Professional Documents
Culture Documents
LANDASAN TEORI
Pendahuluan
Produk budaya masyarakat, terutama dari
kalangan rakyat kadang-kadang diabaikan begitu saja
nilai dan maknanya. Nilai dan makna inilah yang
menjadi kekuatan daya ungkap seni pertunjukan yang
dijelmakan dalam bentuk simbol-simbol budaya. Seni
pertunjukan rakyat sebagai salah satu sumber daya
kultural masyarakat merupakan pula hasil kreativitas
masyarakat yang berorientasi bukan saja pada nilai-
nilai seni semata. Kesenian yang ada dikalangan
rakyat seperti seni pertunjukan teater rakyat adalah
sebuah kreativitas yang lugu dari masyarakatnya.
Keluguan yang dimiliki oleh komunitas seni
pertunjukan rakyat dalam mempertunjukan
keseniannya adalah fakta budaya yang ada pada
lingkungannya.
17
Komunikasi Seni Pertunjukan
18
Komunikasi Seni Pertunjukan
19
Komunikasi Seni Pertunjukan
20
Komunikasi Seni Pertunjukan
21
Komunikasi Seni Pertunjukan
22
Komunikasi Seni Pertunjukan
23
Komunikasi Seni Pertunjukan
24
Komunikasi Seni Pertunjukan
25
Komunikasi Seni Pertunjukan
26
Komunikasi Seni Pertunjukan
27
Komunikasi Seni Pertunjukan
28
Komunikasi Seni Pertunjukan
29
Komunikasi Seni Pertunjukan
47).
Keenam, hermeneutika sebagai sistem interpretasi.
Pendapat ini seperti dikatakan Paul Ricoeur dalam De
I'intretation, bahwa hermeneutika adalah teori tentang
kaidah-kaidah yang menata sebuah interpretasi teks
partikular atau kumpulan potensi tanda-tanda
keberadaan yang dipandang sebagai teks (Ricoeur
dalam Palmer, 2003: 47).
Ke enam batasan he rmene utika te rse but
merupakan perkembangan hermeneutika sendiri
yang dalam perjalanannya secara umum saling
berkaitan dan bahkan seringkali tumpang tindih.
Namun hermeneutika sebagai pisau bedah
pemaknaan atas simbol-simbol budaya dalam
pertunjukan teater rakyat sebagaimana ditunjukkan
hermeneutika dewasa ini diartikan sebagai cara baru
untuk 'bergaul' dengan bahasa (Sumaryono, 1999:27).
Bahasa di sini adalah termasuk juga bahasa simbolik,
yang oleh Hans Georg Gadamer dinyatakan bahwa:
“Tradisi dan kebudayaan kita, segala warisan nenek
moyang kita sebagai suatu bangsa, semuanya itu
terungkap di dalam bahasa, baik yang terukir pada
batu prasasti maupun di daun lontar (Gadamer, 1977:
59), dan hal itu cukup menunjukkan bahwa ada
bahasa simbol yang dipertunjukkan. Dengan
memahami 'bahasa', menurut Henri Bergson,
seseorang tidak akan membenci terhadap negaranya.
Hal demikian menunjukkan kesadaran akan sejarah,
maka hermeneutika bagi Gadamer adalah metode
universal untuk menguak kesadaran historis
(Gadamer dalam Rabinov, 1979: 106). Demikian pula
dengan bahasa simbolik seni pertunjukan, seperti
Claire Holt katakan: “Menarilah, maka aku akan tahu dari
mana asalmu” (lihat Holt dalam Soedarsono, 2000: 115).
30
Komunikasi Seni Pertunjukan
31
Komunikasi Seni Pertunjukan
32
Komunikasi Seni Pertunjukan
33
Komunikasi Seni Pertunjukan
34