Professional Documents
Culture Documents
Pap i l A t r o f i
Atrofi papil
nervus optikus adalah degenerasi nervus optik yang tampak sebagai papil
berwarna pucat akibat hilangnya pembuluh darah kapiler serta akson dan
selubung myelin
nervus optikus dan digantikan oleh jaringan glia. Atrofi papil bukan merupakan penyakit
akan
tetapi
merupakan
tanda akan
kondisi
merupakan proses akhir dari suatu proses yang terjadi di retina, kerusakan yang sangat luas
dari nervus optikus akan menimbulkan atrofi papil dan dapat menimbulkan mata menjadi
buta, untuk itu diperlukan penegakan diagnosis yang cermat dan
segera tertangani. Gejala awal berupa keluhan mata kabur disertai pandangan gelap yang
disertai dengan sakit kepala, lemas dan mual. Penegakan diagnosis atrofi papil memerlukan
pemeriksaan mata
yang lengkap
pupil,
seperti
pemeriksaan
pemeriksaan
retina
visus,
dan
tes lapang
diskus
optikus
pandang,
dengan
tool
for
assessment
of
the
optik
disc
and
parapapillary
atrophy.
http://biomedicaloptiks.spiedigitallibrary.org/article.aspx?articleid=1372919)
B. Etiologi
1.
oklusi vaskular
2.
proses degenerasi
3.
4.
5.
6.
glaukoma
7.
8.
intoksikasi
9.
kelainan kongenital
10.
trauma
11.
degenerasi retina
C. Klasifikasi
1. Papil atrofi primer
Tampak tepi papil agak kabur, warna pucat sedangkan lamina kribrosa
tidak tampak.
Sebab
Atrofi primer
Atrofi sekunder
Glaukoma,
Papilitis,
Intoksikasi
Papilledema
Degenerasi
Desenden
Pembuluh darah
Normal
Arteri menciut
Batas papil
Batas tegas,
Tepi
papil
dengan
retina normal
Warna papil
Pucat abu-abu
Pucat
Gangguan papil
Terlihat
Tidak tampak
Lamina kribosa
Tampak jelas
Tidak
(tertutup glia)
tampak
D. PATOFISIOLOGI
Hipermetropia
Pseudopapiledema
Drusen papil
Pembengkakan
resolusi
Jika tidak
tertangani:
Atrofi papil
Kerusakan akson:
Penyakit retina
ekstensif
Kompresi saraf
optikus
Neuropati optikus
Infiltrat selular:
Inflamasi
Neoplasia
Pencekungan papil
Glaukoma
penyebabnya.
saraf optik
altitudinal
: hilang
lapang
pandang sebagian
atas atau
bawah, dapat terjadi pada iskemik optik neuropati, kerusakan saraf optik,
kiasma dan kelainan korteks .
F. DIAGNOSIS
Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk menentukan ada tidaknya riwayat kondisi yang
sama dalam keluarga. Selain itu pada anamnesis juga ditanyakan riwayat
penggunaan obat-obatan tertentu dan riwayat keracunan.
Pemeriksaan lintas visual
1. Pemeriksaan visus, baik visus sentral jauh maupun sentral dekat dengan
usaha koreksi sebaik mungkin (Snellen Chart)
2. Pemeriksaan lapangan pandang baik dengan cara yang paling sederhana
atau dengan alat yang canggih misalnya :
a. Uji konfrontasi
Lapang pandang
pasien
dibandingkan
dengan
lapang
pandang
pemeriksa
Bila
pemeriksa
telah
lapang pandangannya,
melihat
maka
bila
benda
atau
jari
lapang
padang
di
dalam
pasien
juga
melihat benda
atau jari
dalam
itu
setelah
berada
lebih
ke
tengah
lapang
pandang pemeriksa
Dengan
memakai
bidang
parabola
yang
terletak
30
cm
di
depan pasien
Pasien
diminta
untuk terus
menatap
titik
pusat
alat
dan
c.
Dapat pula ditentukan letak bintik buta pada lapang pandang pasien
optik
dominan
mula-mula
dilaporkan
oleh
Khasnya
terdapat
skotoma
sentrosekalis
dengan
gangguan
penglihatan warna.
D. Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan
lapangan
pandang
skotoma
sekosentral,
lapang
E. Diagnosis :
penurunan pendengaran
sindroma
progresif, kuadriplegia
Dapat disertai
spastik dan
demensia.
juga
menyertai. Diabetes
juvenilis
3. Penyakit Leber
Penyakit
ini
mula-mula
ditemukan
oleh
Leber
tahun
Penglihatan kabur
d. Patofisiologi :
Pada fase
akut akan
terjadi
edema
diskus optikus
dan
retina
Kedua
nervus
optikus
akhirnya
menjadi
atrofi
dan
Penyakit
ini mungkin
mirip
skeloris
f. Diagnosis Banding :
Miopati
mitokondrial,
Asisdosis
laktat,
Serangan serupa
stroke
Neuropati
optik
sekunder seperti
degenerasi
retina
(sindrom
sampai
neurologik progresif
antaranya:
dewasa
dan
muda
bermanifestasi sebagai
gangguan
III. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan neuritis optikus dengan kortikosteroid hingga saat ini
masih kontroversial. Sedangkan penatalaksanaan atrofi papil saraf optikus
karena penyebab yang lain tergantung pada penyakit yang mendasari.
IV. PENCEGAHAN
Atrofi
papil
saraf
optikus
dapat
dicegah
dengan
melakukan
Deteksi awal
adanya
inflamasi atau
masalah
lain
akan
Lebers
hereditary
aptic
neuropathy,
genetik berisiko
disarankan
untuk
V. PROGNOSIS
Banyak
pasien
dengan
neuritis
optikus
pada
pulih
akhirnya
akan
penglihatannya
secara bertahap setelah satu episode neuritis optikus, bahkan tanpa pengobatan.
Sedangkan kemungkinan perbaikan penglihatan
pada Lebers
hereditary aptic
neuropathy sangat kecil. Pada neuropati optikus toksik atau nutrisional, jika
penyebabnya dapat diketahui
dan
ditangani secara
dini,
penglihatan
dapat
REFERENSI:
1. Vaughan, Daniel G. 2000 Oftalmologi Umum. Edisi ketiga. Widya Medika:
Jakarta.
2. Ilyas, Prof. Dr. H. Sidarta. 2006. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta.
3. Yogiantoro, et al. 2006. Papil Atrofi. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Penyakit Mata Edisi III. Surabaya: RSU Dokter Soetomo. Hal: 54-55.
4. Atrofi Papil Nervus Optikus Primer
http://www.acponline.org/mobile/ophthalmologywaxman2011/oda.html
5. Optic Atrophy Lecture by Prof. V. Rajaram at Regional Institute of
Ophthalmology, Chennai. September 16, 2006.
Ilmu