You are on page 1of 11

APLIKASI SOFTWARE WATERCAD UNTUK PERENCANAAN

JARINGAN PIPA DI PERUMAHAN PUNCAK BOROBUDUR


KOTA MALNG

J UR N AL
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Akhir
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (ST.)

Disusun oleh :
WIWIT INDAH YAMIANTI
NIM. 115060413111002-64

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN
MALANG
2015

APLIKASI SOFTWARE WATERCAD UNTUK PERENCANAAN


JARINGAN PIPA DI PERUMAHAN PUNCAK BOROBUDUR
KOTA MALNG
Wiwit Indah Yamianti1, Dian Sisinggih2, Rahmah Dara Lufira2
1
Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya
2
Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang, Jawa Timur, Indonesia
Jl. MT. Haryono 167 Malang 65145 Indonesia
wiwitindah6@gmail.com
ABSTRAK
Perumahan Puncak Borobudur memiliki 404 unit perumahan. Selama ini, pelayanan
distribusi air bersih memanfaatkan jaringan pipa existing PDAM Kota Malang. Kajian
evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui kondisi existing dan kondisi pengembangan yaitu
Perumahan Puncak Borobudur dengan kondisi hidrolis yang ada. Simulasi jaringan pipa
dilakukan dengan bantuan program WaterCAD V8i. Perencanaan untuk meningkatkan
pelayanan dilakukan dengan cara meminimalkan kehilangan air pada area studi.
Pada kondisi existing, total debit yang tersedia pada pipa distribusi sebesar 35,48 l/dt
dan sisa debit yang tersedia 9,44 l/det. Berdasarkan perhitungan total debit yang dibutuhkan
pada perencanaan pengembangan debit rata-rata yang dibutuhkan sebesar 5,48 l/dt.
Perhitungan dilakukan dengan simulasi tidak permanen dengan debit air berubah sesuai
dengan kebutuhan tiap jam.
Hasil analisa dengan bantuan program WaterCAD V8i sudah memenuhi standart yaitu
kecepatan 0,1 2,5 m/dt, headloss gradient 0 15 m/km, dan tekanan 0,5 16 bars.
Kata kunci: air bersih, jaringan pipa, jaringan perpipaan, simulasi program
ABSTRACT
Puncak Borobudur Residence has 404 housing units. To date, the water distribution
service utilizes the existing PDAM Kota Malang pipelines. The evaluation study aimed to
know about the existing condition and the development of Puncak Borobudur Residence based
on the hydraulic conditions. Pipelines simulations carried out with the aid of WaterCAD V8i
program. The planning to improve the service level was done by minimizing the water loss in
the study area.
In the exisiting condition, the total discharge available on the distribution pipes was
35.48 l / s and the rest of the available discharge was 9.44 l / s. Based on the calculation of the
total discharge needed in the development planning, the average discharge required was 5.48
l/sec. The calculation was done by simulating the not permanent flow, with the water
discharge was subject to change according to the water needs of each hour.
The analysis using WaterCAD V8i program has been fulfilled the standard, that is the
velocity of 0.1 2,5 m /sec, headloss gradient of 0-15 m / km, and pressure of 0,5 - 16 bars
Keywords: clean water, pipelines, piping, simulation program

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ketersediaan air di muka bumi ini
sebenarnya sangat melimpah. Salah satu
sumber daya air yang dimanfaatkan adalah
sumber mata air. Sumber mata air adalah
air tanah yang keluar dengan sendirinya ke
permukaan tanah, maka air yang berasal
dari dalam lapisan tanah dalam hampir
tidak terpengaruh oleh musim dan
kualitasnya sama dengan keadaan air
dalam.
Penanganan dan pemenuhan akan
kebutuhan air bersih dapat dilakukan
dengan berbagai cara, disesuaikan dengan
sarana dan prasarana yang tersedia. Di
daerah perkotaan, sistem penyediaan air
bersih dilakukan dengan cara sistem
perpipaan dan non perpipaan. Sistem
perpipaan dikelola oleh Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) dan sistem non
perpipaan dikelola oleh masyarakat baik
secara individu maupun kelompok.
Pada studi perencanaan jaringan pipa
di Perumahan Puncak Borobudur yang
berada di Jalan Puncak Borobudur di Desa
Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru, Kota
Malang ini kebutuhan air bersih semakin
lama semakin meningkat oleh karena itu
dibutuhkan suatu jaringan air bersih yang
mampu melayani penduduk secara
maksimal dan menyeluruh.
Secara
geografis
Perumahan
Puncak Borobudur, Kota Malang terletak
pada posisi 112o3759,3 Bujur Timur dan
7o 563,6 Lintang Selatan. Saat ini
Perumahan Puncak Borobudur masih
dalam tahap pembangunan. Pada tahap
pertama tahun 2018 dengan jumlah 110
unit rumah, tahap kedua tahun 2019
sebanyak 166 unit rumah, dan tahap ke tiga
tahun 2020 sebanyak 128 unit rumah.
Jumlah keseluruhan rumah di Perumahan
Puncak Borobudur sebanyak 404 unit
rumah, dengan setiap rumah terdiri dari 5
orang anggota keluarga, maka didapati
2020 orang jumlah penduduk yang akan

dilayani
pada
Perumahan
Puncak
Borobudur untuk kedepannya.
Adapun tujuan dari pelaksanaan studi
ini adalah untuk:
1. Mengetahui debit kebutuhan air
bersih di Perumahan Puncak
Borobudur Kota Malang.
2. Mengetahui
hasil
evaluasi
komponen hidrolis sistem jaringan
distribusi air bersih dengan
menggunakan
paket
program
WaterCAD V8i.
3. Mengetahui anggaran biaya yang
diperlukan untuk perencanaan
jaringan pipa distribusi air bersih di
Perumahan Puncak Borobudur.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan air adalah jumlah air yang
dipergunakan secara wajar untuk keperluan
pokok mausia (domestik) dan kegiatankegiatan lainnya yang memerlukan air.
Pada umumnya banyak diperlukan oleh
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Pemakaian air oleh masyarakat tidak
terbatas pada keperluan domestik, namun
untuk keperluan industri dan keperluan
perkotaan. Besarnya pemakaian oleh
masyarakat dipengaruhi oleh banyak
faktor, seperti tingkat hidup, pendidikan,
tingkat ekonomi dan kondisi sosial.
Dengan demikian, dalam perencanaan
suatu sistem penyediaan air, kemungkinan
penggunaan air dan variasinya haruslah
diperhitungkan secermat mungkin (Linsley,
1996:91).
Macam kebutuhan air bersih umumnya
dibagi atas dua kelompok yaitu:
1. Kebutuhan Domestik
2. Kebutuhan Non Domestik
2.1. Analisis Hidrolika Pada Sistem
Jaringan Pipa Air Bersih
a. Hukum Bernoulli
Aliran dalam pipa memiliki tiga
macam energi yang bekerja didalamnya,

yaitu :
1. Energi ketinggian
2. Energi tekanan
3. Energi kecepatan
Hal tersebut dikenal dengan prinsip
Bernoulli bahwa tinggi energi total pada
sebuah penampang pipa adalah jumlah
energi kecepatan, energi tekanan dan
energi
ketinggian yang dapat ditulis sebagai
berikut :
ETot= Energi ketinggian + Energi
kecepatan + Energi tekanan

V2
p
ETot= h +
+
2g
w
Menurut teori kekekalan energi dari
hukum Bernoulli yakni apabila tidak ada
energi yang lolos atau diterima antara dua
titik dalam satu sistem tertutup, maka
energi totalnya tetap konstan. Hal tersebut
dapat dijelaskan pada gambar di bawah ini:
a
2

V1
2g

EGL

hL
a

HGL

P1

V2
2g
V1
P2

V2

h1

h2
b

Gambar 1. Garis Tenaga dan Tekanan


Sumber: Priyantoro (1991:7)

V1,V2
g
Hf

= Kecepatan aliran di titik 1dan


2 (m/dt);
= Percepatan gravitasi (m/det2);
h1, h2
= Kehilangan tinggi tekan dalam
pipa (m)

b. Hukum Kontinuitas
Hukum kontinuitas yang dituliskan :
Q1 = Q2
A1.V1 = A2.V2
dengan:
Q1 = Debit pada potongan 1(m3/det)
Q2 = Debit pada potongan 2 (m3/det)
A1 = luas penampang pada potongan 1 (m2)
A2 = luas penampang pada potongan 2 (m2)
V1 = kecepatan pada potongan 1 (m/det)
V2 = kecepatan pada potongan 2 (m/det)
Pada aliran percabangan pipa juga
berlaku hukum kontinuitas dimana debit
yang masuk pada suatu pipa sama dengan
debit yang keluar pipa. Hal tersebut di
ilustrasikan sebagai berikut:
Q1 = Q2 + Q3
(A1.V1) = (A2.V2) + (A3.V3)
dengan:
Q1,Q2,Q3 = Debit yang mengalir pada
penampang 1,2 dan 3
(m3/det)
V1,V2,V3 = Kecepatan pada penampang
1,2 dan 3 (m/det)
c.

Adapun Persamaan Bernoulli dalam


gambar diatas dapat ditulis sebagai berikut
(Priyantoro, 1991:8):
2
2
h 1 p1 v1 h 2 P2 v 2 h L

2g

2g
dengan:
p1 p 2
,
=Tinggi tekan di titik 1 dan 2 (m)
w w
2

V1 V2
,
=Tinggi energi dititik 1dan 2 (m)
2g 2g
p1, p2
w

=Tekanan di titik 1dan 2 (kg/m2)


= Berat jenis air (kg/m3)

Kehilangan Tekanan ( Head Loss)


Secara umum didalam suatu instalasi
jaringan pipa dikenal dua macam
kehilangan energi :
- Kehilangan Tinggi Tekan Mayor
Ada beberapa teori dan formula untuk
menghitung besarnya kehilangan tinggi
tekan mayor ini yaitu dari Hazen-Williams,
Darcy-Weisbach,
Manning,
Chezy,
Colebrook-White
dan
Swamme-Jain.
Dalam kajian ini digunakan persamaan
Hazen-Williams yaitu:
Q 0.85 Chw A R 0,63 S 0,54
V 0.85 C hw R 0,63 S 0,54

dengan:
V
= Kecepatan aliran pada pipa (m/det)
Chw = Koefisien kekasaran
A
= Luas penampang aliran (m2)
Q
= Debit aliran pada pipa (m3/det)
S
= Kemiringan hidraulis
hf / L
R
= Jari-jari hidrolis (m)
Untuk Q = V/A, didapat Kehilangan
Tinggi Tekan Mayor menurut HazenWilliams sebesar (Webber 1971:121)
h f k.Q1,85
k

2.2. Pipa Hubungan Seri


Apabila dalam suatu saluran pipa
terdiri dari pipa dengan ukuran yang
bebeda-beda yang tersambung dengan
diameter yang sama, maka pipa tersebut
dalam hubungan seri, pemasangan pipa
secara seri akibat adanya dari perbedaan
ukuran akan menimbulkan beberapa
kehilangan tinggi (Priyantoro, 1991:49)

10,7 L
1,85

C hw .D 4,87

dengan:
h f = Kehilangan tinggi tekan mayor (m)
D
= Diameter pipa (m)
k
= Koefisien karakteristik pipa
L
= Panjang pipa (m)
Q
= Debit aliran pada pipa (m3/det)
- Kehilangan Tinggi Tekan Minor
Ada berbagai macam kehilangan tinggi
tekan minor sebagai berikut:
1. Kehilangan Tinggi Minor karena
pembesaran pipa
2. Kehilangan Tinggi Minor karena
penyempitan mendadak pada pipa
3. Kehilangan Tinggi Minor karena mulut
pipa
4. Kehilangan Tinggi Minor karena
Belokan pada Pipa
5. Kehilangan Tinggi Minor karena
sambungan dan katup pada pipa
Pada
pipa-pipa
yang
panjang,
kehilangan minor ini sering diabaikan
tanpa kesalahan yang berarti (L/D
>>1000), tetapi dapat menjadi cukup
penting
pada
pipa
yang
pendek
(Priyantoro,1991:37). Kehilangan minor
pada umumnya akan lebih besar bila terjadi
perlambatan kecepatan aliran didalam pipa
dibandingkan
peningkatan
kecepatan
akibat adanya pusaran arus yang
ditimbulkan oleh pemisahan aliran dari
bidang batas pipa (Linsley, 1989:273).

Gambar 2 Pipa hubungan seri


Sumber: Dake 1985:78
Persamaan Kontinuitas (Triatmodjo,
1996:74):
Q = Q1 = Q2
dengan:
Q
= total debit pada pipa yang
terpasang seri (m3/det)
Q1, Q2 = adalah debit pada pipa 1dan 2
(m3/det)
Sedangkan untuk total kehilangan tekanan
pada pipa yang terpasang seri (Triatmodjo,
1996:74):
H = hf1 + hf2
dengan:
H
= Total kehilangan tekan pada
pipa yang terpasang seri (m)
hf1,hf2 = Kehilangan pada tiap pipa (m)
2.3. Kriteria Jaringan Pipa Air Bersih
Dalam perencanaan jaringan pipa
harus memenuhi kriteria-kriteria agar pada
saat pengoperasian dapat berjalan sesuai
dengan standar yang ada. Adapun kriteria
jaringan pipa ditampilkan pada tabel di
bawah ini.

Tabel 1. Kriteria Jaringan Pipa HDPE


1.

2.

Perubahan

3.

Kecepatan 0,1-2,5 m/detik


Kecepatan kurang dari 0,1 m/detik
a.
Diameter pipa diperkecil
b.
Ditambahkan pompa
c.
Elevasi hulu pipa hendaknya
lebih tinggi (disesuaikan di
lapangan)
Kecepatan lebih dari 2,5 m/detik
a.
Diameter pipa diperbesar
b.
Elevasi pipa bagian hulu
terlalu besar dibandingkan
dengan hilir
Headloss Gradient 0 15 m/km
Headloss Gradient lebih dari 15
m/km
a.
Diameter pipa diperbesar
b.
Elevasi pipa bagian hulu
terlalu besar dibandingkan
dengan hilir pipa
Tekanan 10-60 mH2O
Tekanan kurang dari 10 mH2O
a.
Diameter pipa diperbesar
b.
Ditambahkan pompa
c.
Pemasangan pipa yang kedua
di bagian atas, sebagian atau
keseluruhan dari panjang pipa
Tekanan lebih dari 60 mH2O
a.
Diameter pipa diperkecil
b.
Ditambahkna bangunan bak
pelepas tekan
c.
Pemasangan Pressure Reducer
Valve (PRV)

Sumber: SNI 06-4829-2005

2.5. RAB (Rencana Anggaran Biaya)


RAB merupakan perkiraan atau
estimasi biaya sebelum bangunan atau
proyek dilaksanakan. Hal-hal yang
mencakup dalam perhitungan RAB antara
lain:
Harga material bangunan.
Upah Tenaga.
Peralatan (beli atau sewa).
Metode pelaksanaan.
Waktu penyelesain.
Dasar perhitungan RAB pada
prinsipnya diperoleh sebagai jumlah
seluruh hasil kali volume tiap jenis
pekerjaan yang ada dengan harga satuan
masing-masing.
RAB = Jumlah seluruh hasil kali volume
jenis pekerjaan x Harga satuan
masing-masing
3.

METODOLOGI PENELITIAN
Untuk
mencapai
tujuan
yang
diharapkan maka diperlukan suatu langkah
pengerjaan secara sistematis. Adapun

langkah-langkah pengerjaan studi sebagai


berikut:
a. Melakukan pengumpulan data-data
sekunder yang berupa data teknis dan
data pendukung lainnya yang digunakan
dalam analisa sistem jaringan distribusi
air bersih.
b. Mengolah data penduduk dan jumlah
layanan.
c. Menghitung kebutuhan air bersih.
d. Batas kondisi hidrolis yang akan diuji
adalah headloss, tekanan, dan kecepatan
aliran.
e. Melakukan simulasi sistem jaringan
distribusi
air
bersih
dengan
menggunakan program WaterCAD V8i.
Untuk
simulasi
sistem
jaringan
distribusi air bersih pada WaterCAD V8i
diperlukan tahapan-tahapan sebagai
berikut:
a. Membuka dan memberi nama file
baru sistem jaringan distribusi air
bersih dalam format WaterCAD
(xxx.wtg).
b. Mengisi tahap pembuatan file baru
dengan cara:
- Memilih satuan yang digunakan
dalam sistem operasi program.
- Memilih rumus kehilangan tinggi
tekan. Program WaterCAD V8i
menyediakan beberapa pilihan
rumus kehilangan tinggi tekan
diantaranya:
Darcy-Weisbach,
Hazen-Williams dan Manning.
- Penggambaran pipa dapat secara
Schematic (skema) dan Schalatic
(sebenarnya sesuai dengan skala).
c. Menggambar
sistem
jaringan
distribusi
air
bersih
dengan
memodelkan
komponen
seperti
reservoir, titik simpul, pipa dan
katup.
d. Melakukan simulasi sistem jaringan
distribusi air bersih serta menganalisa
hasil yang diperoleh dan apabila hasil
yang didapat tidak sesuai maka dapat
dilakukan perbaikan pada komponen

sistem jaringan distribusi air bersih


sehingga didapatkan hasil yang
sesuai.
Parameter yang diperlukan pada simulasi
kondisi tidak permanen pada program
WaterCAD V8i adalah:
a. Start Time, waktu yang digunakan
untuk memulai melakukan simulasi.
b. Duration, sistem akan disimulasikan
selama 24 jam.
c. Hydraulic Time Step, tahapan waktu
untuk simulasi adalah 24 jam dengan
interval 1 jam.
Komponen-komponen
jaringan
distribusi air bersih mempunyai beberapa
kata kunci dalam pemrogramannya, yaitu:
a. Presure Pipe, data pipa, nomer titik,
titik simpul awal dan akhir, panjang,
diameter, koefisien kekasaran serta
bahan pipa.
b. Pressure Junction, titik simpul, nomer
titik, elevasi debit kebutuhan.
c. Tank, data tandon, nomer identitas,
elevasi dasar, dimensi tandon, elevasi
HWL dan LWL.
d. Reservoir, data sumber, elevasi,
diasumsikan konstan.
e. Pump, data pompa, elevasi, tinggi tekan,
kapasitas pompa, nomer titik simpul
awal dan akhir.
f. Valve, data katup, diameter, jenis,
koefisien kekasaran, nomer titik simpul
awal dan akhir.
g. Compute, melakukan proses simulasi.
h. Report, hasil dari simulasi, titik simpul,
pipa.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisa Ketersediaan dan Kebutuhan
Air Bersih Pada Kondisi Exsisting.

Penyebaran debit di pipa jaringan


utama dengan debit 35,48 antara lain:
- Distribusi ke pipa sekunder A, debit (Q)
= 1,97 l/dt
- Distribusi ke pipa sekunder B, debit (Q)
= 1,19 l/dt

- Distribusi ke pipa sekunder C, debit (Q)


= 15,88 l/dt
- Distribusi ke pipa sekunder D, debit (Q)
= 7,00 l/dt, jadi sisa debit 9,44 l/dt
4.2. Analisa Kebutuhan Air Bersih
Perhitungan kebutuhan air bersih pada
Perumahan Puncak Borobudur Kota
Malang:
a. Kebutuhan Domestik dan Non
Domestik
Macam kebutuhan air bersih terdiri
dari dua macam yaitu, kebutuhan domestik
dan kebutuhan non domestik. Berdasarkan
asumsi PDAM Kota Malang kebutuhan air
bersih sebesar 170 liter/orang/hari dengan
mengacu berdasarkan Permen PU Tentang
Penyelenggaraan Pengembangan SPAM
tingkat pelayanan air untuk kebutuhan non
domestik sebesar 15% dari kebutuhan
domestik.
b. Fluktuasi Kebutuhan Air
Besarnya pemakaian air pada daerah
studi berbeda pada setiap jamnya, hal ini
dikarenakan terjadinya fluktuasi pada
setiap jam dipengaruhi oleh pemakaian
/faktor beban konsumen.
c. Kehilangan Air
Kehilangan air memiliki 2 jenis, yaitu:
Kehilangan Non Fisik (Komersial) dan
Kehilangan Fisik/Teknis.Angka kehilangan
air yang dianggap wajar atau dalam batas
toleransi adalah 20%.

4.3. Perhitungan Kebutuhan air bersih


Pada Perumahan PuncakBorobudur
Pada perencanaan Perumahan Puncak
Borobudur dilakan dalam tiga kali tahap
pembangunan, tahap yang pertama akan
dilakukan pada tahun 2018 dengan jumlah
110 unit rumah, tahap kedua pada tahun
2019 sebanyak 166 unit rumah, dan tahap
yang ke tiga pada tahun 2020 sebanyak 128
unit rumah.

Tabel 2. Perhitungan Kebutuhan Air Bersih


Perumahan Puncak Borobudur
No

Uraian

Satuan

1
2

Jumlah penduduk total


Jumlah jiwa / Rumah

Jumlah Rumah

Perkiraan prosentase jumlah SR

Jumlah SR

Kebutuhan air untuk tiap 1 orang per hari

Kebutuhan air domestic

Kebutuhan air non


domestik =

Kebutuhan air baku rata-rata (dengan


kebocoran 20%)

15%

Keb.air
domestic

Kebutuhan harian maksimum = 1,15 x


kebutuhan air bersih
Kebutuhan air pada jam puncak = 1,56 x
11
kebutuhan air bersih
10

2018
550
5

Jiwa
Jiwa
Unit
110
Rumah
%
100
Unit
110
Rumah
lt/hr/org 170
lt/hari 93500
lt/detik 1.08
lt/detik

0.16

Tahun
2019
830
5

2020
640
5

166

128

100

100

166

128

170
141100
1.63

170
108800
1.26

0.60

0.19

lt/detik 1.49
2.25
1.74
m3/hari 129.03 194.72 150.14
3
m /bulan 3870.90 5841.54 4504.32
juta
0.05
0.07
0.05
m3/tahun
lt/detik

1.72

2.59

2.00

lt/detik

2.33

3.52

2.71

Sumber: Hasil Perhitungan

Gambar 4 Grafik Fluktuasi Tekanan Pada


Tahap pertama.
Headloss gradient terbesar terjadi pada
pukul 7.00 sebesar 0,81 m/km,
sedangkan minimum 0,02 m/km terjadi
pada pukul 0.00. Headloss gradient
menurun dikarenakan pemakaian air
bersih pada jam 0.00 jarang.

Gambar 3 Grafik Fluktuasi Debit


Kebutuhan
4.4. Evaluasi Kondisi Tahap Pertama
Pengembangan
Sistem
Jaringan
Distribusi Air Bersih Perumahan
Puncak Borobudur Tahun 2018.

Hasil running WaterCAD diperoleh:


Tekanan
maksimum
terjadi
pada
kebutuhan minimal yaitu pukul 0.00 yaitu
sebesar 10,49 bars, sedangkan tekanan
minimum terjadi pada saat jam puncak
pukul 7.00 yaitu sebesar 9,72 bars.

Gambar

Grafik Fluktuasi Headloss


gradient Pada Tahap pertama.

Kecepatan dalam pipa pada pukul 0.007.00 berkisar antara 0,05 0,27 m/det.
Kecepatan tertinggi pada pukul 7.00
yaitu sebesar 0,27 m/det dimana
kebutuhan air bersih paling tinggi.

Gambar 6 Grafik Fluktuasi Kecepatan


Pada Tahap pertama.
4.5. Evaluasi Kondisi Tahap Ke Dua
Pengembangan
Sistem
Jaringan
Distribusi Air Bersih Perumahan
Puncak Borobudur Tahun 2019.

Headloss gradient terbesar terjadi pada


pukul 7.00 sebesar 4,35 m/km,
sedangkan minimum 0,02 m/km terjadi
pada pukul 0.00. Headloss gradient
menurun dikarenakan pemakaian air
bersih pada jam 0.00 jarang.
Kecepatan dalam pipa pada pukul 0.007.00 berkisar antara 0,05 0,67 m/det.
Kecepatan tertinggi pada pukul 7.00
yaitu sebesar 0,67 m/det dimana
kebutuhan air bersih paling tinggi.
4.6. Evaluasi Kondisi Tahap Ke Tiga
Pengembangan Sistem Jaringan
Distribusi Air Bersih Perumahan
Puncak Borobudur Tahun 2020.
Hasil running WaterCAD diperoleh:
Tekanan maksimum terjadi pada
kebutuhan minimal yaitu pukul 0.00
yaitu sebesar 10,47 bars, sedangkan
tekanan minimum terjadi pada saat jam
puncak pukul 7.00 yaitu sebesar 9,30
bars.

Hasil running WaterCAD diperoleh:


Tekanan maksimum terjadi pada
kebutuhan minimal yaitu pukul 0.00
yaitu sebesar 10,75 bars, sedangkan
tekanan minimum terjadi pada saat jam
puncak pukul 7.00 yaitu sebesar 9,40
bars.

Gambar 8 Grafik Fluktuasi Tekanan Pada


Tahap ke tiga..

Gambar 7 Grafik Fluktuasi Tekanan Pada


Tahap ke Dua.

Headloss gradient terbesar terjadi pada


pukul 7.00 sebesar 8,84 m/km,
sedangkan minimum 5,15 m/km terjadi
pada pukul 0.00. Headloss gradient
menurun dikarenakan pemakaian air
bersih pada jam 0.00 jarang.

Gambar 9 Grafik Fluktuasi Headloss


gradient Pada Tahap ke tiga.
Kecepatan dalam pipa pada pukul 0.007.00 berkisar antara 0,18 1,01 m/det.
Kecepatan tertinggi pada pukul 7.00
yaitu sebesar 1,01 m/det dimana
kebutuhan air bersih paling tinggi.

Gambar 10 Grafik Fluktuasi Kecepatan


Pada Tahap ke tiga.
4.7. RAB (Rencana Anggaran Biaya)
Dalam studi ini juga membahas
tentang rencana anggaran biaya untuk
melaksanakan pengembangan jaringan
distribusi. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui
besarnya
biaya
yang
dikeluarkan.
Rekapitulasi Anggaran Biaya
Pada
perencanaan
pembangunan
distribusi air bersih di Perumahan Puncak
Borobudur Kota Malang menggunakan

jenis pipa HDPE dengan diameter yang


berbeda-beda yaitu 4 inch,2 inch, dan 1
inch. Pemasangan pipa diletakkan pada
kedalaman 1 m dari muka tanah dengan
panjang pipa HDPE 4 inch = 851 m, pipa
HDPE 2 inch = 5163 m, pipa HDPE 2 inch
= 355 m. Maka didapati volume pekerjaan
dikali harga satuan.
Pengadaan pipa dan aksesoris pipa
jumlah keseluruhan Rp. 436.194.710,00,
pengadaan sambungan pipa HDPE jumlah
keseluruhan Rp. 16.589.850,00 ,untuk
pekerjaan galian Rp. 318.450.000,00,
urugan
dan
pemadatan
Rp.
2.193.101.460,00 dan pemasangan pipa
sebesar Rp. 30.061.000,00.
Pembangunan perencanaan pemasangan
pipa di Perumahan Puncak Borobudur Kota
Malang menghabiskan dana sebesar Rp.
3.294.600.000,00 (Tiga Miliyar Dua Ratus
Sembilan Puluh Empat Juta Enam Ratus
Ribu Rupiah). Anggaran biaya tersebut
meliputi pengadaan pipa dan aksesoris
pipa, pekerjaan tanah, dan pemasangan
pipa dengan PPN 10% yaitu sebesar Rp.
299.501.702,00.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa yang telah
dilakukan pada bab sebelumnya, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Total kebutuhan air bersih yang di
butuhkan di Perumahan Puncak
Borobudur untuk melayani 404 unit
rumah pada tahap ke seluruhan dengan
mengacu pedoman Cipta karya
kebutuhan air bersih 170 l/orang/hari
maka diperoleh kebutuhan domestik
sebesar 3,974 l/dt, kebutuhan non
domestik
0,596
l/dt,
dengan
merencanakan kehilang 20% maka
didapatkan kebutuhan rata-rata 5,484
l/dt, sedangkan untuk jam puncak 8,5
l/dt.
2. Dari hasil analisa ketiga tahap
perencanaan telah memenuhi standar

perencanaan jaringan distribusi air


bersih.
Tekanan telah memenuhi standar
perencanaan jaringan distribusi air
bersih yaitu antara 0,5 bars 16
bars. Tekanan menjadi besar terjadi
pada jam rendah berkisar antara
10,38 bars 10,74 bars, sedangkan
pada jam puncak tekanan menjadi
kecil berkisar antara 8,93 bars
9,43 bars, dikarenakan penggunaan
air terbesar terjadi pada jam
puncak.
Kecepatan pada jam puncak
berkiasar antara 0,10 m/detik 1,04
m/detik.
Pada
jam
rendah
kebutuhan air menjadi rendah maka
kecepatan aliran menjadi kecil yaitu
berkisar antara 0,02 m/detik 0,19
m/detik. Kecepatan sangat kecil
dikarenakan kebutuhan air yang
kecil tidak sebanding dengan besar
diameter pipa.
Besarnya headloss gradient pada
jam puncak berkisar antara 0,4
m/km 9,83 m/km, sedangkan pada
jam rendah berkisar antara 0,01
m/km 0,42 m/km. Besar kecil
nilai headloss gradient didapat dari
kebutuhan air pada pipa tersebut.
3. Dari hasil analisa dan perhitungan
Rincian Anggaran Biaya untuk
perencanaan distribusi air bersih di
Perumahan Puncak Borobudur untuk
biaya
pengadaan
pipa
Rp
452.784.560,00,
untuk
pekerjaan
galian, urugan tanah dan pemadatan,
serta
pemasangan
pipa
Rp
2.542.232.460,00 dengan PPN 10%
sebesar Rp 299.501.702,00. Maka total
keseluruhan Rincian Anggaran Biaya
Rp 3.294.600.000,00
5.2. Saran
Untuk mendapatkan hasil yang baik
dalam suatu perencanaan sistem jaringan

pipa, maka perlu diperhatikan hal-hal


sebagai berikut :
1. Ketersediaan data yang ada sangat
membantu dalam perencanaan sistem
distribusi jaringan pipa.
2. Adanya kerjasama antara pihak yang
bertanggung jawab serta penduduk
sekitar unuk menjaga kelestarian
sumber air dan fasilitas yang ada
untuk menjaga kontinuitas dan
kualitas mata air sehingga distribusi
air lancar.
3. Perencanaan suatu jaringan distribusi
air bersih untuk mendapat hasil yang
optimal akan lebih baik untuk
mempertimbangkan suatu program
seperti watercad.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1990. Analisa Upah dan Bahan
(Analisa BOW), Jakarta: Bumi Aksara
Anonim. 1996.Kriteria Perencanaan Ditjen
Cipta Karya Dinas PU, Jakarta: Dinas
Pekerjaan Umum
Dake. JMK. 1985. Hidrolika Teknik.
Terjemahan Oleh Endang P. Tacyhan
dan Y. P. Pangaribuan. Jakarta:
Erlangga.
Linsley, Ray K, dan Yoseph B. Franzini.
1996. Teknik Sumber Daya Air.
Terjemahan Oleh Djoko sasongko Jilid
I. Jakarta: Erlangga.
Priyantoro, Dwi. 1991. Hidraulika Saluran
Tertutup. Malang: Jurusan Pengairan
Fakultas
Teknik
Universitas
Brawijaya.
Triatmojdo, Bambang. 1996. Hidraulika II.
Edisi kedua. Yogyakarta: Beta Offset.

You might also like