Professional Documents
Culture Documents
Q)
,.....;
P-4
OJ
OJ
Pot
....t
00
00
s::
....t
......
......
....t
~
OJ
~
~
n:I
Q"4 ....
-=
t::
Io&i
i::
::,
'-"
lIII'I:
......
fS
lIII'I:
:It:
Zulqayyim
Boekit Tinggi Tempo Doeloe --Zulqayyim, Padang: Andalas
University Press, Agustus 2006
156 halaman, i-xiv, 14,5 x 21 em
ISBN 979-1097-17-8
Diterbitkan oleh:
Andalas University Press
Kampus UNAND Limau Manis
Padang, Indonesia
Telp.
: 0751-71181
Website : http://www.unand.ae.id
Sampuloleh:
Prakata
Bismillahirrahmanirrahim
Pmk<1ta - ix
Daftar lsi
Xlll
Bah I Pendahuluan . 1
Latar Belakang - 1
Pendekatan dan Kerangka Analisis - 3
Sistematika Penulisan - 5
Bah II Latar Belakang Sosial Budaya Kota Bukittinggi
11
Lingkungan Geografis - 11
Dari Nagari Kurai ke Kota Bukittinggi - 16
Pertumbuhan Wilayah Kota Bukittinggi - 20
Penduduk Kota Bukittinggi - 26
Bah ill Pasar Bukittinggi dan Jaringan Perdagangan di
Daerah Dataran Tinggi - 39
Kepustakaan - 141
Lampiran - 149
Tentang PenuIis - 155
xii - Boekittinggi
Doeloe
Bah I
Pendahuluan
Latar Belakang
V;, c"
'........
4 - Boekittinggi Tempo Doeloe
Sistematika Penulisan
Buku ini terdiri atas enam bagian yang satu dengan yang
lainnya memiliki kaitan dalam pembahasan historisnya. Oleh
karena itu kenam bagian itu dapat pula dilihat sebagai satu
kesatuan.
Bagian satu sebagai pendahuluan yang mencoba untuk
mengantarkan pembaca dalam memahami isi buku ini.
Bab I "5
Catatan Akhir
Secara tradisional daerah Dataran Tinggi Agam disebut juga dengan
Luhak Agam dan bersama-sama dengan dua luhak lainnya: Luhak
Tanah Data dan Limo Puluah Koto, membentuk kawasan Darek,
yang menjadi daerah inti Alam Minangkabau. Adapun daerah di
sekeliling Darek, yang terletak dipantai Barat dan Timur bagian
tengah Pulau Sumatera, disebut dengan Rantau. M.D. Mansoer, et
a1., Sedjarah Minangkabau (Djakarta: Bhatara, 1970), hIm. 2-3;
lihat juga A.A. Navis, Alam Terkembang Jadi Guru: Adat dan
Kebudayaan Minangkabau (Jakarta: Graffiti Press, 1984), hIm.
28.
2 R. Bintarto, Pengantar Geografi Kota (Yogyakarta: u.P. Spring,
1877), him. 8
3 Lihat Sartono Kartodirdjo, "Kata Pengantar", dalam Sartono
Kartodirdjo (ed.), Masyarakat Kuno dan Kelompok-kelompok
Sosial (Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1977), hIm. 1-3.
Sungguhpun demikian studi sejarah perkotaan di Indonesia baru
mulai banyak mendapat perhatian sejarawan akademik sejak dua
dasa warsa terakhir. Hal itupun dengan titik perhatian yang relatif
lebih banyak diberikan kepada kota-kota pelabuhan (pamai) bila
dibandingkan dengan kota-kota pedalaman (dataran tinggi) Pada
kota-kota dataran tinggijuga mempunyai peranan yang tidak
kurang pentingnya dan bahkan sangat terkait dengan keberadaan
kota-kota pantai. Peter J.M. Nas, "Indonesia Cities, 1985-1995: A
Bibliography", dalam Peter J.M. Nas, (ed.), Issues in Urban De
velopment: Case Studies from Indonesia (Leiden: Reseach School
CNWS), 1995), hIm. 246-293.
Bukittinggi dijadikan oleh pemerintah pendudukan Jepang sebagai
pusat pemerintahannya di sumatera. Adapun pada masa revolusi
kota Bukittinggi dikenal sebagai ibukota republik kedua", setelah
Yogya dad sinilah Bung Hatta mengomandokan Perang
Kemerdekaan untuk daerah Pulau Sumatera. Kota Bukittinggi juga
pernah dijadikan sebagai ibukota provinsi Sumatera Tengah (1950
1958). Kementerian Penerangan, Provinsi Sumatera Tengah
(Djakarta: Kementerian Penerangan, 1958), hIm. 121-124.
Kemudian, meskipun sejak rahun 1958 ibukota Provinsi Sumatcra
Barat dipindahkan ke kota Padang, menyusul dipecahnya Provinsi
Sumatera Tengah menjadi tiga Provinsi Sumatera Barat, Riau, dan
Jambi, namun kota Bukittinggi dalam beberapa hal tetap difungsikan
Bab I - 7
10
II
12
!3
14
IS
16
Town; the Indische Town; the Colonial Town; dan the Modern
Town. Peter J.M. Nas (Eds.), The Indonesian City (Dordrecht
Holland/Cinnaminson-USA: Foris Publications, 1986), hlm.5-13.
Sementara Mc. Gee membagi kota di Asia Tenggara atas tiga
kelompok, yaitu kota-kota pribumi yang agraris, kota puat dagang
pribumi, dan kota pusat kekuasaan kolonial. T.G. Mc. Gee, The
Southeast Asian City: A Social Geography of The Primate Cities
of Southeast Asia (London: G. Bell and ons, 1967), hlm. 44-45 dan
62.
F.A. Sutjipto, "Kota-kota Pantai di sekitar Selat Madura (Abad
XVII sampai medio Abad XIX)" , Disertasi Doktor (yogyakarta:
Fakultas Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 1983). hIm. 507.
Urbanisasi mengandung dua pengertian. Pertama, berarti proses
perkotaan itu sendiri, yaitu proses pengembangan den mengkotanya
suatu daerah desa menjadi kota. Kedua, pengertian urbanisasi adalah
perpindahan dan atau pergeseran penduduk dari desa ke kota. Kedua
pengertian urbanisasi ini saling terkait satu dengan Jainnya.
Rahardjo, Perkembangan Kota dan Pennasalahannya (Jakarta: Bina
Aksara, 1983), him. 55.
S. Menno dan Mustamin Alwi, Antropologi Perkotaan (Jakarta:
Rajawali Pers, 1992), hIm. 78.
Bab I - 9
Bab II
Latar Belakang Sosial Budaya
Kota Bukittinggi
Lingkungan Geografis
Peta 1
Sumatera Barat
.. "JII .........
........
..
c,........,. ........
-
"~
........ ,. ... ,
Ii
/
... ,1
\
;
I
... ...,,,,.
- .......
~--
' , ....
~ .....
"-1"
.,.
./
bot~:u' fflidUoii
"\
"\
",
",..".l'''\~\tlW"
~........ ,..
...........
.'
",
.
."
..,.
....
...
\
\
,+
J;..
lr,
"t'
... ,
"'ttvf'9
-.............
~........ !I
~";<'I(it)r.
.- .."
'
n - 15
Peta 2
t""''1-,
) rn\"
"~~
Nagarl Gaduik
Nagar1 Kapau
ks PayakutnO Uh /
Pakan.beru
Hagar!
~ IV Angkat
NagAr!
GV9u~k
<eter.ng8n~
bates nag-sri
batss j01"on9
Puar
f'
21
Doeloe
a.
b.
c.
d.
'"
tv
:::::
0"
0>
iXI
:!.220 15.792
5.797
7.218
1930
1935
1.476
2.423
1920
-
174
281
-
225
266
310
1.500
3.899
13.015
13.012
310
1.439
pr.
Ik.
jmL
328
461
461
339
473
547
214
pro
319
lk.
Cina
399
215
258
IjmL
Eropa
Ik.
789
812
147
147
533 . 90
347
JmL
136
136
83
pro
283
283
173
650
195
jmL
Timur Asing
8.138
8.104
3.057
Ik.
6.566
6.553
1.947
pro
Jumlah
14.704
14.657
5.004
2.465
2.239
Jumlah
* Jumlah penduduk kota Bukittinggi tahun 1915 ini merupakan suatu perkiraan. Adapun jumlah orang Cina tidak
pula disebutkan tetapi digabungkan dalam kelompok Timur Asing. "Frot de Kock", dalam J. Paulus (ed.),
19"15*
pro
lk.
Bumiputra
1905
Tahun
Tabel1
Tabel2
,.------
Kota
Tahun
~-
Bumi-
putera
Eropa
Cina
Timur
Asing
lainnya
Jumlah
Persent
ase (%)
Bukit
tinggi
1920
. 1930
3.899
13.015
399
547
533
812
173
283
5.004
14.657
151,84
Solak
1920
1930
1.755
5.894
79
50
91
215
40
55
1.965
6,214
68,38
Padang
1920
1930
28.754
40,744
1.979
2,592
6,979
7.263
Ll64
1.455
38.169
52.054
36,04
Padang
panjang
1920
1930
6.057
8.917
279
293
475
374
31 25
6.842
9.609
28,80
Paya
kumbuh
1920
1930
4.280
4.959
57
26
736
871
48
58
14.353
15.146
13,40
---
f----
--
Sawah
lunto
1920
1930
13.326
13,962
f----- f----
530
639
496
520
---
2
25
14353
15.146
5,24
-~.---
'''.
32 - Boekittinggi
Doelot:!
Catatan Akbir
Daerah Sumatra Barat yang dimaksudkan adalah meliputi bagian
barat dati Sumatra Tengah, yang dapat diidentikkan dengan Provinsi
Sumatra Barat sekarang. Pada masa Kolonila Belanda daerah ini
disebut dengan Sumatra's Westkust. E.B. Kielstra, "Sumatra's
Westkust 1836-1840", deel IV, 13KINo. 39 Tahun 1890, hIm. 139
140.
tinggi dan pesisir. Keempat jalur itu adalah Jalan Saningbakar, Jalan
305.
J alan Lembah Anai dibangun pada tahun 1833 oleh Belanda untuk
maka pada tahun 1897 dibangunnya pula jalur kereta api dad
Lihat Peta 1.
...
Bab Il - 33
19
20
2!
22
23
24
25
26
21
28
asal nenek moyang mereka. Hal ini termaktub dalam Tambo, yang
disebutkan dalam pepatah sebagai berikut: dari mano titiak palitol
dari te/ong nan barapi. Dan mano niniak kitoldari puncak Gunuang
Marapi. (Dari mana titik pelitaldari talang yang berapildari mana
nenek moyang kitaldari pinggang Gunung MerapL), Ahmad Dt.
Batuah dan A. Dt. Madjoindo, Tambo Minangkabau dan Adatnya
(Djakarta: Balai Pustaka, 1956), hal. 13.
Daerah ini terdiri dari riga Iembah dataran tinggi yang subur, yang
secara tradisional disebut Luhak Agam, Luhak Tanah Data, dan
Luhak Limo Puluah Koto. Ketiga luhak ini disebut dengan darek,
yang disebutjuga dengan daerah inti Minangkabau. Adapun daerah
yang terdapat di sekeliling darek disebut rantau. P.E. de J osselin de
Jong, Minangkabau and Negeri Sembi/an: Social-Political Struc
ture in Indonesia (Den Haag: Martinus Nijhoff, I952), hIm. 54
66.
Sekarang nama Tri Arga diberikan kepada Gedung Negara yang
terdapat di Bukittinggi.
Christine Dobbin, op. dt., him. 5-6
Lihat Peta 2.
Mohamad Hadjerat, op. cit., hIm. 3.
Jorong berasal dad kata "jorok", yang berarti daerah yang menjorok
dalam Nagari KuraL Ibid., hIm. 4.
Menurut Tsuyoshi Kato perpindahan ninik orang Minangkabau
dari Nagari Pariangan Padangpanjang terrnasuk periode merantau
tahap awal, yang dicirikan kepada usaha untuk mencari lahan
pertanian. Tsuyoshi Kato, Matriliny and Migration: Evolving
Minangkabau Traditions in Indonesia (Ithaca and London: Cornell
University Press, 1982), him. 21-25.
Jolang berarti awal atau yang pertama. Koto Jolang berarti daerah
pertama yang diteruka sebagai tempat tinggal mereka. Mohamad
Hadjerat, Sedajarah Negeri Kurai V Jorong sma Pemen'ntahannya,
Pasar, dan Kota Bukittinggi (Bukittingi: Tsamaratul Ikhwan, 1947),
him. 3.
SekarangJorongTigo Baleh merupakan salah satu kecamatan dalam
wilayah Kotamadya Bukittinggi
Koto merupakan pemukiman yang sudah besar teta pi belum dapat
dijadikan nagari, karena belum memenuhi syarat sebagai sebuah
nagari. Adapun syarat sebuah nagari adalah mempunyai empat suku,
berbalai, bermesjid, berlabuh (jalan), dan bertepian tempat mandi.
Ibid.
Bab II - 35
29
31
32
33
34
3S
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
Lihat Peta 2.
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
Lihat tabel 1.
Tanah pusaka itu hanya dapat digadaikan dalam keadaan yang sangat
Bab II 37
".,
70
11
Bab III
Pasar Bukittinggi
dan Jaringan Perdagangan
di Daerah Dataran Tinggi
Bab III 41
Tabel3
--No.
Regentschappen
Nama Regen
Tahun
1.
Minangkabau
(fanah Data)
Sultan Alam
Bagagarsyah
18231824
2.
Agam
Tuanku Samit
18241833
3.
Limo Puluah
Koto
Tuanku Cedok
1824 ?
4.
Batipuh
18321841
5.
Rao
Tuanku Mudo
18331841
6.
Halaban
Intan Bakali
(fk. Halaban)
18331841
Tabel4
Jumlah Kelarasan
Tahun 1823-1832
1823
1825
1832
Tanah Data
27
29
29
2.
Agam
21
3.
14
30
36
64
No.
Reqentschappen
1.
lumlah
~~~~~~~~~~
.....
Tabel5
Sumatra Barat
No.
Regenschappen
1837
1870
1887
1908
,----
1.
Tanah Data
27
27
27
21
2.
Agam
19
23
19
15
3.
14
16
15
13
4.
14
12
11
5.
Jum1ah
60
87
80
67
45
Tabel6
No.
Laras
Kepala Laras
1.
Kurai-Banuhampu
2.
IV Angkek
3.
. Kapau
4.
Salo
5.
Sungai Puar
6.
Canduang
Tilatang
8.
Kamang
9.
Baso
10.
rv Koto
~J Magek
I Yahya Dt.
Kayo
-.
Tabe17
No.
Distrik
Nama
l.
Bukittinggi
2.
IV Angkat
3.
Tilatang
4.
5.
..~
Maninjau
Matur
Boe~i11inggi
Tempo Doeloe
51
TabeI8
Personil
Gudang Kopi
Bumiputera
No.
Besar
I.
2.
Kedl
Padangpanjang
1
~
l5.
Jml
--
r~
K.G.
Pemb.
Clerks
---~
4.
I---
Eropa
Batusangkar
-~-
3.
Tempat
Bukittinggi
Payakumbuh
3
-
.--~
-,-~
Solok
20
-
Keterangan:
K.G
: Kepala Gudang atau Pakhuis Meester~
Pemb. : Pembantu.
Sumber:Mestika Zed, "Melayu Kopi Daun: Eksploitasi Kolonial
dalam Sistem Tanam Paksa Kopi di Minangkabau Sumatra Barat
(1847-1908)" ThesisMA. (Jakarta, 1983), him. 100; Rush Amran,
Sumatra Barat PIa kat Panjang(Jakarta: Sinar Harapan, 1985}, him.
99.
I
Tabel9
.' Jumlah Kopi yang terkumpul
di Gudang Kopi Bukittinggi
dan Gudang Kopi lainnya
di Afdeeling Agam Tahun 1867-1869
---
Hasil Pikul
No.
1.
Nama Tempat
Bukittinggi
_J
1.867
1.868
1.869
14.205
13.182
11.011
9.634
8.784
6.263
4.319
3.836
1. 919
-- ---
2.
Baso
3.
Maninjau
-----
4.
Matur
3.618
3.817
2.756
1
5.
Palembayan
6.
Pisang
3.830
3.355
2.459
805
520
281
36.209
33.494
24.689
---
Jumlah
Tabell0
Tahun 1867-1869
I~~ I
2.
Tahun
1833
184011841
Harga
f 6," - 8+
f 9, - - 12.5+
3.
1844
f 3,5,-" 4+
4.
1848
f 7+
5.
1854
f 8,40+
6.
1858
f 9,20+
7.
1862
f 11,50+
8.
1866
f 12.50+
1875
f 14.00+
10.
1891
f 17.50+
Doeloe
0:;
!
IJ"
6.
Jumlah
Kamang
Baso
5.
30.838
1.936
1.431
16.382
I 12.038
2.781
2.470
1.431
: 2.031
1.620
3.795
4.777
4.747
1874177
16.382
17.655
1.247
2.310
2.116
998
2.859
3.497
3.128
2.328
3.825
3,917
1881/83
4.090
3.722
1878/80
11.423
J.l75
1.387
1.567
2.577
2.024
2.693
1884
10.863
809
1.370
1.398
1.971
2.432
2.883
1887
9.976
750
1.658
1.268
1.772
2.319
2.409
1888
119.508
9.318
16.205
16.865
22.397
27.005
27.718
Jumlah/pikul
Sumber: RusH Amran, Sumarera Barat PIa kat Panjang (Jakarta: Sinar Harapan, 1985), him. 351-352
3.355
Bahuhampu
4.
2.522
3.728
Tilatang
3.
!
4.944
4.944
Candung
2.
1.929
3.024
4,323
1872174
1863171
IV Koto
Nama Laras
I.
No,
Tabell1
Tahun 186911871-1888
59
61
Jalur utara dimulai dari sisi timur bag ian utara Pasar
Atas menuju ke arah timur dan setelah sekitar 40 m berbelok
ke arah selatan. Kemudian, jalan ini menu run melewati sisi
timur Los Maco, lalu terus mel(:!wati sisi barat Los Daging.
Jalan ini lebih rendah daripada Los Maco, tetapi lebih tinggi
daripada Los Daging. Di ujung selatan Los Dagingjalur utara
ini bertemu dengan jalur selatan.
Jalur selatan mulai dari sisi timur sebelah se1atan Pasar
Atas menurun dan berbelok ke arah timur laut. Kemudian,
setelah bertemu dengan jalur utara di ujung selatan Los
Daging, jalan ini terus melewati sisi timur Los Daging. Jalan
ini berada lebih rendah daripada Los Daging. Kemudian, terus
ke arah timur laut menuruni lereng bukit, hingga sampai di
Pasar Bawah.
Pada had pasar, yaitu setiap hari Sabtu, pinggir kiri,
kanan, dan bahu jalan sekitar Los Daging dipergunakan oleh
penduduk untuk berjualan. Mereka menggelar dagangan
berupa jajanan, sayur-sayuran, buah-buahan, dan lain-lain.
Lokasi ini dinamakan Pasa Teleng, karena terletak di
kemiringan, yaitu di pinggang bukit. Jadi, dapat dikatakan
bahwa Pasar Teleng merupakan penghubung antara Pasar Atas
dan Pasar Bawah.
Tangga yang menghubungkan Pasar Atas dan Pasar
Bawah terdiri atas dua kelompok tangga. Pertama, kelompok
tangga yang terdapat di sebelah utara Pasar Atas. Kelompok
tangga ini terkenal dengan nama Janjang Empek Puluh, karena
jumlah kelompok anak tangganya yang pertama terdiri dari
40 anak tangga. Setelah itu disambung oleh kelompok anak
tangga yang masing-masing-masingnya terdiri dari 3 (tiga)
anak tangga. Rangkaian anak tangga ini berbelok ke arah
timur dan turun di sisi barat pertigaan jalan raya. Di seberang
pertigaan itu terdapat Pasar Bawah.
Kedua, kelompok-kelompok tangga terletak di sisi timur
bagian selatan Pasar Atas. Kelompok tangga ini terdiri dari 5
kelompok anak tangga. Antara anak tangga kedua dan ketiga
dikelingi olehjalan darijalur utara. Demikianjuga anak tangga
keempat dan kelima diselingi oleh jalan dari jalur selatan.
62 - Boekittinggi Tempo Doeloe
...
"
!lI - 69
~)r9
I
"
\
,,
'
--
IJ")(JI~
J<1}',,!
+-+
Catatan Akhir
10
II
12
IJ
14
15
16
17
18
19
20
21
22
13
24
25
26
1840", bag. IV, BKI, No. 39, Tahun 1890, him. 193-194.
RusH Amran, op. cit., him. 581-592. Christine Dobbin, op. cit.,
him. 125-130.
Rusli Amran, Sumatra Barat PlakatPanjang (Jakarta: Sinar Harapan,
1985, him. 122-149.
Rusli Amran, op. cit., him. 188-189.
RusH Amran, ibid.
RusH Amran, Padang Riwayatmu Dulu (Jakarta: Mutiara Sumber
Widya, 1986), him. 195-196.
Elizabeth E. Graves, op. cit., him. 40.
Taufik Abdullah, "The Making of Schake! Society: The
Minangkabau in the Late of 19 th Century", dalam Papers ofthe
Dutch-Indonesian Historical Conference (Lei den I Jakarta: The Bureau
ofIndonesia Studies Uflder Auspices ofDutch and Indonesian Steer
ing Committees of the Indonesian Studies Program, 1978), him.
143-153.
Perubahan sistem pemerintahan Hindia Be1anda di Sumatra Barat
ini berkenaan dengan timbulnya gagasan baru, yang dikenal dengan
politik Batiq Slot. Ada tiga point yang diajukan dalam rangka
pelaksanaan politik Batiq Slot ini. Pertama, pendelegasian kekuasaan
dari pemerintahan Kerajaan Belanda (negeri induk) ke pemerintahan
Hindia Be1anda (negerijajahan); dari pemerintahan ke departemen;
dari pejabat Belanda (Iokal) ke pejabat pribumi. Kedua, menciptakan
lembaga-Iembaga otonom yang mengatur urusan sendiri. Ketiga,
pemisahan keuangan negeri induk dengan negerijajahan. Dengan
adanya desentralisasi dan memperbesar otonomi daerah.
Staatsblad van Nederlandsch-IndieTahun 1914 No. 774
H. W. Stap, "De Nagari Ordonantie ter Sumatra's Westkust", KT,
No.5, Th. 1917, him. 743.
Staatsblad van Nedrlandsch-Indie Tahun 1914 No. 774.
H.w. Stap, op. cit., 741.
Staatsblad van NederlandschIndie tahun 1918 No. 320.
Ibid.
Lihat Pauline Doublin Milone, Urban Area in Indonesia: Administrasi
and Census Concept (Berkeley: Institut ofInternational Studies Uni
versity of California, 1966), him. 19.
Ibid.
Berdasarkan lokasi pasar disebut juga dengan balai. Dalam hal ini
ucapan pergi ke balai sinonim dengan pergi ke pakan atau ke pasar.
A.A. Navis, Alam Terkembang ladi Guru: Adat dan Kebudayaan
Bab III - 73
28
29
30
31
32
J3
34
35
306.
Berdasarkan peIaksanaan pakan yang sekali seminggu ini, orang
Minangkabau menyebut seminggu dengan sapakan (sepekan).
Pergiliran hari pakan ini juga telah menjadikan pedagang dapat
bekerja sepanjang hari dari satu pakan ke pakan berikutnya.
Sekarang terlihat ada nagari yang mempunyai pakan sendiri dan
ada pula yang tidak. Nagari Balingka misaInya, sekarang tidak
mempunyai pakan lagi. Padahal, menurut penuturan para tetua
kampung pada masa lalu Nagari Balingka mempunyai sebuah pakJ:m.
Lokasi pasar itu masih dapat ditunjukkan sekarang.
Pusat pasar ini kemudian dijadikan pusat pemerintahan dan
perdagangan oleh pemerintah Hindia Belanda. Perkembangan dari
kedua fungsi ini, kemudian menjadikannya tumbuh sebagai sebuah
kota. Mochtar Nairn, Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabau
(Jakarta: Gadjah Mada University Press, 1984), hIm. 73-77.
Pada tahun 1825 diperkirakan di Luhak Agam terdapat 15 pasar, di
Luhak Tanah Data 29, dan di Luhak Limo Puluah Koto 14 pasar.
Masing-masing luhak mempunyai Pakan Gadangnya sendiri,
sedangkan pasarnya masing-masing berbeda. Pasar Bukittinggi
untuk Luhak Agam, yang dilaksanakan setiap hari Sabtu; Pasar
Batusangkar untuk Luhak Tanah Data, yang dilaksanakan setiap
hari Kamis; Pasar Payakumbuh untuk Luhak Limo Puluah Koto,
yang dilaksanakan setiap hari Ahad (Minggu). E.B. Kielstra,
"Sumatra's Westkust van 1819-1825", BKI, deel I No. 36 Tahun
1887, hIm. 1888-189.
Azwar Dt. Mangiang, "Hari Jadi Kota Bukittinggi, 18 Desember
1820", Makalah Seminar Hari Jadi Kota Bukittinggi(Bukittinggi:
t.p., 1988), him. 1-9.
Ibid.
Kondisi pasar ini masih terlihat oleh M. Buys. M. Buys, Twee farm
op Sumatra's Westkust(Amsterdam:.A. Akkering, 1886), hIm. 47
53.
Ibid.
Nama de KockdiambU dari nama Hendrik Markus de Kock, pejabat
Komandan MUiter dan Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda
36
37
l8
39
40
41
~2
~3
44
45
46
47
48
49
so
5t
52
53
54
SS
Bab III - 77
70
71
72
73
74
75
76
77
Periode Perang Paderi yang ketiga ini disebut oleh Christine Dob
bin sebagai proto-nasionalisme Minangkabau. Christine Dobbin,
op. cit., hIm. 227-250. Adapun penyebab terjadinya persatuan
rakyat Minangkaba u ini adalah diberiakukannya pajak pasar dan
dijadikan surau atau mesjid sebagai markas Belanda. Se1ain ltu,
banyak pula gadis-gadis yang diperkosa oleh pasukan Be1anda.
Akibatnya, banyak penghuiu yang merasa direndahkan dan
dikurangi haknya. Lihat juga Rusli Amran, op. cit., hIm. 540-580.
StaatbladvanNederlandsch-Indie, Tahun 1914No. 731.
Bajaga gadang secara terminologi berarti berjualan besar.
Maksudnya, para kepaia Iaras pada hari Sabtu itu dianggap mereka
yang berjualan di Pasar Bukittinggi. Mohamad Hadjerat, op. cit.,
hIm. 53.
A. KnottenbeIt, loc. cit., hIm. 75.
Mohamad Hadjerat, op. cit., hIm. 45-47.
P.A.. Hondius van Herwerdawn, "Bestuursreorganisatie in het
Gouvernement Sumatra's Westkust", KTNo. 1, bg. II, Th. 1912,
hIm. 1082-1083.
Ibid.
Mohamad Hadjerat, op. cit., hIm. 45.
Bab IV
Pendidikan Barat dan
Munculnya Golongan Intelektual
di Sumatra Barat
Tabel 12
No.
Kelas
Mata Pelajaran
1.
IV
2.
Membaca (lanjutan)
Menulis
3.
II
Membaca (lanjutan)
Menulis
Berhitung
4.
Mengarang
Berhitung (lanjutan)
Dasar-dasar Tata Buku
Dasar-dasar Ilmu Bumi
-
Bab IV - 83
Tabel13
No.
--------
1.
32%
Pedagang
2.
31 %
Pegawai
3.
17 %
Fungsionaris adapt
4.
12%
Penghulu
5.
3%
Pegawai tinggi
6.
3%
Tukang
7.
2%
---
-------
--------
,-
UIama
--_.-
.."
Tabe114
No.
I---
Nama
Tempat Mengajar
--
I.
Payakumbuh
2.
Moeh. Taib
Bukittinggi
3.
Moeh. Saleh
4.
5.
Imam Batuah
Batusangkar
--
6.
Khatib Bandaro
Halaban
7.
Sutan Mahakum
Halaban
8.
Bagindo Sutan
Solok
9.
Jumbang
Painan
10.
Air Bangis
11.
Sutan Kalabiah
Lubuk Sikaping
--
Puar Datar
Panti
Tabel15
~~~~-
No.
Nama/Usia Masuk
Pekerjaan
Orang Tua
Tanggal Masuk
Pongah (17)
Penghulu Suku
14 September 1861
2.
Limbago (20)
Penghulu Suku
27 Agustus 1862
3.
Puncak (24)
Pengo Andiko
27 Agustus 1862
4.
Bandaro (13)
Kepala Laras
16 April 1863
5.
Suwit (20)
Pedagang
1 Agustus 1864
6.
Pemborong
1 Agustus 1864
7.
Masut (20)
Swasta
1 September 1864
8.
Ombak (20)
Tuo Kampung
30 September 1865
9.
Pedagang
16 Agustus 1865
Kepala Devisi
18 Agustus 1865
11.
Kepala Devisi
18 Agustus 1865
12.
Bustam (17)
Pedagang2
13.
Usman (18)
Pedagang
9 Januari 1866
14.
Pakus
24 Maret 1866
15.
Kepa1a Laras
7 Mei 1866
16.
Pakah (18)
Pengo Kampung
7 Mei 1866
17.
Sail (20)
Pandai Emas
30 Juni 1866
18.
Tuwah (14)
23 Juni 1866
19.
Pengo Kepa1a
31 Agustus 1866
Oktober 1865
89
Tabel16
Tahun 1877-1892
No.
Daerah
1877
1882
1887
1892
l.
Sumatera Barat
35
37
43
40
2.
Bengkulu
3.
Lampung
4.
Palembang
5.
Riau
6.
Belitung
48
49
49
46
Jumiah
Tabel17
Mata Pelajaran
Kls I
Kls II
KlsIII
Kls IV
Kls V
1.
Bahasa Belanda
18
18
16
15
15
2.
Bahasa Melayu
3.
Ilmu Berhitung
4.
Ilmu Mengukur
5.
6.
Ilmu Bumi
7.
Sejarah
8.
Ilmu Alam
9.
Iimu Bintang
10
Ilmu Tumbuh-tumbuhan
II.
Ilmu Guru
12.
Menggambar
13.
Menulis
14.
Menyayi
L __
Bilb IV - 95
TabeI18
Mata Pelajaran
K1s I
K1s II
K1sIII
K1s IV
K1s V
1.
Bahasa Belanda
18
18
16
15
15
2.
Bahasa Me1ayu
3.
Ilmu Berhitung
4.
Hmu Mengukur
5.
f--
------
Ilmu Bumi
6.
'---'
------
7.
Sejarah
8.
nmu Alam
Ilmu Bintang
Ilmu Tumbuh-tumbuhan
------
9.
f--
10
f----
II.
Menggambar
12.
Menulis
0
""-,
13.
Menyayi
14.
lImu Hukum
1
""'-
a
----
5
.""
IS.
16.
Ilmu Ekonomi
Catatan Akhir
dan yang paling rendah Guru Mudo. Hamka, Ayahku: Riwayat Hidup
65-85.
Bab IV - 103
10
II
12
13
14
IS
16
11
18
19
20
21
22
23
24
2S
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
4S
46
Ibid.
RusH Amran, op. cit., him. 163.
R. Freiderich, op. cit., him. 21-25.
StaadsbladvanNederlandsch.IndieTahun 1891 No. 125.
Adapun di Sumatera Barat Sekolah Kelas I disebut oleh masyarakat
Minangkabau Sekolah Gubernement dan Sekolah Kelas II disebut
dengan Sekolah Nagari.
StaatssbladvanNederlandch-IndieTahun 1893 No. 125.
Ibid.
Bab IV 105
64
65
66
67
68
69
Bab IV - 107
Bab V
Bukittinggi dan
Pergerakan NasionaI
di Sumatra Barat
121
Bab V -123
BabV -127
Tabel19
----------------
Nama
Taggallahir
Pendidikan
Negeri
Asal
Barang
Dagangan
I.
19/4/1920
Gouveme
ment
Sungai
Puar
Kain
2.
H. Mhd. Yatim
1898
SR
Sungai
Puar
Kain Batik
3.
Marzuki Dt.
Mangulak Basa
1886
SR
Bukit
tinggi
Buku
4.
H. Syamsuddin
7/9/1901
SR
Sungai
Landir
Kelontong
5.
H. Mhd. Thaher
1870
Surau
Manin
jau
Kelontong
6.
H.M.S. Sulaiman
1880
Surau
Sungai
Puar
Buku
Agama
7.
4/6/1890
Surau
Sungai
Puar
Penerbitan
buku
8.
H. Sy. Khalidi
1904
SR
Sungai
Puar
Buku
No.
9.
Rasyid St.
Tumanggung
1890
SR
Balingka
Kain batik
10.
Malin Sulaiman
1887
Thawalib
Kapau
Pcnerbitan
buku
II.
B.St. Burhaman
1909
NormalSc
hool
Kubang
Putih
Agen
Perusahaan
CatatanAkhir
Istilah Kaum Muda pertama kali digunakan oleh Dt. Sutan Maha
raja ketika ia dan kelompoknya pada awal abad ke-20 melancarkan
serangan kepada para aristokrat di kota-kota pantai. Nama ini
dillhami oleh gerakan Turki Muda yang menentang penguasa pada
waktu itu. Akan tetapi, nama ini kemudian lebm populer untuk
menyebut keloropok ulama modernis yang muncul pada awal abad
ke-20. B.J.O. Schrieke, Pergolakan Agama di Sumatra Barat:
Sebuah Sumbangan Bibliografi, terjemahan Soeganda
Poerbakawatja (Jakarta: Bhratara, 1974), hIm. 42-43 dan 54-58.
Tauflk Abdullah, Schools and Politics: The Kaum Muda Move
ment in West Sumatra 1927-1933 (Ithaca. New York: Cornell
Modern Indonesia Project, 1971), him. 10-11.
Go1ongan Ulama yang menjadi lawan Kaum Muda ini lebih populer
disebut dengan Kaum Tua. Kaum Muda yang relatifberusia muda
lebih terbuka akan kemajuan, sedangkan Kaum Tua yang berusia
relatiftua 1ebih menutup diri terhadap kemajuan.
Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Be1anda: Het Kantoor voor
Inlandsche Zaken (Jakarta: LP3ES, 1985), hIm. 51-58; lihat juga
Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942
(LP3ES, 1990), hIm. 195
Ordonansi Guru Tahun 1925 (Staatsb1ad van Nederlandsche-Indie
Tahun 1925 No. 550) merupakan penyempurnaan dari Ordonansi
Guru 1905 (Staatsb1ad van Nederlandsche-Indie Tahun 1905 No.
219). Ada dua perbedaan antara Ordonansi Guru Tahun 1905 dan
Ordonansi Guru Tahun 1925.
Pertama. Pada Ordonansi Guru Tahun 1905, guru agama harus
mendapat izin terlebih dulu dari pemerintah setempat sebelum
menjalankan tugasnya, sedangkan pad a Ordonansi Guru Tahun
1925 cukup memberitahu saja.
Kedua, Ordonansi Guru Tahun 1905 diberlakukan khusus untuk
daerah Jawa dan Madura, kecuali daerah Yogyakarta dan Surakarta,
sedangkan Ordonansi Guru Tahun 1925 dikeluarkan untuk seluruh
wilayah Hindia Belanda. Lihatjuga Napisah binti Ramli, "Reaksi
Masyarakat Minangkabau terhadap Goeroe Ordonantie 1928",
Skripsi Sarjana (Padang: Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universi
tas Andalas, 1992).
Ordonansi Guru Tahun 1925 pasall.
Peristiwa Silungkang yang terjadi pada malam pergantian tahun
Bab V -129
8
9
10
II
12
1)
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Ketua
: Ali Imran
WakilKetua
: H. Udin Rahmani
Sekretaris
: Darwis Thaib
Pembantu
: H. Jalaluddin Thaib
Lihat Mardjani Martamin, et. aL, Sejarah Pergerakan Nasional
Sumatra Barat (Jakarta: Depdikbud, 1977/1978), hIm. 65-66.
Jambek merupakan gelar yang diberikan kepada Syekh Muhammad
Jamil karena ia memelihara jambang atau jambek (bahasa
Minangkabau). Jambang ini menjadikan penampilannya khas dan
berbeda dengan ulama-ulama lainnya. Hamka, op. cit., hIm. 279
281.
Hubungan Syekh J ambek dengan Kaum Tua disebabkan ia pernah
menjadi guru tarikat sepulang ia dad Mekah. Adapun hubungan
dengan golongan penghulu lebih ditentukan karena bapaknya
seorang Penghulu Kepala Nagari Gurun Panjang, Kurai
(Bukittinggi).
Ketegangan kelompok yang sesungguhnya iaJah sikap berseberangan
mereka dengan Syekh J ambek ini disebabkan karena sepulang Syekh
Jambek dari Mekah, ia mengajarkan kepada mereka ilmu-ilmu
"kebatinan" yang juga ia dipelajari di Mekah. Oleh karena
untuk beberapa hal Syekh Jambek dianggap guru oleh pengikut
..
tarikat.
Berbeda dengan ulam-ulama lainn"ya yang dari kecil telah
diperkenalkan secara intensif dan mendalam dengan ilmu
keislaman.
Tentang kehidupan parewa, Hamka seorang yang mengenal baik
daerah Minangkabau, menceritakan: "Oi Minangkabau memang
ada satu golongan orang-orang muda yang bergelar parewa. Mereka
tidak mau mengganggu kehidupan kaum keluarga. Hidup mereka
adalah dari berjudi, menyabung ayam, dan lain-lain. Mereka juga
ahli dalam pencak dan silat. Pergaulan mereka sangat luas, di antara
parewa di kampung anu dengan kampung yang lain harga
menghargai dan besar-membesarkan. Tetapi, mereka sangat kuat
mempertahankan kehormatan nama suku dan kampung. Kalau
men!ka bersahabat, sampai mati mereka akan mempertahankan
sahabatnya, saudara sahabatnya menjadi saudaranya, seakan-akan
seibu, sesaudara, sekemenakan. Kata-kata "muda" terhadap
perempuan tidak boleh sekali-kali. Kalau ada yang kalah dalam
permainan sehingga habis harta bendanya, maka oleh dia yang dibcri
pakaian dan uang sekedarnya, disuruh pulang dengan ongkos
32
33
35
36
50
51
52
Bab V- 135
Bah VI
Epilog
Kepustakaan
VolkstellingTahun 1930.
Buku-buku
Ahmad Dt. Batuah dan A. Dt. Majoindo. 1956. Tambo A/am
Minangkabau dan Adatnya. Djakarta: Balai Pustaka.
J.R. Chaniago. "Penduduk Bukittinggi sebelum Perang: Sebuah
Kerangka Studi", dalam Anhar Gonggong (ed.). Komunikasi
Antar Daerah Suku Bangsa. Jakarta: Departemen Pendidik dan
Kebudayaan.
Aqib Suminto. 1985. PoUtik Islam Hindia Belanda: Het Kantoor Voor
Inlanshe Zaken. Jakarta: LP3ES.
A.A. Navis. 1984. Alam Terkembang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan
Minangkabau. Jakarta: Grafiti Press.
A.
Emran JamiJ dan H. Abdul, Malik Karim (eds.). PeTingatan
(Verslag) daTi "MadjIis Permoesyawaratan Oelama Minangkabau"
142 - Boekittinggi Tempo Doeloe
"-.
Leur, J.e. van. 1960. Indonesia Trade and Society: Essay in Asian Social
Economic History. Bandung: Sumur Bandung.
Marjani Martamin, et al. 197711978, Sedjarah Pergerakan Nasional
Sumatera Barat(Jakarta: Departemen Pendidikan Kebudayaan),
___________ , 1978. Sejarah Sumatera Barat. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Mc.Gee, TG. 1969. The South East Asian in Indonesia: Administrative
and Census Concept. Reseach of the Primate Cities of Southeast
Asian. London: G. Bell and Sons.
Milone, Pauline D. 1966. Urban Areas in Indonesia: Administrative an
Cencus Concept. Reseach Series ro. Berkeley: Institut of Inter
2. Jakarta: Gramedia.
Schrieke, B.J.o. 1973. Pergolakan Agama di Sumatera Barat: Sebuah
Sumbangan Bibliografi. Terdjemahan Soegarda Purbakawatja.
Djakarta: Bhratara.
Schoor1, 1. W.1984. Modernisasi: Per/gantar Sosiologi Negara-Negara
Berkembang. Penterjemah R.G. Soekadjo. Jakarta: Gramedia.
Sidi Ibrahim Boechari. 1981. Pengaruh Timbal Balik Per/didikan Islam
dan Pergerakan Nasional di Minangkabau. Jakarta: Gunung Tiga.
Sjoberg, Gideon. 1965. The Preindustrial City: Past and Present. New
York: The Free Press.
Syahruddin. 1987. "Po1a Pertumbuhan Penduduk Perkotaan di Pusat
Pertumbuhan Sumatera Barat", Sebuah Laporan untuk
Sekretariat Mentri Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup, Asisten IV. Padang: Pusat Studi Kependudukan.
S. Menno dan Mustamin A1wi. 1992. Antropologi Perkotaan. Jakarta:
Rajawali Pers.
Tamar Djaja. 1951. Pusaka Indonesia: Orang-orang Besar Tanah Air.
Bandung: G. Kolff & Co.
Taufik Abdullah. 1971. Schools and Politics: 7111! Kawn Movement il1
BabI -145
"
....;. ~:.t
r:' :0
tV ::""
X:.
fl)
0'
CJ
ofl)
j..~
~~\.
STADIA Pff:!:fflJ!I1IGNf I
0
~.
Vt t t) v1 t
Svt:\btf'
D~-
STADIA PERKE/'\B~JIG"-~ II
'TAHi.m 19~3
$IJmbtr
III
S~~btr
I. Ptlll
lllP'ftgJR
(;J
U1
Tubel
InI3'~19',J7
quru,
~1d{li.}h
J,H:lli'lil
Pild;!
l.lhun
1906
s.plain
IT>el,J(lJ'""kan
murirl
r:<llon
Sr}j:oL1;, R.'Iji~ j\.J~F' rm.'tuluskan (;'l'~lri~j calon peg;)w."})..
Tentang Penulis