Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
A.
B.
IDENTIFIKASI
Nama
Umur
Jenis kelamin
Berat Badan
Panjang Badan
Agama
Alamat
Kebangsaan
MRS
: An. MA
: 3 tahun
: Laki laki
: 15 kg
: 95 cm
: Islam
: Desa Karangan
: Indonesia
: 3 Desember 2014
ANAMNESIS
(alloanamnesis dengan ibu penderita, 3 Desember 2014)
Keluhan Utama
: Sesak napas
Keluhan tambahan
: Demam (+), Batuk (+), Pilek (+)
Riwayat Perjalanan Penyakit
2 hari sebelum SMRS pasien mengalami batuk, dahak (+), tidak berwarna,
tidak bercampur darah, pilek (+), sesak napas (-), demam tidak terlalu tinggi,
mual (-), muntah (-), riwayat batuk lama (-), kemudian os dibawa berobat ke
puskesmas dan diberikan obat syrup (tidak diketahui).
1 hari SMRS, penderita mengalami sesak nafas, sesak tidak dipengaruhi cuaca
dan posisi tubuh, mengi (-), batuk (+), demam (+),biru (-), pucat (-). Tidak ada
riwayat sesak sebelumnya, BAK normal, BAB normal, kemudian pasien berobat
ke RSUD Prabumulih.
Penyakit ini diderita pasien untuk pertama kalinya.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama tidak ada.
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga:
Riwayat alergi tidak ada.
Keluarga:
Bpk. M/ 35 th/ Petani
Ibu R/30th/IRT
An. MA/3 th.
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Ayah pasien seorang
petani dan ibu pasien seorang ibu rumah tangga. Pasien tinggal di daerah
padat penduduk, pinggir jalan dimana banyak kendaraan yang lewat.
Kesan : sosioekonomi kurang
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran:
Masa kehamilan
: Cukup bulan
Partus
: Spontan, presentasi kepala
Ditolong oleh
: Bidan
Berat badan lahir
: Ibu pasien tidak ingat
Keadaan saat lahir
: langsung menangis
Riwayat Imunisasi:
BCG
: 1 kali, scar (+) pada lengan kanan
C.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal pemeriksaan
Keadaan Umum
Kesadaran
Nadi
Pernapasan
Suhu
Berat Badan
Panjang Badan
: 3 Desember 2014
: Kompos mentis
: 120 x/menit, reguler, isi dan tegangan: cukup
: 38 x/menit
: 38,8oC
: 15 kg
: 95 cm
Keadaan Spesifik
Kepala
- Bentuk
: Normosefali, simetris.
Rambut
: Hitam, lurus, tidak mudah dicabut.
Mata
: Pupil bulat isokor 3mm, reflek cahaya (+/+),
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra
(-/-)
Hidung
: Sekret (+), napas cuping hidung (-).
Telinga
: Sekret (-), serumen plak (-) .
Mulut
: Mukosa mulut dan bibir kering (-), sianosis (-), pucat (-).
Tenggorokan : Tonsil T1-T1, tidak hiperemis (-)
Leher
: Pembesaran KGB (-), JVP tidak meningkat.
Thorax
Paru-paru
Inspeksi
: Simetris, retraksi subdiafragma (+).
Perkusi
: Sonor pada kedua lapangan paru.
Auskultasi
kasar (+/+).
Jantung
Inspeksi
: Iktus kordis dan pulsasi tidak terlihat.
Palpasi : Thrill tidak teraba dan iktus kordis teraba.
Perkusi
: Batas jantung dalam batas normal.
Auskultasi
: Bunyi jantung I-II normal, irama reguler, bising (-).
Abdomen : Turgor kulit kembali < 2 detik.
Inspeksi
: Datar dan simetris.
Palpasi : Lemas, shifting dullness (-), hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi
: Timpani (+)
Auskultasi
: Bising usus (+) normal.
Punggung
: Gibbus (-)
Genetalia
: Laki-laki, penis tidak ada kelainan.
Lipat paha dan genitalia : Pembesaran kelenjar getah bening (-).
Ekstremitas
: Akral dingin (-), sianosis (-), capillary
Refill time < 2 detik, edema pretibia (-/-)
Pemeriksaan Neurologis
Fungsi motorik
Pemeriksaan
Tungkai
Tungkai
Kanan
Kiri
Gerakan
Luas
Luas
Kekuatan
+5
+5
Tonus
Eutoni
Eutoni
Klonus
Reflek fisiologis
+ normal
+ normal
Reflek patologis
Fungsi sensorik
: Dalam batas normal.
Fungsi nervi craniales : Dalam batas normal.
GRM
: Tidak ada.
Lengan
Lengan
Kanan
Luas
+5
Eutoni
Kiri
Luas
+5
Eutoni
+ normal
-
+ normal
-
D PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb
: 10,6 g/dl
Leukosit
: 21000 /ul
RBC
: 4350000 /ul
Diff. Count
: 0/0/0/62/38/0
Trombosit
: 273000 /ul
Hematokrit
: 33,2 %
CRP
E
: Positif
Kesan :
Cor
: CTR <50%
Paru
: tampak infiltrat
Kesan : Bronkopneumonia
F PENATALAKSANAAN
-
O2 1-2 L/m
IVFD KAEN 1B gtt 20/menit mikro
Gentamisin 2x35mg i.v
Ampicilin 3x500mg i.v
Ambroxol Syr. 3 x cth
Paracetamol Syr. 3 x 1 cth
DIAGNOSA BANDING
1 Bronkopneumonia
2 Bronkiolitis akut
DIAGNOSA KERJA
Bronkopneumonia
PROGNOSA
Quo ad vitam
: bonam
FOLLOW UP
Tanggal 4 Desember 2014
S: sesak nafas (+), batuk (+), pilek (+), demam (+)
O: KU:
KS:
Kepala dan leher: NCH (-), mata cekung (-), konjuntiva palpebra
anemis (-), sklera ikterik (-), kelenjar getah bening tidak membesar.
Thorax: simetris, retraksi subdiafragma (+)
Cor
Pulmo
Abdomen: datar, lemas, bising usus normal, turgor kembali < 2 detik.
Ekstremitas: sianosis (-), anemis (-), akral dingin (-)
A: Bronkopneumonia
Tanggal 5 Desember 2014
S: sesak nafas (+), demam (+), batuk (+), pilek (-)
O: KU:
KS:
Kepala dan leher: NCH (-), mata cekung (-), konjuntiva palpebra
anemis (-), sklera ikterik (-), kelenjar getah bening tidak membesar.
Thorax: simetris, retraksi subdiafragma (+),
Cor
Pulmo
Abdomen: datar, lemas, bising usus normal, turgor kembali < 2 detik.
Ekstremitas: sianosis (-), anemis (-), akral dingin (-)
A: Bronkopneumonia
5
KS:
Kepala dan leher: NCH (-), mata cekung (-), konjungtiva palpebra
anemis (-), sklera ikterik (-), kelenjar getah bening tidak membesar.
Thorax: simetris, retraksi (-)
Cor
Pulmo
Abdomen: datar, lemas, bising usus normal, turgor kembali < 2 detik.
Ekstremitas: sianosis (-), anemis (-), akral dingin (-)
A: Bronkopneumonia
.
Tanggal 7 Desember 2014
S: Sesak napas (-), Demam (-), Batuk (+), Pilek (-)
O: KU:
KS:
Kepala dan leher: NCH (-), mata cekung (-), konjuntiva palpebra
anemis (-), sklera ikterik (-), kelenjar getah bening tidak membesar.
Thorax: simetris, retraksi (-)
Cor
Pulmo
Abdomen: datar, lemas, bising usus normal, turgor kembali < 2 detik.
Ekstremitas: sianosis (-), anemis (-), akral dingin (-)
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi
Bronkopneumonia
adalah
peradangan
pada
paru
dimana
proses
Epidemiologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di
bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika
pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di
bawah umur 2 tahun. Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia.
Pneumokokus dengan serotipe 1 sampai 8 menyebabkan pneumonia pada orang
dewasa lebih dari 80 % sedangkan pada anak ditemukan tipe 14, 1, 6 dan 9.1
Angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan
mengurang dengan meningkatnya umur.
disebabkan oleh pneumococcus, ditemukan pada orang dewasa dan anak besar,
sedangkan Bronkopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi.1,3
C.
Etiologi
Faktor Infeksi
1. Bakteri
a.
Pneumococcus, penyebab utama penumonia.
Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya
Bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penderita-penderita penyakit
yang berat seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada
bayi dan anak merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.1,2,4
D.
Klasifikasi
Menurut buku
Pneumonia
Komuniti,
Pedoman
Diagnosis
dan
pada
penderita
dengan
daya
tahan
lemah
(immunocompromised).
3. Berdasarkan predileksi infeksi:
1. Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus
(percabangan besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
2. Pneumonia bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercakbercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri
yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau
orang tua.
3. Pneumonia interstisial.2
E.
Patogenesis
10
nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan
sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli mementuk suatu proses
peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu:
a. Stadium I (4 12 jam pertama/kongesti)
11
F.
Gambaran Klinis
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas
selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 3940C dan
mungkin disertai kejang karena demam yag tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu,
pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di
sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai di awal penyakit, anak akan
mendapat batuk setelah beberapa hari, dimana pada awalnya berupa batuk kering
kemudian menjadi produktif.
Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luasnya
daerah yang terkena. Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan. Pada
auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah gelembung halus sampai sedang.
Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi
terdengar suara yang meredup dan suara pernafasan pada auskultasi terdengar
mengeras. Pada stadium resolusi ronki dapat terdengar lagi. Tanpa pengobatan
biasanya proses penyembuhan dapat terjadi antara 2-3 minggu.5,6
G.
Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik yang sesuai dengan gejala dan
tanda yang diuraikan sebelumnya dan pemeriksaan fisik disertai pemeriksaan
penunjang.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Inspeksi : pernafasan cuping hidung(+), sianosis sekitar hidung dan mulut,
retraksi sela iga.
Palpasi : Stem fremitus yang meningkat pada sisi yang sakit.
Perkusi : Sonor memendek sampai beda
Auskultasi : Suara pernafasan mengeras ( vesikuler mengeras )disertai ronki
basah gelembung halus sampai sedang.
Pemeriksaan Penunjang
o Pemeriksaan Laboratorium
1. Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000
40.000/ mm3 dengan pergeseran ke kiri. Jumlah leukosit yang tidak
meningkat berhubungan dengan infeksi virus atau mycoplasma.
13
Pneumonia berat
bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih sanggup minum,
maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
Pneumonia
bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat :
14
Bukan Pneumonia
hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas, tidak perlu
dirawat dan tidak perlu diberi antibiotika.2
H.
Diagnosis Banding
Bronkopneumonia
Bronkiolitis
K
Penatalaksanaan1,2,3
3 bulan
Bila disertai gejala PCM berat dan klinis defisiensi vitamin A diberikan
Vit.A terapeutik 200.000 IU peroral pada hari I, II kemudian minggu
kedua dan dianjutkan setiap 6 bulan.
15
50.000-100.000
unit/hari
IV
H. Influenza
Klebsiella dan P. Aeruginosa
Pencegahan:
Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan
penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan
terjadinya bronkopneumonia ini.Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah
dengan meningkatkan daya tahan tubuh kaita terhadap berbagai penyakit saluran
nafas seperti : cara hidup sehat, makan makanan bergizi dan teratur ,menjaga
kebersihan ,beristirahat yang cukup, rajin berolahraga, dll.
Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan
terinfeksi antara lain:
Vaksinasi Pneumokokus
Vaksinasi H. influenza
Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah
Vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.2
J.
Komplikasi
Dengan antibiotik komplikasi hampir tidak pernah dijumpai. Komplikasi
yang dapat dijumpai : Empiema, OMA, lompliasi lain ialah seperti Meningitis,
Perikarditis, Osteomielitis, peritonitis lebih jarang dilihat.2,3
K.
Prognosis
16
BAB III
ANALISIS KASUS
Anak laki-laki, usia 3 tahun, datang dengan keluhan sesak nafas sejak satu hari
SMRS . Sesak nafas timbul secara perlahan atau tidak mendadak. Terdapat juga
batuk. Pada pemeriksaan fisik ditemukan takipneu, dan ronki. Berdasarkan data di
atas, penderita didiagnosis menderita bronkopneumonia. Diagnosis banding yang
17
mungkin adalah bronkiolitis akut. Namun, bronkiolitis akut ini dapat disingkirkan
dengan melihat tanda dan gejala yang ada pada penderita. Sesak pada bronkiolitis
timbul secara mendadak, sedangkan sesak pada penderita timbul secara perlahan.
Selain itu, pada bronkiolitis akut juga ditemukan ronki dan wheezing, sedangkan pada
penderita hanya ditemukan ronki.
Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh bakteri, virus, aspirasi, jamur, cacing,
dan senyawa hidrokarbon. Untuk mengetahui bakteri penyebab bronkopneumonia,
harus dilakukan kultur sputum. Pada penderita ini tidak dilakukan sehingga tidak
dapat ditentukan secara pasti etiologinya. Oleh sebab itu, WHO mengajukan
pedoman diagnosis dan tatalaksana yang lebih sederhana untuk pneumonia.
Berdasarkan pedoman tersebut penderita tergolong sakit pneumonia. Menurut
klasifikasi tersebut, Pneumonia ditandai dengan adanya pernafasan cepat yaitu lebih
dari 50 x/menit pada anak usia 2 bulan - 1 tahun. Oleh sebab itu, anak harus dirawat
dan diberikan antibiotik. Penatalaksanaan di rumah sakit terhadap anak ini adalah
sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Pusponegoro HD, dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Ikatan Dokter
Anak Indonesia: Jakarta. 2004.
Hasan R, dkk. Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:
Jakarta. 2002.
Mansjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. 2000.
Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. EGC:
Jakarta. 2000.
18
19