Professional Documents
Culture Documents
MOTOR INDUKSI
Deskripsi Singkat
Pada bab ini akan diuraikan mengenai dasar motor induksi yang meliputi: medan putar, prinsip
kerja, slip, rangkaian ekivalen, daya, pengaturan putaran, membalik putaran dan pengereman.
Kompetensi Dasar:
Setelah mempelajari bab ini diharapkan anda dapat menjelaskan motor induksi.
Indikator:
1. Menjelaskan konstruksi motor induksi.
2. Menjelaskan medan putar.
3. Menjelaskan prinsip kerja motor induksi.
4. Menjelaskan slip.
5. Menjelaskan rangkaian ekivalen.
6. Menghitung daya.
7. Mengatur putaran.
8. Membalik putaran.
9. Melakukan pengereman.
V.1
Konstruksi
Motor induksi merupakan motor arus bolak balaik (ac) yang paling luas
digunakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus rotor motor itu bukan diperoleh dari
sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif
antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh arus
stator.
Dikenal dua tipe motor induksi (lihat gambar 5.1) yaitu motor induksi dengan rotor
belitan dan motor induksi dengan rotor sangkar.
76
mencapai kecepatan putar normalnya secara otomatis melalui slip ring yang terpasang pada
bagian rotor (perhatikan gambar 5.2).
Gambar 5.2 Motor Induksi tiga fasa jenis fasa rotor belitan (wound rotor)
V.2
Medan Putar
Perputaran motor pada mesin arus bolak-balik ditimbulkan olah adanya medan putar
(fluks yang berputar) yang dihasilkan dalam kumparan statornya. Medan putar ini terjadi apabila
kumparan stator dihubungkan dalam fasa banyak, umumnya fasa 3. Hubungan dapat berupa
hubungan bintang atau delta.
77
Di sini akan dijelaskan bagaimana terjadinya medan putar itu. Perhatikanlah gambar 5.3.
= frekuensi
= jumlah kutub
78
Notasi yang dipakai untuk menyatakan positif atau negatifnya arus yang mengalir pada
kumparan a-a, b-b, dan c-c yaitu : untuk harga positif, dinyatakan apabila tanda silang (x)
terletak pada pangkalan konduktor tersebut (titik a, b, c), sedangkan negatif apabila ada tanda
titik ( ) terletak pada pangkal konduktor tersebut (gambar 5.4b). Maka diagram vektor untuk
fluks total pada keadaan t1, t2, t3, t4, dapat dilihat pada gambar 5.4b.
Dari semua diagram vektor di atas dapat pula dilihat bahwa fluks resultan berjalan (berputar).
79
F cos 240
Fb cos 120 o
Karena amplitudo fluks berubah menurut waktu secara sinusoid, maka amplitudo Fa, Fb, dan Fc
dapat dituliskan :
Fa Fmaks cos t
cos t 240
Fluks resultan adalah jumlah ketiga fluks tersebut, dan merupakan fungsi tempat ( ) dan
waktu (t),
Ft (, t) Fm cos t cos Fm cos 120 o cos t 120 o Fm cos 240 o cos t 240 o
cos cos
cos
cos
didapat :
F , t 3 2 Fm cos t
Rumus di atas menyatakan gelombang berjalan.
80
V.3
3 ~
Apabila sumber tegangan tiga fasa dihubungkan pada kumparan stator akan timbul medan
putar dengan kecepatan
ns
120 f
p
(2)
Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor.
(3)
(4)
Karena kumparan rotor merupakan rangkaian yang tertutup, maka ggl (E) akan
menghasilkan arus (I).
(5)
Adanya arus (I) di dalam medan magnet menimbulkan gaya (F) pada rotor.
(6)
Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya (F) pada rotor yang cukup besar untuk memikul
kopel beban, rotor akan berputar searah dengan medan putar stator.
(7)
Seperti telah dijelaskan pada (3) tegangan induksi timbul karena terpotongnya batang
konduktor (rotor) oleh medan putar stator. Artinya agar tegangan terinduksi diperlukan
adanya perbedaan relatif antara kecepatan medan putar stator (ns) dengan kecepatan
berputar rotor (nr).
(8)
(n s - n r )
100 %
ns
81
(9)
Bila nr = ns, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak mengalir pada kumparan jangkar
rotor, dengan demikian tidak dihasilkan kopel. Kopel motor akan ditimbulkan apabila nr
lebih kecil ns.
(10) Dilihat dari cara kerjanya, motor induksi disebut juga sebagai motor tak serempak atau
asinkron.
V.4
Slip
Berubah-ubahnya kecepatan motor induksi (ns) mengakibatkan berubahnya harga slip
dari 100% pada saat start sampai 0% pada saat motor diam (nr = ns). Hubungan frekuensi dengan
slip dapat dilihat sebagai berikut :
Bila f1 = frekuensi jala-jala,
ns = 120f1/p atau f1 = pns/120
Pada rotor berlaku hubungan :
f2
pn s n r
120
f2
pn s n s n r
120
ns
Karena
ns nr
pn
dan f1 s
ns
120
maka
f 2 f1 S
pada saat start : S = 100% ; f2 = f1
Demikianlah terlihat bahwa pada saat start dan rotor belum berputar, frekuensi pada
stator dan rotor sama. Dalam keadaan rotor berputar, frekunsi arus rotor dipengaruhi oleh slip (f1
= s f1). Karena tegangan induksi dan reaktansi kumparan rotor merupakan fungsi frekuensi, maka
harganya turut pula dipengaruhi oleh slip.
E 2s 4.44 f 2 N 2 m
E 2s 4.44 f1 N 2 m
E 2s SE 2
Ir. Antoni Simanjuntak, MT
Motor Induksi
82
Rangkaian Rotor
Setelah dibahas bahwa pada saat rotor berputar tegangan induksi rotor (E2) dan reaktansi
rotor (X2) turut dipengaruhi oleh slip, maka arus motor menjadi :
E 2s
I2
SE 2
R 2 SX 2
R2
2
X 2s
S
E2
atau I 2
2
R2
2
X 2
S
2
Dengan demikian rangkaian rotor digambarkan seperti terlihat pada gambar 5.6.
SX 2
R2
R2 / S
I2
X2
I2
E2
SE 2
a
Gambar 5.6 Rangkaian listrik dari kumparan rotor yang sedang berputar
Karena
R2
1 S
R2 R2
, rangkaian rotor dapat juga dilihat pada gambar 5.7
S
S
83
R2
X2
I2
1- S
R2
E2
Rangkaian Ekivalen
Kerja motor induksi seperti juga kerja transformator adalah bedasarkan prinsip induksi-
elektromagnet. Oleh karena itu, motor induksi dapat dianggap sebagai transformator dengan
rangkaian sekunder yang berputar. Hingga rangkaian motor induksi dapat dilukiskan seperti pada
gambar 5.8.
I '2
I1
R1
R2
X1
SX 2
Io
V1
RC
XM
E1
SE 2
I2
84
I '
2 X
1
I 'R
V1
E1
I
I'
IR
2
SE 2
SX
I1
I
V1 C
RC
Io
IM
R1
X1
XM
a R2 /S
'
I2
I1
a X2
I
V1 C
RC
Io
IM
R1
X1
XM
a R2 /S
'
I2
a X2
1 S
2
a R2
85
I 'X
2
a 2R
I'
V1
I 'R
2
I 'a 2
2 X
E1
I'
V.7
E1
2
R 2 / S a 2X2
dan
tahanan
cos
impedansi
a 2R 2 / S
2
R 2 / S a 2X2
P T 3 E 1 I '2 cos
P = daya
T = kopel
= kecepatan sudut
maka T P / 3/ E 1 I '2 cos
Bila Z1 = R1 + jX1 dianggap kecil, E1 hampir sama V1
T
Ir. Antoni Simanjuntak, MT
Motor Induksi
Sa 2 R 2
3 2
V1
2
W
a 2 R 2 S2 a 2 X 2
(1)
86
Berapa harga S agar harga T maksimum? Harga S untuk mendapatkan T maksimum adalah bila
dT/dS = 0. Dari diferensiasi dT/dS = 0 diperoleh harga T maksimum pada saat
S R 2 / X2
(2)
Tmaks 3V12 / 2 Wa 2 X 2
(3)
Dari ketiga persamaan tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan. Dari persamaan (1) diketahui
bahwa untuk harga S kecil di mana S2(a2X2)2 dapat diabaikan, maka kopel sebanding dengan
S(T~S). Dari persamaan (2) diketahui bahwa untuk memperoleh kopel maksimum pada saat start
(S = 1) ialah dengan membuat R2 = X2. Harga kopel maksimum dapat diubah dengan mengatur
harga X2 atau tegangan sumber V1 (lihat persamaan (3)). Dari persamaan (1) diketahui bahwa
kopel akan menjadi nol ketika S = ~. Persamaan (1) dan (2) menunjukan bahwa R2 tidak
mengubah harga kopel maksimum, melainkan hanya mengubah harga S pada saat kopel
maksimum terjadi. Perubahan R2 dalam hubungan dengan kopel (T) dan slip (S) dapat dilihat
dari kurva berikut pada gambar 5.12.
Gambar 5.12 Kurva perubahan R2 hubungannya dengan kopel (T) dan slip (S)
V.8
P1 3 V1 I1 cos
I1
V1
IC
Io
RC
IM
R1
XM
X1
a R2
'
I2
a X2
1 S
2
a R2
87
P2 3 E 1 I '2 cos
1 S
P2 3 I '2 a 2 R 2 R 2
2
R
P2 3 I '2 a 2 2
S
Daya keluar rotor (daya mekanik pada rotor termasuk rugi geser dan angin).
2
1 S
Pm 3 I '2 a 2 R 2
PCu 3 I '2 a 2 R 2
Jadi :
P2 : Pm : PCu 1 : (1 S) : S
Dengan demikian diperoleh cara menghitung yang lebih cepat. Daya keluar rotor dapat juga
diketahui diperoleh dari daya masuk rotor dikurangi rugi tembaga rotor ( Pm = P2 - PCu ).
V.9
Pengaturan Putaran
Motor induksi pada umunya berputar dengan kecepatan konstan, mendekati kecepatan
sinkronnya. Meskipun demikian pada penggunaan tertentu dikehendaki juga adanya pengaturan
putaran. Pengaturan motor induksi memerlukan biaya yang agak tinggi. Biasanya pengaturan ini
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan mengubah jumlah kutub motor, mengubah
frekuensi jala-jala, mengatur tegangan jala-jala, dan mengatur tahanan luar.
V.9.1 Mengubah Jumlah Kutub Motor
Karena ns = 120f/p, maka perubahan jumlah kutub (p) atau frekuensi (f) akan
mempengaruhi putaran. Jumlah kutub dapat diubah dengan merencanakan kumparan stator
sedemikian rupa sehingga dapat menerima tegangan masuk pada posisi kumparan yang berbedabeda. Biasanya diperoleh dua perubahan kecepatan sinkron dengan mengubah jumlah kutub dari
2 menjadi 4, seperti terlihat pada gambar 5.14.
88
Gambar 5.14 Perubahan kecepatan sinkron dengan mengubah jumlah kutub dari 2 menjadi 4
2
3
V1 2 2 2Sa R2 2 2
w
a R 2 S a X2
Dari persamaan kopel motor induksi di atas diketahui bahwa kopel sebanding dengan
pangkat dua tegangan yang diberikan. Untuk karakteristik beban seperti terlihat pada gambar
5.15, kecepatan akan berubah dari n1 ke n2 untuk tegangan masuk setengah tegangan semula.
Cara ini hanya menghasilkan pengaturan putaran yang terbatas (daerah pengaturan sempit).
89
90
R1
X1
'
2
R1
Io
IC
V1
RC
IM
I1
' 1 S
R
2 S
XM
V1
IC
X1
'
2
'
2
Io
IM
RC
'
I2
XM
' 1 S
2 S
Y
( b)
(a )
Gambar 5.17
Vt
2
1
X 12
2200
3 1270 volt
maka
V1 1270 75.1 0.102 0.313 1245 volt
2
I1'
V1
R '2 / S X 1 X '2
1245
220 ampere
sehingga
2
1 0.018
1 S
2
Daya keluar 3 I '2 R '2
3 220 0.0992
0.018
S
789 kW 1060 hp
120 25
250 rpm
12
91
Kopel : P / Wr
789000
30600 newton - meter 22600 lb - ft
2 242/60
R '2
R 12 X 1 X '2
Misalkan tahanan luar dipasang pada rangkaian rotor, dan pada saat start, Sm= 1.0 maka :
R '2
Jadi, Rluar = 0.632 0.0992 = 0.533 ohm per fasa (harga ini adalah harga tahanan luar dari
rangkaian rotor yang di-transfer ke rangkaian stator). Arus motor pada keadaan start :
I '2
1245
1290 ampere
Jadi,
T
12
3 1290 2 0.632 121000 N - m
4 25
89000 lb - ft
92
Kemudian tahanan luar dihilangkan, maka kopel maksimum terjadi pada saat slip Sm di mana
:
Sm
0.0992
0.102
0.313 0.313
0.157
R1
= 0.294 omh/fasa;
X1
= 0.503 omh/fasa;
Xm
= 13.25 omh/fasa;
Rc = diabaikan (Go = 0)
/ S jX '2 jX m
R '2 j X '2 X m
'
2
93
Daya mekanik pada rangkaian rotor (termasuk juga rugi geser + angin + besi)
= (1- 0.02)(5740) = 5630 watt
Maka daya mekanik (keluar) = 5630 403 = 5227 watt = 5230 watt
Kopel T
P
5230
42.5 nm 7.0 hp
WR 2 20 1 0.02
= 403 watt
Rugi total = 830 watt
Daya keluar
= 5230 watt
Daya masuk
= 6060 watt
1500 1440
100% 4%
1500
Penyelesaian
Daya keluar 14.8 hp = 14.8 x 735.5 = 10885.4 watt
Daya mekanik yang dihasilkan = 10885.4 + 375 watt = 11260.4 watt
Diketahui bahwa :
rugi-rugi tembaga rotor:input rotor:daya mekanik = 1:1/5(1-5)/5
rugi-rugi tembaga rotor
11260.4 0.04
watt 469.2 watt .
0.96
11.789.6
3 400 0.88
20.97 ampere .
94
= 6 + j2 + 0.4 + j4
= 6.4 + j6 ohm
= 8.76 ohm/fasa
Tegangan/fasa pada keadaan diam = 80/3 volt
Arus pada kondisi diam =
80
3 8.76
5.27 ampere
Pada slip 0.03, tegangan induksi rotor = 80/3 x 0.03 = 1.38 volt
Impedansi rotor = 0.4 + 4j x 0.3 = 0.4 + j1.2 = 1.26
Sehingga arus rotor apabila dijalankan terhubung singkat dengan slip 3% = 1.38/1.26 = 1.09
ampere.
6. Motor induksi 3 fasa rotornya dihubung bintang dan mempunyai tegangan induksi 50 volt
antara cincin-cincin slip, pada keadaan diam dan dalam keadaan sirkuit terbuka. Ketika stator
dihubungkan dengan tegangan suplai normal, impedansi pada keadaan diam 0.5 + j3.5
ohm/fasa. Hitunglah arus fasa dan faktor daya bila :
(a) rotor dihubungkan tahanan 4 ohm/fasa dan
(b) bila cincin-cincin slip dihubung singkat.
Penyelesaian
Tegangan induksi pada keadaan diam : 50/3 = 28.86 volt
(a) Total impedansi fasa = 4.0 + j3.5 + 0.5 ohm
= 4.5 + j3.5 ohm
95
Arus fasa
28.86
4.5 2 3.5 2
5.06 ampere.
= 0.5/3.535 = 0.1415
7. Motor induksi 4 kutub, 50 Hz, 3 fasa. Jika slip dari motor pada beban penuh 3%. Hitunglah
harga tahanan yang dibutuhkan secara seri per fasa untuk mengurangi kecepatan 10%. Tiaptiap fasa rotor mempunyai tahanan 0.2 ohm.
Penyelesaian
Jika torsi dalam motor induksi konstan dan kita mengetahui Rrotor/slip adalah konstan, dan
mesin bergerak tanpa tahanan luar pada slip S1, maka
R 1 R 2 R eks
S1
S2
lalu :
N s N rl
0.03 atau N rl 1 0.03N s 0.97 N s
Ns
Pengurangan kecepatan 10% sehingga kecepatan yang baru Nr2 = 0.973 Ns
Oleh karena itu slip S2 adalah :
S2
Ns Nr2
1 0.873 0.127
Ns
96
0.03
0.127
0.006 0.03 R eks 0.0254
0.0254 0.006
0.03
0.646 ohm
R eks
R eks
8. Kecepatan motor rotor sangkar 3 fasa, 4 kutub. 50 Hz adalah 1440 rpm. Perbandingan arus
hubung singkat dengan arus beban penuh adalah 5. Hitunglah torsi start dan presentase torsi
beban penuh dengan mengikuti metode-metode start :
(a) oleh auto transformer dengan 60% tapping.
(b) Oleh saklar-delta.
Penyelesaian
1500 - 1400
100% 4%
1500
I fL
S
FfL
I fL
0.04
Jadi,
2
2
Ts
I s 0. 4 I s
Torsi start
0.4
2
Torsi beban penuh TfL
TfL
I fL
(a) Jika start digunakan auto transformer, jadi arus start = 5 x 0.6 arus beban penuh
atau
arus start
3
arus beban penuh
97
Jadi
Torsi start = (3)2 x 0.4 torsi beban penuh
(b) Penuh keadaan hubung bintang :
I start
1
3
Tstart 5
0.04 333%
TfL 3
Torsi start = 333% dari torsi beban penuh.
Rangkuman
1. Motor induksi merupakan motor arus bolakbalik (ac) yang paling luas digunakan.
2. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus rotor motor itu bukan diperoleh dari sumber
tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif
antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh arus
stator.
3. Dikenal dua tipe motor induksi yaitu motor induksi dengan rotor belitan dan motor induksi
dengan rotor sangkar.
4. Perputaran motor pada mesin arus bolak-balik ditimbulkan olah adanya medan putar (fluks
yang berputar) dengan kecepatan n s
120f
yang dihasilkan dalam kumparan statornya.
p
Medan putar ini terjadi apabila kumparan stator dihubungkan dalam fasa banyak, umumnya
fasa 3. Hubungan dapat berupa hubungan bintang atau delta.
5. Perbedaan kecepatan antara kecepatan berputar rotor (n r ) dan (n s ) disebut Slip (S)
dinyatakan dengan: S
(n s n r )
100%
ns
6. Besar kopel yang diperoleh pada saat rotor akan berputar disebut kopel start. Nilai kopel start
keadaannya selalu lebih besar dari nilai kopel pada keadaan putaran normal.
2
R
7. Daya masuk stator adalah P1 3 V1 I1 cos , daya masuk rotor adalah P2 3 I '2 a 2 2 ,
S
daya keluar rotor (daya mekanik pada rotor termasuk rugi geser dan angin)
2
1 S
Pm 3 I '2 a 2 R 2
98
PCu 3 I '2 a 2 R 2
Jadi :
P2 : Pm : PCu 1 : (1 S) : S
Dengan demikian diperoleh cara menghitung yang lebih cepat. Daya keluar rotor dapat juga
diketahui diperoleh dari daya masuk rotor dikurangi rugi tembaga rotor ( Pm = P2 - PCu ).
8. Motor induksi pada umunya berputar dengan kecepatan konstan, mendekati kecepatan
sinkronnya. Meskipun demikian pada penggunaan tertentu dikehendaki juga adanya
pengaturan putaran. Pengaturan motor induksi memerlukan biaya yang agak tinggi. Biasanya
pengaturan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan mengubah jumlah kutub
motor, mengubah frekuensi jala-jala, mengatur tegangan jala-jala, dan mengatur tahanan
luar.
Soal soal latihan.
1. Motor induksi 3 fasa, 4 kutub beroperasi pada frekuensi jala jala 50 Hz.
Hitunglah: a. Kecepatan putar stator.
b. kecepatan putar rotor.
c. frekuensi arus rotor, jika slip 0,03
d. frekuensi arus rotor, jika frekuensi arus rotor dalam keadaan stasioner.
e. Kecepatan putar rotor, jika kecepatan putar rotor dalam keadaan stasioner.
2. Motor induksi 3 fasa, 4 kutub disuplai oleh sumber listrik pada frekuensi jala jala 50 Hz.
Hitunglah: a. Kecepatan putar sinkron.
b. kecepatan putar rotor, jika slip 5 %.
c. frekuensi arus rotor, jika berputar 600 rpm.
3. Rotor terhubung bintang dari sebuah motor induksi mempunyai impedansi pada keadaan
diam (0,4 + j4) ohm per fasa dan impedansi per fasa (6 +j2) ohm motor mempunyai ggl
induksi 80 volt antara cincin cincin slip pada keadaan diam apabila dihubungkan dengan
tegangan penyedia normalnya. Tentukan:
a. Arus rotor dalam keadaan diam dengan rheostat dalam rangkaian.
b. Arus rotor apabila dijalankan terhubung singkat dengan slip 0,03.
4. Daya masukan dari motor induksi 3 fasa adalah 60 kW. Rugi rugi stator total 1,5 kW.
Tentukanlah daya mekanis yang dihasilkan jika motor dijalankan dengan slip 4 %.
Ir. Antoni Simanjuntak, MT
Motor Induksi
99
Daftar Pustaka
1. Nagrath, I.J., Kothari, D.P.(1989), Electric Machines, McGraw-Hill Publishing Company
Limited., New Delhi. Bab 9, Hal. 437.
2. Zuhal. (1988), Dasar Teknik Tenaga Listrik Dan Elektronika Daya, Gramedia, Jakarta.
Bab 7, Hal. 101
Bacaan Lebih Lanjut
1. Rijono, Y.(1997), Dasar Teknik Tenaga Listrik, Andi, Yogyakarta. Bab. 6, Hal. 309.
2. Marappung. (1988), Teori Soal Penyelesaian Teknik Tenaga Listrik, Armico, Bandung.
Bab.4, Hal.276.
100