You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini bangsa indonesia telah menyongsong visi kesehatan 2010
yakni mengutamakan penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan
mengikuti perkembangan Iptek dan upaya kesehatan diharapkan agar memberi
manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan derajat masyarakat, serta di
laksanakan penuh tanggung jawab dan lebih mengutamakan peningkatan
pemeliharaan

peningkatan

dan

kesehatan

dan

pencegahan

penyakit.

Keperawatan sebagai salah satu unsur pelayanan kesehatan yang sangat


dibutuhkan konstribusinya dalam meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.
Hal ini sangat dibutuhkan profesionalisme seseorang, seorang perawat yang
lebih baik dan bermutu.
Sehubungan dengan pentingnya kesehatan diatas, maka sudah menjadi
tugas kita sebagai seorang perawat untuk membahas Asuhan Keperawatan
pada Ny S.H. Dengan Gangguan Sistem Endokrin Diabetes Melitus Tipe II Di
Ruangan Bedah G2 Lantai II Kelas III RSUD Prof.Dr Aloei Saboe Kota
Gorontalo
B. Tujuan Penulisan
1.

Untuk

mendapatkan

pengalaman

nyata

dalam

pengkajian individu pada klien dengan Diabetes Melitus


2. Mendapatkan pengalaman nyata dalam menyusun rencana asuhan
keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus
3. Mendapatkan pengalaman nyata dalam melaksanakan tindakan
keperawatan kepada klien dengan Diabetes Melitus

4. Mendapatkan pengalaman nyata dalam mengevaluasi hasil asuhan


keperawatan kepada klien dengan Diabetes Melitus
5. Mendapatkan penglaman nyata dalam mendokumentasikan asuhan
keperawatan kepada klien dengan Diabetes Melitus
C. Manfaat Penulisan
1.

Bagi Perawat
Merupakan

bahan

evaluasi

tentang

kemampuan

asuhan

keperawatan yang didapatkan selama pendidikan kedalam praktek


keperawatan secara nyata.
2.

Bagi Rumah Sakit


Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit dalam mengatasi masalah
klien terutama gangguan sistem endokrin, dalam meningkatkan
mutu pelayanan asuhan keperawatan..

D. Sitematika Penulisan
BAB I

: Pendahuluan yang antara lain mencakup latar belakang masalah,


tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematikan penulisan.

BAB II : Tinjauan teori yang meliputi konsep medik yang terdiri dari
pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, komplikasi,
pemeriksaan diagnostik, perawatan dan pengobatan. Konsep
keperawatan yang terdiri dari pengertian proses keperawatan,
tujuan proses keperawatan, tahap-tahap proses keperawatan, dan
penjabaran kasus keperawatan.
BAB III : Tinjauan kasus yang dilaksanakan langsung pada klien.
BAB IV : Pembahasan, membahas antara teori dan praktek
BAB V : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran

BAB II
TINJAUAN TEORI
Laporan Pendahuluan
Diabetes Melitus
1. Konsep Medik
a. Pengertian
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik yang disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan
berbagai komplikasi kroonik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah.
(Brunner dan Suddarth ).
b. Etiologi
1) DM Tipe I
- Kelaianan fungsi atau jumlah sel-sel beta yang bersifat genetik
- Gangguan

sistem

mengembangkan

imunitas,

respon

pembentukan

auto

imunitas
antibodi

abnormal

akan

sel-sel

pulau

langerhans.
- Faktor

lingkungan, beberapa faktor lingkungan dapat mengubah

integritas dan fungsi sel-sel pada individu yang retan.


- Kelainan stimulus insulin, pengurangan kepekaan terhadap insulin
endogen yang menyebabkan DM
2) DM Tipe II
Mekanisme yang tepat yanmg menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi pada diabets tipe II masih belum diketahui. Faktor
genetik yang diperkirakan memegang resistensi dalm proses terjadinya
resistensi insulin. Seian itu, dapat pula faktor resiko tertentu yang
berhubungan dalam proses terjadinya diabetes tipe II faktor ini yaitu
usia, obesitas dan riwayat keluarga.
c. Klasifikasi
- Insulin dependent diabetes melitus
- Non insulin dependent diabetes melitus

- Impaved glukosa intolerance


- Gestasional diabetes melitus
d. Patogenesis dan patofisiologi
Insulin disekresikan oleh sel-sel beta yang merupakan salah satu dari 4
sel dalam pulau langerhans pankreas. Insulin merupakan hormon anabolic
kedalam sel-sel otot, hati, serta lemak. Dalam sel-sel insulin menimbulkan
efek : menstimulasi penyimpanan glukosa dalam hati, dan otot (glukogen)
menigkat penyimpanan lemak dan makanan pada jaringan adiposa, dan
mempercepat pengangkatan asam amino ( yang berasal dalam protein
makanan kedalam sel ).
Pada mulanya hati

menghasilkan glukosa melalui pemecahan

glukogen ( glukogenovitas) setelah 8 -12 jam tanpa makanan, hati


membentuk glukosa dari pemecahan zat-zat selain karbohidrat yang
mencakup asam amino (glukosa ), dalam keadaan seperti ini akan terjadi
penigkatan gula darah. Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi,
jika tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar.
Akibatnya glukosa terdapat dalam urine ( glukosauria). Ketika glukosa yang
berlebihan di eksresikan kedalam urine ekskresi akan disertai pengeluaran
cairan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuretik osmotik.
Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, klien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih dan rasa haus ( polidipsi). Defisiensi insulin
menggangu metabolisme protein dan lemak, penurunan BB. Klien dapat
mengalami peningkatan selera makan akibat menurunnya simpanan kalori.
e. Manifestasi klinis
1. Gejala Khas
- Polipaghia
- Polidipsi
- Poliuria
- Penurunan BB

2) Gejala tidak khas


- Kesemutan
- Gatal-gataal
- Mata kabur
- Pruritus vulva pada wanita
f. Komplikasi
- Mikrovaskuler : Ginjal (nefropati)
Mata (retinopati)
- Makrovaskuler : Jantung koroner
P. darah kaki
P. darah otak
g. Pemerikasaan diagnostik
- Gula darah puasa (GDP) normal /diatas normal
- HB glukosit diatas TTG normal
- Urina litis(+) terhadap glukosa dan keton
- TTG memanjang ( > 200mg/dl)
-

Kolesteroldan trigaserida serum dapat meningkatkan ketidak adekuatan


kontrol

glukenik

dan

peningkatan

procavitas

pada

terjadinya

arterosklerosis.

2. KONSEP KEPERAWATAN
1. Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam
praktek keperawatan. Hal ini disebut sebagai suatu pendekatan problemsolving yang memerlukan ilmu, teknik dan keterampilan interversonal dan
ditujukan untuk kebutuhan klien/keluarga. Proses keperawatan terdiri dari
lima tahap yang seguensial dan berhubungan: Pengkajian, Diagnosa,
Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi.
2. Tujuan Proses Keperawatan
Tujuan proses keperawatan adalah untuk membuat suatu kerangka
konsep berdasarkan kebutuhan individual dari klien, keluarga, dan masyarakat
dapat terpenuhi. Proses keperawatan adalah suatu tahap desain tindakan yang
ditujukan

untuk

memenuhi

tujuan

keperawatan

yang

meliputi

mempertahankan keadaan kesehatan klien yang optimal, apabila keadaan


berubah membuat suatu jumlah dan kualitas tindakan keperawatan terhadap
kondisinya guna kembali keadaan normal.
3. Tahap-Tahap Proses Keperawatan
1.

Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan individu.
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien diabetes melitus adalah :
a

Identitas klien yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan


suku, agama, dan pendidikan.

Status kesehatan saat ini meliputi keluhan utama dan riwayat keluhan
utama.

Riwayat kesehatan meliputi riwayat kesehatan masa lalu di mana klien


pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya atau tidak

Riwayat Keluarga meliputi genogram

Riwayat psikososial meliputi persepsi diri, suasana hati, rentang


perhatian dan hubungan komunikasi

Pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang meliputi kebutuhan nutrisi,


eliminasi, istirahat dan tidur, ADL, dan hygiene.

2.

Pemeriksaan fisik
a) Sistem persarafan
Pusing, pening, kesemutan, kejang, letargi, gangguan memory,
sakit kepala, disorientasi dan koma
b) Sistem penginderaan :
Mata

: visus menurun, dan gangguan penglihatan

Hidung

: menurunnya penciuman, bentuk dan gangguan hidung

Telinga

: menurunnya fungsi pendengaran dan gangguan pada


telinga

c) Sistem pencernaan :
Mual muntah, anoreksia, penurunan berat badan, bising usus, nyeri
tekan abdomen.
d) Sistem pernafasan:
Frekwensi pernafasan, kekurangan O2, pola nafas, bentuk toraks,
bunyi nafas.
e) Sistem kardiovaskuler

Tachicardi,

disritmia,

nadi

menurun,

hypertensi

postural,

pergerakan jantung
6. Sistem endokrin
Pembesaran tyroid, keadaan kulit, GDS.
7. Sistem perkemihan
Poliuri, distensi kandung kemih, resiko hipovolemia, urine encer,
nocturia.
8. Muskuloskeletal
Kekuatan otot, pergerakan terbatas, lemah, tonus otot menurun
9. Sistem integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, ulkus pada kaki, turgor kulit
jelek.
2.

Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien diabetes
mellitus adalah :
a. Infeksi berhubungan dengan pertahanan selular tidak adekuat.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
c. Perubahan sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa.
d. Kelelahan berhubungan dengan penurunan energi metabolik.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak cukupan insulin.
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber
informasi.

3. Perencanaan
Diagnosa I

Infeksi berhubungan dengan pertahanan selular tidak


adekuat.

Kriteria hasil : luka nampak bersih dan tidak berbau, proses


penyembuhan luka cepat, luka tidak nyeri atau berkurang
nyerinya.
Intervensi:
1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan
Rasional

: pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah


mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami
infeksi nosokomial

2. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif


Rasional

: kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media


terbaik bagi pertumbuhan kuman dan bakteri

3. Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik.


Rasional

: mencegah timbulnya infeksi silang atau infeksi nosokomial

4. Kaji area luka setiap kali mengganti balutan


Rasional

: memberikan informasi tentang efektivitas terapi yang


diberikan

5. Pijat area sekitar luka dan sisi luka


Rasional

: merangsang sirkulasi dan mengalirkan darah putih dan


nutrisi yang dibutuhkan dalam penyembuhan luka serta
menghilangkan pus.

6. Bersihkan luka dengan menggunakan NaCl 0,9 % + diolesi madu


Rasional

: menjaga kebersihan luka sehingga mempercepat proses


penyembuhan luka, madu diberikan untuk mencegah invasi
langsung pada jaringan oleh bakteri

7. Penatalaksanaan pemberian antibiotik


Rasional

: untuk mengurangi virulensi bakteri

8 . anjurkan mengkonsumsi untuk makanan tinggi serat dan protein


Rasional
Diagnosa II

: Protein dapat memperbaiki sel sel yang rusak


: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis
osmotik

Kriteria hasil : mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan dengan TTV


stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian
kapiler baik, haluaran urune tepat secara individu, kadar
elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
1. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
2. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, membran mukosa.
3. Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine
4. Tingkatkan lingkungan yang dapat menimbulkan rasa nyaman. Selimuti
pasien dengan selimut tipis.
5. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam
batas yang dapat ditoleransi jantung jika pemasukan cairan melalui oral
sudah dapat diberikan.

10

6. Kolaborasi pamberian terapi cairan sesuai dengan indikasi


Rasional :
1. Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan tachicardia
2. Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang
adekuat
3. Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan
keefektifan dari terapi yang diberikan,
4.

Menghindari pemanasan yang berlebihan terhadap pasien lebih lanjut


akan dapat menimbulkan kehilangan cairan

5. Mempertahankan hidrasi atau volume sirkulasi


6. Tipe dan jumlah dari caran tergantung pada derajat kekurangan cairan dan
respon pasien secara individual.
Diagnosa I I

: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidak cukupan insulin.

Kriteria hasil : mencerna

jumlah

kalori

atau

nutrien

yang

tepat,

menunjukkan tingkat energi biasanya, mendemonstrasikan


berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasnya
yang diinginkan dengan nilai laboratorium normal.
Intervensi :
1. Timbang BB setiap hari atau sesuai dengan indikasi
2. Identifikasi makanan yang disukai atau dihemdaki termasuk kebutuhan
etnik atau kultural

11

3. Auskutasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen atau perut kembung,
mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan
keadaan puasa sesuai dengan indikasi
4. Beri makanan cair yang mengandung zat makanan nutrien dan elektrolit
dengan segera, jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui pemberian
cairan melalui oral.
5. Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makanan ini sesuai dengan
indikasi
6. Kolaborasi mengenai pemeriksaan gula darah
7. Kolaborasi dalam pemberian diit dan pola makanan pasien dan
bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
Rasional :
1. Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan
utilisasinya)
2. Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam pencernaan
makanan, kerjasama ini dapat di upayakan setelah pulang.
3. Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
menurunkan motilitas atau fungsi lambung
4. Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi
gastrointestinal baik
5. Meningkatkan rasa keterlibatannya : memberikan informasi pada keluarga
untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien

12

6. Analisa di tempat tidur terhadap gula darah lebih kuat dari pada memantau
gula dalam urine yang tidak cukup akurat untuk mendeteksi fluktuasi
kadar gula darah
7. Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik
Diagnosa III : Perubahan sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan
glukosa.
Kriteria Hasil : Mempertahankan tingkat mental biasanya, mengenali dan
mengompensasi adanya kerusakan sensori.
Intervensi :
1. Panggil nama pasein, orientasikan kembali sesuai dengan kbutuhannya
misalnya tempat terhadap tempat orang dan waktu.
2. Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup atau tanpa
terganggu.
3. Pantau nadi, frekuensi pernapasan, tekanan darah sebelum dan sesudah
melakukan aktivitas.
4. Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi berpindah tempat dan
sebagainya.
5. Tingkat partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas pasien sehari-hari
sesuai yang dapat ditoleransi.
Rasional :
1. Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat
aktivitas meskipun pasien sangat lemah.
2. Mencegah kelelahan yang berlebihan.

13

3. Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.


4. Pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dan penurunan
kebutuhan akan energi pada setiap kegiatan.
5. Meningkatkan kepercayaan dan harga diri yang positif sesuai dengan
tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.
Diagnosa IV : Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik.
Kriteria Hasil : Menunjukan perbaikan kemampuan untuk beradaptasi dalam
aktivitas yang diinginkan.
Intervensi :
1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.
2. Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup atau tanpa
terganggu.
3. Pantau nadi, frekuensi pernapasan, tekanan darah sebelum dan sesudah
melakukan aktivitas.
4. Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi berpindah tempat dan
sebagainya.
5. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
yang dapat ditoleransi.
Rasional :
a. Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat
aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
b. Mencegah kelelahan yang berlebihan.

14

c. Mengidentivikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara


fisiologis.
d. Pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dan penurunan akan
energi pada setiap kegiatan.
e. Meningkatkan kepercayaan dan harga diri yang positif sesuai dengan
tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.
Diagnosa V

: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis


osmotik

Kriteria hasil : mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan dengan TTV


stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian
kapiler baik, haluaran urune tepat secara individu, kadar
elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
1. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
2. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, membran mukosa.
3. Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine
4. Tingkatkan lingkungan yang dapat menimbulkan rasa nyaman. Selimuti
pasien dengan selimut tipis.
5. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam
batas yang dapat ditoleransi jantung jika pemasukan cairan melalui oral
sudah dapat diberikan.
6. Kolaborasi pamberian terapi cairan sesuai dengan indikasi
Rasional :

15

1. Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan tachicardia


2.

Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi


yang adekuat

3.

Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi


ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan,

4.

Menghindari pemanasan yang berlebihan terhadap pasien lebih


lanjut akan dapat menimbulkan kehilangan cairan

5.

Mempertahankan hidrasi atau volume sirkulasi

6.

Tipe dan jumlah dari caran tergantung pada derajat kekurangan


cairan dan respon pasien secara individual.

Diagnosa VI : kurangnya pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal


sumber informasi.
Kriteria hasil

: dapat mengenal proses penyakitnya

Intervensi :
1. Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan pnuh perhatian
dan selalu ada untuk pasien
2. Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat dan
cara untuk melakukan makanan di luar rumah.
3. Buatlah jadwal latihan dan aktivitas identivikasi hubungan penggunaan
insulin yang perlu menjadi perhatian
4. Instruksikan pentingnya pemeriksaan secara rutinpada kaki dan perawatan
kaki tersebut. Demonstrasikan cara untuk merawat luka

16

5. Tekankan pentingnya pemeriksaan mata secara teratur


6. Memberikan informasi tentang penyakitnya
Rasional :
1. menanggapi dan memperhatikan perlu di ciptakan sebelum pasien bersedia
mengambil bagian dalam proses belajar.
2. kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam
merencanakan makanan/ mentaati program.
3. waktu latihan tidak boleh bersamaan waktunya dengan kerjanya puncak
nsulin makanan kudapan harus di berikan sebelum atau selama latihan.
4. mencegah dan mengurangi komplikasi yang berhubungan neuropati
perifer atau gangguan sirkulasi terutama selulitis, ganggren dan amputasi.
5. perubahan dalam penglihatan dapat terjadi secara perlahan dan lebih sering
pada pasien yang jarang mengontrol DM.
6. menambah dukungan kepada klien sehingga mempercepat proses
penyembuhan dan mengenal proses penyakitnya.
4. Implementasi
Merupakan pelaksanaan perawatan oleh perawat kepada pasien sesuai
dengan perencanaan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara cermat serta
efisien pada situasi yang tepat guna memenuhi kebutuhan pasien secara
optimal.

17

5. Evaluasi
Akhir dan proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang
yang telah ditentukan berdasarkan keakuratan kelengkapan dan kualitas data.
Proses evaluasi dilakukan dengan menggunakan format SOAP.

18

You might also like