadaran
Status Gizi
:
:
:
:
:
:
:
110/80 mmHg
80 x / menit
20 x / menit
Afebris
Baik
Compos mentis
Baik
MIOPI
A
Status Ophtalmologi
PEMERIKSAAN
Visus
Koreksi
OCULI SINISTRA(OS)
6/60, PH 6/18
S -2,00 6/6
Bulbus okuli
Enoftalmus (-)
Enoftalmus (-)
Eksoftalmus (-)
Eksoftalmus (-)
Strabismus (-)
Edema (-)
Strabismus (-)
Edema (-)
Palpebra
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Blefarospasme (-)
Blefarospasme (-)
Lagoftalmus (-)
Lagoftalmus (-)
Ektropion (-)
Ektropion (-)
Entropion (-)
Edema (-)
Entropion (-)
Edema (-),
Konjungtiva
Infiltrat (-)
Infiltrat (-)
Hiperemis (-)
Putih
Oedem (-)
Hiperemis (-)
Putih
Oedem (-)
Sklera
Kornea
Infiltrat (-)
Infiltrat (-)
Ulkus (-)
Ulkus (-)
MIOPI
A
Sikatriks (-)
Sikatriks (-)
Jernih
Jernih
Kedalaman cukup
(COA)
Kedalaman cukup
Hipopion (-)
Hipopion (-)
Hifema (-)
Kripta (+)
Hifema (-)
Kripta (+)
Iris
Edema (-)
Edema (-)
Synekia (-)
Bulat diameter 3mm, reguler
Synekia (-)
Bulat diameter 3mm, reguler
Pupil
Jernih
Papil N.II bulat, batas tegas
Ablatio (-)
Ablatio (-)
Mikroaneurisma (-)
Mikroaneurisma (-)
Eksudat (-)
Eksudat (-)
Perdarahan (-)
Perdarahan (-)
CD ratio 2:3
+ (orange)
N
Epifora (-)
CD ratio 2:3
+ (orange)
N
Epifora (-)
Fundus Refleks
TIO
Sistem Lakrimasi
Lakrimasi(-)
Lakrimasi(-)
MIOPI
A
RESUME
Subyektif
Pada tanggal 24 Juli 2013 seorang pasien perempuan berusia 14 tahun datang ke
poliklinik mata RSUD Kudus dengan keluhan kedua mata buram saat melihat jarak jauh
sejak 5 bulan lalu. Keluhan dirasakan terutama ketika melihat tulisan yang jauh saat
belajar di sekolah. Keluhan dirasakan bertambah berat sehingga pasien memutuskan
berobat ke RSUD Kudus. Keluhan juga disertai mata berair dan cepat lelah terutama bila
melihat atau membaca pada jarak jauh dalam waktu yang cukup lama. Nyeri pada mata
(-), sakit kepala (-), gatal (-), silau (-), mata merah (-), riwayat mata merah (-). Pasien
memiliki kebiasaan menonton TV dari jarak 3 meter selama 4 jam dalam 24 jam.
Ayah pasien menggunakan kacamata.
Obyektif
OCULI DEXTRA(OD)
6/60, PH 6/18
S -2,00 6/6
V.
PEMERIKSAAN
Visus
Koreksi
OCULI SINISTRA(OS)
6/60, PH 6/18
S -2,00 6/6
DIAGNOSIS BANDING
a. ODS Miopia
b. ODS Astigmat Miopia Simpleks
c. ODS Astigmat Miopia Compositus
VI.
DIAGNOSIS KERJA
ODS Miopia
MIOPI
A
DASAR DIAGNOSA
Pada anamnesa
Pasien mengeluh kedua mata buram saat melihat jarak jauh. Keluhan juga disertai
mata berair dan cepat lelah terutama bila melihat atau membaca pada jarak jauh dalam
waktu yang cukup lama. Pasien memiliki kebiasaan menonton TV dari jarak 3 meter
selama 4 jam dalam 24 jam. Ayah pasien menggunakan kacamata.
Pada pemeriksaan fisik
OCULI DEXTRA(OD)
6/60, PH 6/18
S -2,00 6/6
VIII.
PEMERIKSAAN
Visus
Koreksi
OCULI SINISTRA(OS)
6/60, PH 6/18
S -2,00 6/6
TERAPI
Medikamentosa :
Non Medikamentosa :
Kaca mata sferis negatif terkecil :
VOD : 6/60, PH 6/18 S -2,00 6/6
VOS
IX.
OCULI SINISTRA
SPH
CYL
AX
SPH
CYL
AX
Jarak jauh
-2,00
-2,00
Jarak dekat
PROGNOSIS
X.
Okuli dekstra
Okuli sinistra
Ad vitam
Ad Bonam
Ad Bonam
Ad sanam
Ad Bonam
Ad Bonam
Ad kosmetikam
Ad Bonam
Ad Bonam
Ad functionam
Dubia Ad Bonam
Dubia Ad Bonam
USUL
XI.
MIOPI
A
SARAN
MIOPI
A
TINJAUAN PUSTAKA
MIOPIA
Kelainan refraksi adalah keadaaan refraksi mata, dimana sinar sejajar yang datang dari
jarak tak terhingga dan jatuh dimata dalam keadaaan istirahat tak pernah dikumpulkan tepat di
retina (ametropia). Dikenal berbagai bentuk ametropia :
A. Ametropia Aksial. Ametropia yang terjadi akibat sumbu optik bola mata lebih panjang
atau lebih pendek sehingga bayangan benda difokuskan di depan atau dibelakang retina.
Pada myopia aksial fokus akan terletak di depan retina karena bola mata lebih panjang
dan pada hipermetropia aksial fokus bayangan akan terletak di belakang retina.
B. Ametropia Refraktif. Ametropia akibat kelainan sistem pembiasan sinar di dalam mata.
Bila daya bias kuat maka bayangan benda terletak di depan retina (miopia), atau bila daya
bias kurang maka bayangan benda terletak dibelakang retina (hipemetropia refraktif).
Ametropia dapat ditemukan berupa miopia, hipermetropia dan stigmatisma (Gambar. 1).
Ketiga jenis ametropia ini dapat dikoreksi dengan menggunakan kacamata. Lensa kaca mata
mendivergensikan sinar pada miopia, mengkonvergensikan sinar pada hipermetropia dan
mengkoreksi bentuk kornea yang nonsferis pada astigmatisma. Namun pada bab ini kita akan
lebih fokus untuk membahas kelainan refraksi berupa miopia.
MIOPI
A
DEFINISI
Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata
jatuh di depan retina pada mata yang istirahat (tanpa akomodasi). Gambaran kelainan
pemfokusan cahaya diretina pada miopia, dimana cahaya sejajar difokuskan didepan
retina.
II.
EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini dapat megenai segala umur, tergantung dari etiologi dan factor
keturunan.
III.
ETIOLOGI
Etiologi miopia belum diketahui secara pasti. Ada beberapa keadaan yang dapat
menyebabkan timbulnya miopia seperti alergi, gangguan endokrin, kekurangan makanan,
herediter, kerja dekat yang berlebihan dan kekurangan zat kimia (kekurangan kalsium,
kekurangan vitamin) (Desvianita cit Slone, 1997).
Pada mata miopia fokus sistem optik mata terletak di depan retina, sinar sejajar
yang masuk kedalam mata difokuskan di dalam badan kaca. Jika penderita miopia tanpa
koreksi melihat ke objek yang jauh, sinar divergenlah yang akan mencapai retina
sehingga bayangan menjadi kabur. Ada dua penyebab yaitu : daya refraksi terlalu kuat
atau sumbu mata terlalu panjang (Hoolwich,1993).
Miopia yang sering dijumpai adalah miopia aksial. Miopia aksial adalah bayangan
jatuh di depan retina dapat terjadi jika bola mata terlalu panjang. Penyebab dari miopia
aksial adalah perkembangan yang menyimpang dari normal yang di dapat secara
kongenital pada waktu awal kelahiran, yang dinamakan tipe herediter. Bila karena
peningkatan kurvatura kornea atau lensa,kelainan ini disebut miopia kurvatura (desvianita
cit Slone, 1997).
MIOPI
A
PATOFISIOLOGI
Mata layaknya kamera, memiliki lensa, sistem apertura atau pupil dan retina sebagai film.
Sistem lensa mata terdiri dari empat perbatasan refraksi (Gambar.2).
1) perbatasan antara permukaan anterior kornea dan udara,
2) perbatasan antara permukaan posterior kornea dan humor aquos,
3) perbatasan antara humor aquos dan permukaan anterior lensa mata, dan
4) perbatasan antara permukaan posterior lensa dan humor vitreus.
10
MIOPI
A
tidak
dapat
berubah bentuk adalah bagian lensa superficial atau korteks lensa. Pada waktu
akomodasi terjadi tegangan pada zonula zinn sehingga nucleus lensa terjepit dan
bagian lensa superficial didepan nucleus akan cembung.
Mata akan dianggap normal atau emetrop bila cahaya sejajar dari objek jauh
difokuskan di retina pada keadaan otot siliaris relaksasi total. Ini berarti bahwa mata
emetrop dapat melihat semua objek jauh secara jelasdengan otot siliaris yang relaksasi.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 22 Juli 2013 24 Agustus 2013
11
MIOPI
A
Namun untuk melihat objek yang dekat otot siliaris harus berkontraksi sehingga mata
dapat berakomodasi dengan baik.
Pada miopia atau rabun jauh sewaktu otot siliaris relaksasi total, cahaya dari objek
jauh difokuskan di depan retina (Gambar. 3), keadaan ini biasanya akibat bola mata yang
terlalu panjang, atau kadang-kadang karena daya bias lensa terlalu kuat. Tidak ada
mekanisme bagi miopia untuk mengurangi kekuatan lensanya karena memang otot
siliaris dalam keadaan relaksasi sempurna. Pasien miopia tidak mempunyai mekanisme
untuk memfokuskan bayangan dari objek jauh dengan tegas di retina. Namun bila objek
didekatkan ke mata bayangan akhirnya akan menjadi cukup dekat sehingga dapat
difokuskan di retina. Kemudian bila objek didekatkan mata pasien miopia dapat
menggunakan mekanisme akomodasi agar bayangan yang terbentuk tetap terfokus secara
jelas
12
MIOPI
A
MANIFESTASI KLINIS
Pada orang dengan myopia memiliki beberapa gejala klinis, antara lain :
Pasien dengan myopia akan menyatakan melihat jelas bila dekat dan melihat jauh
menjadi kabur atau disebut rabun jauh.
Sakit kepala
13
MIOPI
A
Punya pungtum remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam atau kedudukan
konvergensi yang akan menimbulkan astenopia konvergensi. Bila menetap maka
penderita akan terlihat juling ke dalam atau astenopia.
Pasien miopia akan memberikan keluhan sakit kepala dan mempunyai kebiasaan
mengernyitkan matanya untuk mengecilkan pupil. Penderita miopia akan kabur saat melihat
objek dengan jarak yang jauh, namun objek akan terlihat jelas jika berada pada jarak dekat. Jika
derajat miopia terlalu tinggi maka pungtum remontum kedua mata terlalu dekat, maka
kedua mata selalu harus melihat dalam posisi konvergensi dan hal ini mungkin
menimbulkan posisi konvergensi yang menetap, sehingga terjadi strabismus konvergensi.
Dapat terjadi astenopia, pada miopia tinggi terjadi hemeralopia karena degenerasi retina
perifer dan simulasi proptosis kemudian bilik mata depan dalam, gambaran
Floating dikarenakan degenerasi vitreus
Pasien miopia pada pemeriksaan funduskopi terdapat papil melebar, oleh karena
pada miopia tinggi terdapat stafiloma sclera posterior yang terletak dipoles posterior
maka retina harus meliputi permukaan yang luas sehingga terganggu dan menimbulkan
fundus trigoid pada tempat ini. Dimana pigmen terbagi tidak rata tetapi berkelompokkelompok menyerupai kulit harimau (fundus tigoid). Disebelah temporal dari papil
terdapat kresen miopia yang berupa bercak atrofi dari koroid akibat regangan. Kadang
kadang atrofi ini mengelilingi papil atau disebut annular patrch. Daerah atrofi ini bewarna
putih. Kemudian didapatkan proliferasi dari epitel pigmen daerah makua disebut FosterFuchs black spot. myopik kresen atau gambaran bulan sabit yang terlihat pada polus
posterior fundus mata myopia sclera dan koroid (Gambar. 4). Pada mata dengan miopia
tinggi akan terdapat pula kelainan pada fundus okuli seperti degenerasi macula dan
degenerasi retina bagian perifer.
14
MIOPI
A
15
MIOPI
A
Refraksi Obyektif
Retinoskopi
Dengan lensa kerja +2,00 pemeriksa mengamati reflex fundus yang bergerak
berlawanan arah dengan arah gerakan retinoskop (against movement) kemudian
dikoreksi dengan lensa sfereris negative sampai tercapai netralisasi.
VII.
Autorefraktometer (computer)
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan miopia adalah dengan mengusahakan sinar yang masuk mata difokuskan
tepatdi retina. Penatalaksanaan miopia dapat dilakukan dengan cara :
1. Cara optik
2. Cara operasi-
Cara optik
Kacamata (Lensa Konkaf)
Koreksi miopia dengan kacamata, dapat dilakukan dengan menggunakan lensa
konkaf (cekung/negatif) karena berkas cahaya yang melewati suatu lensa cekung akan
menyebar. Bila permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu tinggi atau bila
bola mata terlalu panjang seperti pada miopia, keadaan ini dapat dinetralisir dengan
meletakkan lensa sferis konkaf didepan mata. Lensa cekung yang akan mendivergensikan
berkas cahaya sebelum masuk ke mata, dengan demikian fokus bayangan dapat
dimundurkan ke arah retina (Guyton, 1997).
Lensa kontak
Lensa kontak dari kaca atau plastik diletakkan dipermukaan depan kornea. Lensa
ini tetap ditempatnya karena adanya lapisan tipis air mata yang mengisi ruang antara
lensa kontak dan permukaan depan mata. Sifat khusus dari lensa kontak adalah
menghilangkan hampir semua pembiasan yang terjadi dipermukaan anterior kornea,
penyebabnya adalah air mata mempunyai indeks bias yang hampir sama dengan kornea
16
MIOPI
A
sehingga permukaan anterior kornea tidak lagi berperan penting sebagai dari susunan
optik mata. Sehingga permukaan anterior lensa kontaklah yang berperan penting.Cara operasi pada kornea
Ada beberapa cara, yaitu :
1. Radikal keratotomy (dengan pisau) yaitu operasi dengan menginsisi kornea
perifer sehingga kornea sentral menjadi datar. Hal ini menyebabkan sinar yang
masuk ke matamenjadi lebih dekat ke retina.
2. Excimer laser (dengan sinar laser) yaitu operasi dengan menggunakan tenaga
laser untuk mengurangi kecembungannya dan dilengketkan kembali.
3. Keratomileusis yaitu bila kornea yang terlalu cembung di insisi kemudian
KOMPLIKASI
1. Ablasio retina terutama pada miopi tinggi.
2. Strabismus
a. Esotropia bila miopi cukup tinggi bilateral
b. Bexotropia pada miopi dengan anisometropia
3. Ambliopia terutama pada miopi dan anisometropia.
IX.
PROGNOSIS
Pada tingkat ringan dan sedang dari miopia simple prognosisnya baik bila
penderita myopia memakai kacamata yang sesuai dan mengikuti petunjuk kesehatan. Bila
17
MIOPI
A
progresif miopia prognosisnya buruk terutama bila di sertai oleh perubahan koroid dan
vitreus, sedangkan pada miopia maligna prognosisnya sangat jelek.
DAFTAR PUSTAKA
1. James, Bruce, dkk. 2006. Oftamologi. Jakarta: PT. Erlangga
2. Ilyas, H.S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 2004.
3. Ilyas, H.S. Ilmu Penyakit Mata , dkk. Edisi 2. Sagung seto. Jakarta 2002
4. PERDAMI, 2009, Ilmu Penyakit Mata, Edisi 2, Sagung Seto: Jakarta.
5. Vaughan, D.G., 2009, Oftalmologi Umum, Widya Medika: Jakarta.
6. Zulkifli
M.
Miopi.
23
Juni
2012.
Di
unduh
dari:
http://www.scribd.com/mzulkifli_57/d/79754290-miopi
18