You are on page 1of 16

Kasus 1

Kata sulit : Kata kunci :

P2 A0
Keluhan keluar AKDR
Riwayat persalinan : normal 1 minggu lalu

Masalah dasar : P2 A0 25 tahun dengan keluhan keluar AKDR yang dipasang pasca
persalinan normal dan belum merencanakan hamil lagi.
Pertanyaan :
1. Anamnesis :
- Identitas pasien (nama, umur, alamat, pekerjaan)
- Keluhan utama
- Riwayat pemasangan kontrasepsi
- Kapan pemasangan kontrasepsi?
- Dimana dan siapa yang memasang kontrasepsi?
- Apakah sebelumnya sudah pernah pakai kontrasepsi lain atau sudah pernah
pasang AKDR? Jika pernah, tanyakan ukuran AKDR?
- Apakah sebelumnya pernah mengalami hal yang sama?
- Apakah ada perdarahan saat pemasangan?
- Apakah ibu merasa takut dan cemas saat pemasangan kontrasepsi?
- Sudah berapa kali ibu paritas?
- Riwayat pengobatan
- Riwayat alergi
2. Macam-macam AKDR
Macam-macam AKDR
a. Un-Medicated AKDR
Lippes Loop AKDR yang terbuat dari polyethilene (suatu plastik inert secara
biologik) ditambah barium sulfat.
b. Medicated AKDR
Cooper AKDR AKDR dengan penambahan selubung Cu di dalam uterus dan
untuk lebih mendekatkan Cu pada fundus uteri. (Hartanto, 2004)
Pembagian macam AKDR menurut Maryani, H (2003) adalah sebagai berikut:
1. Copper-T
AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan poliethelen yang mana pada bagia
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan ini mempunyai efek
antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. IUD berbentuk T yang baru.
IUD ini melepaskan lenovorgestrel dengan konsentrasi yang rendah selama

minimal 5 tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan evektivitas yang tinggi


dalam mencegah kehamilan yang tidak direncanakan maupun perdarahan
menstruasi. Kerugian metode ini adalah tambahan terjadinya efek samping
hormonal dan amenorea.
2. Copper-7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm
ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas
permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus
pada jenis Copper-T.
3. Multi Load
AKDR ini terbuat dari plastik (Poliethelene) dengan 2 tangan kiri dan kanan
berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dan ujung atas ke bawah 3,5 cm.
Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm 2
atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu
standar, small, dan mini.
4. Lippes Loop
AKDR ini terbuat dari bahan poliethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf
S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya.
Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian
atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm, tipe C
berukuran 30 mm (benang kuning), dan tipe D 30 mm (benang putih). Lippes
Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari
pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka
atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.
3. Metode ini disebut hysteroscopy essure atau metode sterilisasi tanpa

pembiusan. Essure adalah prosedur kontrasepsi permanen yang bekerja


secara alami dengan tubuh tanpa operasi, hormon atau risiko diikatnya tuba.
Essure adalah implant logam berukuran kecil yang dipasang di tiap-tiap tuba
falopi, sehingga menjadi prosedur kontrol kelahiran permanen yang bekerja
dalam tubuh untuk menciptakan sebuah penghalang alami terhadap
kehamilan. Prosedur ringan ini dapat dilakukan di klinik dengan perawatan
one day care. Target essure ini sudah dilakukan pada 30 akseptor KB, jelas
Kalesaran seperti dikutip Kepala Humas BKKBN Agustien Mamahit SE.
Efektifitasnya : 100 %
Indikasi
: Wanita berusia lebih dari 35 tahun dan telah memiliki lebih
dari tiga orang anak. Selain itu, kondisi fisik sehat dan sudah menjalani pap
smear serta sudah diuji untuk mengetahui adanya infeksi pelvis.

Kelebihan : Essure di mana bukan merupakan operasi, membakar atau


tindakan anestesi umum, tidak menggunakan hormon, penyembuhannya
cepat dan dilakukan sekitar 10 menit.

4. sebutkan dan jelaskan macam-macam kontrasepsi serta keuntungan dan


kerugiannya
1. Pil KB
a. Kelebihan
i. Cukup aman
ii. Harga ekonomis
iii. Cukup efektif mencegah kehamilan dengan mengentalkan
lender serviks sehingga mencegah sel sperma mencapai uterus
b. Kerugian
i. Harus dikonsumsi setiap hari
ii. Pendarahan yang tidak teratur di luar siklus haid
iii. Sakit kepala
iv. Rasa mual
v. Timbul jerawat
vi. Kenaikan BB
2. Pil KB Mini
a. Kelebihan
i. Dapat digunakan wanita saat masa menyusui
ii. Muah didapat di apotik
b. Kekurangan
i. Pendarahan yang tidak teratur di luar siklus haid
ii. Siklus haid tidak teratur
iii. Kadang-kadang sakit kepala
3. Cincin Vagina
a. Kelebihan
i. Melepas hormone estrogen dan progesterone lansung ke dinding
vagina, mempercepat siklus haid
b. Kerugian
i. Pemakaian hanya 1 bulan
ii. Infeksi vagina
4. Spermisida
a. Kelebihan
i. Membunuh sperma dengan cara melepas zat pembunuh sperma
(spermisida)
b. Kerugian
i. Tidak dapat mencegah penyakit seksual menular
ii. Menyebabkan iritasi vagina
iii. Pengguna menjadi rentan terhadap mikroba
iv. Tidak dapat bekerja efektif tanpa adanya bantuan dari alat KB
lainnya, seperti kondom atau diafragma

5. Diafragma
a. Kelebihan
i. Dapat digunakan berulang kali
ii. Mencegah kehamilan
iii. Mencegah resiko kanker rahim
b. Kerugian
i. Resiko kanker kandung kemih
ii. Angka kegagalan masih tinggi 5-20 wanita dari 100 wanita per
tahunnya
6. Sterilisasi
a. Kelebihan
i. Permanen, wanita tidak akan bisa hamil lagi
b. Kekurangan
i. Permanen, tidak dapat dikembalikan seperti sedia kala
7. AKDR / IUD
a. Kelebihan
i. Pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit
ii. Control medis yang ringan
iii. Penyulit tidak terlalu berat
iv. Pulihnya AKDR dicabut berlangsung baik
b. Kekurangan
i. Masih terjadi kehamilan AKDR in situ
ii. Terdapat pendarahan, spotting dan menometroragia
iii. Leokorea, sehingga menguras protein tubuh dan liang
senggama terasa lebih basah
iv. Dapat terjadi infeksi, menimbulkan kemandulan primer atau
sekunder dan kehamilan ektopik
v. Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan porsio uteri dan
mengganggu hubungan seksual
vi. Komplikasi pemasangan AKDR (terutama pada nuligravida)
adalah rasa sakit dan kadang-kadang pingsan
vii. Dapat terjadi perforasi uterus bila dilakukan teknik pemasangan
yang tidak hati-hati (jarang)
viii. Tidak dapat memberi perlindungan terhadap penularan penyakit
seksual menular seperti HIV/AIDS atau Hepatitis B
8. Kondom
a. Kelebihan
i. Cukup efektif
ii. Mudah didapat
iii. Aman digunakan
iv. Dapat mencegah penularan HIV/AIDS atau Hepatitis B
b. Kekurangan
i. Mudah robek karena bahan terbuat dari karet
5. Penanganan dan pencegahan AKDR pada kasus! (edukasi)

Penanganan Kasus terlepasnya AKDR atauKehilangan/tidak teraba Benang AKDR .


Orang yang pertama kali menyadari bahwa benang AKDR telah hilang biasanya

adalah wanita yang menggunakannya. Alasan benang AKDR tidak teraba adalah :
a.

Benang AKDR terlalu pendek dan masuk seluruhnya ke dalam saluran servik

b.

Wanita tersebut hamil

c.

AKDR yang terpasang menyebabkan perforasi

d.

AKDR keluar secara spontan tanpa diketahui klien


Saat melakukan perawatan bagi klien yang benangnya tidak terlihat, pastikan

klien tidak sedang hamil sebelum pencarian benang AKDR. Penentuan ini
didasarkan pada riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan untuk
mendeteksi tanda dan gejala kehamilan. Pengkajian riwayat tambahan yang
diperlukan adalah :
a.

Kapan AKDR dipasang

b.

Jenis AKDR yang digunakan

c.

Riwayat AKDR terlepas secara spontan di masa lalu

d.

Pola normal pemeriksaan benang AKDR yang dilakukan mandiri

e.

Terakhir kali merasakan benang AKDR

f.

Lama waktu antara merasakan benang terakhir kali dan pertama kali tidak

merasakan benang
g.

Frekuensi melakukan koitus selama masa ini dan waktu selanjutnya

h.

Penggunaan metode kontrasepsi lain sejak ia tidak merasakan benang AKDR


Apabila tidak ada tanda dan gejala kehamilan, dapat melanjutkan pencarian

benang AKDR. Posisikan spekulum dan masukan tenakulum ke dalam servik dengan
menggunakan instrumen dan teknik steril. Telusuri saluran serviks untuk mencari
benang dengan menggunakan forsep busa yang sempit atau klem kelly. Apabila
menemukan benang AKDR, lepaskan AKDR, kemudian ganti AKDR dan jika tidak
ditemuka AKDR juga ganti AKDR berikan antibiotik profilaksis seperti doksisiklin 100
mg po setiap 12 jam selama tujuh hari. Apabila klien alergi terhadap tetrasiklin,
gantilah obat tersebut dengan eritromisin 500 mg po QID selama tujuh hari.
Apabila pasien ingin menggunakan metode Pil yang digunakan adalah pil KB yang
hanya mengandung turunan hormon progesteron (mini pil). Mini pil ini tidak
mempengaruhi Produksi ASI. Efektifitas Mini Pil KB bisa dikombinasikan dengan
pemberian ASI eksklusif.
Adapun

metode KB

sederhana seperti penggunaan kondom, Coitus

Interruptus (Senggama Terputus), diafragma, atau Mencegah Kehamilan dengan


Sistem Kalender.
Bila sudah tak ingin punya anak lagi, lakukan kontrasepsi mantap.

Sumber : Buku Ajar Asuhan Kebidanan ( Varney's Midwifery )


B. Edukasi pada kasus
Ketika

memberi

konseling

mengenai

AKDR

kepada

wanita,

dokter

harus

mendapatkan riwayat medis lengkap masa lalu dan saat ini yang akan membantu
meyingkirkan kontraindikasi. Diskusi mengenai efektivitas dan resiko AKDR harus
mencakup poin-poin berikut ini:
-

AKDR dapat dipasang 4 minggu setelah melahirkan tanpa faktor risiko


perforasi (robeknya rahim). Untuk wanita menyusui, AKDR dengan progestin
sebaiknya tidak dipakai sampai 6 bulan setelah melahirkan

Pasien harus menyadari bahwa darah menstruasi mereka dapat menjadi lebih
banyak dan lebih nyeri. Masa menstruasi dapat membaik dalam beberapa
bulan setelah pemasangan.

Resiko infeksi panggul agak meningkat pada saat pemasangan dan selama
20 hari pertama setelah itu. Penelitian (Farley et al, 1992) menunjukkan
bahwa resiko penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease) enam
kali lebih tinggi selama 20 hari pertama setelah pemasangan yang
menekankan

perlunya

dilakukan

penapisan

dan

tindak

lanjut

serta

menunjukkan bahwa pembatasan penggantian AKDR akan mengurangi resiko


infeksi. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada sedikit resiko atau tidak ada
resiko PRP yang terkait dengan pemakaian AKDR jangka panjang dan bahwa
penyakit

menular

seksual

adalah

penyebab

utama

PRP.

AKDR

tidak

melindungi wanita dari PMS dan HIV sehingga isu ini harus diberitahukan
kepada klien.
-

dokter harus mendiskusikan dengan pasien tentang resiko AKDR terlepas


keluar. Hal ini paling mungkin terjadi setelah pemasangan yang membuat
mengapa pasien perlu datang untuk konsultasi lanjutan 4-6 minggu setelah
pemasangan. Selain itu, penting mengajari pasien cara memeriksa benang
AKDR nya setiap bulan setelah masa menstruasinya.

menjelaskan pada pasien bahwa perlunya kontrol kembali untuk memeriksa


posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD yang harus
diperhatikan adalah :

a. 1 bulan pasca pemasangan


b. 3 bulan kemudian
c. setiap 6 bulan berikutnya
d. bila terlambat haid 1 minggu
e. perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya (Imbarwati, 2009).

Apabila pasien mengalami nyeri abdomen bagian bawah yang terus menerus
setelah pemasangan tanpa ada perbaikan, pasien harus dianjurkan menemui
dokter.

Efektivitas harus dibahas dengan pasien karena tidak ada bentuk kkotrasepsi
yang 100% efektif mencegah kehamilan. Apabila AKDR gagal, terdapat resiko
bahwa kehamilan mungkin adalah kehamilan ektopik. Dengan demikian, dokter
harus menganjurkan pasien tersebut kembali lebih awal sehingga kemungkinan
resiko ini dapat disingkirkan.

C. Pencegahan

Jangan dilakukan jika pasien yang baru saja melahirkan dan segera dilakukan
pemasangan IUD, bisa dilakukan pada akhir nifas, biasanya saat satu bulan
tujuh hari setelah ibu bersalin. Selain itu, posisi IUD di dalam rahim juga dapat
mempengaruhi apakah IUD dapat terlepas atau tidak.

IUD harus dimasukkan dan dilepaskan oleh dokter atau praktisi kesehatan
lainnya.\

6.cara pemasangan AKDR


Usap vagina dan serviks dengan menggunakan antiseptic
-

Usap seluruh portio dengan larutan antiseptic (betadine) 2 kali atau lebih
Berikan anastesi local hanya bila diperlukan

Jepit serviks menggunakan tenakulum


-

Pasang tenakulum secara hati-hati pada posisi vertical (jam 10 atau jam 2)
Lakukan hanya satu tempat untuk mengurang sakit

Masukkan sonde uterus dengan no touch technique (tidak sentuh)


-

Masukkan sonde secara hati-hati ke dalam rongga uterus dengan sekali


masuk tanpa menyentuh dinding vagina ataupun bibir speculum

Tentukan posisi uterus dan kedalam rongga uterus/kavum uteri


Keluarkan sonde dan ukur kedalam rongga uterus pada tabung inserter yang masih
berada di dalam kemasan sterilnya dengan menggeser leher biru pada tabung
inserter
Buka seluruh plastic penutup kemasan
Keluarkan inserter dari tempat kemasan
-

Jangan sampai pendorongnya terdorong

Masukkan tabung inserter secara hati-hati ke dalam kavum uteri


-

Pegang inserter dengan posisi leher biru dalam posisi horizontal (sejajar
dengan IUD)

Masukkan kedalam kavum uteri sampai leher biru tersebut menyentuh


serviks atau sampai terasa ada tahanan

Lepas lengan IUD dengan menggunakan teknik menarik (with drawal) tarik keluar
pendorong
-

Pergunakan tenakulum untuk menahan saat melepas lengan IUD

Setelah lengan IUD, dorong secara perlahan-lahan tabung inserter kedalam kavum
uteri sampai leher biru menyentuh serviks
Tarik keluar sebagian tabung inserter
Potong benang IUD kira-kira 3-4 cm panjangnya
-

Pastikan sisa benang IUD yang telah terpotong masih berada didalam tabung
inserter untuk memudahkan pembuangan

Keluarkan tabung inserter


Lepaskan dan keluarkan tenakulum dengan hati hati
Periksa serviks
-

Bila ada perdarahan dari bekas jepitan tenakulum tekan dengan kassa
selama 30-60 detik

Keluarkan speculum dengan hati-hati

7. alat kontrasepsi yang cocok untuk ibu


1. AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Sampai saat ini, AKDR menjadi pilihan pertama untuk ibu yang masih menyusui
namun belum ingin kontrasepsi mantap.Selain keluhan yang minimal, AKDR
tidaklah
berpengaruh pada ASI karena bekerja secara lokal di dalam rahim. Pemasangan
AKDR tidaklah perlu menunda waktu, bisa dilakukan pada akhir nifas, biasanya
saat satu bulan tujuh hari setelah ibu bersalin. Sebab, bila diberikan lebih
awal, risiko AKDR untuk terlepas (ekspulsi) lebih besar.
2. Pilihan kontrasepsi kedua yg dapat digunakan ibu yaitu Suntikan setiap 3 bulan
(Depo Provera). Kontrasepsi suntikan sangat cocok untuk program postpartum
karena tidak mengganggu laktasi, dan terjadinya amenorea setelah suntikan.
Suntikan depo tidak mengganggu ibu-ibu yang sedang menyusui anaknya dalam
masa postpartum karenadalam masa ini terjadi amenorea laktasi. Untuk program
postpartum, depo provera disuntikkan sebelum ibu meninggalkan rumah sakit;

sebaiknya sesudah air susu ibu terbentuk, yaitu kira-kira hari ke-3 sampai dengan
hari ke-5.
Pilihan terbaik KB saat menyusui:
1. Bila sudah tak
ingin punya anak lagi, lakukan kontrasepsi mantap
2. AKDR
3. Suntik KB
depoprovera
4. KB implant
5. Mini pil atau cara
sederhana lain
6. Pil kombinasi
adalah pilihan terakhir, digunakan bila ibu tak lagi menyusui atau anak sudah
diberi makanan padat. Pilihlah yang kandungan estrogennya rendah.

8.farmakologi obat kontrasepsi (AKDR)


AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukan kedalam rahim yang bentuknya
bermacam-macam terdiri dari plastik (polyethyline), ada yeng dililiti tembaga (Cu),
ada pula yang tidak, ada yang dililiti tembaga bercampur perak (Ag), selain itu ada
pula yang dibatangnya berisi hormon progesterone
Mekanisme kerja AKDR
Mekanisme kerja yang pasti dari AKDR belum diketahui. Ada beberapa mekanisme
kerja AKDR yang meliputi:

Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik di dalam cavum uteri
sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.

Produksi

lokal

prostaglandin

yang

meninggi

yang

menyebabkan

terhambatnya impantasi.

Gangguan/terlepasnya
endometrium.

blastocyst

yang

telah

berimplantasi

di

dalam

Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopii.

Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri.


AKDR juga mencegah spermatozoa membuahi sel telur (mencegah
fertilisasi)

Macam-macam AKDR
Menurut (Hartanto 2004), AKDR digolongkan menjadi 2 yaitu Un-Medicated

AKDR

dan Medicated AKDR.


1)

Un-Medicated AKDR (AKDR yang tidak mengandung obat)

Lippes Loop diperkenalkan pada awal 1960 an, dan dianggap sebagai AKDR
standard, terbuat dari polyethylene (suatu plastik inert secara biologik). Ada empat
macam AKDR Lippes Loop yaitu:

Lippes Loop A: panjang 26,2 mm, lebar 22,2 mm, benang biru.

Lippes Loop B : panjang 25,2 mm, lebar 27,4 mm benang hitam.

Lippes Loop C : panjang 27,5 mm, lebar 30,0 mm benang kuning.

Lippes Loop D : panjang 27,5 mm, lebar 30,0 mm benang putih.

Lippes Loop dapat dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya sampai


menopause, sepanjang tidak ada keluhan atau persoalan bagi akseptornya.

2)

Medicated AKDR (AKDR yang mengandung obat)

Termasuk jenis ini antara lain copper AKDR dan AKDR yang mengandung hormon.
a)

Copper AKDR

(1) Cu T- 200 B : Panjang 36 mm, lebar 32 mm, mengandung 200 mm Cu,


ujung bagian bawah batang AKDR berbentuk bola. Daya kerja : 3 tahun.
(2) ML Cu 250 : luas permukaan kawat Cu 220 mm, benang ekor 2 lembar
berwarna hitam atau tidak berwarna. Daya kerja : 3 tahun. Ada tiga bentuk
ML Cu -250 : standard , short, mini.

(3) ML Cu 375 : 375 mm luas permukaan kawat Cu, benang ekor 2 lembar,
berwarna hitam atau tidak berwarna. Daya kerja : 5 tahun. Ada tiga bentuk
ML Cu 375 : standard, short, SL.

(4) Cu T-380 A = Para Gard : Panjang 36 mm, lebar 32 mm, 314 mm kawat
Cu pada batang vertikal, 2 selubung Cu seluas masing-masing 33 mm pada
masing-masing lengan horisontal. Daya kerja : 8 tahun (FDA : 10 tahun ).

(5) Nova T = Novagard: Panjang 32 mm, lebar 32 mm, 200 mm luas


permukaan Cu dengan inti Ag di dalam kawat Cu- nya. Daya kerja : 5 tahun.

b)

AKDR yang mengandung hormone

AKDR yang mengandung hormon yaitu progestasert-T = Alza T, yang memiliki


panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam.
Progestasert-T = Alza T mengandung 38 mg progesterone dan barium sulfat,
melepaskan 65 mcg progesterone per hari. Daya kerja : 18 bulan (Hartanto,
2004).

Efektifitas AKDR
Efektifitas tinggi walau masih terjadi 1- 3 kehamilan per 100 wanita pertahun
untuk AKDR umumnya, sedang untuk Lippes Loop 2 kehamilan pertahun.
Untuk second generation Cu AKDR < 1 kehamilan per 100 wanita per tahun
dan 1,4 kehamilan per 100 wanita setelah 6 tahun pemakaian (Hartanto,
2004). Untuk AKDR yang berlapis tembaga sebaiknya diganti setelah kurang
lebih 4 tahun dipakai, karena makin lama efektifitasnya makin menurun
(BKKBN, 2006).

Indikasi
Indikasi pemasangan AKDR:

Usia reproduktif.

Pernah melahirkan dan mempunyai anak, serta ukuran rahim tidak kurang
dari 5 cm.

Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.

Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.

Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.

Resiko rendah dari IMS.

Tidak menghendaki metode hormonal.

Kontraindikasi

Kontra indikasi pemasangan AKDR:

Kehamilan.

Penyakit inflamasi pelvic (PID/ Pelvic Inflammatory Disease).

Karcinoma servik atau uterus.

Riwayat atau keberadaan penyakit katup jantung karena penyakit ini rentan
terhadap endometritis bacterial.

Keberadaan miomata, malformasi conginental, atau anomaly perkembangan


yang dapat mempengaruhi rongga uterus.

Diketahui atau dicurigai alergi terhadap tembaga atau penyakit Wilson


(penyakit genetik diturunkan yang mempengaruhi metabolisme tembaga
sehingga mengakibatakan penumpukan tembaga di berbagai organ dalam
tubuh).

Ukuran uterus dengan alat periksa (sonde) berada diluar batas yang
ditetapkan pada petunjuk terbaru tentang memasukkan AKDR, uterus harus
terekam pada kedalaman 6- 9 cm pada paragard dan mirena.

Resiko tinggi penyakit menular sexual (pasangan sexual yang berganti-ganti).

Riwayat

kehamilan

ektopik

atau

kondisi

yang

dapat

mempermudah

kehamilan ektopik, merupakan kontraindikasi hanya pada pengguna AKDR


hormonal.

Servikitis atau vasginitis akut (sampai diagnosis ditegakkan dan berhasil


diobati) .

Peningkatan kerentanan terhadap infeksi (seperti pada terapi kostikostiroid

kronis, diabetes, HIV/AIDS, leukimia dan penyalah gunaan obat-obatan IV.

Penyakit hati akut, meliputi hepatitis virus aktif atau tumor hati merupakan
kontraindikasi hanya pada pengguna AKDR hormonal.

Diketahui atau dicurigai terkena carsinoma payudara merupakan kontra


indikasi hanya pada pengguna AKDR hormonal.

Trombosis vena dalam / embolisme paru yang terjadi baru-baru ini

merupakan kontra indikasi hanya pada penggunaan AKDR hormonal.


Sakit kepala migren dengan gejala neurologis fokal merupakan kontra
indikasi hanya pada penggunaan AKDR hormonal.

Efek samping dan komplikasi menurut Varney (2004) yaitu :

Bercak darah dan kram abdomen sesaat setelah pemasangan AKDR

Kram, nyeri punggung bagian bawah, atau kedua keadaan tersebut terjadi
bersamaan selama beberapa hari setelah pemasangan AKDR.

Disminorhoe, terutama yang terjadi selama 1-3 bulan pertama setelah


pemasangan AKDR.

Perubahan / gangguan menstruasi (menorragia, metroragia, amenoroe,


oligomenorea).

Perdarahan berat atau berkepanjangan.

Anemia.

Benang AKDR hilang, terlalu panjang, terlalu pendek.

AKDR tertanam dalam endometrium atau miometrium.

AKDR terlepas spontan.

Perforasi servik atau uterus.

9.komplikasi AKDR
1). INFEKSI
AKDR ITU SENDIRI, ATAU BENANGNYA YANG BERADA DALAM VAGINA
UMUMNYA TIDAK MENYEBABKAN TERJADINYA INFEKSI JIKA ALAT-ALAT YANG
DIGUNAKAN DISTERILKAN, YAKNI TABUNG PENYALUR, PENDORONG, DAN
AKDR. JIKA TERJADI INFEKSI HAL INI MUNGKIN DISEBABKAN OLEH SUDAH
ADANYA INFEKSI YANG SUBAKUT ATAU MENAHUN PADA TRAKTUS GENITALIS
SEBELUM PEMASANGAN AKDR.
2). PERFORASI
UMUMNYA PERFORASI TERJADI SEWAKTU PEMASANGAN AKDR
WALAUPUN BISA TERJADI PULA KEMUDIAN. PADA PERMULAANYA HANYA
UJUNG AKDR SAJA YANG MENEMBUS DINDING UTERUS, TETAPI LAMA
KELAMAAN DENGAN ADANYA KONTRAKSI UTERUS, AKDR TERDORONG LEBIH
JAUH MENEMBUS DINDING UTERUS, SEHINGGA AKHIRNYA SAMPAI KE
RONGGA PERUT. KEMUNGKINAN ADANYA PERFORASI HARUS DIPERHATIKAN
APABILA PADA PEMERIKSAAN SPEKULUM BENANG AKDR TIDAK KELIHATAN.
DALAM HAL INI PADA PEMERIKSAAN DENGAN SONDE UTERUS ATAU
MIKROKURETTIDAK DIRASAKAN AKDR DALAM RONGGA UTERUS. JIKA ADA
KECURIGAAN KUAT TENTANG TERJADINYA PERFORASI, SEBAIKNYA DIBUAT
FOTO RONTGEN DAN JIKA DIFOTO AKDR DALAM RONGGA PANGGUL,
HENDAKNYA DILAKUKAN HISTEROGRAFI UNTUK MENENTUKAN APAKAH AKDR
TERLETAK DIDALAM ATAU DILUAR CAVUM UTERI. SEKARANG DAPAT
DITENTUAKAN DENGAN USG TRANSVAGINAL DAN TRANSABDOMINAL.
JIKA PERFORASI TERJADI DENGAN AKDR YANG TERTUTP, AKDR HARUS
DIKELUARKAN DENGAN SEGERA OLEH KARENA DIKUATIRKAN TERJADINYA
ILEUS, BEGITU PULA UNTUK AKDR YANG MENGADUNG LOGAM. PENGELUARAN
AKDR DAPAT DILAKUKAN DENGAN LAPAROSKOPI. LAPAROTOMI HANYA
DILAKUKAN JIKA LAPAROSKOPI TIDAK BERHASIL, ATAU STELAH TERJADI ILEUS.
JIKA AKDR YANG MENYEBABKAN PERFORASI ITU JENIS TERBUKADAN LINEAR,
DAN TIDAK MENGANDUNG LOGAM AKDR TIDAK PERLU DIKELUARKAN DENGAN
SEGERA.
3). KEHAMILAN
JIKA TIMBU KEHAMILAN DENGAN AKDR IN SITU, TIDAK AKAN TIMBUL
CACAD PADA BAYI OLEH KARENA AKDR TERLETAK ANTARA SELAPUT KETUBAN
DINDIG RAHIM. ANGKAKEGUGURAN DENGAN AKDR IN SITU TINGGI. JIKA
DITEMUKAN KEHAMILAN DENGAN AKDR IN SITU SEDANGKAN BENANGNYA
MASIH KELIHATAN, SEBAIKNYA AKDR DIKELUARKAN OLEH KARENA
KEMUNGKINAN TERJADINYA ABORTUS SETELAH AKDR ITU DIKELUARKAN,
LEBIH KECIL DARI PADA JIKA AKDR DIBIARKAN TERUS BERADA DALAM

RONGGA UTERUS. JIKA BENANG AKDR TIDAK KELIHATAN, SEBAIKNYA AKDR


DIBIARKAN SAJA BERADA DALAM UTERUS.

10.faktor resiko terlepas AKDR

Umur dan paritas : pada paritas yang rendah, 1 atau 2, kemungkinan ekspulsi
dua kali lebih besar daripada paritas 5 atau lebih, demikian pula pada
perempuan muda ekspulsi lebih sering terjadi daripada pada perempuan
yang umurnya lebih tua.
Lama pemakaian : ekspulsi paling sering terjadi pada 3 bulan pertama
setelah pemasangan, setelah itu angka kejadiannya menurun dengan tajam.
Ekspulsi sebelumnya : pada perempuan yang pernah mengalami ekspulsi,
maka pada pemasangan kedua kalinya, kecenderungan terjadinya ekspulsi
lagi ialah kira-kira 50%. Jika terjadi ekspulsi, pasangkanlah IUD dari jenis yang
sama, tetapi dengan ukuran yang lebih besar daripada sebelumnya, dapat
juga diganti dengan IUD jenis lain atau dipasang 2 IUD.
Jenis dan ukuran : jenis dan ukuran IUD yang dipasang sangat mempengaruhi
frekuensi ekspulsi. Pada Lippes Loop, makin besar ukuran IUD makin kecil
kemungkinan terjadinya ekspulsi.
Faktor psikis : oleh karena motilitas uterus dapat dipengaruhi oleh factor
psikis, maka frekuensi ekspulsi lebih banyak dijumpai pada perempuan
emosional dan ketakutan, dan psikisnya labil. Kepada perempuan seperti ini
penting diberikan penerangan yang ukup sebelum dilakukan pemasangan
IUD.

You might also like