Professional Documents
Culture Documents
1. Judul Penelitian :
KEIKUTSERTAAN PETANI PEREMPUAN
DALAM MENUNJANG EKONOMI KELUARGA DI DESA
KINAWERUAN
KECAMATAN
MAESAAN
KABUPATEN
MINAHASA SELATAN
2. Penelti Utama
:
a) Nama
: Prof Dr. Evi Elvira Masengi, MS
b) Jenis Kelamin
: Perempuan
c) NIP
: 195619171982032001
d) Pangkat/Gol
: IV/C
e) Jabatan Struktural
: Pembina
f) Jabatan Fungsional
: Guru Besar
g) Fakultas
: Fakultas Ilmu Sosial/Administrasi Negara
h) Pusat Penelitian
: UNIMA
i) Alamat Kantor
: Kampus FIS-UNIMA di Tondano
j) Alamat Rumah
: Perum IKIP Batu Kota Malalayang No.24
Manado (Kode Pos 95115)
3. Usul jangka waktu Penel. : 6 bulan
4. Pembiayaan
: Dana PNDP UNIMA
5. Besaran Dana
: Rp. 30.000.000 (Tiga Puluh Juta Rupiah)
Mengetahui
Peneliti,
UNIMA
NIP 196106081986032001
NIP.
195610171982032001
PROPOSAL PENELITIAN
1
yang menyangkut reorganisasi dan reorientasi sistem ekonomi dan sistem sosial secara
keseluruhan. Di samping itu pendapat dan output, pembangunan menyangkut pula
perubahan radikal struktur kelembagaan, struktur sosial serta struktur administratif
serta perubahan sikap, adat istiadat bahkan kepercayaan. Di pihak lain untuk mencapai
pembangunan diperlukan perubahan struktur yang dimaksud untuk meningkatkan
kapasitas produksi.
Menurut Siagian (2001:44), menyatakan dalam konteks yang luas bahwa
pembangunan nasional di dasarkan pada lima ide pokok, yaitu:
(1) Pembangunan mengandung pengertian perubahan dalam arti mewujudkan
suatu kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari
kondisi yang kini ada.
(2) Pembangunan ialah pertumbuhan yaitu keadaan suatu negara/bangsa untuk
terus berkembang baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
(3) Pembangunan ialah rangkaian usaha yang secara sadar dilakukan artinya
baik secara konseptual meupun secara operasional , tujuan, arah dan jenis
berbagai kegiatan dengan sengaja ditentukan dan Seluruh potensi serta
kekuatan nasional diarahkan ke situ.
(4) Jika diterima pendapat bahwa pembangunan merupakan rangkaian usaha
yang dilakukan secara sadar, konotasinya ialah bahwa pembangunan itu di
dasarkan pada suatu rencana yang tersusun rapi untuk suatu kurun waktu
tertentu.
(5) Bahwa pembangunan itu bermuara pada suatu titik yang merupakan cita-cita
akhir perjuangan dari suatu bangsa yang bersangkutan.
Jelasnya, istilah pembangunan itu sendiri realitasnya memang telah menjadi
bahasa dunia. Keinginan bangsa-bangsa di dunia untuk mengejar ketertinggalan bahwa
memburu masa depan yang lebih baik, telah melahirkan berbagai teori, model dan
pendekatan yang berkaitan dengan konsep pembangunan. Konsep-konsep
pembangunan yang dikenal oleh masyarakat dunia, terutama di negara-negara
berkembang, yaitu sebagai berikut: pertumbuhan (growth), rekonstruksi
(rekonstructional), modernisasi (modernization), waternisasi (waternisation),
perubahan sosial (sosial change), pembebasan (liberation), pembangunan nasional
(national development), pembangunan (development), serta pengembangan dan
pembinaan (Tjokroamidjojo, 2000:70).
Konsep pembangunan sebagaimana dikemukakan di atas bermakna bahwa
pembangunan tidak semata-mata berorientasi pada pembangunan fisik dan
pertumbuhan ekonomi belaka, akan tetapi kebutuhan untuk membangun segi
manusiawi itu sendiri sedemikian rupa sehingga masyarakat memiliki kemampuan yang
lebih besar untuk memilih dan menanggapi setiap persoalan sosial positif. Menurut
pandangan ini, pembangunan berbeda dengan modernisasi dan pertumbuhan belaka.
6
menurut teori ini, keterbelakangan ialah sebuah proses sejarah. Karena itu
ditekankan perlunya perubahan structural (Budiman, 2006:44).
3. Teori Saling ketergantungan (interdepency) yakni teori yang menciptakan
model-model dunia yang baru dengan menunjukkan adanya saling
ketergantungan atau keterkaitan antar negara atau antar bangsa. Misalnya teori
batas-batas pertumbuhan (limits to growth), teori strategi keberlangsungan
(strategy for survival) dan sebagainya (Budiman 2006:45).
Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah diuraikan sebelumnya di atas maka
pembangunan dapat disimpulkan sebagai suatu proses perubahan dan
pertumbuhan(perkembangan) yang dilakukan oleh suatu bangsa dengan segenap
komponen didalamnya (pemerintah maupun masyarakat) dengan memberdayakan
semua sumber-sumber yang ada didalamnya serta sumber-sumber dari luar yang
mendukung secara sadar dan terencana serta kontinu (terus menerus) yang bertujuan
untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat bangsa/negara yang
bersangkutan dalam rangka mencapai tujuan nasionalnya.
Administrasi Pembangunan mencakup dua pengertian, yaitu (1) administrasi
dan (2) pembangunan. Isitlah administrasi secara umum dimaksud sebagai keseluruhan
proses pelaksanaan keputusan yang telah diambil dan diselenggarakan oleh dua orang
atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentutak sebelumnya. Sementara
pembangunan seperti yang telah dijelaskan di atas sebelumnya secara garis besarnya
didefinisikan sebagai rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan yang
terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu bangsa yang menuju modernitas dalam
rangka pembinaan bangsa (national building) (Siagian, 2009:4).
Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas maka batasan pengertian dari
Administrasi Pembangunan yakni : seluruh usaha yang dilakukan oleh suatu Negara
bangsa untuk bertumbuh, berkembang dan berubah secara sadar dan terencana dalam
semua segi kehidupan dan penghidupan Negara bangsa yang bersangkutan dalam
rangka pencapaian tujuan. (Siagian, 2009:5)
Definisi tersebut secara implisit menunjukkan bahwa upaya dan kegiatan
pembangunan merupakan upaya nasional. Artinya menyelenggarakan kegiatan
pembangunan bukan hanya tugas dan tanggung jawab pemerintah dengan segala aparat
dan seluruh jajarannya meskipun harus diakui bahwa peran pemerintah cukup dominan.
Para politisi dengan kekuatan sosial-politik turut berperan. Dunia usaha memainkan
peranan yang sangat besar terutama di bidang ekonomi. Para teoritisi dan cendekiawan
ditantang untuk memberikan sumbangsihnya, khususnya dalam penguasaan dan
kemampuan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Partisipasi masyarakat
antara lain dalam praktek pelaksanaan pembangunan serta tahap pengawasan
pembangunan harus dilibatkan. Dalam hal ini perempuan sebagai objek penelitian juga
harus dilibatkan. Singkatnya pembangunan merupakan urusan semua pihak dalam
8
manusia dalam hal ini perempuan selaku komponen dalam pembangunan bangsa dan
negara terus dilanjutkan dan ditingkatkan. Upaya itu dilaksanakan baik melalui
pengkajian, penelitian untuk perbaikan pola-pola partisipasi maupun pengembangan
potensi yang dimiliki manusianya maupun perbaikan kesejahteraannya.
Pengertian pengembangan sumber daya ini identik dengan pengembangan
manusia (human development). Dengan demikian pengembangan sumber daya manusia
ialah upaya pengembangan manusia yang menyangkut pengembangan aktivitas dalam
bidang pendidikan dan latihan, kesehatan dan gizi, penurunan fertilitas, peningkatan
kemampuan penelitian dan pengembangan teknologi (Thoha, 2004:27).
Pengembangan sumber daya manusia bukan hanya sekedar peningkatan
kemampuan, tetapi juga menyangkut pemanfaatan kemampuan manusia. Dengan kata
lain, pengembangan sumber daya manusia termasuk di dalamnya peningkatan
partisipasi manusia melalui perluasan kesempatan untuk mendapatkan penghasilan,
peluang kerja dan berusaha (Effendi, 2001:30). Berdasarkan pendapat tersebut di atas
dapat dilihat bahwa peningkatan kemampuan perempuan dalam hal ini termasuk
didalamnya peningkatan partisipasi perepuan yakni melalui perluasan kesempatan
untuk mendapatkan penghasilan, peluang kerja dan berusaha.
Pada prinsipnya, sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini perempuan
merupakan sumber daya yang sangat menentukan organisasi dalam hal ini negara,
bahkan merupakan faktor dominan berikut juga sumber daya manusia laki-laki karena
satu-satunya sumber daya yang memiliki berbagai dimensi meliputi karya, tanggung
jawab, kemampuan kerja sama, prestasi, ide, dan sebagainya. Sumber daya manusia
dipahami sebagai kekuatan yang bersumber pada potensi manusia yang ada dalam
organisasi/negara dan merupakan modal dasar organisasi/negara untuk melaksanakan
aktivitas dalam mencapai tujuan.
Ada tiga peranan perempuan dalam pembangunan yang cukup menonjol, yaitu :
(1)
Perempuan sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pembangunan,
yakni menekankan peranan perempuan di bidang sosial eknomi, (2) Perempuan
sebagai Pembina keluarga yakni menekankan peranan perempuan dibidang
sosial budaya serta perannya sebagai ibu dan istri. (3)Perempuan sebagai pelaku
pembangunan, yakni menekankan peranan perempuan dalam kaitannya dengan
hal-hal yang bersifat nonekonomis dalam pembangunan. (Agnes Jarkasi, Jurnal
AKRAB, 2010:34)
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa sebagai pribadi
perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki-laki dalam perencanaan,
pelaksana, penikmat dan pemerata pembangunan. Sebagai diri pribadi, perempuan
mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dengan laki-laki misalnya
dalam berpolitik, bernegara dan mempertahankan Negara. Kemudian sebagai isteri,
10
perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki-laki dalam menciptakan keluarga
bahagia dan sejahtera. Sebagai pendidik anak, perempuan dan laki-laki sebagai ibu dan
bapak dari anak-anak, baik ahlak maupun ilmu pengetahuan. Sebagai ibu rumah tangga,
bersama-sama dengan suaminya sebagai kepala rumah tangga, bertanggung jawab atas
kebutuhan rumah tangga baik kebutuhan jasmani maupun rohani seperti: jasa, barang,
maupun mental spiritual. Sebagai penerus generasi, perempuan mengemban kodrat
haid, hamil melahirkan dan menyusui. Kodrat perempuan ini perlu diakui, dihargai, dan
dilindungi oleh anggota keluarga dan masyarakat, baik tua, muda, laki-laki maupun
sesama perempuan, untuk bertanggung jawab bersama-sama dalam meneruskan
generasi demi kelangsungan hidup manusia.
Menurut mantan Menteri UPW, Chofifah Indar Parawansa (1995:18) kemitraan
yang harmonis, selaras, serasi dan seimbang adalah kondisi dinamis antara laki-laki dan
perempuan yang memiliki persamaan hak dan kewajiban, kedudukan, kemampuan,
peranan dan kesempatan sehingga keduanya dapat bekerja sama sebagai mitra sejajar
untuk berperanserta dalam pembangunan baik sebagai subjek ataupun pelaku dalam
penentuan kebijakan dan pengambil keputusan, perencanaan dan pelaksanaan, maupun
sebagai objek atau sasaran pembangunan yang memanfaatkan dan menikmati hasilnya.
Agar dapat menjadi mitra sejajar laki-laki, perlu upaya peningkatan kemampuan
Perempuan agar setingkat dengan laki-laki. Melihat kondisi dan situasi Perempuan
dewasa ini sangat diperlukan usaha pemampuan Perempuan untuk meningkatkan
perannya dalam pembangunan sehingga dapat menjadi mitra sejajar dengan
kemampuan laki-laki. Oleh karena itu kemampuan Perempuan untuk dapat
meningkatkan peran gandanya dalam keluarga dan masyarakat harus dilengkapi dengan
peningkatan peran ganda laki-laki dalam keluarga secara berangsur-angsur. Peran ganda
laki-laki ini antara lain meliputi pengangkatan tanggungjawab dan peran dalam
pekerjaan rumah tangga, dalam penjagaan/pembinaan sumber daya manusia (anak,
orangtua yang sakit dan lain-lain), serta tanggung jawab keluarga lain yang berupa
kegiatan agama, budaya, sosial kemasyarakatan dan lain-lain.
Lebih lanjut menurut Parawansa, menerima perempuan sebagai mitra kerja
sejajar dan peran gandanya mengandung pengertian bahwa Perempuan harus dilihat
secara utuh dalam berbagai kedudukan dan peranannya, yaitu Perempuan sebagai: diri
pribadi, sumber insani bagi pembangunan, warga Negara, isteri, ibu, pendidik anak,
pengelola rumah tangga atau kepala rumah tangga dan penerus generasi
Pendekatan pembangunan selama ini belum mempertimbangkan manfaat
pembangunan secara adil terhadap perempuan dan laki-laki sehingga turut memberikan
kontribusi terhadap timbulnya ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender (Kementrian
Pemberdayaan Perempuan, 2001:2) oleh karena itu di berbagai masih senatiasa
diperlukan upaya pemberdayaan perempuan agar terwujud kesetaraan akses, partisipasi,
manfaat dan kontrol antara laki-laki dan perempuan sebagai anggota masyarakat. Di
11
lain pihak, pada saat ini masih banyak kebijakan, program dan kegiatan pembangunan
yang belum peka gender, yaitu belum mempertimbangkan perbedaan pengalaman,
aspirasi dan kepentingan antara laki-laki dan perempuan sebelum menetapkan
kesetaraan dan keadilan gender sebagai sasaran akhir dari pembangunan (Kwik Kian
Gie, 2001) Pemerintah melalui Permendagri Nomor 15 tahun 2008 menegaskan agar
setiap daerah mengembangkan kebijakan-kebijakan, program maupun kegiatan
pembangunan yang bersifat Responsif Gender.
Dewasa ini dunia mengalami perubahan, perempuan memiliki kesempatan luas
untuk menggapai cita-citanya, dan masuk ke dalam lingkaran kerja di luar keluarganya
untuk mengurangi ketergantungan pada pasangannya. Konstelasi dimana jumlah
perempuan lebih banyak daripada jumlah laki-laki mengindikasikan bahwa perekruitan
perempuan sebagai tenaga kerja memiliki potensi strategis dalam mendukung
pembangunan. (Tarjana dkk 2011:18).
Meningkatnya keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi ditandai dengan
dua proses yakni, pertama, peningkatan dalam jumlah perempuan yang terlibat dalam
pekerjaan di luar rumah tangga (out door activities), kedua peningkatan dalam jumlah
bidang pekerjaan yang dapat dimasuki perempuan. Bidang-bidang yang sebelumnya
masih didominasi laki-laki berangsur-angsur dimasuki bahkan didominasi perempuan.
(Tarjana dkk, 2011:215).
Selanjutnya dikatakan bahwa akses perempuan terhadap kesempatan kerja
dipengaruhi oleh faktor-faktor individu dan faktor lingkungan. Faktor individu meliputi
tingkat pendidikan, ketrampilan dan kemampuan fisik untuk memperoleh akses
terhadap informasi pasar kerja, sedangkan faktor lingkungan berhubungan dengan ada
tidaknya peluang kerja. (Tarjana dkk 2011:216).
Namun demikian partisipasi ekonomi tidak mengubah peran ideal perempuan.
Apapun pekerjaan perempuan di luar rumah tangga, ia tidak terbebas dari tugas utama
yaitu mengurus rumah tangga. Peran ideal yang diharapkan dari wantia merupakan
salah satu hambatan untuk mencari nafkah. Lebih lanjut Tarjana, dkk (2011: 232)
mengatakan Aktivitas ekonomi perempuan sering memberi kontribusi cukup besar
terhadap perekonomian rumah tangga dan nasional, selain itu aktivitas ekonomi oleh
kaum perempuan menjadi wahana aktualisasi diri, ajang melatih diri menghadapi
pilihan serta untuk membiasakan diri mengambil keputusan dalam situasi terjepit.
Selama kurun waktu 1980-2003 telah terjadi peningkatan angkatan kerja
perempuan dari 39,5 % menjadi 46,3 % (Tarjana, dkk, 2011:231), hal ini berarti bahwa
perempuan merupakan sumber daya yang tidak kecil bagi pembangunan, karena itu
penelitian mengenai pemberdayaan tenaga kerja perempuan dalam pertanian penting
untuk dilakukan di mana kegagalan yang dilakukan pemerintah (negara) dalam
memberlakukan model-model pembangunan ekonomi dalam menanggulangi masalah
kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan.
12
pemberdayaan ekonomi, psikologi, sosial budaya dan politik. Dalam hal ini proses
pemberdayaan melalui kelompok lebih efisien dan efektif yang tercermin dari
partisipasi perempuan dalam kelompok dan organisasi sosial.
4. Peran Perempuan dalam Pertanian
Salah satu sumbangan perempuan dalam pembangunan adalah partisipasi
wannita sebagai tenaga kerja dalam berbagai bidang kehidupan ekonomi. Dalam
masyarakat agraris, usaha tani terutama pada pertanian campuran (mixed farming),
membutuhkan banyak tenaga kerja, baik laki-laki maupun perempuan (Pudjiwati
Sajogyo dalam Tarjana dkk, 2011:266). Lebih lanjut dikemukakan bahwa peran
perempuan dalam pertanian dimulai semenjak orang menguasai alam atau bercocok
tanam. Sejak itu pula berkembang pembagian kerja yang nyata antara laki-laki dan
wntia dalam pekerjaan dibidang pertanian, di dalam keluarga dan masyarakat luas,
di mana faktor penguasaan tanah menjadi penting. Gejala tersebut kemudian
mendorong pula ke arah timbulnya differensiasi peranan antara perempuan dan
laki-laki dalam keluarga dan sistem kekerabatan yang luas hal ini disampaikan Ester
Boserup dalam Tarjana dkk, (2011:226).
Dalam kitab Amsal yang berisi nasihat hikmat dan kebijakan, dalam Alkitab
Perjanjian Lama sudah ditulis mengenai puji-pujian untuk isteri (perempuan) yang
cakap yakni dalam Amsal 31:16, Ia (perempuan/isteri) membeli sebuah ladang
yang diingininya dan dari hasil tangannya kebun anggur ditanaminya, dari ayat ini
dapat disimpulkan bahwa Tuhan pun menghendaki umatnya perempuan agar supaya
menjadi cakap, caranya diantaranya yakni dengan bekerja membangun ekonomi
keluarga salah satunya melalui pertanian, di mana pertanian dalam hal ini
digambarkan sebagai ladang anggur, dan perempuan/isteri yang cakap tersebut
bukan saja membeli sebuah ladang, melainkan menanaminya dengan tangannya. Hal
ini berarti bahwa kitab Amsal yang berisi hikmat dan kebijakan, memberikan salah
satu konsep hikmat dari seorang perempuan yang cakap yakni bukan hanya
mengurus rumah tangga, dan tinggal dirumah tetapi membangun ekonomi keluarga
melalui salah satunya bertani. Dan hal ini sudah dilaksanakan oleh para perempuan
secara turun temurun. Banyak tokoh-tokoh dalam Alkitab yang menggambarkan
bahwa perempuan sejak zaman dahulu sudah bekerja dalam bidang pertanian,
bahkan menjadi buruh tani. Contohnya Rut yang bekerja sebagai buruh tani
perempuan yakni memungut bulir-bulir jelai. (Alkitab Perjanjian Lama: Rut 2:2).
Bahkan dari pekerjaannya sebagai buruh tani, Tuhan memberkati Rut dan
keluarganya. Hal ini memberi makna penting bahwa pekerjaan sebagai buruh tani
bagi perempuan merupakan salah satu pekerjaan yang menjadi sarana Tuhan untuk
memberkati keluarga-keluarga dalam hal ini keluarga Kristen melalui perempuan
(isteri).
14
perempuan untuk ikut panen dan secara otomatis mereka kehilangan sumber bahan
makanannya yang murah. Perkembangan teknologi baru dalam bidang pertanian
tersebut memperkecil peluang kerja berburuh tani bagi perempuan tani setempat.
Adanya keserentakan berusaha tani dengan memanfaatkan alat-alat pertanian
modern mulai dari pengolahan tanah sampai dengan panen memperkecil peluang
buruh tani bekerja pada petani atau majikan satu ke majikan lain. Hal ini berakibat
lebih lanjut yakni banyak perempuan misikin di desa termarginalisasi yakni tidak
mendapat pekerjaan di sawah ataupun di kebun pada masa musim menanam hingga
panen, mereka lebih memilih tinggal di rumah, mengurus rumah tangga, dan
membiarkan perekonomian keluarga bergantung kepada laki-laki.
Kendatipun pada akhirnya Revolusi hijau dalam hal ini mendatangkan
keuntungan yakni adanya swasembada pangan yang dicapai namun demikian pada
kenyataannya hanya menguntungkan para pemilik kebun atau sawah, dalam hal ini
adalah para petani-petani kaya. Selain itu juga yang sangat nyata terlihat di
pedesaan yakni semakin menurunnya lapangan pekerjaan didesa. (Tarjana dkk,
2011:227).
Perempuan pedesaan kelas bawah harus berjuang untuk melibatkan diri
sebagai subjek pembangunan bukan objek pembangunan. Oleh karena itu pemilihan
model pembangunan hendaknya terlebih dahulu mengajak sharing/membicarakan
bersama dengan perempuan desa di bidang apa saja, apa keinginan dan keperluan
mereka. Dari sinilah mulai terlihat betapa pentingnya memberdayakan perempuan
desa, dengan harapan perempuan desa mendapat posisi yang sesuai dengan
kemampuannya. Selama kurun waktu 1980-2003 telah terjadi peningkatan
partisipasi angkatan kerja perempuan terutama di pedesaan, hal ini berarti bahwa
perempuan merupakan sumber daya yang tidak kecil dalam pembangunan, terlebih
khusus dalam pertanian. (Tarjana, dkk, 2011:231).
Alternatif pemberdayaan perempuan dalam perspektif kemandirian ekonomi,
layak menjadi bahan penelitian yang menarik, dengan harapan aktivitas ekonomi
perempuan dapat menjadi stimulasi yang efektif terhadap kemandirian di bidangbidang lainnya. Aktivitas ekonomi perempuan sering memberi kontribusi cukup
besar terhadap perekonomian rumah tangga dan nasional. Selain itu, aktivitas
ekonomi oleh kaum perempuan menjadi wahana, aktualisasi diri, ajang melatih diri
menghadapi pilihan-pilihan serta untuk membiasakan diri mengambil keputusan
dalm situasi terjepit (Tim IP4 dalam Tarjana, dkk, 2011:232).
5. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
No PENELITI
TOPIK
HASIL
KET
.
(THN)
1
Wuriningsih, Analisis
peran ganda ibu rumah tangga
2009
Pengaruh
berpengaruh
terhadap
tingkat
16
Peran Ganda
Ibu Rumah
Tangga
Terhadap
Tingkat
Pendapat
Keluarga di
Kabupaten
Kebumen
Provinsi Jawa
Tengah
Tiwuk
Pemberdayaan
Kusuma
Tenaga Kerja
Hastuti, 2011 Perempuan
dalam
Pertanian
Sawah Surjan
Di Kabupaten
Kulon Progo
17
Adapun lokasi penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah di Desa
Kinaweruan Kecamatan Maesaan Kabupaten Minahasa Selatan. Alasan peneliti
memilih lokasi penelitian ini adalah ketertarikan peneliti terhadap masalah-masalah
yang peneliti temukan dalam penelitian awal, pertimbangan terhadap pencapaian
(accesibilitas) ke lokasi penelitian yang cukup mudah dan dekat dengan peneliti dalam
hal ini mempermudah melakukan penelitian, juga mengurangi biaya dalam penelitian.
Hal ini sangat bermanfaat, pada saat proses pengumpulan data, peneliti dapat
mengunjungi lokasi penelitian sewaktu-waktu, sehingga data yang diperoleh peneliti
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini bertujuan menemukan, memahami, menjelaskan,
dan memperoleh gambaran fenomena-fenomena yang dikaji. Oleh karena itu, penelitian
ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif yang sering
18
digunakan dalam penelitian disebut juga pendekatan naturalistik (Lincoln & Guba,
1985).
Lebih khusus penelitian kualitatif ini dimaksudkan akan meneliti Keikutsertaan
Petani Perempuan dalam menunjang ekonomi keluarga Desa Kinaweruan Kecamatan
Maesaan Kabupaten Minahasa Selatan. Alasan pemilihan metode pendekatan kualitatif
ini peneliti yakni penelitan kualitatif lebih relevan dalam meneliti fokus masalah serta
tujuan penelitian yang ditetapkan karena metode penelitian kualitatif mampu menelaah
secara rinci dan mendalam fenomena-fenomena yang berkaitan dengan masalah
penelitian guna mendapatkan informasi yang lengkap dan utuh tentang. Dalam hal ini
fenomena mengenai Keikutsertaan petani perempuan dalam menunjang ekonomi
keluarga Desa Kinaweruan Kecamatan Maesaan Kabupaten Minahasa Selatan serta
faktor-faktor yang mempengaruhi Keikutsertaan petani perempuan dalam menunjang
ekonomi keluarga Desa Kinaweruan Kecamatan Maesaan Kabupaten Minahasa
Selatan.
3. Tahap-Tahap Penelitian
a. Memasuki Lokasi Penelitian (Getting in)
Dalam penelitan deskriptif kualitatif lazimnya peneliti adalah instrument utama
yang turun langsung di lapangan. Peneliti sebagai instrumen utama tidak dapat
digantikan dengan alat lain untuk mengumpulkan data. Pelibatan peneliti sebagai
instrumen utama bukan berarti menghilangkan esensinya, tetapi kapasitas jiwa-raganya
dalam mengamati, bertanya melacak, mengeksplorasi, memahami, menilai,
mengoreksi, mengabstraksikan dan menginterpretasikan, merupakan alat utama yang
tidak dapat digantikan oleh siapapun atau dengan alat manapun. Dalam hal inilah
peranan spesifik peneliti sebagai alat utama tidak dapat digantikan oleh alat lain
termasuk orang yang lain, selain peneliti sendiri.
Pada waktu peneliti pertama-tama akan memasuki lapangan selalu bersikap hatihati, namun luwes dan terbuka terutama pada saat berhadapan dengan informan kunci.
Hal ini penting
dikembangkan sehingga tercipta suasana yang mendukung
keberhasilan dalam pengumpulan data. Dalam hal ini sebelum melakukan penelitian,
peneliti akan meminta izin dulu serta menjelaskan maksud dan tujuan penelitiannya
kepada aparat desa, masyarakat setempat terlebih khusus kepada petani perempuan
dalam menunjang ekonomi keluarga Desa Kinaweruan Kecamatan Maesaan Kabupaten
Minahasa Selatan yang akan dijadikan objek penelitian. Informan-informan yang
peneliti tetapkan adalah para perempuan yang bekerja sebagai buruh tani, keluarga
dalam hal ini suami dan anak-anak, bahkan aparat desa dan juga masyarakat sekitar.
Disadari bahwa peneliti merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data,
penganalisis data, penginterpretasi data dan sekaligus sebagai pemberi makna terhadap
data hasil penelitian. Karena itu peneliti harus bisa menyesuaikan diri dengan situasi
19
dan kondisi dilapangan. Hubungan baik antara peneliti dengan subjeksubjek yang
diteliti baik sebelum, selama maupun sesudah memasuki lapangan merupakan kunci
utama keberhasilan pengumpulan data. Hubungan yang tercipta dengan baik benarbenar menjamin kepercayaan dan saling pengertian. Tingkat kepercayaan yang tinggi
sangat terasa membantu kelancaran proses penelitian dan keterbukaan untuk
memberikan informasi sebanyak mungkin sehingga data yang diinginkan dapat
diperoleh dengan mudah dan lengkap. Peneliti selalu menghindari kesan yang
merugikan informan dan menghargai apa saja yang dikemukakan informan kunci.
Setiap informasi yang diberikan oleh informan sangat peneliti hargai.
b. Berada di Lokasi Penelitian (Getting along)
Kehadiran dan keterlibatan peneliti dilapangan benar-benar meyakinkan
informan. Sebab kehadiran peneliti dan tujuan penelitian diketahui secara terbuka oleh
subjek penelitian. Hal ini tidak dapat disembunyikan, sebab lokasi penelitian yang
dikunjungi peneliti, mereka bertanya dan memintakan surat keterangan (izin)
melakukan kegiatan. Dalam hal ini kehadiran dan keterlibatan peneliti dalam berbagai
kegiatan penelitian serta penjelasan maksud dan tujuan penelitian dilakukan pada
akhirnya membuat para informan terbuka dalam memberikan informasi-informasi yang
peneliti butuhkan.
4. Teknik Pengumpulan Data (Logging data)
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: (1) observasi, (2) wawancara;
dan (3) studi dokumentasi. Yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Observasi Atau Pengamatan
Observasi atau pengamatan dilaksanakan selama sebelum, sementara dan sesudah
wawancara. Observasi
merupakan karakteristik interaksi antara peneliti dengan
subjek-subjek dalam lingkungan penelitian. Observasi partisipan dilakukan dengan tiga
tahapan yaitu: (1) Dimulai dengan observasi deskriptif (descriptive observation) secara
luas dengan melukiskan secara umum situasi Desa Sampiri; (2) Observasi terfokus
(focused observation). Untuk menemukan kategori-kategori seperti, bagaimana bentuk
peran perempuan dalam membangun ekonomi keluarga serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya; Akhirnya setelah dilakukan analisis dan observasi berulang,
diadakan penyempitan dengan melakukan (3) observasi selektif (selective observation)
dengan mencari perbedaan dan persamaan pendapat informan.
Berdasarkan hasil wawancara yang akan dilakukan selanjutnya peneliti akan
melakukan observasi mendalam kepada objek dalam hal ini buruh tani perempuan
kemudian kepada keluarga serta lingkungan. Peneliti akan melakukan tahap observasi
sekaligus wawancara. Peneliti akan mengamati bagaimana lingkungan kerja para
informan, bagaimana cara mereka bekerja, dan peran mereka dalam keluarga, terlebih
khusus dalam perekonomian keluarga.
b. Wawancara
20
Wawancara adalah percakapan antara dua pihak dengan maksud tertentu, dalam
hal ini yakni antara peneliti dengan infoman yaitu. Percakapan dimaksud tidak hanya
sekedar tanya jawab, dengan kata lain menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
dan menilai percakapan, melainkan suatu percakapan yang mendalam sehingga peneliti
memahami pengalaman orang lain dan makna dari pengalaman tersebut. Tujuannya
adalah untuk mengumpulkan data atau memperkaya informasi atau bahan-bahan (data)
yang sangat rinci, kaya, dan padat yang digunakan dalam analisis.
Wawancara dimaksudkan adalah untuk mendapatkan dan menemukan apa yang
terdapat di dalam pikiran orang lain. Kita melakukan untuk menemukan sesuatu yang
tidak mungkin kita peroleh melalui pengamatan secara langsung. Garis-garis besar
pertanyaan disesuaikan dengan maksud penggalian data dan kepada siapa pertanyaanpertanyaan itu ditujukan. Adapun garis-garis besar pertanyaan yang akan disampaikan
yakni Bagaimana keikutsertaan petani perempuan dalam membangun ekonomi
keluarga?; Faktor-faktor yang mempengaruhi peran buruh tani perempuan dalam
membangun ekonomi keluarga?.
c. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber-sumber noninsani berupa dokumen atau arsip-arsip yang terkait dengan fokus dan sub-fokus
penelitian. Berbagai dokumen dimaksudkan akan dikumpulkan meliputi data-data
jumlah penduduk, jumlah perempuan, jumlah perempuan yang bekerja sebagai buruh
tani dan sebagainya. Dalam hal ini peneliti juga akan mengumpulkan profil Desa
Sampiri juga data-data pelengkap lainnya.
5. Teknik Analisis Data
Penganalisaan data deskriptif kualitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan rancangan analisis data interaktif menurut Milles & Hubberman
(1985:20). Dimana kegiatan mulai dari pengumpulan data lapangan, reduksi data,
penyajian data, serta tahapan terakhir yakni menarik kesimpulan.
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh dilokasi penelitian (data lapangan) dituangkan peneliti
dalam bentuk laporan atau uraian yang lengkap dan terinci. Melalui catatan
lapangan tersebut oleh peneliti dipilah-pilah atau dikategorikan mana data
yang cocok dan tidak cocok dengan masalah dan fokus penelitia. Apabila
terdapat data yang tidak cocok maka akan direduksi atau dibuang dan diganti
dengan data yang baru yang cocok dan terkait dengan penelitian.
b. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian naratif, tabel dan gambar untuk
memudahkan peneliti melihat deskripsi perbagian atau secara keseluruhan.
c. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
21
Penarikan kesimpulan dalam hal ini dilakukan secara terus menerus selama
berlangsungnya proses penelitian.
6. Keabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan mengacu pada
pendapat Moleong (1999:173-175) yakni empat kriteria dalam memperoleh keabsahan
data dalam penelitian kualitatif. Keempat kriteria tersebut yakni:
Kredibilitas adalah untuk keperluan kredibilitas digunakan triangulasi, pengecekan
anggota, dan diskusi teman sejawat. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi: sumber data dan metode. Triangulasi sumber data dilakukan dengan cara
menguji kebenaran data tertentu dengan informan lain. Triangulasi data dilakukan
dengan cara membandingkan data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan
observasi dilapangan.
Pengecekan anggota dilakukan dengan cara menunjukkan data, termasuk hasil
interpretasi yang telah ditulis dengan baik dalam format catatan lapangan. Setiap data
wawancara yang diperoleh diperiksa kembali, apakah sudah sesuai dengan daftar para
informan yang direncanakan dan apakah data-data yang diperoleh dalam wawancara
sudah lengkap berdasarkan daftar pertanyaan yang hendak ditanyakan serta informasi
yang diperoleh sudah menjawab kebutuhan data yang diinginkan peneliti.
Diskusi teman sejawat dilakukan dengan cara membicarakan temuan-temuan
penelitian ini kepada teman-teman seprofesi, ataupun yang memiliki wawasan serta
interest khusus dengan fokus penelitian ini.
Transferabilitas yakni cara yang digunakan untuk membangun keteralihan
temuan penelitian ialah cara uraian rinci. Dengan teknik ini hasil penelitian secermat
mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian diselenggarakan dengan
mengacu pada masalah penelitian. Dengan uraian rinci ini diungkapkan segala sesuatu
yang dibutuhkan oleh pembaca agar dapat memahami temuan-temuan yang diperoleh
peneliti berupa teori substantif. Setelah diadakan recek ternyata para pembaca mengerti
dan memahami benar apa yang mereka baca.
Dependabilitas adalah kriteria untuk menilai apakah proses penelitian bermutu
atau tidak. Cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertahankan ialah
dengan audit dependabilitas oleh ouditor, internal dan external guna mengkaji kegiatan
yang dilakukan peneliti.
Konfirmabilitas adalah kriteria untuk menilai kualitas hasil penelitian dengan
penekanan pada pelacakan data dan informasi serta interpretasi yang didukung oleh
materi yang ada pada penelusuran atau pelacakan audit (audit trail). Untuk memenuhi
penelusuran dan pelacakan audit ini, peneliti penyiapkan bahan-bahan yang diperlukan
seperti data/bahan, hasil analisis, dan catatan tentang proses penyelenggaraan
penelitian.
22
Untuk menjamin objektifitas dan kualitas penelitian maka dari data dan informasi
yang didapat, hasil analisis dan pemaknaan hasil penelitian dikonfirmasikan kembali
kepada masing-masing informan yang telah dimintai data dan wawancara. Setelah
peneliti menyusun setiap data yang diperoleh baik data wawancara maupun data
dokumentasi, peneliti kemudian mengkonfirmasikan kembali kepada yang
bersangkutan dan kepada pihak-pihak yang memahami persoalan.
H. Daftar Pustaka
Alkitab, 2009. Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta
Arianti Ina Rh & Purwanti Asih Analivi, 2011.Marginalisasi Buruh Migran
Perempuan (BMP) Studi Kasus di Desa Warung Doyong, UK Satya Wacana.
Bryant C. & White l.G., 2001, Manajemen Pembangunan Untuk Negara Berkembang,
Terj. LP3ES, Jakarta.
Budiman, 2006. Teori Pembangunan Dunia Ketiga, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Cardoso, G. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Andi Offset, Yogyakarta.
Effendi, S. 2001. Debirokratisasi dan Deregulasi Meningkatkan Kemampuan
Administrasi Untuk Melaksanakan Pembangunan, P.T. Tiara Wacana,
Yogyakarta.
Gomes, F.C. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, P.T. Andi, Terjemahan, Jakarta.
Kementrian Pemberdayaan Perempuan RI, 2000, Rencana Induk Pembangunan
Nasional Pemberdayaan Perempuan 2000-2004, Jakarta.
_____.2001. Laki-laki dan perempuan memang beda, tetapi tidak untuk dibedabedakan. Jakarta, Kantor Meneg PP.
Kwik Kian Gie. 2001. Program pembangunan nasional (PROPENAS) 2000-2004 yang
berwawasan gender, Makalah pada Rakernas Pembangunan Pemberdayaan
Perempuan, Jakarta: BAPPENAS.
Miles, M.B. & Hubberman, A.M. 1985. Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of
New Methods. London : Sage Publications.
Moeljarto Tjokroamidjojo, dkk. 2000. Bahan Pelatihan Gender dan Pembangunan
Kantor Menteri Negara UPW.
23
24
25