Professional Documents
Culture Documents
2. Tiga jam sebelum masuk RS, Ronald menelan 2 tablet pil ektasi. Setelah itu, Ronald
tampak gelisah, sesak napas, bicara melantur, kadang-kadang menjerit disertai sakit
kepala.
a. Apa makna 3 jam yang lalu Ronald menelan 2 tablet pil ekstasi? 4,3,10
Jawab:
b. Apa hubungan menelan 2 tablet pil ekstasi 2 jam yang lalu dengan keluhan utama?
c.
d.
e.
f.
g.
5,2,1
Jawab:
Apa yang dimaksud dengan ekstasi?
Bagaimana komposisi dari pil ekstasi ? 7,10,3
Apa jenis-jenis ekstasi ?
Apa indikasi dan kontraindikasi ekstasi ? 9,8,5
Apa dampak pil ekstasi pada tubuh ? 10,7,6
Side Effect Profile: Impairment of cognitive, perception, and mental associations.
Psychological difficulties include confusion, depression, sleep problems, drug
craving, severe anxiety, and paranoia. Subjects may experience fatigue, uncoordinated
gait, decreased fine motor skills, attentional dysfunction (difficulty to maintain
attention
during
complex
tasks), preoccupation,
hyperthermia,
tachycardia,
http://www.nhtsa.gov/people/injury/research/job185drugs/methylenedioxymethamp
hetamine.htm
h. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin dengan pemakaian pil ekstasi ? 1,6,7
i.
Apa makna setelah itu Ronald tampak gelisah, sesak napas bicara melantur, kadangkadang menjerit disertai sakit kepala? (menjawab dari derajat dan manifestasi klinis)
2,5,8
j. Bagaimana mekanisme dari keluhan tersebut ? 3,4,9
k. Apa jenis jenis dari keracunan ? 4,3,10
l. Bagaimana mekanisme kerja pil ekstasi ? 5,2,1
m. Bagaimana efek efek neurotransmitter terhadap sistem saraf pusat ? (secara umum)
3. Pemeriksaan fisik:
Primary survey:
Airway
Breathing
Circulation
Disability
Exposure
resepetor
dopamin
dan
noradrenergik/
mengahbat
reuptake
b. THT
Abdomen:
a.
b.
c.
d.
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: datar
: lemas, nyeri tekan (-), hepar, lien dalam batas normal
: timpani
: bising usus dalam batas normal
dari
Jawab:
b. Bagaimana mekanisme dari 2nd survey? 9,8,5
Jawab:
5. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus ? 10,7,6
6. Apa diagnosis banding pada kasus ini ? 1,6,7
1. Keracunan MDMA
2. Gangguan fungsional SSP
3. Gangguan organ SSP.
7. Apa pemeriksaan tambahan yang diperlukan ? 2,5,8
8. Apa diagnosis pasti pada kasus ini ? 3,4,9
9. Bagaimana tata laksana pada kasus ini ? 4,3,10
a.
b.
c.
d.
e.
Intoksikasi/ keracuna
ekstasi (drajat ringan)
geliah, bicara
melantur, sesak
napas, kadangkadang menjerit
disertai sakit
kepala
STEP 6
Result
1. Amfetamin/speed = suatu senyawa sintetik yang menstimulasi kerja sistem saraf pusat atau
psikostimulan.
Nama kimia: alfa-metil-fenetilamin.
Sejarah:
-
Psikostimulan sudah dikenal sejak 5000 tahun silam di Tiongkok, yaitu ma-huang
yang berasal dari tanaman Ephedra trifurka.
Sekitar tahun 1887, Nagayoshi Nagai menemukan efedrin sebagai zat aktif dalam
ma-huang. Pada tahun yang sama, seorang kimiawan asal Romania Lazar Edeleanu
di Berlin berhasil mensintesis amfetamin yang merupakan salah satu komponen
dari efedrin.
Pada tahun 1933, salah satu derivat hasil sintesis amfetamin yaitu amfetamin
rasemik (campuran laevo-isomer dan dekstro-isomer sulfas amfetamin) dipasarkan
oleh Smith, Kline dan French dalam bentuk inhaler dengan merek dagang
Benzedrine karena memiliki efek dilatasi bronchial pada penderita asma bronchial.
Selain itu, dulu amfetamin juga digunakan untuk mengobati depresi ringan,
parkinsonisme, penyakit menierre, buta malam, kolon iritabel, hipotensi,
hiperkinetik dan obesitas.
Pada tahun 1935, sebuah penelitian ilmiah oleh Nathanson meneliti efek subjektif
dari amfetamin pada 55 pekerja rumah sakit yang diberi 20 mg Benzedrine,
menyimpulkan bahwa amfetamin mengurangi kelelahan akibat bekerja dan
memberikan perasaan gembira dan sehat.
penderita narkolepsia
Tujuan lain: digunakan oleh pekerja di bidang hiburan dan diskotik untuk meningkatkan
performa mereka dan dipakai untuk tujuan rekreasional.
Jenis amfetamin, yaitu:
a) laevoamfetamin (Benzedrine)
b) dextroamfetamin (Dexedrine)
c) metamfetamin (Methedrine)
Sediaan:
Biasanya dalam bentuk bubuk putih yang tidak berbau, rasanya pahit, larut dalam
air dan sedikit larut dalam alkohol, kecuali metamfetamin yang dapat larut dalam
keduanya. Di pasar gelap warnanya bisa bermacam-macam seperti merah, oren, ungu,
hijau, dan coklat tergantung bahan pencampurnya.
Cara penggunaan:
Amfetamin dapat dipakai dengan cara dihirup uapnya, ditelan, suntik intravena
dan bisa juga dengan menyedot melalui lubang hidung (snorting).
Peredaran:
Derivat amfetamin yang paling banyak disalahgunakan adalah 3,4 metilen-di-oksi
met-amfetamin (MDMA) dan met-amfetamin. MDMA dikenal sebagai ecstasy, Inex,
yuppie drug, hug drug, Adam dan XTC. Sementara metamfetamin di Indonesia lebih
dikenal sebagai sabu-sabu, ss, ubas, usab-usab atau ice dan crystal meth di luar negeri.
2.
waham curiga
anoreksia yang berat
Gejala penggunaan metamfetamin berulang kali dengan dosis tinggi:
perilaku kekerasan
psikosis paranoid dengan waham mirip skizofrenia paranoid.
perubahan pola tidur, fungsi seksual
depresi
gangguan motorik
Gejala putus obat amfetamin:
berlangsung selama beberapa jam atau beberapa hari setelah pemberhentian atau
pengurangan penggunaan amfetamin dalam jangka panjang dan berat (kriteria A dan B).
Gejala putus obat pada umumnya berlawanan dengan gejala yang terjadi pada saat
intoksikasi:
mood disforik
dua atau lebih perubahan fisiologis berikut:
o lelah
o mimpi buruk
o insomnia atau hipersomnia
o meningkatnya nafsu makan
o
Menurunnya berat badan terjadi pada pemakaian dosis tinggi, dan meningkatnya
nafsu makan menyebabkan meningkatnya berat badan saat terjadi gejala putus
obat
Gejala depresi dapat berlangsung selama beberapa hari bahkan minggu dan dapat
muncul adanya ide bunuh diri.
Kebanyakan orang yang ketergantungan amfetamin, pada suatu saat dalam hidup
nya, mereka merasakan adanya gejala putus obat dan toleransi.
Gejala overdosis akut amfetamin:
3.
kejang
hipetermia
hipertensi
psikosis/halusinasi
takikardia
MAO
yang
Amfetamin menyebabkan:
peningkatan aktivitas
neuron dopaminergik
dan adrenergik
pascasinaps
regio medial forebrain peningkatan norepinefrin euforia dan peningkatan libido
sistem ARAS peningkatan aktivitas motorik dan kelelahan menurun
kumpulan neuron dopaminergik skizofrenia dan psikosis
prefrontal
frontal
temporal
subkortikal
stimulasi
euforia
biasanya?
- Apakah takut ruangan dingin?
- Apakah pernah menemukan barang-barang seperti suntikan, botol plastik yang
berlubang, kertas timah berkas bungkus rokok, dan barang-barang mencurigakan
lainnya?
- Bagaimana riwayat tumbuh kembang anak? Ciri-ciri masa remaja dan kanakkanak?
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
Kesadaran
Hasil
Somnolen
Keterangan
Putus amfetamin
Sopor Koma
Kelebihan dosis
Berkabut
Intoksikasi amfetamin
Denyut nadi
Naik
Intoksikasi amfetamin
Suhu badan
Naik
Penggunaan amfetamin
Tekanan darah
Naik
Penggunaan amfetamin
Mata
Konjungtiva pucat
Penggunaan amfetamin
Penggunaan amfetamin
Mulut
Kering
Penggunaan amfetamin
Jantung
Takikardia
Intoksikasi amfetamin
Kulit
Penggunaan amfetamin
Sianosis
Intoksikasi amfetamin
Banyak keringat
Intoksiaksi amfetamin
Needle track
Sesekali
pada
penggunaan
amfetamin
Saraf motorik
Termor halus
Intoksikasi amfetamin
Reflex
Hiperrefleksi
Penggunaan amfetamin
Pemeriksaan Psikiatrik
Akan didapatkan hal-hal sebagai berikut:
~Pengguna Amfetamin:
o Gelisah
~Intoksikasi Amfetamin:
o
o
o
o
o
o
Agitatif
Agresif
Euforia
Banyak bicara
Waham
Halusinasi
~Putus Amfetamin:
o Depresi
o Apatis
Pemeriksaan Laboratorium
-
Darah rutin
Kimia darah
Tes fungsi hati
Tes fungsi ginjal
17
Dan gejala- gejala yang timbul tidak dikarenakan karena kondinisi medis
umum.
B. Gejala putus zat amfetamin
Pengurangan dari penggunaan amfetamin setelah penggunaan yang lama dan
berat. Terdapat disforia dan dua atau lebih dari perubahan psikologis berikut,
yang timbul setelah beberapa jam sampai beberapa hari setelah pengurangan
zat ini:
1.
2.
3.
4.
5.
Lemah
Mimpi yang tidak menyenangkan, dan buram
Insomnia atau hypersomnia
Nafsu makan yang meningkat
Retardasi atau agitasi psikomotor
Tatalaksana:
18
a. Detoksifikasi
pada keadaan intoksikasi:
-bila suhu tubuh tinggi beri air dingin, kompres, minum
-bila kejang beri diazepam
-bila tekanan darah tinggi beri antihipertensi ( blocker)
-bila timbul gejala psikosis beri antipsikosis (haloperidol)
pada keadaan putus zat/withdrawal:
-rawat pasien di tempat yang tenang
-cukup makan, minum, dan istirahat
-bila ada ide bunuh diri/depresi beri anti-depressan
pada keadaan overdosis:
-cek tanda-tanda vital (denyut nadi, tekanan darah, respirasi, dan suhu
tubuh)
-jaga airway/jalur pernapasan
-pemeriksaan fisik
-pemasangan infus
-pemeriksaan lab (periksa toksikologi pada darah dan urin)
-simptomatik
b. Rehabilitasi pasca-detoksifikasi dan after care
-rehabilitasi di tempat yang menampung masalah ketergantungan zat
(RSKO, BNN)
-diberikan konseling, edukasi
-diberikan ketrampilan life skills, komunikasi
-harm reduction: penanggulangan HIV/AIDS, Hepatitis B dan C, metode
substitusi, pembagian jarum suntik steril
-pemulihan adiksi berbasis masyarakat
7. Prognosis dan Komplikasi dari gejala penggunaan amfetamin
Pasien yang menggunakan zat psikoaktif dalam jangka waktu singkat dan
dalam terapi asbtinence penggunaan zat masih bisa bertahan dengan baik
memiliki prognosis yang baik untuk sembuh. Sedangkan pasien yang dalam
19
20
DAFTAR PUSTAKA
ICD 10, WHO
DSM IV. American Psychriatic Association
Joewana, Satya (2004). Gangguan Mental dan Perilaku akibat Penggunaan Zat
Psikoaktif : Penyalahgunaan NAPZA/Narkoba. Jakarta: EGC.
A. TOKSISITAS AMFETAMIN
Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang racun. Pengertian lain yaitu
semua subtansi yang digunakan, dibuat, atau hasil dari suatu formulasi dan produk
sampingan yang masuk ke lingkungan dan punyakemampuan untuk menimbulkan
pengaruh negative bagi manusia. Keracunan dapat ditimbulkan oleh zat kimia ( zat
industri, obat, kosmetik, BTM), insektisida,tumbuhan ( jamur), dan hewan (bisa
ular/lebah).
Bentuk toksisitas :
21
a. Toksisitas fisika : dermatitis, kulit kering, kulit pecah, iritasi, demam dll. Yang
disebabkan oleh radiasi
b. Toksisitas kimia : disebabkan oleh asam kuat, logam merkuri, dll.
c. Toksisitas fisiologis : yang mempengaruhi ensim dalam metabolisme.
Semua zat adalah racun yang tegantung dari dosis dan lama kontak. Zat bersifat
racun yang berada dalam tubuh belum tentu bersifat racun karena sangattergantung dari
kadar zat tersebut dalam tubuh. Konsentrasi zat yang kontak dalam waktu lamam dan
tidak menimbulkan efek toksik disebut ambang batas.
Keracunan akut terjadi segera disebabkan logam, insektisida, obat dll.
Keracunan kronis terjadi dalam waktu lama dan terjadi penimbunan dalam
tubuh. Keracunan kronis dapat menyebabkan kanker,mutagenic, kerusakan
organ,dll.
Amfetamin adalah kelompok obat psikoaktif sintetis yang disebut system saraf
pusat (SSP) stimulant.Amfetamin merupakan satu jenis narkoba yang dibuat secara
sintetis dan kini terkenal di wilayah Asia Tenggara.Amfetamin dapat berupa bubuk
putih, kuning, maupun coklat, atau bubuk putihkristal kecil. Senyawa ini memiliki nama
kimia - methylphenethylamine merupakan suatu senyawa yang telah digunakan secara
terapetik untuk mengatasi obesitas, attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD),
dan narkolepsi.
Amfetamin meningkatkan pelepasan katekolamin yang mengakibatkan jumlah
neurotransmiter golongan monoamine (dopamin, norepinefrin, dan serotonin) darisaraf
pra-sinapsis meningkat. Amfetamin memiliki banyak efek stimulant diantaranya
meningkatkan aktivitas dan gairah hidup, menurunkan rasa lelah,meningkatkanmood,
meningkatkan konsentrasi, menekan nafsu makan, dan menurunkan keinginan untuk
tidur.
Akan
tetapi,
dalam
keadaan
overdosis,
efek-efek
tersebut
menjadi
berlebihan.Secara klinis, efek amfetamin sangat mirip dengan kokain, tetapi amfetamin
memiliki waktu paruh lebih panjang dibandingkan dengan kokain (waktu paruh
amfetamin 10 15 jam) dan durasi yang memberikanefek euforianya 4 8 kali lebih
lama dibandingkan kokain.
Hal ini disebabkan oleh stimulator-stimulator tersebut mengaktivasi reserve
powers yang ada di dalam tubuh manusia dan ketika efek yang ditimbulkan oleh
amfetamin melemah, tubuh memberikan signal bahwa tubuh membutuhkan senyawa
-senyawa itu lagi.
22
and
pure
dextroamphetamine
levoamphetamine
ismore
potent
dan
than
levoamphetamine
levoamphetamine
murni.Since
pure
.Karena
amfetamin
adalah:
Amfetamin,
Metamfetamin
dan
perasaan
nyaman
atau
Euphoria
(perasaan
senang
yang
23
otak,
amfetamin
juga
meningkatkan
tekanan
darah
dan
denyut jantung.Pernah terjadi serangan jantung yang berakibat fatal, bahkan pada atlet
muda yang sehat.Tekanan darah bisa sedemikian tinggi sehingga pembuluh darah di
otak bisa pecah,menyebabkan strokedan kemungkinan menyebabkan kelumpuhan dan
kematian.Kematian lebih mungkin terjadi jika MDMA digunakan dalam ruangan hangat
denganventilasiyang kurang, pemakai sangat aktif secara fisik (misalnya menari dengan
cepat)- pemakai berkeringat banyak dan tidak minum sejumlah cairan yang cukup
untuk menggantikan hilangnya cairan.Orang yang memiliki kebiasaan menggunakan
amfetamin beberapa kali sehari, dengan segera akan mengalami toleransi. Jumlah yang
digunakan pada akhirnya akan meningkat sampai beberapa ratus kali dosisawal.Pada
dosis tertentu, hampir semua pecandu menjadi psikostik, karena amfetamin
dapatmenyebabkan kecemasan hebat,Paranoia dan gangguan pengertian terhadap
kenyataanhidup.Reaksi psikotik meliputi halusinasi dengar dan lihat (melihat dan
mendengar benda yang sebenarnya tidak ada) dan merasa sangat berkuasa.Efek tersebut
bisa terjadi pada siapa saja, tetapi yang lebih rentan adalah penggunadengan kelainan
psikiatrik (misalnya skizofrenia).
EFEK AMFETAMIN
Efek yang ditimbulkan Amphetamine tipikal digunakan untuk meningkatkan
daya kerjadan untuk menginduksi perasaan euforik.Amphetamine merupakan zat yang
adiktif.
Gejala Intoksikasi (keracunan) Sindromaintoksikasi amfetamin serupa dengan
intoksikasi kokain, yaitu Takikardia Dilatasi pupilPeninggian atau penurunan tekanan
darah Berkeringat atau menggigil Mual dan muntah, Penurunan berat badan Agitasi atau
retardasi psikomotor. kelemahan otot, depresi pernapasan, nyeri dada, aritmia jantung
konfusi, kejang, diskinesia, distonia, koma gejala putus obat kecemasan gemetar mood
disforik letargi fatigue mimpi yang menakutkan nyeri kepala berkeringat banyak kram
otot dan lambung rasa lapar yang tidak pernah kenyang
24
secara
fisik
jarang
ditemui,
tetapi
ketergantungan
secara psikologis sering dialami oleh pengguna PCP. Orang yang baru saja
menggunakan PCPseringkali menampilkan gejala yaitu Menjadi tidak komunikatif,
tampak pelupa dan fantasi yang aktif tempo yang cepat Euforia badan yang hangat rasa
geli dan sensasi melayang penuh kedamaian perasaan depersonalisasi isolasi dan
menjauhkan diri dari orang lain halusinasi visual dan auditoris gangguan persepsi
tempat dan waktu perubahan citra tubuh yang mencolok konfusi dan disorganisasi
pikiran kecemasan menjadi simpatik, bersosialisasi dan suka bicara pada suatu saat dan
bersikap bermusuhan pada waktu lainnya hipertensi, nistigamus dan hipertermia
melakukan gerakan memutar kepala,menghentak, menyeringai kekakuan otot muntah
berulang bicara dan menyanyi berulang lekas marah, paranoid suka berkelahi dan
25
sebagai
tranquilizer
minor.Jenis
obatobatan
yang
tergolong
kelompok
glutethimide
(Doriden).Obatobatan
ini
sebenarnya
diresepkan
sebagai
antipireptik, pelemas otot, anestetik, danadjuvan anestetik. Semua obat didalam kelas ini
dan alkohol memiliki toleransi silangdan efeknya adalah adiktif.Ketergantungan fisik
dan psikologis berkembang terhadapsemua obat-obatan ini, dan semuanya disertai
gejala putus obat.
Zat Adiktif lainBeberapa jenis zat adiktif lain :
1. INHALANSIA
Zat inhalan tersedia secara legal, tidak mahal dan mudah didapatkan.Oleh sebab
itu banyak dijtemukan digunakan olehkalangan sosial ekonomi rendah. Contoh spesifik
dari inhalan adalah bensin, vernis,cairan pemantik api, lem, semen karet, cairan
pembersih, cat semprot, semir sepatu,cairan koreksi mesin tik (tipEx), perekat kayu,
bahan pembakar aerosol, pengencer cat.Inhalan biasanya dilepaskan ke dalam paruparu
dengan menggunakan suatu tabung.
Gambaran Klinis Dalam dosis awal yang kecil inhalan dapat menginhibisi
danmenyebabkan
perasaan
euforia,
kegembiraan,
dan
sensasi
mengambang
yangmenyenangkan. Gejala psikologis lain pada dosis tinggi dapat berupa rasa
ketakutan,ilusi sensorik, halusinasi auditoris dan visual dan distorsi ukuran tubuh.
26
PENGOBATAN
Gejala yang berlawanan dengan efek amfetamin terjadi jika amfetamin secara
tiba-tiba dihentikan penggunannya.Pengguna akan menjadi lelah atau mengantuk, yang
bisa berlangsung selama 2-3 harisetelah penggunaan obat dihentikan.Beberapa
pengguna sangat cemas dan gelisah.Pengguna yang juga menderita depresi bisa menjadi
lebih depresi jika obat ini berhentidigunakan.Mereka menjadi cenderung ingin bunuh
diri, tetapi selama beberapa hari merekamengalami kekurangan tenaga untuk melakukan
usaha bunuh diri.Karena itu pengguna menahun perlu dirawat di rumah sakit selama
timbulnya gejala putus obat.Pada pengguna yang mengalami delusi dan halusinasi bisa
diberikan obat anti-psikosa(misalnya klorpromazin), yang akan memberikan efek
menenangkan dan mengurangiketegangan.Tetapi obat anti-psikosa bisa sangat
menurunkan tekanan darah.Biasanya lingkungan yang tenang dan mendukung bisa
membantu pemulihan penggunaamfetamin.
27
28
hati, jumlah
albumin
serum
berkurang.
Hal
ini
menyebabkan
atau keracunan.
Genetik: Ada orang orang yang tidak memiliki faktor genetika tertentu
misalnya enzim untuk asetilasi sulfonamida atau INH, akibatnya
29
Acetylcholine
Aspartate
Dopamine
Histamine
Norepinephrine
Epinephrine
Glutamate
Serotonin
Inhibitory :
GABA
Glycine
30
1. Hidroksilasi :
Pada tahap ini reaksi melibatkan konversi tirosin, oksigen dan tetrahidrobiop
menjadi dopa dan dihidrobiopterin. Reaksi ini dikatalisis enzim tirosin hidroksilase
dan bersifar ireversibel.
2. Dekarboksilasi
Pada tahap ini enzim dekarboksilase dopa akan mengkatalisis dekarboksilasi dopa
menghasilkan dopamin. Defisiensi enzim ini akan menyebabkan penyakit
Parkinson. Reaksi ini bersifat ireversibel. Kofaktor untuk reaksi ini adalah PLP
(pyridoxalphosphate). Pada sel yang mensekresi dopamin, jalur neurotransmiter
berakhir pada tahap ini.
3. Hidroksilasi
Reaksi ini dikatalisis oleh enzim dopamine =-hydroxylase. Reaktan meliputi
dopamine, O2 dan askorbat (vitamin C). Produknya adalah norepinephrine, air dan
dehidroaskorbat. Reaksi ini bersifat ireversibel. Produk dari sel noradrenergik
adalah norepinefrin dan jalurnya berakhir di sini.
4. Metilasi
Reaksi ini dikatalisis oleh feniletanolamin N-metiltransferase. Norepinefrin dan
Sadenosilmetionin membentuk epinephrine dan S-adenosil homosistein.
Metabolisme katekolamin1,2
Metabolisme katekolamin merupakan reaksi yang kompleks. Enzim utama yang terlibat
dalam degradasi katekolamin adalah monoamine oxidase (MAO), yang mendegradasi
asam amino alifatis. MAO sendiri merupakan target penting dalam pengembangan obat.
Intermediat aldehid kemudian dioksidasi menjadi asam karboksilat yang sesuai, atau
direduksi menjadi alkohol. Monoamine oxidase ditemukan terutama di membran
mitokondria, dalam bentuk isoenzim. Enzim lain yang terlibat dalam biodegradasi
katekolamin adalah catecholamine Omethyltransferase (COMT), suatu enzim
sitoplasma yang menggunakan S-adenosyl- methionine untuk memetilasi gugus 3OH
dari katekolamin menjadi tidak aktif. Senyawa termetilasi tidak diambil lagi dalam
sinaps.
31
Biosintesis Serotonin2
Serotonin disintesis di sistem saraf pusat dan sel kromafin dari asam amino
Triptofan,
melalui dua tahapan reaksi :
1. Hidroksilasi.
Enzim yang mengkatalisis reaksi ini adalah triptofan hidroksilase. Kofaktor dalam
reaksi ini adalah tetrahidrobiopterin, yang dikonversi menjadi dihidrobiopterin.
2. Dekarboksilasi
Enzim yang mengkatalisis reaksi ini adalah hidroksitriptofan dekarboksilase.
Oksidasi
Dehidrogenasi
Tabel 1. Biosintesis Neurotransmiter lain2
Neurotransmiter
Prekursor
Enzime
Histamin
Histidin
Histidin dekarboksilase
GABA (asam A-
Glutamat
Glutamat dekarboksilase
Arginin
aminobutirat)
32
selnya terdapat pada batang otak dan forebrain, selain itu disintesis juga dalam saraf lain
di otak. ACh beraksi pada sistem saraf otonom di perifer dan di pusat, dan merupakan
transmitter utama pada saraf motorik di neuromuscular junction pada vertebrata.
Sintesis dan degradasi ACh
ACh yang dilepas dari ujung presinaptik mengalami dua hal sebagai berikut:
1. Beraksi pada reseptornya, pada pascasinaptik dan presinaptik.
2. ACh diambil kembali (re-uptake) ke ujung presinaptik dalam bentuk hasil
metabolismenya, yaitu kolin, digunakan lagi sebagai prekursor sintesis ACh.
Proses ini dapat dihambat oleh hemikolinium yang menghambat transporter
kolin sehingga menghalangi masuknya kembali kolin ke presinaptik.
3. ACh mengalami degradasi menjadi kolin dan asetat oleh enzim kolinesterase.
Transmisi Kolinergik
Enzim-enzim yang berperan dalam sintesis dan degradasi Ach:
1. Choline Acetyltransferase (kolin asetiltransferase)
Enzim ini mengkatalisa asetilasi kolin dengan asetil koenzim A, merupakan
protein konstituen dari saraf, disintesis diantara perikarion kemudian ditransport
sepanjang akson sampai ujungnya. Transport kolin dari plasma ke saraf-saraf
dipengaruhi oleh perbedaan tinggi dan rendahnya afinitas sistem transport.
Sistem afinitas tinggi bersifat unik terhadap saraf kolinergik dan tergantung pada
kada Na+ ekstraseluler, dan bisa dihambat oleh hemikolinium.
2. Acetylcholinesterase (Asetilkolin esterase, AChE)
AChE terdapat pada saraf kolinergik. Enzim ini mempunyai dua sisi pengikatan
keduanya penting untuk degradasi ACh. Daerah anionik berfungsi untuk
pengikatan sebuah molekul ACh pada enzim. Begitu ACh terikat, reaksi
hidrolisis terjadi pada sisi aktif yang disebu daerah esteratik. Di sini ACh terurai
menjadi kolin dan asam asetat. Kolin kemudian diambil lagi melalui sistem
uptake kolin berafinitas tinggi pada membran presinaps.
Penyimpanan dan Pelepasan ACh
ACh dilepaskan dari ujung saraf motor dalam jumlah yang konstan, yang
disebut quanta (atau vesikel). Perkiraan jumlah ACh dalam vesikel sinaptik berkisar
antara 1.000-50.000 molekul setiap vesikel. Dalam satu ujung saraf motor terdapat
300.000 atau lebih vesikel.
33
2.
3.
2.
Di otot skelet
Kombinasi ACh dan reseptor ACh nikotinik di permukaan eksternal dari membran
postjunctional memicu peningkatan permeabilitas kation. Aktivasi reseptor oleh
Ach intrinsik kanal terbuka selama 1 milisecond dan kurang lebih 50.000 ion Na+
melewati kanal. Akibatnya terjadi depolarisasi diikuti potensial aksi otot yang
menyebabkan terjadinya kontraksi otot.
Efektor otonom
Stimulasi atau inhibisi dari sel efektor otonom timbul karena aktivasi reseptor Ach
muskarinik. Reseptor terhubung pada protein G.
Ganglia otonom
Transmisi kolinergik pada ganglia otonom serupa dengan yang terjadi pada otot
skelet. Sel ganglion mengalami perubahan muatan dengan adanya sedikit ACh.
Depolarisasi awal terjadi karena aktivasi reseptor ACh nikorinik, yaitu ligand gated
cation channel yang fungsinya mirip dengan yang terdapat pada neuromuscular
junction.
Norepinefrin dan Reseptor Adrenergik
Reseptor adrenergik
Reseptor noradrenalin dan adrenalin adalah reseptor adrenergik
(adrenoreseptor), yang merupakan reseptor terkopling protein G, dan tersebar di
berbagai organ dan jaringan. Reseptor adrenergik mengatur berbagai parameter fisiologi
seperti tekanan darah, detak jantung, dan lain-lain. Ada dua kelompok utama reseptor
adrenergik, yaitu reseptor adrenergik dan , masing-masing dengan beberapa subtipe:
Reseptor terdiri dari subtipe 1 (Gq coupled receptor) dan 2 (Gi coupled
receptor).
Reseptor = terdiri dari subtipe 1, 2 dan 3. Ketiganya terhubung dengan
protein Gs.
Reseptor
34
35
3.
36
obat-obat
antipsikotik
(neuroleptics)
dan
digunakan
untuk
Reseptor Histamin
Histamin berikatan dan mengaktifkan permukaan sel reseptor. Telah
diidentifikasi empat jenis reseptor histamin, yaitu H1, H2, H3, dan H4. Keempat jenis
reseptor histamin merupakan reseptor terkopling protein-G dan respon fungsionalnya
dihasilkan dari aktivasi spesifik protein-G.
1. Reseptor H1
37
Neurotransmiter Inhibitorik1
1.
Gama-Aminobutirat (GABA)
Asam-Gama-aminobutirat (GABA) merupakan mediator inhibisi utama di otak,
dan merupakan 20% transmiter di sinaps SSP. Zat ini juga terdapat di retina dan
merupakan mediator yang berperan pada inhibisi presinaptik.
GABA yang terdapat dalam bentuk -aminobutirat dalam cairan tubuh terbentuk
melalui dekarboksilasi glutamat. Enzim yang mengkatalisis reaksi ini adalah glutamat
38
Glisin
Melalui kerjanya pada reseptor NMDA, glisin mempunyai efek eksitasi di
jaringan otak. Meskipun demikian, glisisin juga turut berperan dalam inhibisi langsung
terutama di batang otak dan medula spinalis. Seperti halnya GABA, glisisn bekerja
dengan meningktakan konduktans Cl-. Kerja glisin dihambat oleh striknin. Gambaran
klinis kejang hiperaktivitas otot yang ditimbulkan oleh strinin memperjelas pentingnya
inhibisi postsinaptik pada fungsi saraf yang normal. Reseptor glisin yang berperan pada
inhibisi merupakan saluran Cl-. Reseptor itu merupakan pentamer yang terbentuk dari
dua subunit, subunit yang mengikat ligand dan subunit struktural. Akhir-akhir ini
bukti kuat menunjukkan bahwa terdapat 3 jenis neuron yang bertanggung jawab dalam
inhibisi langsung di medula spinalis: neuron-neuron yang mensekresi glisin, neoron
yang mensekresi GABA dan neoron yang mensekresi keduanya.
FUNGSI
1.
Sinaps eksitatorik3
Respons terhadap kombinasi neurotransmitter reseptor adalah pembukaan
saluran Na+ dan K+ di dalam membran subsinaps, sehingga terjadi peningkatan
permeabilitas terhadap kedua ion tersebut. Terjadi depolarisasi di postsinaps
karena ion Na+ masuk melalui saluran dan menyebabkan bagian dalam lebih
positif dari bagian luar neuron. Akibat depolarisasi ini membran neuron
postsinaps mendekati ambang letup dan meningkatkan kemungkinan terjadinya
potensial aksi. Perubahan potensial post sinaps yang terjadi di sinaps eksitatorik
disebut eksitatori postsynaptic potensial (EPSP)
39
2.
Sinaps inhibitorik
Karena menerima dari berbagai sinaps, ada potensial total di neuron pascasinaptic
(GPSP/ Grand postsynaptic potential) mengikuti hukum penjumlahan. Ada 2 jenis,
yakni penjumlahan temporal (penjumlahan akibat rangsang potensial aksi yang
berturut-turut), dan penjumlahan spatial (penjumlahan akibat rangsangan dari berbagai
sinaps)
Selain itu, terdapat pula aktivitas pelepasan neurotransmiter yang dapat
menghambat perambatan impuls saraf pada suatu bentuk interaksi neuron.
40
Neurotransmiter yang biasa berperan adalah GABA. Besarnya inhibisi dan eksitasi yang
terjadi akan dijumlahkan pada saat mencapai zona pemicuan. Jika besar potensial yang
tercapai melebihi ambang letup, maka potensial aksi akan terjadi, begitu pula
sebaliknya. Inhibisi ini dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu (1) inhibisi presinaptik
dan (2) inhibisi postsinaptik.
41