Professional Documents
Culture Documents
(0411) 2312100
Latar belakang
Pada dewasa ini pemerintah telah mengupayakan pemberian PMT bagi ibu
hamil melalui puskesmas serta tempat pelayanan kesehatan lainnya agar msalah
gannguan gizi ini dapat ditanggulangi agar dapat menurunkan angka morbiditas
dan mortalitas maternal sehingga tercapainya ggenerasi penerus yang sehat demi
terwujudnya Indonesia Sehat 2015.
Selama penulis praktek lapangan di Puskesmas Rawang Kecamatan Padang Selatan,
satu bulan lamanya dari 110 orang ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC dari
tanggal 7 Mei 2012 sampai 2 Juni 2012 ditemukan ibu hamil dengan KEK sebanyak
orang 26 orang.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat kasus KEK ini untuk
diseminarkan pada hari jumat tanggal 1 Juni 2012.
1.2
Tujuan
a.
b.
c.
d.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Defenisi
2.2
Etiologi
Pendapatan Keluarga
b.
Pendidikan Ibu
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang
dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan tinggi
diharapkan pengetahuan / informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik.
c.
d.
Faktor Perilaku
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan
kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu (Baliwati,
2004: 3). Karena pada ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi
kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa
pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan
(Soetjiningsih, 1995: 96). Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun
dan kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan status gizi ibu hamil akan lebih baik.
2.2.2.2
Jarak Kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun.
Penelitian menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak antara
kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup
lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak dengan jarak kelahiran
dibawah 2 tahun. (Aguswilopo, 2004 : 5).
Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak
yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh
kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang
cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya). Dengan
mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi ibu dan janin/bayi
berikut yang dikandung. (Baliwati, 2004 : 3).
2.2.2.3
Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup
(viable). (Mochtar, 1998). Paritas diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan satu kali
dengan janin yang telah mencapai batas viabilitas, tanpa mengingat janinnya hidup
atau mati pada waktu lahir.
2. Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua atau lebih
kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas.
3. Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami lima atau lebih
kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas.
Kehamilan dengan jarak pendek dengan kehamilan sebelumnya kurang dari 2 tahun
/ kehamilan yang terlalu sering dapat menyebabkan gizi kurang karena dapat
menguras cadangan zat gizi tubuh serta organ reproduksi belum kembali sempurna
seperti sebelum masa kehamilan (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
2.2.2.4
Berat badan yang lebih ataupun kurang dari pada berat badan rata-rata untuk umur
tertentu merupakan faktor untuk menentukan jumlah zat makanan yang harus
diberikan agar kehamilannya berjalan dengan lancar. Di Negara maju pertambahan
berat badan selama hamil sekitar 12-14 kg.
Jika ibu kekurangan gizi pertambahannya hanya 7-8 kg dengan akibat akan
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah ( Erna, dkk, 2004 ).
Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10 12 kg, dimana pada trimester I
pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6
kg. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan
janin.
2.3
2.3.1
2.3.2
2.3.3
2.3.4 Jika hamil cenderung akan melahirkan anak secara prematur atau jika lahir
secara normal bayi yang dilahirkan biasanya berat badan lahirnya rendah atau
kurang dari 2.500 gram.
2.4
2.4.1
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu
antara lain: Anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal
dan terkena penyakit infeksi. Sehingga akan meningkatkan kematian ibu (Zulhaida,
2003).
2.4.2
Persalinan
2.4.3
Janin
Kurang gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan
dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat
bawaan, asfiksia intra partum, lahir dengan berat badan rendah (BBLR) (Zulhaida,
2003).
2.5
Dapat dilakukan melalui empat cara yaitu secara klinis, biokimia, biofisik, dan
antropometri.
2.5.1
Penilaian status gizi secara klinis sangat penting sebagai langkah pertama dalam
mengetahui keadaan gizi penduduk. Karena hasil penilaian dapat memberikan
gambaran masalah gizi yang nampak nyata.
2.5.2
2.5.3
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat tanda dan gejala kurang gizi. Dilakukan
oleh dokter atau petugas kesehatan atau yang berpengalaman dengan
memperhatikan rambut, mata, lidah, tegangan otot dan bagian tubuh lainnya.
2.5.4
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa ukuran fisik seseorang sangat erat
berhubungan dengan status gizi. Atas dasar-dasar ini ukuran-ukuran antropometri
diakui sebagai indeks yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi
untuk negara-negara berkembang.
Untuk mengetahui status gizi ibu hamil digunakan pengukuran secara langsung
dengan menggunakan penilaian antropometri yaitu: Lingkar Lengan Atas.
Pengukuran lingkar lengan atas adalah suatu cara untuk mengetahui risiko KEK
wanita usia subur (Supariasa, 2002 : 48). Wanita usia subur adalah wanita dengan
usia 15 sampai dengan 45 tahun yang meliputi remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan
pasangan usia subur (PUS).
Ambang batas lingkar Lengan Atas (LILA) pada WUS dengan risiko KEK adalah 23,5
cm, yang diukur dengan menggunakan pita ukur. Apabila LILA kurang dari 23,5 cm
artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan sebaliknya apabila LILA lebih dari
23,5 cm berarti wanita itu tidak berisiko dan dianjurkan untuk tetap
mempertahankan keadaan tersebut.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
1.
Pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri.
2. Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan
tidak tegang atau kencang.
3. Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipatlipat, sehingga permukaannya sudah tidak rata.
2.6
2.6.1 KIE mengenai KEK dan faktor yang mempengaruhinya serta bagaimana
menanggulanginya.
2.6.2
PMT Bumil diharapkan agar diberikan kepada semua ibu hamil yang ada.
Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera di tindak lanjuti sebelum usia
kehamilan mencapai 16 minggu. Pemberian makanan tambahan yang Tinggi Kalori
dan Tinggi Protein dan dipadukan dengan penerapan Porsi Kecil tapi Sering, pada
faktanya memang berhasil menekan angka kejadian BBLR di Indonesia.
Penambahan 200 450 Kalori dan 12 20 gram protein dari kebutuhan ibu adalah
angka yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi janin.
2.6.3
2.7
Pencegahan
2.8
LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko Kekurangan Energi Kronis
(KEK) wanita usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran LILA tidak dapat
digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek.
2.8.2 Pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan ditandai dengan sentimeter,
dengan batas ambang 23,5 cm (batas antara merah dan putih).
Apabila tidak tersedia pita LILA dapat digunakan pita sentimeter/metlin yang biasa
dipakai penjahit pakaian. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian
merah pita LILA, artinya remaja putri mempunyai risiko KEK.
Bila remaja putri menderita risiko KEK segera dirujuk ke puskesmas/sarana
kesehatan lain untuk mengetahui apakah remaja putri tersebut menderita KEK
dengan mengukur IMT. Selain itu remaja putri tersebut harus meningkatkan
konsumsi makanan yang beraneka ragam.
2.9
2.9.1 Dilakukan setiap tahun dengan mengukur Lingkar Lengan Kiri Atas (LILA)
dengan memakai pita LILA.
2.9.2 Pada Remaja Putri/Wanita yang LILA-nya <23,5 cm berarti menderita Risiko
Kurang Energi Kronis (KEK), yang harus dirujuk ke Puskesmas/ sarana pelayanan
kesehatan lain, untuk mendapatkan konseling dan pengobatan.
2.9.3 Pengukuran LILA dapat dilakukan oleh Remaja Putri atau wanita itu sendiri,
kader atau pendidik. Selanjutnya konseling dapat dilakukan oleh petugas gizi di
Puskesmas (Pojok Gizi), sarana kesehatan lain atau petugas kesehatan/gizi yang
datang ke sekolah, pesantren dan tempat kerja.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita
mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau
menahun. Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja
putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan
menderita risiko KEK bilamana LILA <23,5 cm.
Ibu Hamil yang menderita KEK sangat beresiko melahirkan BBLR dimana berat bayi
kurang dari 2500 gram. Cara pencegahan KEK adalah dengan mengkonsumsi
berbagai makanan bergizi seimbang dengan pola makan yang sehat.
3.2 Saran
Disarankan kepada petugas kesehatan untuk meningkatkan program penyuluhan
tentang gizi seimbang dan bagi remaja lebih meningkatkan konsumsi makanan
yang mengandung sumser zat besi seperti sayuran hijau,potein hewani(susu,
daging,telur) dan penambahan suplemen zat besi. Dan untuk para pembaca
sebaiknya juga memperhatikan gizi dan pola makan sehari-harinya.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 1996. Pedoman
Penanggulangan Ibu Hamil Kekurangan Enargi Kronis. Jakarta.
Depkes RI. 1997. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.
Saraswati, E. 1998. Resiko Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia untuk
melahirkan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Penelitian Gizi dan
Makanan jilid 21.