Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Grisella Widjaja
160112150079
Pembimbing:
Wahyu Hidayat, drg.,Sp.PM
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS..................................................................................3
BAB III TINJAUAN PUSTAKA........................................................................14
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................28
BAB V KESIMPULAN......................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................32
BAB I
PENDAHULUAN
Mukosa ulser adalah suatu keadaan mukosa baik lamina propia maupun
epitel yang mengalami kerusakan dan membentuk suatu kawah , terkadang terlihat
jelas secara klinis dengan adanya edema atau proliferasi
yang disebabkan
termasuk
mengenai
pembahasan
etiologi,
gambaran
klinis,
perawatan yang tepat juga, sehingga dapat memberikan kesembuhan bagi pasien
yang mengalami traumatik ulser.
Diagnosis banding dilakukan untuk membedakan dari penyakit atau
kondisi tertentu lainnya yang mempunyai
skuamosa adalah salah satu tumor ganas yang menjadi salah satu diagnosis
banding dari traumatik ulser (Laskaris, 2006). Sangat penting bagi operator untuk
mengetahui jumlah ulser yang terjadi dan lamanya kesembuhan , karena tumor
ganas, biasanya terjadi satu ulser dan jika ulser tidak menunjukkan kesembuhan,
lebih dari 3 minggu maka patut dicurigai sebagai neoplasma, dan sebaiknya
dilakukan suatu biopsi (Scully, 2004).
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mengenai laporan kasus minor
dari bagian departemen ilmu penyakit mulut, Universitas Padjadjaran, dan
makalah ini diharapakan mampu memberikan pengetahuan mengenai traumatik
ulser bagi para pembaca.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.
2.1
Identifikasi Pasien
Nama
Usia
: 22 tahun
Agama
: Islam
Jenis kelamin
: Wanita
Pekerjaan
: Mahasiswa
Status
: Belum menikah
Alamat
: Bandung
Nomor telepon
: 087875544xxx
2.2
Identifikasi Masalah
2.2.1 Anamnesa
Pasien datang dengan keluhan sariawan di bibir bagian dalam atas kanan
sejak 4 hari yang lalu. Sebelum sariawan, daerah tersebut terkena makanan yang
tajam. Pasien jarang mengalami sariawan dan saat sariawan biasanya karena
tergigi atau makan makanan tajam. Pasien baru mengalami masa menstruasi
seminggu yang lalu. Pasien jarang makan buah ( 1 minggu sekali) dan sering
mengkonsumsi sayuran (2 hari sekali), serta pasien jarang mengkonsumsi vitamin
tambahan. Sariawan terasa lebih sakit jika tersentuh sesuatu. Pasien tidak
mengalami gejala lain, seperti demam, flu dll. Pasien biasanya tidak mengobati
sariawan. Riwayat keluarga jarang mengalami sariawan. Riwayat dental, pasien
pernah menambal giginya 6 bulan yang lau dan tidak ada keluhan. Sekarang
pasien mau disembuhkan sariawannya.
: YA/TIDAK
: YA/TIDAK
5. Penyakit Hepar
: YA/TIDAK
6. Kelainan GIT
7. Penyakit Ginjal
: YA/TIDAK
8. Kelainan Darah
: YA/TIDAK
9. Hamil
: YA/TIDAK
10. Kontrasepsi
: YA/TIDAK
11. Lain-lain
: YA/TIDAK
: Compus Mentis
3. Suhu
: Afebris
4. Tensi
: 100 / 60 mmHg
5. Pernapasan
: 24 x / menit
6. Nadi
: 84 x / menit
Kiri
Teraba + / -
Sakit
+ /-
Kana
Teraba + / -
Sakit
+ /-
Submental
n
Kiri
Kana
Teraba + / Teraba + / -
Sakit
Sakit
+ /+ /-
Servikal
n
Kiri
Kana
Teraba + / Teraba + / -
Sakit
Sakit
+ /+ /-
n
2. Mata
3. TMJ
4. Bibir
Terdapat lesi, jenis : papula, lokasi :: kiri bawah bibir, jumlah : 1, warna
coklat, bentuk : bulat, ukuran :1mm, Menonjol : 0,5mm, tepi: reguler
Terdapat lesi, jenis : pustula, lokasi :: pipi kanan, jumlah : 3, warna putih,
bentuk : bulat, ukuran : 1 mm, Menonjol : 1 mm, tepi : reguler, jelas
6. Sirkum oral
: TAK
7. Lain-lain
: TAK
4.Mukosa labial
5.Palatum durum
: Dalam
6. Palatum mole
7. Frenulum
: TAK
8. Lidah
8. Dasar mulut
: TAK
31 32 33 34 35 36 37 38
Keterangan :
: penambalan sewarna gigi
: gigi hilang
Gigi 18,38 parsial eruption
Gigi 38,48 uneruption
: TDL
Darah
: TDL
: TDL
2.2.9 Diagnosis
D
Traumatic Ulcer
DD
SAR
Coated Tongue
/
DD
Pseudomembra
Linea Alba
/
DD
n
Cheek Biting
/
D
Crenated Tounge
/
DD
Makroglossia
/
D
/
Phsiology Pigmented
/
D
/
D
Nevus Vulgaris
/
D
Acne Vulgaris
/
D
/
D
/
2.2.10 Rencana Perawatan dan Prognosis
1. Farmakologis
Pro pemberian resep obat
R/ Chlorhexidine Gluconate 0,2 % fls no 1
2 dd 10 ml garg
R/ vitamin B12 50mcg tab XIV
2 dd 1
R/ asam folat 400 mcg tab vii
2 dd 1
2. Non-farmakologis
a.Edukasi
OHI : Sikat gigi dan sikat lidah
Diet
: makan sayur dan buah-buahan, serta minum air putih
Vitamin
: B12 , dan asam folat
b. Komunikasi. : menjelaskan mengenai penyebab penyakit dan
kronologis penyakit
2.3
Laporan Kontrol
Usia
: 22 tahun
: 2014-XXX
Jenis kelamin
: Wanita
2.3.2 Anamnesa
10
Kiri
Teraba + / -
Sakit
+ /-
Kana
Teraba + / -
Sakit
+ /-
Submental
n
Kiri
Kana
Teraba + / Teraba + / -
Sakit
Sakit
+ /+ /-
Servikal
n
Kiri
Kana
Teraba + / Teraba + / -
Sakit
Sakit
+ /+ /-
n
2. Bibir
11
4. Sirkum oral
: TAK
5. Lain-lain
: TAK
26
1
31
Kalkulus Indeks
16
0
11
0
36
1
1
0
46
26
0
31
0
0
36
OHI-S
Baik/
sedang/
buruk
Stain +/-
DI = 4/12
OHI-S = DI+CI = 4/12 = 0,333
CI = 0/12
2. Gingiva
3. Mukosa bukal
4.Mukosa labial
5.Palatum durum
: Dalam
6. Palatum mole
12
: TAK
8. Lidah
8. Dasar mulut
: TAK
Linea Alba
DD
Cheek Biting
/
D
Crenated Tounge
/
DD
Makroglossia
/
D
/
Phsiology Pigmented
/
D
/
D
Nevus Vulgaris
/
D
Acne Vulgaris
13
/
2.3.7 Rencana Perawatan dan Perawatan
Pro/ Oral Hygiene Instructions
Penghentian penggunaan obat kumur chlorhexidine gluconate 0,2%, vitamin
B12 dan asam folat
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1
15
Menurut
terjadi dikarenakan
3.2
dengan makanan atau benda asing yang tajam, tidak sengaja tergigit saat
pengunyahan, penyikatan gigi yang terlalu besemangat, tambalan kasar,
penempatan gigi tiruan serta instrumen dental (Laskaris, 2006; Neville et al.,
2002).
Salah satu penyebab mekanik dari traumatik ulser adalah penempatan gigi
tiruan baru. Traumatik ulser terjadi satu sampai tiga hari setelah insersi gigi tiruan.
Penyebab langsung biasanya dikarenakan sayap perluasan landasan yang
16
berlebihan atau oklusi tidak seimbang. Kondisi menahan resistensi mukosa dari
iritasi mekanik ini dapat dipredisoposisi oleh seperti diabetes melitus, defisiensi
malnutrisi, radioterapi atau xerostomia (Rajendran & Sundaram, 2012).
Contoh lainnya traumatik ulser yang disebabkan secara mekanis adalah
penggunaan cotton roll yang merupakan instrumen dental. Traumatik ulser terjadi
saat cotton roll kering ditempatkan dokter gigi dan diambil secara kasar, sehingga
mukosa yang dibawahnya ikut terangkat (Rajendran & Sundaram, 2012).
Trauma ulser yang disebabkan
biasanya terjadi pada attached gingiva pada regio gigi kaninus dan premolar
maksila. Ulser trauma ini dapat salah menjadi lesi infeksi jika tidak
memperhatikan riwayat sebelumnya dengn benar. Selain adanya trauma ulser ,
juga dapat terlihat dengan adanya resesi gingiva, dan clefting pada margin gingiva
(Rajendran & Sundaram, 2012).
Trauma juga bisa terjadi dikarenakan trauma termal, listrik ataupun kimia.
Kontak luka bakar memerlukan area perantara yang baik dan melibatkan arus
listrik melewati tubuh dari titik kontak ke area perantara. Kebanyakan listrik
penyebab traumatik ulser pada rongga mulut adalah tipe busur dan
air liur
bertindak sebagai mediator medium dan listrik busur mengalir dari sumber listrik
ke mulut. Sebagian besar kasus terjadi akibat pada wanita yang mengunyah atau
menggigit akhiran kabel (Neville et al., 2002)
Pada traumatik ulser diakibatkan oleh termal dalam rongga mulut timbul
dari konsumsi makanan atau minuman panas. Oven / microwave dikaitkan dengan
peningkatan frekuensi termal pada traumatik ulser karena kemampuannya untuk
17
menghasilkan makanan yang dingin di luar tetapi sangat panas di dalam (Neville
et al., 2002).
Traumatik ulser dapat disebabkan oleh gigi yang patah atau tajam,
tambalan yang kurang baik, iritasi gigi tiruan, iritasi kawat orthodontik, dan
adanya kemungkinan luka yang diakibatkan oleh diri sendiri (tergigit ketika
makan, kebiasaan menggigit bibir). Ulser ini dapat terjadi pada berbagai tingkatan
usia dan jenis kelamin (Gandolfo, 2006; Langlais, 2000).
Menurut Houston (2009), traumatik ulser yang disebabkan trauma kimia
adalah penggunaan zat kimia aspirin, hydrogen peroksida, silver nitrat, dan fenol
didalam rongga mulut sehingga dapat merusak berbagai daerah pada membran
mukosa
3.3
muncul dengan jumlah satu, permukaan merah atau keputihan-kuning halus dan
eritemato disekitarnya . Traumatik ulser terlihat ireguler mengikuti bentuk benda
yang melukai mukosa,dan biasanya terasa lembut saat dipalpasi, dan sembuh
tanpa jaringan parut dalam waktu 6-10 hari,atau sembuh secara spontan atau
setelah dihilangkan penyebabnya. Iritasi kronis dapat menyebabkan hyperplasia
dan hyperkeratosis. Namun, ulser traumatik kronis secara klinis dapat menyerupai
karsinoma (Laskaris, 2006).
18
19
dengan adanya batas tinggi dan tegas dan pada pasien yang menyikat gigi terlalu
keras, akan memberikan sensasi terbakar dan sakit(Rajendran & Sundaram, 2012).
3.4
Adanya
infiltrasi
polimorfonuklear
leukosit
dalam
jaringan
20
3.5
Diagnosa
Lesi ulser dalam rongga mulut dapat disebabkan oleh berbagai macam
penyebab dan memiliki tanda klinis yang sama. Diagnosa ditegakkan dengan
anamnesa mengenai gejala dan tanda klinis lesi, rekurensi dan predileksi yang
dihubungkan dengan sumber pencetus. Gejala klinis seperti trauma dapat sembuh
dalam beberapa hari. Apabila lesi ini tidak sembuh dalam waktu 10-14 hari maka
dilakukan biopsi untuk menegakkan diagnosa apakah ini merupakan suatu
keganasan atau bukan. (Laskaris, 2006; Neville et al., 2002)
3.6
Diagnosa Banding
Diagnosa banding dapat berupa karsinoma sel skuamosa atau keganasan
21
terpenting adalah rokok tobako, alkohol, paparan sinar matahari, OHI yang buruk,
kekurangan zat besi, sirosis hati, infeksi kandida, virus onkogenik, gen tumor
suspresor (Laskaris, 2006).
Tampilan klinis bermacam-macam, dan mempunyai mimik mirip dengan
beberapa penyakit. Karsinoma awal mungkin muncul dengan lesi putih atau
merah, ataupun masa exophytic.
22
Stomatitis aftosa rekuren (SAR) adalah penyakit rongga mulut yang paling
sering dijumpai di masyarakat, dengan prevalensi mencapai 20-25% dan biasanya
ulser berbentuk kecil dengan bentuk bulat atau oval, dengan berulang secara
multipel , mempunyai batas yang jelas , dengan eritema disekitarnya dan
mempunyai dasar abu-abu atau kuning SAR ini terjadi pada mukosa bergerak dan
non keratin, dan jarang terjadi pada gingiva dan palatum (Scully, 2004).
Para peneliti mengatakan bahwa SAR bukan merupakan penyakit tunggal ,
melainkansuatu
23
24
3. Sifilis
Sifilis adalah penyakit seksual menular yang relatif umum yang
disebabkan treponema pallidum. Gambaran klinis syphilis bisa dapatan
(umum) atau kongenital (jarang). Sifilis dapatan diklasifikasikan sebagai
primer, sekunder dan tersier. Karakteristik lesi pada tahap primer adalah
chancre yang tampak pada daerah inokulasi biasanya terjadi 3 minggu setelah
infeksi. Oral chancre terjadi pada 5-10% kasus dan secara klinis merupakan
ulcer yang tidak nyeri dengan permukaan yang halus, tepi yang meninggi, dan
dasar yang keras. Sering ditemukan adanya Limpadenopati dekat daerah
tersebut. Chancre secara khas menetap selama 2-4 minggu dan sembuh
dengan spontan, sehingga pasien merasa tidak membutuhkan perawatan.
Tahap sekunder terjadi Setelahi 6-8 minggu munculnya chancre, dan
terjadi selama 2-10 minggu. Lesi oral yang timbul adalah mucous patches
(umum), makular sifilis, dan condylomata lata (jarang). Gejala uang
menyertainya adalah malaise, demam tingkat rendah, pusing kepala, lakrimasi,
sakit tenggorokan, kehilangan berat badan, myalgia dan multipel arthralgia,
25
dan juga muncul manifestasi pada kutaneus (macular ifiliss, papular sifilis,
condylomata lata, keterlibatan kuku, rambut yang mudah patah, atypical rash,
dll) . Sifilis tersier terjadi setelah 4-7 tahun. Sifilis tersier terjadi pada
seseorang yang telah terinfeksi beberapa tahun sesudah sifilis sekunder yang
tidak diobati. Lesi oral yang paling umum pada congenital sifilis adalah
lengkung palatum yang tinggi, mandibula yang pendek, rhagades,
Gigi Hutchinson , dan Moons atau mulberry.
Rencana Perawatan
Menurut Houston (2009), perawatan lesi ulserasi bermacam-macam
tergantung ukuran, durasi dan lokasi. Ulserasi akibat trauma mekanis atau termal
dari makanan biasanya sembuh dalam 10-14 hari dengan menghilangkan
penyebabnya. Penatalaksanaan untuk ulserasi yang berhubungan dengan trauma
kimiawi yaitu dengan mencegah kontak dengan bahan kimia penyebabnya. Terapi
26
0,2%
Chlorhexidin)
atau
simple
covering
agent.
Lapisan
BAB IV
PEMBAHASAN
biasanya
terasa
27
28
29
ulser trauma kronis.Walaupun dari hari anamnesa, pasien meminum vitamin tidak
teratur, traumatik ulser dapat sembuh setelah 8 hari dari terjadinya trauma
mekanis, karena Menurut Field dan Longman (2003), penatalaksanaan traumatik
ulser dengan menghilangkan penyebab dan menggunakan obat kumur antiseptik
(contohnya 0,2% Chlorhexidin) atau simple covering agent. Traumatik ulser
biasanya akan sembuh tanpa jaringan parut dalam waktu 6-10 hari,atau sembuh
secara spontan atau setelah dihilangkan penyebabnya (Laskaris, 2006).
Operator jugan memberikan Edukasi mengenai oral hygiene instruction
kepada pasien tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, dengan
penggunaan sikat gigi dan lidah, dan mengenai diet yaitu memperbanyak makan
sayur dan buah-buahan, serta minum air putih, serta pentingnya vitamin B12 dan
asam folat . Operator juga mengkomunikasikan mengenai penyebab penyakit dan
kronologis penyakit traumatik kepada ulser. Setelah kontrol, operator juga tetap
menyarankan untuk menjaga oral hygiene instruction.
BAB V
KESIMPULAN
30
DAFTAR PUSTAKA
at
Langlais and Miller. 2003. Color Atlas of Common Oral Disease. Philadelphia:
Lippincot William & Wilkins.
Laskaris, G. (2006). Pocket Atlas Of Oral Disease (2nd ed.). Stuttgart: Thieme
NewYork. http://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Neville, B. W., Damn, D., Allen, C., & Bouquot, J. (2002). Oral & Maxillofacial
Pathology (2nd ed.). Philadelphia: Saunder Company.
http://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Osterkamp, R. W., & Whitten, J. B. (n.d.). The etiology and pathogenesis of oral
cancer. CA: A Cancer Journal for Clinicians, 23(1), 2832. Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/4630494
Preeti L, Magesh K, Rajkumar K, Karthik R. Recurrent aphthous stomatitis.
Journal of Oral and Maxillofacial Pathology: JOMFP. 2011;15(3):252-256.
doi:10.4103/0973-029X.86669.
Rajendran, A., & Sundaram, S. (2012). Shafers Textbook of Oral Pathology. New
Delhi: Elsevier India. Retrieved from https://books.google.com/books?
id=WnhtAwAAQBAJ&pgis=1
Scully, C. (2004). Oral and Maxillofacial Medicine. London: Elsevier.
Wikipedia contributors, "Oral mucosa," Wikipedia, The Free
Encyclopedia,https://en.wikipedia.org/w/index.php?
title=Oral_mucosa&oldid=693840846 (diakses tanggal 20 April 2016).
31