You are on page 1of 26

BAB V

MOTOR INDUKSI
Deskripsi Singkat
Pada bab ini akan diuraikan mengenai dasar motor induksi yang meliputi: medan putar, prinsip
kerja, slip, rangkaian ekivalen, daya, pengaturan putaran, membalik putaran dan pengereman.
Kompetensi Dasar:
Setelah mempelajari bab ini diharapkan anda dapat menjelaskan motor induksi.
Indikator:
1. Menjelaskan konstruksi motor induksi.
2. Menjelaskan medan putar.
3. Menjelaskan prinsip kerja motor induksi.
4. Menjelaskan slip.
5. Menjelaskan rangkaian ekivalen.
6. Menghitung daya.
7. Mengatur putaran.
8. Membalik putaran.
9. Melakukan pengereman.
V.1

Konstruksi
Motor induksi merupakan motor arus bolak balaik (ac) yang paling luas

digunakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus rotor motor itu bukan diperoleh dari
sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif
antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh arus
stator.
Dikenal dua tipe motor induksi (lihat gambar 5.1) yaitu motor induksi dengan rotor
belitan dan motor induksi dengan rotor sangkar.

Gambar 5.1 Konstruksi motor induksi


V.1.1 Bagian Stator
Pada bagian stator terdapat beberapa slot yang merupakan tempat kawat (konduktor) dari
tiga kumparan tiga fasa yang disebut kumparan stator, yang masing masing kumparan
mendapat suplai arus tiga fasa.
Belitan stator yang dihubungkan dengan suatu sumber tegangan tiga fasa akan
menghasilkan medan magnet yang berputar dengan kecepatan sinkron (ns = 120f/2p). Medan
putar pada stator tersebut akan memotong konduktor-konduktor pada rotor, sehingga terinduksi
arus; dan sesuai dengan Hukum Lentz, rotor pun akan turut berputar mengikuti medan putar
stator. Perbedaan putaran relatif antara stator dan rotor disebut slip. Bertambahnya beban, akan
memperbesar kopel motor, yang oleh karenanya akan memperbesar pula arus induksi pada rotor,
sehingga slip antara medan putar stator dan putaran rotor pun akan bertambah besar. Jadi, bila
beban motor bertambah, putaran rotor cenderung menurun.
V.1.2 Bagian Rotor
Bagian rotor yang merupakan tempat kumparan rotor adalah bagian yang bergerak atau
berputar. Ada dua jenis kumparan rotor yaitu rotor sangkar (sguirel-cage rotor) dan rotor belitan
(wound rotor).
Hampir 90 % kumparan rotor dari motor induksi menggunakan jenis rotor sangkar
(squirel-cage rotor). Ini karena bentuk kumparannya sederhana dan tahan terhadap goncangan.
Ciri khusus dari rotor sangkar (sguirel-cage rotor) adalah ujung ujung kumparan rotor
terhubung singkat secara permanen. Lain halnya pada fasa rotor belitan (wound rotor) yang
ujung ujung kumparan rotor akan terhubung langsung bila kecepatan putar rotor telah

Ir. Antoni Simanjuntak, MT


Motor Induksi

76

mencapai kecepatan putar normalnya secara otomatis melalui slip ring yang terpasang pada
bagian rotor (perhatikan gambar 5.2).

Gambar 5.2 Motor Induksi tiga fasa jenis fasa rotor belitan (wound rotor)

V.2

Medan Putar
Perputaran motor pada mesin arus bolak-balik ditimbulkan olah adanya medan putar

(fluks yang berputar) yang dihasilkan dalam kumparan statornya. Medan putar ini terjadi apabila
kumparan stator dihubungkan dalam fasa banyak, umumnya fasa 3. Hubungan dapat berupa
hubungan bintang atau delta.

Ir. Antoni Simanjuntak, MT


Motor Induksi

77

Di sini akan dijelaskan bagaimana terjadinya medan putar itu. Perhatikanlah gambar 5.3.

Gambar 5.3 Proses terjadinya medan putar


Misalkan kumparan a-a;b-b;c-c dihubungkan tiga fasa, dengan beda fasa masing-masing
120o(gambar 5.3a) dan dialiri arus sinusoid. Distribusi ia, ib, ic sebagai fungsi waktu adalah
seperti gambar 5.3b. Pada keadaan t1, t2, t3 dan t4, fluks resultan yang ditimbulkan oleh kumparan
tersebut masing-masing adalah seperti gambar 5.3c, d, e dan f. Pada t1 fluks resultan mempunyai
arah sama dengan arah fluks yang dihasilkan oleh kumparan a-a; sedangkan pada t2, fluks
resultannya dihasilkan oleh kumparan b-b. Untuk t4, fluks resultannya berlawanan arah dengan
fluks resultan yang dihasilkan pada saat t1. (Keterangan ini akan lebih jelas pada analisis vektor).
Dari gambar 5.3c, d, e, dan f tersebut terlihat bahwa fluks resultan ini akan berputar satu
kali. Oleh karena itu, untuk mesin dengan jumlah kutub lebih dari dua, kecepatan sinkron dapat
diturunkan sebagai berikut :
ns = 120 f/p
f

= frekuensi

= jumlah kutub

Analisis secara Vektor


Analisis secara vektor didapatkan atas dasar :
(1) Arah fluks yang ditimbulkan oleh arus yang mengalir dalam suatu lingkar sesuai dengan
perputaran sekrup (gambar 5.4a).
(2) Kebesaran fluks yang ditimbulkan ini sebanding dengan arus yang mengalir.
Ir. Antoni Simanjuntak, MT
Motor Induksi

78

Gambar 5.4a Arah fluks yang ditimbulkan oleh arus

Notasi yang dipakai untuk menyatakan positif atau negatifnya arus yang mengalir pada
kumparan a-a, b-b, dan c-c yaitu : untuk harga positif, dinyatakan apabila tanda silang (x)
terletak pada pangkalan konduktor tersebut (titik a, b, c), sedangkan negatif apabila ada tanda
titik ( ) terletak pada pangkal konduktor tersebut (gambar 5.4b). Maka diagram vektor untuk
fluks total pada keadaan t1, t2, t3, t4, dapat dilihat pada gambar 5.4b.

Gambar 5.4b Diagram vektor untuk fluks total

Dari semua diagram vektor di atas dapat pula dilihat bahwa fluks resultan berjalan (berputar).

Ir. Antoni Simanjuntak, MT


Motor Induksi

79

Analisis secara Matematika


Misalkan fluks yang dihasilkan oleh kumparan a-a pada saat t dapat dinyatakan dalam koordinat
polar, yaitu :
Fa cos
Dan fluks yang dihasilkan oleh kumparan b-b dan c-c masing-masing adalah :

F cos 240

Fb cos 120 o

Karena amplitudo fluks berubah menurut waktu secara sinusoid, maka amplitudo Fa, Fb, dan Fc
dapat dituliskan :

Fa Fmaks cos t

cos t 240

Fb Fmaks cos t 120 o


Fc Fmaks

Fluks resultan adalah jumlah ketiga fluks tersebut, dan merupakan fungsi tempat ( ) dan
waktu (t),

Ft (, t) Fm cos t cos Fm cos 120 o cos t 120 o Fm cos 240 o cos t 240 o

Dengan memakai transformasi trigonometri dari :

cos cos

cos

cos

didapat :

F (, t) 1 2 Fm cos t 1 2 Fm cos t 1 2 Fm cos t 1 2 Fm cos t 240 o

1 2 Fm cos t 1 2 Fm cos t 480 o

Suku kedua, keempat, dan keenam saling menghapuskan, maka :

F , t 3 2 Fm cos t
Rumus di atas menyatakan gelombang berjalan.

Ir. Antoni Simanjuntak, MT


Motor Induksi

80

V.3

Prinsip Kerja Motor Induksi

3 ~

Gambar 5.5 Motor induksi tiga fasa


Ada beberapa prinsip kerja motor induksi :
(1)

Apabila sumber tegangan tiga fasa dihubungkan pada kumparan stator akan timbul medan
putar dengan kecepatan

ns

120 f
p

(2)

Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor.

(3)

Akibatnya pada kumparan rotor timbul tegangan induksi (ggl) sebesar :


E 2s 4,44 f 2 N 2 m (untuk satu fasa)
E2s adalah tegangan induksi pada saat rotor berputar.

(4)

Karena kumparan rotor merupakan rangkaian yang tertutup, maka ggl (E) akan
menghasilkan arus (I).

(5)

Adanya arus (I) di dalam medan magnet menimbulkan gaya (F) pada rotor.

(6)

Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya (F) pada rotor yang cukup besar untuk memikul
kopel beban, rotor akan berputar searah dengan medan putar stator.

(7)

Seperti telah dijelaskan pada (3) tegangan induksi timbul karena terpotongnya batang
konduktor (rotor) oleh medan putar stator. Artinya agar tegangan terinduksi diperlukan
adanya perbedaan relatif antara kecepatan medan putar stator (ns) dengan kecepatan
berputar rotor (nr).

(8)

Perbedaan kecepatan anatar nr dan ns disebut slip (S) dinyatakan dengan :

Ir. Antoni Simanjuntak, MT


Motor Induksi

(n s - n r )
100 %
ns

81

(9)

Bila nr = ns, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak mengalir pada kumparan jangkar
rotor, dengan demikian tidak dihasilkan kopel. Kopel motor akan ditimbulkan apabila nr
lebih kecil ns.

(10) Dilihat dari cara kerjanya, motor induksi disebut juga sebagai motor tak serempak atau
asinkron.
V.4

Slip
Berubah-ubahnya kecepatan motor induksi (ns) mengakibatkan berubahnya harga slip

dari 100% pada saat start sampai 0% pada saat motor diam (nr = ns). Hubungan frekuensi dengan
slip dapat dilihat sebagai berikut :
Bila f1 = frekuensi jala-jala,
ns = 120f1/p atau f1 = pns/120
Pada rotor berlaku hubungan :

f2

pn s n r
120

f 2 = frekuensi arus rotor


atau

f2

pn s n s n r

120
ns

Karena

ns nr
pn
dan f1 s
ns
120

maka

f 2 f1 S
pada saat start : S = 100% ; f2 = f1
Demikianlah terlihat bahwa pada saat start dan rotor belum berputar, frekuensi pada
stator dan rotor sama. Dalam keadaan rotor berputar, frekunsi arus rotor dipengaruhi oleh slip (f1
= s f1). Karena tegangan induksi dan reaktansi kumparan rotor merupakan fungsi frekuensi, maka
harganya turut pula dipengaruhi oleh slip.
E 2s 4.44 f 2 N 2 m
E 2s 4.44 f1 N 2 m
E 2s SE 2
Ir. Antoni Simanjuntak, MT
Motor Induksi

82

E2 = tegangan induksi pada saat start (diam)


E2s = tegangan induksi pada saat motor berputar.
X 2s 2 f 2 L 2s
X 2s 2 sf 1 L 2s
X 2s SX 2
X2s adalah reaktansi pada saat rotor berputar
X2 adalah reaktansi pada saat start (diam)
V.5

Rangkaian Rotor
Setelah dibahas bahwa pada saat rotor berputar tegangan induksi rotor (E2) dan reaktansi

rotor (X2) turut dipengaruhi oleh slip, maka arus motor menjadi :
E 2s

I2

SE 2

R 2 SX 2
R2
2
X 2s

S
E2
atau I 2
2
R2
2
X 2

S
2

Dengan demikian rangkaian rotor digambarkan seperti terlihat pada gambar 5.6.

SX 2

R2

R2 / S

I2

X2

I2
E2

SE 2
a

Gambar 5.6 Rangkaian listrik dari kumparan rotor yang sedang berputar

Karena

R2
1 S
R2 R2
, rangkaian rotor dapat juga dilihat pada gambar 5.7
S
S

Ir. Antoni Simanjuntak, MT


Motor Induksi

83

R2

X2

I2

1- S
R2

E2

Gambar 5.7 Rangkaian listrik kumparan rotor


Perhatikan bahwa :
I 22 R 2 daya yang hilang berupa panas
1 S
I 22 R 2
daya keluar rotor yang diubah menjadi daya mekanik
S
V.6

Rangkaian Ekivalen
Kerja motor induksi seperti juga kerja transformator adalah bedasarkan prinsip induksi-

elektromagnet. Oleh karena itu, motor induksi dapat dianggap sebagai transformator dengan
rangkaian sekunder yang berputar. Hingga rangkaian motor induksi dapat dilukiskan seperti pada
gambar 5.8.
I '2

I1

R1

R2

X1

SX 2

Io

V1

RC

XM

E1

SE 2

I2

Gambar 5.8 Rangkaian listrik motor induksi


Vektor diagram dapat dilihat pada gambar 5.9

Ir. Antoni Simanjuntak, MT


Motor Induksi

84

I '

2 X
1

I 'R

V1

E1
I

I'

IR
2

SE 2

SX

Gambar 5.9 Vektor diagram motor induksi


Sedangkan rangkaian ekivalen motor induksi dapat dilukiskan seperti dalam gambar 5.10.

I1
I
V1 C

RC

Io
IM

R1

X1

XM

a R2 /S
'
I2

I1

a X2

I
V1 C

RC

Io
IM

R1

X1

XM

a R2 /S
'
I2

a X2

1 S
2
a R2

Gambar 5.10 Rangkaian ekivalen motor induksi


Vektor diagram untuk rangkaian ekivalen di atas terlihat pada gambar 5.11.

Ir. Antoni Simanjuntak, MT


Motor Induksi

85

I 'X
2

a 2R

I'

V1

I 'R
2

I 'a 2
2 X

E1

I'

Gambar 5.11 Rangkaian ekivalen motor induksi secara vektoris

V.7

Kopel Motor Induksi


Dari rangkaian ekivalen gambar 5.8, arus I '2 adalah:
I '2

E1
2

R 2 / S a 2X2

dan
tahanan
cos

impedansi

a 2R 2 / S
2

R 2 / S a 2X2

P T 3 E 1 I '2 cos
P = daya
T = kopel

= kecepatan sudut
maka T P / 3/ E 1 I '2 cos
Bila Z1 = R1 + jX1 dianggap kecil, E1 hampir sama V1

T
Ir. Antoni Simanjuntak, MT
Motor Induksi

Sa 2 R 2
3 2
V1
2
W
a 2 R 2 S2 a 2 X 2

(1)
86

Berapa harga S agar harga T maksimum? Harga S untuk mendapatkan T maksimum adalah bila
dT/dS = 0. Dari diferensiasi dT/dS = 0 diperoleh harga T maksimum pada saat

S R 2 / X2

(2)

Tmaks 3V12 / 2 Wa 2 X 2

(3)

Dari ketiga persamaan tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan. Dari persamaan (1) diketahui
bahwa untuk harga S kecil di mana S2(a2X2)2 dapat diabaikan, maka kopel sebanding dengan
S(T~S). Dari persamaan (2) diketahui bahwa untuk memperoleh kopel maksimum pada saat start
(S = 1) ialah dengan membuat R2 = X2. Harga kopel maksimum dapat diubah dengan mengatur
harga X2 atau tegangan sumber V1 (lihat persamaan (3)). Dari persamaan (1) diketahui bahwa
kopel akan menjadi nol ketika S = ~. Persamaan (1) dan (2) menunjukan bahwa R2 tidak
mengubah harga kopel maksimum, melainkan hanya mengubah harga S pada saat kopel
maksimum terjadi. Perubahan R2 dalam hubungan dengan kopel (T) dan slip (S) dapat dilihat
dari kurva berikut pada gambar 5.12.

Gambar 5.12 Kurva perubahan R2 hubungannya dengan kopel (T) dan slip (S)

V.8

Daya Motor Induksi

Dengan memperlihatkan model rangkaian diketahui bahwa daya masuk stator :

P1 3 V1 I1 cos
I1
V1

IC

Io
RC

IM

R1

XM

X1

a R2

'

I2

a X2

1 S
2
a R2

Gambar 5.13 Rangkaian ekivalen motor induksi


Ir. Antoni Simanjuntak, MT
Motor Induksi

87

Daya masuk rotor (terdapat pada celah udara)

P2 3 E 1 I '2 cos

1 S
P2 3 I '2 a 2 R 2 R 2

2
R
P2 3 I '2 a 2 2
S

Daya keluar rotor (daya mekanik pada rotor termasuk rugi geser dan angin).
2
1 S
Pm 3 I '2 a 2 R 2

Rugi tembaga rotor :

PCu 3 I '2 a 2 R 2

Jadi :
P2 : Pm : PCu 1 : (1 S) : S
Dengan demikian diperoleh cara menghitung yang lebih cepat. Daya keluar rotor dapat juga
diketahui diperoleh dari daya masuk rotor dikurangi rugi tembaga rotor ( Pm = P2 - PCu ).
V.9

Pengaturan Putaran
Motor induksi pada umunya berputar dengan kecepatan konstan, mendekati kecepatan

sinkronnya. Meskipun demikian pada penggunaan tertentu dikehendaki juga adanya pengaturan
putaran. Pengaturan motor induksi memerlukan biaya yang agak tinggi. Biasanya pengaturan ini
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan mengubah jumlah kutub motor, mengubah
frekuensi jala-jala, mengatur tegangan jala-jala, dan mengatur tahanan luar.
V.9.1 Mengubah Jumlah Kutub Motor
Karena ns = 120f/p, maka perubahan jumlah kutub (p) atau frekuensi (f) akan
mempengaruhi putaran. Jumlah kutub dapat diubah dengan merencanakan kumparan stator
sedemikian rupa sehingga dapat menerima tegangan masuk pada posisi kumparan yang berbedabeda. Biasanya diperoleh dua perubahan kecepatan sinkron dengan mengubah jumlah kutub dari
2 menjadi 4, seperti terlihat pada gambar 5.14.

Ir. Antoni Simanjuntak, MT


Motor Induksi

88

Gambar 5.14 Perubahan kecepatan sinkron dengan mengubah jumlah kutub dari 2 menjadi 4

V.9.2 Mengubah Frekuensi Jala-jala


Pengaturan putaran motor induksi dapat dilakukan dengan mengubah-ubah harga
frekuensi jala. Hanya saja untuk menjaga keseimbangan kerapatan fluks perubahan tegangan
harus dilakukan bersamaan dengan perubahan frekuensi . Persoalannya sekarang adalah
bagaimana mengatur frekuensi dengan cara yang efektif dan ekonomis. Cara pengaturan
frekuensi dengan menggunakan solid state frekuensi converter.
V.9.3 Mengatur Tegangan Jala-jala

2
3
V1 2 2 2Sa R2 2 2
w
a R 2 S a X2

Dari persamaan kopel motor induksi di atas diketahui bahwa kopel sebanding dengan
pangkat dua tegangan yang diberikan. Untuk karakteristik beban seperti terlihat pada gambar
5.15, kecepatan akan berubah dari n1 ke n2 untuk tegangan masuk setengah tegangan semula.
Cara ini hanya menghasilkan pengaturan putaran yang terbatas (daerah pengaturan sempit).

Gambar 5.15 Karakteristik beban

Ir. Antoni Simanjuntak, MT


Motor Induksi

89

V.9.4 Pengaturan Tahanan Luar


Tahanan luar motor induksi rotor belitan dapat diatur, dengan demikian dihasilkan
karakteristik kopel kecepatan yang berbeda-beda seperti gambar 5.16.

Gambar 5.16 Karakteristik kopel


Putaranan akan berubah dari n1 ke n2 dan dari n2 ke n3 bertambahnya tahanan luar yang
dihubungkan ke rotor.
V.9.5 Kesimpulan
Pengaturan putaran motor induksi umumnya mahal, sedangkan daerah pengaturan yang
diperoleh tidak begitu lebar, kecuali dengan pengaturan pada 2, yaitu pengaturan frekuensi jala.
Contoh Soal
1. Suatu motor induksi, 1000 hp, 2200 volt, 25 cps, 12 kutub, 3 fasa hubungan bintang,
mempunyai data sebagai berikut:
Pengukuran beban nol memberikan :
P = 15.2 kW pada cos = 0.053 terbelakang, arus beban nol = I 0 = 75.1 ampere. Jika slip =
0.018, tentukan daya output, kecepatan, kopel, daya input, faktor kerja, dan efisiensi.
Penyelesaian
Rangkaian ekivalen (satu fasa) pada gambar 5.17a dapat dijadikan seperti gambar 5.17b, di
mana V1 adalah tegangan pada titik xy dan dengan teorema Thevenin didapat hubungan:
V1 Vt - I 0 (R 1 jX 1 )

Ir. Antoni Simanjuntak, MT


Motor Induksi

90

R1

X1

'
2

R1

Io
IC

V1

RC

IM

I1

' 1 S
R
2 S

XM

V1

IC

X1

'
2

'
2

Io
IM

RC

'
I2

XM

' 1 S
2 S

Y
( b)

(a )
Gambar 5.17

Dengan secara pendekatan, kebesaran V1 dapat dituliskan :


V1 Vt I 0

Vt

2
1

X 12

2200

3 1270 volt

maka
V1 1270 75.1 0.102 0.313 1245 volt
2

I1'

V1

R '2 / S X 1 X '2

1245

0.102 0.0992 / 0.0182 0.313 0.3132

220 ampere

sehingga
2
1 0.018
1 S
2
Daya keluar 3 I '2 R '2
3 220 0.0992
0.018
S
789 kW 1060 hp

Kecepatan sinkron : n s 120f / p

120 25
250 rpm
12

Kecepatan rotor : n r n s 1 S 242 rpm

Ir. Antoni Simanjuntak, MT


Motor Induksi

91

Kopel : P / Wr

789000
30600 newton - meter 22600 lb - ft
2 242/60

Daya masuk = 789000 + 3(220)2(0.102 + 0.992) + 15200 = 833 kW


Maka daya reaktif pada keadaan berbeban :
284000 + 3(220)2(0.313 + 0.313) = 375 kvar
Faktor kerja = cos(tan-1 375/833) = 0.912
Dan akhirnya efesiensi = 789/833 = 0.945
2. Kemudian jika pada soal 1 dikehendaki motor mempunyai kopel maksimum pada saat start,
berapakah tahanan luar yang diperlukan untuk maksud tersebut dan berapa harga kopel
maksimum tersebut. Dan bila, setelah start tahanan luar ini dihilangkan, tentukan slip ketika
kopel maksimum dan berapa kecepatannya.
Penyelesaian
Pada saat kopel maksimum slip mempunyai hubungan sebagai berikut :
Sm

R '2

R 12 X 1 X '2

, bila R 1 dan X 1 tidak diabaikan.

Misalkan tahanan luar dipasang pada rangkaian rotor, dan pada saat start, Sm= 1.0 maka :

R '2

0.1022 0.313 0.3132

0.632 ohm per fasa

Jadi, Rluar = 0.632 0.0992 = 0.533 ohm per fasa (harga ini adalah harga tahanan luar dari
rangkaian rotor yang di-transfer ke rangkaian stator). Arus motor pada keadaan start :

I '2

1245

0.102 0.6322 0.313 0.3132

1290 ampere

Jadi,
T

12
3 1290 2 0.632 121000 N - m
4 25
89000 lb - ft

Ir. Antoni Simanjuntak, MT


Motor Induksi

92

Kemudian tahanan luar dihilangkan, maka kopel maksimum terjadi pada saat slip Sm di mana
:

Sm

0.0992

0.102

0.313 0.313

0.157

Dan kecepatan rotor :

n 2501 0.157 211 rpm


3. Suatu motor induksi, 3 fasa hubungan bintang, 220 volt (tegangan jala-jala), 10 hp, 60 cps, 6
kutub, mempunyai konstanta sebagai berikut :

R1

= 0.294 omh/fasa;

R '2 = 0.144 omh/fasa;

X1

= 0.503 omh/fasa;

X '2 = 0.029 omh/fasa;

Xm

= 13.25 omh/fasa;

Rc = diabaikan (Go = 0)

Jumlah rugi geser + angin + besi = 403 watt


Jika slip 0.02, tentukanlah kecepatan motor, daya mekanik, kopel, arus stator, faktor kerja,
dan efesiensinya. Motor dijalankan pada kemampuan tegangan dan frekuensinya.
Penyelesaian
Rangkaian ekivalen motor dapat digambarkan sebagai berikut (per fasa). Impedansi Zf
merupakan impedansi R 2 / S jX '2 yang paralel dengan jXM . (ingat dasar rangkaian listrik).
Z f R f jX f

/ S jX '2 jX m
R '2 j X '2 X m
'
2

0.144 / 0.02 j0.209 j13.25 5.41 j3.61 6.75 / 32.40


0.144 / 0.02 j0.209 13.25

Vt 220 / 3 127 volt (tegangan jala - jala)


Arus stator = I1 = 127/6.75 = 18.8 ampere
Faktor daya = cos 32.4o = 0.884
Kecepatan sinkron = ns = 120 f/p = 1200 rpm = 20 rps
Kecepatan rotor = 1200(1-0.02) = 1176 rpm
Daya yang ditransfer pada air gap = 3( I '2 )2 (R2/S) = 3 I12 Rf
(= daya masuk rotor) = 3(18.8)2(5.41) = 5740 watt
Ir. Antoni Simanjuntak, MT
Motor Induksi

93

Daya mekanik pada rangkaian rotor (termasuk juga rugi geser + angin + besi)
= (1- 0.02)(5740) = 5630 watt
Maka daya mekanik (keluar) = 5630 403 = 5227 watt = 5230 watt
Kopel T

P
5230

42.5 nm 7.0 hp
WR 2 20 1 0.02

Efesiensi dihitung sebagai berikut:


Rugi 1 tembaga pada stator

= (3)(18.8)2(0.294) = 312 watt

Rugi 1 tembaga pada stator

= (3)(0.02)(5740) = 115 watt

Rugi angina + geser + besi

= 403 watt
Rugi total = 830 watt

Daya keluar

= 5230 watt

Daya masuk

= 6060 watt

Jadi, efisiensi = 5230/660 = 0.863


4. Motor induksi 3 fasa,4 kutub, 50 Hz, 400 volt berputar 1400 rpm pada faktor daya 0.88 dan
memberikan daya pada beban penuh 14.8 hp. Rugi-rugi stator 1060 watt dan rugi-rugi
gesekan dan angin 375 watt. Hitung : (i) slip, (ii) rugi-rugi tembaga rotor, (iii) frekuensi
rotor, (iv) arus yang mengalir, dan (v) efesiensi.

Slip pada beban penuh

1500 1440
100% 4%
1500

Penyelesaian
Daya keluar 14.8 hp = 14.8 x 735.5 = 10885.4 watt
Daya mekanik yang dihasilkan = 10885.4 + 375 watt = 11260.4 watt
Diketahui bahwa :
rugi-rugi tembaga rotor:input rotor:daya mekanik = 1:1/5(1-5)/5
rugi-rugi tembaga rotor

11260.4 0.04
watt 469.2 watt .
0.96

Daya masuk ke rotor = 11260.4 + 469.2 = 11729.6 watt


Daya masuk ke stator = 11729.6 + 1060 = 12789.6 watt
Arus saluran

11.789.6
3 400 0.88

Ir. Antoni Simanjuntak, MT


Motor Induksi

20.97 ampere .

94

motor = (10885.4)/(12789.6) + 100% = 85.11%


Frekuensi rotor = sf = 0.04 x 50 = 2 Hz.
5. Motor induksi di mana rotornya dihubung bintang mempunyai impedansi dalam keadaan
diam (0.4 + j4) ohm per fasa, dan impedansi rheostat per fasa (6 + j2) ohm. Motor
mempunyai tegangan induksi 80 volt antara cincin-cincin slip pada keadaan diam apabila
dihubungkan dengan sumber tegangan normal, hitunglah arus rotor (a) pada keadaan diam
dengan rheostat dalam rangkaian. (b) Apabila dijalankan terhubung singkat dengan slip 3%.
Penyelesaian
Impedansi per fasa Z

= 6 + j2 + 0.4 + j4

= 6.4 + j6 ohm
= 8.76 ohm/fasa
Tegangan/fasa pada keadaan diam = 80/3 volt
Arus pada kondisi diam =

80
3 8.76

5.27 ampere

Pada slip 0.03, tegangan induksi rotor = 80/3 x 0.03 = 1.38 volt
Impedansi rotor = 0.4 + 4j x 0.3 = 0.4 + j1.2 = 1.26
Sehingga arus rotor apabila dijalankan terhubung singkat dengan slip 3% = 1.38/1.26 = 1.09
ampere.
6. Motor induksi 3 fasa rotornya dihubung bintang dan mempunyai tegangan induksi 50 volt
antara cincin-cincin slip, pada keadaan diam dan dalam keadaan sirkuit terbuka. Ketika stator
dihubungkan dengan tegangan suplai normal, impedansi pada keadaan diam 0.5 + j3.5
ohm/fasa. Hitunglah arus fasa dan faktor daya bila :
(a) rotor dihubungkan tahanan 4 ohm/fasa dan
(b) bila cincin-cincin slip dihubung singkat.
Penyelesaian
Tegangan induksi pada keadaan diam : 50/3 = 28.86 volt
(a) Total impedansi fasa = 4.0 + j3.5 + 0.5 ohm
= 4.5 + j3.5 ohm

Ir. Antoni Simanjuntak, MT


Motor Induksi

95

Arus fasa

28.86

4.5 2 3.5 2

5.06 ampere.

Faktor daya = 4.5/5.7 = 0.789.


(c) Jika dalam keadaan hubung singkat
Z = 0.5 + j3.5 = 3.535 ohm
Arus per fasa = 28.86/3.535 = 8.16 ampere
Faktor daya

= 0.5/3.535 = 0.1415

7. Motor induksi 4 kutub, 50 Hz, 3 fasa. Jika slip dari motor pada beban penuh 3%. Hitunglah
harga tahanan yang dibutuhkan secara seri per fasa untuk mengurangi kecepatan 10%. Tiaptiap fasa rotor mempunyai tahanan 0.2 ohm.
Penyelesaian
Jika torsi dalam motor induksi konstan dan kita mengetahui Rrotor/slip adalah konstan, dan
mesin bergerak tanpa tahanan luar pada slip S1, maka

R 1 R 2 R eks

S1
S2
lalu :

N s N rl
0.03 atau N rl 1 0.03N s 0.97 N s
Ns
Pengurangan kecepatan 10% sehingga kecepatan yang baru Nr2 = 0.973 Ns
Oleh karena itu slip S2 adalah :

S2

Ir. Antoni Simanjuntak, MT


Motor Induksi

Ns Nr2
1 0.873 0.127
Ns

96

Substitusi harga tersebut sehingga didapat :


0.2 0.2 R eks

0.03
0.127
0.006 0.03 R eks 0.0254
0.0254 0.006
0.03
0.646 ohm

R eks
R eks

8. Kecepatan motor rotor sangkar 3 fasa, 4 kutub. 50 Hz adalah 1440 rpm. Perbandingan arus
hubung singkat dengan arus beban penuh adalah 5. Hitunglah torsi start dan presentase torsi
beban penuh dengan mengikuti metode-metode start :
(a) oleh auto transformer dengan 60% tapping.
(b) Oleh saklar-delta.
Penyelesaian
1500 - 1400
100% 4%
1500

Slip beban penuh

Diketahui torsi start sebanding dengan Is2


di mana Is adalah arus start
kemudian IfL arus beban penuh, pada torsi beban penuh

I fL
S

FfL

I fL
0.04

Jadi,
2

2
Ts
I s 0. 4 I s
Torsi start

0.4
2
Torsi beban penuh TfL
TfL
I fL

(a) Jika start digunakan auto transformer, jadi arus start = 5 x 0.6 arus beban penuh
atau

arus start
3
arus beban penuh

Ir. Antoni Simanjuntak, MT


Motor Induksi

97

Jadi
Torsi start = (3)2 x 0.4 torsi beban penuh
(b) Penuh keadaan hubung bintang :

I start

1
3

5 arus beban penuh


2

Tstart 5

0.04 333%
TfL 3
Torsi start = 333% dari torsi beban penuh.

Rangkuman
1. Motor induksi merupakan motor arus bolakbalik (ac) yang paling luas digunakan.
2. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus rotor motor itu bukan diperoleh dari sumber
tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif
antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh arus
stator.
3. Dikenal dua tipe motor induksi yaitu motor induksi dengan rotor belitan dan motor induksi
dengan rotor sangkar.
4. Perputaran motor pada mesin arus bolak-balik ditimbulkan olah adanya medan putar (fluks
yang berputar) dengan kecepatan n s

120f
yang dihasilkan dalam kumparan statornya.
p

Medan putar ini terjadi apabila kumparan stator dihubungkan dalam fasa banyak, umumnya
fasa 3. Hubungan dapat berupa hubungan bintang atau delta.
5. Perbedaan kecepatan antara kecepatan berputar rotor (n r ) dan (n s ) disebut Slip (S)
dinyatakan dengan: S

(n s n r )
100%
ns

6. Besar kopel yang diperoleh pada saat rotor akan berputar disebut kopel start. Nilai kopel start
keadaannya selalu lebih besar dari nilai kopel pada keadaan putaran normal.

2
R
7. Daya masuk stator adalah P1 3 V1 I1 cos , daya masuk rotor adalah P2 3 I '2 a 2 2 ,
S

daya keluar rotor (daya mekanik pada rotor termasuk rugi geser dan angin)
2
1 S
Pm 3 I '2 a 2 R 2

Ir. Antoni Simanjuntak, MT


Motor Induksi

98

Rugi tembaga rotor :

PCu 3 I '2 a 2 R 2

Jadi :
P2 : Pm : PCu 1 : (1 S) : S
Dengan demikian diperoleh cara menghitung yang lebih cepat. Daya keluar rotor dapat juga
diketahui diperoleh dari daya masuk rotor dikurangi rugi tembaga rotor ( Pm = P2 - PCu ).
8. Motor induksi pada umunya berputar dengan kecepatan konstan, mendekati kecepatan
sinkronnya. Meskipun demikian pada penggunaan tertentu dikehendaki juga adanya
pengaturan putaran. Pengaturan motor induksi memerlukan biaya yang agak tinggi. Biasanya
pengaturan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan mengubah jumlah kutub
motor, mengubah frekuensi jala-jala, mengatur tegangan jala-jala, dan mengatur tahanan
luar.
Soal soal latihan.
1. Motor induksi 3 fasa, 4 kutub beroperasi pada frekuensi jala jala 50 Hz.
Hitunglah: a. Kecepatan putar stator.
b. kecepatan putar rotor.
c. frekuensi arus rotor, jika slip 0,03
d. frekuensi arus rotor, jika frekuensi arus rotor dalam keadaan stasioner.
e. Kecepatan putar rotor, jika kecepatan putar rotor dalam keadaan stasioner.
2. Motor induksi 3 fasa, 4 kutub disuplai oleh sumber listrik pada frekuensi jala jala 50 Hz.
Hitunglah: a. Kecepatan putar sinkron.
b. kecepatan putar rotor, jika slip 5 %.
c. frekuensi arus rotor, jika berputar 600 rpm.
3. Rotor terhubung bintang dari sebuah motor induksi mempunyai impedansi pada keadaan
diam (0,4 + j4) ohm per fasa dan impedansi per fasa (6 +j2) ohm motor mempunyai ggl
induksi 80 volt antara cincin cincin slip pada keadaan diam apabila dihubungkan dengan
tegangan penyedia normalnya. Tentukan:
a. Arus rotor dalam keadaan diam dengan rheostat dalam rangkaian.
b. Arus rotor apabila dijalankan terhubung singkat dengan slip 0,03.
4. Daya masukan dari motor induksi 3 fasa adalah 60 kW. Rugi rugi stator total 1,5 kW.
Tentukanlah daya mekanis yang dihasilkan jika motor dijalankan dengan slip 4 %.
Ir. Antoni Simanjuntak, MT
Motor Induksi

99

Daftar Pustaka
1. Nagrath, I.J., Kothari, D.P.(1989), Electric Machines, McGraw-Hill Publishing Company
Limited., New Delhi. Bab 9, Hal. 437.
2. Zuhal. (1988), Dasar Teknik Tenaga Listrik Dan Elektronika Daya, Gramedia, Jakarta.
Bab 7, Hal. 101
Bacaan Lebih Lanjut
1. Rijono, Y.(1997), Dasar Teknik Tenaga Listrik, Andi, Yogyakarta. Bab. 6, Hal. 309.
2. Marappung. (1988), Teori Soal Penyelesaian Teknik Tenaga Listrik, Armico, Bandung.
Bab.4, Hal.276.

Ir. Antoni Simanjuntak, MT


Motor Induksi

100

You might also like