You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Eksplorasi merupakan tahap awal dari suatu usaha pertambangan.

Kegiatan ekplorasi bertujuan untuk mencari sampai menemukan bahan galian


tambang,

mengetahui

sebaran

dan

bentuk

bahan

galian,

sampai

mengestimasikan berapa besar sumber daya mineralnya sehingga pada


akhirnya dapat diestimasikan pula besarnya cadangan, setelah dilakukan studi
kelayakan. Ekplorasi dilakukan secara bertahap meliputi survei tinjau, prospeksi,
ekplorasi pendaqhuluan dan ekplorasi rinci.
Eksplorasi dilakukan secara bertahap agar resiko kegagalan dapat
diminimalkan. Dari tahap satu ke tahap lainnya digunakan satu atau beberapa
cara atau metode eksplorasi tertentu yang berbeda. Penggunaan metode
eksplorasi juga sangat tergantung pada bahan tambang yang diselidiki. Dalam
tahap awal sangat perlu untuk mengetahui genesa endapan bahan galian untuk
mempermudah penyelidikan awal sebaran bahan galian. Eksplorasi dengan cara
pengamatan langsung dapat dilakukan pada singkapan alamiah atau bongkah
dan singkapan tiruan dengan pembuatan sumur/parit uji dan pengeboran.
Salah satu wilayah yang memiliki potensi endapan bahan galian yang
cukup eknomis yaitu daerah Desa Neglasari, Kecamatan Cibeber, Kabupaten
Baten, Provinsi Banten daerah tersebut terletak sepanjang sabuk vulkanik bagian
barat Jawa. Secara umum daerah tersebut tersusun dari batuan bertipe basaltik
dan zona intrusi yang disertai pembentukan gunung api muda.
Pemahaman mengenai ganesa bahan galian saja tidak cukup untuk
meningkatkan potensi sumber daya logam seperti galena dan sphalerit yang
terdapat pada daerah tersebut maka diperlukan kegiatan teknis yaitu kegiatan
eksplorasi. Kegiatan eksplorasi mengatur tata cara secara sistematis dimulai dari
kegaiatan suvey tinjau, prospeksi, eksplorasi umum dan eksplorasi rinci dalam
menentukan letak, sebaran, kemiringan dan kedalaman hingga meningkatkan
potensi sumber daya menjadi cadangan yang terukur yang tentunya memiliki
kualitas dan kuantitas yang siap untuk ditambang.
1

1.2

Maksud dan Tujuan

1.2.1

Maksud
Maksud dari kegiatan eksplorasi yang dilakukan di daerah Cibeber adalah

untuk mengetahui potensi sumber daya mineral yang dimiliki oleh Kecamatan
Cibeber.
1.2.2

Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya kegiatan eksplorasi ini adalah sebagai

berikut:

Untuk dapat mengetahui sebaran endapan bahan galian secara lateral


Untuk dapat mengetahui sebaran endapan bahan galan secara vertikal.

Untuk dapat menentukan pemodelan geologi dari endapan bahan galian


Untuk dapat mengestimasi sumber daya yang berada di Kecamatan
Cibeber

1.3

Lokasi Daerah Penyelidikan


Lokasi daerah penyelidikan terletak di Kecamatan Cibeber, Kabupaten

Lebak, Provinsi Banten. Jarak dari Kota Bandung ke Kecamatan Cibeber,


Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, berjarak

306 Km dan memiliki waktu

tempuh lebih dari 8 jam. Perjalanan dapat dilakukan dengan menggunakan mobil
mapun motor dengan melalui jalan beraspal.
Lokasi daerah penyelidikan dibatasi oleh WIUP dengan koordinatkoordinat dalam tabel 1.1.
Tabel 1.1
Batas Koordinat IUP
Koordinat X
653019,947
650593,706
650593,706
649490,395
653019,947
649490,395

Koordinat Y
9246527,847
9246527,847
9247493,58
9247493,58
9249742,543
9249742,543

Sumber: Data Praktikum Eksplorasi, 2016

Sumber: Peta Administrasi Provinsi Banten

Gambar 1.1
Peta Administrasi Daerah Penyelidikan

Secara administratif Kecamatan Cibeber berbatasan dengan


beberapa kecamatan yaitu:

Utara
Selatan
Barat
Timur

: Kecamatan Muncang, Cipanas, Cigudeg, dan Nanggung


: Kecamatan Bayah
: Kecamatan Penggarangan dan Cijaku
: Kecamatan Cisolok.

1.4

Keadaan Lingkungan Daerah Penyelidikan

1.4.1

Geografi dan Iklim


Secara geografis Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten

terletak pada 106o 26 BJ dan 6o 54 LS dengan luas wilayah

349,90 km 2.

Temperatur dari kecamatan Cibeber berkisar antara 18 29 oC. Rata-rata curah


Kecamatan Cibeber dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.2
Rata-rata Curah Hujan Kabupaten Lebak

Sumber: Stasiun Meteorologi Pertanian Khusus (SMPK) Bojongleles

1.4.2

Keadaan Topografi
Fisiografi lahan yang ada di wilayah Kabupaten Lebak didominasi oleh

lahan bergelombang dan berbukit sisanya merupakan lahan datar dan lahan
pegunungan. Kecamatan Cibeber memiliki kondisi topografi beragam wilayah
Lebak Tengah 201-500 meter dpl dan wilayah Lebak Timur dengan puncaknya

yaitu Gunung Sanggabuana dan Gunung Halimun 501-1000 meter dpl. Peta
topografi regional dapat dilihat pada gambar 1.3
1.4.3

Jumlah Penduduk
Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak Provinsi Banten berdasarkan data

bps Kabupaten Lebak memiliki total jumlah penduduk 3683 orang dengan 2021
laki-laki dan 1842 perempuan.

1.5

Penyelidikan Terdahulu
Laporan penyelidikan terdahulu sebagai acuan dari kegiatan sebelum

melakukan ekplorasi langsung dilapangan yang masuk dalam kegiatan dari studi
literatur. Laporan penyelidikan terdahulu didapatkan dari Proceeding Pemaparan
Hasil Kegiatan Lapangan Dan Non Lapangan Tahun 2007 Pusat Sumber Daya
Geologi,

Model Mineralisasi Di Daerah Kubah Bayah : Suatu Pendekatan

Strategi Dalam Eksplorasi mineral Oleh Bambang Nugroho Widi (Kelompok


Penelitian Mineral)
Kawasan Kubah Bayah (Tambang Cikotok, Cirotan, dan Cikidang dan
sekitarnya) merupakan kawasan dengan tipe mineralisasi hidrotermal yang
cukup komplek dan bervariasi. Pembentukan mineralisasi di kawasan ini sangat
dikontrol oleh pola struktur bersifat melingkar atau circular structure dan struktur
yang bersifat liniasi atau lineanment structure. Ada tiga tipe mineralisasi yang
dikenal di kawasan ini yaitu :
1. Tipe mineralisasi kaya sulfida logam dasar atau sulfide rich base metal
di kenal dengan nama Cirotan type,
2. Tipe mineralisasi miskin sulfida atau hydrothermal poor sulfide di kenal
dengan nama Cikotok Cikidang type, dan
3. Tipe mineralisasi disiminasi sulfida atau disseminated sulfide type di kenal
dengan nama Cisungsang type.
Tipe Cirotan memiliki ciri menonjol ; cockade structure, komponen batuan
selain gangue mineral mineral sulfida, seperti galena, kalkopirit, sfalerit dan pirit.
Tipe Cikotok Cikidang dicirikan oleh struktur masive, laminasi dan colloform
pada

urat

kuarsanya,

miskin

mineral

sulfida,

tipe

Cisungsang

adalah

disseminated sulfide type batuan induk karbonat, mineral sulfida; galena, pirit
dan

sedikit kalkopirit. Tipe Cisungsang disebut pula tipe karlin atau carlin type, karena
terjadi dan terbentuk pada lingkungan karbonat dengan proses replacement.
Hasil analisis kimia menunjukkan tipe Cirotan kadar tertinggi ; Cu 7397
ppm, Pb 149800 ppm, dan Zn 132900 ppm. Au mencapai hingga 4001 ppb dan
Ag 30 ppm, As 100 ppm. Tipe Cikotok kadar tertinggi ; Cu 397 ppm, Pb 425 ppm,
dan Zn 408 ppm. Au nilai tertinggi 11479 ppb dan Ag 73 ppm, As 100 ppm. Tipe
Cisungsang menunjukkan kadar tertinggi ; Cu 8700 ppm, Pb 15040 ppm, dan Zn
6000 ppm. Sementara Au tertingginya 3163 ppb dan Ag 78 ppm, As 1600 ppm.
Dari jenis alterasinya tipe Cisungsang ; silisifikasi, batuan karbonat
terubah menjadi silika, dan karbonatisasi. Tipe Cirotan alterasinya berupa
silisifikasi highly altered ubahan silisifikasi sebagian karbonatisasi. Tipe Cikotok
Cikidang alterasinya berupa argilitisasi silisifikasi dan propilitisasi ditandai oleh
pemunculan secara dominan klorit dan silika sekunder.
Asosiasi
kehadirannya

mineral : tipe Cirotan, galena, sfalerit, kalkopirit, dan pirit,


cukup

berlimpah.

Kovelit-kalkosit

muncul

sebagai

mineral

sekunder. Tipe Cikotok-Cikidang ; elektrum, argentit. Galena, sfalerit, kalkopirit,


dan pirit muncul terbatas dan sangat halus. Tipe Cisungsang ; galena, sfalerit,
kalkopirit dan pirit. Pemunculan kalkopirit pada bagian bawah lebih banyak.
Studi inklusi fluida menunjukkan tipe Cikotok Th 180 280 dan %wt NaCl eq 1,4
~ 2,2; tipe Cirotan Th 190 230 dan %wt NaCl eq 1,8 ~ 2,2; tipe Cisungsang Th
190 250 dan %wt NaCl eq 2,0 ~ 2,3. Ketiga tipe posisi pembentukannya tidak
jauh berbeda yaitu 200 ~ 800 meter dari paleo-surface, namun ditinjau dari
lingkungan geologi dan asosiasi mineralnya ketiganya memiliki perbedaan sifat
yang cukup signifikan.
Dari tipe mineralisasi yang ditemukan

ternyata dapat memberikan

gambaran bahwa penentuan tipe mineralisasi memegang peranan yang sangat


penting sebagai suatu tools dalam strategi eksplorasi.

1.6

Waktu Penyelidikan
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Cineam dan Kecamatan

Manondaya, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat Waktu pengukuran dapat


dilihat dari tabel 1.3

Tabel 1.3
Waktu Kegiatan Penyelidikan Eksplorasi

Sumber: Data Praktikum Eksplorasi, 2016

1.7

Geologi Umum
Geologi regional dari daerah penyelidikan terdiri dari beberapa formasi, diantaranya adalah :

Sumber: Peta Administrasi Provinsi Banten

Gambar 1.2
Peta Geologi Regional Daerah Penyelidikan

Sumber: Peta Administrasi Provinsi Banten

Gambar 1.3
Peta Topografi Regional Daerah Penyelidikan

BAB II
KEGIATAN PENYELIDIKAN

2.1

Persiapan
Sebelum dilakukannya kegiatan penyelidikan, harus dilakukan persiapan.

Persiapan tersebut berupa dilakukannya kegiatan penyiapan sarana dan


prasarana yang akan digunakan dalam kegiatan eksplorasi,. Oleh karena itu
perlu dikumpulkan lebih dulu data baik dalam bentuk laporan maupun peta-peta
yang telah disusun oleh penyelidik terdahulu. Peta-peta tersebut berupa
topografi, foto udara, Landsat, dan peta geologi, jika tersedia, perlu dipelajari
dengan seksama untuk digunakan sebagai data dasar dalam perencanaan
kegiatan selanjutnya. Demikian pula laporan baik geologi maupun mineralisasi
harus dipelajari dengan baik. Lalu dilakukan juga penyiapan alat yang akan
dipakai dalam kegiatan serta tempat.
Adapun kegiatan yang dilakukan :

Mempelajari dan memahami kondisi dan kenampakan geologi dari laporan

eksplorasi terdahulu
Mempelajari dan memahami kondisi morfologi serta medan pada daerah

penyelidikan melalui peta topografi ataupun citra satelit.


Mempelajari kondisi geologi, struktur geologi, formasi batuan, dan satuan
dari batuan pada formasi daerah penyelidikan untuk dapat menentukan
mineral asosiasi, sebaran, kemenerusan dari endapan bahan galian yang

hendak dicari dapat ditentukan dengan tepat.


Menentukan alat-alat kegiatan lapangan yang sesuai dengan keadaan
dan kondisi geologi wilayah yang akan diamati.
Pemahaman mengenai aspek mendasar dalam tahapan persiapan akan

meningkatakan efektifitas dan efisiensi kegiatan eksplorasi dalam rencana


pengambilan data serta persiapan tahapan eksplorasi selanjutnya. Adapun alatalat yang dipakai dalam kegiatan penyelidikan adalah sebagai berikut :
Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran topografi :

Total station
Kompas geologi

10

11

Alat tulis
GPS
Peta topografi regional
Alat safety

Alat-alat yang digunakan dalam pemetaan geologi :


Kompas geologi
Peta geologi regional
Palu geologi
Komparator
Loope
Kantong sampel
GPS
Alat tulis
Alat safety
Cangkul dan Belincong
Ember

Ala-alat yang digunakan dalam pemboran

Alat bor
Peta lokasi titik bor
Peta topografi dan geologi regional
Alumunium foil
Busa
Pipa PVC
Core Box
Alat transportasi
Fluida pemboran
Pompa
Screening

2.2

Pengukuran Topografi
Setelah dilakukannya studi literatur yaitu pengamatan terhadap

foto citra satelit, peta topografi dan geologi regional serta laporan
penyelidikan

terdahulu

dilakukan

pengukuran

topografi

dengan

menggunakan total station di lapangan. Tujuannya untuk mengetahui


kondisi lapangan dan untuk menentukan jalur eksplorasi yang akan
dipakai agar dapat dimasuki alat tranportasi. Pengukuran dilakukan
dengan memakai metode grid dengan jarak antar grid 100 m, dilakukan
metode ini agar memudahkan dalam penentuan titik pengukuran.

12

2.3

Pemetaan Geologi
Pemetaan geologi diawali dengan mencari keberadaan sungai di

lokasi penyelidikan yang nantinya akan dilakukan penyusuran sungai.


Kegiatan susur sungai ini dilakukan dari hilir ke hulu untuk mencari
singkapan-singkapan batuan dan zona pemineralan serta batuan
induknya yang berada di lokasi penyelidikan. Dari singkapan yang diamati
diambil data berupa deskripsi dan kedudukan, koordinat singkapan,
sampel batuan serta dokumentasi yang disertai arah foto. Setelah
penyusuran sungai dilakukan pencarian batuan induk dengan melakukan
sampling didaerah yang memiliki elevasi tinggi setelah mencapai hulu
sungai.

Dari data yang pada kegiatan penyusuran sungai dan pencarian


batuan induk tersebut akan diketahui jenis batuan dan sebaran batuan
secara lateral. Untuk meningkatkan keyakinan keberadaan endapan
bahan galian maka dilakukan pembuatan parit uji di daerah sekitar sungai
yang diketahui terdapat singkapan zona pemineralan. Penentuan titik
parit uji dapat dilihat dari sebaran batuan setelah dilakukan susur sunga.
Parit uji yang dibuat berjumlah 29, adapun lokasi pembuatan parit uji
berada pada koordinat-koordinat pada tabel 2.1
Tabel 2.1
Koordinat Lokasi Pembuatan Parit Uji
Ar
Koordinat
ah
Din
X
Y

din
(
Par
g
(
m
Pa
m
N
rit
E
)
(N
)
o
E)
6
9
5
2
0
4
7
6
8
8

8
4
18
PU
,
6,
5
5
6

6
9
33
PU
5
2
0
4
6
6

13

PU

PU

PU

PU

PU

PU

PU

3
2
,
0
6
4
9
9
0
0
,
5
6
4
9
6
4
5
,
5
6
5
1
1
3
4
,
0
6
5
1
3
4
5
,
5
6
5
2
8
7
1
,
5
6
5
2
8
6
1
,
0
6
5

7
4
1,
5
9
2
4
7
5
7
0,
5
9
2
4
7
6
5
3,
0
9
2
4
7
0
0
0,
0
9
2
4
6
8
0
3,
5
9
2
4
8
0
4
3,
5
9
2
4
8
2
4
3,
5
9
2

33

33

33

33

87

87
72

14

PU

PU

PU

PU

PU

PU

2
8
0
5
,
5
6
5
2
7
5
2
,
5
6
5
2
6
9
3
,
5
6
5
2
6
1
1
,
0
6
5
2
5
5
3
,
0
6
5
2
6
9
1
,
5
6
5
2
6
5
5
,
5

4
8
1
3
1,
5
9
2
4
8
3
7
8,
0
9
2
4
8
2
2
9,
0
9
2
4
8
3
9
8,
5
9
2
4
8
5
1
7,
5
9
2
4
8
5
3
2,
0
9
2
4
8
6
4
3,
0

72

64

64

64

72

72

15

PU

PU

PU

PU

PU

PU

PU

6
5
2
3
0
9
,
5
6
5
2
1
9
2
,
0
6
5
2
7
4
2
,
0
6
5
1
5
9
8
,
0
6
5
1
4
9
0
,
5
6
5
2
7
1
7
,
0
6
5
2
5
8
4

9
2
4
8
0
1
4,
0
9
2
4
8
2
5
7,
0
9
2
4
8
8
3
3,
0
9
2
4
8
9
8
8,
5
9
2
4
9
1
0
3,
5
9
2
4
8
9
3
0,
5
9
2
4
9
1
9

87

87

49

49

49

63
63

16

PU

PU

PU

PU

PU

PU

PU

,
5
6
5
2
8
1
1
,
0
6
5
2
8
1
1
,
0
6
5
2
3
3
7
,
0
6
5
2
2
4
2
,
0
6
5
2
0
8
0
,
0
6
5
2
2
2
8
,
0
6
5
1
9

0,
0
9
2
4
9
3
3
7,
0
9
2
4
9
3
3
7,
0
9
2
4
9
6
2
8,
5
9
2
4
9
7
1
9,
5
9
2
4
9
5
5
9,
0
9
2
4
9
4
2
3,
5
9
2
4
9

44

44

44

44

55

41
41

17

6
4
,
5

6
6
5,
5

Sumber : Data Praktikum Eksplorasi, 2016

Pada dasarnya parit uji merupakan salah satu cara dalam

pencarian endapan atau pemastian kemenerusan lapisan dalam arah


memanjang dengan dibuat suatu deretan searah jurus, sehingga pola
endapan dapat dikorelasikan dalam arah vertikal dan horisontal. Pada
parit uji ini pengambilan contoh dengan cara susur sungai merupakan
cara yang tepat untuk jenis bahan galian yang terbentuk melalui proses
pelapukan dan memiliki bentuk yang berlapis dan letaknya dangkal.
Pengambilan percontoh tersebut bertujuan untuk memperoleh data-data
geologi seperti keadaan tubuh bijih,dimensi tubuh bijih, ketebalan, jurus
dan kemiringan lapisan, litologi dan stratigrafinya. Dalam kegiatan
pembuatan parit uji ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :

Dasar selokan harus dibuat dan dibentuk miring, apabila ada air akan
mudah mengalir dan mengeringkan dengan sendirinya (self drained),
dengan demikian tidak diperlukan adanya penambahan alat seperti
pompa.

Kedalaman dan lebar selokan (trench) dibuat dengan ukuran 1 2


meter.

Parit uji dibuat tegak lurus (strike) agar memotong perlapisan


endapan bahan galian sehingga data kemiringan lapisan dapat ditentukan

Teknik pemercontohan pada sampel tergantung pada batuan yang


akan dilakukan percontohan. Batuan yang berbentuk lapisan dan vein
dilakukan dengan menggunakan metode channel sampling dengan
panjang tegak lurus dari perlapisannya. Sedangkan untuk batuan yang
berbentuk pocket seperti batuan beku dan gamping dilakukan sampling
dengan metode chip sampling.

2.4

Pemboran
Kegiatan selanjutnya adalah pemboran yang bertujuan untuk

meningkatkan potensi keberadaan dari endapan bahan galian dan untuk

18

mengetahui sebaran endapan secara vertikal. Data sebaran dan


kedudukan batuan yang didapat dari pemetaan geologi selanjutnya akan
digunakan untuk penentuan lokasi titik bor dan penentuan kedalaman
lubang bor.

Untuk melakukan kegiatan pemboran, dibutuhkan persiapan yang


matang, karena kegiatan pemboran merupakan suatu kegiatan yang
tergolong menghabiskan biaya. Penentuan lokasi titik bor harus mengenai
endapan bahan galian yang dicari sehingga tidak menyia-nyiakan waktu
dan biaya. Merencanakan tahapan pemboran yang sistematis sangat
menentukan kualitas data primer yang representatif dan memudahkan
dalam interpretasi keadaan geologi dalam rangka menentukan jumlah
cadangan dan penentuan metode penambangan yang sesuai dengan
keadaan bentuk tubuh, ketebalan dan kedalaman dari bahan galian
tersebut. Lubang bor yang dibuat berjumlah 25, adapun lokasi titik
pemboran berada di koordinat koordinat dalam tabel 2.2

Tabel 2.2
Koordinat Lokasi Pembuatan Parit Uji
H
Koordinat
ol
e
X
Y
ID
6
C
92
5
K
2
47
T0
9
99
1
6
0
4
6
5
C
92
2
K
9
48
T0
5
12
2
4
7
,
3
6
92
C
5
48
K
9
29
T0
4
4,
3
9
4
C
6
92
K
5
48
T0
9
42
4
2
1

19

C
K
T0
5

C
K
T0
6

C
K
T0
7

C
K
T0
8

C
K
T0
9

C
K
T1
0

C
K
T1
1

3
4
6
5
2
9
0
8
.
6
6
5
2
8
9
8
6
5
2
8
3
2
,
5
6
5
2
8
1
2
,
2
6
5
2
7
7
7
2
6
5
2
8
3
2
,
5
6
5
2
7
9
1
,

92
48
52
2.
8

92
48
65
8,
8

92
48
24
8,
7

92
48
37
0,
5

92
48
48
7,
3

92
48
24
8

92
48
96
4,
4

20

C
K
T1
2

C
K
T1
3

C
K
T1
4

C
K
T1
5

C
K
T1
6

C
K
T1
7

C
K
T1
8

8
6
5
2
8
3
2
,
5
6
5
2
7
1
5
,
7
6
5
2
7
1
5
,
7
6
5
2
6
3
4
,
5
6
5
2
9
1
3
,
7
6
5
2
9
0
3
,
5
6
5
2
8
9

92
49
08
1

92
49
10
6,
6

92
49
26
4

92
49
34
0,
0

92
47
99
0

92
48
11
6,
7

92
48
28
9,
3

21

C
K
T1
9

C
K
T2
0

C
K
T2
1

C
K
T2
2

C
K
T2
3

C
K
T2
4

C
K
T2
5

8
,
4
6
5
2
8
8
8
,
3
6
5
2
7
7
6
,
6
6
5
2
7
2
0
,
8
6
5
2
9
0
3
,
5
6
2
5
7
2
6
6
5
2
6
7
5
6
5
2
6
2
4
,

92
48
41
6,
2

92
48
28
9,
3

92
48
42
1,
3

92
48
98
9,
8

92
49
03
0,
4

92
49
16
2,
4

92
49
24
3,
6

22

Sumber : Data Praktikum Eksplorasi, 2016

Metode pemboran yang dipakai adalah metode full coring, metode


ini digunakan agar stratigrafi dari batuan secara vertikal dapat diketahui
seluruhnya. Digunakannya metode full coring karena bentuk tubuh
endapan bahan galian yang dicari berupa vein yang homogenitasnya
rendah baik secara lateral maupun vertikal. Penentuan titik pemboran
didasarkan pada sebaran dari vein yang telah dibuat melalui data parit uji.
Mineral kuarsa merupakan salah satu asosiasi unsur emas yang
terbentuk secara primer, dan pengeboran ini dilakukan untuk mencari
endapan emas tersebut. Diindikasikan bahwa vein ini merupakan
endapan hidrotemal yang terbentuk pada daerah dekat dengan
permukaan bertipe high sulfidation, dicirikan dengan adanya vuggy
quartz, berada dekat permukaan dan terbentuk pada batuan vulkanik.
Oleh karena itu lokasi pemboran yang dominan dilakukan berada pada
sebaran batuan tuffa.

BAB III
HASIL KEGIATAN PENYELIDIKAN

3.1

Geologi

Dasar penggunaan kegiatan eksplorasi pada daerah Kecamatan

Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten berupa metode langsung yang


meliputi kegiatan pencarian singkapan, pembuatan parit uji serta pemboran.
Pencarian

singkapan

dilakukan

dengan

penyusuran

sungai,

dari

hasil

penyusuran sungai didapat data singkapan-singkapan beserta kedudukan dari


tiap singkapan. Dari data yang diperoleh dihasilkan peta sebaran bahan galian
yang dilanjutkan dengan penentuan titik-titik pembuatan parit uji yang didasarkan
pada singkapan zona pemineralan di sekitar sungai.

Dari peta sebaran bahan galian dapat terlihat bahwa bagian barat
daya didominasi oleh gamping, di timur laut batuan beku indikasi andesit,
di bagian tengah breksi, dan dibagian barat laut oleh batupasiran. Dari
sebaran tersebut ditemukan juga singkapan vein kuarsa di bagian timur
laut pada sebaran tuffa dan sebaran andesit. Untuk mengetahui
kemenerusan vein tersebut selanjutnya dilakukan pembuatan parit uji di
sekitar sungai.

Prinsip dasar dari pembuatan parit uji yaitu untuk menyingkap

endapan bahan galian yang tidak nampak berdasarkan bentuk tubuh endapan
bahan galian tersebut. Pembuatan parit uji dilakukan karena adanya bentuk
tubuh endapan bahan galian berupa vein yang memotong aliran sungai, hal
tersebut dilakukan untuk mendapatkan percontoh dan menambah nilai keyakinan
terhadap letak serta kemenerusan dari zona mineralisasi.

Dari pembuatan parit uji diperoleh data kedudukan dan ketebalan

vein, sehingga dari data kedudukan yang diperoleh dapat dilakukan deliniasi
sebaran vein dan kemenerusannya.

23

24

3.2

Pemboran

Pemboran dilakukan karena keterbatasan untuk mencapai kedalaman


tertentu pada pembuatan parit dan sumur uji dalam mendapatkan informasi
geologi yang representatif dari kemenerusan dan letak serta kedalaman zona
mineralisasi. Metode pengeboran ini dipilih karena metoda ini sangat cocok
digunakan untuk formasi batuan yang keras dan juga untuk endapan bahan
galian yang berada di kedalaman yang sangat jauh dengan pengambilan model
percontoh berupa coring.
Pemboran digunakan untuk pembuatan rekontruksi dari tubuh bijih
sehingga didapat model geologinya. Pemboran dilakukan berdekatan karena
bahan galian yang dicari berupa vein yang homogenitasnya rendah. Dari
pemboran juga dapat digunakan penentuan kedudukan umum dari endapan
bahan galian yang akan digunakan sebagai gambaran umum dari arah
kemenerusan bahan galian.

3.3

Pemodelan Geologi
Pemodelan geologi dibuat untuk merekonstruksi tubuh bijih, sehingga

dapat diketahui bentuk tubuh bijih yang akan dihitung sumber dayanya.
Pembuatan pemodelan geologi dilakukan untuk memudahkan perhitungan
sumber daya karena untuk memudahkan pengukuran dan perhitungan ketika
diketahui bentuk tubuh bijih dari endapan bahan galian yang akan diestimasikan.

3.4

Perhitungan Sumberdaya
Perhitungan sumberdaya dari bahan galian emas dengan metode

penampang. Penggunaan metode penampang didasarkan pada endapan emas


yang memiliki tubuh bijih berupa vein. Homogenitas dari vein yang sangat rendah
menyebabkan penentuan titik bor diusahakan serapat mungkin dengan
pemboran dilakukan mulai dari lokasi yang paling dekat dengan singkapan.
Rumus yang digunakan dalam perhitungan ini adalah

V=

L1+L2
xD
2

25

Keterangan :
V

= Volume

= Luas

= Jarak antar penampang


Tabel 3.1
Perhitungan Volume Sumberdaya
Luas
Lebar
Volume
Penampang
(m2)
(m)
(m3)
B1-B2
60
140
8400
B2-B3
46
126
5796
D1-D2
3,5
154
539
D2-D3
55,25
140
7735
D3-D4
55,94
126
7048,44
D4-D5
52,19
112
5845,28
D5-D6
53
140
7420
42783,7
Total
2
Sumber: Data Praktikum Eksplorasi, 2016

BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulan hasil kegiatan prospeksi di Kecamatan Cibeber, Kabupaten


Lebak, Provinsi Banten yang dilakukan dengan metode langsung maupun tidak
langsung didapatkan informasi geologi bahwa daerah tersebut terletak pada
formasi Cicarucup, Cikotok, dan Cimapag yang umumnya disusun atas batuan
vulkanik, breksi, batuan sedimen, batu andesit serta adanya zona pemineralan.
Lokasi penyelidikan ini memiliki kondisi geologi yang kompleks sehingga
cukup sulit untuk mengestimasi sumberdaya yang berada pada daerah tersebut.
Pada beberapa titik pengamatan ditemukan adanya zona pemineralan, zona
intrusi inilah dijadikan fokus pengamatan pada daerah tersebut karena zona
mineralisasi akan terbentuk pada zona pemineralan.
Zona mineralisasi pada daerah tersebut terbentuk karena proses
hidrotermal dan skarnisasi ditandai dengan terdapatnya bentuk tubuh endapan
bahan galian berupa vein dan pocket. Bentuk tubuh vein merupakan bentuk
tubuh yang terbentuk melalui proses hidrotermal yang mengisi rekahan serta
menjadi tempat tersingkapnya mineral sulfide seperti galena, pirit, kuarsa dan
sphalerit yang banyak terdapat di daerah tersebut, sedangkan indikasi proses
skarnisasi pada daerah tersebut ditandai adanya pemineralan di daerah sebaran
gamping dengan tubuh bijih berbentuk pocket. Akibat dari proses pemineralan
pada daerah tersebut terdapat endapan bahan berupa mineral sulfida yang
berpotensi untuk ditambang serta mineral sulfide seperti pirit dan kalkopirit
merupakan indikasi adanya endapan bahan galian yang memiliki potensi yang
tinggi untuk ditambang berupa emas, galena dan sphalerit yang mendominasi
zona pemineralan pada daerah tersebut. Setelah dilakukan pemodelan geologi
dan perhitungan sumber daya didapat volume yang terhitung dari hasil metode
penampang

sebesar

42783,72

m3

dengan

tubuh

bijih

berupa

vein.

Pengestimasian sumberdaya hanya dilakukan pada tubuh vein dan tidak pada
skarn dikarenakan tidak adanya data pemboran pada zona pemineralan dibagian
barat daya. Penentuan kelayakan bahan galian emas ini dapat dilakukan setelah
diketahui nilai kualitas dari endapan tersebut.

26

You might also like