You are on page 1of 41

Bahan Tutorial CPH

2.1 Analisis Masalah


1. Ronald, seorang laki-laki, 26 tahun diantar temannya ke IGD karena tampak gelisah sejak
2 jam sebelum masuk RS.
a. Apa makna gelisah sejak 2 jam yang lalu? 1,6,7
Jawab:
Terjadinya gangguan pada sistem saraf pusat.
b. Apa penyebab gelisah sejak 2 jam yang lalu ? (secara umum) 2,5,8
Jawab:

There are many causes of agitation, some of which include:


Alcohol intoxication or withdrawal
Allergic reaction
Caffeine intoxication
Certain forms of heart, lung, liver, or kidney disease
Intoxication or withdrawal from drugs of abuse (such as cocaine, marijuana,
hallucinogens, PCP, or opiates)
Hospitalization (older adults often have delirium while in the hospital)
Hyperthyroidism (overactive thyroid gland)
Infection (especially in elderly people)
Nicotine withdrawal
Poisoning (for example, carbon monoxide poisoning)
Theophylline, amphetamines, steroids, and certain other medicines
Trauma
Vitamin B6 deficiency
Agitation can occur with brain and mental health disorders, such as:
Anxiety
Dementia (such as Alzheimer disease)
Depression
Mania
Schizophrenia
Sumber : https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003212.htm

c. Bagaimana mekanisme gelisah pada kasus? 3,4,9

Bahan Tutorial CPH

2. Tiga jam sebelum masuk RS, Ronald menelan 2 tablet pil ektasi. Setelah itu, Ronald
tampak gelisah, sesak napas, bicara melantur, kadang-kadang menjerit disertai sakit
kepala.
a. Apa makna 3 jam yang lalu Ronald menelan 2 tablet pil ekstasi? 4,3,10
Jawab:
b. Apa hubungan menelan 2 tablet pil ekstasi 2 jam yang lalu dengan keluhan utama?

c.
d.
e.
f.
g.

5,2,1
Jawab:
Apa yang dimaksud dengan ekstasi?
Bagaimana komposisi dari pil ekstasi ? 7,10,3
Apa jenis-jenis ekstasi ?
Apa indikasi dan kontraindikasi ekstasi ? 9,8,5
Apa dampak pil ekstasi pada tubuh ? 10,7,6
Side Effect Profile: Impairment of cognitive, perception, and mental associations.
Psychological difficulties include confusion, depression, sleep problems, drug
craving, severe anxiety, and paranoia. Subjects may experience fatigue, uncoordinated
gait, decreased fine motor skills, attentional dysfunction (difficulty to maintain
attention

during

complex

tasks), preoccupation,

hyperthermia,

tachycardia,

hyperthermia, hyponatremia, convulsions, and catatonic stupor. Prolonged cognitive


and behavioral effects may occur including poor memory recall, flashbacks, panic
attacks, psychosis, and depersonalization due to serotonergic neuron damage and
decreased serotonin production as a result of long-term use.
Sumber

http://www.nhtsa.gov/people/injury/research/job185drugs/methylenedioxymethamp
hetamine.htm
h. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin dengan pemakaian pil ekstasi ? 1,6,7
i.

Apa makna setelah itu Ronald tampak gelisah, sesak napas bicara melantur, kadangkadang menjerit disertai sakit kepala? (menjawab dari derajat dan manifestasi klinis)

2,5,8
j. Bagaimana mekanisme dari keluhan tersebut ? 3,4,9
k. Apa jenis jenis dari keracunan ? 4,3,10
l. Bagaimana mekanisme kerja pil ekstasi ? 5,2,1
m. Bagaimana efek efek neurotransmitter terhadap sistem saraf pusat ? (secara umum)
3. Pemeriksaan fisik:
Primary survey:

Bahan Tutorial CPH

Airway
Breathing

: bisa berbicara dengan jelas, tidak terdapat suara napas tambahan


: pernafasan 24x/menit, suara napas kiri dan kanan vesikuler, ronki

Circulation
Disability

tidak ada, wheezing tidak ada


: tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 100x/menit
: membuka mata secara spontan, bisa mengerakan sesuai perintah,

Exposure

bila ditanya jawaban melantur, pupil isokor, refleks cahaya (+)


: Suhu 36,80 C

a. Apa interpretasi dari primary survey? 6,1,2


Jawab:
b. Bagaimana mekanisme dari primary survey? 7,10,3
Jawab:
Meminum ekstasi akumulasi di darah sampai ke sistem saraf pusat
mestimulasi

resepetor

dopamin

dan

noradrenergik/

mengahbat

reuptake

katekolamin peningkatan aktivitas organ tubuh HR meningkat, RR meningkat


Melepas dopamin
Menghmabat reuptake katekolamin
Berikatan dengan serotonin.
4. Secondary survey:
Kepala:
a. Mata

b. THT

: conjungtiva tidak anemis


: tidak ada kelainan

Leher: dalam batas normal, vena jugularais datar (tidak distansi)


Thoraks :
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi

: gerak nafas simetris, frekuensi nafas 24x/menit


: iktus kordis teraba pasa ICS 5 midclavicula sinstra, stem
frermitus kanan kiri sama
: batas jantung normal, sonor pada kanan dan kiri
: suara jantung jelas dan reguler, HR: 100x/menit, suara
paru vesikuler, ronki tidak ada, wheezing tidak ada

Abdomen:
a.
b.
c.
d.

Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: datar
: lemas, nyeri tekan (-), hepar, lien dalam batas normal
: timpani
: bising usus dalam batas normal

Ekstemitas inferior dan superior : refleks fisiologis meningkat


a. Apa interpretasi dari 2nd survey? 8,9,4

dari

Bahan Tutorial CPH

Jawab:
b. Bagaimana mekanisme dari 2nd survey? 9,8,5
Jawab:
5. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus ? 10,7,6
6. Apa diagnosis banding pada kasus ini ? 1,6,7
1. Keracunan MDMA
2. Gangguan fungsional SSP
3. Gangguan organ SSP.
7. Apa pemeriksaan tambahan yang diperlukan ? 2,5,8
8. Apa diagnosis pasti pada kasus ini ? 3,4,9
9. Bagaimana tata laksana pada kasus ini ? 4,3,10
a.
b.
c.
d.
e.

. Airway, menjaga airway dengan kontrol servical


Breathing, menjaga pernafasan dengan ventilasi.
Circulation, dengan kontrol perdarahan
Disability, status neurologis.
Exposure, buka baju pasien, tetapi cegah hipotermia (ATLS, 2014)

Pada keracunan ampthemin


1. Bilas lambung
2. Klorpromazin 0,5 mg/bb IM atau oral, bisa diulang tiap 30 menit

Bahan Tutorial CPH

10. Apa saja komplikasi pada kasus ini? 4,2,1


11. Bagaimana prognosis pada kasus ini ?
12. Bagaimana KDU pada kasus ini ?
13. Bagaimana pandangan islam pada kasus ini ? 8,9,4
Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan (QS. Al
Baqarah: 195).
2.2 Kesimpulan
Ronald, 26 tahun, tampak geliah, bicara melantur, sesak napas, kadang-kadang menjerit
disertai sakit kepala karena intoksikasi amfetamin (pil ekstasi)
2.3 Kerangka Konsep
Menelan pil ekstasi

Efek dopaminergik ekstasi, menggangu


keseimbangan neotransmitter otak

Bahan Tutorial CPH

Peningkatan aktivitas simpatis

Intoksikasi/ keracuna
ekstasi (drajat ringan)

geliah, bicara
melantur, sesak
napas, kadangkadang menjerit
disertai sakit
kepala

Bahan Tutorial CPH

STEP 6

Result

1. Amfetamin/speed = suatu senyawa sintetik yang menstimulasi kerja sistem saraf pusat atau
psikostimulan.
Nama kimia: alfa-metil-fenetilamin.
Sejarah:
-

Psikostimulan sudah dikenal sejak 5000 tahun silam di Tiongkok, yaitu ma-huang
yang berasal dari tanaman Ephedra trifurka.

Sekitar tahun 1887, Nagayoshi Nagai menemukan efedrin sebagai zat aktif dalam
ma-huang. Pada tahun yang sama, seorang kimiawan asal Romania Lazar Edeleanu
di Berlin berhasil mensintesis amfetamin yang merupakan salah satu komponen
dari efedrin.

Pada tahun 1933, salah satu derivat hasil sintesis amfetamin yaitu amfetamin
rasemik (campuran laevo-isomer dan dekstro-isomer sulfas amfetamin) dipasarkan
oleh Smith, Kline dan French dalam bentuk inhaler dengan merek dagang
Benzedrine karena memiliki efek dilatasi bronchial pada penderita asma bronchial.
Selain itu, dulu amfetamin juga digunakan untuk mengobati depresi ringan,
parkinsonisme, penyakit menierre, buta malam, kolon iritabel, hipotensi,
hiperkinetik dan obesitas.

Pada tahun 1935, sebuah penelitian ilmiah oleh Nathanson meneliti efek subjektif
dari amfetamin pada 55 pekerja rumah sakit yang diberi 20 mg Benzedrine,
menyimpulkan bahwa amfetamin mengurangi kelelahan akibat bekerja dan
memberikan perasaan gembira dan sehat.

Penyalahgunaan amfetamin bermula pada saat PD II dimana banyak tentara


menggunakan amfetamin untuk melawan kelelahan dan meningkatkan kesadaran.
Setelah banyaknya laporan penyalahgunaan, pada tahun 1959 Food and Drug
Administration (FDA) melarang inhaler Benzedrine dan membatasi amfetamin
untuk resep dokter saja.

Di Indonesia, penggunaan amfetamin sudah dikenal sejak lama. Ditengarai


metamfetamin dibawa oleh para tentara Jepang ke Indonesia pada saat PD II,
sehingga dari sanalah nama sabu-sabu berasal.

Bahan Tutorial CPH

Tujuan penggunaan medikasi:

anak-anak dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

penderita narkolepsia

obesitas karena efeknya yang meningkatkan konsentrasi dan menurunkan nafsu


makan.

Tujuan lain: digunakan oleh pekerja di bidang hiburan dan diskotik untuk meningkatkan
performa mereka dan dipakai untuk tujuan rekreasional.
Jenis amfetamin, yaitu:
a) laevoamfetamin (Benzedrine)
b) dextroamfetamin (Dexedrine)
c) metamfetamin (Methedrine)
Sediaan:
Biasanya dalam bentuk bubuk putih yang tidak berbau, rasanya pahit, larut dalam
air dan sedikit larut dalam alkohol, kecuali metamfetamin yang dapat larut dalam
keduanya. Di pasar gelap warnanya bisa bermacam-macam seperti merah, oren, ungu,
hijau, dan coklat tergantung bahan pencampurnya.
Cara penggunaan:
Amfetamin dapat dipakai dengan cara dihirup uapnya, ditelan, suntik intravena
dan bisa juga dengan menyedot melalui lubang hidung (snorting).
Peredaran:
Derivat amfetamin yang paling banyak disalahgunakan adalah 3,4 metilen-di-oksi
met-amfetamin (MDMA) dan met-amfetamin. MDMA dikenal sebagai ecstasy, Inex,
yuppie drug, hug drug, Adam dan XTC. Sementara metamfetamin di Indonesia lebih
dikenal sebagai sabu-sabu, ss, ubas, usab-usab atau ice dan crystal meth di luar negeri.
2.

Gejala intoksikasi amfetamin:


Pengaruh amfetamin terhadap pengguna bergantung pada:
o jenis amfetamin
o jumlah yang digunakan, dan
o cara menggunakannya
Dosis amfetamin secara umum dosis rendah - sedang adalah 5-50 mg (oral)

Bahan Tutorial CPH

dosis tinggi adalah lebih dari 100 mg (intravena)


(Kecuali untuk dektroamfetamin yang mempunyai 3-4 kali
potensi amfetamin)
Gejala dari dosis kecil semua jenis amfetamin:
menaikkan tekanan darah
mempercepat denyut nadi
melebarkan bronkus
meningkatkan kewaspadaan
menimbulkan euphoria
menghilangkan kantuk
mudah terpacu
menghilangkan rasa lelah dan rasa lapar
meningkatkan aktivitas motorik, banyak bicara, dan merasa kuat.
gangguan deksteritas dan keterampilan motorik halus (walaupun penampilan
motorik meningkat)
Gejala dari dosis sedang (20-50 mg) semua jenis amfetamin:
menstimulasi pernapasan
menimbulkan tremor ringan, gelisah
meningkatkan aktivitas motorik
insomnia, agitasi,
mencegah lelah
menekan nafsu makan
menghilangkan kantuk
mengurangi tidur
Gejala penggunaan amfetamin berjangka waktu lama dengan dosis tinggi:
menimbulkan perilaku stereotipikal, yaitu perbuatan yang diulang terus menerus
tanpa mempunyai tujuan
tiba-tiba agresif melakukan tindak kekerasan

Bahan Tutorial CPH

waham curiga
anoreksia yang berat
Gejala penggunaan metamfetamin berulang kali dengan dosis tinggi:
perilaku kekerasan
psikosis paranoid dengan waham mirip skizofrenia paranoid.
perubahan pola tidur, fungsi seksual
depresi
gangguan motorik
Gejala putus obat amfetamin:
berlangsung selama beberapa jam atau beberapa hari setelah pemberhentian atau
pengurangan penggunaan amfetamin dalam jangka panjang dan berat (kriteria A dan B).
Gejala putus obat pada umumnya berlawanan dengan gejala yang terjadi pada saat
intoksikasi:
mood disforik
dua atau lebih perubahan fisiologis berikut:
o lelah
o mimpi buruk
o insomnia atau hipersomnia
o meningkatnya nafsu makan
o

mundurnya psikomotor atau agitasi

Dengan ketentuan: Gejala diatas menyebabkan gangguan pada sosial,


pekerjaan, dan fungsi-fungsi lainnya. Gejala tersebut tidak boleh dikarenakan
oleh kondisi medis umum dan tidak disebabkan oleh gangguan mental
lainnya.
Gejala seperti crashing kadang mengikuti episode yang intens, penggunaan
dosis tinggi. Crash dicirikan dengan perasaan bosan dan depresi, secara umum,
membutuhkan waktu beberapa hari untuk istirahat dan penyembuhan

Bahan Tutorial CPH

Menurunnya berat badan terjadi pada pemakaian dosis tinggi, dan meningkatnya
nafsu makan menyebabkan meningkatnya berat badan saat terjadi gejala putus
obat
Gejala depresi dapat berlangsung selama beberapa hari bahkan minggu dan dapat
muncul adanya ide bunuh diri.
Kebanyakan orang yang ketergantungan amfetamin, pada suatu saat dalam hidup
nya, mereka merasakan adanya gejala putus obat dan toleransi.
Gejala overdosis akut amfetamin:

3.

kejang

hipetermia

hipertensi

psikosis/halusinasi

takikardia

stroke dan kematian

Mekanisme kerja amfetamin


Amfetamin => analog dengan epinefrin; agonis katekolamin.
Struktur amfetamin mirip dengan katekolamin endogen, antara lain: epinefrin,
norepinefrin, dan dopamine.
Penggunaan amfetamin dengan cara injeksi sensasi lari atau orgasme sebelum efek
intoksikasi muncul.
Farmakokinetik :
Absorbsi amfetamin pada mukosa GIT, nasofaring, trakeobronkus, dan vagina
baik. Pada penggunaan secara injeksi efeknya akan terjadi hanya dalam hitungan
detik dan akan langsung menuju ke otak, sedangkan pada penggunaan inhalasi
maka amfetamin akan berkondensasi di paru kemudian akan menuju ke pembuluh
darah dengan cepat. Plasma puncak akan tercapai 1 3 jam kemudian.
Metabolisme terjadi di hati dengan mengadakan degenerasi luas dan menghasilkan
metabolit yang masih memiliki efek farmako. Eksresi melalui urin adalah sebesar
30%.
Farmakodinamik :
Amfetamin memiliki efek simpatomimetik secara tidak langsung pada sentral
dan perifer. Efek adrenergic alfa dan beta terjadi oleh karena keluarnya
neurotransmitter pada daerah prasinaps. Selain itu terjadi pula penghalangan re-

Bahan Tutorial CPH

uptake katekolamin daerah presinap dan inhibisi aktivitas

MAO

yang

mengakibatkan konsentrasi neurotransmiter meningkat.


1. Otak (sentral)
Pada penelitian dengan menggunakan dosis tinggi pada kera selama 3 6 bulan,
pada daerah korteks frontal, hipotalamus, otak tengah, medulla, dan spons terjadi
penurunan norepinefrin dan bahkan menghilang. Sedangkan dopamin menurun
hanya pada darah diertai penurunan serotonin. Monitoring selama 1 tahun
kemudian menunjukkan hilangnya neuron neuron esensial disertai peningkatan
sel glia satelit.
2. Perifer
Efek patofisiologis perifer terjadi pada jantung dimana serotonin mempengaruhi
miokardium jantung sehingga dapat terjadi aritmia jantung. Dikatakan juga suhu
yang diatur oleh hipotalamus anterior sebagai bagian dari proses patofisiologi
amfetamin merupakan penyebab mortalitas terbesar akibat intoksikasi yang
terjadi melalui hiperpireksia.

Bahan Tutorial CPH

Amfetamin menyebabkan:

pelepasan norepinefrin, dopamin, dan serotonin (tidak


terlalu kuat) dari neuron prasinaps

menghambat sistem MAO pada neuron prasinaps

menghambat re-uptake norepinefrin dan dopamin

peningkatan aktivitas
neuron dopaminergik
dan adrenergik
pascasinaps
regio medial forebrain peningkatan norepinefrin euforia dan peningkatan libido
sistem ARAS peningkatan aktivitas motorik dan kelelahan menurun
kumpulan neuron dopaminergik skizofrenia dan psikosis

Amfetamin berpengaruh pada neurotransmitter lain,


seperti b, substansi P, opioida endogen, dan GABA

perubahan metabolisme dan aliran


darah dalam otak

prefrontal
frontal
temporal
subkortikal

stimulasi
euforia

Bahan Tutorial CPH

Penggunaan amfetamin secara berulang dalam waktu lama akan menyebabkan


berkurangnya cadangan katekolamin (prekursor norepinefrin maupun dopamin). Neuron
membutuhkan waktu beberapa hari untuk memproduksi katekolamin. Selama masa
adaptasi produksi katekolamin itu pasien mengalami depresi.
Amfetamin dimetabolisasi di hepar dan diekskresi dalam bentuk aslinya atau
dalam bentuk metabolitnya, Kecepatan eliminasi amfetamin bergantung pH air seni.
Semakin kecil pH, semakin besar kadar amfetamin yang dieksresikan dalam bentuk yang
tidak berubah. Pada pH yang tinggi, metabolisme amfetamin dalam hepar berlangsung
lebih lama.
4.

Diagnosis penggunaan amfetamin


Anamnesis
~Autoanamnesis
1) Identitas: Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, agama,
etnik, status perkawinan, anak nomor berapa dari orang tuanya, ayah/ibu
2) Mengenai zat aktifnya :
- Zat psikoaktif apa yang pernah di konsumsi?
- Sejak umur berapa penggunaannya?
- Zat psikoaktif apa yang dikonsumsi selama 1 tahun terakhir?
- Zat psikoaktif apa yang dikonsumsi selama 1 bulan terakhir?
- Bila dalam 1 bulan terakhir mengkonsumsi suatu zat psikoaktif, kapan
terakhir kali penggunaannya?
- Berapa kali setiap hari mengkonsumsi zat psikoaktif tersebut?
- Dosis zat psikoaktif tersebut digunakan
- Cara mengkonsumsi zat tersebut
- Alasan menggunakan pertama kali
- Alasan mengapa terus menerus menggunakan zat tersebut
- Khasiat apa yang didapat dari mengkonsumsi zat tersebut
- Pengaruh yang tidak disukai dari zat tersebut
~Aloanamnesis

Bahan Tutorial CPH

Perubahan pola tidur


Apakah sering bepergian tanpa alasan yang jelas?
Sering absen dari sekolah atau pelajaran?
Apakah sifatnya berubah?
Apakah sering meminta uang tanpa tujan yang tidak jelas?
Apakah sering berbohong?
Apakah lebih sering menyendiri di dalam kamar?
Apakah lebih sering masuk kamar mandi dalam waktu yang lebih lama dari

biasanya?
- Apakah takut ruangan dingin?
- Apakah pernah menemukan barang-barang seperti suntikan, botol plastik yang
berlubang, kertas timah berkas bungkus rokok, dan barang-barang mencurigakan
lainnya?
- Bagaimana riwayat tumbuh kembang anak? Ciri-ciri masa remaja dan kanakkanak?
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
Kesadaran

Hasil
Somnolen

Keterangan
Putus amfetamin

Sopor Koma

Kelebihan dosis

Berkabut

Intoksikasi amfetamin

Denyut nadi

Naik

Intoksikasi amfetamin

Suhu badan

Naik

Penggunaan amfetamin

Tekanan darah

Naik

Penggunaan amfetamin

Mata

Konjungtiva pucat

Penggunaan amfetamin

Pupil dilatasi dan reaktif

Penggunaan amfetamin

Mulut

Kering

Penggunaan amfetamin

Jantung

Takikardia

Intoksikasi amfetamin

Kulit

Semu merah dimuka

Penggunaan amfetamin

Sianosis

Intoksikasi amfetamin

Banyak keringat

Intoksiaksi amfetamin

Needle track

Sesekali

pada

penggunaan

amfetamin
Saraf motorik

Termor halus

Intoksikasi amfetamin

Reflex

Hiperrefleksi

Penggunaan amfetamin

Bahan Tutorial CPH

Pemeriksaan Psikiatrik
Akan didapatkan hal-hal sebagai berikut:
~Pengguna Amfetamin:
o Gelisah
~Intoksikasi Amfetamin:
o
o
o
o
o
o

Agitatif
Agresif
Euforia
Banyak bicara
Waham
Halusinasi

~Putus Amfetamin:
o Depresi
o Apatis
Pemeriksaan Laboratorium
-

Pemeriksaan air seni


Air seni sebaiknya diambil kurang dari 49 jam, karena banyak zat psikoaktif yang
tidak terdekteksi setelah 48 jam. Beberapa teknik pemeriksaan adalah paper
chromatography, thin layer chromatography (TLC), gas chromatography (GC),
enzyme immunoassay, atau high power TLC (HP-TLC)

Apabila pasien menggunakan jarum suntik untuk mengkonsumsi zat:


Tes hepatitis B atau C
Tes HIV
Atas indikasi khusus:

Darah rutin
Kimia darah
Tes fungsi hati
Tes fungsi ginjal

5. Kriteria Diagnosis Menurut ICD-10


F15.0 Intoksikasi Akut Stimulan lain termasuk Kafein
A. Harus memenuhi kriteria umum intoksikasi akut
- Bukti nyata baru saja mengkonsumsi zat psikoaktif dalam dosis tinggi
sehingga menimbulkan intoksikasi
- Harus ada gejala dan keluhan intoksikasi sesuai zat yang digunakan
- Tidak ada gangguan medis yang menyebabkan gejala itu muncul
B. Ada 1 atau lebih dari gejala:
- Euforia atau kekuatan fisik bertambah
- Kewaspadaan berlebih
- Keyakinan
- Marah-marah atau agresif
- Suka berdebat
- Suasana perasaaan yang labil
- Perilaku yang diulang-ulang
- Ilusi pendengaran, penglihatan, atau perabaan
- Halusinasi, biasanya tanpa gangguan orientasi
- Ide paranoid
- Interferensi fungsi personal
C. Paling sedikit ada 2 dari gejala
- Denyut jantung cepat (kadang-kadang lambat)
- Denyut tidak teratur
- Tekanan darah tinggi (kadang-kadang rendah)
- Berkeringat dan menggigil
- Mual atau muntah
- Berat badan berkurang
- Pupil melebar
- Agitasui atau retradasi psikomotor
- Kelemahan otot
- Nyeri dada
- Kejang
F15.3 Keadaan Putus Stimulan Lain, termasuk Kafein
A. Harus memenuhi kriteria umum keadaan putus zat
- Bukti nyata bahwa akhir-akhir ini mengurangi atau menghentikan
penggunaa zat psikoaktif
- Harus ada gejala dan keluhan intoksikasi sesuai zat yang digunakan
- Tidak ada gangguan medis yang menyebkan gejala itu muncul
B. Terdapat suasana disforia
C. Ada 2 atau lebih dari gejala:
- Lesu dan letih
- Hambatan psikomotor atau agitasi
- Keinginan kuat untuk mengkonsumsi zat stimulan
- Nafsu makan bertambah
- Insomnia atau hipersomnia
- Mimpi bizarre atau tidak menyenangkan

17

Kriteria Diagnosis Menurut DSM-IV


A. Intoksikasi amfetamin
Dikatakan sebagai intoksikasi apabila akhir- akhir ini menggunakan
amfetamin atau substansi yang menyerupai amfetamin dalam kurun waktu
yang dekat. Atau secara klinis mengalami kelainan perilaku yang signifikan
yang berkembang sellama, segera setelah, penggunaan amfetamin atau
substansi yang menyerupai amfetamin.
Dua atau lebih dari tanda-tanda berikut, muncul selama, atau segera setelah
penggunaan amfetamin atau substansi lain yang menyerupai amfetamin:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Tachycardia atau bradycardia


Dilatasi pupil
Peningkatan atau penurunan tekanan darah
Menggigil
Mual atau muntah
Adanya bukti dari penurunan berat badan
Agitasi atau retardasi psychomotor
Lemah otot, depresi sistem pernafasan, nyeri dada, atau aritmia jantung
Linglung, kejang, dyskinesia, dystonia, koma

Dan gejala- gejala yang timbul tidak dikarenakan karena kondinisi medis
umum.
B. Gejala putus zat amfetamin
Pengurangan dari penggunaan amfetamin setelah penggunaan yang lama dan
berat. Terdapat disforia dan dua atau lebih dari perubahan psikologis berikut,
yang timbul setelah beberapa jam sampai beberapa hari setelah pengurangan
zat ini:
1.
2.
3.
4.
5.

Lemah
Mimpi yang tidak menyenangkan, dan buram
Insomnia atau hypersomnia
Nafsu makan yang meningkat
Retardasi atau agitasi psikomotor

Perlu dicatat bahwa gejala- gejala di atas harus menyebabkan adanya


kerusakan dalam fungsi social dan fungsi- fungsi lain yang penting. Dan
gejala ini tidak dikarenankan kondisi medis lain dan tidak dihubungkan
dengan kelainan mental yang lain.
6.

Tatalaksana:

18

a. Detoksifikasi
pada keadaan intoksikasi:
-bila suhu tubuh tinggi beri air dingin, kompres, minum
-bila kejang beri diazepam
-bila tekanan darah tinggi beri antihipertensi ( blocker)
-bila timbul gejala psikosis beri antipsikosis (haloperidol)
pada keadaan putus zat/withdrawal:
-rawat pasien di tempat yang tenang
-cukup makan, minum, dan istirahat
-bila ada ide bunuh diri/depresi beri anti-depressan
pada keadaan overdosis:
-cek tanda-tanda vital (denyut nadi, tekanan darah, respirasi, dan suhu
tubuh)
-jaga airway/jalur pernapasan
-pemeriksaan fisik
-pemasangan infus
-pemeriksaan lab (periksa toksikologi pada darah dan urin)
-simptomatik
b. Rehabilitasi pasca-detoksifikasi dan after care
-rehabilitasi di tempat yang menampung masalah ketergantungan zat
(RSKO, BNN)
-diberikan konseling, edukasi
-diberikan ketrampilan life skills, komunikasi
-harm reduction: penanggulangan HIV/AIDS, Hepatitis B dan C, metode
substitusi, pembagian jarum suntik steril
-pemulihan adiksi berbasis masyarakat
7. Prognosis dan Komplikasi dari gejala penggunaan amfetamin
Pasien yang menggunakan zat psikoaktif dalam jangka waktu singkat dan
dalam terapi asbtinence penggunaan zat masih bisa bertahan dengan baik
memiliki prognosis yang baik untuk sembuh. Sedangkan pasien yang dalam

19

tatalaksananya menggunakan substitusi zat, diperlukan jangka waktu yang lama


untuk sembuh.
Pasien yang mengalami ketergantungan zat psikoaktif yang sudah kronis atau
bertahun-tahun, maka dalam masa penyembuhan dari masalah ketergantungan zat
psikoaktif masih ada kemungkinan terjadinya relaps/kekambuhan untuk kembali
menggunakan zat psikoaktif tersebut.
Pada pasien yang terdapat dual diagnosis, yaitu ada gejala psikosis dan masalah
ketergantungan zat psikoaktif yang tidak saling mendasari satu sama lain, maka
kemungkinan untuk sembuh sangat kecil dan cenderung relaps. Oleh karena itu
perlu adanya tatalaksana pada masalah psikosis dan masalah ketergantungan zat,
dan tatalaksana yang diberikan perlu secara terus-menerus dan dalam jangka
waktu yang panjang.
Dalam menentukan prognosis masalah ketergantungan zat psikoaktif harus
dilihat dari 3 faktor yang mendasari:
1. Faktor individu
2. Faktor lingkungan
3. Faktor zat psikoaktif
Komplikasi berhubungan dengan keadaan overdosis (OD), dapat menyebabkan
kematian.
8.

Hubungan psikosis penggunaan amfetamin jangka panjang


Efek penggunaan jangka panjang bisa menimbulkan kondisi yang disebut
dengan amfetamin psikosis. Gangguan mental ini sangat mirip sekali dengan
paranoid schizophrenia. Efek psikosis ini juga bisa muncul pada penggunaan
jangka pendek dengan dosis yang besar. Kondisi psikosis inilah yang tidak
disadari oleh kebanyakan pengguna amfetamin. Karena efeknya baru muncul
jangka panjang maka sering kali efek ini disalah artikan. Pengalaman dari
negara-negara lain yang sudah lebih lama muncul penggunaan amfetamin, telah
banyak korban dengan gangguan psikosis atau gangguan kejiwaan yang parah.
5-12 % pengguna amfetamin dapat mengalami halusinasi.
Halusinasi auditorik dan visual adalah halusinasi tersering yang ditemukan pada
pengguna amfetamin.

20

Dual diagnosis adalah diagnosis yang ditegakkan apabila terdapat bukti


adanya
1. Penggunaan zat psikoaktif
2. Gangguan psikosis
Dan diantara keduanya tidak ada hubungan sebab akibat yang mendasarinya
satu sama lain. Perlu dilihat kapan gangguan psikosis yang dialami oleh pasien
muncul, apakah saat menggunakan obat saja, atau sejak sebelum menggunakan
obat pun sudah ada gangguan psikosis tersebut, juga perlu dilihat, apakah
gangguan psikosis yang timbul dapat hilang saat penggunaan obat dihentikan.

DAFTAR PUSTAKA
ICD 10, WHO
DSM IV. American Psychriatic Association
Joewana, Satya (2004). Gangguan Mental dan Perilaku akibat Penggunaan Zat
Psikoaktif : Penyalahgunaan NAPZA/Narkoba. Jakarta: EGC.

A. TOKSISITAS AMFETAMIN
Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang racun. Pengertian lain yaitu
semua subtansi yang digunakan, dibuat, atau hasil dari suatu formulasi dan produk
sampingan yang masuk ke lingkungan dan punyakemampuan untuk menimbulkan
pengaruh negative bagi manusia. Keracunan dapat ditimbulkan oleh zat kimia ( zat
industri, obat, kosmetik, BTM), insektisida,tumbuhan ( jamur), dan hewan (bisa
ular/lebah).
Bentuk toksisitas :

21

a. Toksisitas fisika : dermatitis, kulit kering, kulit pecah, iritasi, demam dll. Yang
disebabkan oleh radiasi
b. Toksisitas kimia : disebabkan oleh asam kuat, logam merkuri, dll.
c. Toksisitas fisiologis : yang mempengaruhi ensim dalam metabolisme.
Semua zat adalah racun yang tegantung dari dosis dan lama kontak. Zat bersifat
racun yang berada dalam tubuh belum tentu bersifat racun karena sangattergantung dari
kadar zat tersebut dalam tubuh. Konsentrasi zat yang kontak dalam waktu lamam dan
tidak menimbulkan efek toksik disebut ambang batas.
Keracunan akut terjadi segera disebabkan logam, insektisida, obat dll.
Keracunan kronis terjadi dalam waktu lama dan terjadi penimbunan dalam
tubuh. Keracunan kronis dapat menyebabkan kanker,mutagenic, kerusakan
organ,dll.
Amfetamin adalah kelompok obat psikoaktif sintetis yang disebut system saraf
pusat (SSP) stimulant.Amfetamin merupakan satu jenis narkoba yang dibuat secara
sintetis dan kini terkenal di wilayah Asia Tenggara.Amfetamin dapat berupa bubuk
putih, kuning, maupun coklat, atau bubuk putihkristal kecil. Senyawa ini memiliki nama
kimia - methylphenethylamine merupakan suatu senyawa yang telah digunakan secara
terapetik untuk mengatasi obesitas, attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD),
dan narkolepsi.
Amfetamin meningkatkan pelepasan katekolamin yang mengakibatkan jumlah
neurotransmiter golongan monoamine (dopamin, norepinefrin, dan serotonin) darisaraf
pra-sinapsis meningkat. Amfetamin memiliki banyak efek stimulant diantaranya
meningkatkan aktivitas dan gairah hidup, menurunkan rasa lelah,meningkatkanmood,
meningkatkan konsentrasi, menekan nafsu makan, dan menurunkan keinginan untuk
tidur.

Akan

tetapi,

dalam

keadaan

overdosis,

efek-efek

tersebut

menjadi

berlebihan.Secara klinis, efek amfetamin sangat mirip dengan kokain, tetapi amfetamin
memiliki waktu paruh lebih panjang dibandingkan dengan kokain (waktu paruh
amfetamin 10 15 jam) dan durasi yang memberikanefek euforianya 4 8 kali lebih
lama dibandingkan kokain.
Hal ini disebabkan oleh stimulator-stimulator tersebut mengaktivasi reserve
powers yang ada di dalam tubuh manusia dan ketika efek yang ditimbulkan oleh
amfetamin melemah, tubuh memberikan signal bahwa tubuh membutuhkan senyawa
-senyawa itu lagi.

22

Berdasarkan ICD-10 (The International Statistical Classification of Diseases


and Related Health Problems), kelainan mental dan tingkah laku yang disebabkanoleh
amfetamin diklasifikasikan ke dalam golongan F15 (Amfetamin yang menyebabkan
ketergantungan psikologis).
Cara yang paling umum dalam menggunakan amfetamin adalah dihirup melalui
tabung. Zat tersebut mempunyai mempunyai beberapa nama lain: ATS,SS, ubas, ice,
Shabu, Speed, Glass, Quartz, Hirropon dan lain sebagainya.
Amfetamin terdiri dari dua senyawa yang berbeda yaitu dextroamphetamine
murni

and

pure

dextroamphetamine

levoamphetamine
ismore

potent

dan
than

levoamphetamine
levoamphetamine

murni.Since
pure

.Karena

dextroamphetamine lebih kuat dari pada levoamphetamine, dextroamphetamine juga


lebih kuat dari pada campuran amfetamin.Amfetamin dapat membuat seseorang merasa
energik. Efek amfetamin termasuk rasa kesejahteraan, dan membuat seseorang merasa
lebih percaya diri.Perasaan ini bisa bertahan sampai 12 jam, dan beberapa orang terus
menggunakan untuk menghindari turun dari obat .Obat-obat yang termasuk ke dalam
golongan

amfetamin

adalah:

Amfetamin,

Metamfetamin

dan

Metilendioksimetamfetamin (MDMA,ecstasy atau Adam).


Amfetamin bisa disalah gunakan selama bertahun-tahun atau digunakan
sewaktu-waktu.Bisa terjadi ketergantungan fisik maupun ketergantungan psikis.Dulu
ketergantungan terhadap amfetamin timbul jika obat ini diresepkan untuk menurunkan
berat badan, tetapi sekarang penyalahgunaan amfetamin terjadi karena penyaluran obat
yang ilegal.Beberapa amfetamin tidak digunakan untuk keperluan medis dan beberapa
lainnya dibuatdan digunakan secara ilegal.Di AS, yang paling banyak disalahgunakan
adalah metamfetamin.Penyalahgunaan MDMA sebelumnya tersebar luas di Eropa, dan
sekarang telah mencapaiAS. Setelah menelan obat ini, pemakai seringkali pergi ke
disko untuk triping. MDMA mempengaruhi penyerapan ulang serotonin (salah satu
penghantar saraf tubuh)di otak dan diduga menjadi racun bagi sistim saraf.
GEJALA AMFETAMIN
Amfetamin meningkatkan kesiagaan (mengurangi kelelahan), menambah
dayakonsentrasi, menurunkan nafsu makan dan memperkuat penampilan fisik.Obat ini
menimbulkan

perasaan

nyaman

atau

Euphoria

(perasaan

senang

yang

berlebihan).Beberapa pecandu amfetamin adalah penderita depresi dan mereka

23

menggunakan efek peningkat-suasana hati dari amfetamin untuk mengurangi


depresinya sementara waktu.Pada atlet pelari, amfetamin bisa memperbaiki penampilan
fisik, perbedaan sepersekiandetik bisa menentukan siapa yang menjadi juara.Para
pengemudi truk jarak jauh menggunakan amfetamin supaya mereka tetap terjaga.Selain
merangsang

otak,

amfetamin

juga

meningkatkan

tekanan

darah

dan

denyut jantung.Pernah terjadi serangan jantung yang berakibat fatal, bahkan pada atlet
muda yang sehat.Tekanan darah bisa sedemikian tinggi sehingga pembuluh darah di
otak bisa pecah,menyebabkan strokedan kemungkinan menyebabkan kelumpuhan dan
kematian.Kematian lebih mungkin terjadi jika MDMA digunakan dalam ruangan hangat
denganventilasiyang kurang, pemakai sangat aktif secara fisik (misalnya menari dengan
cepat)- pemakai berkeringat banyak dan tidak minum sejumlah cairan yang cukup
untuk menggantikan hilangnya cairan.Orang yang memiliki kebiasaan menggunakan
amfetamin beberapa kali sehari, dengan segera akan mengalami toleransi. Jumlah yang
digunakan pada akhirnya akan meningkat sampai beberapa ratus kali dosisawal.Pada
dosis tertentu, hampir semua pecandu menjadi psikostik, karena amfetamin
dapatmenyebabkan kecemasan hebat,Paranoia dan gangguan pengertian terhadap
kenyataanhidup.Reaksi psikotik meliputi halusinasi dengar dan lihat (melihat dan
mendengar benda yang sebenarnya tidak ada) dan merasa sangat berkuasa.Efek tersebut
bisa terjadi pada siapa saja, tetapi yang lebih rentan adalah penggunadengan kelainan
psikiatrik (misalnya skizofrenia).
EFEK AMFETAMIN
Efek yang ditimbulkan Amphetamine tipikal digunakan untuk meningkatkan
daya kerjadan untuk menginduksi perasaan euforik.Amphetamine merupakan zat yang
adiktif.
Gejala Intoksikasi (keracunan) Sindromaintoksikasi amfetamin serupa dengan
intoksikasi kokain, yaitu Takikardia Dilatasi pupilPeninggian atau penurunan tekanan
darah Berkeringat atau menggigil Mual dan muntah, Penurunan berat badan Agitasi atau
retardasi psikomotor. kelemahan otot, depresi pernapasan, nyeri dada, aritmia jantung
konfusi, kejang, diskinesia, distonia, koma gejala putus obat kecemasan gemetar mood
disforik letargi fatigue mimpi yang menakutkan nyeri kepala berkeringat banyak kram
otot dan lambung rasa lapar yang tidak pernah kenyang

24

Halusinogen disebut sebagai psikodelik atau psikotomimetik, karena disamping


menyebabkan halusinasi juga menyebabkan hilangnyakontak dengan realitas dan suatu
perluasan serta peninggian kesadaran.Ketergantungan halusinogen Pemakaian jangka
panjang jarang terjadi. Tidak terdapatadiksi fisik, namun demikian adiksi psikologis
dapat terjadi walaupun jarang.Hal inidisebabkan karena pengalaman menggunakan LSD
berbeda-beda dan karena tidak terdapat euforia seperti yang dibayangkan.
Gejala Intoksikasi Perilaku maladaptif (kecemasan, paranoid, gangguan dalam
pertimbangan, dsb) Perubahan persepsi (depersonalisasi, ilusi, direalisasi, halusinasi,dsb
) Dilatasi pupil Takikardia BerkeringatPalpitasi Pandangan kabur Tremor Inkoordinasi
PHENCYCLIDINE (PCP). Phencyclidien adalah golongan arylcyclohexylamine yang
paling sering disalahgunakan.PCP dikembangkan dan diklasifokasikan sebagai anestetik
disosiatif; tetapi penggunaannya sebagai anestetik pada manusia disertai dengan
disorientasi, agitasi,
delirium dan halusinai yang tidak menyenangkan saat terbangun.
Karena alasan tersebutPCP tidak lagi digunakan sebagai anestetik pada
manusia.Dibeberapa negara digunakansebagai anestetik dalam kedokteran hewan.
Nama populer dari PCP adalah : Angel dust,crystal, peace, supergrass (jika dibubuhi
padarokokganja), hog, rocket fuel, dan horsetranquilizer.Efek yang ditimbulkan dan
Gejala Klinis Efek PCP adalah mirip dengan efek halusinogen seperti lysergic acid
diethylamide (LSD); tetapi karena farmakologi yang berbeda dan adanya efek klinis
yang berbeda diklasifikasikan sebagai kategori obat yang berbeda.
Ketergantungan

secara

fisik

jarang

ditemui,

tetapi

ketergantungan

secara psikologis sering dialami oleh pengguna PCP. Orang yang baru saja
menggunakan PCPseringkali menampilkan gejala yaitu Menjadi tidak komunikatif,
tampak pelupa dan fantasi yang aktif tempo yang cepat Euforia badan yang hangat rasa
geli dan sensasi melayang penuh kedamaian perasaan depersonalisasi isolasi dan
menjauhkan diri dari orang lain halusinasi visual dan auditoris gangguan persepsi
tempat dan waktu perubahan citra tubuh yang mencolok konfusi dan disorganisasi
pikiran kecemasan menjadi simpatik, bersosialisasi dan suka bicara pada suatu saat dan
bersikap bermusuhan pada waktu lainnya hipertensi, nistigamus dan hipertermia
melakukan gerakan memutar kepala,menghentak, menyeringai kekakuan otot muntah
berulang bicara dan menyanyi berulang lekas marah, paranoid suka berkelahi dan

25

menyerang secara irasional bunuhdiri atau membunuh delirium gangguan psikotik


gangguan mood gangguan kecemasan
SEDATIF, HIPNOTIK ATAU ANSIOLITIK
Sedatif adalah obat yang menurunkanketegangan subyektif dan menginduksi
ketenangan mental. Istilah "sedatif"sesungguhnya adalah sama dengan dengan istilah
"ansiolitik", yaitu obat yangmenurunkan kecemasan. Hipnotik adalah obat yang
menginduksi tidur.Jika sedatif danansiolitik diberikan dalam dosis tinggi, obat tersebut
dapat menginduksi tidur sepertiyang disebabkan oleh hipnotik. Sebaliknya jika hipnotik
diberikan dalam dosis rendah ,obat dapat menginduksi sedasi pada siang hari seperti
yang disebabkan oleh sedatif atauansiolitik.
Di dalam literatur lama, sedatif, ansiolitik dan hipnotik dikelompokkan bersama
sama

sebagai

tranquilizer

minor.Jenis

obatobatan

yang

tergolong

kelompok

sedatifhipnotik atau ansiolitik adalah 5 benzodiazepin, seperti : Diazapam (Valium)


Barbiturat contoh secobarbital (Seconal)Qualone (Quaalude) Mepobramate (Equanil)
Dana

glutethimide

(Doriden).Obatobatan

ini

sebenarnya

diresepkan

sebagai

antipireptik, pelemas otot, anestetik, danadjuvan anestetik. Semua obat didalam kelas ini
dan alkohol memiliki toleransi silangdan efeknya adalah adiktif.Ketergantungan fisik
dan psikologis berkembang terhadapsemua obat-obatan ini, dan semuanya disertai
gejala putus obat.
Zat Adiktif lainBeberapa jenis zat adiktif lain :
1. INHALANSIA
Zat inhalan tersedia secara legal, tidak mahal dan mudah didapatkan.Oleh sebab
itu banyak dijtemukan digunakan olehkalangan sosial ekonomi rendah. Contoh spesifik
dari inhalan adalah bensin, vernis,cairan pemantik api, lem, semen karet, cairan
pembersih, cat semprot, semir sepatu,cairan koreksi mesin tik (tipEx), perekat kayu,
bahan pembakar aerosol, pengencer cat.Inhalan biasanya dilepaskan ke dalam paruparu
dengan menggunakan suatu tabung.
Gambaran Klinis Dalam dosis awal yang kecil inhalan dapat menginhibisi
danmenyebabkan

perasaan

euforia,

kegembiraan,

dan

sensasi

mengambang

yangmenyenangkan. Gejala psikologis lain pada dosis tinggi dapat berupa rasa
ketakutan,ilusi sensorik, halusinasi auditoris dan visual dan distorsi ukuran tubuh.

26

Gejalaneurologis dapat termasuk bicara yang tidak jelas (menggumam, penurunan


kecepatan bicara, dan ataksia) .
Penggunaan dalam waktu lama dapat menyebabkan iritabilitas,labilitas emosi
dan gangguan ingatan. Sindroma putus inhalan tidak sering terjadi,kalaupun ada muncul
dalam bentuk susah tidur, iritabilitas, kegugupan, berkeringat,mual, muntah, takikardia,
dan kadangkadang disertai waham dan halusinasi. Efek yangmerugikan Efek merugikan
yang paling serius adalah kematian yang disebabkan karenadepresi pernafasan, aritmia
jantung, asfiksiasi, aspirasi muntah atau kecelakaan ataucedera.Penggunaan inhalan
dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakanhati dan ginjal yang ireversibel
dan kerusakan otot yang permanen.
2. KAFEIN
Kafein, paling sering ditemukan dalam bentuk kopi dan teh, adalah zat
psikoaktif yang palingluas digunakan.Kafein dapat bertindak sebagai pendorong yang
positif, namun dapatmenimbulkan ketergantungan psikologis.

PENGOBATAN
Gejala yang berlawanan dengan efek amfetamin terjadi jika amfetamin secara
tiba-tiba dihentikan penggunannya.Pengguna akan menjadi lelah atau mengantuk, yang
bisa berlangsung selama 2-3 harisetelah penggunaan obat dihentikan.Beberapa
pengguna sangat cemas dan gelisah.Pengguna yang juga menderita depresi bisa menjadi
lebih depresi jika obat ini berhentidigunakan.Mereka menjadi cenderung ingin bunuh
diri, tetapi selama beberapa hari merekamengalami kekurangan tenaga untuk melakukan
usaha bunuh diri.Karena itu pengguna menahun perlu dirawat di rumah sakit selama
timbulnya gejala putus obat.Pada pengguna yang mengalami delusi dan halusinasi bisa
diberikan obat anti-psikosa(misalnya klorpromazin), yang akan memberikan efek
menenangkan dan mengurangiketegangan.Tetapi obat anti-psikosa bisa sangat
menurunkan tekanan darah.Biasanya lingkungan yang tenang dan mendukung bisa
membantu pemulihan penggunaamfetamin.

27

1. Jelaskan mekanisme kerja yang mendasari efek farmakologi amfetamin


Jawaban :
Sistem saraf utama yang dipengaruhi oleh amfetamin sebagian besar terlibat
dalam sirkuit otak.Selain itu, neurotransmiter yang terlibat dalam jalur berbagai
hal penting di otak tampaknya menjadi target utama dari amfetamin. Salah satu
neurotransmiter tersebut adalah dopamin, sebuah pembawa pesan kimia sangat
aktif dalam mesolimbic dan mesocortical jalur imbalan. Tidak mengherankan,
anatomi komponen jalur tersebut-termasuk striatum, yang nucleus accumbens,
dan ventralstriatum telah ditemukan untuk menjadi situs utama dari tindakan
amfetamin. Fakta bahwa amfetamin mempengaruhi aktivitas neurotransmitter
khusus di daerah terlibat dalam memberikan wawasan tentang konsekuensi
perilaku obat, seperti timbulnya stereotip euforia. Amphetamine telah ditemukan
memiliki beberapa analog endogen,yaitu molekul struktur serupa yang
ditemukan secara alami di otak. l-Fenilalanin dan - phenethylamine adalah dua
contoh, yang terbentuk dalam sistem saraf perifer serta dalam otak itu sendiri.
Molekul-molekul ini berpikir untuk memodulasi tingkat kegembiraan dan
kewaspadaan, antara lain negara afektif terkait.
2. Factor- factor apa saja yang mempengaruhi toksisitas amfetamin
Jawaban :
Konsentrasi Obat : Umumnya kecepatan biotransformasi obat bertambah
bila konsentrasi obat meninggi. Hal ini berlaku sampai titik dimana
konsentrasi menjadi sedemikian tinggi sehingga seluruh molekul enzim
yang melakukan metabolisme berikatan terus menerus dengan obat dan

tercapai kecepatan biotransformasi yang konstan.


Fungsi Hati: Pada gangguan fungsi hati, metabolsime dapat berlangsung
lebih cepat atau lebih lambat, sehingga efek obat menjadi lebih lemah

atau lebih kuat dari yang diharapkan


Usia: Pada bayi baru lahir (neonatus) belum semua enzim hati terbentuk,
maka reaksi metabolisme obat lebih lambat (terutama pembentukan
glukoronida antara lain untuk reaksi konjugasi dengan kloramfenikol,
sulfonamida, diazepam, barbital, asetosal, petidin). Untuk menghindari
keracunan maka pemakaian obat-obat ini untuk bayi sebaiknya dihindari,
atau dikurangi dosisnya.Pada orang usia lanjut banyak proses fisiologis
telah mengalami kemunduran antara lain fungsi ginjal, enzim-enzim

28

hati, jumlah

albumin

serum

berkurang.

Hal

ini

menyebabkan

terhambatnya biotrnasformasi obat yang seringkali berakibat akumulasi

atau keracunan.
Genetik: Ada orang orang yang tidak memiliki faktor genetika tertentu
misalnya enzim untuk asetilasi sulfonamida atau INH, akibatnya

metabolisme obat-obat inilambat sekali.


Pemakaian Obat lain: Banyak obat, terutama yang bersifat lipofil (larut
lemak) dapat menstimulir pembentukan dan aktivitas enzim-enzim hati.
Hal ini disebut induksi enzim. Sebaliknya dikenal pula obat yang
menghambat atau menginaktifkan enzim hati disebut inhibisi enzim.

Neurotransmiter Eksitatorik dan Inhibitorik


Neurotransmiter
Neurotransmiter merupakan senyawa kimia pembawa pesan yang meneruskan informasi
elektrik dari sebuah neuron ke neuron lain atau sel efektor. Sifat neurotransmiter adalah
sebagai berikut:

Disintesis di neuron presinaps.


Disimpan di vesikel dalam neuron presinaps.
Dilepaskan dari neuron di bawah kondisi fisiologis.
Segera dipindahkan dari sinaps melalui uptake atau degradasi.
Berikatan dengan reseptor menghasilkan respon biologis.2

29

Gambar 1. Tahapan yang dialami neurotransmiter2

Berbagai neurotransmitter yang ditemukan di sistem saraf2


Excitatory :

Acetylcholine
Aspartate
Dopamine
Histamine
Norepinephrine
Epinephrine
Glutamate
Serotonin

Inhibitory :

GABA
Glycine

Biosintesis katekolamin (Dopamine, Norepinephrine dan Epinephrine). 2

30

1. Hidroksilasi :
Pada tahap ini reaksi melibatkan konversi tirosin, oksigen dan tetrahidrobiop
menjadi dopa dan dihidrobiopterin. Reaksi ini dikatalisis enzim tirosin hidroksilase
dan bersifar ireversibel.
2. Dekarboksilasi
Pada tahap ini enzim dekarboksilase dopa akan mengkatalisis dekarboksilasi dopa
menghasilkan dopamin. Defisiensi enzim ini akan menyebabkan penyakit
Parkinson. Reaksi ini bersifat ireversibel. Kofaktor untuk reaksi ini adalah PLP
(pyridoxalphosphate). Pada sel yang mensekresi dopamin, jalur neurotransmiter
berakhir pada tahap ini.
3. Hidroksilasi
Reaksi ini dikatalisis oleh enzim dopamine =-hydroxylase. Reaktan meliputi
dopamine, O2 dan askorbat (vitamin C). Produknya adalah norepinephrine, air dan
dehidroaskorbat. Reaksi ini bersifat ireversibel. Produk dari sel noradrenergik
adalah norepinefrin dan jalurnya berakhir di sini.
4. Metilasi
Reaksi ini dikatalisis oleh feniletanolamin N-metiltransferase. Norepinefrin dan
Sadenosilmetionin membentuk epinephrine dan S-adenosil homosistein.

Metabolisme katekolamin1,2
Metabolisme katekolamin merupakan reaksi yang kompleks. Enzim utama yang terlibat
dalam degradasi katekolamin adalah monoamine oxidase (MAO), yang mendegradasi
asam amino alifatis. MAO sendiri merupakan target penting dalam pengembangan obat.
Intermediat aldehid kemudian dioksidasi menjadi asam karboksilat yang sesuai, atau
direduksi menjadi alkohol. Monoamine oxidase ditemukan terutama di membran
mitokondria, dalam bentuk isoenzim. Enzim lain yang terlibat dalam biodegradasi
katekolamin adalah catecholamine Omethyltransferase (COMT), suatu enzim
sitoplasma yang menggunakan S-adenosyl- methionine untuk memetilasi gugus 3OH
dari katekolamin menjadi tidak aktif. Senyawa termetilasi tidak diambil lagi dalam
sinaps.

31

Biosintesis Serotonin2
Serotonin disintesis di sistem saraf pusat dan sel kromafin dari asam amino
Triptofan,
melalui dua tahapan reaksi :
1. Hidroksilasi.
Enzim yang mengkatalisis reaksi ini adalah triptofan hidroksilase. Kofaktor dalam
reaksi ini adalah tetrahidrobiopterin, yang dikonversi menjadi dihidrobiopterin.
2. Dekarboksilasi
Enzim yang mengkatalisis reaksi ini adalah hidroksitriptofan dekarboksilase.

Serotonin didegradasi melalui dua reaksi :

Oksidasi
Dehidrogenasi
Tabel 1. Biosintesis Neurotransmiter lain2
Neurotransmiter

Prekursor

Enzime

Histamin

Histidin

Histidin dekarboksilase

GABA (asam A-

Glutamat

Glutamat dekarboksilase

Arginin

Nitric oxide synthase

aminobutirat)

Oksida nitrat (NO, nitric


oxide)
Neurotransmiter Eksitatorik2
1. Asetil Kolin dan Reseptor Kolinergik

Ligan dari reseptor kolinergik adalah neurotransmiter asetilkolin (ACh).


Asetilkolin merupakan molekul ester-kolin (choline ester) yang pertama diidentifikasi
sebagai neurotansmitter. ACh dibuat di dalam susunan saraf pusat oleh saraf yang badan

32

selnya terdapat pada batang otak dan forebrain, selain itu disintesis juga dalam saraf lain
di otak. ACh beraksi pada sistem saraf otonom di perifer dan di pusat, dan merupakan
transmitter utama pada saraf motorik di neuromuscular junction pada vertebrata.
Sintesis dan degradasi ACh

ACh yang dilepas dari ujung presinaptik mengalami dua hal sebagai berikut:
1. Beraksi pada reseptornya, pada pascasinaptik dan presinaptik.
2. ACh diambil kembali (re-uptake) ke ujung presinaptik dalam bentuk hasil
metabolismenya, yaitu kolin, digunakan lagi sebagai prekursor sintesis ACh.
Proses ini dapat dihambat oleh hemikolinium yang menghambat transporter
kolin sehingga menghalangi masuknya kembali kolin ke presinaptik.
3. ACh mengalami degradasi menjadi kolin dan asetat oleh enzim kolinesterase.

Transmisi Kolinergik
Enzim-enzim yang berperan dalam sintesis dan degradasi Ach:
1. Choline Acetyltransferase (kolin asetiltransferase)
Enzim ini mengkatalisa asetilasi kolin dengan asetil koenzim A, merupakan
protein konstituen dari saraf, disintesis diantara perikarion kemudian ditransport
sepanjang akson sampai ujungnya. Transport kolin dari plasma ke saraf-saraf
dipengaruhi oleh perbedaan tinggi dan rendahnya afinitas sistem transport.
Sistem afinitas tinggi bersifat unik terhadap saraf kolinergik dan tergantung pada
kada Na+ ekstraseluler, dan bisa dihambat oleh hemikolinium.
2. Acetylcholinesterase (Asetilkolin esterase, AChE)
AChE terdapat pada saraf kolinergik. Enzim ini mempunyai dua sisi pengikatan
keduanya penting untuk degradasi ACh. Daerah anionik berfungsi untuk
pengikatan sebuah molekul ACh pada enzim. Begitu ACh terikat, reaksi
hidrolisis terjadi pada sisi aktif yang disebu daerah esteratik. Di sini ACh terurai
menjadi kolin dan asam asetat. Kolin kemudian diambil lagi melalui sistem
uptake kolin berafinitas tinggi pada membran presinaps.
Penyimpanan dan Pelepasan ACh
ACh dilepaskan dari ujung saraf motor dalam jumlah yang konstan, yang
disebut quanta (atau vesikel). Perkiraan jumlah ACh dalam vesikel sinaptik berkisar
antara 1.000-50.000 molekul setiap vesikel. Dalam satu ujung saraf motor terdapat
300.000 atau lebih vesikel.

33

Karakteristik transmisi kolinergik pada beberapa tempat aksi:


1.

2.

3.

2.

Di otot skelet
Kombinasi ACh dan reseptor ACh nikotinik di permukaan eksternal dari membran
postjunctional memicu peningkatan permeabilitas kation. Aktivasi reseptor oleh
Ach intrinsik kanal terbuka selama 1 milisecond dan kurang lebih 50.000 ion Na+
melewati kanal. Akibatnya terjadi depolarisasi diikuti potensial aksi otot yang
menyebabkan terjadinya kontraksi otot.
Efektor otonom
Stimulasi atau inhibisi dari sel efektor otonom timbul karena aktivasi reseptor Ach
muskarinik. Reseptor terhubung pada protein G.
Ganglia otonom
Transmisi kolinergik pada ganglia otonom serupa dengan yang terjadi pada otot
skelet. Sel ganglion mengalami perubahan muatan dengan adanya sedikit ACh.
Depolarisasi awal terjadi karena aktivasi reseptor ACh nikorinik, yaitu ligand gated
cation channel yang fungsinya mirip dengan yang terdapat pada neuromuscular
junction.
Norepinefrin dan Reseptor Adrenergik

Adrenalin dan noradrenalin merupakan golongan katekolamin yang


mengaktifkan reseptor adrenergik. Keduanya dilepaskan dari dua tempat yang berbeda:
noradrenalin merupakan neurotransmiter utama dari sistem saraf simpatik yang
mensarafi berbagi organ dan jaringan. Sebaliknya adrenalin, diproduksi oleh kelenjar
adrenalin ke dalam sirkulasi.

Reseptor adrenergik
Reseptor noradrenalin dan adrenalin adalah reseptor adrenergik
(adrenoreseptor), yang merupakan reseptor terkopling protein G, dan tersebar di
berbagai organ dan jaringan. Reseptor adrenergik mengatur berbagai parameter fisiologi
seperti tekanan darah, detak jantung, dan lain-lain. Ada dua kelompok utama reseptor
adrenergik, yaitu reseptor adrenergik dan , masing-masing dengan beberapa subtipe:

Reseptor terdiri dari subtipe 1 (Gq coupled receptor) dan 2 (Gi coupled

receptor).
Reseptor = terdiri dari subtipe 1, 2 dan 3. Ketiganya terhubung dengan
protein Gs.

Reseptor

34

Reseptor terdiri dari reseptor 1 dan 2. Reseptor 1 penting untuk regulasi


kontraksi otot polos sedangkan reseptor 2 penting untuk pelepasan neurotransmiter
prasinaps.
Reseptor 1, ditemukan di otot polos, jantung, dan hati dengan efek
vasokonstriksi, relaksasi intestinal, kontraksi uterus dan dilatasi pupil.
Reseptor 2, ditemukan di platelet, otot polos vaskuler, ujung saraf, dan islet
pankreas, dengan efek agregasi platelet, vasokonstriksi, penghambatan
pelepasan norepinefrin dan sekresi insulin.
Reseptor -adrenergik terdiri dari tujuh heliks transmembran. Model interaksi
agonis dan antagonis terhadap reseptor I-adrenergik ditunjukkan pada gambar berikut.
Gugus amino agonis berinteraksi dengan residu aspartat di segmen III, cincin aromatis
berinteraksi dengan residu fenilalanin di segmen IV dan VI, sedangkan gugus hidroksl
katekol berinteraksi dengan residu serin di segmen V. Interaksi antagonis melibatkan
residu fenilalanin di segmen II, asparagin, isoleusin dan glisin di penghubung segmen
IV dan V serta residu fenilalanin di segmen VII.
Reseptor
Reseptor adrenergik terdiri dari 3 subtipe yaitu : 1, 2 and 3. Reseptor 1
terutama berada di jantung, reseptor 2 di paru-paru, saluran cerna, hati, uterus, otot
polos vaskuler dan otot skeletal. Sedangkan reseptor 3 banyak ditemukan di sel lemak.
Aktivitas reseptor 1 meliputi:
Menstimulasi sekresi kelenjar ludah dan meningkatkan viskositas sekret
Meningkatkan cardiac output melalui peningkatan kontraksi otot jantung (efek
inotropik) dan peningkatan detak jantung (efek kronotropik)
Berperan dalam pelepasan renin
Lipolisis dalam jaringan adiposa
Struktur reseptor adrenergik
Reseptor adrenergik terdiri dari tujuh daerah hidrofobik (I-VII) yang tertanam
di membran, masing-masing terdiri dari 2024 asam amino. Selain itu juga terdapat
sebuah rantai hidrofilik panjang dengan C-terminal, sebuah rantai hidrofilik pendek
dengan Nterminal, dan sebuah loop sitoplasmik panjang antara segmen V dan VI.
Beberapa sisi untuk posforilasi terletak di bagian C-terminal dari protein, sedangkan
glikosilasi-N akan terjadi pada segmen N-terminal ekstraseluler. Heliks
transmembranteribat dalam pembentukan sisi pengikatan katekolamin, sedangkan residu
C-terminal berperan dalam interaksi antara reseptor dengan protein terikat GTP. Sebuah
aspartat di segmen III dan dua buah serin di segmen V masing-masing terlibat dalam
interaksi dengan gugus amino dan gugus hidroksi katekol.

35

3.

Domapin dan Reseptor Dopaminergik

Dopamin merupakan neurotransmitter aktif dalam sistem dopaminergik dan


berhubungan dengan penyakit neuromotor (Parkinson) dan schizophrenia. Obat-obat
yang meningkatkan efek dopamin dalam sistem ini menunjukkan aktivitas farmakologis
terhadap kedua penyakit tersebut. Seperti neurotransmiter lain, target terapetik dalam
sistem dopaminergik meliputi : biosintesis, metabolisme, penyimpanan, reuptake dan
reseptor (presinaps dan prasinaps) dopaminergik.

Struktur reseptor dopaminergik


Reseptor dopamin terdiri dari dua subtipe, D-1 (dengan I3 pendek, C-terminal
panjang) dan
D-2 (I3 panjang, C-terminal pendek). Reseptor D2 receptors mempunyai isoform: D2L
dan D2S.
Farmakologi
a) Inhibitor sintesis dopamin
Carbidopa merupakan analog I-metildopa dan menghambat DOPAdecarboxylase. Obat ini digunakan untuk melindungi DOPA (prekursor
dopamin) dari dekarboksilasi. Benserazide mempunyai aktivitas serupa dengan
carbidopa.
b) Inhibitor metabolisme dopamin
Beberapa senyawa mempengaruhi MAO dan catecholamine-Omethyltransfersase mencegah metabolisme degradatif dopamin. Contoh :
iproniazid, tranylcypromine, phenelzine
c) Inhibitor penyimpanan dopamin
Penyimpanan dan pelepasan dopamin dapat dipengaruhi secara ireversibel oleh
reserpin. A-hidroksibutiran atau butirolakton dapat secara spesifik memblok
pelepasan dopamin.
d) Inhibitor reuptake dopamin
Reuptake dopamin dapat dihambat oleh beberapa senyawa seperti benztropin,
tandamin, bupropion, nomifensine, dan amfetamine. Senyawa-senyawa ini
bekerja sebagai antidepresan poten.
e) Agonis Dopaminergik Prasinaps
Alkaloid ergot diketahui pertama kali menunjukkan aktivitas ini. Ergot
(Claviceps purpurea) merupakan fungi parasit yang ditemukan di rumputrumputan dan jerami. Derivat dihidro-ergocryptine merupakan agonis dopamin
poten dan digunakan sebagai vasodilator (dengan efek terhadap SSP) dan
meningkatkan performa pada geriatri (fisik maupun mental).
f) Agonis Dopaminergik Post-sinaps

36

Apomorfin mempunyai aktivitas emetik, merupakan agonis pra- dan post-sinaps.


Nomifensin juga merupakan agonis postsinaps, berfungsi sebagai antidepresan.
g) Antagonis Dopamine (Postsynaptic Blockers) Kelompok senyawa ini
merupakan

obat-obat

antipsikotik

(neuroleptics)

dan

digunakan

untuk

manajemen semua jenis schizophrenia. Golongan fenotiazin mempunyai efek


meredakan pada pasien psikotik tanpa sedasi berlebih. Efek lain meliputi
antiemetik, digunakan pada emetik karena penyakit atau emetik terinduksi obat
dan radiasi, tapi tidak untuk motion sickness.
4.

Histamin dan Reseptor Histaminergik

Histamin merupakan amin biogenik yang tersebar di seluruh tubuh dan


berfungsi sebagai mediator utama reaksi inflamasi dan alergi, sebagai pengatur
fisiologis sekresi asam lambung, sebagai neurotransmiter di SSP, serta juga berperan
dalam pertumbuhan dan perbaikan jaringan.
Histamin disimpan dalam granul sel mast di hampir semua jaringan dalam
tubuh, ditemukan pada konsentrasi tinggi di sel mast pada paru-paru, kulit dan saluran
cerna. Alergen dan antigen berikatan pada antibodi IgE pada permukaan sel mast
menyebabkan IgE berubah konformasi dan menstimulasi pelepasan histamin tersimpan
dari sel mast (degranulasi). Histamin dari sel mast dalam mukosa lambung mempunyai
peran fisiologi penting dalam sekresi asam lambung. Stimulasi saraf parasimpatik dan
pelepasan gastrin dari sel G keduanya mengaktifkan sel mast lambung, mengakibatkan
lepasnya histamin.
Selain dalam sel mast dan basofil (lebih dari 90%), histamin juga ada di sel
platelet, enterochromaffin-like cells, sel endotelial dan neuron. Histamin juga dapat
bekerja sebagai neurotransmiter di otak. Histamin disintesis dari asam amino histidin
melalui aktivitas enzim dekarboksilasi dan dapat dimetabolisme oleh histamin-N-metil
transferase atau diamine oksidase. Aksi histamn sebagai neurotransmiter lebih
cenderung diakhiri oleh metabolisme dari pada reuptake ke dalam ujung saraf presinaps.

Reseptor Histamin
Histamin berikatan dan mengaktifkan permukaan sel reseptor. Telah
diidentifikasi empat jenis reseptor histamin, yaitu H1, H2, H3, dan H4. Keempat jenis
reseptor histamin merupakan reseptor terkopling protein-G dan respon fungsionalnya
dihasilkan dari aktivasi spesifik protein-G.
1. Reseptor H1

37

Reseptor H1 terkopel dengan protein Gq/11, respon terjadi terutama melalui


aktivasi posforilase C yang menghidrolisis membran posfolipid menjadi second
messenger intrasel inositol 1,4,5-tris phosphate (IP3) dan diasilgliserol. IP3
dilepaskan ke dalam sitosol dan menstimulasi pelepasan ion Ca2+ dari cadangan
intrasel. Reseptor ini ditemukan di otot polos perifer dan SSP, berperan
memediasi permeabilitas vaskuler terinduksi histamin. Residu asam amino yang
terlibat dalam interaksi dengan histamin adalah Aspartat, Asparagin, dan Lisin.
2. Reseptor H2
Reseptor H2 berperan dalam sekresi asam lambung. Aktivasi reseptor H2,
bersama dengan gastrin dan asetilkolin dari vagus, potensial menstimulasi
sekresi asam dari sel parietal. Histamin dalam jumlah tinggi juga ditemukan di
jaringan kardiak dan dapat menstimulasi efek kronotropik dan inotropik melalui
stimulasi reseptor H2.
5.

Glutamat dan Aspartat


Glutamat dan aspartat mendepolarisasi berbagai neuron mamalia bila secara
langsung diangkut ke membran sel melalui iontoforesis. Glutamat merupakan transmiter
eksitasi utama di otak dan medula spinalis, dan telah diperkirakan bahwa glutamat
merupakan transmiter yang berperan pada 75% hantaran eksitasi di otak.
Aspartat tampaknya merupakan transimiter di sel-sel korteks piramidalis dan
sel-sel stelata berduri di korteks visual, tetapi belum dipelajari dengan rinci.
Glutamat dibentuk melalui aminasi reduksi intermediet siklus krebs ketoglutarat sedangkan aspartat dibentuk melalui siklus krebs oksaloasetat. Kedua
reaksi bersifat bolak balik, dan metabolisme selanjutnya berlangsung melalui siklus
asam sitrat.
Terdapat dua jenis reseptor glutamat: reseptor metabotropik dan ionotropik.
Reseptor metabotropik merupakan reseotor yang berpasangan dengan protein G sepertin
yang meningkatkan kadar IP3 dan DAG intrasel atau menurunkan kadar AMP
siklikintrasel. Tampaknya reseptor-reseptor itu berperan dalam terjadinya palstisitas
sinaptik, terutama di hipokampus dan serebelum. Reseptor ionotropik merupakan
saluran ion yang memilki gerbang ligan yang menyerupai reseptor kolinergik nikotonik
dan reseptor GABA dan glisin.

Neurotransmiter Inhibitorik1
1.

Gama-Aminobutirat (GABA)
Asam-Gama-aminobutirat (GABA) merupakan mediator inhibisi utama di otak,
dan merupakan 20% transmiter di sinaps SSP. Zat ini juga terdapat di retina dan
merupakan mediator yang berperan pada inhibisi presinaptik.
GABA yang terdapat dalam bentuk -aminobutirat dalam cairan tubuh terbentuk
melalui dekarboksilasi glutamat. Enzim yang mengkatalisis reaksi ini adalah glutamat

38

dekarbolsilase (GAD), yang telah diperlihatkan keberadaannya melalui teknik


imunohistokimiawi di ujung-ujung saraf di banyak bagian cairan otak.
Tiga tipe resepto GABA yang telah teridentifikasi adalah GABAA, GABAB,
GABAC. Reseptor GABAA dan GABAB tersebar luas di SSP sedangkan pada vertebrata
dewasa reseptor GABAC ditemukan paling banyak di retina. Reseptor-reseptor GABAA
dan GABAC adalah saluran-saluran ion yang tersusun dari 5 subunit yang mengelilingi
sebuah lubang, seperti reseptor asetilkolin nikotonik dan sejumlah besar reseptor
glutamat.
2.

Glisin
Melalui kerjanya pada reseptor NMDA, glisin mempunyai efek eksitasi di
jaringan otak. Meskipun demikian, glisisin juga turut berperan dalam inhibisi langsung
terutama di batang otak dan medula spinalis. Seperti halnya GABA, glisisn bekerja
dengan meningktakan konduktans Cl-. Kerja glisin dihambat oleh striknin. Gambaran
klinis kejang hiperaktivitas otot yang ditimbulkan oleh strinin memperjelas pentingnya
inhibisi postsinaptik pada fungsi saraf yang normal. Reseptor glisin yang berperan pada
inhibisi merupakan saluran Cl-. Reseptor itu merupakan pentamer yang terbentuk dari
dua subunit, subunit yang mengikat ligand dan subunit struktural. Akhir-akhir ini
bukti kuat menunjukkan bahwa terdapat 3 jenis neuron yang bertanggung jawab dalam
inhibisi langsung di medula spinalis: neuron-neuron yang mensekresi glisin, neoron
yang mensekresi GABA dan neoron yang mensekresi keduanya.
FUNGSI
1.
Sinaps eksitatorik3
Respons terhadap kombinasi neurotransmitter reseptor adalah pembukaan
saluran Na+ dan K+ di dalam membran subsinaps, sehingga terjadi peningkatan
permeabilitas terhadap kedua ion tersebut. Terjadi depolarisasi di postsinaps
karena ion Na+ masuk melalui saluran dan menyebabkan bagian dalam lebih
positif dari bagian luar neuron. Akibat depolarisasi ini membran neuron
postsinaps mendekati ambang letup dan meningkatkan kemungkinan terjadinya
potensial aksi. Perubahan potensial post sinaps yang terjadi di sinaps eksitatorik
disebut eksitatori postsynaptic potensial (EPSP)

Gambar 2. Sinaps eksitatorik4

39

2.

Sinaps inhibitorik

Di sinaps inhibitorik, pengikatan neurotransmiter yang berbeda dengan


reseptornya meningkatkan permeabilitas membran subsinaps terhadap K+ atau C-. Pada
keadaan tersebut kasus, perpindahan ion yang terjadi biasanya menyebabkan
hiperpolarisasi kescil neuron postsinaps- yaitu, nagativitas bagian dalam yang lebih
besar. Pada peningkatan PK+, lebih banyak muatan positif keluar dari sel melalui efluks
K+.3
Meninggalkan muatan lebih negatif di bagian dalam sel. Untuk menimbulkan
hiperpolarisasi membran pada peningkatan PCL-, lebih bnayak muatan negatif masuk ke
sel dalam bentuk ion CL-, karena konsentrasi CL- di luar sel jauh lebih tinggi, daripada
yang terdorong keluar oleh gradien listrik yang terbentukoleh potensial membran
istirahat. Pada keduanya, hiperpolarisasi kecil ini membawa potensial membran
semakin jauh dari ambang, memperkecil kemungkinan bahwa neuron postsinaps akan
mencapai ambang dan mengalami potensial aksi. Yaitu membran kini kurang peka
rangsang (lebih sulit dibawa ke ambang oleh masukan eksitatorik) dibandingkan ketika
keadaan istirahat. Membran dikatakan tehlambat oleh keadaan ini, dan hiperpolasisasi
postsinapss di sebut Inhibitory postsinap potential (IPSP).3
Di sel yang potensial keseimbangannya untuk CI- sama persis dengan potensial
istirahat.peningkatan PCL- tidak menyebabkan hiperpolarisasi karena tidak terdapat gaya
- pendorong untuk memindahkan Cl-. Pembentukan Cl- di sel-sel ini cenderung
menahan membran pada potensial istirahatnya, mengurangi kemungkinan tercapainya
ambang.
Perhatikan bahwa PPE dan PII dihasilkan oleh pembukaan saluran-saluran yang
memiliki pintu kimiawi,tidak seperti potensial aksi, yang di hasilkan oleh pembukaan
saluran-saluran yang memiliki pintu voltase.3
a. Sinaps Inhibitorik mengubah konformitas permeabilitas K+ (jadi eflux K+) dan Cl(influx Cl-), menimbulkan hiperpolarisasi kecil di neuron pascasinaps. Perubahan
potensial pascasinaps : IPSP (inhibitory post synaptic potentials)

Karena menerima dari berbagai sinaps, ada potensial total di neuron pascasinaptic
(GPSP/ Grand postsynaptic potential) mengikuti hukum penjumlahan. Ada 2 jenis,
yakni penjumlahan temporal (penjumlahan akibat rangsang potensial aksi yang
berturut-turut), dan penjumlahan spatial (penjumlahan akibat rangsangan dari berbagai
sinaps)
Selain itu, terdapat pula aktivitas pelepasan neurotransmiter yang dapat
menghambat perambatan impuls saraf pada suatu bentuk interaksi neuron.

40

Neurotransmiter yang biasa berperan adalah GABA. Besarnya inhibisi dan eksitasi yang
terjadi akan dijumlahkan pada saat mencapai zona pemicuan. Jika besar potensial yang
tercapai melebihi ambang letup, maka potensial aksi akan terjadi, begitu pula
sebaliknya. Inhibisi ini dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu (1) inhibisi presinaptik
dan (2) inhibisi postsinaptik.

Gambar 3. Jenis inhibisi dalam interaksi sinaps5


Setelah melakukan fungsinya, neurotransmiter harus segera disingkirkan,
menghindari EPSP atau IPSP terus berlanjut, dengan cara diinaktifkan dengan enzim
spesifik di membran subsinaps maupun secara aktif diserap kembali oleh neuron
presinaptik untuk didaur ulang maupun dihancurkan oleh enzim di kepala sinaps.

41

You might also like