Professional Documents
Culture Documents
ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut,
demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat,
trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Keunggulan:
1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang
mengalami gangguan hati
2. Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih
baik dibanding RL pada neonatus
3. Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada
anestesi dengan isofluran
4.
3.
4.
KA-EN MG3
Indikasi :
1. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan
elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas
2.
3.
4.
KA-EN 4A
Indikasi :
1.
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
KA-EN 4B
Indikasi:
1.
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
Komposisi:
1.
o
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Otsu-NS
Indikasi:
1.
Untuk resusitasi
2.
Resusitasi
2.
3.
Asidosis metabolik
MARTOS-10
Indikasi:
1.
2. Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi
berat, stres berat dan defisiensi protein
3.
4.
AMIPAREN
Indikasi:
1.
2.
Luka bakar
3.
Infeksi berat
4.
Kwasiokor
5.
Pasca operasi
6.
7.
AMINOVEL-600
Indikasi:
1.
2.
3. Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca
operasi)
4.
5.
PAN-AMIN G
Indikasi:
1.
2.
3.
Tifoid
Infus cairan adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum,
ke dalam tubuh untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.
Fungsi NaCl bagi tubuh yang sehat sebenarnya tidak ada. NaCl 0,9%, misalnya, dulu dikenal
sebagai cairan fisiologis karena dianggap memiliki kandungan cairan yang menyerupai
kandungan cairan tubuh. Biasanya cairan ini digunakan pada penderita rawat inap yang
memerlukan jalur infus, yang tanpa kelainan pada kandungan cairan tubuh (dalam artian
tidak terdapat perubahan nilai elektrolit dalam tubuh). Namun, dalam keadaan tertentu
(misalnya kadar natrium dalam darah menurun), NaCl dapat digunakan (secara infus) untuk
meningkatkan kadar natrium, tentunya dengan menyesuaikan persen NaCl yang dibutuhkan.
Dengan kata lain NaCl itu juga merupakan molekul yang orang bilang garem dapur terdiri
dari Na+ dan Cl- merupakan ion elektrik... berperan dalam natrum kalium ATP-ase yang
intinya semua kerja tubuh yang memerlukan listrik, seperti saraf, otot, chenel2 reseptor, dll
II. JENIS - JENIS CAIRAN INFUS
1. Cairan hipotonik.
Adalah cairan infuse yang osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum
(konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan
menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke
jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi),
sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami
dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien
hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang
membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel,
menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada
beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
2. Cairan Isotonik.
Adalah cairan infuse yang osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum
(bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah.
Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga
tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan),
khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah
cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
3. Cairan hipertonik.
Adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga
menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu
menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak).
Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45%
hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah),
dan albumin.
Dari Sisi Cairan
a. Kandungan elektrolit cairan
Elektrolit yang umum dikandung dalam larutan infus adalah Na+, K+, Cl, Ca2+, laktat
atau asetat. Jadi, dalam pemberian infus, yang diperhitungkan bukan hanya air melainkan
juga kandungan elektrolit ini apakah kurang, cukup, pas atau terlalu banyak. Dalam hal ini
pula
atau
dalam
kandungan
cairan
ini
terkandungosmolaritas
cairan
dimana
yang dimaksud dengan osmolaritas adalah jumlah total mmol elektrolit dalam kandungan
infus. Untuk pemberian infus ke dalam vena tepi maksimal osmolaritas yang dianjurkan
adalah kurang dari 900mOsmol/L untuk mencegah risiko flebitis (peradangan vena). Jika
osmolaritas cairan melebihi 900 mOsmol/L maka infus harus diberikan melalui vena sentral.
Adapun kandungan lain dalam cairan infuse yaitu seperti disebutkan sebelumnya,
selain elektrolit beberapa produk infus juga mengandung zat-zat gizi yang mudah diserap ke
dalam sel, antara lain: glukosa, maltosa, fruktosa, silitol, sorbitol, asam amino, trigliserida.
Pasien yang dirawat lebih lama juga membutuhkan unsur-unsur lain seperti Mg 2+, Zn2+ dan
trace element lainnya.
Dalam proses sterilitas cairan infuse itu sendiri dapat di lihat dari parameter kualitas
untuk sediaan cairan infus yang harus dipenuhi adalah steril, bebas partikel dan bebas pirogen
disamping pemenuhan persyaratan yang lain. Pada sterilisasi cairan intravena yang
menggunakan metoda sterilisasi uap panas, ada dua pendekatan yang banyak digunakan,
yaitu overkill dan non-overkill (bioburden-based).
a. Overkill adalah Pendekatan yang dilakukan untuk membunuh semua mikroba, dengan
prosedur sterilisasi akhir pada suhu tinggi yaitu 121 oC selama 15 menit. .Dengan cara ini,
hanya cairan infus yang mengandung elektrolit tidak akan mengalami perubahan. Namun
cara ini sangat berisiko dilakukan pada cairan infus yang mengandung nutrisi seperti
karbohidrat dan asam amino karena bisa jadi nutrisi tersebut pecah dan pecahannya menjadi
racun. Misalnya saja larutan glukosa konsentrasi tinggi. Pada pemanasan tinggi, cairan ini
akan menghasilkan produk dekomposisi yang dinamakan 5-HMF atau 5-Hidroksimetil
furfural yang pada kadar tertentu berpotensi menimbulkan gangguan hati. Selain suhu
sterilisasi yang terlalu tinggi, lama penyimpanan juga berbanding lurus dengan peningkatan
kadar 5-HMF ini.
b. Non-overkill :
Sesuai dengan perkembangan kedokteran yang membutuhkan jenis cairan yang lebih
beragam contohnya cairan infus yang mengandung nutrisi seperti karbohidrat dan asam
amino serta obat-obatan yang berasal dari bioteknologi, maka berkembang juga teknologi
sterilisasi yang lebih mutakhir yaitu metoda Non-Overkill atau disebut juga Bioburden,
dimana pemanasan akhir yang digunakan tidak lagi harus mencapai 121 derajat, sehingga
produk-produk yang dihasilkan dengan metoda ini selain dijamin steril, bebas pirogen, bebas
partikel namun kandungannya tetap stabil serta tidak terurai yang diakibatkan pemanasan
yang terlampau tinggi. Dengan demikian infus tetap bermanfaat dan aman untuk diberikan.