You are on page 1of 18

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Propofol adalah obat hipnotik sedatif intravena dengan kerja singkat. Obat

ini digunakan untuk induksi dan pemeliharaan dari anestesi umum, sedasi pada
ventilasi mekanik orang dewasa. Propofol juga dapat digunakan sebagai
pengobatan pada hewan.
Secara Kimia, propofol tidak berhubungan dengan barbiturat dan telah
menggantikan sodium thiopetal (Penthotal) sebagai induksi pada anestesi karena
proses penyembuhan setelah digunakan propofol lebih cepat dan bersih ketika
dibandingkan dengan thiopetal. Propofol bukan merupakan obat analgesik, maka
opioid seperti fentanyl dapat dikombinasikan dengan propofol untuk mengurangi
rasa sakit. Propofol disebut juga sebagai susu amnesia karena penampilannya
yang seperti susu (berwarna putih)
Propofol merupakan suatu zat induksi yang paling sering digunakan dalam
tindakan anestesi umum. Lebih dari 50 negara menerima penggunaan propofol
bahkan tersedia juga dalam bentuk generik.(1)

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Definisi
Propofol merupakan obat anestesi intravena yang bekerja cepat dengan

karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa pusing dan mual-mual. Propofol
merupakan cairan emulsi minyak-air yang berwarna putih yang bersifat isotonik
dengan kepekatan 1% (1 ml/10mg) serta mengandung 10% minyak kedele, 2,25%
gliserol, dan 1,2% purified egg phosphatide yang dimurnikan dan mudah larut
dalam lemak. Propofol menghambat transmisi neuron yang dihantarkan oleh
GABA. Penggunaan propofol 1,5-2,5 mg/kgBB dengan penyuntikan cepat (<15
detik) menimbulkan turunnya kesadaran dalam waktu kurang dari 30 detik.(1)
Propofol

lebih

cepat

dan

sempurna

mengembalikan

kesadaran

dibandingkan dengan obat anestesi lain yang disuntikan secara cepat. Selain cepat
mengembalikan kesadaran, propofol memberikan gejala sisa yang minimal pada
SSP. Nyeri pada tempat suntikan lebih sering apabila obat disuntikkan pada
pembuluh darah vena yang kecil. Rasa nyeri dapat dikurangi dengan pemilihan
tempat masuk obat di daerah vena yang lebih besar dan penggunaan lidokain 1%.
(1,2)

Propofol adalah larutan yang tidak larut dalam air sehingga membutuhkan
pelarut untuk larut dalam lemak sehingga terjadi emulsifikasi. Saat ini digunakan
larutan kacang kedele sebagai pelarut lemak dan lechitin dari egg lechitin sebagai
zat pengemulsi yang dikomposisikan dengan rantai panjang trigliserida.

Komposisi seperti ini mendukung perkembangan bakteri dan meningkatkan


kandungan trigliserida plasma ketika diberikan melalui cairan infus yang lama.(2,3)
Campuran propofol dan obat lain tidak dianjurkan walau penggunaan
lidokain sering ditambahkan untuk mengurangi nyeri pada tempat suntikan.
Pencapuran lidokain dan propofol dapat menimbulkan gabungan pada droplet
minyak dan bentuk lain sehingga meningkatkan risiko embolisasi pulmonal.(2)

Gambar 1. Propofol dengan sediaan 1000 mg/100ml (Dikutip dari daftar pustaka
no 1)

2.2.

Sifat Fisik Dan Kimia Propofol


Propofol sedikit larut dalam air dengan pH sekitar 6-8,5. Propofol

memiliki nama kimia 2,6-diisopropilfenol dan struktur kimia sebagai berikut :

Gambar 2. Struktur kimia Propofol (1,3,4)

2.3.

Farmakologi
Propofol merupakan obat hipnotik-sedative yang digunakan dalam induksi

dan pemeliharan anestesi maupun sedasi. Injeksi intravena pada dosis terapetik
memberikan efek hipnotik dengan cepat, biasanya dalam waktu 30 detik dari awal
pemberian injeksi. Serupa dengan obat anestesi dengan aksi cepat yang lain,
waktu paruh dalam darah otak + 1-3 menit, dihitung untuk induksi cepat pada
anestesi.(1,3,4)
Propofol relatif bersifat selektif dalam mengatur reseptor gamma
aminobutyric acid (GABA) dan tampaknya tidak mengatur ligand-gate ion
channel lainnya. Propofol dianggap memiliki efek sedative hipnotik melalui
interaksinya dengan reseptor GABA. GABA adalah salah satu neurotransmitter
penghambat di SSP. Ketika reseptor GABA diaktifasi, penghantar klorida
transmembaran meningkat dan menimbulkan hiperpolarisasi di membran sel post
sinaps dan menghambat fungsi neuron post sinaps. Interaksi propofol dengan
reseptor komponen spesifik reseptor GABA menurunkan neurotransmitter

penghambat. Ikatan GABA meningkatkan durasi pembukaan GABA yang


teraktifasi melalui chloride channel sehingga terjadi hiperpolarisasi dari membran
sel.(1,3)
2.4.

Farmakokinetik
Propofol dengan cepat diabsorbsi tubuh dan didistribusikan dari darah ke

jaringan. Distribusi propofol melalui 2 fase. Dengan fase kedua merupakan fase
yang lebih lambat karena terjadi metabolisme di hati yang signifikan (konjugasi)
sebelum diekskresi lewat urin. Lebih kurang 2% dari dosis yang diberikan
diekskresi melalui feses. Propofol dapat menembus plasenta dan diekskresi
melalui susu.(1)
Setelah dosis bolus diberikan, terjadi keseimbangan dengan cepat antara
plasma dan otak yang menggambarkan kecepatan onset anestesi. Pemutusan dosis
setalah pemeliharaan anestesi selama lebih kurang 1 jam atau untuk sedasi pasien
ICU selama 1 hari, menyebabkan penurunan cepat konsentrasi propofol dalam
darah. Pemberian infus jangka panjang (10 hari pada sedasi pasien ICU)
menyebabkan akumulasi signifikan propofol dalam jaringan, maka sedasi
propofol menjadi lambat dan waktu sadar kembali menjadi meningkat.(1,4)
Propofol didegradasi di hati melalui metabolisme oksidatif hepatik oleh
cytochrome P-450. Namun metabolisme tidak hanya dipengaruhi hepatik tetapi
juga ekstrahepatik. Metabolisme hepatik lebih cepat dan lebih banyak
menimbulkan inaktivasi obat dan terlarut air sementara metabolisme asam
glukoronat diekskresikan melalui ginjal. Propofol membentuk 4-hydroxypropofol
oleh sitokrom P450. Propofol yang berkonjugasi dengan sulfat dan glukoronide

menjadi tidak aktif dan bentuk 4 hydroxypropofol yang memiliki 1/3 efek
hipnotik. Kurang dari 0,3% dosis obat diekskresikan melalui urin. Waktu paruh
propofol adalah 0,5-1,5 jam tapi yang lebih penting sensitive half time dari
propofol yang digunakan melalui infus selama 8 jam adalah kurang dari 40 menit.
Maksud dari sensitive half time adalah pengaruh minimal dari durasi infus karena
metabolisme propofol yang cepat ketika infus dihentikan sehingga obat kembali
dari tempat simpanan jaringan ke sirkulasi.(1,4)
Meskipun metabolisme propofol cepat tidak ada bukti yang menunjukkan
adanya gangguan eliminasi pada pasien sirosis hepatis. Konsentrasi propofol di
plasma sama antara pasien yang meminum alkohol dan yang tidak. Disfungsi
ginjal tidak mempengaruhi metabolisme bersihan propofol dan selama
pengamatan lebih dari 34 tahun metabolisme propofol dimetabolisme di urin
hanya 24 jam pertama. Pasien yang berusia lebih dari 60 tahun menunjukkan
penurunan bersihan plasma propofol dibandingkan pasien dewasa. Kecepatan
bersihan propofol mengkonfirmasi bahwa obat ini dapat digunakan secara terus
menerus intravena tanpa efek kumulatif. Propofol mampu melewati sirkulasi
plasenta namun secara cepat dibersihkan dari sirkulasi fetus.(1,3)
2.5.

Farmakodinamik
1. Efek pada Susunan Saraf Pusat
Propofol menurunkan Cerebral Metabolism Rate terhadap oksigen
(CRMO2), aliran darah, serta tekanan intrakranial (TIK). Pada pasien
dengan TIK normal terjadi penurunan TIK (30 %) yang berhubungan
dengan penurunan sedikit tekanan perfusi serebral (10 %). Pemberian

fentanyl dosis rendah bersama dengan propofol dosis suplemen mencegah


kenaikan TIK pada intubasi endotrakeal. (1)
Penggunaan propofol sebagai sedasi pada pasien dengan lesi yang
mendesak ruang intra kranial tidak akan meningkatkan TIK. Dosis besar
propofol mungkin menyebabkan penurunan tekanan darah yang diikuti
penurunan tekanan aliran darah ke otak. Autoregulasi cerebral sebagai
respon gangguan tekanan darah dan aliran darah ke otak yang mengubah
PaCo2 tidak dipengaruhi oleh propofol. Akan tetapi, aliran darah ke otak
dipengaruhi oleh PaCO2 pada pasien yang mendapatkan propofol dan
midazolam. Propofol menyebabkan perubahan gambaran EEG yang mirip
pada pasien yang mendapatkan thiopental. Cortical somatosensory evoked
potentials yang digunakan sebagai alat untuk memantau fungsi sumsum
tulang belakang menunjukkan tidak terdapat perbedaan hasil (penurunan
amplitudo) antara pasien yang mendapatkan propofol saja dan yang
mendapatkan propofol, N2O atau zat volatil lainnya. Propofol tidak
mengubah gambaran EEG pasien kraniotomi. Mirip seperti midazolam,
propofol menyebabkan ganguan ingatan yang mana thiopental memiliki
efek yang lebih sedikit serta fentanyl yang tidak memiliki efek gangguan
ingatan.(1)
2. Efek pada Sistem Respiratorik
Propofol menyebabkan bronkodilatasi pada pasien dengan penyakit
paru obstruktif kronik. Terdapat resioko apnea sebesar 25%-35% pada
pasien yang mendapat propofol. Pemberian agen opioid sebagai

premedikasi meningkatkan resiko apnea. Infus propofol menurunkan


volume tidal dan frekuensi pernapasan. Respon pernapasan menurun
terhadap keadaan peningkatan karbon dioksida dan hipoksemia. Propofol
menyebabkan

bronkokontriksi

dan

menurunkan

resiko

terjadinya

wheezing pada pasien asma. Konsentrasi sedasi propofol menyebabkan


penurunan respon hiperkapneia akibat efek terhadap kemoreseptor sentral.
(1,4)

3. Efek pada Sistem Kardiovaskuler


Propofol lebih menurunkan tekanan darah sistemik dari pada
thiopental. Penurunan tekanan darah ini juga dipengaruhi perubahan
volume kardiak dan resistensi pembuluh darah. Relaksasi otot polos
pembuluh darah disebabkan hambatan aktivitas simpatis vasokontriksi.
Stimulasi langsung laringoskop dan itubasi trakea membalikkan efek
propofol terhadap tekanan darah. Propofol juga menghambat respon
hipertensi selama pemasangan laringeal mask airways. Sebagai tambahan
N2O tidak mengubah respon tekanan darah pada pasien yang diberikan
propofol. Suatu penekan respon misalnya ephedrin dapat dimanfaatkan
pada pasien ini.(1)
Bradikardi dan asistol pernah dilaporkan pada pasien yang
mendapatkan propofol sehingga disarankan obat antikolinergik untuk
mengatasi stimulasi ke nervus vagus. Propofol sebenarnya juga
meningkatkan respon syaraf simpatis dalam skala ringan dibandingkan
saraf parasimpatis sehingga terjadi dominasi saraf parasimpatis.

Resiko bradikardia related death selama anestesi propofol sebesar


1,4/100.000. Bentuk bradikardi yang parah dan fatal pada anak di ICU
ditemukan pada pemberian sedasi propofol yang lama. Anestesi propofol
dibandingkan anestesi lain meningkatkan refleks oculokardiak pada
pembedahan strabismus anak selama pemberian antikolinergik.
Respon denyut jantung selama pemberian atropin intravena
berbeda tipis pasien yang mendapat propofol dan pasien yang sadar.
Penurunan respon atropin terjadi karena propofol menekan aktifitas saraf
simpatis. Pengobatan propofol yang menginduksi bradikardia adalah
dengan pemberian beta agonis contohnya isoproterenol.(1)
4. Efek pada fungsi hepar dan ginjal
Propofol tidak mengganggu fungsi hepar dan ginjal yang dinilai
dari enzim transamin hati dan konsentrasi kreatinin. Infus propofol yang
lama menimbulkan luka pada sel hepar akibat asidosis laktat. Infus
propofol yang lama menyebabkan urin berwarna kehijauan akibat adanya
rantai phenol. Namun perubahan warna urin ini tidak mengganggu fungsi
ginjal. Namun ekskresi asam urat meningkat pada pasien yang
mendapatkan propofol yang ditandai dengan urin yang keruh, terdapat
kristal asam urat, pH dan suhu urin yang rendah. Efek ini menandai
gangguan ginjal akibat propofol.(1,4)
5. Efek pada tekanan intraokular
Pembedahan laparaskopi dinilai berhubungan dengan peningkatan
TIO dan posisi pasien saat laparoskopi meningkatkan resiko hipertensi

okular. Pada kasus ini propofol menurunkan TIO segera setelah induksi
dan selama tindakan intubasi trakea. Penurunan TIO ini meningkat pada
pasein yang juga mendapatkan isofluran.(1)
6. Efek pada koagulasi
Propofol tidak mengganggu koagulasi dan fungsi trombosit.
Namun ada laporan yang menunjukkan bahwa emulsi propofol yang
bersifat hidrofobil mempengaruhi koagulasi darah dan menghambat
agregasi trombosit melalui pengaruh mediator inflamasi lipid termasuk
tromboxan A2 dan faktor-faktor pengaktivasi platelet/platelet-activating
factor (PAF).
7. Aplikasi Terapeutik Nonhipnotik
a. Efek antiemetik
Insiden mual dan muntah post operasi menurun pada pasien
yang diberikan propofol. Dosis subhipnotik propofol (10-15 mg iv)
mungkin digunakan untuk mengobati rasa mual dan muntah
terutama jika bukan disebabkan rangsangan nervus vagus. Selama
masa postoperasi, keuntungan propofol adalah onset kerja yang
cepat dan tiada efek samping obat yang serius. Propofol memiliki
efek umum dalam menatalaksana mual dan muntah pada
konsentrasi yang tidak menimbukan efek sedasi. Efek antiemetik
timbul pada pemberian propofol 10 mg diikuti dengan 10
mikrogram/kgBB/menit.

Dosis

subhipnotik

propofol

efektif

menatalaksana rasa mual dan muntah akibat kemoterapi. Ketika

10

induksi dan mempertahankan anestesi, penggunaan propofol lebih


efektif daripada pemberian ondansentron.
b. Efek anti pruritus
Propofol 10 mg iv efektif untuk menatalaksana pruritus
yang dihubungkan dengan opioid neuraxis atau kolestasis. Kualitas
analgesia tidak dipengaruhi propofol. Mekanisme efek antipruritus
berhubungan kemampuan obat menekan aktifitas spinal. Terdapat
suatu penelitian yang menunjukkan bahwa intratekal opioid
menimbulkan pruritus melaliu eksitasi segmental dari sumsum
tulang.
c. Aktivitas antikonvulsan
Propofol

merupakan

antiepileptik

dengan

merefleksi

GABA mediated presinaps dan postsinaps inhibition dari kanal ion


klorida. Dosis propofol> 1 mg/kgBB iv menurunkan durasi kejang
35%-45% pada pasien yang mengalami elektrokonvulsif.
d. Attenuation Bronkokonstriksi
Dibandingkan thiopental, propofol menurunkan prevalensi
terjadinya mengi/wheezing setelah induksi dengan anestesia dan
intubasi trakea pada pasien tanpa riwayat asma dan pasien dengan
riwayat asma. Formula baru propofol yang menggunakan
metabisulfit

sebagai

pengawet.

Metabisulfit

menimbulkan

bronkokontriksi pada pasien asma. Pada studi di hewan, propofol


tanpa metabisulfit menimbulkan stimulus ke nervus vagus yang

11

menginduksi bronkokontriksi dan metabisulfit sendiri dapat


meningkatkan kurang responnya saluran pernapasan. Setelah
intubasi trakea, pasien dengan riwayat merokok, resistensi saluran
pernapasan meningkat pada pasien yang mendapat propofol dan
metabisulfit serta ethylenediaminetetraacetic (EDTA). Sehingga
penggunaan bahan pengawet propofol meningkatkan resiko
terjadinya

bronkokontriksi.

Propofol

yang

menginduksi

bronkokontriksi pernah dilaporkan pada pasien dengan riwayat


alergi.
2.6.

Penggunaan Klinis
Propofol menjadi pilihan obat induksi terutama karena cepat dan efek

mengembalikan kesadaran yang komplit. Infus intravena propofol dengan atau


tanpa obat anestesi lain menjadi metode yang sering digunakan sebagai sedasi
atau penyeimbang atau anestesi total iv. Penggunaan propofol melalui infus secara
terus menerus sering digunakan di ruang ICU.
1. Induksi Anestesi
Dosis induksi propofol pada pasien dewasa adalah 1,5-2,5
mg/kgBB intravena dengan kadar obat 2-5 g/ml menimbulkan turunnya
kesadaran yang bergantung pada usia pasien. Mirip seperti barbiturat,
anak-anak membutuhkan dosis induksi yang lebih besar tiap kilogram
berat badannya yang mungkin disebabkan volum distribusi yang besar dan
kecepatan bersihan yang lebih. Pasien lansia membutuhkan dosis induksi
yang lebih kecil (25%-50%) sebagai akibat penurunan volume distribusi

12

dan bersihan plasma. Kesadaran kembali saat kadar propofol di plasma


sebesar 1,0-1,5 g/ml. Kesadaran yang komplit tanpa gejala sisa SSP
merupakan karakter dari propofol dan telah menjadi alasan menggantikan
thiopental sebagai induksi anestesi pada banyak situasi klinis.(1)
2. Sedasi Intravena
Sensitive half-time dari propofol walau diberikan melalui infus
yang terus menerus, kombinasi efek singkat setara memberikan efek
sedasi. Pengembalian kesadaran yang cepat tanpa gejala sisa serta insidens
rasa mual dan muntah yang rendah membuat propofol diterima sebagai
metode sedasi. Dosis sedasinya adalah 25-100 g/kgBB/menit secara
intravena dapat menimbukan efek analgesik dan amnestik. Pada beberapa
pasien midazolam atau opioid dapat dikombinasikan dengan propofol
melalui infus. Sehingga intensitas nyeri dan rasa tidak nyaman menurun.
(1,2,3)

Propofol yang digunakan sebagai sedasi selama ventilasi mekanik


di ICU pada beberapa populasi termasuk pasien post operasi (bedah
jantung dan bedah saraf) dan pasien yang mengalami cedera kepala.
Propofol juga memiliki efek antikonvulsan, dan amnestik. Setelah
pembedahan jantung, sedasi propofol mengatur respon hemodinamik post
operasi dengan menurunkan insiden dan derajat takikardi dan hipertensi.
Asidosis metabolik, lipidemia, bradikardia, dan kegagalan myokardial
yang progresif pada beberapa anak yang mendapatkan sedasi propofol
selama penanganan gagal napas akut di ICU.

13

3. Pemeliharaan/Maintenance Anestesia
Dosis tipikal anestesi 100-300 g/kgBB/menit iv sering di
kombinasikan dengan opioid kerja singkat. Walaupun propofol diterima
sebagai anestesi prosedur bedah singkat, tetapi propofol lebih sering
digunakan untuk operasi yang lama (<2jam) dipertanyakan mengingat
harga dan efek yang sedikit berbeda pada waktu kembalinya kesadaran
dibandingkan standar teknik anestesi inhalasi. Anestesi umum dengan
propofol dihubungkan dengan efek yang minimal pada rasa mual dan
muntah post operasi, pengembalian kesadaran.(1,2,3)
2.7.

Efek Samping Dan Kontraindikasi


Induksi anestesi dengan propofol dikaitkan dengan beberapa efek

samping, termasuk nyeri saat injeksi, myklonus, apneu, penurunan tekanan darah
arterial dan yang jarang adalah trombophlebitis pada vena lokasi injeksi propofol.
Nyeri dapat direduksi dengan pemilihan vena yang besar, mengindari vena di
dorsum manus, dan menambahkan lidokain pada larutan propofol. (1,5)
Efek samping yang paling signifikan adalah penurunan tekanan darah
sistemik. Penambahan opioid sebelum induksi cenderung menambah penurunan
tekanan darah. Mungkin pemberian dengan dosis lebih kecil dan cara pemberian
pelan serta rehidrasi yang adekuat akan mengatasi penurunan tekanan darah.
Berlawanan dengan hal tersebut, efek laringoskopy dan intubasi endotrakeal dan
peningkatan MAP, denyut nadi dan tahanan vascular sistemik kurang signifikan
pada propofol jika dibandingkan dengan thiopental.(5)

14

Sindroma infus Propofol (Propofol infusion syndrome) jarang terjadi


namun letal, dikaitkan dengan infuse propofal 5 mg/kg/jam atau lebih dari 48 jam
atau lebih. Gejala klinik berupa kardiomiopati dengan gagal jantung akut, asidosis
metabolic, miopati skeletal, hiperkalemia, hepatomegali dan lipemia. Bukti yang
ada menunjukkan kemungkinan sindrom ini disebabkan kegagalan metabolisme
asam lemak bebas yang disebabkan masuknya asam lemak bebas ke mitokondria
dan gangguan rantai respirasi mitokondria.(5,6)
Jika terjadi overdosis, pemberian injeksi harus segera dihentikan karena
kemungkinan besar dapat menyebabkan depresi kardiorespiratori harus ditangani
dengan ventilasi menggunakan oksigen. Depresi kardiovaskular mungkin
memerlukan

pengubahan

posisi

pasien

dengan

menaikkan

kaki

asien,

meningkatkan laju aliran infus, dan pemberian obat anti kolinergik.


Propofol dikontraindikasikan bagi pasien dengan hipersensitivitas pada
obat atau bahan penyusun obat. Propofol injeksi juga dikontraindikasikan bagi
pasien alergi terhadap telur, produk telur, kedelai atau produk kedelai.(5,6)

15

BAB 3
KESIMPULAN

Propofol merupakan obat anestesi hipnotik sedative yang tidak termasuk


dalam golongan benzodiazepin maupun barbiturat. Propofol, obat anestesi
intravena yang sering digunakan sebagai induksi anestesi dikarenakan karakter
recovery anestesi yang cepat tanpa rasa pusing dan mual-mual. Injeksi intravena
pada dosis terapetik memberikan efek hipnotik dengan cepat, biasanya dalam
waktu 30 detik dari awal pemberian injeksi. Serupa dengan obat anestesi dengan
aksi cepat yang lain, waktu paruh dalam darah otak + 1-3 menit, dihitung untuk
induksi cepat pada anestesi.
Propofol

lebih

cepat

dan

sempurna

mengembalikan

kesadaran

dibandingkan dengan obat anestesi lain yang disuntikan secara cepat. Selain cepat
mengembalikan kesadaran, propofol memberikan gejala sisa yang minimal pada
SSP. Nyeri pada tempat suntikan lebih sering apabila obat disuntikkan pada
pembuluh darah vena yang kecil. Rasa nyeri dapat dikurangi dengan pemilihan
tempat masuk obat di daerah vena yang lebih besar dan penggunaan lidokain 1%.
Propofol relatif bersifat selektif dalam mengatur reseptor gamma
aminobutyric acid (GABA) dan tampaknya tidak mengatur ligand-gate ion
channel lainnya. Propofol dianggap memiliki efek sedative hipnotik melalui
interaksinya dengan reseptor GABA. GABA adalah salah satu neurotransmitter
penghambat di SSP. Ketika reseptor GABA diaktifasi, penghantar klorida
transmembaran meningkat dan menimbulkan hiperpolarisasi di membran sel post
sinaps dan menghambat fungsi neuron post sinaps. Interaksi propofol dengan

16

reseptor komponen spesifik reseptor GABA menurunkan neurotransmitter


penghambat. Ikatan GABA meningkatkan durasi pembukaan GABA yang
teraktifasi melalui chloride channel sehingga terjadi hiperpolarisasi dari membran
sel.

17

DAFTAR PUSTAKA

1. McKeage Katty and Caroline M Perry. Propofol: A Review is use in


Intesive Care Sedation of Adults. New Zealand: Adis International
Limited., 2007; 17 (4): 235-272.
2. Soenarjo dkk. Anestesiologi. Semarang: Bagian Anestesiologi dan Terapi
Intensif Fakultas Kedokteran UNDIP/RSUP Kariadi; 2010.
3. Latief,A,Said dkk. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi Kedua. Propofol.
Fakultas Kedokteran UI. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2012.
4. Handoko, Tony, SK. Farmakologi dan Terapi. Edisi keempat. Anestesi
Umum. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2008
5. Marik PE. Propofol: therapeutic indications and side-effects.
Curr Pharm Des. 2004.

18

You might also like