Professional Documents
Culture Documents
TP - Gagal Jantung (Ali Aspar)
TP - Gagal Jantung (Ali Aspar)
SUMMARY
Diastolic heart failure is diagnosed when symptoms and signs of herat failure occur in the presence of a preserved
left ventricular ejection fraction at rest. One third to one half of patients admitted to hospital with the heart failure
syndrome have preserved left ventricular systolic function. Predominant diastolic dysfunction is relatively uncommon
in younger patients but increases in the elderly. Preserved left ventricular ejection fraction is more common in
women, in whom systolic hypertension and myocardial hypertrophy with fibrosis are contributors to cardiac dysfunction.
The most common etiologies of diastolic heart failure are hypertension, coronary artery disease, or both, whereas
hypertrophic cardiomyopathy is a more unusual. Diagnosis of primary diastolic heart failure requires three conditions
to be simultaneously satisfied : presence of signs and symptoms of heart failure, presence of normal or only mildly
abnormal ejection fraction, and evidence of abnormal left ventricular relaxation, diastolic distensibility, or diastolic
stiffness. Because of quantification of rate of relaxation and compliance by invasive method is not practical in clinical
routine, the approaches which are most useful are the measurement of transmitral and pulmonary venous velocities
by pulsed Doppler echocardiography and mitral annular velocity by tissue Doppler imaging. There still little evidence
from clinical trials or observational studies on how to treat diastolic heart failure. No treatment has been shown to be
effective for diastolic heart failure. Current therapeutic approaches that have been developed to treat systolic heart
failure or underlying pathophysiologic processes are diuretics, ACE inhibitors, beta-blockers, verapamil. Dobutamine
and milrinone may be cautiously used for their lusitropic effect. Digoxin should be avoided, and in patients with atrial
fibrillation, restoration and maintenance of sinus rhythm is paramount importance.(J Med Nus. 2006; 27: 2243 -248)
RINGKASAN
Gagal jantung diastolik didiagnosis bila ditemukan adanya gejala dan tanda gagal jantung disertai fraksi ejeksi
ventricle kiri yang normal pada keadaan istrahat. Sekitar sepertiga sampai seperdua penderita yang masuk ke
rumah sakit dengan sindroma gagal jantung mempunyai fungsi sistolik ventrikel kiri yang normal. Adanya disfungsi
diastolik yang predominan relatif jarang dijumpai pada penderita yang lebih muda namun kejadiannya meningkat
pada lanjut usia. Fraksi ejeksi ventrikel kiri yang normal lebih umum ditemukan pada perempuan, dimana hipertensi
sistolik dan hipertrofi miokard disertai fibrosis yang menjadi penyebab timbulnya gagal jantung. Penyebab yang
paling umum gagal jantung diastolik adalah hipertensi, penyakit arteri koroner atau kedua-duanya, sedangkan
kardiomiopati hipertrofik merupakan penyebab yang lebih jarang. Diagnosis gagal jantung diastolik primer
memerlukan tiga keadaan yang secara serempak terpenuhi yaitu adanya gejala dan tanda gagal jantung, fraksi
eheksi yang normal atau hampir normal, dan adanya bukti gangguan relaksasi ventrikel kiri, distensibilitas diastolik
atau kekauan diastolik. Oleh karena kuantifikasi laju relaksasi dan kekenyalan ventrikel dengan metode invasif
tidak praktis pada pemeriksaan klinis rutin, maka pendekatan yang paling baik adalah pengukuran kecepatan
aliran darah transmitral dan vena pulmonalis dengan menggunakan eko-Doppler, dan pengukuran kecepatan
annulus mitral dengan pencitraan Doppler jaringan. Masih sedikit bukti uji klinis dan penelitian observasional
tentang bagaimana cara penatalaksanaan gagal jantung diastolik. Tidak ada pengobatan yang dianggap efektif
untuk gagal jantung diastolik. Pendekatan terapi saat ini adalah apa yang telah dikembangkan untuk pengobatan
gagal jantung sistolik atau proses patofisiologis yang mendasarinya yaitu diuretik, penyekat ACE, beta-blokade,
verapamil. Dobutamin dan milrinon seyogianya digunakan secara hati-hati untuk efek lusitropiknya. Harus dihindari
penggunaan digoxin dan penderita dengan fibrilasi atrium sangat penting dilakukan restorasi ke irama sinus serta
mempertahankan irama tersebut. (J Med Nus. 2006; 27: 2243 -248)
243
PENDAHULUAN
Gagal jantung bisa bermanifestasi sebagai gagal
jantung sistolik akibat disfungsi sistolik maupun gagal
jantung diastolik akibat disfungsi diastolik. 1 Pengetahun
tentang gagal jantung diastolik akhir-akhir ini meningkat
sebagai suatu masalah klinis epidemiologis yang
sedang berkembang. 2 Gagal jantung diastolik pada
hakekatnya susah didefinisikan, didiagnosis dan diobati.
Sepertiga sampai setengah dari penderita yang masuk
rumah sakit dengan sindroma gagal jantung yakni
adanya bendungan sistemik dan bendungan paru
mempunyai fungsi ssitolik yang normal atau hampir
normal. Gagal jantung diastolik kerapkali bersama sama
dengan adanya hipertensi sistemik yang kurang
terkontrol. Faktor-faktor yang berkontribusi merubah fungsi
diastolik ventrikel kiri antara lain adalah fibrosis miokard,
hipertrofi, iskemia dan peningkatan pascabeban.3
Pengetahuan tentang vaskularisasi dan fungsi ginjal
juga penting terutama pada penderita hipertensi berat.
Pada orang tua dengan gagal jantung dan hipertensi
berat bisa dijumpai adanya stenosis arteri renalis 4,
sehingga mungkin perlu dilakukan arteriografi arteri
renalis. Pada penderita dengan gagal jantung
bendungan pada populasi Framingham study,
ditemukan 51% dengan fraksi ejeksi sama atau lebih
dari 0,50.1,5 Tidak ada data yang jelas tentang perbedaan
prognosis, mortalitas jangka panjang maupun rawat
inap berulang antara penderita dengan gagal jantung
sistolik dan gagal jantung diastolik.5 Mortalitas gagal
jantung diastolik berkisar 8-28% pertahun dan populasi
berkulit hitam lebih rentan dibanding kulit berwarna. Juga
disebutkan bahwa wanita lebih sering dibanding lakilaki terutama mereka yang berumur lanjut.2,6
Penting diketahui bahwa disfungsi sistolik dan
diastolik seringkali dijumpai bersamaan dan timbulnya
gagal jantung sistolik bisa mempengaruhi fungsi
diastolik. 7,8 Penilaian terhadap struktur dan fungsi
ventrikel kiri dengan ekokardiografi sangat penting
sebelum memulai terapi pada penderita dengan gagal
jantung oleh karena terapi terhadap disfungsi sistolik
mungkin tidak efektif atau bahkan kontraproduktif bila
gejala gejala yang ditemukan disebabkan oleh disfungsi
diastolik.4
Gagal jantung diastolik terjadi akibat adanya
resistensi abnormal terhadap pengisian ventrikel, yang
memerlukan peningkatan tekanan pengisian atrium kiri
untuk mencapau curah jantung yang mencukupi.5 Proses
pengisian jantung umumnya dan ventrikel kiri khususnya
amat penting dipahami untuk menjelaskan gejala dan
tanda yang timbul akibat disfungsi diastolik ventrikel kiri.
Disfungsi diastolik sulit dibedakan dari disfungsi
sistolik bila hanya berdasarkan pada keluhan penderita,
pemeriksaan fisik, gambaran elektrokardiogram dan foto
thoraks, sehingga penegakan diagnosis disfungsi
diastolik merupakan suatu tantangan bagi para klinisi.
244
3.
Diagnosis
Diagnosis gagal jantung diastolik mungkin dapat
ditegakkan berdasrkan adanya keluhan sesak napas,
edema tungkai tanpa disertai gangguan fungsi sistolik.
Namun kesepakatan mengenai definisi disfungsi
diastolik secara menyeluruh belum diperoleh oleh
karena parameter yang digunakan oleh para pakar
berbeda-beda. Namun akhir-akhir ini sejumlah
parameter baru yang lebih sensitif karena tidak
tergantung pada beban ventrikel sangat membantu
dalam menentukan kepastian diagnosis. Setiap proses
diastole tidak hanya diatur oleh kinerja intrinsik miokard,
tetapi juga oleh faktor-faktor eksternal seperti beban
ventrikel, tonus otonom miokard, dan tingkat
kontraktilitas sistole.
Pemeriksaan yang bisa digunakan untuk menilai
adanya disfungsi diastolik adalah penilaian
hemodinamik invasif, pemeriksaan radionuklid, MRI,
biopsi endomiokardial, namun kesemuanya tidak praktis
secara klinis sehingga paling baik digunakan
pemeriksaan ekokardiografi.
Ekokardiografi M-mode digunakan untuk menilai
perubahan dimensi dan fungsi selama fase pengisian
diastole. Dalam menilai fungsi diastole secara rutin,
biasanya digunakan 5 parameter yakni aliran transmitral,
aliran vena pulmonalis, waktu relaksasi isovolumik,
perambatan aliran darah kedalam ventrikel kiri, dan
pencitraan Doppler jaringan pada annulus mitral.5,11
Gambar 1.
1.
2.
Aliran transmitral.
Pada irama sinus dengan menggunakan ekoDoppler melalui aliran mitral ada dua gelombang yang
bisa terlihat yaitu gelombang E (awal) yang mewakili
pengisian ventrikel cepat pada awal diastole yaitu ketika
katup mitral terbuka dan gelombang A (kontraksi atrium)
yang mewakili proses pengisian lambat. Dengan
mengetahui perubahan relatif tekanan atrium kiri
terhadap ventrikel kiri seperti tampak pada kurva
kecepatan aliran mitral dapat dibuat interpretasi
245
a.
b.
c.
d.
1.
246
3.
4.
Waktu deselerasi.
Saat ini waktu deselerasi gelombang E mitral paling
sering digunakan untuk menggambarkan relaksasi
yang abnormal. Nilai normal waktu deselerasi
adalah 160-300 mdet. Bila waktu deselerasi
memanjang >300 mdet, maka keadaaan ini
menggambarkan adanya relaksasi yang abnormal.
Pada proses disfungsi diastolik yang memburuk
maka selanjutnya kemiringan deselerasi menjadi
tajam sehingga waktu deselerasi kembali menjadi
pendek disebut pseudonormalisasi, dan keadaaan
ini disebabkan oleh karena kekenyalan ventrikel kiri
terganggu.
Waktu relaksasi isovolumik.
Ini merupakan waktu antara penutupan katup aorta
sampai permulaan terbukanya katup mitral. Selama
periode ini tekanan dalam ventrikel menurun tajam
tanpa perubahan volume. Semakin lama periode
ini semakin tinggi kekakuan ventrikel kiri pada fase
awal diastole. Normal waktu relaksasi isovolumik
ini berkisar 60-90 mdet yang mencerminkan laju
relaksasi miokard. Waktu relaksasi isovolumik ini
mungkin merupakan parameter paling peka untuk
mendeteksi kegagalan relaksasi karena merupakan
parameter yang paling pertama kali berubah
sebelum perubahan parameter lainnya.
5.
6.
247
Terapi
Pada hakekatnya tidak ada terapi yang efektif untuk
mengobati gagal jantung distolik. Terapi yang saat ini
dianjurkan merupakan terapi yang telah dikembangkan
untuk mengobati gagal jantung sistolik atau
menanggulangi proses patofisiologik yang mendasarinya
seperti hipertensi, penyakit jantung koroner.5
248
DAFTAR RUJUKAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.