Professional Documents
Culture Documents
ATURAN JARINGAN
SISTEM TENAGA LISTRIK KALIMANTAN
-6DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
10
BAB II
12
CODE)
BAB III
A.
Umum
12
B.
12
C.
15
D.
Penyelesaian Perselisihan
16
E.
17
F.
18
G.
Pelaporan
18
H.
19
20
A.
Umum
20
B.
Tujuan
20
C.
20
D.
21
E.
22
Jaringan
F.
Prosedur Penyambungan
26
G.
29
H.
29
I.
30
J.
Persyaratan
dan
Standardisasi
Peralatan
di
Titik
30
Titik
37
40
Sambungan
K.
Pengukuran,
Telemetri,
dan
Kontrol
di
Sambungan
L.
-7-
BAB IV
BAB V
60
A.
Pokok-Pokok
60
B.
71
C.
Pengendalian Frekuensi
72
D.
Pengendalian Tegangan
75
E.
Proteksi Jaringan
76
F.
Stabilitas Sistem
77
G.
79
H.
82
I.
Koordinasi Keselamatan
84
J.
Penghubung Operasi
86
K.
Pelaporan Kejadian
91
L.
95
M.
103
N.
Rating Peralatan
103
104
Umum
104
B.
Prinsip Dasar
104
C.
105
D.
Rencana/Jadwal Bulanan
108
E.
Rencana/Jadwal Mingguan
112
F.
115
G.
117
H.
Pembebanan Pembangkit
119
I.
123
J.
Prakiraan Beban
124
K.
Rencana Pemeliharaan
127
-8-
BAB VI
L.
134
M.
138
BAB VII
BAB VIII
A.
Umum
142
B.
142
C.
143
D.
145
E.
145
F.
146
G.
Ketentuan Lain-Lain
146
147
A.
Umum
147
B.
Kriteria Pengukuran
147
C.
150
D.
Komisioning (Commissioning)
154
E.
155
F.
156
G.
157
H.
158
I.
159
J.
Hal-hal Lain
159
ATURAN
KEBUTUHAN
DATA
(DATA
REQUIREMENT
160
CODE)
A.
Umum
160
B.
160
C.
-9-
D.
161
PLN AP2B/APDP
E.
BAB IX
162
ATURAN TAMBAHAN
177
A.
Umum
177
B.
Aturan Peralihan
177
C.
Rangkuman Jadwal
178
D.
182
- 10 BAB I
PENDAHULUAN
2.
3.
Unit/Perusahaan Pembangkit;
4.
5.
- 11 -
- 12 BAB II
ATURAN MANAJEMEN JARINGAN
(GRID MANAGEMENT CODE)
A.
Umum
1.
2.
Komite Manajemen;
b.
c.
penyelesaian perselisihan;
d.
e.
f.
pelaporan; dan
g.
B.
Manajemen
Aturan
Jaringan
(The
Grid
Code
Management
b.
c.
- 13 d.
yang
belum
diatur
dalam
Aturan
Jaringan,
dan
dan
Pembangunan
Pengatur
Beban
Penyaluran
(UIP),
(AP2B)/Area
(APDP),
Unit/Perusahaan
PLN
Pengatur
Unit
Pembangkit,
Induk
dan
2)
Anggota:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
tiga
orang
Anggota
masing-masing
mewakili
PLN
h)
tiga
orang
Anggota
mewakili
Unit/Perusahaan
Pembangkit,
i)
3.
- 14 b.
c.
Manajemen
dengan
penjelasan
mengenai
alasan
penggantian tersebut.
4.
b.
c.
ada
surat
resmi
dari
instansi/perusahaan
mengenai
3)
b.
6.
Pembentukan Subkomite
a.
- 15 b.
meyakinkan
ketentuan
yang
memadai
atas
c.
2)
3)
4)
melakukan
pertemuan
mengevaluasi
realisasi
setiap
(tiga)
pengoperasian
bulan
untuk
(tiga)
bulan
sebelumnya.
7.
b.
C.
2.
3.
- 16 4.
termasuk
dalam
ketentuan
Aturan
Jaringan
berikut
Penyelesaian Perselisihan
1.
Interpretasi
Aturan
perselisihan
dari
Jaringan
waktu
ke
mungkin
waktu
dan
dapat
menimbulkan
proses
penyelesaian
namun
tidak
dimaksudkan
untuk
penyelesaian
b.
para
pihak
yang
bersengketa
harus
bertemu
untuk
maka
solusinya
didokumentasikan
dan
kesepakatannya
didokumentasikan
dan
catatannya
apabila
perselisihan
tidak
terselesaikan
oleh
panitia
Komite
Manajemen
untuk
penyelesaian,
dan
- 17 3.
Manajemen
harus
menunjuk
Panel
Penyelesaian
c.
posisi
para
pihak
dan
keputusan
Panel
harus
apabila
perselisihan
diselesaikan,
bagian
alokasi
dari
biaya proses
penyelesaian; atau
b.
E.
dilengkapi
dengan
pertimbangan
beserta
data
dan
Sumber
Daya
Mineral
melalui
Direktur
Jenderal
- 18 F.
Komite
Manajemen
menyimpulkan,
Pelaku
Usaha/Pemakai
2.
3.
4.
tuduhan
terhadap
pihak
pelanggar,
dan
Pelaporan
1.
Laporan Tahunan
Komite Manajemen harus menerbitkan ringkasan tahunan dari
Laporan Operasi Jaringan tahun sebelumnya, paling lambat tanggal
31 Maret.
2.
seperti;
gangguan
besar
dalam
Sistem,
harus
- 19 c.
d.
terbukti
melakukan
Aturan
Jaringan,
pelanggaran
dalam
atas
laporan
ketentuan
tertulis
dapat
Laporan-laporan Khusus
Laporan-laporan
Manajemen,
permintaan
khusus
seperti
dari
harus
disiapkan
permintaan
satu
atau
lebih
dari
sesuai
opsi
Pemerintah
Pengelola
Komite
atau
atas
Jaringan/Pemakai
Jaringan.
H.
2.
Semua
komunikasi
operasional
antara
PLN
Wilayah,
PLN
b.
koordinator
keseluruhan
dalam
pengoperasian
dapat
diubah,
Jaringan
termasuk dispatch.
Organisasi
PLN
AP2B/APDP
sesuai
dengan
- 20 BAB III
ATURAN PENYAMBUNGAN
(CONNECTION CODE)
A.
Umum
Aturan Penyambungan ini berisi persyaratan minimum teknis dan
operasional untuk setiap Pelaku Usaha/Pemakai Jaringan, baik yang
sudah maupun akan tersambung ke jaringan transmisi, serta persyaratan
minimum teknis dan operasional yang harus dipenuhi oleh PLN Wilayah
di titik-titik sambungan dengan para Pelaku Usaha/Pemakai Jaringan.
B.
Tujuan
Tujuan Aturan Penyambungan ini adalah untuk memastikan:
a.
b.
C.
2.
3.
PLN UIP;
4.
5.
6.
- 21 D.
b.
c.
Kondisi Normal
275 kV
+5%, -10%
150 kV
+5%, -10%
66 kV
+5%, -10%
d.
Distorsi Total
275 kV
3%
150 kV
3%
66 kV
3%
persen)
selama
kejadian
tegangan
impuls
sesaat
tidak
menimbulkan
risiko
terhadap
jaringan
- 22 2)
flicker jangka pendek 1,0 (satu koma nol) unit dan jangka
panjang 0,8 (nol koma delapan) unit yang terukur dengan
flicker meter sesuai dengan spesifikasi IEC-868.
f.
g.
memasang
power
quality
meter
yang
dapat
3.
E.
yang
baik,
serta
dioperasikan
dan
dipelihara
c.
baru
investasi
tersebut
Pelaku
berpartisipasi
Usaha/Pemakai
mengkompensasi
Jaringan
lama
nilai
secara
proporsional; dan
d.
2.
b.
Besar
2)
Menengah : dari
10
MW
(sepuluh
megawatt)
sampai
Kecil
memungkinkan
pengaturan
sekunder
frekuensi
Sistem;
2)
alat
pengatur
tegangan
otomatis
reaksi
cepat
untuk
- 24 d.
memungkinkan
pengaturan
sekunder
frekuensi
Sistem; dan
2)
e.
2)
alat
pengatur
tegangan
otomatis
untuk
pengaturan
2)
ini
dibolehkan
apabila
merupakan
bagian
dari
komunikasi
yang
dihubungkan
dengan
fasilitas
- 25 1)
Suara (voice):
a)
Operasional:
i.
ii.
Jaringan
telekomunikasi
bagi
Pembangkit
Administratif:
Jaringan
telekomunikasi
telekomunikasi
umum
atau
untuk
sirkit
khusus
semua
Pelaku
Usaha/Pemakai Jaringan.
2)
Data
a)
b)
c)
jaringan
telekomunikasi
atau
sirkit
khusus
b.
untuk
menjamin
tersedianya
monitoring
dan
pengaturan
- 26 4.
b.
c.
d.
e.
5.
faksimile
yang
sesuai
dengan
peralatan
PLN
AP2B/APDP; dan
b.
F.
Prosedur Penyambungan
1.
- 27 a.
b.
c.
d.
tap
peralatan
changer,
proteksi,
pengaturan
dan
dan
lain-lain
pasokan
yang
reaktif,
mempengaruhi
Jaringan; dan
2)
e.
2.
Sebelum
titik
sambungan
diberi
tegangan,
Pelaku
- 28 1)
telah
memenuhi
bertegangan/laik
semua
persyaratan
sinkron
dan
meliputi:
selanjutnya
laik
sebelum
peralatan
komunikasi
yang
diperlukan,
proteksi,
dan
Fasilitas
yang
dibangun
Pelaku
Usaha/Pemakai
Jaringan
Jaringan
yang
sepenuhnya
telah
b)
Pelaku
Usaha/Pemakai
Jaringan
di
titik
sambungan;
c)
penjelasan/jadwal
atas
telekomunikasi,
meter
3)
- 29 4.
b.
PLN
Wilayah
memenuhi
menyatakan
persyaratan
kondisi
Aturan
titik
Jaringan
sambungan
dan
siap
telah
untuk
Berita
Acara
Titik
Sambungan
diterbitkan,
Pelaku
kesepakatan
mengenai
prosedur
dan
waktu
2.
revisi atas data operasi terdaftar untuk memperlihatkan perubahanperubahan yang terjadi di titik sambungan dan/atau peralatan
terkait lainnya.
H.
dan
pengoperasian
fasilitas
miliknya,
sebelum
Perencanaan
dan
Pelaksanaan
Operasi
(Schedule
and
Dispatch Code).
2.
2.
3.
Pengaturan
identifikasi
ini
dibuat
untuk
meminimumkan
pengertian
dalam
menangkap
instruksi
sesuai
dengan
Umum
Semua peralatan yang terhubung dengan Jaringan seperti Pemutus
(PMT), Pemisah (PMS), Peralatan Pembumian, Trafo Tenaga, Trafo
Tegangan, Trafo Arus, Reaktor, Arrester, Bushing, Peralatan Netral,
Kapasitor, Line Traps, Peralatan Kopling, dan koordinasi isolasi pada
titik sambungan harus memenuhi Standar Nasional Indonesia atau
Standar Internasional, seperti Standar ANSI/IEEE, aturan (code)
NEC/NEMA dan/atau IEC kecuali untuk peralatan tertentu yang
secara eksplisit dinyatakan mengikuti standar lain.
2.
Setiap
sambungan
antara
fasilitas
Pelaku
Usaha/Pemakai
- 31 c.
Pengaturan Proteksi
1)
setiap
peralatan
proteksi
harus
dilengkapi
dengan
sambungan-sambungannya
ke
jaringan
transmisi
Semua
setting
harus
dikoordinasikan
dengan
setting
2)
a)
275 kV :
100 milidetik
b)
150 kV :
120 milidetik
c)
66 kV :
150 milidetik
b)
di
jaringan
transmisi
oleh
proteksi
- 32 c)
PLN
Wilayah
juga
harus
menyediakan
proteksi
antara
proteksi
cadangan
Pelaku
4)
b)
Pemakai
Jaringan
berkewajiban
memenuhi
2)
Pelaku
Usaha/Pemakai
persetujuan
dipasang.
atas
Jaringan
rencana
harus
peralatan
mendapatkan
proteksi
sebelum
- 33 3)
persyaratan
proteksi
fasilitas
interkoneksi
jaringan
b.
b)
c)
proteksi
(a)
dan
skema
proteksi
(b)
harus
dan
power
line
carrier
(PLC).
Skema
proteksi
3)
4)
Saluran
Skema Proteksi
Telekomunikasi
PLC
FO
- 34 Saluran
Saluran yang
Skema Proteksi
diproteksi
Telekomunikasi
PLC
FO
Alternatif I
Skema Proteksi (a)
Utama 1 : Teleproteksi Z + DEF
Cadangan : Z
: Teleproteksi Z + DEF
Cadangan : Z
Skema Proteksi (b)
Utama 2 : Teleproteksi Z + DEF
Cadangan : Z
Keterangan:
= Current Differential
CD
= Distance Relay
PLC
FO
= Fiber Optics
- 35 2)
3)
4)
5)
d.
< 10 MVA
HV
LV
10 s.d. 30
MVA
HV
LV
275/150
kV
> 30 MVA
HV
LV
HV
LV
Suhu lebih
Bucholz
Tekanan lebih
mendadak
Differential
Arus Lebih
Termal
- 36 Keterangan:
HV = High Voltage
LV
= Low Voltage
(OCR/GFR)
harus
dikoordinasikan
dengan
proteksi cadangan terhadap gangguan tanah dan hubungsingkat seperti relai arus lebih (relai 50/51, 50N/51N) dan
tegangan arus lebih (51V);
2)
3)
4)
f.
150/66
kV)
harus
dilengkapi
dengan
proteksi
bus
differential.
g.
2)
3)
setiap
peralatan
perekam
gangguan
harus
dilengkapi
Meter Transaksi/Revenue
Semua titik-titik sambungan harus dilengkapi dengan Trafo Arus dan
Trafo Tegangan untuk pengukuran transaksi/revenue sesuai dengan
spesifikasi dalam Metering Code.
K.
Input
Analog
(TM)
Fungsi/
designasi
GI
Rel
Pht Trf
DiaTrf ReakGen
mtr
Gen tor
1. Hz
Frekuensi
2. kV
Tegangan
3. MW
Mega Watt
4. MX
Mega VAr
5. A
ampere
6. Po
7. Pr
1. LRCB
x
x
Saklar pilih
local/remote PMT
2. LRT
Saklar pilih
local/remote tapchanger
3. BF
Gangguan bay
4. BRF
Kegagalan PMT
(Circuit breaker)
x
x
x
x
- 38 Mnemonic
Input
digital
tunggal
(TSS)
Fungsi/
designasi
GI
Rel
Pht Trf
DiaTrf ReakGen
mtr
Gen tor
5. AR
6. VS
Status tegangan
7. TRA
Alarm trafo
8. TRT
Trafo trip
9. TCA
10. TCT
11. TCH
12. TCL
13. TUT
Unit trip
14. CD
Saklar pemutus
pengendalian
15. EPF
Alarm RTU
16. COM
Alarm komunikasi
17. RT
Reaktor trip
18. RF
Gangguan reaktor
19. ARO
20. TRO
21. CSP
Sedang pemeriksaan
sinkron
22. LT
Penghantar trip
23. DT
Diameter trip
24. BBT
Rel trip
25. PSF
Signal proteksi
terganggu
26. TAF
27. SUF
Gangguan penting di
gardu induk
28. SNF
Gangguan minor di
gardu induk
x
x
- 39 Mnemonic
Input
digital
ganda
(TSD)
Output
digital
(RCD)
Fungsi/
designasi
GI
Rel
Pht Trf
DiaTrf ReakGen
mtr
Gen tor
29. TPF
Telepon/teleprinter
terganggu
30. VTF
Trafo terganggu
31. PUM
Unit sedang
dipelihara
1. PMT
PMT tertutup /
terbuka
2. BI
3. TCC
Tap changer
auto/remote
4. GUC
Unit generator
operasi/stop
5. CSO
Synchro-check dioverride
6. LI
PMS penghantar
tertutup/terbuka
7. ES
PMS tanah
tertutup/terbuka
8. LFA
LFC tersedia
9. LFC
10. PSO
11. DCBC
Dummy breaker
on/off
1. PMT
PMT
tertutup/terbuka
2. BI
PMS rel
3. TCC
Tap-changer
auto/remote
4. GUC
Unit generator
operasi/stop
5. CSO
Synchro-check dioverride
6. TC
Tap-changer
naik/turun
7. DCBC
Dummy breaker
on/off
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
- 40 Mnemonic
Output
analog
(RCA)
Impuls
(IMP)
Fungsi/
designasi
GI
Rel
Pht Trf
DiaTrf ReakGen
mtr
Gen tor
8. GOV
9. AVR
Automatic voltage
regulator active
10. AQR
Automatic power
factor regulator active
1. Po
2. Pr
3. N
Level N LFC
1. MWh
Energi aktif
x
x
Catatan:
GI
: Gardu Induk
Rel
: Busbar
Pht
: Penghantar
Trf
: Trafo
TS
: Tele Signaling
TM
: Tele Metering
TSS
TSD
Gen
: Generator
RCA
L.
Kode Identifikasi
Kode identifikasi terdiri dari 18 (delapan belas) karakter yang disusun
dalam 3 (tiga) blok yang merupakan subkode identifikasi untuk
A HHHHPA AA
HHP
Blok A
Blok B
Blok C
A : angka/nomor
H : huruf
P : angka atau huruf
Diperbolehkan menggunakan satu spasi (blank) atau tanpa spasi di
antara masing-masing grup angka atau huruf.
Contoh: 1 CMPKA 5 KOPEL1 07 CB1
2.
2)
HHHHH
2
Kode Area
Area dimaksudkan sebagai Area Pengatur Beban (Area Control
Center) yang berlokasi di Kalselteng, Kaltimra dan Kalbar dengan
kode area masing-masing:
AP2B (ACC) WIL KALSELTENG : 1
AP2B (ACC) WIL KALTIMRA : 2
APDP (ACC) WIL KALBAR : 3
- 42 c.
Kode Lokasi
Lokasi menunjukkan lokasi pusat pembangkit atau Gardu
Induk. Kode untuk pusat pembangkit baru atau Gardu Induk
baru ditentukan oleh PLN Wilayah.
Contoh-contoh kode lokasi ditunjukkan pada Tabel A3.1.
Contoh subkode identifikasi lokasi adalah sebagai berikut:
1 AASAM
2 GNMLG
3 SERYA
SERYA
Kode
ACC Kalselteng
Asam asam
AASAM
Lokasi
Kode
ACC Kaltimra
Gunung
GNMLG
Malang
Trisakti
TRST5
Batakan
BTKN5
ACC Kalbar
Kapuas
3.
KAPS5
- 43 2)
3)
4)
b.
HHHHP
AA
Kode
>1 10 kV
>10 30 kV
>30 60 kV
>60 90 kV
>90 200 kV
>200 400 kV
>400 600 kV
>600 1000 kV
>1000 kV
- 44 d.
Kode
A. Pusat pembangkit
Pusat Listrik Tenaga Air
PLTA
PLTD
PLTG
PLTMG
PLTP
PLTN
PLTUB
Gas Bumi
PLTUG
Minyak
PLTUM
PLTGU
1)
Bay generator
PBKIT
Rel/busbar
BSBAR
Busbar section
BSSEC
Kopel Rel
KOPEL
Trafo
TRFOX2)
Diameter
DAMTR
Reaktor Shunt
SHTXL
Kapasitor Shunt
SHTXC
Ekstensi
EXTEN3)
Spare
SPARE4)
- 45 Nama Peralatan
1)
Kode
Substation
SUBST5)
RTU
RTUTS6)
2)
e.
3)
4)
5)
6)
Peralatan
adalah
nomor
urut
peralatan
di
lokasi
peralatan terpasang.
f.
Koordinat Bay
Koordinat Bay dimaksudkan sebagai nomor yang diberikan
sebagai koordinat bay. Urutan koordinat bay ditentukan sebagai
berikut:
1)
dari
rendah,
2)
3)
4)
07
4.
07
- 46 1)
Bagian
pertama
terdiri
dari
(dua)
karakter
b.
d.
Kode
PMS Rel
BI
PMS Line
LI
PMS Tanah
ES
PMS
DS
PMT
CB
TC
Trafo Tegangan
VT
dalam
suatu
peralatan
atau
dapat
juga
- 47 2)
Penentuan
nomor
komponen
harus
selaras
dengan
b)
2)
Contoh:
IBT
rel A
rel A
rel A
rel B
rel B
rel B
IBT
- 48 b.
breaker
yang
hanya
dimaksudkan
untuk
HH
5A1
4A4
5AB1
4AB4
5B1
4B4
a.
AASAM
PLTU Asam-asam
PBKIT1
01
bay nomor 1
- 49 BI
Busbar A
Contoh 2:
2 GNMLG 5 PBKIT1 01 CB B
2
GNMLG :
PBKIT1
01
bay nomor 1
CB
Busbar B
Contoh 3:
3 SERYA 5 TRFO22 01 TWT
3
SERYA
tegangan 150 kV
TRFO22 :
01
bay nomor 01
TWT
Contoh 4:
Pusat Pembangkit /Gardu-Induk 150 kV PLTU Asam-asam
- 50 Tabel A3.5.
Telesinyal
- 51 Titik
Lokasi
Peralatan
Bay
Objek
1.
1AASAM 5
PBKIT1
01
BI1
2.
1AASAM 5
PBKIT1
01
CB1
3.
1AASAM 5
PBKIT1
01
BI2
4.
1AASAM 5
DIM1AB
01
BI1
5.
1AASAM 5
DIM1AB
01
CB2
6.
1AASAM 5
DIM1AB
01
BI2
7.
1AASAM 5
TRF521
01
BI1
8.
1AASAM 5
TRF521
01
CB3
9.
1AASAM 5
TRF522
01
BI2
10.
1AASAM 5
TRF522
02
BI1
11.
1AASAM 5
TRF522
02
CB1
12.
1AASAM 5
TRF522
02
BI2
13.
1AASAM 5
DIM2AB
02
BI1
14.
1AASAM 5
DIM2AB
02
CB2
15.
1AASAM 5
DIM2AB
02
BI2
16.
1AASAM 5
CMPKA
02
BI1
17.
1AASAM 5
CMPKA
02
CB3
18.
1AASAM 5
CMPKA
02
BI2
19.
1AASAM 5
CMPKA
02
LI
20.
1AASAM 5
CMPKA
02
ES
21.
1AASAM 5
PBKGT2
03
BI1
22.
1AASAM 5
PBKIT2
03
CB1
23.
1AASAM 5
PBKIT2
03
BI2
24.
1AASAM 5
DIM3AB
03
BI1
25.
1AASAM 5
DIM3AB
03
CB2
26.
1AASAM 5
DIM3AB
03
BI2
27.
1AASAM 5
PLHRI
03
BI1
28.
1AASAM 5
PLHRI
03
CB3
29.
1AASAM 5
PLHRI
03
BI2
30.
1AASAM 5
PLHRI
03
LI
31.
1AASAM 5
PLHRI
03
ES
- 52 Tabel A3.6.
Teleinformasi
Jenis
Lokasi
Peralatan
Bay
Objek
Alarm
1 AASAM 5
DIM1AB
01
DT
Alarm
1 AASAM 5
PBKIT1
01
BRF
Pengukuran
1 AASAM 2
PBKIT1
..
Pengukuran
1 AASAM 2
PBKIT1
..
MW
Pengukuran
1 AASAM 2
PBKIT1
..
MX
Indikasi
1 AASAM 2
PBKIT1
..
GUS
atau
GUR
Indikasi
1 AASAM 2
PBKIT1
..
LFC
Alarm
1 AASAM 2
PBKIT1
..
UT
Alarm
1 AASAM 2
PBKIT1
..
LFF
Alarm
1 AASAM 5
BSBAR1
..
BBT
Pengukuran
1 AASAM 5
BSBAR1
..
Indikasi
1 AASAM 5
BSBAR1
..
VS
Pengukuran
1 AASAM 5
TRF521
01
MW
Pengukuran
1 AASAM 5
TRF521
01
MX
Pengukuran
1 AASAM 2
TRF522
02
MW
Pengukuran
1 AASAM 2
TRF522
02
MX
Alarm
1 AASAM 5
PLHRI
02
LT
Alarm
1 AASAM 5
PLHRI
02
BRF
Pengukuran
1 AASAM 5
PLHRI
02
MW
Pengukuran
1 AASAM 5
PLHRI
02
MX
Indikasi
1 AASAM 5
PLHRI
02
LR
Indikasi
1 AASAM 5
PLHRI
02
CSP
Indikasi
1 AASAM 5
PLHRI
02
ARO
- 53 Jenis
Lokasi
Peralatan
Bay
Objek
Indikasi
1 AASAM 5
PLHRI
02
TRO
Alarm.
1 AASAM 5
PBKIT2
01
BRF
Pengukuran
1 AASAM 2
PBKIT2
..
Pengukuran
1 AASAM 2
PBKIT2
..
MW
Pengukuran
1 AASAM 2
PBKIT2
..
MX
Indikasi
1 AASAM 2
PBKIT2
..
GUS
atau
GUR
Indikasi
1 AASAM 2
PBKIT2
..
LFC
Alarm
1 AASAM 2
PBKIT2
..
UT
Alarm
1 AASAM 2
PBKIT2
..
LFF
Alarm
1 AASAM 5
CMPKA
02
LT
Alarm
1 AASAM 5
CMPKA
02
BRF
Pengukuran
1 AASAM 5
CMPKA
02
MW
Pengukuran
1 AASAM 5
CMPKA
02
MX
Indikasi
1 AASAM 5
CMPKA
02
LR
Indikasi
1 AASAM 5
CMPKA
02
CSP
Indikasi
1 AASAM 5
CMPKA
02
ARO
Indikasi
1 AASAM 5
CMPKA
02
TRO
Alarm
1 AASAM 5
BSBAR2
..
BBT
Pengukuran
1 AASAM 5
BSBAR2
..
Indikasi.
1 AASAM 5
BSBAR2
..
VS
- 54 Contoh 5:
Gardu Induk 150 kv Tengkawang
Lokasi
Titik
Peralatan
Bay
Objek
1.
2 TKWNG 5
HARRU1
01
BI1
2.
2 TKWNG 5
HARRU1
01
BI2
3.
2 TKWNG 5
HARRU1
01
CB
4.
2 TKWNG 5
HARRU1
01
LI
5.
2 TKWNG 5
HARRU1
01
ES
6.
2 TKWNG 5
HARRU2
02
BI1
7.
2 TKWNG 5
HARRU2
02
BI2
8.
2 TKWNG 5
HARRU2
02
CB
9.
2 TKWNG 5
HARRU2
02
LI
10.
2 TKWNG 5
HARRU2
02
ES
11.
2 TKWNG 5
EMBLT1
03
BI1
12.
2 TKWNG 5
EMBLT1
03
BI2
13.
2 TKWNG 5
EMBLT1
03
CB
14.
2 TKWNG 5
EMBLT1
03
LI
15.
2 TKWNG 5
EMBLT1
03
ES
16.
2 TKWNG 5
EMBLT2
04
BI1
- 55 Lokasi
Peralatan
Bay
Objek
17.
2 TKWNG 5
EMBLT2
04
BI2
18.
2 TKWNG 5
EMBLT2
04
CB
19.
2 TKWNG 5
EMBLT2
04
LI
20.
2 TKWNG 5
EMBLT2
04
ES
21.
2 TKWNG 5
TRFO21
05
BI1
22.
2 TKWNG 5
TRFO21
05
BI2
23.
2 TKWNG 5
TRFO21
05
CB
24.
2 TKWNG 5
TRFO22
06
BI1
25.
2 TKWNG 5
TRFO22
06
BI2
26.
2 TKWNG 5
TRFO22
06
CB
27.
2 TKWNG 5
TRFO23
07
BI1
28.
2 TKWNG 5
TRFO23
07
BI2
29.
2 TKWNG 5
TRFO23
07
CB
30.
2 TKWNG 5
TRFO24
08
BI1
31.
2 TKWNG 5
TRFO24
08
BI2
32.
2 TKWNG 5
TRFO24
08
CB
33.
2 TKWNG 5
KOPEL
09
BI1
34.
2 TKWNG 5
KOPEL
09
BI2
35.
2 TKWNG 5
KOPEL
09
CB
Jenis
Lokasi
Peralatan
Bay
Objek
Alarm
2 TKWNG 5
BSBAR A
. .
BBT
Pengukuran
2 TKWNG 5
BSBAR A
. .
Indikasi
2 TKWNG 5
BSBAR A
. .
VS
Alarm
2 TKWNG 5
BSBAR B
. .
BBT
Pengukuran
2 TKWNG 5
BSBAR B
. .
Indikasi
2 TKWNG 5
BSBAR B
. .
VS
Alarm
2 TKWNG 5
HARRU2
02
LT
Alarm
2 TKWNG 5
HARRU2
02
BRF
- 56 Jenis
Lokasi
Peralatan
Bay
Objek
Pengukuran
2 TKWNG 5
HARRU2
02
MW
Pengukuran
2 TKWNG 5
HARRU2
02
MX
Indikasi
2 TKWNG 5
HARRU2
02
LR
Indikasi
2 TKWNG 5
HARRU2
02
CSP
Indikasi
2 TKWNG 5
HARRU2
02
ARO
Indikasi
2 TKWNG 5
HARRU2
02
TRO
Alarm
2 TKWNG 5
EMBLT1
03
LT
Alarm
2 TKWNG 5
EMBLT1
03
BRF
Pengukuran
2 TKWNG 5
EMBLT1
03
MW
Pengukuran
2 TKWNG 5
EMBLT1
03
MX
Indikasi
2 TKWNG 5
EMBLT1
03
LR
Indikasi
2 TKWNG 5
EMBLT1
03
CSP
Indikasi
2 TKWNG 5
EMBLT1
03
ARO
Indikasi
2 TKWNG 5
EMBLT1
03
TRO
Alarm
2 TKWNG 5
EMBLT1
03
LT
Indikasi
2 TKWNG 5
TRFO22
06
LR
Alarm
2 TKWNG 5
TRFO22
06
BF
Indikasi
2 TKWNG 5
TRFO22
06
BRF
Alarm
2 TKWNG 5
TRFO22
06
TRA
Indikasi
2 TKWNG 5
TRFO22
06
TRT
Indikasi
2 TKWNG 5
TRFO22
06
BI
Pengukuran
2 TKWNG 5
TRFO22
06
MW
Pengukuran
2 TKWNG 5
TRFO22
06
MX
Indikasi
2 TKWNG 5
TRFO23
07
LR
Alarm
2 TKWNG 5
TRFO23
07
BF
Indikasi
2 TKWNG 5
TRFO23
07
BRF
Alarm
2 TKWNG 5
TRFO23
07
TRA
Indikasi
2 TKWNG 5
TRFO23
07
TRT
- 57 -
6.
Jenis
Lokasi
Peralatan
Bay
Objek
Indikasi
2 TKWNG 5
TRFO23
07
BI
Pengukuran
2 TKWNG 5
TRFO23
07
MW
Pengukuran
2 TKWNG 5
TRFO23
07
MX
Indikasi
2 TKWNG 5
TRFO24
08
LR
Alarm
2 TKWNG 5
TRFO24
08
BF
Indikasi
2 TKWNG 5
TRFO24
08
BRF
Alarm
2 TKWNG 5
TRFO24
08
TRA
Indikasi
2 TKWNG 5
TRFO24
08
TRT
Indikasi
2 TKWNG 5
TRFO24
08
BI
Pengukuran
2 TKWNG 5
TRFO24
08
MW
Pengukuran
2 TKWNG 5
TRFO24
08
MX
Indikasi
2 TKWNG 5
KOPEL
09
LR
Alarm
2 TKWNG 5
KOPEL
09
BF
Indikasi
2 TKWNG 5
KOPEL
09
BRF
Indikasi
2 TKWNG 5
KOPEL
09
BI
Pengukuran
2 TKWNG 5
KOPEL
09
MW
Pengukuran
2 TKWNG 5
KOPEL
09
MX
Konvensi Warna
Konvensi pewarnaan pada layar ditunjukkan pada Tabel A3.8.
Tabel A3.8.
Konvensi Warna Pada Layar
Hal
Warna
Biru Muda
Merah
Kuning
Hijau
Cokelat
Abu-abu
Oranye
Ungu
- 58 Hal
7.
Warna
Semua komponen
Warna Rel
Warna background
Hitam
Konvensi Simbol
Konvensi simbol pada layar ditunjukkan pada Tabel A3.9.
Tabel A3.9.
Konvensi Simbol Pada Layar
Item
Simbol
Keterangan
Berwarna penuh sesuai
PMT tertutup
warna Rel
PMT terbuka
PMS tertutup
warna Rel
Dalam single line diagram
Kosong, tidak berwarna
PMS terbuka
PMS-tanah tertutup
PMS-tanah terbuka
PMT racked in
warna rel
Generator
Trafo 2 belitan
Trafo 3 belitan
- 59 Item
Simbol
Keterangan
Reaktor
Kapasitor
Status tegangan
on
Status tegangan
off
Putih
Simbol tegangan tidak
muncul
- 60 BAB IV
ATURAN OPERASI
(OPERATING CODE)
Aturan Operasi (Operating Code) ini berisi mengenai peraturan dan
prosedur yang berlaku untuk menjamin keandalan dan efisiensi operasi Sistem
Tenaga Listrik Kalimantan.
A.
Pokok-Pokok
1.
Umum
Bagian ini merangkum prinsip-prinsip operasi sistem yang aman dan
andal yang harus diikuti serta ketentuan kewajiban yang mendasar
dari
semua
Pelaku
Usaha/Pemakai
Jaringan
dalam
rangka
b.
dalam
ketentuan
Bab
III
huruf
mengenai
d.
- 61 e.
f.
3.
Klasifikasi Contingencies
a.
tersebut,
misalnya
trip
kejadian
satu
unit
AP2B/APDP
atau
Unit/Subunit
Pengatur
Beban
dapat memilih untuk menetapkan sementara, suatu noncredible contingency, misalnya trip lebih dari satu transmisi
atau terganggunya beberapa Gardu Induk, sebagai suatu
credible contingency, yang harus diproteksi.
2)
harus
memberitahu
semua
Pelaku
Usaha/Pemakai
- 62 a.
b.
Sistem
dapat
dikembalikan
ke
keadaan
operasi
yang
b.
PLN
AP2B/APDP
harus
mengambil
langkah-langkah
aman,
setelah
terjadi
credible
contingency
atau
d.
e.
f.
g.
Skema-skema
pemisahan
jaringan
transmisi
harus
maka
"pulau
sistem
kelistrikan"
akan
yang
dipecah-pecah
menjadi
masing-masing
dapat
- 63 h.
6.
b.
sama
dengan
tingkat
minimum
yang
7.
Umum
1)
PLN
AP2B/APDP
mengkoordinasikan
memegang
operasi
peran
sistem
utama
dalam
dalam
rangka
3)
dan
aman
apabila
terjadi
gangguan
dan
pemadaman di sistem.
b)
perlu
untuk
menjamin
keamanan
dan
keandalan Sistem.
4)
- 64 b)
berkoordinasi
dengan
PLN
AP2B/APDP
dalam
AP2B/APDP
dalam
melaksanakan
tanggung
jawab
2)
3)
4)
Jaringan,
khusus
dan
Pemakai
Jaringan
dengan
Besar,
apabila
Konsumen
diperlukan;
5)
6)
yang
diharapkan
dari
para
Pelaku
Usaha/Pemakai Jaringan.
c.
- 65 2)
3)
ditetapkan
PLN
AP2B/APDP
dalam
rangka
5)
6)
melaksanakan
pemeliharaan/pengujian
relai
proteksi
secara periodik;
7)
termasuk
relai,
serta
membuat
deklarasi
atas
d.
2)
berkoordinasi
dengan
semua
Pelaku
Usaha/Pemakai
4)
- 66 5)
6)
dengan
semua
Pelaku
Usaha/Pemakai
Jaringan.
e.
2)
memberikan
pelayanan
yang
andal
sesuai
dengan
4)
5)
b)
mengikuti
mengaktifkan
perintah
atau
PLN
AP2B/APDP
mematikan
fungsi
dalam
Automatic
- 67 d)
e)
menghindari
gangguan
pelepasan
atau
unit
keadaan
dari
Sistem
darurat,
selama
kecuali
dapat
g)
melaporkan
ke
PLN
AP2B/APDP
mengenai
f.
b)
dalam
kondisi
darurat,
kemampuan
pembangkit
terpenting
bagi
PLN
AP2B/APDP
untuk
2)
Tanggung jawab:
a)
b)
mendeklarasikan
setiap
perubahan
kemampuan
- 68 c)
mengkoordinasikan
kegiatan
pemeliharaan
dengan
PLN AP2B/APDP;
d)
dalam
hal
perubahan
pembebanan
sesuai
kebutuhan Sistem;
e)
memberi
kontribusi
yang
sesuai
pada
proses
mengikuti
perintah
mengaktifkan
atau
PLN
AP2B/APDP
mematikan
dalam
hal
Automatic
fungsi
h)
i)
menghindari
gangguan
pelepasan
atau
unit
keadaan
dari
darurat,
sistem
selama
kecuali
dapat
melaporkan
ke
PLN
AP2B/APDP
mengenai
pembangkit
kecil
secara
keseluruhan
memberi
pada
kawasan-kawasan
tertentu
pusat-pusat
- 69 2)
Tanggung jawab:
a)
b)
mendeklarasikan
setiap
perubahan
kemampuan
mengkoordinasikan
kegiatan
pemeliharaan
dengan
PLN AP2B/APDP;
d)
mengikuti
perintah
PLN
AP2B/APDP
dalam
hal
suplemen
daya
reaktif
untuk
memenuhi
menghindari
pelepasan
unit
dari
sistem
selama
melaporkan
ke
PLN
AP2B/APDP
mengenai
2)
memproteksi
keamanan
sistem
yang
- 70 b)
dengan
sasaran
yang
ditetapkan
PLN
d)
e)
setelah
kejadian
gangguan
dan/atau
mengakibatkan
terjadinya
gangguan
dan
mengelola
interaksi
dengan
Unit/Perusahaan
i.
Konsumen
Besar
secara
keseluruhan
merupakan
merupakan
beban
yang
dominan
dikawasannya.
b)
sistem
bersama
PLN
AP2B/APDP
dan
- 71 2) Tanggung jawab:
a)
PLN
AP2B/APDP
atau
dalam
perjanjian
interkoneksi;
b)
c)
melepas
beban
yang
disiapkan
untuk
diputus
AP2B/APDP
dalam
rangka
memproteksi
B.
b.
c.
d.
2.
- 72 2)
paling
b.
c.
C.
Pengendalian Frekuensi
1.
Umum
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2)
3)
menurunkan
titik
setting
governor
dalam
- 73 4)
5)
6)
7)
2.
yang
menghitung
jam
berdasarkan
frekuensi,
PLN
b.
4.
Operator
unit
pembangkit
yang
mempunyai
fasilitas
c.
PLN
AP2B/APDP
harus
menghindari
tercapainya
batas
mengembalikan
frekuensi
ke
kisaran
normal,
PLN
kondisi darurat di
sistem.
Dalam hal ini PLN AP2B/APDP dapat mengurangi tegangan
pasokan ke beban sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bab
III Huruf D mengenai Karakteristik Unjuk Kerja Jaringan.
- 74 b.
6.
b.
7.
b.
c.
d.
e.
- 75 D.
Pengendalian Tegangan
1.
Umum
a.
Menjaga
tegangan
sistem
pada
sekitar
tingkat
nominal
c.
2.
Stabilizer)
pada
pengaturan
tegangan
untuk
b.
2)
synchronous condenser;
3)
4)
5)
6)
tap transformator.
3.
2)
- 76 b.
PLN
Ketidakseimbangan Tegangan
a.
AP2B/APDP
bertanggungjawab
untuk
menyeimbangkan
5.
Harmonisa Tegangan
Semua Pelaku Usaha/Pemakai Jaringan wajib menjaga distorsi
harmonisa pada titik sambungan tidak melebihi 3% (tiga persen)
sesuai
dengan
ketentuan
dalam
Bab
III
huruf
mengenai
b.
c.
yang
diperlukan
untuk
memperbaiki
- 77 E.
Proteksi Jaringan
1.
Umum
a.
Peralatan
proteksi
jaringan
dan
koordinasi
proteksi
yang
Yang Diperlukan.
2.
Dalam
hal
Pelaku
Usaha/Pemakai
Jaringan
akan
melakukan
4.
Jika seluruh atau sebagian dari suatu skema proteksi gagal atau
tidak bekerja, PLN AP2B/APDP harus memutuskan untuk:
a.
b.
c.
F.
Stabilitas Sistem
1.
Umum
a.
2)
ketidakstabilan dinamik, yaitu terjadi osilasi kecil tidakteredam yang dipicu oleh sebab yang tidak jelas, karena
sistem dioperasikan terlalu dekat dengan kondisi tidak
stabil; dan
- 78 3)
rendah
dari
tingkat/batas
dimana
peralatan
susut
daya
reaktif
memperburuk
permasalahan
PLN
Wilayah
mengatur
bertanggungjawab
terselenggaranya
menentukan
batas-batas
melindungi
sistem
kajian
operasi
dari
untuk
melakukan
yang
yang
diperlukan
aman
ancaman
yang
atau
untuk
dapat
masalah-masalah
3.
berbagai
pihak
yang
terlibat
dalam
PLN AP2B/APDP wajib mengoperasikan sistem dalam batasbatas operasi yang aman yang ditetapkan melalui kajian berkala
mengenai stabilitas;
b.
mempertahankan peralatan pengendali tegangan dan alatalat kendali lain untuk menjamin dukungan daya reaktif
sepenuhnya tersedia bagi sistem;
2)
3)
- 79 c.
PLN
Area
terkait
wajib
memelihara
peralatan
pengendali
G.
b.
gangguan
telah
menyebabkan
sistem
terpisah
dan/atau
2.
PLN
AP2B/APDP
mengikuti
dan
petunjuk
Pelaku
Usaha/Pemakai
prosedur
keadaan
Jaringan
darurat
di
wajib
sistem,
b.
4.
AP2B/APDP
harus
mengumumkan
kepada
Pelaku
- 80 a.
b.
5.
b.
besarnya
beban
yang
dapat
diputus
(interruptible
load)
AP2B/APDP
dan
target
tersebut
harus
diusahakan
d.
6.
b.
c.
d.
gangguan
jaringan
telah
menyebabkan
Sistem
terpecah
- 81 7.
Segera
setelah
keadaan
darurat
di
Sistem
terjadi,
PLN
2)
3)
4)
pimpinan
PLN
AP2B/APDP
mengenai
keperluan
8.
pembukaan
AP2B/APDP
harus
Ruang
Operasi
menghubungi
Darurat
(ROD),
pihak-pihak
PLN
yang
b.
c.
Evaluasi
terhadap
pelatihan
ini
harus
dilakukan
dan
- 82 H.
Semua
Pelaku
Usaha/Pemakai
Jaringan
harus
mengikuti
b.
c.
Hz
dan
mensinkronkan
pulau-pulau
tersebut
secepat
mungkin;
d.
PLN
AP2B/APDP
memulihkan
pasokan
ke
semua
pusat
selanjutnya
memerintahkan
sinkronisasi
unit
tersebut ke Sistem;
e.
2)
f.
g.
- 83 h.
penyulang
distribusi
secara
bertahap
dengan
menghindari:
i.
1)
2)
3)
PLN
AP2B/APDP
menghindari
menghubungkan
unit-unit
3.
b.
Pulau
kecil
yang
terbentuk
harus
diperluas
dengan
setelah beberapa pulau mandiri yang stabil terbentuk, pulaupulau tersebut harus diperluas sehingga pulau-pulau yang
semula terpisah dapat disinkronkan dengan sekitarnya; dan
d.
lebih
pada
penyulang
dan
untuk
memungkinkan
- 84 e.
I.
Koordinasi Keselamatan
1.
Umum
a.
dan
pembebasan
bagian
instalasi
untuk
menjamin
c.
Selain itu, bagian ini memberi garis besar prosedur yang harus
diikuti ketika kegiatan pemeliharaan dan pengujian akan
dilaksanakan di Jaringan Transmisi oleh PLN AP2B/APDP
dan/atau Pelaku Usaha/Pemakai Jaringan sesuai dengan Proses
Persetujuan Kerja sebagaimana dimaksud dalam angka 4
mengenai Prosedur Persetujuan Pekerjaan untuk Pemeliharaan
Peralatan Tegangan Tinggi.
2.
harus
menunjuk
seorang
Koordinator
Keselamatan Kerja.
b.
harus
saling
memberitahu
secara
tertulis
d.
Koordinator
Keselamatan
Kerja
harus
bertanggung
jawab
- 85 3.
b.
PLN
AP2B/APDP
menerbitkan
persetujuan
kerja
untuk
Prosedur
keselamatan
kerja
yang
berhubungan
dengan
"Prosedur
Pelaksanaan
Pekerjaan
Pada
Instalasi
Listrik.
d.
Setiap
pemeliharaan
terencana
yang
mengakibatkan
Prosedur
dimulai
dengan
pengajuan
formulir
permohonan
jaringan
transmisi
guna
menjamin
tingkat
d.
PLN
AP2B/APDP
menetapkan
tindakan
buka-tutup
PMT
yang
bertanggung
jawab
untuk
memisahkan
dan
- 86 f.
Kerja
tersebut
pemeliharaan
yang
dan
akan
mengirimkannya
bertanggung
ke
petugas
jawab
dalam
melaksanakan pekerjaan;
g.
memasang
tanda-tanda
yang
perlu
pada
peralatan
switching;
h.
Petugas pemeliharaan:
1)
2)
i.
j.
telah
selesai
dan
energize
peralatan
dapat
dilaksanakan.
k.
Personel
PLN
AP2B/APDP
kemudian
memberi
tahu
PLN
PLN
AP2B/APDP
memimpin
tindakan
buka-tutup
PMT
Penghubung Operasi
1.
Umum
Bagian ini memberi garis besar prosedur-prosedur umum bagi
koordinasi dan pertukaran informasi operasi di antara pihak-pihak
yang berkepentingan dengan interkoneksi ke sistem.
2.
informasi
tersebut
ke
internal
PLN
- 87 b.
PLN
AP2B/APDP
kegiatan
atau
harus
kondisi
memberikan
operasi
yang
informasi
dapat
mengenai
mempengaruhi
Pihak-pihak
yang
bertanggungjawab
berkepentingan
untuk
dengan
memberitahu
interkoneksi
PLN
AP2B/APDP
e.
Pelaku
Usaha/Pemakai
Jaringan
yang
2)
3.
b.
pelaksanaan
pengujian
pada
peralatan
unit
pembangkit
yang
dilakukan
dan
penyebabnya
harus
segera
dilaporkan;
d.
kecuali
AP2B/APDP; dan
telah
mendapat
persetujuan
dari
PLN
- 88 e.
4.
b.
5.
Kewajiban
PLN
AP2B/APDP
untuk
memberitahu
Pelaku
PLN
AP2B/APDP
bertanggungjawab
untuk
menyampaikan
c.
d.
6.
laporan
tersebut
penerima; dan
harus
didiktekan
oleh
pengirim
ke
- 89 b)
harus
membaca
ulang
seluruh
laporan
ke
b)
c)
rincian
terhadap
kecelakaan
yang
diakibatkannya.
7.
b.
c.
d.
kondisi
cuaca
yang
mempengaruhi
atau
mungkin
mempengaruhi operasi.
8.
Kejadian-kejadian Penting
a.
b.
c.
d.
ketidakstabilan sistem;
2)
penyimpangan
ditetapkan;
frekuensi
di
luar
batas
yang
telah
- 90 -
9.
3)
4)
Komunikasi Operasional
a.
Umum
Semua pihak yang terinterkoneksi ke sistem harus menyediakan
dan memelihara fasilitas komunikasi utama dan cadangan yang
dibutuhkan,
antara
lain;
suara,
data
operasional
dan
komunikasi SCADA.
b.
2)
3)
c.
a)
b)
c)
d)
e)
minimum
yang
berkaitan
dengan
perekaman
setelah
membuat
atau
menerima
suatu
komunikasi operasional.
2)
3)
4)
laporan
yang
diterimanya
untuk
mengkonfirmasikan ketepatannya.
5)
6)
10. Pertemuan
Koordinasi
PLN
AP2B/APDP
dengan
Pelaku
Usaha/Pemakai Jaringan
a.
b.
K.
Pelaporan Kejadian
1.
Umum
a.
yang
telah
mengganggu
operasi
sistem
atau
telah
- 92 2.
b.
c.
3.
b.
c.
lama kejadian;
d.
e.
jumlah
(dalam
MW
dan
MWh)
dari
beban
dan/atau
prakiraan
waktu
dan
tanggal
pulihnya
pelayanan
serta
- 93 b.
c.
5.
2)
3)
b.
maksud
pelaksanaan
pemeriksaan
dan
2)
3)
c.
d.
- 94 e.
cukup
berkualifikasi
untuk
melakukan
pemeriksaan itu;
f.
g.
2)
3)
hanya
memeriksa
operasi
dari
peralatan
Pelaku
5)
h.
- 95 L.
Umum
Bagian ini berisi prosedur untuk kegiatan-kegiatan pengujian,
pemantauan dan pemeriksaan yang berkaitan dengan parameterparameter berikut:
a.
b.
pemeriksaan
untuk
menguji
kesesuaian
terhadap
Aturan
d.
Pelaku
Usaha/Pemakai
Jaringan
dalam
peralatan
memerlukan
kondisi
operasi normal;
e.
pengujian
suatu
yang
pemutusan
2.
Pengujian
PLN AP2B/APDP dan Pelaku Usaha/Pemakai Jaringan mempunyai
hak yang sama untuk saling menguji peralatan milik pihak lain yang
berkaitan dengan titik sambungan antara peralatan PLN AP2B/APDP
dengan
peralatan
Pelaku
Usaha/Pemakai
Jaringan,
dengan
b.
c.
- 96 d.
peralatan
yang
dipermasalahkan
membuktikan
akibat pengujian:
1)
2)
3)
f.
g.
h.
i.
j.
k.
- 97 l.
m.
senantiasa
sesuai
dengan
Aturan
Jaringan
dan
sewaktu-waktu
atas
mengkonfirmasikan
usulan
PLN
karakteristik
AP2B/APDP
operasi
unit
untuk
pembangkit,
c.
tindakan
perbaikan
atas
permasalahan
yang
unit
pembangkitnya
secara
tertulis
ke
PLN
2)
3)
4)
5)
- 98 6)
b.
c.
operasi
tidak
sama
dengan
deklarasi
d.
e.
terhadap
AP2B/APDP
harus
frekuensi
atau
menyimpan
tegangan
rekaman
sistem,
PLN
besaran-besaran
SCADA)
unjuk
kerja
dari
unit
pembangkit
dengan
respon)
yang
seharusnya
dicapai
sesuai
dengan
- 99 g.
diuji
gagal
dideklarasikan,
PLN
Unit/Perusahaan
tersebut,
memenuhi
AP2B/APDP
Pembangkit
termasuk
karakteristik
rincian
terkait
operasi
harus
memberitahu
mengenai
hasil-hasil
yang
kegagalan
pengujian
dan
pemantauan.
h.
2)
Operasi
(Schedule
and
Dispatch
Code);
dan/atau
3)
i.
PLN
dan
Unit/Perusahaan
Pembangkit
harus
2)
5.
unjuk
kerja
proteksi
jaringan
pada
setiap
titik
- 100 b.
c.
d.
6.
Pelaku
Usaha/Pemakai
Jaringan
harus
memperoleh
b.
c.
d.
7.
Pemberitahuan Pengujian
a.
b.
2)
3)
4)
kondisi
sistem
yang
dibutuhkan
untuk
melakukan
- 101 5)
6)
7)
nama
dari
orang
yang
bertanggungjawab
d.
e.
Pelaku
Usaha/Pemakai
Jaringan
yang
hendak
melakukan
8.
b.
c.
9.
- 102 b.
ketentuan
Aturan
Jaringan
dan
pihak
yang
d.
2)
3)
sifat
dari
ketidaksesuaian
peralatan
terhadap
Aturan
f.
Pihak
yang
diperiksa
harus
menunjuk
seseorang
yang
Pihak
pemeriksa
harus
memastikan
pemeriksaan
sedapat
mungkin harus selesai dalam jangka waktu 2 (dua) hari dan jika
diperlukan waktu yang lebih lama, kedua belah pihak harus
bersepakat terhadap rencana pemeriksaan yang lebih lama itu;
h.
i.
Biaya
pemeriksaan
memeriksa
kecuali
harus
ditanggung
apabila
oleh
ditemukan
pihak
yang
kesalahan
atau
oleh
pihak
yang
mengalami
kesalahan
atau
- 103 M.
Umum
Untuk keseragaman identifikasi peralatan yang berkaitan dengan
fasilitas dan peralatan di sistem ditetapkan dalam Aturan Jaringan
ini berupa ketentuan Penomoran Peralatan, dan Kode Identifikasi
sebagaimana dimaksud dalam Bab III huruf L mengenai Penomoran
Peralatan dan Kode Identifikasi (Equipment Numbering and Code
Identification) guna memperkecil peluang kesalahan operasi akibat
salah pengertian terhadap perintah dalam mengoperasikan peralatan
tertentu dalam sistem.
2.
Penerapan
Penomoran Peralatan dan Kode Identifikasi sebagaimana dimaksud
dalam Bab III huruf L diterapkan kepada pihak PLN AP2B/APDP
maupun Pelaku Usaha/Pemakai Jaringan dengan unsur-unsur dari
Penomoran Peralatan dan Kode Identifikasi mencakup antara lain:
N.
a.
b.
c.
d.
e.
Rating Peralatan
1.
2.
3.
andongan
minimum
dari
konduktor
dan
temperatur
- 104 BAB V
ATURAN PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN OPERASI
(SCHEDULE AND DISPATCH CODE)
A.
Umum
Aturan Perencanaan Operasi (scheduling) dan Pelaksanaan Operasi
(dispatch) berisi peraturan dan prosedur untuk perencanaan transaksi
dan alokasi pembangkit, antara lain meliputi:
a.
B.
b.
Rencana/Jadwal Bulanan;
c.
Rencana/Jadwal Mingguan;
d.
Pelaksanaan/Dispatch Harian;
e.
Prinsip Dasar
1.
prakiraan
kesiapan
pembangkit,
meliputi
cadangan
ini
adalah
untuk
pembuatan
perencanaan
operasi
b.
memberikan
(outage)
kesempatan
pembangkit
untuk
pengaturan
maupun
pengeluaran
transmisi,
dengan
Optimalisasi
pengoperasian
pembangkit
hidro
dan
termal
membantu
dalam
mengidentifikasi
dan
menyelesaikan
permasalahan operasional.
3.
- 105 4.
5.
6.
Rincian
perintah
ketentuan
Dispatch
sebagaimana
(Dispatch
dimaksud
Order)
dalam
diuraikan
huruf
dalam
Aturan
Umum
a.
b.
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
ketentuan
marjin
keandalan
sebagaimana
- 106 d.
2.
mendapatkan
kondisi
pembangkitan
dengan
biaya
c.
3.
b.
c.
4.
Perencanaan Pemeliharaan
a.
Berdasarkan
draft
perencanaan
operasi
jangka
panjang,
- 107 b.
PLN
AP2B/APDP
mempersiapkan
jadwal
akhir
d.
Unit/Perusahaan
Pembangkit
harus
menyampaikan
setiap
paling
lambat
tanggal
Mei
dan
PLN
jaringan
dipertimbangkan
dan
marjin
dalam
pembangkitan
perencanaan
yang
operasi
perlu
bulanan,
Perencanaan Operasi Jangka Panjang harus melibatkan studistudi sistem tenaga listrik sebagai berikut:
1)
2)
3)
Marjin
Cadangan
tersebut
dapat
ditentukan
Operasi,
dengan
sehingga
marjin
memperhatikan
- 108 6.
b.
D.
Rencana/Jadwal Bulanan
1.
Umum
a.
b.
Rencana
pembangkitan
harus
dapat
memenuhi
prakiraan
b.
kesiapan
unit
pembangkit
dan
data
3)
4)
- 109 3.
Kriteria
ekonomis
untuk
pengalokasian
pembebanan
unit
produksi
energi
dari
unit
pembangkit
yang
harus
produksi
energi
yang
Unit/Perusahaan
pengambilan
Pembangkit
minimum
(committed)
dijanjikan
dengan
(minimum
dari
ketentuan
take)
terhadap
produksi
energi
yang
(committed)
dijanjikan
dari
5)
b.
marjin
cadangan
yang
dituangkan
dalam
dengan
AP2B/APDP
tingkat
harus
cadangan
melakukan
yang
diperlukan,
rencana
operasi
PLN
untuk
e.
- 110 2)
dibuat
dengan
berpedoman
pada
tabel
2)
3)
prakiraan
produksi
energi
oleh
Unit/Perusahaan
daftar
pembangkit
start
melakukan
termal
up
atau
yang
diperkirakan
shut down
dalam
akan
periode
6)
g.
Koreksi
minor
terhadap
rencana
pemeliharaan
dapat
setiap
Pelaku
Usaha/Pemakai
Jaringan
dan
PLN
AP2B/APDP.
h.
dalam
periode
mingguan,
prakiraan
operasi
3)
4)
memasukkan
rencana
pembangkit baru;
pelaksanaan
pengujian
operasi
- 111 5)
6)
7)
kontinuitas
pelayanan
dalam
hal
terjadi
4.
b.
5.
c.
d.
e.
b.
c.
studi
aliran
keterbatasan
daya
transfer
untuk
yang
mengidentifikasi
memerlukan
kemungkinan
must run
(forced
Pelaku
Usaha/Pemakai
Jaringan
harus
diizinkan
untuk
- 112 b.
c.
E.
Rencana/Jadwal Mingguan
1.
Umum
a.
b.
2.
b.
harian meliputi:
1)
2)
3)
total
produksi
energi
yang
dibangkitkan
oleh
Unit/Perusahaan Pembangkit;
4)
5)
6)
- 113 3.
b.
c.
d.
yang
dilaporkan
oleh
pihak
Unit/Perusahaan
Pembangkit;
e.
f.
g.
h.
i.
alokasi
pembangkitan
kekurangan
kapasitas
berlangsungnya
minimum
pada
area
yang
untuk
menjamin
terus
terjadi
gangguan
pada
pembangkit
pasokan
setelah
suatu
b.
c.
d.
pembangkitan
di
luar
rencana
karena
pengujian
unit
pembangkit baru;
e.
dan
waktu-waktu
spesifik
atas
mulai
dan
- 114 f.
g.
identifikasi
karakteristik
dimaksud
dalam
pengoperasian
ketentuan
huruf
sebagaimana
L
mengenai
5.
2)
3)
b.
dengan
mempertimbangkan
hanya
transmisi-
d.
6.
10:00
waktu
setempat
sebelum
periode
minggu
c.
pelaksanaan
dan
PLN
AP2B/APDP
harus
- 115 d.
e.
Unit/Perusahaan
Pembangkit
wajib
mengikuti
rencana
Umum
a.
alokasi
pembangkitan
untuk
hari
berikutnya
dan
variabel
minimum
serta
mempertimbangkan
semua
b.
3.
4.
- 116 b.
5.
b.
c.
Total
pembangkitan
hidro
dalam
Rencana
Harian
harus
pembangkitan daya aktif (MW) setiap (setengah) jam masingmasing unit pembangkit termal, termasuk waktu-waktu start up
dan shut down;
b.
c.
d.
sumber-sumber dan kapasitas cadangan berputar serta unitunit yang beroperasi dengan pengaturan daya otomatis (AGC);
e.
f.
g.
h.
i.
- 117 j.
pengurangan
beban
apabila
diperkirakan
akan
terjadi
b.
c.
Unit/Perusahaan
Pembangkit
wajib
mengikuti
jadwal
G.
rencana
Pengaturan
Operasi/Dispatch
Harian
dan
- 118 b.
batas-batas
kontrol,
dispatcher
maka
akan
pembebanannya
dari
pembebanan
yang
d.
dan
andal,
PLN
AP2B/APDP
dapat
melakukan
2)
3)
penurunan
tingkat
mengeluarkan
pembebanan
unit-unit
pembangkit,
pembangkit
akibat
atau
adanya
5)
f.
Usaha/Pemakai
Jaringan
dan
akan
menggantikan
harus
Jaringan
memverifikasi
akan
mampu
seluruh
Pelaku
memenuhi
jadwal
- 119 a.
perbedaan
prakiraan
beban
dengan
beban
sesungguhnya
satu atau lebih unit yang memasok lebih besar dari 5% (lima
persen) beban mengalami gangguan (keluar tidak terencana);
c.
transmisi
mengalami
atau
diperkirakan
akan
mengalami
pembebanan lebih;
d.
H.
Pembebanan Pembangkit
1.
Umum
Bagian ini mengatur prosedur untuk PLN AP2B/APDP dalam rangka:
a.
b.
mengeluarkan
unit
pembangkitnya
dalam
rangka
pemeliharaan terencana;
c.
2.
Tujuan
Tujuan dari dispatch pembangkit adalah agar PLN AP2B/APDP dapat
mengatur operasi secara langsung sehingga pasokan daya dapat
memenuhi beban secara ekonomis dengan cadangan memadai serta
mempertimbangkan:
a.
keluarnya
unit
pembangkit
dalam
rangka
3.
c.
d.
pembuatan
keputusan
pengeluaran
pengoperasian
pembangkit,
PLN
pembangkit
AP2B/APDP
dan
harus
mempertimbangkan hal-hal:
a.
- 120 b.
c.
d.
4.
b.
Dalam
hal
ini,
PLN
AP2B/APDP
harus
mengevaluasi
kepada
jadwal
Unit/Perusahaan
pembangkitannya
Pembangkit
untuk
untuk
pelaksanaan
e.
Apabila
derating
hasil
evaluasinya
tersebut
dapat
menunjukkan
diterima,
maka
pengeluaran
PLN
atau
AP2B/APDP
Perintah Pembebanan/Dispatch
a.
b.
- 121 1)
hari
bersangkutan
apabila
kondisi
operasi
Perintah
pembebanan
harus
disampaikan
oleh
PLN
operator
dan
untuk
perintah
harus
4)
adanya
permasalahan
keselamatan
personel
atau
5)
Apabila
Pelaku
mengalami
Usaha/Pemakai
kesulitan
dalam
Jaringan
tertentu
melaksanakan
perintah
Bentuk Perintah
Perintah pembebanan/dispatch dapat meliputi:
1)
2)
- 122 3)
4)
5)
6)
perintah
yang
berkaitan
dengan
pemberian
tegangan
8)
9)
kecuali
apabila
terjadi
hal-hal
sebagaimana
pada
saat
memerintahkan
melakukan
mengubah
pembebanan
dan/atau
harus
dapat
memenuhi
tingkat
kinerja
- 123 a)
sinkronisasi
atau
mengeluarkan
unit
pembangkit
informasi
dari
Unit/Perusahaan
Pembangkit.
b)
c)
d)
apabila
diperintahkan
untuk
mencapai
tingkat
Umum
PLN AP2B/APDP harus menyiapkan suatu evaluasi dari realisasi
kondisi operasi hari sebelumnya, yang meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
2.
- 124 b.
J.
Prakiraan Beban
1.
Umum
a.
b.
1)
2)
3)
4)
2.
Tujuan
Tujuan pengaturan prakiraan beban ini adalah untuk:
a.
b.
c.
menetapkan
prosedur-prosedur
untuk
menjamin
prakiraan
prakiraan
kebutuhan
energi
(MWh)
dan
3)
- 125 b.
c.
Pertimbangan
dalam
Pembuatan
Prakiraan
Beban
Jangka
Panjang.
Dalam pembuatan prakiraan jangka panjang, PLN AP2B/APDP
harus mempertimbangkan faktor-faktor/data berikut:
1)
prakiraan
beban
yang
digunakan
dalam
pembuatan
3)
Konsumen
Besar;
4)
5)
6)
7)
4.
2)
3)
b.
c.
prakiraan
beban
yang
digunakan
dalam
pembuatan
Rencana Tahunan;
2)
- 126 3)
4)
dalam
Bab
IV
mengenai
Aturan
Operasi
2)
b.
3)
4)
c.
prakiraan
beban
yang
digunakan
dalam
pembuatan
Rencana Bulanan;
2)
3)
dalam
Bab
IV
mengenai
Aturan
Operasi
para
Konsumen
Besar
berdasarkan
prakiraan
- 127 2)
b.
3)
4)
c.
Prakiraan
beban
yang
digunakan
dalam
pembuatan
Rencana Mingguan;
2)
3)
4)
5)
6)
7)
K.
Rencana Pemeliharaan
1.
Umum
a.
Ketentuan
Rencana
Pemeliharaan
ini
mengatur
menjamin
pemenuhan
kapasitas
pembangkitan,
PLN
AP2B/APDP
harus
berusaha
untuk
mengakomodir
dan
prosedur
penyelesaian
perselisihan
yang
maka
Unit/Perusahaan
Pembangkit
harus
(outage)
unit
pembangkit
sebagai
final
dan
mengikat.
2.
Tujuan
Tujuan pengaturan Rencana Pemeliharaan ini adalah menetapkan
peraturan bagi PLN AP2B/APDP mengkoordinasikan pengeluaran
terencana (planned outage) unit-unit pembangkit serta fasilitas
jaringan dengan:
a.
untuk
memenuhi
prakiraan
beban,
termasuk
3.
2)
3)
4)
5)
- 129 6)
b.
Rencana/Jadwal
Pemeliharaan,
yang
diterbitkan
oleh
PLN
AP2B/APDP
Pada setiap tanggal 15 Desember, PLN AP2B/APDP harus:
1)
menerbitkan
Rencana/Jadwal
Pemeliharaan
dengan
mempertimbangkan:
a)
b)
c)
d)
e)
menyampaikan
secara
tertulis
kepada
setiap
dan
penyelesaian
masing-masing
pengeluaran
pembangkitnya,
Unit/Perusahaan
Pembangkit
3)
tambahan
biaya
operasi,
maka
PLN
kepada
PLN
AP2B/APDP
yang
merefleksikan
setiap
Rencana/Jadwal
sebagaimana
mengenai
Pemeliharaan
dimaksud
dalam
Rencana/Jadwal
yang
angka
dibuat
huruf
Pemeliharaan,
yang
sebelumnya
telah
disepakati,
sebagaimana
setiap
perubahan
atas
rencana
pengeluaran
dimaksud
dalam
angka
huruf
alasan
pengeluaran
(outage)
fasilitas
sistem
atas
pengeluaran
(outage)
fasilitas
sistem
- 131 2)
menyampaikan
secara
tertulis
kepada
setiap
Unit/Perusahaan Pembangkit, alokasi mutakhir tanggaltanggal mulai dan penyelesaian untuk setiap permohonan
pengeluaran (outage) yang diubah oleh PLN AP2B/APDP.
f.
atas
Unit/Perusahaan
menyampaikan
AP2B/APDP
unit-unit
Pembangkit
keberatannya
paling
lambat
pembangkitnya,
tersebut
secara
tanggal
tertulis
10
dapat
ke
Juni
PLN
untuk
menjelaskan alasannya.
2)
3)
4)
5)
rencana/jadwal
yang
mutakhir
harus
sesegera
Rencana/Jadwal
Pemeliharaan
tahun
berjalan
harus
- 132 b.
2)
3)
4)
dan lama
6)
c.
harus
memeriksa
Rencana
Pemeliharaan
b)
c)
yang baru
dalam
huruf
angka
mengenai
membuat
Rencana/Jadwal
Pemeliharaan
Bulanan
- 133 b)
menyampaikan
kepada
setiap
Unit/Perusahaan
'mulai'
dan
'berakhirnya'
pelaksanaan
2)
PLN
AP2B/APDP
Pemeliharaan
minggu
harus
memeriksa
berikutnya
dan
Rencana
melakukan
b)
c)
pembangkit,
dan
assesmen
risiko
dari
Unit/Perusahaan
dengan
ketentuan
Pembangkit,
sebagaimana
harus
sesuai
dimaksud
dalam
- 134 f)
3)
b)
menyampaikan
secara
tertulis
kepada
setiap
Pembangkit
untuk
minggu
berikutnya.
L.
Umum
a.
yang
harus
dideklarasikan/dinyatakan
oleh
c.
- 135 2.
Pembangkit
harus
memberikan
informasi
Dingin
memungkinkan
unit
disinkronisasi
dalam
Hangat
memungkinkan
unit
disinkronisasi
dalam
Panas
memungkinkan
unit
di
sinkronisasi
dalam
Karakteristik Pengoperasian
1)
Karakteristik
Operasi
pertama
adalah
mengenai
b)
menyerap
(pf-leading)
pada
tingkat-tingkat
pembebanan tertentu;
c)
d)
e)
f)
kecepatan
penambahan
beban
(dalam
MW/menit)
- 136 g)
h)
i)
j)
perubahan
bahan
bakar
maksimum
yang
dapat
harus
operasi
menyampaikan
unit-unit
informasi
pembangkitnya,
sesuai
Termal
dan
Karakteristik
Pengoperasian
Pilihan
pertama,
memberikan
Unit/Perusahaan
informasi
setiap
unit
Pembangkit
pembangkit
(2)
(3)
(4)
atau
kilokalori/jam,
untuk
- 137 (5)
data
'heat-rate':
dalam
kecepatan
BTU/MWh
atau
perubahan
energi
kilokalori/MWh
yang
data
'heat-rate':
perubahan
pertambahan
energi
kilokalori/MWh
menghasilkan
dalam
yang
kecepatan
BTU/MWh
atau
dibutuhkan
perubahan
daya
untuk
output
unit
pembangkit;
(7)
(8)
yang
dibutuhkan
untuk
(11) biaya
start
up
standby:
biaya
O&M
dalam
Rp/jam,
dalam
rangka
dan Turbin
Pilihan
kedua,
memberikan
Unit/Perusahaan
informasi
setiap
unit
Pembangkit
pembangkit
- 138 (2)
(3)
(4)
(5)
4)
b)
M.
Umum
a.
2)
3)
4)
5)
- 139 b.
c.
2.
dalam
hal
perintah
harus
segera
dilaksanakan:
3)
dalam
hal
perintah
adalah
tingkat
beban
yang
b.
selalu
mempertimbangkan
waktu
untuk
proses
pukul
08:00
waktu
setempat
dan
waktu
sejak
sebagai
perintah
untuk
membuka
PMT
unit
2)
b.
dalam
sebuah
perintah
mengeluarkan
unit,
harus
2)
5.
Pengaturan Frekuensi
Perintah
mengaktifkan
atau
mematikan
Pengaturan
Daya
- 141 6.
7.
b.
c.
- 142 BAB VI
ATURAN TRANSAKSI TENAGA LISTRIK
(SETTLEMENT CODE)
A.
Umum
1.
2.
3.
B.
Periode
penagihan
untuk
semua
Pelaku
Usaha/Pemakai
c.
Tenaga
Listrik
antara
pihak
Unit/Perusahaan
- 143 d.
diproduksi
oleh
tiap
Unit/Perusahaan
Pembangkit
Pembayaran ke Pembangkit
Pembayaran untuk pembelian tenaga listrik dari Unit/Perusahaan
Pembangkit didasarkan pada ketentuan Perjanjian Pembelian Tenaga
Listrik atau perjanjian lainnya dengan PT PLN (Persero).
3.
Periode
penagihan
untuk
semua
Pelaku
Usaha/Pemakai
c.
d.
PLN
AP2B/APDP
menyiapkan
perhitungan
tenaga
listrik
5.
C.
- 144 a.
b.
menggunakan
suatu
metode
validasi
data
yang
Listrik
yang
konsisten;
c.
pemegang
Izin
instalasinya
Usaha
Penyediaan
tersambung
ke
Tenaga
Jaringan
Sistem
Kalimantan
e.
f.
koreksi
terhadap
kesalahan
data
meter
dan
2.
- 145 b.
menggunakan
suatu
metode
validasi
data
yang
konsisten;
c.
d.
jika
data
meter
transaksi
tidak
lengkap,
atau
terdapat
f.
3.
b.
D.
E.
- 146 1.
2.
3.
audit
perhitungan
tersebut,
termasuk
tagihan/pembayaran
setiap
yang
penyesuaian
dihasilkan
dalam
dari
audit
tersebut; dan
4.
F.
jumlah tenaga listrik yang dijual atau dibeli setiap setengah jam;
2.
harga rata-rata tenaga listrik yang dijual atau dibeli setiap setengah
jam; dan
3.
G.
Ketentuan Lain-Lain
1.
2.
dimaksud
dalam
huruf
akan
diatur
dalam
A.
Umum
Aturan Pengukuran berisi ketentuan persyaratan minimum teknis dan
operasional untuk meter transaksi mengenai meter utama dan meter
pembanding
yang
harus
dipasang oleh
PLN
Wilayah
dan
Pelaku
Kriteria Pengukuran
1.
kWh impor;
b.
kWh ekspor;
c.
kVArh impor;
d.
e.
2.
Ketelitian
a.
Ketelitian
Meter
untuk
semua
titik
sambungan
(kecuali
Trafo Instrumen
Trafo Tegangan harus memiliki ketelitian kelas 0,2, sesuai
dengan Standar IEC 61869 atau perubahannya dan untuk
Trafo Arus harus memiliki ketelitian kelas 0,2, sesuai
dengan Standar IEC 61869 atau perubahannya.
2)
dan
impor,
ketelitian
kelas
0,2
S,
dan
- 148 b)
jarak
jauh
(remote
reading),
dan
kawat,
jarak
jauh
(remote
reading),
dan
b)
b.
Trafo Instrumen
Trafo Tegangan harus memiliki ketelitian kelas 0,5 sesuai
dengan Standar IEC 61869 atau perubahannya dan untuk
Trafo Arus harus memiliki ketelitian kelas 0,5 sesuai
dengan Standar IEC 61869 atau perubahannya.
- 149 2)
dan
impor,
ketelitian
kelas
0,5
S,
dan
jarak
jauh
reading),
(remote
dan
b)
jarak
jauh
(remote
reading),
serta
2)
dikecualikan
dari
persyaratan
sebagaimana
Dalam
hal
ini,
kompensasi
harus
diestimasikan
- 150 d.
Ketelitian Perekam
Selisih antara jumlah energi aktif atau reaktif yang disalurkan
selama periode waktu tertentu atas hasil dari 'rekaman'
dibandingkan dengan hasil pencatat display pada saat awal dan
akhir periode tersebut harus dalam batas 0,5% (nol koma lima
persen) dalam kondisi beban penuh.
e.
2)
C.
Meter
Meter pengukur energi aktif dan reaktif untuk impor dan ekspor, baik
utama maupun pembanding, harus terpasang pada setiap titik
sambungan dan untuk itu harus dipenuhi dengan penggunaan meterbidirectional sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
2.
Trafo Instrumen
a.
- 151 b.
dan
meter
pembanding
dan
disarankan
(bukan
Koleksi Data
a.
Perekam Data
1)
2)
utama
pernyataan
dan
meter
dalam
pembanding
Kontrak
sesuai
Interkoneksi
dengan
dan/atau
Periode
pengukuran
dimana
pulsa-pulsa
dijumlahkan,
b.
Komunikasi
1)
2)
secara
dilakukan,
maka
otomatis
atau
pengunduhan
manual
tidak
dapat
secara
lokal
harus
- 152 3)
4.
Persyaratan Instalasi
a.
b.
Lemari (cubicles) yang memadai harus disediakan untuk metermeter pada setiap titik sambungan dengan ketentuan:
1)
2)
c.
d.
2)
3)
4)
5)
setiap peralatan metering harus dilengkapi dengan undervoltage relay atau sarana pendeteksi tegangan untuk
memonitor tegangan-tegangan fase masuk ke meter dan
memberikan alarm apabila terjadi tegangan kurang;
- 153 6)
7)
8)
e.
5.
Kepemilikan
a.
b.
Masing-masing
pihak
berkewajiban
mengoperasikan
dan
2)
3)
Apabila
pengambilan
data
secara
remote
mengalami
- 154 b.
c.
2)
ketidaklengkapan data;
3)
4)
pembanding
untuk
satu
atau
lebih
periode
kelas
ketelitian
meter
utama
dan
meter
pembanding.
d.
maka
data
yang
akan
digunakan
untuk
proses
Komisioning (Commissioning)
1.
Sebelum
pemberian
tegangan
pada
titik
sambungan,
Pelaku
b.
c.
d.
- 155 2.
yang
disaksikan
oleh
PLN
Wilayah
dan
Pelaku
Usaha/Pemakai Jaringan.
3.
4.
b.
c.
Hasil-hasil
peneraan
Peralatan
Pengukuran/Sistem
Metering
E.
Pengujian Periodik
Peralatan pengukuran harus diperiksa dan diuji menurut Standar
Nasional dan/atau Standar International (IEC, IEEE, dan lain-lain),
dengan interval waktu sebagai berikut:
1)
trafo
arus
dan
trafo
tegangan
pada
saat
pertama
kali
dioperasikan;
2)
b.
2.
pembanding,
dengan
mencantumkan
analisis
rinci
- 156 b.
c.
Apabila
hasil
pengujian
dari
kalibrasi
ulang
tersebut
Pengujian
disaksikan
Usaha/Pemakai
oleh
Jaringan
PLN
dan
Wilayah
dibuatkan
dan
Pelaku
laporan
resmi
Apabila
kalibrasi
ulang
tidak
mungkin
dilakukan
karena
2)
apabila
hasil
uji
awal
menunjukkan
meter
tersebut
2.
Pemutusan segel oleh satu pihak hanya dapat dilakukan seizin pihak
lainnya atas persetujuan Badan Metrologi.
3.
4.
- 157 G.
2.
pada
titik
sambungan
untuk
maksud
verifikasi
Para
Pelaku
Usaha/Pemakai
Jaringan
tidak
dibenarkan
PLN
AP2B/APDP
boleh
memasuki
kawasan
Pelaku
c.
4.
Hak Memeriksa
Lingkup pemeriksaan ini tidak termasuk pemeriksaan meter untuk
Penertiban Aliran Listrik di pelanggan.
a.
- 158 b.
c.
d.
2)
3)
e.
f.
g.
Pihak
yang
memeriksa
harus
menjamin
representatif
Biaya
pemeriksaan
menginginkan
akan
pemeriksaan,
ditanggung
kecuali
oleh
pihak
ditemukan
yang
kesalahan
perubahan
yang
akan
dilakukan
terhadap
peralatan
- 159 2.
3.
b.
PLN
AP2B/APDP
selaku
manajer
database
berkewajiban
2.
J.
Hal-hal lain
Hal-hal lain yang bersifat teknik operasional yang secara rinci tidak diatur
dalam Aturan Jaringan ini, akan diatur dalam Prosedur Tetap Transaksi
Tenaga Listrik.
A.
Umum
1.
Usaha/Pemakai
Jaringan,
termasuk
Unit/Perusahaan
PLN
AP2B/APDP
memerlukan
data
detail
tersebut
untuk
Kebutuhan
data
tambahan
tertentu,
misalnya:
data
jadwal
2.
3.
untuk
waktu
sinkronisasi,
waktu
terakhir
5.
C.
Kewajiban
Pelaku
Usaha/Pemakai
Jaringan
Dalam
Menyediakan
Kebutuhan Data
Pemakai Jaringan
Kebutuhan
Data Spesifik Sesuai
dengan Tabulasi No.
1, 2, 3
Generator Kecil
1, 2
PLN AP2B/APDP
4, 5
AP2B/APDP
akan
5, 6
menyampaikan
formulir
data
teknis
- 162 2.
3.
4.
melalui
fasilitas
tersebut
dan
untuk
itu
PLN
Para
Pelaku
Usaha/Pemakai
Jaringan
dapat
meminta
PLN
Pelaku
Usaha/Pemakai
Jaringan
menyadari
terjadinya
maka
memberitahukan
Pelaku
kepada
PT
Usaha/Pemakai
PLN
Jaringan
AP2B/APDP
sesuai
harus
dengan
2.
3.
jawab
Pelaku
Usaha/Pemakai
Jaringan
untuk
- 163 Tabulasi 1.
Data Desain Unit Pembangkit
Pemilik
Sentral
Lokasi
Unit
Jenis
Data
Item
Satuan
Deskripsi
1.1
1.1.1
MVA rated
MVA
1.1.2
Kapasitas rated
MW
1.1.3
Rated gross MW
MW
1.1.4
Tegangan terminal
kV
1.1.5
MW
1.1.6
MVAr
1.1.7
Beban minimum
MW
1.1.8
MW-detik
1.1.9
Rasio hubung-singkat
1.1.10
ampere
1.1.11
ampere
1.2
Tahanan/Resistances
1.2.1
Tahanan stator Rs
1.2.2
pu
1.2.3
pu
1.2.4
Tahanan pembumian Re
pu
1.3
Reaktansi/Reactances (unsaturated)
1.3.1
pu
1.3.2
pu
1.3.3
pu
1.3.4
pu
1.3.5
pu
1.3.6
pu
1.3.7
pu
Nilai
- 164 Data
Satuan
1.3.8
pu
1.3.9
pu
1.3.10
pu
1.3.11
Reaktansi pembumian Xe
pu
1.4
Reaktansi/Reactance (Saturated)
1.4.1
pu
1.4.2
pu
1.5
1.5.1
pu
1.5.2
pu
1.6
1.6.1
detik
1.6.2
detik
1.6.3
detik
1.6.4
detik
1.7
1.7.1
Jumlah belitan
1.7.2
MVA
1.7.3
kV
1.7.4
pu
1.7.5
pu
1.7.6
pu
1.7.7
pu
1.7.8
kV
1.7.9
kV
1.7.10
1.7.11
1.8
1.8.1
MVAr
1.8.2
MVAr
1.8.3
MVAr
1.9
1.9.1
Tegangan medan pada rated MVA dan faktordaya, rated tegangan terminal dan rpm
Nilai
1
-
detik
pu
- 165 Data
Satuan
1.9.2
pu
1.9.3
pu
1.9.4
V/detik
1.9.5
V/detik
1.9.6
ampere
1.9.7
ampere
1.9.8
pu
1.9.9
detik
1.9.10
detik
1.9.11
detik
1.9.12
pu
1.9.13
pu
1.9.14
pu
1.9.15
detik
1.9.16
detik
1.9.17
pu
1.9.18
detik
1.9.19
pu
1.9.20
pu
1.9.21
detik
1.9.22
pu
1.9.23
pu
1.10
1.10.1
pu
1.10.2
detik
1.10.3
1.10.4
detik
1.10.5
pu
1.10.6
detik
Nilai
- 166 Data
Satuan
1.10.7
pu
1.10.8
detik
1.10.9
pu
1.10.10
pu
1.10.11
pu
1.10.12
detik
1.10.13
detik
1.10.14
detik
1.10.15
pu
1.11
Unit Governor
1.11.1
detik
1.11.2
1.11.3
1.11.4
detik
1.11.5
pu
1.11.6
detik
1.11.7
1.11.8
1.11.9
detik
1.11.10
pu
1.11.11
detik
1.11.12
detik
1.11.13
detik
1.11.14
pu
1.11
1.11.15
1.11.16
1.11.17
detik
1.11.18
pu
Nilai
- 167 Data
Satuan
1.11.19
detik
1.11.20
detik
1.11.21
detik
1.11.22
detik
1.11.23
1.11.24
detik
1.11.25
pu
1.11.26
detik
1.11.27
pu
1.11.28
detik
1.12
Unit Governor
1.12.1
MW
1.12.2
MW
1.12.3
MW
1.13
Prime Mover
1.13.1
detik
1.13.2
detik
1.13.3
detik
1.13.4
pu
1.13.5
pu
1.13.6
detik
1.13.7
detik
1.13.8
pu
1.13.9
detik
1.13.10
detik
1.13
1.13.11
1.13.12
Allievi-constant (Hydro) Zw
1.13.13
pu
1.13.14
pu
1.13.15
pu
detik
-
Nilai
- 168 Data
Satuan
1.13.16
pu
1.13.17
pu
1.13.18
pu
1.13.19
Data
Nilai
Format
Penyampaian
Item
Deskripsi
1.14
Charts
1.14.1
Capability chart
Graphical data
1.14.2
Graphical data
1.14.3
Graphical data
1.14.4
Graphical data
1.15
Trafo Generator
1.15.1
Tapped winding
teks, diagram
1.15.2
Vector group
diagram
1.15.3
Earthing arrangement
teks, diagram
1.16
1.16.1
1.17
Eksitasi (Excitation)
1.17.1
Diagram 50-120%
teg. rated
1.17.2
1.17.3
Diagram as a
function of time
- 169 Data berikut ini harus disampaikan (untuk setiap Pusat Pembangkit):
Data
Satuan
Item
Deskripsi
1.18
1.18.1
kV
1.18.2
MW
1.18.3
Injeksi
arus
maksimum
simetris tiga fasa
hubung-singkat
kA
1.18.4
kA
1.18.5
pu
1.18.6
pu
Nilai
pusat
pembangkit
maupun
untuk
masing-masing
unit
Sentral
Lokasi
Unit
Jenis
Format Penyampaian
Item
Deskripsi
2.1
Setting Proteksi
2.1.1
teks
2.1.2
teks, diagram
2.1.3
teks, diagram
2.1.4
Overfluxing (V/Hz)
teks, diagram
2.1.5
Differential
teks
2.2
Control Data
Detail dari rangkaian penguatan (excitation
loop) yang diuraikan dalam bentuk block-
diagram
- 170 Data
Format Penyampaian
2.3.1
teks, diagram
2.3.2
teks, diagram
2.3.3
Pembatas
penguatan
excitation limiter)
2.3.4
teks
2.3.5
teks, function
2.3.6
Model
dinamik
dari
poros
Turbin/Generator dalam bentuk lumpedelement, menunjukkan komponen inersia,
damping dan shaft stiffness
kurang
(under-
teks, diagram
Sentral
Lokasi
Unit
Jenis
Satuan
Item
Deskripsi
3.1
Kemampuan Output
3.1.1
MW
3.1.2
MW
3.1.3
MW
3.2
3.2.1
3.2.2
MVAr
3.2.3
Keperluan pemberitahuan
menit
3.2.4
menit
3.3
3.3.1
menit
3.3.2
menit
MW
Nilai
- 171 Data
Satuan
Item
Deskripsi
3.3.3
3.4
3.4.1
Senin
jam
3.4.2
jam
3.4.3
Sabtu
jam
3.5
3.5.1
jam
3.5.2
Jumat
jam
3.5.3
jam
3.6
Flexibility
3.6.1
3.6.2
Nilai
menit
menit
kali/hari
Sentral
Lokasi
Unit
Jenis
Satuan
Item
Deskripsi
3.7
3.7.1
3.7.2
3.7.3
- Sinkronisasi ke ... MW
MW/menit
- ... MW ke ... MW
MW/menit
MW/menit
MW/menit
- ... MW ke ... MW
MW/menit
MW/menit
MW/menit
- ... MW ke ... MW
MW/menit
MW/menit
Nilai
- 172 Data
Satuan
Item
Deskripsi
3.7.4
3.8
Parameter Pengaturan
3.8.1
3.8.2
3.9
Nilai
MW/menit
MW
menit
MW
Data
Item
Deskripsi
3.10
Fleksibilitas
Periode operasi minimum setelah waktu keluar
3.11
graphical data
Parameter Pembebanan
Synchronizing block load after hours off load
graphical data
Sentral
Lokasi
Unit
Jenis
Satuan
Item
Deskripsi
3.12
Interval Sinkronisasi
3.12.1
Unit ke 1 ke unit ke 2
menit
3.12.2
Unit ke 2 ke unit ke 3
menit
3.12.3
Unit ke 3 ke unit ke 4
menit
3.12.4
Unit ke 4 ke unit ke 5
menit
3.13
3.13.1
unit ke 1 ke unit ke 2
menit
3.13.2
unit ke 2 ke unit ke 3
menit
3.13.3
unit ke 3 ke unit ke 4
menit
Nilai
- 173 Data
Item
Deskripsi
3.13.4
unit ke 4 ke unit ke 5
3.14
Flexibilitas
Satuan
Nilai
menit
menit
Titik sambungan
Lokasi
Unit
Deskripsi
4.1
Rating Tegangan
4.1.1
Tegangan Nominal
kV
4.1.2
Tegangan Tertinggi
kV
4.2
Koordinasi Isolasi
4.2.1
kV
4.2.2
Rated
short
duration
withstand voltage
kV
4.3
4.4
Rated current
power
frequency
kA
ampere
Pembumian
Earth Grid rated thermal current
4.6
4.6.1
4.6.2
4.7
4.7.1
kA
4.7.2
kA
4.7.3
pu
4.7.4
pu
milimeter
-
Nilai
4.8.1
MW
4.8.2
MW
4.9
4.9.1
Tahanan
pu
4.9.2
Reaktansi
pu
4.9.3
Suseptansi
pu
Data
Item
Deskripsi
4.10
Pembumian
Metode pembumian
teks
4.11
teks
4.12
4.13
4.14
tabel
teks
Tabulasi 5
Data Setting Instalasi Pemakai Jaringan
Pemakai Jaringan
Titik sambungan
Lokasi
Satuan
Nilai
Item
Deskripsi
5.1
Data Proteksi
5.1.1
tabel
5.1.2
teks
5.1.3
tabel
5.1.4
teks
5.2
milidetik
tabel
detik
5.3
5.3.1
tabel
MVAr
5.3.2
tabel
MVAr
5.3.3
teks
Tabulasi 6
Karakteristik Beban
Pemakai Jaringan
Titik sambungan
Lokasi
Periode
Format
waktu
Penyampaian
Deskripsi
Satuan
6.1
6.1.1
7 tahun
kedepan
tabel
MW
6.1.2
7 tahun
kedepan
tabel
MVAr
6.1.3
Jenis
beban
rectifiers,
motor
besar, dll.)
tahunan
teks
6.2
6.2.1
tahunan
6.2.2
tahunan
(controlled
penggerak
- 176 Data
Item
Deskripsi
Periode
Format
waktu
Penyampaian
Satuan
periode
6.2.3
Kecepatan
perubahan
maksimum daya-aktif
tahunan
6.2.4
Kecepatan
perubahan
maksimum daya reaktif
tahunan
6.2.5
Interval
waktu
terpendek
pengulangan fluktuasi daya
aktif dan reaktif
7 tahun
kedepan,
ditinjau
tahunan
tabel
detik
6.3
6.3.1
tahunan
tabel
MW/
detik
6.3.2
tahunan
tabel
MVAr/
detik
- 177 BAB IX
ATURAN TAMBAHAN
A.
Umum
Aturan tambahan ini berisi ketentuan aturan peralihan, rangkuman
jadwal, terminologi dan definisi.
B.
Aturan Peralihan
Aturan peralihan ini mengatur pengecualian instalasi-instalasi Pelaku
Usaha/Pemakai Jaringan (Grid) yang tersambung ke Sistem Tenaga Listrik
Kalimantan berdasarkan kesepakatan perjanjian jual beli tenaga listrik
yang telah ditandatangani sebelum Aturan Jaringan (Grid Code) berlaku
wajib mengikuti aturan jaringan ini dengan ketentuan sebagai berikut:
1.
2.
3.
Pembangkit
dan
apabila
dianggap
perlu,
bukti-bukti
tersebut,
serta
ditandatangani
oleh
Sejak
pemberlakuan
Aturan
Jaringan
ini
hingga
kesepakatan
- 178 C.
Rangkuman Jadwal
1.
2.
3.
: PLN
AP2B/APDP
Perencanaan
Draft
menerbitkan
Operasi
Jangka
Panjang
AP2B/
APDP
menyampaikan
menyiapkan
Perencanaan
dan
Operasi
Jaringan
sebagaimana
: PLN
AP2B/APDP
menerbitkan
Tengah
Tahun
sebagaimana
: PLN
AP2B/APDP
Perencanaan
Operasi
menerbitkan
Jangka
Panjang
- 179 2)
: Unit/Perusahaan
Pembangkit
Draft
menyampaikan
Rencana
pembangkitnya
sebagaimana
AP2B/APDP
menerbitkan
Rencana
: Unit/Perusahaan
Pembangkit
Pemeliharaan
atas
unit
(satu)
tahun
pembangkitnya
Tengah
Pemeliharaan
Tahun.
Jaringan
Rencana
(satu)
tahun
- 180 b.
Manajemen Jaringan
Rangkuman
Operasi
Jaringan
Tahunan
(untuk
tahun
Manajemen
Jaringan
(apabila
sudah
sebelumnya)
31 Maret
: Komite
Operasi
Jaringan
sebagaimana
Pembangkit
informasi
(data)
AP2B/APDP
menerbitkan
Pembangkit
informasi
produksi
biaya
energi
AP2B/APDP
Rencana
menerbitkan
Operasi
Bulanan
atas
Bulanan
Rencana
Final
sebagaimana
- 181 d.
Pembangkit
perubahan
prakiraan
Mingguan
sebagaimana
Usaha/Pemakai
Jaringan
Mingguan
sebagaimana
AP2B/APDP
menerbitkan
revisi
: Unit/Perusahaan
Pembangkit
: PLN
AP2B/APDP
menyampaikan
Harian
menerbitkan
Rencana
untuk
hari
dan
Dispatch
berikutnya
Pembangkit
: Unit/Perusahaan
Pembangkit
Listrik
AP2B/APDP,
kepada
apabila
tidak
PLN
ada
: Setelah
meter
Berita
yang
Acara
telah
pembacaan
ditandatangani
PLN
AP2B/APDP
2.
diartikan
sebagai
berikut,
kecuali
permasalahannya
memproduksi,
mengukur listrik.
mengatur
atau
Bagian
dari
PLN
AP2B/APDP
yang
Generation Control
fasilitas
(AGC)
komputerisasi
yang
secara
Flicker
Perubahan
kecil
tegangan
yang
terdeteksi
oleh
mata
manusia
IEC
The
International
Electrotechnical
Commission
Jadwal Operasi
Jangka Panjang
untuk
memenuhi
Jadwal
Pemeliharaan
yang
menunjukkan
rencana
Jaringan
Kalimantan
menyalurkan
daya
yang
yang
digunakan
terdiri
dari
- 184 Kapasitas
Karakteristik Droop
governor
Parameter
didefinisikan
pembangkit
sebagai
yang
persentase
output
daya
sebesar
100%
Kemampuan
memasok
daya
tanpa
Kemampuan
Gelap
Kesiapan
Ukuran
suatu
waktu
pusat
pembangkit
mampu/kesiapan
suatu
Koordinator
Individu
Keselamatan Kerja
yang
ditunjuk
Jaringan
untuk
masalah
keselamatan
oleh
PLN
mengkoordinasikan
kerja
pada
titik
dan
revisi
atas
prosedur
keselamatan lokal.
Merit Order
operasi
yang
marginal,
sudah
Pelepasan
secara Manual
dengan
beban
yang
membuka
PMT
dilaksanakan
yang
melayani
beban.
Pelepasan Beban
Otomatis Frekuensi
Kurang
Pelaku
Usaha/Pemakai
Jaringan
Jaringan
Pembangkitan,
antara
lain
Unit/Perusahaan
PLN
Area/APDP,
dan
Konsumen Besar.
Pembangkitan
Pembangkitan
Minimum
Pengatur Tegangan
Otomatis
pada
suatu
Unit
Generator
untuk
Pengukuran
Periode Mingguan
Pernyataan
Kesiapan
pembangkit
yang
diharapkan
Unit/Perusahaan
oleh
Pembangkitan,
Unit/Perusahaan
Pembangkitan
Pembangkitan
adalah
Carrier)
tegangan
tinggi
atau
saluran
udara