Professional Documents
Culture Documents
A. PENGERTIAN
Kejang demam atau febrile convulsion ialah kebangkitan kejang
yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (Suhu rectal diatas 38 0C) yang
disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan
kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama
pada golongan anak berumur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 %
anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah menderita kejang
demam. (Ngastiyah, 2005: hal.165)
Kejang Demam merupakan gangguan transien pada anak-anak
yang terjadi bersamaan dengan demam. Keadaan ini merupakan salah
satu gangguan neurologik yang paling sering dijumpai pada masa
kanak-kanak dan menyerang sekitar 4 % anak. (Wong, 2008: hal.
1260)
Kejang demam adalah perubahan fungsi otak mendadak dan
sementara sebagai akibat dan aktivitas neuronal yang abnormal dan
pelepasan listrik serebral yang berlebihan. (Cecily, 2009: hal. 575)
B. Etiologi
Penyebab kejang sampai saat ini belum diketahui dengan pasti,
demam sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis
media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Kejang
tidak selalu timbul pada suhu tinggi kadang-kadang demam yang tidak
terlalu tinggi juga bisa menyebabkan kejang.
C. Patofisiologi
1. Proses Perjalanan penyakit
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses
oksidasi dengan perantara fungsi paru-paru diteruskan ke otak
melalui sistem kerdiovaskuler di pecah menjadi CO2 dan H2O. Sel
dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu
lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal
membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium
(K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na +) elektrolit lainnya
kecuali Ion Klorida (CI). Akibatnya K + dalam sel neuron tinggi dan
kosentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan kosentrasi ion di dalam
dan diluar sel tersebut maka terdapat perbedaan potensial
membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk
menjaga keseimbagan potensial membran ini diperlukan energi
dan bantuan enzim Na-K ATP-ASE yang terdapat di permukaan sel.
Pada
keadaan
demam,
kenaikan
suhu
1 0C
akan
mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10% sampai 1%
persen dan peningkatan kebutuhan oksigen samapai 20%. Pada
anak umur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 60% dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada
kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbagan dari membran
sel neuron dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion kalium
akibatnya terjadi lepasnya muatan listrik.
Lepasnya muatan yang demikian besar sehingga dapat
meluas keseluruhan sel maupun ke membran sel sekitarnya
dengan bantuan neurotransmiter dan terjadilah kejang. Kejang
yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai
dengan Apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kosentrasi
otot
skelet
yang
akhirnya
terjadi
hipoxia
dan
Bagan patofisiologi
Infeksi bakteri,
virus dan parasit
Reaksi
2. inflamsi
Proses Demam
Hipertermia
Resiko kejang
berulang
Pengobatan
perawatan kondisi,
prognosis, lanjut
dan diit
Kurang informasi,
kondisi
prognosis/pengobatan
dan perawatan
Kejang
Resiko
cidera
Tidak menimbulkan
gejala sisa
Perubahan suplay
darah ke otak
D. MANISFESTASI KLINIS
1. Kejang Parsial (Fokal, Lokal)
a. kejang parsial sederhana:
kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu ataulebih hal
berikut ini:
b. Kejang Mioklonik
d. Kejang atomik
E. KOMPLIKASI
1. Aspirasi
2. Asfiksia
3. Retardasi mental
F. UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
1. Elektroensefalogram (EEG): dipakai untuk membantu menetapkan
jenis dan fokus dari kejang
2. Pemindaian CT: menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dari
biasanya untuk mendeteksi perbedaaan kerapatan jaringan
3. Magnetic resonance imaging (MRI): menghasilkan bayangan dengan
menggunakan lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna
untuk memperlihatkan daerah-daerah otak yang tidak jelas terlihat
bila menggunakan pemindaian CT
Panel elektrolit
GDA
Kadar magnesium
G. PENATALAKSANAAN
1. Memberantas kejang secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan secara intervena jika klien masih dalam
keadaan kejang. Ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat
kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga
secara intervena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang
diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui
intrasmuskuler, diharapkan kejang akan berhenti.bila belum juga
berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4% secara
intervena
2. Pengobatan penunjang
Sebelum peberantasan kejang tidak boleh dilupakan perlunya
pengobatan penunjang
a. Semua pakaian ketat dibuka
b. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi
lambung
c. Posisi kejang sebaiknya miring untuk menjamin kebutuhan
oksigen, bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi
d. Penghisapan
lendir
diberikan oksigen
harus
dilakukan
secara
teratur
dan
3. Pengobatan rumat
a. Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran
anti konvulsan dan antipietika. Profilaksis ini diberikan sampai
kemungkinan sangat kecil anak mendapat kejang deman
sederhana yaitu kira-kira sampai anak umur 4 tahun