You are on page 1of 16

77

BAB IX
SANITASI DAN PENGOLAHAN LIMBAH
A.

Sanitasi
Sanitasi merupakan pengendalian yang terencana terhadap lingkungan
produksi, bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran
hasil olahan, mencegah penurunan nilai estetika konsumen serta menciptakan
lingkungan kerja yang bersih, aman dan nyaman. Sanitasi lingkungan proses
produksi berguna untuk memperoleh lingkungan yang aman dan nyaman
serta memenuhi persyaratan kesehatan dan teknik. Beberapa aspek yang
perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Sanitasi Lingkungan Pabrik
Hal-hal yang meliputi sanitasi lingkungan pabrik adalah sanitasi
lingkungan lokasi pabrik dan sanitasi lingkungan proses.
a. Sanitasi Lingkungan Lokasi Pabrik
Lokasi pabrik berada di daerah sekitar pegunungan yang
penduduknya tidak terlalu padat, sehingga lingkungan masih berupa
alam pedesaan yang sebagian besar terdiri dari lahan pertanian.
Lingkungan disekitar lokasi pabrik belum terlalu kompleks yang dapat
menimbulkan gangguan pada proses produksi. Kondisi lingkungan
pabrik merupakan indikasi dari perawatan pabrik. Jika lingkungan
pabrik bersih, maka diindikasikan bahwa pabrik tersebut telah dirawat
dengan baik. Kebersihan lingkungan pabrik akan sangat berpengaruh
terhadap kenyamanan kerja dan meminimalkan tingkat kontaminasi
lingkungan terhadap produk sohun midro yang dihasilkan.
Desain disekitar lokasi PT FAATINDO memiliki bentuk yang
sederhana. Pabrik memiliki taman yang cukup luas dan ditanami oleh
tanaman yang dapat menyerap polutan sekaligus memberi nilai
keindahan pada pabrik. Seluruh jalan di lingkungan pabrik diberi
paving block. Pekarangan dan jalan dibersihkan dua kali, yaitu setiap
pagi dan sore. Parit-parit kecil di seluruh lingkungan pabrik

78

dibersihkan seminggu sekali untuk menjaga aliran air buangan tetap


lancar sehingga tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Daerah
lingkungan pabrik adalah jenis tempat yang berada diluar lingkungan
proses. Beberapa tempat yang merupakan lingkungan pabrik meliputi
jalan, taman, kantin, kantor, auditorium, halaman, kamar mandi,
masjid. Untuk kebersihan lingkungan pabrik ini ditangani oleh bagian
pekerjaan umum. Sanitasi lingkungan pabrik terdiri dari :
1. Ruang perkantoran dan auditorium dibersihkan dua kali sehari atau
disapu dua kali sehari dan dipel sehari sekali.
2. Tempat pembuangan sampah disediakan pada setiap ruangan dan
digunakan secara baik oleh karyawan-karyawan yang ada.
3. Ruangan kantin dibersihkan empat kali sehari, yaitu pada waktu
sebelum istirahat dan setelah waktu istirahat untuk menjaga
kebersihan kantin
4. Jalan di lingkungan pabrik harus diaspal semua untuk memudahkan
dalam penerimaan bahan-bahan baku dan proses produksi
selanjutnya.
5. Disekitar tempat penerimaan bahan baku dibersihkan secara rutin
yaitu setiap hari untuk membersihkan ceceran pati ganyong dan
tepung sayuran.
6. Pekarangan jalan setapak disapu setiap hari.
7. Lapangan rumput dan tanaman hias dipelihara dengan baik.
8. Masjid dan kamar mandi juga dibersihkan dua kali sehari dengan
cara lantai disiram dengan larutan zat surfaktan yaitu Sodium
lauryl sulfat, kemudian digosok dengan sikat lantai.
b. Sanitasi Lingkungan Proses
Sanitasi yang diterapkan pada sanitasi lingkungan proses meliputi
sanitasi terhadap konstruksi bangunan yang dibuat sesuai dengan
keadaan tanah dan fungsi dari bangunan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah :
1) Lantai

79

Lantai pabrik pada ruang produksi disyaratkan harus


mempunyai konstruksi yang halus, tidak licin, sistem drainase
(saluran air) yang teratur, mudah dibersihkan, tahan terhadap bahan
kimia, pertemuan dengan dinding tidak membentuk sudut dan
bebas dari keretakan. Lantai disetiap ruang terbuat dari keramik,
khusus pada ruang produksi digunakan keramik dengan model
fabrico dengan ukuran 10x20x2 cm. Pada ruang produksi lantai
dibuat tidak rata, melainkan dibuat dengan kemiringan tertentu.
Lantai yang dibuat agak miring ini mempunyai keuntungan yaitu
memudahkan air mengalir sehingga tidak menimbulkan genangangenangan yang akan mengganggu sanitasi produksi. Selain itu
dengan adanya lantai yang dibuat miring akan memudahkan dalam
membersihkan lantai. Kemiringan lantai dibuat ke arah tertentu
yaitu, ke arah cekungan yang merupakan aliran saluran air. Jenis
cairan pembersih yang digunakan untuk membersihkan lantai
adalah Sodium lauryl sulfate (SLS), larutan ini merupakan salah
satu jenis detergent yang aman karena tidak menimbulkan iritasi
dan banyak digunakan dalam industry pangan.
2) Dinding
Dinding bangunan terbuat dari bahan bersemen yang dilapisi
dengan cat, bagian dinding dari ruangan proses produksi
didominasi dengan warna putih karena dapat memantulkan sinar
matahari dengan baik pada waktu siang hari. Syarat dinding yang
baik untuk ruang produksi adalah dinding yang mudah dibersihkan
serta kedap terhadap air. Untuk itu dinding pada ruang produksi
dilakukan pelapisan dengan menggunakan cat minyak pada dinding
hingga ketinggan 3 m. Digunakannya cat minyak karena sifatnya
yang

kedap

terhadap

air

serta

lebih

mudah

dalam

membersihkannya karena permukaannya yang licin daripada cat


tembok biasa. Pada pabrik sohun midro ini selama proses produksi

80

menggunakan air yang cukup banyak, sehingga pelapisan dinding


dengan bahan porselin juga diperlukan.
3) Ventilasi
Ventilasi disini berfungsi sebagai alat sirkulasi pertukaran
udara dan untuk pengaturan perbedaan suhu dan tekanan antara
suhu di dalam ruangan dengan suhu di luar ruangan. Ventilasi
terdapat pada dinding bagian atas sebelum atap. Ventilasi ini
terdapat disepanjang bangunan pabrik. Ventilasi yang ada berupa
kremona atau ventilasi yang disusun secara silang menyilang
dengan ukuran lebar 65 cm. Selain kremona pada sepanjang ruang
proses produksi juga dilengkapi blower yang berfungsi menyerap
udara dalam ruang proses produksi menuju ke luar ruangan. pada
ruang- ruang tertentu seperti ruang laboratorium dan ruang
administrasi digunakan Air Conditioner (AC) dengan maksud
untuk pengaturan suhu dan menjaga kelembaban ruangan.
4) Atap
Atap yang digunakan terbuat dari bahan galvanis, dimana
memiliki

beberapa

keunggulan

yaitu

antikarat,

ringan,

bergelombang dan lebih ringan dari pada seng. Atap yang baik
memiliki ketinggian tertentu dan mudah dibersihkan. Atap yang
tinggi akan memberikan kenyamanan pekerja, karena udara di
dalam ruangan tidak terlalu pengap dan panas, terutama pada saat
proses produksi dibebaskan sejumlah panas. Oleh karena itu pada
pabrik pengolahan sohun midro ini didesain dengan ketinggian
atap dari permukaan lantai setinggi 9, 41 m.
5) Penerangan
Di pabrik ini cahaya ruangan produksi selain dari sinar
matahari juga dari lampu neon dan bowlamp yang dipasang
menempel di atap. Untuk proses produksi yang berjalan pada siang
hari cukup mengandalkan sinar matahari, karena pencahayaannya
cukup. Lampu penerangan dipilih yang tidak membuat silau,

81

sehingga pekerja merasa nyaman dan lebih teliti dalam bekerja.


Penerangan yang cukup akan memudahkan dan memperlancar
jalannya proses produksi. Penerangan sangat dibutuhkan terutama
pada saat pabrik beroperasi pada malam hari. Berikut hasil
perhitungan jumlah lampu yang terdapat pada ruang produksi unit
pengolahan sohun midro :
Ruang Produksi : 100 x 250 Watt
Packing : 55 x 36 Watt
Gudang Finished : 40 x 36 Watt
Ruang Laboratorium : 20 x 36 Watt
6) Kaca

Kaca pada dinding dibersihkan setiap saat menggunakan


pembersih kaca dan kain lap hingga bersih tanpa noda, jenis kaca
yang digunakan adalah bening dan tampak dari luar sehingga akan
mudah dilihat dari luar. Sodium lauryl sulfate (SLS)
7) Meja tempat sampel
Meja tempat sampel digunakan untuk menyiapkan sampelsampel sohun midro. Meja tempat sampel terbuat dari keramik
yang dibangun dekat dinding ruang laboratorium. Pembersihannya
dilakukan setiap selesai melakukan penyampelan. Pembersihannya
menggunakan alkohol 70% yang disemprotkan dan kemudian
dibersihkan dengna kain lap. Untuk sampel yang lain proses
sanitasi juga dilakukan dengan menggunakan alcohol sebagai
desinfektan.
8) Selokan
Selokan dibuat tak hanya di bagian pinggir dalam ruang
produksi, tapi juga di bagian yang memerlukan pembuangan air
secara cepat, misalnya bawah alat, yang dimaksudkan supaya air
dari pembesihan alat cepat terbuang ke selokan. Selokan dibuat
untuk mengalirkan air kotor dari proses maupun pembersihan

82

supaya

tidak

menggenang

di

ruang

produksi

dan

tidak

mengendapkan kotoran. Karena selokan tak hanya di bagian


pinggir ruang, selokan harus dibuatkan tutup dari lempengan besi
yang mudah dibuka dan ditutup kembali untuk membersihkanya.
Pembersihannya selokan secara total dilakukan sesudah produksi
selesai dengan menggunakan semprotan bertekanan tinggi untuk
mendorong kotoran yang masuk ke selokan.
2. Sanitasi Pekerja
Sanitasi terhadap pekerja perlu diadakan demi terciptanya kesehatan,
keselamatan dan kenyamanan supaya karyawan tidak terganggu dalam
melakukan pekerjaannya. Untuk memenuhi tujuan tersebut maka
disediakan berbagai fasilitas sanitasi berupa :
a. Pakaian Seragam Kerja
Pakaian seragam kerja yang diberikan berupa baju kerja disertai
dengan celemek, masker, sarung tangan karet atau kain dan tutup
kepala. Masker diberikan untuk mencegah masuknya bau yang tidak
enak yang dapat mengganggu kesehatan, tutup kepala dimaksudakan
untuk mencegah adanya kontaminasi bahan yang berasal dari kepala,
sedangkan sarung tangan dimaksudkan untuk meminimalisir kontak
langsung tangan terhadap bahan pembuatan sohun midro maupun
produk jadi yang dihasilkan.
b. Ruang ganti dan ruang istirahat
Ruangan yang dikhususkan untuk menyimpan semua perlengkapan
yang tidak digunakan oleh pekerja seperti tas, jaket dan lainnya.
Penempatannya pada beberapa loker khusus sehingga barang-barang
tersebut tidak ikut terbawa masuk ke dalam ruang produksi. Selain itu
ruangan ini juga digunakan oleh pekerja pada waktu istirahat.
c. Sarana cuci tangan
Sarana cuci tangan ditempatkan pada pintu masuk ruang produksi.
Sehingga setiap pekerja yang akan masuk dapat mencuci tangannya
terlebih dahulu. Hal ini sangatlah penting agar sebelum melakukan

83

pekerjanya tangan bebas dari kotoran yang dapat menyebabkan


kontaminasi selama proses produksi. Bagi karyawan yang hendak
masuk ke dalam ruang proses produksi, diwajibkan untuk mencuci
tangan dan menyemprotkan alkohol pada tangan untuk membunuh
kuman-kuman (desinfektan). Sedangkan untuk karyawan yang berada
di ruang kantor dan di luar ruang proses tidak perlu melakukan proses
sanitasi seperti yang disebutkan di atas.
d. Sarana Toilet
Sarana toilet disesuaikan oleh banyaknya pekerja. Oleh karena itu
ada pembagian sarana toilet untuk pekerja pada masing- masing proses.
Toilet ditempatkan tidak berdekatan dari ruang produksi, sehingga tidak
menimbulkan kontaminasi ataupun bau yang mengganggu.
e. Sarana Air Minum
Pada PT FAATINDO, sarana air minum diletakkan di setiap ruang
proses, ruang packaging, gudang bahan baku, dan gudang produk jadi.
Sarana air minum berupa gallon air minum, sehingga para pekerja dapat
dengan mudah untuk mengambil. Sarana tempat minum ini cukup
penting, dikarenakan untuk menghindari terjadinya dehidrasi terhadap
para pekerja di PT FAATINDO.
3. Sanitasi Peralatan Proses dan Mesin Pengolahan
Sanitasi peralatan dan mesin pengolahan juga penting dilakukan
untuk menjaga supaya peralatan dan mesin yang digunakan selalu dalam
keadaan bersih dari kontaminan sehingga tidak menurunkan nilai estetika
ataupun nilai mutu produk. Sanitasi peralatan perlu dilakukan secara
berkala terutama pada mesin yang kontak langsung dengan bahan.
Menurut Soekarto (1990), tata letak peralatan disamping harus memenuhi
urutan proses juga perlu memenuhi persyaratan sanitasi yaitu mudah
dibersihkan, mudah bongkar pasang, dan mudah operasinya. Pembersihan
mesin dilaksanakan dengan jadwal :
- Pembersihan setiap pergantian produksi.
- Pembersihan setiap akhir pekan

84

- Kondisi khusus dimana dilakukan pembersihan.


Sanitasi dan pembersihan secara menyeluruh dilakukan setiap hari
Sabtu pada akhir jam proses produksi,. Sedangkan pembersihan ruang
proses dilakukan setiap berakhirnya shift kerja, seperti pembersihan lantai
dan pembersihan afal. Pembersihan lantai sangat perlu dilakukan karena
pada proses produksi cukup banyak digunakan air, sehingga apabila air
ataupun gel sohun tercecer maka lantai menjadi licin dan lengket.
Beberapa alat yang mengalami kontak langsung dengan bahan yaitu pada
proses mixing, boiling, ekstruksi, cutting, dan drying.
Pembersihan dilaksanakan menggunakan air dingin, menggunakan
air panas dan menggunakan bahan kimia. Pembersihan sanitasi sesuai
dengan kondisi mesin, antara lain :
- Penyapuan menggunakan kain lap atau disapu.
- Penggunaan vacum pump atau penyedot debu.
- Penggunaan air kompresor atau kompresor angin.
- Pembersihan dengan air atau air panas dilakukan untuk bejana
Mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi di PT
FAATINDO sebagian besar terbuat dari bahan stainless steel yang tahan
karat dan tidak mudah bereaksi dengan bahan baku maupun jadi dan
dirancang

sedemikian

rupa

sehingga

mudah

dilakukan

proses

pembersihan, terutama tangki, pipa-pipa penghubung, pompa, dan unitunit alat proses. Air yang digunakan untuk tahap pembersihan berasal dari
air sumur yang dimiliki oleh PT FAATINDO menggunakan 2 sistem
sanitasi yaitu CIP (Cleaning in Place) dan COP (Cleaning Out Place).
Peralatan dan mesin yang digunakan untuk masing-masing mesin. Jika
terdapat kerusakan mesin, kerja mesin dihentikan dan diperbaiki oleh
bagian teknik.
1. CIP (Cleaning in Place)
CIP (Cleaning in Place) adalah sistem pembersihan atau
pencucian total alat-alat dari kotoran yang tertinggal dengan cara
mengalirkan larutan pembersih ke dalam alat tersebut. Kotoran yang

85

dibersihkan dengan CIP dapat berupa deposit amilosa dan amilopektin


yang merupakan salah satu komponen karbohidrat yang dapat
terhidrolisis serta komponen minor berupa protein, memiliki peluang
terjadinya reaksi browning atau pencokelatan., terbentuknya garam Ca,
dan bakteri. Larutan pembersih yang digunakan adalah air yang
ditambah basa NaOH 1-2%, asam HNO3 0,8-1,6%. Pipa-pipa yang
digunakan dalam proses produksi dibuat dari logam stainless steel atau
kaca yang tahan panas. Konstruksi peralatan dan mesin yang
digunakan dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dibersihkan dengan
sistem CIP, dengan demikian pembersihan dan sanitasi dapat
dilaksanakan

tanpa

melepas

dan

membongkar

alat-alat

yang

digunakan. Program CIP ini menggunakan sistem komputerisasi dan


pengoperasiannya diatur di bagian CIP Kitchen. Alat-alat yang
digunakan untuk penanganan pati dingin lebih mudah dibersihkan
daripada bila pati tersebut masih dalam keadaan panas, karena dengan
pemanasan pati dan tepung sering membentuk kerak.
Ada 2 tipe CIP yang digunakan, yaitu :
a. Tipe 1, pembersihan dilakukan dengan menggunakan air panas

dengan suhu 700C. CIP tipe 1 ini biasanya digunakan untuk


membersihkan hopper yang ada di screw conveyor, packing
machine. Air yang sudah digunakan pada tahap ini kemudian
dibuang ke bagian IPAL.
b. Tipe 2, CIP tipe kedua ini merupakan tipe CIP yang paling banyak

digunakan. Tipe ini terdiri dari 5 tahap, yaitu tahap pertama


menggunakan

rinse

water

(tahap

prerinse),

tahap

kedua

menggunakan caustic rinse, tahap ketiga menggunakan rinse water


(intermediate rinse), tahap keempat menggunakan acid rinse, dan
tahap terakhir dibilas menggunakan final rinse (yang merupakan
fresh water). Semua cairan yang digunakan pada tipe ketiga ini
memiliki suhu 700C. Pada tahap ketiga ini, masing-masing
larutan pembersih yang digunakan disimpan dalam tangki yang

86

berbeda. Ada 4 tangki yang tersedia, yaitu tangki caustic, tangki


acid, tangki rinse water (air bekas cucian), dan tangki fresh water.
Larutan caustic dan acid yang sudah digunakan dapat dimasukkan
ke tangki rinse water untuk diolah dan digunakan kembali untuk
membilas. Apabila rinse water memiliki konsentrasi caustic
sebesar 45.000 s dan konsentrasi acid sebesar 20.000 s, maka air
bekas pencucian tersebut dibuang ke bagian IPAL. Sedangkan,
fresh water yang sudah dipakai dapat dibuang ke pembuangan
umum.
Sistem CIP pada area basah dilakukan pada pipa dan tangki
seperti mixer tank, boiler tank, cooking tank, cooling box, filling
tank, dan sterilization conveyor tersebut akan mengalami
pembersihan secara basah. Pada dryer juga dilakukan sistem
pembersihan yang lain, yaitu Total Dry Cleaning (TDC). TDC
dilakukan untuk membersihkan dryer dengan cara kering, yaitu
untuk membersihkan deposit-deposit powder yang terbentuk.
Frekuensi pembersihan mesin dan peralatan dengan CIP ini
sangat bervariasi, bergantung dari kondisi mesin yang akan
dibersihkan dan fungsi dari mesin tersebut. Pada alat screw
conveyor dan peralatan penerimaan bahan baku, CIP dilakukan
setiap kali penerimaan pati dan sayuran hijau selesai dilakukan.
Sedangkan, untuk Total Wet Cleaning (TWC) pada area dryer,
biasanya dilakukan setiap akhir pekan atau sekitar 1 minggu sekali.
Pada umumnya, saat mesin atau peralatan tidak bekerja, secara
otomatis akan dibersihkan dengan sistem CIP.
2. COP (Cleaning Out Place)
COP (Cleaning Out Place) merupakan pembersihan dengan
pembongkaran peralatan bagian per bagian. COP terdiri dari 2 tahap,
yaitu tahap pembersihan dan tahap sanitasi. Tahap pembersihan
dilakukan pada alat yang rumit, dan perlu dilakukan pembongkaran
untuk proses pembersihan. Beberapa alat yang perlu dibersihkan

87

dengan metode COP adalah extruder dan cutter. Pembersihan


dilakukan dengan menggunakan sikat secara manual dan direndam
dengan detergen lalu dibilas dengan air hangat. Tahap sanitasi
dilakukan dengan cara penyemprotan larutan klorida 100 ppm lalu
dibilas dengan air dan dibersihkan dengan alkohol 75 persen.
4. Sanitasi Pada Gudang Bahan Baku
Pada gudang bahan baku, terdapat stok pati ganyong, tepung bayam
dan tepung brokoli. Gudang dengan bahan yang disimpan berupa pati dan
tepung sayuran tersebut disimpan dalam bentuk zak untuk menjaga agar
pati dan tepung sayuran . Tetapi pada tidak mungkin terbebas dari ceceran
tepung. Tetapi ceceran tepung ini tidak menjadi masalah yang penting
karena sehari dua kali gudang selalu dibersihkan dengan cara
mengumpulkan tepung yang tercecer dengan menggunakan sapu dan
serok. Namun pembersihan dengan cara ini memang tidak selalu menjamin
gudang bebas dari ceceran tepung, tetapi dapat mengurangi akumulasi
tepung yang ada pada gudang. Lantai yang kedap air dan selalu kering
menjaga tepung agar tidak cepat berjamur
Peralatan yang berada di gudang bahan baku adalah screw conveyor
yang akan membawa pati ganyong, tepung brokoli dan tepung bayam dari
gudang menuju mixer. Bagian dari screw conveyor yang bersentuhan
dengan pati dan tepung adalah bak screw dan pipa ulir. Alat-alat tersebut
terbuat dari stainless steel yang tidak mudah berkarat sehingga aman bagi
bahan pangan.
5. Sanitasi Pada Ruang Pengemas
Ruang pengemasan adalah ruangan untuk mengemas sohun dengan
menggunakan plastik yang sudah disablon. Proses ini merupakan proses
kering, tidak boleh tersentuh oleh air dan uap air sehingga harus dijaga
suhu dan RH ruangan agar tetap rendah. Pada ruangan pengemas
diletakkan AC pada pojok ruangan. Sohun yang dikemas harus kering
dengan kadar air 3-5%, tidak boleh lebih tinggi karena akan
memperpendek umur simpan sohun. Agar dapat menempati tempatnya

88

dengan benar, sohun dibantu oleh pekerja sehingga di sini terjadi kontak
langsung antara sohun dengan pekerja, namun karena pekerja dilengkapi
dengan topi, masker, celemek, dan sarung tangan, maka kontaminasi dapat
ditekan. Di pabrik ini ruang pengemas dibersihkan setiap saat dengan cara
disapu dan dipel. Pada ruangan pengemas juga dilengkapi dengan mesin
exhauster untuk mengatur sirkulasi udara, sehingga diharapkan bahwa
dalam ruang pengemas udaranya tetap bersih.
6. Sanitasi Pada Gudang Produk Jadi
Ruangan ini berfungsi untuk menyimpan sohun yang sudah dikemas.
Lantai ruangan ini terbuat dari adonan semen dan dibagi menjadi blokblok untuk memudahkan pengkodean. Ruangan ini pun merupakan
ruangan yang kering karena untuk menyimpan produk kering. Sanitasi di
ruang ini dengan cara menyapu lantai, rak-rak penyimpanan, dan langitlangit atap tiap pagi dan sore hari. Pembersihan ini sudah cukup karena
ruangan ini bukan ruangan yang terbuka sehingga kotoran yang ada hanya
berupa debu saja. Dengan disapu, debu sudah dapat diangkat dari lantai.
B.

Pengolahan Limbah Padat


Limbah padat yang dihasilkan antara lain adalah limbah dari proses
produksi yang terdiri dari: serpihan sohun yang sering disebut afal, limbah
batu bara, plastik, rafia, dan kardus rusak.
1. Untuk limbah padat berupa serpihan sohun, biasanya dikumpulkan masuk
ke gudang kemudian dijual sebagai bahan tambahan ternak. Limbah sohun
yang sudah tidak bisa diolah atau dimanfaatkan lagi, dan biasanya limbah
ini langsung dijual ke penadah atau dibuang ketempat penampungan.
2.

Limbah batubara dari boiler ditimbun pada area yang disediakan. Limbah
yang dihasilkan akan dikirim ke pihak luar yang sudah mempunyai ijin
pemanfaatan. Pengolahan limbah batubara antara lain dengan:
Reuse, digunakan lagi untuk dibakar dan tidak memerlukan ijin.
Recyle, dimanfaatkan sebagai pembuatan batako dan perlu ijin terlebih

dahulu.

89

3. Untuk limbah plastik, rafia dan kardus yang reject akan dikumpulkan dan
dijual.
C.

Pengolahan Limbah Cair


Tujuan utama pengolahan air limbah adalah mengurangi nilai
Biochemical Oxygen Demand (BOD), partikel tercampur, serta membunuh
organisme pathogen. Selain itu, diperlukan pula tambahan pengolahan untuk
menghilangkan komponen beracun dan bahan yang tidak dapat didegradasi
agar konsentrasi yang ada menjadi rendah. Secara garis besar kegiatan
pengolahan air limbah dapat dikelompokkan menjadi enam bagian, yaitu
pengolahan pendahuluan (pre-treatment), pengolahan pertama (primary
treatment), pengolahan kedua (secondary treatment), pengolahan ketiga
(tertier treatment), pembunuhan kuman (desinfection) dan pembuangan
limbah (ultimate disposal). Namun, untuk mengolah air limbah tidaklah harus
selalu mengikuti seluruh tahapan tersebut, akan tetapi perlu penyesuaian
dengan kebutuhan yang ada.
Limbah cair yang dihasilkan pada PT FAATINDO ini adalah berupa
limbah cair yang berasal dari proses boiling sohun, air sisa pencucian alat, dan
air dari kantin serta air sisa-sisa produksi dalam pabrik masuk ke saluransaluran air menuju ke tempat pengolahan limbah yang selanjutnya akan
diproses.
Proses pengolahan limbah cair ini dengan metode pengolahan fisikkimia-biologi-fisik lagi. Proses pengolahan limbah yang dilakukan pada PT.
FAATINDO ini adalah sebagai berikut :
1. Equalisasi (T-100), yaitu bak penampung limbah yang digunakan untuk
menampung air limbah. Kapasitas bak equalisasi ini adalah sebesar 300
m3. Kemudian dalam bak equalisasi terjadi proses secra fisik, limbah
disaring melalui aliran screening/filter untuk mengendapkan kotorankotoran. Air limbah ini mempunyai pH awal sekitar 4.
2. Netralisasi (T-200), pada bak ini terjadi proses secara kimiawi dengan
ditambahkan CaO, polimer, caustic, larutan mikro nutrient dan FeCl3 ke

90

dalambak netralisasi untuk menaikkan pH menjadi 7 agar netral. Air yang


sudah netral masuk ke dalam bak aerasi yang sekaligus juga merupakan
bak sedimentasi.
3. Sequencing Batch Reactor (SBR)
Pada PT FAATINDO menggunakan proses biologi dengan metode
SBR. Salah satu modifikasi dari proses lumpur aktif adalah Sequencing
Batch Reactor (SBR). Proses lumpur aktif termasuk proses pengolahan
biologi aerobik yang termasuk dalam sistem pertumbuhan tersuspensi.
Dalam sistem lumpur aktif (Activated sludge) terjadi proses penyisihan zat
organik dan nutrisi menggunakan mikroorganisme. Berbagai modifikasi
sistem lumpur aktif telah dikembangkan, salah satunya adalah dengan
metode Sequencing Batch Reactor (SBR). Pada prinsipnya, perbedaan
antara proses lumpur aktif dan SBR adalah pada tangki yang digunakan,
pada metode lumpur aktif terdiri dari tiga tangki yaitu tangki equalisasi,
tangki aerasi, kemudian mengendapkan biomassa dalam tangki pengendap.
Sedangkan pada SBR tangki equalisasi, pengolahan biologi, dan proses
pengendapan terjadi dalam satu tangki dengan sistem waktu yang
berurutan sehingga dapat mengurangi biaya modal dan lahan. Kapasitas
reaktor Sequencing Batch Reactor (SBR) sebesar 1250 m3 dengan dimensi
(panjang x lebar x tinggi) = 24 meter x 16 meter x 3,25 meter.
Proses biologi pada SBR

adalah mengkontakkan air limbah

dengan massa biologi (biomassa) dalam proses aerasi. Proses aerasi


merupakan proses dimana limbah dikondisikan fakultatif yang kemudian
masuk ke dalam kondisi aerob. Pengkondisian aerob ini menggunakan 3
buah surface aerator dan 4 buah jet aerator. Sebuah DO meter dipasang
untuk memonitor oksigen terlarut di dalam tangki dan mengontrol sistem
operasi dari aerator. Setelah dilakukan proses aerasi kemudian dilakukan
pengendapan biomassa. Biomassa dalam sistem ini memiliki kemampuan
mengadsorpsi zat organik dalam bentuk koloid dan suspense dalam air
limbah. Ketika flok lumpur kontak dengan materi organik (air limbah)
akan terjadi proses biosorpsi materi organik tersebut. Materi organik yang

91

diadsorpsi tidak terjadi melalui proses sintesa atau oksidasi biologi, tetapi
tersimpan sebagai cadangan makanan. Flok biomassa akan menggunakan
cadangan materi organik tersebut untuk tetap hidup ketika tidak terdapat
makanan/substrat di sekelilingnya. Cadangan materi organik tersebut
digunakan ketika flok biologis mengalami tahap penstabilan, dimana flok
biologis akan diaktifkan kembali kemampuan adsorpsinya terhadap materi
organik. Proses inilah yang disebut dengan stabilisasi lumpur (Benefield
dan Randall, 1980 ).
sistem operasional SBR terdiri dari 5 fase yaitu, fase pengisian
(fill) dimana pada fase ini effluent (air buangan) dari bak netralisasi
dimasukkan ke dalam reaktor sampai mencapai volum tertentu. Kemudian
terjadi fase reaksi (react), pada fase ini aliran air buangan dihentikan.
Proses reaksi biologi yang sudah mulai berlangsung saat proses fill akan
berlangsung sempurna pada periode ini sampai proses biodegradasi BOD
dan nitrogen tercapai. Fase yang ketiga adalah fase pengendapan Pada fase
ini aerasi dihentikan untuk memberikan kesempatan pada biomassa untuk
mengendap sehingga menghasilkan cairan supernatant yang terpisah dari
lumpur. Pengendapan

dapat

berlangsung

lebih

sempurna

karena

kondisinya diam. Selama periode pengendapan tidak didapati adanya


influen ataupun efluen pada reaktor untuk mencegah terjadinya turbulensi
aliran. Fase yang selanjutnya adalah fase pengurasan (decant) tujuan dari
tahap ini adalah untuk mengeluarkan supernatan dari reaktor. Hal ini bisa
dilakukan dengan pipa atau wire. Pada fase ini effluent dikeluarkan
(supernatan air limbah yang telah diolah) dan hanya menyisakan lumpur
biomassa, biasanya volume liquid dalam jumlah sedikit. Sedangkan fase
yang terakhir adalah fase idle yang merupakan fase diam menunggu
pengisian kembali. Fase idle tidak mutlak diperlukan,meskipun demikian
idle kadang perlu untuk mensetabilkan lumpur biomassa sebagaimana
yang terjadi dalam proses kontak stabilisasi.

92

4. Clean Water Tank (T-300)


Air hasil olahan dari proses aerasi dan final clarifier ditampung di
clean water tank (T-300) atau kolam stabilisasi. Tangki ini menampung air
limbah yang telah diolah sebelum akhirnya dimanfaatkan sebagai wet
scrubber (mengairi limbah batubara), mengairi sawah, dan menyirami
tanaman. Dalam kolam stabilisasi (fish pond) diberi indikator berupa ikan,
dengan tujuan untuk mengetahui apakah kualitas effluent sudah baik atau
belum. Pengecekan limbah ini dilakukan setiap hari. Semakin banyak
kadar lumpur maka semakin bagus, karena semakin banyak kotoran yang
telah diendapkan. Untuk pengecekan logam berat dilakukan setiap 6 bulan
sekali.
D.

Pengolahan Limbah Gas


Limbah gas berasal dari uap yang dihasilkan dari proses boiling dengan
sistem jacket steaming, drying dan gas emisi yang berasal dari. Asap dari
steaming dan drying disalurkan atau dilewatkan pada pipa uap atau cerobong
asap yang dirancang khusus pada ruang produksi. Ini bertujuan agar asap tidak
mencemari lingkungan. Sedangkan untuk gas emisi, pada boiler ditembakkan
kabut air agar debu terikat oleh air sehingga ikut terbawa dengan air. Emisi
CO, N, dan O akan dilepas di udara.

You might also like