You are on page 1of 16

II.

PEMBAHASAN

Pembelajaran adalah penyediaan sistem lingkungan yang mengakibatkan terjadinya


proses belajar pada diri siswa. Sedangkan pembelajaran efektif adalah pembelajaran
yang melibatkan siswa sebagai subjek yang aktif dan pembelajaran berlangsung
pada suasana yang menyenangkan. Untuk menciptakan pembelajaran yang efektif
tidaklah mudah, banyak hal yang harus diperhatikan untuk mewujudkan
pembelajaran yang efektif. Pembelajaran tersebut tidak hanya tercipta dari
pemilihan strategi belajar yang tepat semata. Dalam hal ini guru merupakan sentral
dari terciptanya pembelajaran yang efektif dan masih banyak lagi hal-hal lainnya.
Berikut ini akan diuraikan beberapa hal yang harus di perhatikan untuk
mewujudkan terciptanya pembelajaran yang efektif khususnya dalam bidang study
kimia SMA.

A. Guru

Pembelajaran yang unggul memerlukan para guru yang profesional sebagai produk
dari profesionalisasi secara berkelanjutan melalui pendidikan dan pelatihan secara
khusus sehingga melahirkan para guru yang memiliki profesionalitas dan
profesionalisme. Dengan kata lain, faktor sentral yang berperan dalam menciptakan
pembelajaran yang efektif adalah guru. Peranan dan kompetensi guru dalam proses
belajar-mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang dikemukakan oleh Adams
& Decevy dalam Basic Principles of Student Teaching, antara lain guru sebagai
pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan,
ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, dan konselor. Oleh sebab itu guru
harus menyadari tugas-tugasnya dalam proses pembelajaran demi terwujudnya
pembelajaran yang efektif. Yang akan dikemukakan di sini adalah peranan guru
dalam proses belajar-mengajar yang dianggap paling dominan dan diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Guru Sebagai Demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya
senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan serta
senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal
ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang
akan dicapai oleh siswa.

b. Guru Sebagai Pengelola Kelas


Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya
mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari
lingkunan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar
kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan
terhadap belajar lingkungan itu turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut
menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan belajar yang baik adalah yang
bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman
dan kepuasan dalam mencapai tujuan.

c. Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator


Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat
komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar-mengajar. Dengan demikian,
media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat
melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan
pengajaran di sekolah.

Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media pendidikan, tapi juga
harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan serta mengusahakan media
itu dengan baik. Untuk itu guru perlu mengalami latihan-latihan praktik secara
kontinu dan sistematis, baik melalui pre-service maupun inservice training.
Memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan tujuan, materi,
metode, evaluasi, dan kemampuan guru serta minat dan kemampuan siswa.

4
d. Guru Sebagai Evaluator
Guru hendaknya menjadi evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan tercapai atau belum, dan apakah
materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat
dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.

Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan,


penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode
mengajar. Tujuan lain dari penilaian di antaranya ialah untuk mengetahui
kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya. Dengan penilaian guru dapat
mengklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk kelompok siswa yang pandai,
sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya jika dibandingkan dengan teman-
temannya.

Seperti yang dituliskan di atas guru memiliki peran yang sangat penting dalam
menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab
itu, guru harus memikirkan dan membuat perncanaan secara seksama dalam
meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas
mengajarnya.

Hal ini menuntut perubahan perubahan dalam pengorganisasian kelas, karakteristik


guru dalam mengelola proses belajar-mengajar, bertindak selaku fasilitator yang
berusaha menciptakan kondisi belajar-mengajar yang efektif sehingga
memungkinkan proses belajar-mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan
baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan
menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai.

Untuk memenuhi hal tersebut di atas guru dituntut mampu mengelola proses belajar
mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau belajar
karena memang siswalah subjek utama dalam belajar. Dalam menciptakan kondisi
belajar-mengajar yang efektif sedikitnya ada lima jenis variabel yang menentukan
keberhasilan belajar siswa, sebagai berikut :

5
1. Melibatkan Siswa Secara Aktif
Mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia mau belajar.
“Teaching is the guidance of learning activities, teaching is for purpose of aiding
the pupil learn”, demikian menurut William Burton.

Dengan demikian, aktivitas murid sangat diperlukan dalam kegiatan, belajar-


mengajar sehingga muridlah yang seharusnya banyak aktif, sebab murid sebagai
subjek didik adalah yang merencanakan, dan ia sendiri yang melaksanakan belajar.
Aktivitas belajar murid yang dimaksud di sini adalah aktivitas jasmaniah maupun
aktivitas mental. Aktivitas belajar murid dapat digolongkan ke dalam beberapa hal :

a. Aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis.


b. Aktivitas lisan (oral activities) seperti bercerita, tanya jawab, dan diskusi.
c. Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan penjelasan
guru, ceramah, dan pengarahan.
d. Aktivitas gerak (motor activities) seperti melakukan demonstrasi atau
eksperimen.
e. Aktivitas menulis (writting activities) seperti membuat laporan, membuat
makalah.

Setiap aktivitas tersebut di atas memiliki kadar atau bobot yang berbeda bergantung
pada segi tujuan mana yang akan di capai dalam kegiatan belajar mengajar. Yang
jelas, aktivitas kegiatan belajar murid hendaknya memiliki akadar atau bobot yang
lebih tinggi.

2. Menarik Minat dan Perhatian Siswa.


Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa
dalam mengajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri
seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat
seseorang akan melakukan seusuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa minat
seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.

6
Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitannya dengan sifat-sifat murid, baik yang
bersifat kognitif seperti kecerdasan dan bakat maupun yang bersifat afektif seperti
motivasi, rasa percaya diri, dan minatnya.

William James (1890) melihat bahwa minat siswa merupakan faktor utama yang
menentukan derajat keaktifan belajar siswa. Jadi, efektif merupakan faktor yang
menentukan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.

Perhatian bersifat lebih sementara dan ada hubungannya dengan minat.


Perbedaannya ialah minat sifatnya menetap sedangkan perhatian sifatnya
sementara, adakalanya menghilang. Apabila kita perhatikan dalam proses
pembelajaran akan didapat dua macam tipe perhatian :

a. Perhatian terpusat (terkonsentrasi)


Perhatian terpusat hanya tertuju pada satu objek saja. Apapun yang terjadi di
sekitar, tidak diperhatikannya, dan ia terus belajar. Dalam kegiatan belajar di kelas,
seorang siswa hendaknya menggunakan perhatian terpusat pada pelajar sehingga
pelajaran yang diterimanya dapat dipahami sehingga dapat dipahami dengan baik.
Oleh karena itu, guru berusaha untuk memusatkan perhatian siswa terhadap apa
yang disampaikannya. Hal ini dapat dilakukannya dengan menggunakan alat peraga
dalam pengajaran dalam penyajian materi pelajaran kepada anak didiknya.

b. Perhatian terbagi (tidak terkonsentrasi)


Perhatian tertuju kepada berbagai hal atau objek secara sekaligus. Misalnya,
seorang guru yang sedang mengajar memperhatikan bahan pelajarannya,
memperhatikan setiap murid yang dihadapinya, dan juga memperhatikan apa yang
sedang diucapkannya. Dengan demikian, guru tidak hanya memperhatikan
pelajarannya, tetapi juga harus memperhatikan segala sesuatu yang terjadi di
sekitarnya.

3. Membangkitkan Motivasi Siswa


Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya
untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi
adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah

7
laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan
dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam
mencapai tujuan tertentu.

Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga ia mau melakukan


belajar. Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu dan dapat pula timbul akibat
pengaruh dari luar dirinya. Hal ini akan diuraikan sebagai berikut :

a. Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu sendiri tanpa ada
paksaan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri. Misalnya anak mau
belajar karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan dan ingin menjadi orang
berguna bagi nusa, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, ia rajin belajar tanpa ada
suruhan orang lain.

b. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakan karena
adanya ajakan, suruhan, atau pakasaan, dari orang lain sehingga dengan kondisi
yang demikian akhirnya ia mau melakkukan sesuatu atau belajar.

Untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, guru hendaknya berusaha dengan


berbagai cara.

4. Prinsip Individualitas
Pengajaran individual bukanlah semata-mata pengajaran yang hanya ditujukan
kepada seorang saja, melainkan dapat saja ditujukan kepada sekelompok siswa atau
kelas, namun dengan mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan siswa, sehingga
pengajaran itu memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa.

5. Alat Peraga
Alat peraga pengajaran, teaching aids, atau audio visual (AVA) adalah alat-alat
yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi
pelajaran yang disampaikannya kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme
pada diri siswa. Pengajaran yang menggunakan banyak verbalisme tentu akan
segera membosankan. Sebaliknya, pengajaran akan lebih menarik bila siswa

8
gembira belajra atau senang karena mereka merasa tertarik dan mengerti pelajaran
yang diterimanya.

Belajar yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung atau pengalaman
konkret dan menuju kepada pengalaman yang lebih abstrak. Belajar akan lebih
efektif jika dibantu dengan alat peraga pengajaran dari pada siswa belajar tanpa
dibantu dengan alat pengajaran.

B. Peserta Didik

Belajar efektif juga sangat ditentukan oleh faktor internal dan eksternal peserta
didik.
a. Faktor Internal
Faktor internal yang mempengaruhi belajar efektif diantaranya :
1. Kecerdasan (intelligent quotient)
2. Bakat (aptittude)
3. Minat (interest)
4. Motivasi (motivation)
5. Rasa percaya diri (self confidence)
6. Stabilitas emosi (emotional stability)
7. Komitmen (commitmen)
8. Kesehatan fisik

b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar efektif, diantaranya :
1. Kompetensi guru
2. Kualifikasi guru
3. Sarana pendukung
4. Kualitas teman sejawat
5. Atmosfir belajar
6. Kepemimpinan kelas
7. Biaya

9
C. Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat
merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat
mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.

Conpolat (1991) mengatakan bahwa sebagian besar materi ilmu kimia tergolong
abstrak, sehingga ilmu kimia dipelajari dengan cara penyederhanaan dari
kebanyakan objek yang ada di dunia ini dan pembahasannya tidak hanya sekedar
dengan pemecahan soal-soal yang terdiri dari angka-angka (soal numerik)
melainkan juga menyertakan penjelasan-penjelasan tentang Fenomena kimiawi
yang terkandung di dalamnya. Oleh sebab itu, media pembelajaran juga merupakan
salah satu faktor penting dalam pembelajaran kimia. Namun demikian, seperti yang
telah bahas sebelumnya bahwa guru dituntut untuk mampu memilih dan
menggunakan media pembelajaran dengan tepat demi terwujudnya pembelajaran
yang efektif. Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :

1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki


oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung
dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti
ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media
pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak
mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang
dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur,
model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio
visual dan audial.
2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang
tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik
tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b)
obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang
bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang
bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi.

10
Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan
kepada peserta didik.
3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta
didik dengan lingkungannya.
4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit
sampai dengan abstrak

Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya:

1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik


2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan
sejenisnya
4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer
dan sejenisnya.

Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila
tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya
media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai
bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau
tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan
video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat
melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik;
ketersediaan; dan mutu teknis.

D. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya

11
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif sebaiknya digunakan pendekatan


yang berorientasi pada siswa. Dalam pembelajaran kimia, pendekatan yang
biasanya digunakan dan yang dianggap efektif adalah konstruktivisme dan
discovery.

1. Konstruktivisme
konstruktivisme sangat menekankan pentingnya gagasan yang sudah ada pada diri
siswa untuk dikembangkan dalam proses belajar-mengajar. Dengan demikian,
pemahaman konsep sangat ditekankan. Belajar merupakan proses aktif dan
kompleks dalam upaya memperoleh pengetahuan baru. Proses yang terjadi
merupakan proses kognitif sebagai interaksi antara kegiatan persepsi, imajinasi,
organisasi, dan elaborasi. Proses pengorganisasian dan elaborasi memungkinkan
terbentuk hubungan antarkonsep. Hubungan antarkonsep dapat digambarkan
sebagai peta konsep. Peta konsep dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui
hasil belajar dan adanya miskonsepsi.

2. Discovery
Pendekatan discovery merupakan pendekatan mengajar yang memerlukan proses
mental, seperti mengamati, mengukur, menggolongkan, menduga, men-jelaskan,
dan mengambil kesimpulan. Pada kegiatan discovery guru hanya memberikan
masalah dan siswa disuruh memecahkan masalah melalui percobaan. Pada
pendekatan inquiry, siswa mengajukan masalah sendiri sesuai dengan pengarahan
guru. Keterampilan mental yang dituntut lebih tinggi dari discovery antara lain:
merancang dan melakukan percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data, dan
mengambil kesimpulan.

12
E. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem


dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling
berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan
dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh
pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta
dipraktekkan pada saat mengajar. Berikut ini adalah metode pembelajaran yang
efektif dalam pembelajaran kimia.

1. Metode diskusi ( Discussion method )


Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode
mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem
solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group
discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation ). Metode diskusi
diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :
a. Mendorong siswa berpikir kritis.
b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan
masalah bersama.
d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk
memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.

2. Metode demontrasi ( Demonstration method )


Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang,
kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung
maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan
atau materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah ( 2000).
Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu
proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Syaiful
Bahri Djamarah, ( 2000). 
Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah :

13
a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .
b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri
siswa (Daradjat, 1985)

3. Metode percobaan ( Experimental method )


Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik
perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan.
Syaiful Bahri Djamarah, (2000).
Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) adalah : (a) Perlu dijelaskan
kepada siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus memahami masalah yang
akan dibuktikan melalui eksprimen. (b) memberi penjelasan kepada siswa tentang
alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal
yang harus dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat.
(c) Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila
perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya
eksperimen. (d) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil
penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya
jawab.

F. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
tertentu & berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para
pengajar/tutor dalam merencanakan dan melaksanakan aktivititas pembelajaran.
Berikut ini adalah beberapa model pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran
kimia SMA.

1. Advance Organizer
Dirancang untuk memperkuat struktur kognitif peserta belajar
Sintakmatik (ada 3 tahap), yaitu :

14
1) Penyajian advance organizer, yang meliputi:
a) Menjelaskan tujuan satuan pelajaran.
b) Menyajikan organizer.
c) Mendorong timbulnya kesadaran tentang pengetahuan yang relevan.
2) Penyajian materi tugas pembelajaran
3) Memperkuat organisasi kognitif
Sistem social pada model ini yaitu fasilitator mengontrol isi dan proses
pembelajaran dari sudut interaksi fasilitator dan peserta belajar.
Prinsip reaksi:
4) Menjelaskan arti materi baru pembelajaran
5) Membedakan dan mencocokkan materi baru dengan pengetahuan yg telah
dimiliki
6) Mengembangkan relevansi perorangan dari materi pembelajaran
7) Mengajukan pendekatan kritis terhadap pengetahuan yang dipelajari
Sistem pendukung model ini ialah materi pembelajaran yang tersusun dengan baik.

2. Contextual Teaching and Learning (CTL)


Contextual Teaching and Learning adalah suatu proses pembelajaran holistik yang
bertujuan untuk membelajarkan peserta didik dalam memahami bahan ajar secara
bermakna yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan
lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi, maupun kultural. Sehingga peserta
didik memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat diaplikasikan
dan ditransfer dari satu konteks permasalahan yang satu ke permasalahan lainnya.
Berikut adalah komponen dari CTL :

1. Konstruktivisme
CTL dibangun dalam landasan konstruktivisme yang memiliki anggapan bahwa
pengetahuan dibangun peserta didik secara sedikit demi sedikit dan hasilnya
diperluas melalui konteks terbatas.

2. Inkuiri (Menemukan)

15
Proses pembelajaran yang dilakukan peserta didik merupakan proses menemukan
terhadap sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Proses inkuiri terdiri atas :
a) Pengamatan (observation)
b) Bertananya (questioning)
c) Mengajukan dugaan (hipothesis)
d) Pengumpulan data (data gathering)
e) Penyimpulan (conclussion)

3. Komunitas Belajar
Proses pembelajaran merupakan proses kerja sama antara peserta didik dengan
peserta didik, antara peserta didik dengan gurunya, dan antara peserta didik dengan
lingkungannya sehingga di dalamnya akan terjadi berbagi masalah, berbagi
informasi, berbagi pengalaman, dan berbagi pemecahan masalah yang
memungkinkan semakin banyaknya pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh.

4. Bertanya
Proses pembelajaran yang dilakukan peserta didik diawali dengan proses bertanya.
Proses bertanya yang dilakukan peserta didik sebenarnya merupakan proses
berpikir yang dilakukan peserta didik dalam rangka memecahkan masalah dalam
kehidupannya. Proses bertanya begitu berarti dalam rangka membangun perhatian,
membangun minat, membangun motivasi, membangun sikap, membangun, rasa
keingintahuan, membangun interaksi antarsiswa dengan siswa, membangun
interaksi antara siswa dengan guru, membangun interaksi antara siswa dengan
lingkungannya secara kontekstual, dan membangun lebih banyak lagi pertanyaan
yang dilakukan siswa dalam rangka menggali dan menemukan lebih banyak
informasi dan keterampilan yang diperoleh peserta didik.

5. Pemodelan
Proses pembelajaran akan lebih berarti jika didukung dengan adanya pemodelan
yang dapat ditiru, baik yang bersifat kejiwaan maupun yang bersifat fisik yang
berkaitan dengan cara untuk mengoperasikan sesuatu aktivitas, cara untuk
menguasai pengetahuan atau keterampilan tertentu. Pemodelan dalam pembelajaran

16
dapat dilakukan oleh guru, peserta didik, atau dengan cara mendatangkan nara
sumber dari luar (outscoring), yang terpenting dapat membantu terhadap ketuntasan
dalam belajrar sehingga peserta didik dapat mengalami akselerasi perubahan secara
berarti.

6. Refleksi
Refleksi dalam pembelajaran adalah cara berpikir tentang apa yang baru
dipelajarinya atau berpikir ke belakang tentang apa saja yang sudah dilakukannya
atau dipelajarinya di masa lalu. Refleksi pembelajaran merupakan respons terhadap
aktivitas atau pengetahuan dan keterampilan yang baru diterimadari proses
pembelajaran. Pada akhir proses pembelajaran sebaiknya guru menyisakan waktu
agar peserta didik melakukan refleksi, yang diwujudkan dalam bentuk :
a) pernyataan langsung peserta didik tentang yang diperoleh pada hari itu;
b) jurnal belajar di buku pribadi peserta didik;
c) kesan dan saran peserta didik mengenai pembelajaran hari itu.

7. Penilaian Autentik
Penilaian autentik merupakan proses penilaian pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh siswa dimana penilai tidak hanya guru, tetapi juga termasuk siswa atau
pun orang lain. Adapun karakteristik dari penilaian autentik sebagai berikut :
a) Penilaian dilakukan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
b) Aspek yang diukur adalah keterampilan dan performasi.
c) Penilaian dilakukan secara berkelanjutan, yaitu dilakukan dalam beberapa
tahapan dan periodik, sesuai dengan tahapan waktu dan bahasannya, baik
dalam bentuk formatif maupun sumatif.
d) Penilaian dilakukan secara integral, yaitu menilai berbagai aspek
pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik sebagai satu kesatuan
yang utuh.
e) Hasil penilaian digunakan sebagai feedback, yaitu untuk keperluan
pengayaan standar minimal telah tercapai atau mengulang jika standar
minimal belum tercapai.

17
3. Jigsaw (Model Tim Ahli)
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model pembelajaran ini sebagai
berikut :
a) Peserta didik dikelompokka menjadi beberapa kelompok, jumlah anggota
kelompok ditentukan oleh banyaknya materi atau sub bab yang akan
dipelajari.
b) Setiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
c) Setiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.
d) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang
sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan
sub bab mereka.
e) Setelah selesai, diskusi sebagai tim ahli setiap anggota kembali ke kelompok
asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentan gsub bab yang
mereka kuasai dan setiap anggota lainnya mendengarkannya.
f) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
g) Guru memberi evaluasi.
h) Penutup.

Selain model-model pembelajaran di atas, masih banyak lagi model pembelajaran


yang sering digunakan dan efektif dalam pembelajaran kimia seperti problem based
learning instruction, mind mapping, kepala bernomor struktur, numbered head
together, cooperative script dan examples non-examples. Untuk mendapatkan
informasi mengenai model-model pembelajaran tersebut pembaca dapat membaca
buku yang membahas tentang strategi pembelajaran.

18

You might also like