You are on page 1of 13

ANALISIS PRAKTIK MANAJEMEN KUALITAS, STRATEGI BISNIS

DAN PELAPORAN KINERJA PADA PERUSAHAAN BERSERTIFIKAT


ISO 9000 DAN PERUSAHAAN NON ISO 9000
Oleh
Anaswibawa,SE,Msi,Ak
Abstraksi
ISO 9000 certification is recent phenomenon. An increasing number of
organizations are obtaining ISO accreditation from the International
Organization for Standardization (ISO). ISO 9000 series (Quality Management
and Quality Assurance Standard) outlines the requirement to be met by producer
ilustrating his competence to design, produce and deliver product and services
with a consistence level of quality. Although ISO acreditation may reflect an
organizations pursuit of a quality focused, business strategy and commitment to
management quality practices, ISO acreditation may merely be a response to
external demand for quality certification.This reseach examine whether ISO
accredited companies differ from non ISO accredited companies in quality
management practices, business strategy, and quality performance measurement.
Based on mail questionaire sent to a sample of ISO accredited and non
ISO accredited in Indonesia manufacturing companies, the result showed a
significant difference in quality management practices for small entreprizes and
with small ISO acredited companies concerned about the importance of quality
management practices.
However, the was no significant differences in the business strategy and
quality performance measurement between ISO accredited companies and non
ISO accredited companies.
Kata Kunci: ISO 9000, Manajemen Kualitas, Strategi bisnis, Pelaporan Kinerja
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi dan meningkatnya persaingan menyebabkan perusahaan
berfokus pada kepuasan konsumen sebagai alat untuk meningkatkan daya
saing dan bahkan menjamin kelangsungan hidup mereka. Salah satu strategi
yang banyak digunakan untuk memenuhi kepuasan konsumen adalah
penerapan total quality management (TQM).
Kebutuhan akan kualitas yang tinggi juga meningkatkan kebutuhan
pengakuan oleh pihak luar atas penerapan sistem manajemen kualitas yang
unggul oleh perusahaan. Salah satu pengakuan yang sekarang ini banyak
dicari oleh perusahaan di dunia adalah sertifikat ISO baik seri ISO 9000
maupun seri ISO 14000. Standar ISO 9000 memuat tiga aspek kualitas, yaitu
sistem manajemen kualitas, metodologi sistem kualitas, dan pemeliharaan
sistem kualitas (Brooks, 1995).

195

Penelitian tentang sistem manajemen kualitas telah banyak dilakukan


baik yang berupa market based research maupun fundamental based
research. Beberapa penelitian yang berfokus pada reaksi pasar terhadap
penerapan sistem manajemen kualitas adalah Hendricks dan Singhal (1996),
Docking dan Dowen (1999), Aarts dan Vos (2001), Wibawa (2002), Sedjo
(2004) dan Andrianita (2004). Sebagian penelitian di atas menemukan bukti
bahwa pasar bereaksi terhadap penerapan sistem manajemen kualitas,
sebagian yang lain tidak menemukan bukti bahwa pasar bereaksi terhadap
penerapan sistem manajemen kualitas. Penelitian-penelitian yang berfokus
pada aspek fundamental penerapan sistem manajemen kualitas antara lain Sun
(2000), Curkovic et al. (1999), Mann dan Kahoe (1994). Philip et al. (1983),
Jacobson dan Aaker (1987), Flyn et al. (1995), Haversjo (2000), Buttle
(1997), Terziovski et al. (1997) dan Setyorini (2004). Beberapa penelitian
tersebut menemukan bukti bahwa penerapan sistem manajemen kualitas
berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Sebagian lain menemukan
bukti bahwa penerapan sistem manajemen kualitas tidak berpengaruh pada
kinerja perusahaan.
Berbeda sisi dari penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini
berusaha untuk mendapatkan bukti tentang praktik manajemen kualitas pada
perusahaan-perusahaan bersertifikat ISO 9000. Motivasi pertama penulis
melakukan penelitian ini adalah adanya kenyataan bahwa telah banyak
penelitian tentang sistem manajemen kualitas tetapi belum banyak penelitan
yang mengungkap praktik manajemen kualitas pada perusahaan-perusahaan
yang telah mendapat sertifikat sistem manajemen kualitas seperti ISO 9000.
Motivasi kedua adalah adanya hasil penelitian tentang praktik manajemen
kualitas yang belum konsisten. Carr et al. (2000) dan Rahman (2001)
menemukan bukti bahwa tidak ada beda praktik manajemen kualitas. Berbeda
dengan kedua penelitan, Gupta (2000) menemukan bukti bahwa ada beda
signifikan praktik manajemen kualitas antara perusahaan yang bersertifikat
ISO 9000 dan perusahaan yang tidak bersertifikat ISO 9000. Motivasi ketiga
adalah penelitian-penelitian tersebut di atas dilakukan di luar negeri. Di
Indonesia sendiri belum banyak penelitian sejenis. Motivasi keempat adalah
adanya kenyataan bahwa telah banyak perusahaan Indonesia yang
memperoleh sertifikat ISO 9000. Menurut laporan Badan Sertifikasi Nasional
(BSN) di Indonesia terdapat 425 perusahaan yang telah mendapat sertifikat
ISO 9000.
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan praktik manajemen kualitas antara perusahaan
bersertifikat ISO 9000 dan perusahaan yang tidak bersertifikat ISO 9000.
2. Apakah ada perbedaan strategi bisnis antara perusahaan bersertifikat ISO
9000 dan perusahaan yang tidak bersertifikat ISO 9000.
3. Apakah ada perbedaan pelaporan kinerja kualitas antara perusahaan
bersertifikat ISO 9000 dan perusahaan yang tidak bersertifikat ISO 9000.
C. Tujuan

196

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris tentang:


1. Praktik manajemen kualitas di antara perusahaan bersertifikat ISO 9000
dan perusahaan non-ISO 9000.
2. Strategi bisnis di antara perusahaan bersertifikat ISO 9000 dan perusahaan
yang tidak bersertifikat ISO 9000.
3. Sistem pelaporan kinerja di antara perusahaan bersertifikat ISO 9000 dan
perusahaan yang tidak bersertifikat ISO 9000
II. PENELITIAN TERDAHULU DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. ISO 9000
ISO 9000 (the International Organization for Standardization) adalah
suatu organisasi internasional yang beranggotakan para Dewan Standardisasi
Nasional (DSN) yang berkedudukan di Genewa, Switzerland. DSN di
Indonesia juga tergabung dalam ISO 9000 tersebut. Pada sidang anggota ISO
9000 di pertengahan dekade 80-an dibentuk suatu panitia kecil yang disebut
TC 176. Badan ini dibentuk untuk merumuskan suatu standar sistem
manajemen mutu yang diakui secara internasional oleh semua anggotanya.
Panitia kecil TC-176 tersebut merumuskan standar sistem manajemen mutu
yang selanjutnya disebut standar seri ISO 9000.
Standar seri ISO 9000 merupakan suatu seri standar yang diterapkan sesuai
dengan kebutuhan perusahaan. Secara umum, Seri Standar ISO 9000 ini
terdiri dari elemen-elemen yang mengatur mulai dari tanggung jawab
manajemen terhadap mutu, sampai kepada hal-hal yang lebih teknis yang
menyangkut pembelian bahan baku, perencanaan mutu, pengendalian proses,
pengujian produk akhir, penyimpanan, pelayanan terhadap pelanggan, dan
lain sebagainya.
B. ISO 9000 dan Manajemen Kualitas
Tujuan utama standarisasi ISO 9000 adalah memberikan jaminan kepada
konsumen atas kualitas produk dan jasa sebagai hasil dari proses manajemen
yang unggul (Carr et al., 2000). Standarisasi ISO 9000 memberikan
keuntungan kepada perusahaan berupa berkurangnya komplain dari
pelanggan, berkurangnya produk cacat dan peningkatan efisiensi biaya. Selain
itu, ISO 9000 juga meningkatkan konsistensi manajemen dan peningkatan
kesadaran seluruh elemen organisasi atas kualitas.
Carr et al. (2000) meneliti perbedaan praktik manajemen, strategi bisnis
dan pelaporan kinerja pada perusahaan bersertifikat ISO 9000 dan perusahaan
non ISO 9000 di New Zealand. Carr meneliti 100 perusahaan bersertifikat ISO
9000 dan 100 perusahaan non-ISO 9000. Dalam penelitiannya, Carr tidak
menemukan adanya perbedaan praktik manajemen kualitas antara dua
kelompok yang diteliti, bahkan meski telah dikontrol dengan ukuran
perusahaan.
Rahman (2000) juga menemukan bukti bahwa tidak ada beda yang nyata
dalam hal praktik manajemen kualitas antara perusahaan kecil dan menengah
yang bersertifikat ISO 9000 dan non-ISO 9000 di Australia. Rahman
membandingkan tujuh dimensi kualitas, yaitu kepemimpinan, informasi dan

197

analisis, strategi dan perencanaan, sumber daya manusia, fokus pada


konsumen, proses dan produk, dan jasa. Dari sekian dimensi kualitas, hanya
pengendalian proses yang merupakan bagian dari dimensi yang signifikan
berbeda antara perusahaan bersertifikat ISO 9000 dan perusahaan yang tidak
bersertifikat ISO 9000. Rahman juga menemukan bukti bahwa tidak terdapat
beda yang signifikan atas dampak praktik manajemen kualitas terhadap kinerja
organisasi pada perusahaan yang bersertifikat ISO 9000 dan perusahaan non
ISO 9000.
Berlawanan dengan kedua penelitian di atas, Gupta (2000) menemukan
bukti bahawa terdapat beda signifikan praktik maanjemen kualitas antara
perusahaan bersertifikat ISO 9000 dan perusahaan yang tidak bersertifikat ISO
9000. Gupta meneliti empat dimensi kualitas yaitu manajemen teknologi,
penyebab rendahnya kualitas, partisipasi dalam program peningkatan kualitas
dan teknik pengendalian kualitas. Penelitian tersebut dilakukan pada 500
perusahaan. Gupta menyatakan bahwa terdapat beda signifikan praktik
manajemen kualitas antara perusahaan bersertifikat ISO 9000 dengan
perusahaan yang tidak bersertikat ISO 9000. Perbedaan praktik manajemen
kualitas tersebut terutama terlihat pada pelatihan untuk sumber daya manusia,
perencanaan strategi yang berfokus pada kualitas, desain produk dan
pembentukan tim.
Berdasar uraian tersebut tentang penelitian di atas maka hipotesis yang
peneliti munculkan berkaitan dengan praktik manjemen kualitas adalah
sebagai berikut:
HO1 : Tidak ada perbedaaan praktik manajemen kualitas antara
perusahaan bersertifikat ISO 9000 dan perusahaan non- ISO 9000.
HO1a : Tidak ada perbedaaan praktik manajemen kualitas antara
perusahaan bersertifikat ISO 9000 dan perusahaan non-ISO 9000
berukuran kecil.
HO1b : Tidak ada perbedaaan praktik manajemen kualitas antara
perusahaan bersertifikat ISO 9000 dan non-ISO 9000 berukuran
besar.
C. ISO 9000 dan Strategi Bisnis
Manajemen kualitas secara umum terbagi dalam dua perspektif.
Perspektif pertama memandang bahwa kualitas produk akan meningkat jika
dalam proses produksi terdapat keseimbangan anatra prevention cost dan
appraisal cost di satu sisi, dan internal dan eksternal cost di sisi yang lain.
Menurut perspektif ini akan dicapai economic conformance level (ECL) jika
marginal prevention dan appraisal cost sama dengan marginal failure cost.
Economic Conformance Level (ECL) artinya kualitas tinggi dicapai pada
tingkat cost yang optimal yang bisa diterima. Menurut perspektif ini ada
toleransi untuk defect yang terjadi asalkan cost yang terjadi adalah minimal
hanya saja tidak akan tercapai zero defect. Menurut perspektif ini juga kualitas
yang tinggi dicapai dengan cost yang lebih rendah. Perspektif kedua
memandang bahwa kualitas yang tinggi akan dicapai jika tidak ada defects
sama sekali atau dengan kata lain tercapai kondisi zero defects (Juran, 1979).

198

Daniel dan Reitsperger (1991) meneliti hubungan antara akuntansi


manajemen dengan strategi manajemen kualitas. Mereka mengidentifikasi dua
strategi manajemen kualitas yaitu economic conformance level (ECL) dan
zero defect. Mereka menguji empat hipotesis berkaitan dengan sistem
pengendalian manajemen yang mendukung strategi zero defect dibanding
dengan sistem pengendalian pengendalian manajemen yang mendukung
strategi ECL. Aspek sistem pengendalian manajemen yang berkaitan dengan
kualitas adalah provision of quality goals, provision of quality feedback,
combined good setting and feedback dan reporting of unit versus cost
information. Mereka menemukan bukti bahwa provision of quality goals lebih
terlihat pada sistem pengendalian manajemen yang mendukung ECL. Mereka
juga menemukan bukti bahwa provision of quality feedback dan combined
goal setting and feedback akan lebih terlihat pada sistem pengendalian
manajemen yang lebih mendukung pada strategi zero defect. Hanya hasil
analisis tentang reporting of unit versus cost information yang tidak
mendukung hipotesis, artinya justru sistem pengendalian manajemen yang
mendukung zero defect lebih mementingkan pelaporan kinerja dalam bentuk
finansial. Carr et al. (2000) menemukan bukti bahwa terdapat perbedaan
strategi bisnis berkaitan dengan manajemen kualitas, perusahaan-perusahaan
bersertifikat ISO 9000 lebih memilih pelaporan kinerja dalam bentuk fisik
atau unit.
Berdasar uraian di atas maka peneliti memunculkan hipotesis tentang
strategi bisnis perusahaan-perusahaan bersertifikat ISO 9000 sebagai berikut;
Ho2 : Tidak ada perbedaan strategi bisnis antara perusahaan bersertifikat
ISO 9000 dan perusahaan non- ISO 9000.
Ho2a : Tidak ada perbedaan strategi bisnis antara perusahaan bersertifikat
ISO 9000 dan non- ISO 9000 berukuran kecil .
Ho2b : Tidak ada perbedaan strategi bisnis antara perusahaan bersertifikat
ISO 9000 dan perusahaan non- ISO 9000 berukuran besar.
D.
ISO 9000 dan Pelaporan Kinerja
Carr et. al. (2000) dalam penelitiannya juga membandingkan pelaporan
kinerja perusahaan bersertifikat ISO 9000 dan perusahaan yang tidak
bersertifikat ISO 9000. Mereka mendefinisikan pelaporan kinerja dalam dua
kelompok yaitu pelaporan berbasis finansial dan pelaporan berbasis fisik (nonfinansial). Mereka menemukan bukti bahwa perusahaan yang bersertifikat ISO
9000 menggunakan ukuran kinerja non finansial sedangkan perusahaan non
ISO 9000 menggunakan ukuran kinerja finansial.
Berdasar uraian penelitian terdahulu di atas maka peneliti memunculkan
hipotesis tentang pelaporan kinerja antara perusahaan bersertifikat ISO 9000
dan perusahaan non ISO 9000 sebagai berikut:
Ho3 : Tidak terdapat perbedaan pelaporan kinerja kualitas antara
perusahaan ISO 9000 dan perusahaan non ISO 9000.
Ho3a : Tidak terdapat perbedaan pelaporan kinerja kualitas antara
perusahaan ISO 9000 dan perusahaan non ISO 9000 berukuran
kecil.

199

Ho3b : Tidak terdapat perbedaan pelaporan kinerja antara perusahaan ISO


9000 dan perusahaan non ISO 9000 berukuran besar.
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi, Sampel dan Responden
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur di
Indonesia. Peneliti tidak membatasi jumlah sampel karena metode
pengumpulan data menggunakan mail survey yang tidak bisa dipastikan
respon rate-nya. Responden dalam penelitian ini adalah CEO atau Direktur
Utama Perusahaan. Namun demikian tidak menutup kemungkinan pengisian
kuesioner dilimpahkan kepada orang lain selama orang tersebut kompeten
terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner.
B. Data
Data yang dibutuhkan dalam penemitian ini adalah data primer yang
didapat dengan menyebarkan kuesioner kepada responden. Kuesioner diambil
dari penelitian Carr et al. (2000) menggunakan dua puluh tiga pertanyaan
untuk mencakup tujuh dimensi manajemen kualitas yaitu dukungan
perusahaan terhadap manajemen kualitas, fokus eksternal, perbaikan yang
berkesinambungan, pelatihan kualitas, keterbukaan organisasi, pemberdayaan
pekerja dan pengukuran kualitas.
Kuesioner terdiri dari empat bagian. Bagian pertama berisi untuk
membedakan antara perusahaan bersertifikat ISO 9000 dan perusahaan yang
tidak bersertifikat ISO 9000, ukuran perusahaan dan sub industri. Bagian
kedua adalah pertanyaan nomor enam sampai dengan sepuluh yang mengarah
pada strategi bisnis yang berfokus pada cost (ECL). Semakin kecil rata-rata
skor jawaban berarti perusahan lebih memilih strategi bisnis yang berfokus
pada kualitas (zero defect). Bagian ketiga berisi pertanyaan untuk mengukur
praktik manajemen kualitas. Bagian keempat berisi pertanyaan untuk
mengukur pelaporan kinerja yang berkaitan dengan manajemen kualitas.
Pertanyaan nomor tiga puluh empat sampai dengan tiga puluh delapan
mengarah ke pelaporan kinerja yang berfokus pada ukuran fisik (non
finacial). Semakin besar rata-rata jawaban berarti perusahaan lebih memilih
pelaporan kinerja yang berfokus pada strategi zero defect.
Selain data primer di atas dibutuhkan juga data sekunder yaitu data
tentang nama, alamat dan sub industri perusahaan bersertifikat ISO 9000 dan
non ISO 9000 yang diambil dari Direktori Departemen Perdagangan dan
Industri RI dan Badan Sertifikasi Nasional (BSN). Peneliti mengakses kedua
direktori tersebut secara on-line di www.dprin.go.id dan www.bsn.or.id.
C. Pengujian Data
Data yang telah diperoleh nantinya akan diuji validitas dan
reliabilitasnya. Pengujian validitas data menggunakan uji korelasi Pearsons
Product Moment (Singarimbun dan Effendi, 1995). Pengujian reliabilitas
dilakukan dengan alat uji Cronbach Alpha.
Pengujian kualitas data selanjutnya adalah pengujian normalitas
distribusi data, pengujian uji One Sample Kolmogorov Smirnov. Pengujian

200

normalitas data akan mendasari pemilihan alat uji statistik umtuk pengujian
hipotesis.
D. Variabel dan Pengukuran
Penelitian ini menggunakan empat variabel yaitu praktik manajemen
kualitas, strategi bisnis, sistem pelaporan kinerja, ukuran perusahaan. Ukuran
perusahaan, sub industri dan kategori ISO 9000 dan non ISO 9000 dicakup
dalam bagian pertama (pertanyaan 1-6). Strategi bisnis diukur dengan lima
pertanyaan (pertanyaan 7-11) dibagian kedua kuesioner. Praktik manajemen
kualitas diukur dengan dua puluh tiga pertanyaan (pertanyaan 12-34) di bagian
ketiga kuesioner. Pelaporan kinerja diukur dengan lima (pertanyaan 35-39) di
bagian terakhir kuesioner.
E. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan rata-rata skor
jawaban responden kelompok perusahaan bersertifikat ISO 9000 dan
kelompok perusahaan yang tidak bersertifikat ISO 9000. Alat uji statistik
yang digunakan adalah t-test atau Mann Whitney tergantung pada distribusi
data.
IV. ANALISIS DATA PENELITIAN
A. Analisis Data
Jumlah kuesioner yang dikirim untuk perusahaan bersertifikat ISO 9000
sebanyak 235 kuesioner, kembali 24,68% atau sebanyak 58 kuesioner. Dari 58
kuesioner yang kembali, 2 kuesioner tidak dapat digunakan sedang 56
kuesioner dapat digunakan dalam pengolahan data.
Jumlah kuesioner yang dikirim untuk perusahaan non-ISO 9000 sebanyak
372 kuesioner, kembali 8,3% atau sebanyak 31 kuesioner. Dari 31 kuesioner
yang kembali, 1 kuesioner tidak dapat digunakan sedang 30 kuesioner dapat
digunakan dalam pengolahan data. Secara keseluruhan, kuesioner yang
kembali sebesar 14,6% dari keseluruhan kuesioner yang dikirim sebanyak
607, sisanya sebanyak 518 kuesioner merupakan kuesioner yang tidak
kembali kepada peneliti.
Analisis atas posisi responden yang melakukan pengisian kuesioner
memperlihatkan bahwa 5 kuesioner (5,9%) diisi oleh responden pada posisi
pimpinan perusahaan, general manager atau associate director, 14 kuesioner
(16,6%) diisi oleh manajer kualitas, dan sisanya 65 kuesioner (77,5%) diisi
oleh pihak yang menduduki jabatan wakil manajemen, manajer sumber daya
manusia, manajer akunting, manajer produksi, dan posisi lain yang memiliki
kompetensi dalam mengisi kuesioner.
B. Uji Validitas
Hasil uji validitas tiap skor pertanyaan menyatakan bahwa data penelitian
adalah valid. Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat uji Pearson
Product Moment. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel hasil uji validitas
pada lampiran.
C. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan metode Cronbach Alpha.
Hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini adalah:

201

Tabel V.1
Hasil Uji Reliabilitas Data
Variabel
Koefisien alpha
Praktik Manajemen Kualitas
0,9112
Strategi Bisnis
0,7598
Pelaporan Kinerja Kualitas
0,6712

Keterangan
Reliabel
Reliabel
Reliabel

D. Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan alat uji One
Sample Kolmogorov Smirnov. Pada pengujian atas variabel kedua, penulis
mengeluarkan dua sampel yang dianggap merupakan outlier yang
menyebabkan data tidak terdistribusi tidak normal. Setelah outlier
dikeluarkan, maka data untuk variabel strategi bisnis menjadi normal dengan
jumlah sampel total sebesar 84. Dalam pengujian ini, dilakukan
pengelompokan sampel menjadi dua sub sampel yaitu perusahaan besar dan
kecil yang didasarkan pada median jumlah karyawan. Perusahaan yang
mempunyai jumlah karyawan yang sama dengan median, dikeluarkan dari sub
sampel. Hasil pengujian normalitas ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel IV.2
Hasil Uji Normalitas Data
Variabel
p
Keterangan
a. Praktik Manajemen Kualitas
0,951
Normal
- keseluruhan
0,828
Normal
- kelompok kecil
0,970
Normal
- kelompok besar
b. Strategi Bisnis
0,056
Normal
- keseluruhan
0,420
Normal
- kelompok kecil
0,624
Normal
- kelompok besar
c. Pelaporan Kinerja Kualitas
0,118
Normal
- keseluruhan
0,392
Normal
- kelompok kecil
0,691
normal
- kelompok besar
E. Pengujian Hipotesis
Setelah data diuji normalitasnya dan dinyatakan bahwa semua data
normal, maka peneliti melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan
alat uji independent sample t-test dengan tingkat signifikansi 0,05. Berikut
merupakan hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji t:
Tabel IV.3
Hasil Uji Hipotesis
Hipotesis
Sig (2 tailed)
Keterangan

202

H01
- H01a
- H01b

0,005
0,009
0,293

Ditolak
Ditolak
Diterima

H02
- H02a
- H02b

0,261
0,145
0,734

Diterima
Diterima
Diterima

H03
- H03a
- H03b

0,515
0,839
0,986

Diterima
Diterima
Diterima

Dari pengujian hipotesis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa


terdapat perbedaan praktik manajemen kualitas antara perusahaan bersertifikat
ISO 9000 dan non-ISO 9000 secara umum dan terdapat pula perbedaan
praktik manajemen kualitas pada kelompok perusahaan ISO 9000 dan nonISO 9000 berukuran kecil. Pada kelompok perusahaan ISO 9000 dan non-ISO
9000 berukuran besar, tidak terdapat perbedaan praktik manajemen kualitas.
Pada variabel strategi bisnis dan pelaporan kinerja kualitas, tidak
ditemukan adanya perbedaan antara perusahaan bersertifikat ISO 9000 dan
non-ISO 9000, baik sebelum pengelompokan maupun sesudah
dikelompokkan menjadi perusahaan besar dan kecil.
KESIMPULAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris mengenai
perbedaan praktik manajemen kualitas, strategi bisnis, dan pelaporan kinerja
kualitas antara perusahaan bersertifikat ISO 9000 dan non-ISO 9000.
Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan
praktik manajemen kualitas pada antara perusahaan bersertifikat ISO 9000
dan non-ISO 9000 baik secara umum maupun setelah dikelompokkan menjadi
sub sampel perusahaan kecil. Untuk sub sampel perusahaan besar, tidak
ditemukan adanya perbedaan praktik manajemen kualitas antara perusahan
bersertifikat ISO 9000 dan non-ISO 9000
Untuk dua variabel lainnya yaitu strategi bisnis dan pelaporan kinerja
kualitas, peneliti tidak menemukan adanya perbedaan strategi bisnis dan
pelaporan kinerja kualitas antara perusahaan bersertifikat ISO 9000 dan nonISO 9000. Hasil yang sama juga diperoleh setelah sampel dikelompokkan
menjadi sub sampel besar dan kecil yang didasarkan pada median. Tidak
didapati adanya perbedaan strategi bisnis dan pelaporan kinerja kualitas pada
perusahaan bersertifikat ISO 9000 dan non-ISO 9000 yang berukuran besar
maupun kecil.
Dari nilai mean yang diperoleh, terdapat kecenderungan sebagai berikut:
- Perusahaan bersertifikat ISO 9000 lebih mementingkan praktik
manajemen kualitas dibanding perushaan non-ISO. Hal ini dapat dilihat

203

dari beda mean yang signifikan pada antara perusahaan bersertifikat ISO
9000 dan non-ISO 9000 secara umum dan pada subsampel kelompok
kecil.
- Perusahaan bersertifikat ISO maupun non ISO 9000 cenderung memilih
strategi bisnis yang berfokus pada biaya atau efisiensi biaya dan bukan
pada strategi kualitas.
- Perusahaan bersertifikat ISO 9000 maupun non-ISO 9000 cenderung
mengarah pada pelaporan kinerja secara fisik dan bukan unit finansial.
B. Keterbatasan dan Saran
Peneliti menyadari adanya sejumlah keterbatasan dalam penelitian ini,
antara lain:
- Jumlah sampel yang kecil sehingga kekuatan statistik menjadi kurang.
Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat memperoleh sampel dalam
jumlah yang lebih besar agar dapat lebih digeneralisasikan.
- Peneliti tidak memisahkan seri sertifikasi ISO 9000 yang diperoleh.
- Penelitian menggunakan ukuran perusahaan berdasarkan jumlah
karyawan, mungkin hasilnya akan lain apabila menggunakan faktor lain
sebagai dasar kelompok kontrol.
- Peneliti tidak memisahkan jenis industri. Jenis industri ini juga dapat
mempengaruhi cara atau penerapan manajemen kualitas serta strategi yang
diadopsi perusahaan.
- Adanya non-response bias, karena peneliti tidak tahu apakah pihak yang
mengisi kuesioner ini benar-benar kompeten dalam menjawab pertanyaan
dalam kuesioner.
DAFTAR PUSTAKA
Aart, Frank Martin dan Ed Vos. 2001. The Impact of Registration on New Zealand
Firms Performance: A financial Perspective. The TQM Magazine Vol. 13,
No. 3, 180-191.
Andrianita, Nur. 2004. Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Sertifikasi ISO: Studi
Empiris di Bursa Efek Jakarta. Unpublised Working Paper FE UNS.
Brooks, I. 1995. The Yellow Brick Road: The Path to Building a Quality Business
in New Zealand, Auckland Nahanni Publishing,
Buttle, Francais. 1997. marketing Motivations and Benefits. International Journal
of Quality and Realibility Management. Vol. 14, No. 9, 936-947.
Carr, Shirley, Y.t Mak, dan Jane E Needham. 2000. Differences in Strategy,
Quality Management Practices and Performance Reporting Systems
Between ISO 9000 Acredited and Non ISO 9000 Accredited Companies.
http://www.ssrn.com.

204

Curcovic, Sime, Shawnee K. Vickery, dan Cornelia Droge, 1999. Quality And
Bussiness Performance: An Empirical Study of First Tier Automotive
Suppliers. Quality Management Journal. Vol. 6, No. 2, 29-40.
Daniel, S.J. and Reiteperger, W.D. 1991. Linking Quality Strategy With
Management Control Systems: An Empirical Evidence From Japanese
Industry. Accounting Organization and Society. Vol. 16, No. 7, 601-608.
Docking, Diane S dan Richard J Dowen. 1999. Market Interpretation of ISO 9000
Registration. Journal of finacial Research. Vol. 22, No. 2, 147-160.
Flyn, B.B, Schroeder, R.G. 1995. The Impact of of Quality Management Pratices
Performance and Competitive Advantage. Decesion Sciences. Vol. 26, No. 5,
659-692.
Gupta, Atul. 2000. quality Management Practices of ISO Vs Non ISO Companies:
A Case of Indian Industry. Industial Management & Systems. Vol. 100, No.
9, 451-455.
Harversjo, Tord. 2000. The Financial Effect of ISO 9000 Registration for Danish
Companies. Managerial Auditing Journal, Vol. 15, No. 1, 47-52.
Hendrick, K. V. Dan Vinod R. Singhal. 1996. Quality Awards and The Market
Value of The Firm: An Empirical Investigation. Management Science, Vol.
42, No. 3, 415-436.
Jacobson, Robert dan David A. Aaker. 1987. The Stategy Role of Product Quality.
Journal of Marketing, Vol. 51, 31-44.
Juran, J.M. 1979. Quality Control Handbook, Third Edition. New York, Mc Graw
Hill.
Man, Robbin and Kahoe, Dennis. 1994. an Evaluation of Effect of Quality
Improvement Activities in Business Performance. International Journal of
Quality & Reliability Management, Vol. 11, No. 4, 29-44.
Philip, L.W., D. Chang dan R.D. Bruzzell. 1983. Product Quality, Cost Position,
and Bussiness Performance. Journal of Marketing, Vol. 47.
Rahman, Sham-Ur. 2001. A Comparative Study of TQM Practices And
Organizational Performance of SMEs With and Without ISO 9000.
International Journal of Quality & Reliability Management, Vol. 18, No. 1,
35-49.

205

Sedjo, Praptina. 2004. Analisis Kinerja Saham Perusahaaan Bersertifikat ISO:


Studi Empiris Pada Perusahaan terdaftar Bursa efek Jakarta. Unpublised
Working Paper FE UNS.
Setyorini, Afis. 2004. Analisis Kinerja keuangan Perusahaan Bersertifikat ISO:
Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEJ. Unpublised working
Paper FE UNS.
Singels, Jeroen, Gweny Ruel dan Hanny Van de Water. 2001. ISO 9000 Series
Certification and Performance. International Journal of Quality &
Reliability Vol. 18, No. 1, 62-75.
Sun, Hongyi. 2000. Total Quality Management, ISO 9000 Certification and
Performance Improvement. International Journal of Quality & Reliability
Vol. 17, No. 2, 168-179.
Terziozski, M.D, D. Dow. 1997. The Bussiness Value of Quality Management
System Certification: Evidence from Australia and NewZealand. Journal of
Operation Management, Vol. 15, No. 1, 1-18.
Wibawa, Anas. 2002. Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Sertifikat ISO 9000.
Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 2, No. 2, 141-157.
Wruck, k.H dan Jensen, M.C. 1994. Science, Spesific Knowledge and Total
Quality Management. Journal of Accounting and Econo,ics, Vol. 18, 247287.

206

207

You might also like