You are on page 1of 33

LAPORAN PROGRAM P2M DANA DIPA

PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K)


PADA GURU-GURU PEMBINA DAN ANGGOTA PMR MADYA SEKECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG TAHUN 2014

dr. Putu Adi Suputra, S.Ked., M.Kes (0015108402)


Gede Eka Budi Darmawan, S.Pd., M.Or (0017037903)
dr.Ni Putu Dewi Sri Wahyuni,S.Ked.,M.Kes (0021067910)

Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)


Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor :
68/UN48.15/LPM/2014

JURUSAN PENJASKESREK
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2014

HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

a. Judul Program

: Pelatihan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan

(P3K) pada Guru-Guru Pembina dan Anggota PMR Madya se-Kecamatan


Banjar, Kabupaten Buleleng Tahun 2014.
b. Jenis Program

: Pelatihan

c. Bidang Kegiatan

: Sosial dan Kesehatan

d. Identitas Pelaksana

1. Ketua
- Nama

: dr. Putu Adi Suputra, S.Ked., M.Kes

- NIP

: 198410152009121005

- NIDN

: 0015108402

- Pangkat/Gol

: Penata Muda Tingkat I/IIIb

- Alamat Kantor : FOK Undiksha


- Alamat Rumah : Banjar Tegeha, Kecamatan Banjar, Buleleng
2. Anggota 1
- Nama

: Gede Eka Budi Darmawan, S.Pd., M.Or

- NIP

: 197903172008121005

- NIDN

: 0017037903

- Pangkat/Gol

: Penata Muda Tingkat I/IIIa

- Alamat Kantor : FOK Undiksha


- Alamat Rumah : Gang Bumi Asih II no.9 Pemaron, Singaraja-Bali
3. Anggota 2
- Nama

: dr.Ni Putu Dewi Sri Wahyuni,S.Ked.,M.Kes

- NIP

: 197906212008122002

- NIDN

: 0021067910

- Pangkat/Gol

: Penata Muda Tingkat I/IIIb

- Alamat Kantor : FOK Undiksha

ii

iii

Ringkasan.
Pelatihan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) pada Guru-Guru
Pembina dan Anggota PMR Madya se-Kecamatan Banjar, Kabupaten
Buleleng Tahun 2014.
Oleh :
dr. Putu Adi Suputra, S.Ked., M.Kes,Gede Eka Budi Darmawan, S.Pd.,
M.Or dr. Ni Putu Dewi Sri Wahyuni,S.Ked.,M.Kes

Ringkasan.
Pada hari Senin tanggal 18 Agustus 2014 telah dilakukan Kegiatan
pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk Pelatihan Pertolongan Pertama pada
Kecelakaan (P3K) pada Guru-Guru Pembina dan Anggota PMR Madya seKecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng Tahun 2014 yang dilaksanakan di Aula
SMP N 1 Banjar. Peserta yang di berjumlah 40 orang berasal dari pembina, dan
PMR Madya Se-Kecamatan Banjar. Adapun tujuan dari program pengabdian ini
adalah: Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada guru-guru pembina
PMR dan siswa anggota PMR Se- Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng dalam
bidang P3K, Mempersiapkan guru-guru pembina PMR SLTP se-Kecamatan
Banjar, Kabupaten Buleleng yang berkualitas untuk dapat memberikan pembinaan
tentang P3K. Meningkatkan pemahaman , mentalitas dan kesigapan dari setiap
anggota PMR dan guru-guru pembina PMR. Kegiatan ini dibagi menjadi dua sesi,
sesi pertama adalah penyampaian materi dan sesi ke dua adalah praktek.Metode
yang dipergunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah : metode
ceramah, Metode praktek, metode diskusi metode pelatihan dengan pendekatan
modeling. Kegiatan ini telah berhasil meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan
ketrampilan yang dimiliki oleh guru pemibina PMR tentang P3K dan kuantitas
pelatihan P3K bagi para guru pembina dan PMR meningkat.

iv

PRAKATA
Puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat-Nya laporan kegiatan pengabdian masyarakat yang
dilaksanakan di Aula SMP N 1 Banjar dapat terlaksana dengan baik. Laporan
dibuat dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan kegiatan dan memberikan
informasi tentang proses perencanaan dan pelaksanaan dari awal hingga akhir
kegiatan serta hasil yang didapat dari pelaksanaan kegiatan ini. Penulis menyadari
bahwa isi dari laporan ini jauh dari kesempurnaan, sehingga perlu sumbangsih
dari para pembaca terutama hal yang terkait tentang tata tulis dan substansi
laporan. Terlaksananya kegiatan ini dari awal hingga pembuatan laporan berkat
bantuan dari berbagai pihak, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih yang sedalam- dalamnya kepada
1.

Prof.Dr. Ketut Suma, M.S selaku ketua LPM Undiksha Singaraja atas
bantuannya dalam hal memberikan fasilitas sehubungan dengan pengurusan
dana untuk pelaksanaan kegiatan.

2.

Prof. Dr. I Nyoman Kanca, M.S selaku dekan FOK Undiksha Singaraja yang
telah memberikan kemudahan dalam pengurusan ijin peminjaman alat-alat
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan.

3.

Mitra dari UPP dan PMR Madya di Kecamatan Banjar, yang telah
menfasilitasi

dan

memberikan

ijin

menggunakan

lapangan

untuk

terlaksananya kegiatan P2M ini.


4.

Para peserta, atas kerjasamanya dalam mengikuti pelatihan sehingga


pelaksanaan P2M dapat berjalan sesuai rencana

5.

Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas segala
bantuannya baik pemikiran maupun material pada kegiatan ini
Demikian laporan pengabdian pada masyarakat ini, semoga atas segala

bantuan yang diberikan mendapat imbalan yang sepadan dari Tuhan Yang Maha
Esa.
Singaraja, 27 Agustus 2014
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
Halam Judul.........................................................................................................

Halaman Pengesahan ...........................................................................................

ii

Ringkasan ..........................................................................................................

iii

Kata Pengantar ....................................................................................................

Daftar Isi..............................................................................................................

vi

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................

1.1 Analisis Situasi ..................................................................................

1.2 Identifikasi Perumusan Masalah. ........................................................

1.3 Tujuan Kegiatan. ...............................................................................

1.4.Manfaat Kegiatan ...............................................................................

1.5.Khalayak Sasaran ...............................................................................

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ................................................................................

2.1.Difinisi Pertolongan Pertama ..............................................................

2.2.Prinsip-Prinsip Pertolongan Pertama ...................................................

2.3.Penilaian Pertolongan Pertama............................................................

BAB 3 METODOLOGI PELAKSANAAN ........................................................

12

3.1.Kerangka Pemecahan Masalah............................................................

12

3.2.Metode Kegiatan ................................................................................

12

3.3.Keterkaitan .........................................................................................

13

3.4. Rancangan Evaluasi ...........................................................................

13

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................

14

4.1.Hasil Pelaksanaan Kegiatan ................................................................

14

4.2.Pembahasan ........................................................................................

15

vi

BAB 3 SIMPULAN DAN SARAN .....................................................................

20

3.1.Simpulan ...........................................................................................

20

3.2.Saran ..................................................................................................

20

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN MATERI
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN
LAMPIRAN ABSENSI PESERTA

vii

viii

BAB I
PENDAHULUAN
Cedera dan kesakitan dalam bekerja dapat membunuh lebih dari 2 juta orang
setiap tahunnya diseluruh dunia. Setiap orang yang sudah pernah menerima
pelatihan tentang pertolongan pertama berharap ilmu yang sudah diterima tidak
pernah diaplikasikan. Akan tetapi pertolongan pertama yang efektif pada kejadian
kesakitan yang mendadak dapat membuat perbedaan yang signifikan antara hidup
dan mati, penyembuhan cepat dan penyembuhan lama, kecacatan permanen dan
sementara (Dean and Mulligan, 2009).
Pertolongan pertama (first aid) adalah penanganan atau perawatan awal
dari terjadinya suatu penyakit atau kecelakaan. Hal ini dapat biasanya dilakukan
oleh orang yang bukan ahli dalam menangani kejadian sakit atau cedera, sampai
menunggu pengobatan definitif dapat diakses. Penyakit yang dapat sembuh
sendiri atau cedera yang minor tidak perlu memerlukan perawatan medis yang
lebih lanjut, setelah dilakukan pertolongan pertama. Biasanya

terdiri dari

beberapa kasus yang sederhana, dimana teknik pertolongan pertama dapat


diberikan kepada individu untuk melakukan hal tersebut dengan peralatan yang
minimal. Hal ini dikarenakan tenaga medis seperti dokter dan perawat tidak akan
selalu ada apabila ada kejadian penyakit dan kecelakaan yang memerlukan
pertolongan segera. Sehingga diperlukan suatu anggota non medis yang
mempunyai kemampuan dan pengetahuan tentang metode penopang hidup dan
pertolongan pertama. Dan yang lebih penting lagi adalah diperlukan tindakan
cepat dan efektif dalam mempertahankan hidup dan dapat meminimalkan
terjadinya kecacatan. (Anonim, 2002).
P3K (first aid) pertama kali diterapkan pada abad 11, yaitu untuk
mengobati dan menolong para ksatria berperang. Kemudian pada tahun 1859,
seorang yang bernama Henry Dunant mengajak para penduduk desa untuk
menolong korban perang solferino dengan mengaplikasikan P3K. Kemudian 4
tahun kemudian, di geneva swiss terdapat pertemuan yang melibatkan empat
Negara, yang merupakan awal mulanya palang merah.
Di Indonesia sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang bergerak
dalam bidang sosial kemanusiaan disebut Palang Merah Indonesia. Berdiri pada

tanggal 17 september 1945. Peran PMI adalah membantu pemerintah di bidang


sosial

kemanusiaan,

terutama

tugas

kepalangmerahan

sebagaimana

dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 yang telah


diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No
59. Kini jaringan kerja PMI tersebar di 30 Daerah Propinsi / Tk.I dan 323 cabang
di daerah Tk.II serta dukungan operasional 165 unit Transfusi Darah di seluruh
Indonesia. Palang Merah Remaja atau PMR adalah wadah pembinaan dan
pengembangan anggota remaja yang dilaksanakan oleh Palang Merah Indonesia.
Terdapat di PMI Cabang seluruh Indonesia dengan anggota lebih dari 1 juta
orang. Anggota PMR merupakan salah satu kekuatan PMI dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan

kemanusiaan dibidang kesehatan

dan siaga

bencana,

mempromosikan Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit


Merah Internasional, serta mengembangkan kapasitas organisasi PMI. Pelatihan
P3K pada PMR dilaksanankan oleh PMI, yang merupakan payung dari
terbentuknya PMR. Perekrutan anggota PMR berdasarkan target usia: (1) 10 - 12
tahun (PMR Mula), (2) 12 - 15 tahun (PMR Madya), (3) 15 - 17 tahun (PMR
Wira) . Untuk mendirikan atau menjadi anggota palang merah remaja disekolah,
harus diadakan Pendidikan dan Pelatihan Diklat untuk lebih mengenal apa itu
sebenarnya PMR dan sejarahnya mengapa sampai ada di Indonesia, dan pada
diklat para peserta juga mendapatkan sertifikat dari PMI. Dan baru dianggap
resmi menjadi anggota palang merah apabila sudah mengikuti seluruh kegiatan
yang diadakan oleh palang merah remaja disekolah (Palang Merah Indonesia,
2008).
PMR atau junior red cross dibentuk di amerika pertama kali pada tahun
1917, yang merupakan respon dari banyaknya minat siswa dalam kegiatan palang
merah. Pada tahun 1933 di amerika jumlah anggota palang merah remaja kurang
dari 6,6 juta orang, dan pada tahun 1938 melonjak menjadi lebih dari 9 juta
orang. Dan pada tahun 1964 menjadi 17 juta lebih anggota (First Aid, 2010).
Di kanada sebagian penduduknya sudah pernah mendapat pelatihan
tentang P3K (first aid training) dan menurut pemerintah yang bersangkutan,
bahwa hal itu belum cukup, karena beranggapan bahwa kesehatan adalah hak
yang paling mutlak yang harus dimiliki oleh setiap individu. Menurut yayasan

jantung dan stroke yang ada di kanada menyarankan bahwa pelatihan P3K
khususnya tentang CPR (cardiopulmonary resuscitation) harus dijadikan undangundang informal yang mengharuskan setiap warga negaranya memiliki
pengetahuan tentang P3K. Di amerika 55 dari 100.000 penduduk menderita
serangan jantung setiap tahunnya, dan ini membuktikan bahwa perlunya bagi
penduduk baik itu siswa maupun masyarakat umum untuk mendapat pengetahuan
dan pelatihan tentang P3K, sehingga mengurangi resiko kematian bagi korban
(Anonim, 2010).
Di berbagai negara pelatihan first aid, dibagi menjadi beberapa level,
bervariasi tergantung dari negara masing-masing dan berapa jam pelatihan yang
diberikan. Sebagai contoh, di kanada pelatihan P3K dibagi menjadi 3 level yaitu
emergency first aid yang diberikan selama 8 jam mencakup pelatihan CPR,
pendarahan, tersedak, dan hal lainnya yang berhubungan dengan kejadian gawat
darurat. Yang kedua adalah standard first aid yang diberikan selama 16 jam
mencakup pelatihan pada emergency first aid ditambah dengan pelatihan tentang
gigitan ular, keracunan,luka bakar, trauma mata, trauma dada, trauma leher. Dan
terakhir adalah medical first responder yang diberikan selama 40 jam. Ini sebagai
bukti bahwa Negara tersebut sangat konsisten dan serius dalam memberikan
pelatihan-pelatihan yang bersifat gawat darurat, guna meningkatkan status
kesehatan masyarakatnya, dengan mengurangi resiko kematian bagi korban (First
Aid, 2010)
Beberapa pengetahuan dan ketrampilan yang diberikan pada saat
pelatihan P3K adalah bagaimana kita menangani korban dengan cedera kepala,
penanganan korban kecelakaan, memindahkan korban dengan cara yang baik dan
benar, penanganan penyakit jantung, penanganan luka bakar, penanganan fraktur
tulang, penanganan tenggelam, sampai tentang penanganan jalan nafas.
Di amerika serikat, jumlah dolar setiap tahun yang dikeluarkan berkaitan
dengan cedera/trauma melampaui 400 miliar dolar, ini termasuk biaya asuransi,
kerugian material, pengeluaran medis dan lain sebagainya. Pada tahun 1990
cedera yang tidak disengaja menyebabkan 3,2 juta kematian dan 312 juta
penderita di seluruh dunia yang memerlukan perhatian. Pada tahun 2000
kematian akan mencapai 3,8 juta dan pada tahun2020, cedera/trauma akan

merupakan penyebab kematian ketiga untuk semua kelompok umur. Di 39 negara


yang mempunyai data lengkap, didapat bahwa 70 persen kematian dan cedera
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas (KLL). Di selandia baru kecelakaan lalu
lintas merupakan penyebab kematian tertinggi, yaitu 2,5 kali lipat dibandingkan
inggris. Di Indonesia angka kecelakaan lalu lintas tergolong tinggi yaitu dalam
kurun waktu 2004-2008 60.809 kejadian, dan sebanyak 15.963 orang tewas.
(First Aid, 2010)
1.1 ANALISIS SITUASI
Setiap hari pada saat kita melakukan perawatan dengan gejala yang
mengkhawatirkan, seperti merawat luka, pada saat itulah kita sudah menerapkan
dengan apa yang disebut pertolongan pertama pada kecelakaan. Pertolongan
pertama pada kecelakaan merupakan aspek penting pada kehidupan sehari-hari,
baik itu dirumah,dijalan, disekolah, maupun di kantor, karena kejadian yang
merupakan darurat perlu segera ditangani di tempat kejadian. Sesuai dengan
definisi dari pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) adalah usaha-usaha
untuk menangani korban dengan segera di tempat kejadian. Prinsip-prinsip P3K
adalah tindakan yang dilakukan segera, mempertahankan hidup korban,
mengurangi penderitaan, mencegah pengotoran luka dan penderitaan lanjutan
serta merujuk korban ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. Prinsip-prinsip
P3K ini sangat dianggap perlu bagi semua lapisan masyarakat, karena dengan
P3K kita dapat membantu orang atau korban sampai benar-benar mendapat
perawatan medis professional. P3K bisa dilakukan oleh baik itu masyarakat
umum ataupun siswa, sampai pertolongan medis professional tiba untuk
menangani korban (Saubers,Nadine, 2008)
Kecamatan Banjar yang mempunyai luas wilayah terbesar ketiga setelah
Kecamatan Gerokgak dan Kecamatan Busungbiu, dimana sebagian besar
topografi wilayah kecamatan Banjar adalah perbukitan. Akses pelayanan
kesehatan yang cukup jauh menyebabkan penanganan korban kejadian kegawat
daruratan seperti kecelakaan lalu lintas dan bencana menjadi lambat. Hal ini
menyebabkan angka kematian dan kecacatan pada korban menjadi meningkat.
Menurut data Satlantas Polres Buleleng, angka kecelakaan lalu lintas di wilayah

Banjar tahun 2012, menempati urutan ketiga setelah Singaraja dan Seririt, yaitu
sebanyak 21 kasus dengan 4 orang meninggal.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan beberapa Pembina
PMR pada SLTP se-Kecamatan Banjar dan beberapa siswa SLTP yang ikut
PMR ditemukan bahwa pelatihan-pelatihan P3K yang diberikan oleh PMI sangat
jarang sekali dan hanya 1 orang Pembina dari masing-masing sekolah yang
mendapat pelatihan langsung dari PMI. Beberapa orang pembina mengatakan dan
menyarankan untuk diadakannya pelatihan P3K secara lebih lengkap dan terarah,
karena mereka menganggap pelatihan yang diberikan selama ini sangat kurang
sekali dan rentang waktu diberikan pelatihan cukup lama yaitu setiap 5 tahun,
disamping itu juga jumlah pembina yang dilatih cukup terbatas. Dimana pembina
itu sendiri harus membina sedikitnya 100 orang siswa PMR. Dari 100 orang
siswa PMR tersebut, tidak ada siswa yang mendapat pelatihan langsung dari PMI.
Sehingga perlu diadakannya pelatihan-pelatihan tentang P3K yang bersifat
formal, diluar dari PMI. Dengan tujuan untuk meningkatkan status kesehatan
disekolah masing-masing pada khususnya dan status kesehatan masyarakat pada
umumnya. Serta selalu sigap jika menemukan kejadian gawat darurat, yang perlu
penanganan medis segera, baik itu dijalan, dirumah, dikantor, maupun di sekolah.
Menurut kepala UPP kecamatan banjar memang benar pelatihan-pelatihan P3K
masih dirasakan sangat kurang sekali diberikan baik pada pembina PMR maupun
pada siswa itu sendiri, sehingga bisa berakibat kurang sigapnya anggota PMR
dalam menangani kejadian gawat darurat yang mungkin terjadi baik disekolah
maupun dimasyarakat karena PMR merupakan bagian terdepan bidang kesehatan
baik disekolah maupun dimasyarakat.
1.2 Identifikasi Perumusan Masalah.
Berdasarkan hasil analisis situasi diatas dapat ditemukan beberapa masalah antara
lain :
a. Kurangnya pemahaman dan ketrampilan yang dimiliki oleh guru pemibina
PMR tentang P3K
b. Kurangnya pemahaman dan ketrampilan yang dimiliki oleh PMR tentang P3K
c. Kurangnya kuantitas pelatihan P3K bagi para guru pembina dan PMR

1.3 Tujuan Kegiatan.


Adapun tujuan dari program pengabdian ini adalah:
a. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada guru-guru pembina
PMR dan siswa anggota PMR Se- Kecamatan Banjar, Kabupaten
Buleleng dalam bidang P3K
b. Mempersiapkan guru-guru pembina PMR SLTP se-Kecamatan Banjar,
Kabupaten Buleleng yang berkualitas untuk dapat memberikan
pembinaan tentang P3K.
c. Meningkatkan pemahaman , mentalitas dan kesigapan dari setiap anggota
PMR dan guru-guru pembina PMR.
1.4 Manfaat Kegiatan.
Manfaat yang diharapkan usai memberikan Pelatihan pertolongan
pertama pada kecelakaan pada guru-guru pembina dan anggota PMR madya sekecamatan

Banjar,

adalah

dapat

meningkatkan

pemahaman,

mental,

pengetahuan, dan keterampilan guru-guru Pembina dan siswa PMR SLTP dalam
bidang P3K sehingga dapat menguasai tentang penanganan korban ditempat
kejadian secara sigap, cepat, dan terarah apabila ditemukan kejadian gawat
darurat.
1.5 Khalayak Sasaran.
Adapun sasaran pada pengabdian pada masyarakat ini adalah para siswa
PMR madya dan guru guru pembina PMR se-Kecamatan Banjar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pertolongan Pertama


Pertolongan pertama (first aid) adalah penanganan atau perawatan awal
dari terjadinya suatu penyakit atau kecelakaan. Hal ini dapat biasanya dilakukan
oleh orang yang bukan ahli dalam menangani kejadian sakit atau cedera, sampai
menunggu pengobatan definitif dapat diakses. Kecelakaan atau kejadian yang
tidak diinginkan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Kejadian ini dapat
berupa suatu insiden kecil atau suatu bencana yang melibatkanpenderita dalam
jumlah besar. Orang pertama yang akan memberikan pertolongan adalah mereka
yang berada ditempat kejadian. Mereka yang berupaya memberikan pertolongan
ini memiliki berbagai tingkat pengetahuan mulai dari yang tidak mempunyai
pengetahuan pertolongan pertama dan tidak terlatih sampai yang sudah
berpengalaman dan terlatih. Ada waktu antara pertolongan di lokasi kecelakaan
sampai korban dapat memperoleh pertolongan oleh tenaga medis di fasilitas
kesehatan, sehingga masa tenggang inilah yang harus diisi oleh orang pertama
yang terdekat dengan korban yang telah memiliki keterampilan pertolongan
pertama. Pertolongan yang diberikan harus menjadi satu kesatuan pertolongan
korban dari lapangan sampai perawatan lanjutan di rumah sakit (Armstrong et al,
2002).
Pertolongan ini dikenal dengan Pelayanan Gawat Darurat. Pelayanan ini
dibagi dalam dua fase :
a.Fase Pra Rumah Sakit
Pada fase ini dilakukan perawatan di tempat kejadian dengan atau tanpa
melakukan transportasi penderita ke fasilitas kesehatan. Konsep dasar dari
pertolongan pertama adalah memberikan bantuan hidup dasar dan
mempertahankan nyawadengan melakukan tindakan pertolongan pertama
secepatnya setelah kejadian.

b.Perawatan Rumah Sakit


Perawatan pada fase inik seharusnya tidak dibedakan. Keduanya harus
saling menunjang, fase pra rumah sakit dilakukan dengan baik sehingga
rumah sakit tinggal melanjutkan apa yang sudah dilakukan dan tidak
mundur kembali dan kalau perlusistem rujukan harus diaktifkan. Sistem
inilah yang sebenarnya dikenal dengan sistem pelayanan gawat darurat
terpadu (Armstrong et al, 2002)
2.2 Prinsip Dasar Pertolongan Pertama
a. Menjaga keselamatan diri sendiri, anggota tim, penderita dan orang
sekitarnya. Menjaga keselamatan diri sendiri adalah wajib dilakukan oleh
pelaku Pertolongan Pertama sebelum menolong penderita. Disadari kita
tidak akan mampu memberikan pertolongan bila kita sendiri mengalami
cedera, sebelum mencapai penderita atau pada saat sedang menolong
penderita, sehingga keselamatan diri dantim harus menjadi prioritas.
Masalah keselamatan mencakup bahaya dari orang orang sekitar,
bangunan yang tidak stabil, api, ledakan, hewan buas dan bahaya lainnya.
b. Dapat Menjangkau Penderita
Sebagai penolong kita harus mampu untuk menjangkau penderita, baik
dalam kendaraan, ditengah kerumunan massa, terperangkap dalam
bangunan, kalau perlu gunakan alat-alat sederhana. Dalam kasus
kecelakaan

atau

bencana,

kemungkinan

pelaku

penolong

harus

memindahkan penderita lain untuk dapat menjangkau penderita yang


lebih parah. Namun ingat keselamatan (para) penolong selalu nomor satu.
Jangan berupaya melampui batas kemampuan.
c. Dapat Mengenali dan Mengatasi Masalah yang Mengancam Nyawa.
Ingatlah bahwa kita berada di lokasi kecelakaan untuk menyelamatkan
nyawa, maka selayaknyalah kita mengenali dan mengatasi keadaan yang
mengancam nyawa.
d. Meminta Bantuan / Rujukan
Pelaku pertolongan pertama harus bertanggungjawab sampai bantuan
rujukan mengambil alih penangan penderita. Hubungi segera ambulans
dan fasilitas kesehatan terdekat.

e. Memberikan Pertolongan Dengan Cepat danTepat Berdasarkan


Keadaan Korban
Carilah masalah / gangguan penderita dan berikan Pertolongan Pertama
dengan menggunakan peralatan sesedikit mungkin. Masalah penderita
dapat kita peroleh dari informasi yang diperoleh ditempat kejadian, saksi
dan penderita itu sendiri, serta melakukan pemeriksaan dan penilaian
penderita. Berdasarkan semua informasi ini kita memberikan pertolongan
sesuai dengan kemampuan dan wewenang kita. Pertolongan pertama
dapat sederhana saja misalnya menenangkan penderita.
f. Membantu Pelaku Pertolongan Pertama Lainnya.
Kita mungkin merupakan tim kedua yang tiba di lokasi, maka menjadi
kewajiban kita untuk membantu tim yang sudah ada.
g. Mempersiapkan Penderita untuk Ditransportasi ( dipindahkan )
Pengangkatan dan pemindahan penderita hanya dilakukan bila perlu.
Jangan

sampai

tindakan

ini

mengakibatkan

cedera

baru

yang

memperparah keadaan penderita (Susilo dkk, 2008).


4.3 Penilaian Pertolongan Pertama
Langkah - langkah penilaian dini ( Wyatt et al, 2005) :
a. Kesan umum
Tentukan terlebih dahulu penderita adalah kasus trauma atau kasus
medis. Kasus trauma adalah kasus yang biasanya disebabkan oleh
suatu ruda paksa/ trauma yang jelas terlihat, tidak jelas terlihat, dan
atau teraba, misalnya kasus perdarahan, luka terbuka, patah tulang,
penurunan kesadaran. Kasus medis adalah kasus yang diderita oleh
seseorang tanpa ada riwayat rudapaksa, misalnya sesak nafas, nyeri
dada dan lain - lain.
b.Pemeriksaan respon
Untuk menentukan tingkat respon seseorang penderita berdasarkan
rangsangan yangdiberikan penolong ada empat tingkatan :
A = Awas (Penderita sadar dan mengenali keberadaannya lingkungan
serta waktu)

S = Suara (Penderita hanya menjawab / bereaksi bila dipanggil atau


mendengar suara.
N = Nyeri (Penderita hanya bereaksi terhadap rangsangan nyeri yang
diberikan penolong,misalnya dicubit, ditekan pada titik tulang dada).
T = Tidak Respon (Penderita tidak bereaksi terhadap rangsangan
apapun yang diberikan oleh penolong) c. Memastikan jalan nafas
terbuka dengan baik
Cara menentukan keadaan jalan nafas tergantung dari keadaan
penderita apakah ada respon atau tidak.
Pasien dengan respon baik
Perhatikan pada saat penderita menjawab pertanyaan penolong.
Adakah gangguan dari suara atau gangguan berbicara.
Pasien yang tidak respon
Bila penderita tidak menderita / cidera spinal gunakan teknik angkat
dagu tekandahi. Sebaliknya bila ada kecurigaan maka gunakan teknik
perasat pendorongan rahang bawah.
d .Penilaian pernafasan
Periksa ada tidaknya nafas dengan cara lihat, dengar, dan rasakan
selama 3-5 detik.Ini bertujuan apakah nafas penderita cukup untuk
dapat mempertahankan hidupnya, bila ternyata penderita tidak
bernafas maka segera lakukan nafas buatan.
e. Menilai sirkulasi dan menghentikan perdarahan berat.
Penderita respon, Periksalah nadi radial (pergelangan tangan), pada
bayi periksalah pada nadi brakial (bagian dalam lengan atas).
Penderita tidak respon, Periksalah nadi karotis (leher) selama lima
sampai 10detik. Bila tidak ada nadi segera mulai tindakan resusitasi
jantung paru.
f. Hubungi bantuan
Apabila dirasakan perlu segera minta bantuan rujukan, pesan yang
disampaikan harus singkat, jelas dan lengkap. Penilaian dini harus
diselesaikan dan semua keadaan yang mengancam nyawa sudah harus
ditanggulangi sebelum pemeriksaan fisik. Dalam penilaian dini perlu

dipertimbangkan prioritas transportasi penderita, apakah harus


sesegera mungkin atau dapat ditunda

BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 . Kerangka Pemecahan Masalah.


1. Melakukan observasi dan wawancara kepada guru-guru pembina PMR,
siswa SLTP dan Kepala UPP Kecamatan Banjar terkait Pelatihan
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
2. Mengadakan Kerjasama dengan Kantor Unit Pelaksana Pendidikan
Kecamatan Banjar untuk meminta izin melakukan kegiatan pengabdian
pada masyarakat khususnya bagi guru-guru Pembina PMR madya dan
PMR madya
3. Menyampaikan surat undangan sebagai peserta pelatihan kepada guruguru pembina PMR madya dan siswa SLTP PMR Madya
4. Melaksanakan kegiatan Pengabdian pada Masyarakat dalam bentuk
pelatihan, ceramah, demonstrasi pertolongan pertama pada kecelakaan
bagi Guru-Guru Pembina dan Anggota PMR Madya se-Kecamatan
Banjar, Kabupaten Buleleng
5. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan Pengabdian pada
Masyarakat
6. Menyusun

laporan

penyelenggaraan

kegiatan

Pengabdian

pada

Masyarakat
3.2 .Metode Kegiatan.
Metode yang dipergunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah
a. Metode ceramah yaitu untuk menyampaikan materi-materi tentang P3K.
b. Metode praktek atau demonstrasi yaitu untuk mendemonstrasikan
bagaimana menangani korban di tempat kejadian secara sigap dan cepat.
c. Metode diskusi yaitu untuk mendiskusikan kembali materi yang telah
disampaikan sehingga terjadi interaksi timbal balik antara para peserta
dengan peserta dan antara peserta dengan pelatih.
d. Metode pelatihan dengan pendekatan modelling yaitu dengan penerapan
metode pelatihan ini para peserta dapat secara langsung mengikuti
pelatihan tentang P3K dengan memakai alat peraga dan model.

3.3 Keterkaitan.
Institusi yang dilibatkan dalam pengabdian pada masyarakat ini adalah
Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng dalam hal ini adalah UPP Kecamatan
Banjar, SLTP negeri se-Kecamatan Banjar dan Universitas Pendidikan Ganesha
3.4 Rancangan Evaluasi.
Kemampuan, pengetahuan, dan ketrampilan peserta pelatihan akan
dievaluasi dengan tanya jawab dan demonstrasi. Para peserta pelatihan
diharapkan mampu menguasai teori dan praktek tentang pelatihan P3K seperti
(a). materi prinsip dasar P3K, (b). penilaian korban, (c). gangguan umum pada
korban seperti gangguan kesadaran, pernapasan, dan peredaran darah (teori dan
praktek), (d). gangguan lokal pada korban seperti patah tulang, pendarahan dan
luka, (e). resusitasi jantung paru (teori dan praktek), (f) pembalutan dan
pembidaian (teori dan praktek), (g) pengangkutan orang luka (teori dan praktek),
(h) praktek simulasi atau demonstrasi P3K
Keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat
dilihat dari hasil evaluasi sepanjang pelaksanaan kegiatan yaitu : 1) Ketekunan
dan keterlibatan para peserta pelatihan dalam melibatkan diri pada pelaksanaan
kegiatan pelatihan ini; 2) Terjadinya peningkatan

pemahaman,pengetahuan,

mental dan tentang P3K melalui tugas, tanya jawab, demonstrasi dan pelatihan;
3) Para peserta memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup dalam
memberikan pembinaan pada siswa masing-masing 4) Indikator keberhasilan
yaitu peserta pelatihan dapat menguasai tentang penanganan korban di tempat
kejadian secara sigap, cepat dan terarah. Dan juga para peserta mengetahui
bagaimana berkoordinasi untuk menangani korban di tempat kejadian.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN.

4.1 Hasil Pelaksanaan.


Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan pada hari Senin (18
Agustus 2014 mulai pukul 09.00-14.00 WITA, bertempat di Aula SMP N 1
Banjar. peserta yang di berjumlah 40 orang berasal dari pembina, dan PMR
Madya Se-Kecamatan Banjar. Fasilitator dalam kegiatan ini berjumlah 1 orang
yaitu Bapak dr I Ketut Indra Purnomo, S.Ked., M.Kes
Pemaparan materi pelatihan dan sosialisasi dilakukan dengan memberikan
materi dan pelatihan pertolongan pertama pada kecelakaan. Secara rinci materi
dan praktek yang dibahas adalah :
1 Materi pertolongan pertama pada kecelakan secara umum.
2 Tujuan pertolongan pertama
3 Kreteria pelaku pertolongan pertama.
4 Kewajiban pertolongan pertama
5 Fase-fase pertolongan pertama
6 Alat perlindungan diri pada pelaku pertolongan pertama
7 Cedera jaringan lunak.
8 Jenis luka
9 Cara penagnan luka dan pembalutan.
10 Perawatan luka terbuka.
11 Perawatan luka tertutup.
12 Cedera pada otot.
13 Patah tulang
14 Cara pembidaian pada cedara patah tulang.
15 Penanganan luka gigitan ular.
16 Penanganan gigitan anjing.
17 Cedera pada kepala.
18 Resusitasi jantung paru.
Materi yang disampaikan adalah materi yang erat kaitannya dengan
kejadian kecelakan yang sering dialami oleh masyarakat. Sehingga anggota PMR

Madya memiliki pengetahuan, wawasan dan pengalaman terkait pertolongan


pertama pada kecelakan yang di temukan di masyarakat.
4.2 Pembahasan.
Selama kegiatan P2M ini, para PMR Madya dan Guru Pembina PMR
tampak terlihat sangat intens. Banyak pertanyaan muncul terutama pada saat
pemeberian materi dan praktek.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa PMR Madya dan Guru Pembina
PMR masih belum mengetahui secara terstruktur terkait dengan pertolongan
pertama padaelakaan, apalagi pada saat penyampaian materin patah tulang dan
penanganannya, luka gigitan ular, gigitan anjing, cedera pada kepala dan pada
saat praktek pembidaian. Sejalan dengan analisis permasalahan yang ditemukan
dilapangan antara lain :
a. Kurangnya pemahaman dan ketrampilan yang dimiliki oleh guru
pemibina PMR tentang P3K.
b. Kurangnya pemahaman dan ketrampilan yang dimiliki oleh PMR tentang
P3K
c. Kurangnya kuantitas pelatihan P3K bagi para guru pembina dan PMR
Selama kegiatan P2M permasalahan tersebut sudah bisa diselesaikan dengan
baik oleh narasumber. Salah satu ketrampilan yang harus dimiliki oleh oleh PMR
madya dan guru pemibina PMR tentang P3K adalah terkait materi patah tulang
dan praktek melakukan pembidaian.
Patah tulang adalah terputusnya jaringan tulang , baik seluruhnya atau hanya
sebagian saja. Penyebab Terjadinya gaya yang melampaui batas elastisitas
jaringan tulang sehingga jaringan tulang rusak.
Gejala dan tanda terjadi patah tulang:
1. terjadi perubahan bentuk
2. Daerah yang patah nyeri & kaku saat ditekan
3. Bengkak disertai memar
4. Terjadi gangguan fungsi gerak
5. Terdengar suara berderik
6. Mungkin terlihat bagian yang patah

Berikut ini adalah gambar patah tulang.

Jenis patah tulang :


1. Patah Tulang tertutup
2. Patah Tulang terbuka
Penanganan patah tulang.
1. Prinsip penanganan patah tulah adalah imobilisasi

2. Tujuan imobilisasi adalah untuk mengurangi kerusakan jaringan dan


meringankan nyeri
3. Dilakukan dengan pembidaian
Macam macam bidai.
1. Bidai keras

2. Bidai yang dapat dibentuk.

3. Bidai Traksi
The image cannot be display ed. Your computer may not hav e enough memory to open the image, or the image may hav e been corrupted. Restart y our computer, and then open the file again. If the red x still appears, y ou may hav e to delete the image and then insert it again.

4. Bidai gendong atau bebat

Walau membidai dengan alat atau cara apapun ada ketentuan yang
berlaku pada semua pembidaian.
1. Sedapat mungkin informasikan rencana tindakan kepada penderita
2. Paparkan seluruh bagian yang cedera dan rawat perdarahan bila ada
3. Selalu buka atau bebaskan pakaian pada daerah sendi sebelum membidai.
Buka perhiasan di daerah patah atau di bagian distal
5. Siapkan alat-alat selengkapnya
6. Jangan berupaya merubah posisi bagian yang cedera. Upayakan membidai
dalam posisi ketika ditemukan
7. Jangan berusaha memasukkan bagian tulang yang patah
8. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Ukur bidai pada
anggota badan yang sehat
9. Bila cedera pada sendi, bidai kedua tulang yang mengapit sendi tersebut.
Upayakan juga membidai sendi distalnya.
Akhirnya setelah kegiatan berakhir terungkap bahwa waktu kegiatan selama 1
hari, tidak cukup untuk mempelajari dan mempraktekkan materi pertolongan
pada kecelakaan. PMR madya dan guru pembina harus di bekali dan di ajarkan
praktek berkali-kali terkait pertolongan pertama pada kecelakan, sehingga PMR
madya dan guru pembina PMR menjadi pelaku yang professional dalam
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan

BAB V.
SIMPULAN DAN SARAN.

5.1 Simpulan.
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil kegiatan P2M ini adalah :
1. Pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan yang dimiliki oleh guru
pemibina PMR tentang P3K meningkat.
2. Ketrampilan yang dimiliki oleh PMR tentang penanganan P3K
meningkat.
3. Kuantitas pelatihan P3K bagi para guru pembina dan PMR meningkat.

5.2. Saran-saran.
Beberapa hal yang dapat disarankan dalam kegitan P2M ini adalah :
1. Waktu kegiatan P2M perlu ditambah.
2. Pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan PMR madya dan guru
pemibina PMR tentang P3K perlu ditingkatkan lagi.
3. Permasalahan P3K sering terjadi makan perlu dilakukan pelatihan pada
masyarakat dan pihak kepolisian selaku pelaku yang sering menemukan
kecelakaan, sehingga penanganannya bisa professional.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2002, First Aid, Headquarters Department of The Army, The Navy, and
The Air Force, Texas, USA
Saubers, Nadine, 2008, The Everything First Aid Book, Adams Media,
Massachusetts, USA
Wyatt, J.P et al, 2005, Oxford Handbook of Accident and Emergency Medicine,
Oxford University Press
Armstrong, Vivien et al, 2002, Home Emergency Guide, DK Publishing, New
York
Susilo, Juliati dkk, 2008, Pertolongan Pertama Palang Merah Remaja Madya,
Palang Merah Indonesia Pusat, Jakarta
Anonim, 2010, Pros and Cons of First Aid Training?, Canadian Medical
Association Journal, vol. 182, no. 12.
Dean, R and Mulligan, J, 2009, Management of Procedures and Reactions
Following First Aid Nursing Standard, vol. 24, no. 11, pp. 35-39
First Aid, (2010, October 26- last update), Available at :
http://en.wikipedia.org/wiki/First_aid (Accessed : 2013, August 30)
Palang Merah Indonesia, (2008-last update), Available at :
http://www.pmi.or.id/ina (Accessed : 2013, August 30)

LAMPIRAN FOTO KEGIATAN

Acara Pembukaan P2M

Laporan Ketua Panitia

Pemaparan Materi P2M

Pemaparan Materi P2M

Praktek Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

Praktek Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

Acara Penutupan Kegiatan P2M

You might also like