Professional Documents
Culture Documents
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
A. Definisi Ibadah
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk.
Sedangkan menurut syara (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi,
tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:
1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui
lisan para Rasul-Nya.
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan
tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang
paling tinggi.
3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai
Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun
yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.
Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf
(takut), raja (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan),
raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan
dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan
dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat,
zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta
masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati,
lisan dan badan.
Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan
Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku.
Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi
sangat kokoh. [Adz-Dzaariyaat: 56-58]
Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia
adalah agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Dan
[Disalin dari buku Prinsip Dasar Islam Menutut Al-Quran dan As-Sunnah yang
Shahih, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Po Box
264 Bogor 16001, Cetakan ke 3]
_______
Footnote
[1]. Pembahasan ini dinukil dari kitab ath-Thariiq ilal Islaam (cet. Darul Wathan,
th. 1421 H) oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, al-Ubudiyyah oleh
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah tahqiq Syaikh Ali bin Hasan Abdul Hamid, dan
Mawaaridul Amaan al-Muntaqa min Ighaatsatul Lahafan oleh Syaikh Ali bin
Hasan Abdul Hamid.
[2]. lihat al-Ubuudiyyah oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, tahqiq Syaikh Ali
bin Hasan bin Ali Abdul Hamid al-Halaby al-Atsary (hal. 161-162), Maktabah
Darul Ashaalah 1416 H
[3]. Zindiq adalah orang yang munafik, sesat dan mulhid.
[4]. Murji adalah orang murjiah, yaitu golongan yang mengatakan bahwa amal
bukan bagian dari iman, iman hanya dalam hati.
[5]. Haruriy adalah orang dari golongan khawarij yang pertama kali muncul di
Harura, dekat Kufah, yang berkeyakinan bahwa orang mukmin yang berdosa
besar adalah kafir.
[6]. HR. Muslim (no. 1718 (18)) dan Ahmad (VI/146; 180; 256), dari hadits Aisyah
Radhiyallahu anhuma
[7]. Lihat al-Ubudiyyah oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, tahqiq Ali Hasan Ali
Abdul Hamid (hal. 221-222).
[8]. Lihat surat Al-Maa-idah ayat 3.
[9]. Mawaaridul Amaan al-Muntaqa min Ighatsatul Lahafan (hal. 67), oleh Syaikh
Ali Hasan Ali Abdul Hamid.
Ibadat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Ibadat atau Ibadah adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa Arab. Dalam
terminologi bahasa Indonesia sebagaimana yang terdapat dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) kata ini meimiliki arti:
1. perbuatan atau penyataan bakti terhadap Allah atau Tuhan yang didasari
oleh peraturan agama.
2. segala usaha lahir dan batin yang sesuai perintah agama yang harus
dituruti pemeluknya.
3. upacara yang berhubungan dengan agama[1].
Daftar isi
2 Rujukan
mengharapkan rahmat (kasih sayang)-Nya, merasa takut dari siksa-Nya dan lain
sebagainya itu semua juga termasuk bagian dari ibadah kepada Allah. [3]
Rujukan
1. ^ http://kbbi.web.id/ibadat
2. ^ Tanbihaat Mukhtasharah, hal. 28.
3. ^ Al Ubudiyah, cet. Maktabah Darul Balagh hal. 6.
Popular Posts
LINK FRIEND
Beranda Hukum Peribadatan Islam PENGERTIAN, HAKIKAT DAN FUNGSI
IBADAH
PENGERTIAN, HAKIKAT DAN FUNGSI IBADAH
Ditulis oleh: Yusuf Bahtiyar - Sunday, 13 October 2013
Ini merupakan makalah saya yang merupakan tugas mata kuliah "Hukum
Peribadatan Islam"
semoga dapat memberi manfaat
A.
Allah dan
meninggalkan larangan-Nya.
4) Hakikat ibadah sebagai cinta. 5[5]
5) Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu yang
dicintai Allah).
6) Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk
dan jenis makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT. 6[6]
Dengan demikian orang yang benar-benar mengerti kehidupan adalah yang
mengisi waktunya dengan berbagai macam bentuk ketaatan, baik dengan
melaksanakan perintah maupun menjauhi larangan. Sebab dengan cara itulah
c.
Setiap muslim tidak hanya dituntut untuk beriman, tetapi juga dituntut
untuk beramal sholeh. Karena Islam adalah agama amal, bukan hanya
keyakinan. Ia tidak hanya terpaku pada keimanan semata, melainkan juga pada
amal perbuatan yang nyata. Islam adalah agama yang dinamis dan menyeluruh.
Dalam Islam, Keimanan harus diwujudkan dalam bentuk amal yang nyata, yaitu
amal sholeh yang dilakukan karena Allah. Ibadah dalam Islam tidak hanya
bertujuan untuk mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya,
tetapi juga untuk mewujudkan hubungan antar sesama manusia. Islam
mendorong manusia untuk beribadah kepada Allah SWT dalam semua aspek
kehidupan dan aktifitas. Baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari
masyarakat. Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam Islam.
1. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.
Mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dapat dilakukan
melalui muqorobah7[7] dan khudlu8[8]. Orang yang beriman dirinya akan
selalu merasa diawasi oleh Allah. Ia akan selalu berupaya menyesuaikan segala
perilakunya dengan ketentuan Allah SWT. Dengan sikap itu seseorang muslim
tidak
akan
melupakan
kewajibannya
untuk
beribadah,
bertaubat,
serta
Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami
meminta pertolongan.
Atas landasan itulah manusia akan terbebas dari penghambaan terhadap
manusia, harta benda dan hawa nafsu.
2. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya
Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah anggota
masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban untuk menerima dan memberi
nasihat. Oleh karena itu, banyak ayat Al-Qur'an ketika berbicara tentang fungsi
ibadah
menyebutkan
juga
dampaknya
terhadap
kehidupan
masyarakat. Contohnya:
7[7] yaitu sikap merasa selalu dalam pengawasan Allah SWT,
8[8] yaitu sikap tunduk kepada Allah SWT
pribadi
dan
menjelaskan
mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Perbuatan keji dan mungkar adalah
suatu perbuatan merugikan diri sendiri dan orang lain. Maka dengan sholat
diharapakan manusia dapat mencegah dirinya dari perbuatan yang merugikan
tersebut.
Ketika Al-Qur'an berbicara tentang zakat, Al-Qur'an juga menjelaskan
fungsinya:
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan
dan
mensucikan
mereka
dan
mendoalah
untuk
mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. 10[10]
Zakat berfungsi untuk membersihkan mereka yang berzakat dari kekikiran
dan kecintaan yang berlebih-lebihan terhadap harta benda. Sifat kikir adalah
sifat buruk yang anti kemanusiaan. Orang kikir tidak akan disukai masyarakat
zakat juga akan menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati pemberinya dan
memperkembangkan harta benda mereka. Orang yang mengeluarkan zakat
hatinya akan tentram karena ia akan dicintai masyarakat. Dan masih banyak
ibadah-ibadah lain yang tujuannya tidak hanya baik bagi diri pelakunya tetapi
juga membawa dapak sosial yang baik bagi masyarakatnya. Karena itu Allah
tidak akan menerima semua bentuk ibadah, kecuali ibadah tersebut membawa
kebaikan bagi dirinya dan orang lain. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda:
Barangsiapa yang sholatnya tidak mencegah dirinya dari perbuatan keji
dan munkar, maka dia hanya akan bertambah jauh dari Allah (HR. Thabrani)
3. Melatih diri untuk berdisiplin
9[9] QS. Al-ankabut 45
10[10] QS. At-Taubbah 103
Adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita untuk
berdisiplin. Kenyataan itu dapat dilihat dengan jelas dalam pelaksanaan sholat,
mulai dari wudhu, ketentuan waktunya, berdiri, ruku, sujud dan aturan-aturan
lainnya, mengajarkan kita untuk berdisiplin. Apabila kita menganiaya sesama
muslim, menyakiti manusia baik dengan perkataan maupun perbuatan, tidak
mau membantu kesulitan sesama manusia, menumpuk harta dan tidak
menyalurkannya kepada yang berhak. Tidak mau melakukan amar ma'ruf nahi
munkar, maka ibadahnya tidak bermanfaat dan tidak bisa menyelamatkannya
dari siksa Allah SWT.
11
[11]
A. Pengertian Ibadah
Ibadah ( ) secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk. Ibadah
mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi ibadah
itu antara lain;
1. Ibadah ialah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya
yang ditetapkan melalui para Rasul-Nya,
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah, yaitu tingkatan ketundukan
yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi
pula.
3. Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai
Allah, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang dzahir maupun bathin.
Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf
(takut), raja (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan),
raghbah (senang) dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan
dengan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah
qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang
berkaitan dengan hati, lisan dan badan.
Maka Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia, Allah SWT
berfirman;
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan Aku
tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah,
Dia-lah Maha Pemberi rizki yang mempunyai kekuatan lagi Sangat Kokoh. (QS.
Adz-Dzariyat: 56-58)
Allah memberitahukan, tujuan penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka
melaksanakan ibadah kepada Allah. Dan Allah Maha Kaya, tidak membutuhkan
ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya. Karena
ketergantungan mereka kepada Allah, maka mereka menyembah-Nya sesuai
dengan aturanNya.
Adapun definisi ibadah dalam bahasa Arab berarti kehinaan atau ketundukan.
Dalam terminology, ibadah diartikan sebagai sesuatu yang diperintahkan
AllahSWT, bukan karena adanya keberlangsungan tradisi sebelumnya, juga
bukan karena tuntutan logika, atau akal manusia. Maka, ruang lingkup ibadah
adalah seluruh aktifitas manusia yang diniatkan semata-mata untuk mencari
ridha Allah SWT.
B. Hakikat Ibadah
Tujuandiciptakannyamanusia di mukabumiiniyaituuntukberibadahkepada-Nya.
Ibadah dalam pengertian yang komprehensif menurut Syaikh Al-Islam
IbnuTaimiyah adalah sebuah nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai
dan diridhai oleh Allah SWT berupa perkataan atau perbuatan baik amalan batin
ataupun yang zhahir (nyata).
Adapunhakekatibadahyaitu:
1. Ibadah adalah tujuan hidup kita.
2. Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai
dengan penuh ketundukan dan kerendahan diri kepadaNya.
3. Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah dan
meninggalkan larangan-Nya
4. Cinta, maksudnya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya yang mengandung
makna mendahulukan kehendak Allah dan Rasul-Nya atas yang lainnya. Adapun
tanda-tandanya: mengikuti sunah Rasulullah saw.
5. Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segalasesuatu yang
dicintai Allah).
6.
Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala
bentuk dan jenis makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT.
Dengan demikian orang yang benar-benar mengerti kehidupan adalah yang
mengisi waktunya dengan berbagai macam bentuk ketaatan; baik dengan
melaksanakan perintah maupun menjauhi larangan. Sebab dengan cara itulah
tujuan hidupnya akan terwujud.
C. Hikmah Ibadah
1. Tidak Syirik. Seorang hamba yang sudah berketetapan hati untuk senantiasa
beribadah menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk
syirik. Ia telah mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih besar
dari segala yang ada, sehingga tidak ada wujud lain yang dapat mengungguliNya.
2. Memiliki ketakwaan. Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah
yang dilakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah
SWT. Setelah manusia melihat kemurahan dan keindahan Nya munculah
dorongan untuk beribadah kepada Nya. Sedangkan ketakwaan yang dilandasi
rasa takut timbul karena manusia menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu
kewajiban bukan sebagai kebutuhan. Ketika manusia menjalankan ibadah
sebagai suatu kewajiban adakalanya muncul ketidak ikhlasan, terpaksa dan
ketakutan akan balasan dari pelanggaran karena tidak menjalankankewajiban.
3. Terhindar dari kemaksiatan. Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat
sehingga dapat menjadi tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini
hanya bisa dikuasai jika ibadah yang dilakukan berkualitas. Ibadah ibarat sebuah
baju yang harus selaludipakai dimanapun manusia berada.
4. Berjiwa sosial, ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan
keadaan lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung
dari ibadah yang dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia
merasakan rasanya lapar yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan.
Sehingga mendorong hamba tersebut lebih memperhatikan orang lain.
5. Tidak kikir. Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi
milik Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi
karena kecintaan manusia yang begita besar terhadap keduniawian menjadikan
dia lupa dan kikir akan hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah
SWT, senantiasa dawam menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari
bahwa miliknya adalah bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk
keperluanya semata-mata sebagai bekal di akhirat yang diwujudkan dalam
bentuk pengorbanan hartauntuk keperluan umat.
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan
bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya;
E. Fungsi Ibadah
Setiap muslim tidak hanya dituntut untuk beriman, tetapi juga dituntut untuk
beramal sholeh. Karena Islam adalah agama amal, bukan hanya keyakinan. Ia
tidak hanya terpaku pada keimanan semata, melainkan juga pada amal
perbuatan yang nyata. Islam adalah agama yang dinamis dan menyeluruh.
Dalam Islam, Keimanan harus diwujudkan dalam bentuk amal yang nyata, yaitu
amal sholeh yang dilakukan karena Allah. Ibadah dalam Islam tidak hanya
bertujuan untuk mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya,
tetapi juga untuk mewujudkan hubungan antar sesama manusia. Islam
mendorong manusia untuk beribadah kepada Allah SWT dalam semua aspek
kehidupan dan aktifitas. Baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari
masyarakat. Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam Islam yaitu;
1. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.
Mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dapat dilakukan
melalui muqarabah dan khudlu. Orang yang beriman dirinya akan selalu
merasa diawasi oleh Allah. Ia akan selalu berupaya menyesuaikan segala
perilakunya dengan ketentuan Allah SWT. Dengan sikap itu seseorang muslim
tidak akan melupakan kewajibannya untuk beribadah, bertaubat, serta
menyandarkan segala kebutuhannya pada pertolongan Allah SWT. Demikianlah
ikrar seorang muslim seperti tertera dalam Al-Quran surat Al-Fatihah ayat 5
Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami
meminta pertolongan.
Atas landasan itulah manusia akan terbebas dari penghambaan terhadap
manusia, harta benda dan hawa nafsu.
2.
Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah anggota
masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban untuk menerima dan memberi
nasihat. Oleh karena itu, banyak ayat Al-Qur'an ketika berbicara tentang fungsi
ibadah menyebutkan juga dampaknya terhadap kehidupan pribadi dan
masyarakat. Contohnya: Ketika Al-Qur'an berbicara tentang shalat, ia
menjelaskan fungsinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al
kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. QS. Al-ankabut 45
Dalam ayat ini Al-Qur'an menjelaskan bahwa fungsi shalat adalah mencegah dari
perbuatan keji dan mungkar. Perbuatan keji dan mungkar adalah suatu
perbuatan merugikan diri sendiri dan orang lain. Maka dengan shalat
diharapakan manusia dapat mencegah dirinya dari perbuatan yang merugikan
tersebut.
Ketika Al-Qur'an berbicara tentang zakat, Al-Qur'an juga menjelaskan fungsinya:
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.QS. Attaubah 103)
Zakat berfungsi untuk membersihkan mereka yang berzakat dari kekikiran dan
kecintaan yang berlebih-lebihan terhadap harta benda. Sifat kikir adalah sifat
buruk yang anti kemanusiaan. Orang kikir tidak akan disukai masyarakat zakat
juga akan menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati pemberinya dan
memperkembangkan harta benda mereka. Orang yang mengeluarkan zakat
hatinya akan tentram karena ia akan dicintai masyarakat. Dan masih banyak
ibadah-ibadah lain yang tujuannya tidak hanya baik bagi diri pelakunya tetapi
juga membawa dapak sosial yang baik bagi masyarakatnya. Karena itu Allah
tidak akan menerima semua bentuk ibadah, kecuali ibadah tersebut membawa
kebaikan bagi dirinya dan orang lain. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda:
Barangsiapa yang shalatnya tidak mencegah dirinya dari perbuatan keji dan
munkar, maka dia hanya akan bertambah jauh dari Allah (HR. Thabrani)
3. Melatih diri untuk berdisiplin
Adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita untuk
berdisiplin. Kenyataan itu dapat dilihat dengan jelas dalam pelaksanaan shalat,
mulai dari wudhu, ketentuan waktunya, berdiri, ruku, sujud dan aturan-aturan
lainnya, mengajarkan kita untuk berdisiplin. Apabila kita menganiaya sesama
muslim, menyakiti manusia baik dengan perkataan maupun perbuatan, tidak
mau membantu kesulitan sesama manusia, menumpuk harta dan tidak
menyalurkannya kepada yang berhak. Tidak mau melakukan amar ma'ruf nahi
munkar, maka ibadahnya tidak bermanfaat dan tidak bisa menyelamatkannya
dari siksa Allah SWT.
F. Syarat-Syarat Diterimanya Ibadah
Ibadah adalah perkara taufiqiyyah, yaitu tidak ada suatu ibadah yang
disyariatkan kecuali berdasarkan al-Quran dan as Sunnah. Apa yang tidak
disyariatkan berarti bidah marddah (bidah yang ditolak ), hal ini berdasarkan
sabda Nabi SAW.
Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntutan dari Kami, maka amalan
tersebut tertolak.
Ibadah-ibadah itu bersangkut penerimaannya kepada dua faktor yang penting,
yang menjadi syarat bagi diterimanya. Syarat-syarat diterimanya suatu amal
(ibadah) ada dua macam yaitu[5]:
1. Ikhlas
2. Ittiba Rasul. Dilakukan secara sah yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah
SAW.
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku: Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan
yang Esa. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka
hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan
seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya. (QS al-Kahfi/18: 110)
Syarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat l ilha illallh,
karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh dari
syirik kepada-Nya. Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat
Muhammad Rasulullah s.a.w., karena ia menuntut wajib-nya taat kepada Rasul,
mengikuti syariatnya dan meninggalkan bidah atau ibadah-ibadah yang diadaadakan.
bersumber dari kaidah yang benar merupakan contoh perilaku yang harus diikuti
oleh manusia. Mereka harus mempraktikanya dalam kehidupan mereka, karena
hanya inilah yang menghantarkan mereka mendapatkan ridha allah dan atau
membawa mereka mendapatkan balasan kebaikan dari allah
Jujur merupakan salah satu sifat manusia yang berhubungan dengan aqidah.
Jujur dapat terwujud apabila seseorang telah memegang konsep-konsep yang
berhubungan dengan aqidah. Dengan dijalankanya konsep-konsep aqidah
tersebut maka seseorang akan memiliki akhlak yang baik. Sehingga orang akan
takut dalam melakukan perbuatan dosa.
Hubungan aqidah dengan ibadah
Akidah menempati posisi terpenting dalam ajaran agama Islam. Ibarat sebuah
bangunan, maka perlu adanya pondasi yang kuat yang mampu menopang
bangunan tersebut sehingga bangunan tersebut bisa berdiri dengan kokoh.
Demikianlah urgensi akidah dalam Islam, Akidah seseorang merupakan pondasi
utama yang menopang bangunan keislaman pada diri orang tersebut. Apabila
pondasinya tidak kuat maka bangunan yang berdiri diatasnya pun akan mudah
dirobohkan.
Selanjutnya Ibadah yang merupakan bentuk realisasi keimanan seseorang, tidak
akan dinilai benar apabila dilakukan atas dasar akidah yang salah. Hal ini tidak
lain karena tingkat keimanan seseorang adalah sangat bergantung pada kuat
tidaknya serta benar salahnya akidah yang diyakini orang tersebut. Sehingga
dalam diri seorang muslim antara akidah, keimanan serta amal ibadah
mempunyai keterkaitan yang sangat kuat antara ketiganya.
Muslim apabila akidahnya telah kokoh maka keimanannya akan semakin kuat,
sehingga dalam pelaksanaan praktek ibadah tidak akan terjerumus pada praktek
ibadah yang salah. Sebaliknya apabila akidah seseorang telah melenceng maka
dalam praktek ibadahnya pun akan salah kaprah, yang demikian inilah akan
mengakibatkan lemahnya keimanan.
Pondasi aktifitas manusia itu tidak selamanya bisa tetap tegak berdiri, maka
dibutuhkan adanya sarana untuk memelihara pondasi yaitu ibadah. Ibadah
merupakan bentuk pengabdian dari seorang hamba kepada allah. Ibadah
dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada allah untuk meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan terhadap allah.
Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, sejak kelahirnya telah dibekali
dengan akal pikiran serta perasaan (hati). Manusia dengan akal pikiran dan
hatinya tersebut dapat membedakan mana yang baik dan mana yang benar,
dapat mempelajari bukti-bukti kekuasaan Allah, sehingga dengannya dapat
membawa diri mereka pada keyakinan akan keberadaan-Nya. Oleh karena itu,
tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak mengakui keberadaan Allah SWT.
karena selain kedua bekal yang dimiliki oleh mereka sejak lahir, Allah juga telah
memberikan petunjuk berupa ajaran agama yang didalamnya berisikan tuntunan
serta tujuan dari hidup mereka di dunia.
Ibadah mempunyai hubungan yang erat dengan aqidah. Antaranya :
Islam yang lain bisa juga bersifat resiprokal dan simbiosis. Artinya, ketaatan
menuanaikan ibadah, berakhlaq karimah, dan bermuamalah yang baik akan
memelihara aqidah.
Dengan kata lain, ibadah adalah pelembagaan aqidah dalam konteks hubungan
antara makhkluq dengan Khaliq; akhlaq merupakan buah dari aqidah dalam
kehidupan yang etis dan egaliter; dan muamalah sebagai implementasi aqidah
dalam masyarakat yang bermartabahat dan menebar maslahat. Karena itu, agar
aqidah tumbuh dan berkembang, aqidah harus operatif dan fungsional. Amal
usaha atau unit pelayanan umat seperti Panti sosial dan anak yatim, lembaga
pendidikan dan pondok pesantren, balai pengobatan dan rumah sakit, lembaga
pengumpul dan penyalur zakat serta lembaga-lembaga sosial keagamaan
lainnya meminjam istilah M. Amin Abdullah, merupakan bentuk faith in action,
buah keimanan yang aktif dan salah satu bentuk penjelmaan tauhid sosial.
Sayanya, tidak sedikit buah faith in action tersebut yang terjebak pada berbagai
kepentingan mulai dari ekonomi hingga politik.
Agar tetap kokoh dan kuat serta menjadi penyangga seluruh sendi keberIslaman, aqidah harus dijaga, dipelihara dan dipupuk sehingga bisa hidup subur
dalam pribadi setiap Muslim. Pentingnya memelihara aqidah ini juga tersirat
dalam Sirrah Nabawiyah. Saat membangun masyarakat Islam di Makkah dan
Madidah selama 23 tahun Rasulullah Muhammad SAW tidak kenal lelah membina
aqidah umatnya. Mengingat pentingnya aqidah ini bisa dimengerti bila setiap
surat dalam Al Quran mengandung pokok-pokok ajaran keimanan.
Di tengah pasar bebas nilai dan ideologi saat ini, upaya merevitalisasi aqidah
serasa memperoleh momentum. Mudah tergiurnya sebagian umat pada faham
atau aliran-aliran yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam merupakan
efek dari lemahnya aqidah mereka.
- See more at: http://lppkk-umpalangkaraya.blogspot.com/2014/09/materi-ipengertian-hakikat-dan-hikmah.html#sthash.80xTmDnw.dpuf
eh: Ustadz Arif Fauzi
Khutbah Pertama
.
(
)
[102 :]
(
[) 1 :]
70
(
[71 -70:]71
.
..
[56 : (]
) :
benarnya, dengan melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi laranganlarangan-Nya. Tidak melanggar larangannya serta menjalankan perintahnya.
Tanda kasih sayang dan karunia Allah kepada kita adalah dijadikannya ibadah itu
beraneka ragam serta bermacam-macam. Ada yang disebut ibadah hati, yaitu
ibadah yang dilaksanakan dengan hati seperti keikhlasan kepada Allah, dan
menjalankan semua ibadah ditujukan kepada Allah Azza wa Jalla. Ada juga yang
disebut dengan ibadah badan, seperti shalat lima waktu. Ada juga yang disebut
dengan ibadah harta, seperti zakat yang dikeluarkan dengan penuh keimanan
dan keridhaan untuk mendekatkan diri kepada Allah semata. Ada juga ibadah
yang di dalamnya ada menahan hawa nafsu, menghindari perkara-perkara yang
disukai sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, seperti ibadah puasa. Ada juga
ibadah yang harus dengan mengorbankan harta dan raga seperti haji, ibadah
yang menggabungkan harta dan raga. Serta jihad di jalan Allah yang merupakan
ibadah yang paling utama.
Kemudian Allah Azza wa Jalla menambah karunia-Nya kepada kita dengan
mensyariatkan ibadah-ibadah sunnah, seperti shalat sunnah, sedekah, puasa
sunnah, haji dan juga umrah. Semua itu akan menguatkan iman, mengangkat
derajat, dan menambah kebaikan kita. Milik Allah-lah segala kemulian dan
karunia kepada kita. Kita tidak dapat menghitung pujian atas-Nya sebagaimana
Dia memuji atas diri-Nya sendiri.
Jamaah Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah!..
Allah yang Mahabijaksana menetapkan dua syarat untuk diterimanya ibadah
seseorang. Apabila salah satu syarat tersebut tidak terpenuhi, maka ibadah
tersebut akan rusak sehingga menjadi seperti debu yang berterbangan.
Syarat pertama, ibadah tersebut dilaksanakan dengan penuh keikhlasan kepada
Allah dan bersih dari semua bentuk riya (ingin dilihat orang) dan sumah (ingin
didengar orang) . Syarat kedua, ibadah tersebut harus sesuai dengan syariat
Allah dan sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Tidak ada tambahan
dan bidah di dalamnya. Karena Rasulullah telah menyampaikannya secara jelas
dan nyata, tidak satupun dari pokok-pokok agama maupun cabang-cabangnya
kecuali telah beliau jelaskan. Maka yang hak dan yang benar adalah yang sesuai
dengan ajaran dan sunnah beliau, dan yang batil serta sesat adalah yang
menyimpang petunjuk beliau seperti yang dibuat-buat oleh sekelompok manusia
yang mengikuti hawa nafsu mereka.
Wahai kaum Muslimin ketahuilah, setiap perbuatan apabila diniatkan untuk
mengharap ridha Allah dan untuk mendekatan diri kepada Allah, maka itu adalah
ibadah karena Allah. Seorang Muslim, beribadah kepada Allah dengan berbakti
kepada kedua orang tuanya, sebagaimana disebutkan dalam hadits dari
Abdullah bin Amru bin Ash Radhiyallahu Anhuma, dia berkata, Ada seorang lakilaki datang kepada Nabi Shallallahu alaihi wasallam untuk meminta izin ikut
berjihad. Lalu Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda, Apakah orangtuamu
masih hidup? Laki-laki tersebut menjawab, Masih. Lalu Nabi bersabda,
Berbaktilah kepada keduanya kemudian berjihad. (HR. Bukhari,, Muslim,Abu
Dawud, dan Nasai) Nabi Shallallahu alaihi wa Salam menjadikan berbakti
kepada kedua orangtua seperti berjihad di medan perang.
Pada hakikatnya mereka menginginkan kecelakaan bagi kita dan iri dalam
keimanan. Umat Islam tidak akan mendapatkan kemulian, pertolongan, taufik,
kebahagiaan, dan juga petunjuk kecuali jika mereka merealisasikan Islam. Inilah
kenyataan yang datang dari Al-Quran dan sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi
wasallam.
Tidak ada keraguan tentang keimanan kita di dalam hati, meskipun hanya
sebesar biji zarrah (atom). Bahkan kita yakin dan percaya bahwa keimanan pada
Allah akan mengantarkan kita pada kemuliaan. Akan tetapi, kita takut kalau
generasi-generasi Muslimin terpengaruh oleh slogan-slogan dunia yang
membuai, yang disampaikan lewat tulisan, televisi, radio atau media masaa
lainnya.
Ada juga sebagian lain yang iri kepada Islam meskipun mereka memakai atribut
Islam. Ada juga yang silau oleh musuh-musuh Islam dan ada juga yang hatinya
telah teracuni oleh slogan-slogan itu. Kepada Allah lah kita meminta
perlindungan dari hal itu semua.
Semoga Allah menguatkan kita semua dalam ketaatan dan memberi hidayah
kepada mereka. Karena nikmatnya hidayah itu tidak dapat dirasakan oleh orang
yang tidak mendapatkannya, yaitu orang-orang yang pada hari ini diseru untuk
kembali kepada Islam, orang-orang yang pernah mencoba semua kejelekan,
fitnah dan kehinaan, dan telah merasakan segala kenikmatan dunia dan
menuruti hawa nafsu mereka sepuasnya. Kemudian apa yang terjadi? Mereka
tentu akan merasakan kehampaan dan kekurangan dalam hidup ini. Kesedihan,
kegelisahan, kebimbangan, dan makin banyaknya dokter jiwa tidak akan terjadi
kecuali karena lemahnya iman dan keyakinan serta tidak terealisasikannya
ibadah dalam kehidupan manusia.
Disela-sela penjelasan tentang makna ibadah dan cakupan maknanya, maka
menjadi jelas bagi kita akan penyimpangan orang-orang yang menyimpang dari
makna ibadah sesungguhnya. Mereka itu terbagi kepada tiga kelompok:
Kelompok pertama, mereka yang memahami ibadah secara sempit dan parsial.
Mereka menyangka ibadah itu tidak lebih dari ibadah-ibadah yang dikenal secara
umum saja seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Ketika di masjid mereka
beribadah kepada Allah, dan ketika keluar masjid mereka berinteraksi dengan
riba, berzina, meminum khamar, durhaka kepada orang tua, berprilaku buruk
kepada teman-teman sekerja, istri dan anaknya juga tidak menutup aurat. di
dalam masjid dia bersama Allah dari satu sisi, dan di luar masjid dia bersama
Allah dan orang lain dari sisi yang lain. Mereka mau menjalankan firman
Allah,Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa (AlBaqarah: 183), namun tidak mau menjalankan firman Allah, Hai orang-orang
yang beriman, diwajibkan atas kamu qishalahissalam(Al-Baqarah: 178)
Kelompok kedua, mereka yang memalingkan ibadah kepada selain Allah. Mereka
Beribadah kepada selain Allah, menyembelih kepada selain Allah, bersumpah
dengan selain Allah, dan tawaf juga bukan di Kabah dan disertai pengagungan
kepada selain Allah, menyerahkan nazar kepada selain Allah, minta tolong
kepada selain Allah, menyerahkan urusan bukan kepada selain Allah dan
bertawakkal kepada selain Allah. Mereka lebih percaya dan yakin kepada umat
manusia dari pada pencipta langit dan bumi. Bahkan ada yang berkata, Apabila
Anda mengalami masalah, maka minta tolonglah kepada pemilik kuburan ini.
Ada juga yang berkata, Kami percaya dan yakin bahwa alam semesta
mempunyai poros dan pasak-pasak yang mengatur dan menjalankan alam ini
secara natural.
Kelompok ketiga, mereka yang beribadah kepada Allah dan mengharapkan ridhaNya, keikhlasannya tidak perlu diragukan lagi, namun ibadahnya kepada Allah
tidak sesuai dengan petunjuk Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Mereka
beribadah tidak sesuai dengan sunnah, karena itu ibadahnya akan tertolak
langsung dan tidak diterima oleh Allah. Allah berfirman,
) (
][ 110 :
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun
)dalam beribadah kepada Tuhannya. (Al-Kahfi: 110
Dari sini jelas bahwa ibadah manusia kepada Allah dan mengerjakan
kewajibannya tidak dibatasi oleh suatu batasan, tidak pula oleh tujuan. Tidak ada
yang menghalangi dari ibadah dan ketaatan serta mengerjakan semua perintah
Allah kecuali kematian, yaitu meninggalkan dunia yang fana ini. Pada hakikatnya
kematian itu merupakan hal yang berat bagi jiwa manusia dan pada fitrahnya
mereka tidak menginginkannya.
] )[56 :
(
.
.
.
] )[74 : (
] )[8 : (
]) [201 :
(
)
(]:
[90
. Pendahuluan
Ibadah dalam Islam adalah berlainan sama sekali dengan konsep dan amalan
agama-agama atau kepercayaan-kepercayaan yang lain. Ia bukan perbuatan
mengasingkan diri, ia juga tidak terbatas kepada tempat-tempat tertentu sahaja
atau hanya dilakukan melalui perantaraan orang-orang tertentu. Ada agama
yang menganggap ibadah sebagai perbuatan mengasingkan diri atau memencil
diri dari kehidupan, menjauhi diri sama sekali dari menikmati nikmat di dunia ini.
Ibadah juga bukanlah sepertimana yang biasa dfahamii oleh masyarakat umum
iaitu pengucapan dua kalimah syahadah, solat, puasa, zakat dan haji, tetapi ia
merangkumi pengertian yang amat luas. Ia merupakan hubungan langsung di
antara hamba dengan Allah tanpa perantaraan sama ada orang biasa atau
golongan ulama. Ibadah mencakupi semua perkara dan perbuatan yang sesuai
dengan suruhan dan larangan Allah s.w.t. iaitu; mentaati segala yang disuruh
dan menjauhi apa yang dilarang.
.
Islam telah meletakkan ibadah di tempat yang paling istimewa sekali. Dalam alQuran dijelaskan bahawa seluruh jin dan manusia dijadikan semata-mata untuk
tujuan beribadah kepada Allah. Firman Allah s.w.t. yang bermaksud;
Tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdikan
diri kepada-Ku.
(al-Dzariyat: 56)
Semua Nabi dan Rasul yang diutuskan oleh Allah tidak ditugaskan kecuali
menyampai dan menyeru manusia supaya mengabdikan diri kepada Allah
sebagaimana firman-Nya yang bermaksud;
Sesungguhnya Kami telah mengutuskan kepada setiap umat itu seorang rasul
supaya mereka (menyerukan); Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut. (al-Nahl:
36)
2. Definasi Ibadah
Ibadah dari segi bahasa berasal dari perkataan Arab ain, baa dan dal yang
membawa maksud merendahkan diri, patuh dan taat. Dari segi istilah pula
ibadah bermaksud khusyuk kepada Allah, merendah diri dan tetap hati kepadaNya. Jelas dari maksud ibadah dari segi istilah ini telah memfokuskan
ketundukan dan kepatuhan seseorang manusia itu hanyalah ditujukan kepada
Allah tanpa sekutu. Jesteru itu sesuatu amalan yang pada zahirnya dilihat
sebagai ibadah tidak dikira sebagai ibadah seandainya amalan tersebut
dilakukan bukan ikhlas kerana Allah. Dalam al-Quran dijelaskan, ibadah sebagai
ubudiyah dan ketaatan. Firman Allah yang bermaksud;
Wahai orang yang beriman! Makanlah dari benda-benda yang baik (yang halal)
yang telah Kami berikan kepada kamu, dan bersyukurlah kepada Allah, jika betul
kamu hanya beribadat kepada-Nya. (al-Baqarah: 172)
Ini menunjukkan bahawa makna ibadah adalah sangat luas termasuk setiap apa
yang disuruh dan ditegah oleh Allah dan Rasul-Nya sama ada perkataan,
perbuatan zahir mahupun batin. Manusia mestilah merendah dan
menghambakan dirinya kepada Allah dengan tulus ikhlas dan mentaati segala
perintah dan larangan-Nya tanpa bantahan dan berdolak dalik.
3. Pembahagian Ibadah
Ruang lingkup ibadah dalam Islam amat luas. Ia merangkumi setiap aktiviti
kehidupan manusia. Setiap perkara yang dilakukan baik yang berkaitan dengan
individu mahupun masyarakat boleh menjadi ibadah kepada Allah s.w.t. jika ia
memenuhi syarat-syarat tertentu. Ulama telah membahagikan ibadah kepada
dua bahagian, iaitu;
a. Ibadah Khusus
Pengabdian kepada Allah dalam bentuk dan masa yang tertentu. Ia merupakan
sekumpulan perintah yang wajib dilakukan sebagaimana yang terkandung dalam
Rukun Islam. Ia tidak boleh direka dan dicipta sendiri oleh manusia mengikut
kehendak hati mereka sama ada dengan menambah atau mengurangkannya
seperti sembahyang, puasa, zakat, haji, membaca al-Quran, zikir dan
sebagainya. Sabda Rasulullah s.a.w. yang bermaksud;
Sembahyanglah kamu sebagaimana kamu melihat aku sembahyang. (Riwayat
Bukhari)
Ibadah ini juga dinamakan sebagai ibadah fardhu Ain iaitu sesuatu amalan yang
dituntut setiap individu mukalaf melakukannya dan berdosa sekiranya tidak
melakukannya.
b.Ibadah Umum
Pengabdian diri secara tidak langsung kepada Allah menerusi semua urusan
kehidupan duniawi yang berkaitan dengan hubungan sesama manusia dan
makhluk lain yang berlandaskan akidah dan syariat Islam. Ia juga dinamakan
sebagai ibadah fardhu kifayah iaitu suatu amalan yang wajib dilakukan oleh
sebahagian daripada anggota masyarakat Islam demi untuk kemaslahatan umat
Islam. Seandainya semua orang Islam dalam komuniti tesebut tidak
b. Kerja itu hendaklah disertakan dengan niat yang baik dan ikhlas kerana Allah.
Firman Allah yang bermaksud;
Pada hal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah
dengan mengikhlaskan ibadat kepadanya.. (al-Bayyinah: 5)
Sebagai contohnya ialah mencari rezeki yang halal bertujuan untuk mengelakkan
kemiskinan bagi menyara kehidupan diri dan keluarga supaya tidak bergantung
kepada orang lain. Begitu juga dengan pekerjaan lain seperti bercucuk tanam,
berniaga, belajar dan lain-lain.
e. Kerja yang dilakukan itu tidak menghalang atau melalaikan seseorang muslim
dari menjalankan kewajipan ibadah khusus seperti sembahyang, puasa dan
sebagainya sesuai dengan firman Allah yang bermaksud;
Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu dilalaikan oleh (urusan) harta
benda kamu dan anak-pinak kamu daripada mengingati Allah (dengan
menjalankan perintah-Nya). Dan (ingatlah), sesiapa yang melakukan demikian,
maka mereka itulah orang yang rugi.
(al-Munafiqun: 9)
Ibadah yang afdhal ketika tahajud ialah sembahyang sunat, tilawah alQuran, berdoa, berzikir dan beristighfar.
Ibadah yang afdhal ketika kesusahan ialah menolong orang yang ditimpa
kesusahan.
Ibadah yang afdhal ketika ada yang sakit ialah menziarahi si sakit.
5. Asas-Asas Ibadah
Asas-asas kepada perlaksanaan ibadah yang lebih sempurna memerlukan
kepada memiliki, memahami dan menghayati persoalan yang berkaitan dengan
iman, ilmu, ihsan dan ikhlas.
5.1 Iman
Perkara asas dalam Islam ialah iman. Ia pembeza mutlak kualiti insan sama ada
seseorang itu mukmin atau kufur. Justeru itu iman perlu dibina dan disuburkan.
Iman dalam kefahaman Islam berteraskan tauhid iaitu meyakini keesaan Allah.
Kesempurnaan iman seseorang memerlukan ia memahami Allah dan sifat-sifatNya, memahami kitab, mengenali para malaikat, rasul-rasul, Hari Akhirat dan
mempercayai qada dan qadar Allah. Keimanan yang mantap mampu mendorong
seseorang melakukan amalan semata-mata kerana Allah.
5.2 Ilmu
Ilmu adalah alat yang penting untuk membolehkan manusia memahami,
menghayati dan mampu berfungsi sebagai khalifah Allah di muka bumi ini.
Kepentingan ilmu juga dapat dilihat melalui penurunan ayat yang pertama ke
atas junjungan besar Nabi Muhammad s.a.w. iaitu yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan Penguasaan ilmu mesti meliputi ilmu-ilmu fardhu ain dan ilmu
fardhu kifayah supaya insan dapat memahami keluasan skop ibadah dalam
Islam. Dengan ilmu juga manusia dapat memahami bagaimana cara untuk
melaksana ibadah kepada Allah dengan lebih sempurna.
5.3 Ihsan
Perkataan Ihsan mempunyai makna yang luas. Segala bentuk kebajikan yang
dilakukan bagi memenuhi keperluan seseorang dalam apa juga keadaan dikira
sebagai ihsan. Memberi makan orang yang lapar, memberi minum orang yang
dahaga dan bersedekah mengikut keperluan keadaan adalah di antara contohcontoh ihsan. Oleh itu kita perlu bersifat ihsan sebagaimana ihsannya Allah
kepada hamba-Nya. Firman Allah yang bermaksud;
Berbuat baiklah (kepada hamba-hamba Allah) sebagaimana Allah berbuat baik
kepadamu (dengan pemberian nikmat-Nya yang melimpah-limpah); dan
janganlah engkau melakukan kerosakan di muka bumi; sesungguhnya Allah
tidak suka kepada orang yang berbuat kerosakan.
(al-Qasas: 77)
Ihsan itu ialah engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika
engkau tidak melihat-Nya, maka (Dia) Allah melihat kamu. (Riwayat al-Bukhari)
5.4 Ikhlas
Mengerjakan sesuatu perbuatan dengan suci hati dan tidak bercampur dengan
unsur-unsur riya. Melakukan sesuatu kewajipan semata-mata untuk Allah serta
untuk mendapatkan rahmat dari-Nya. Ini bertepatan dengan firman Allah yang
bermaksud;
Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah
dengan mengikhlaskan ibadah kepada-Nya. (al-Bayyinah: 5)
Ikhlas menjadi syarat penting kepada penerimaan segala amal ibadah dan
pengabdian terhadap Allah. Ia juga merupakan sifat rohaniah yang membawa
seseorang kepada kedudukan tinggi di sisi Allah dan juga di kalangan manusia.
Dalam melakukan peribadatan kepada Allah, persoalan iman, ilmu, ihsan dan
ikhlas perlu digandingkan dan tidak boleh dipisah-pisahkan. Ia perlu dibina
secara seimbang dan sepadu. Iman tanpa ilmu tidak kukuh dan mantap,
sebaliknya ilmu tanpa iman akan menyesatkan. Amal tanpa ihsan dan ikhlas
adalah sia-sia dan merugikan. Oleh yang demikian keempat-empat unsur itu
perlu digarap secara adil dan bersama untuk mendapatkan hasil yang positif di
sisi Allah dan juga kesejahteraan hidup di dunia.
6. Keistimewaan Ibadah
Ibadah dalam Islam mempunyai ciri-ciri yang unik berbeza sama sekali dari
konsep ibadah dalam agama dan kepercayaan yang lain. Keistimewaan ibadah
dalam Islam terletak pada perkara-perkara berikut;
6.1 Ketundukan dan ketaatan sepenuhnya kepada Allah
Ibadah dalam Islam melambangkan ketundukan sepenuhnya seseorang kepada
Allah dan ketaatan mutlak kepada-Nya. Ibadah khusus dilakukan menurut garis
panduan yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah s.a.w. tanpa melakukan
sebarang perubahan. Manakala dalam ibadah umum dilaksanakan dengan
mencontohi Rasulullah s.a.w. dalam seluruh kehidupan. Ini bertepatan dengan
firman Allah yang bermaksud;
Dan apa yang diperintah oleh Rasulullah (s.a.w.) kepada kamu, maka terimalah
serta amalkan, dan apa jua yang dilarangnya kamu melakukannya maka
patuhilah larangannya Dan bertakwalah kamu kepada Allah; sesungguhnya Allah
amat berat azab siksa-Nya (bagi orang yang melanggar perintah-Nya). (alHasyr: 7)
Peranan ulama dalam Islam bukanlah sebagai perantara di antara hamba dan
Tuhannya sebagaimana yang ada dalam kepercayaan agama yang lain kerana
mereka menjadikan paderi, sami dan roh nenek moyang sebagai perantara.
Peranan ulama adalah lebih kepada menyampaikan ilmu pengetahuan dan cara
yang betul untuk beribadah kepada Allah dan bukan untuk mengampunkan dosa
atau mengkabulkan doa seseorang kepada Allah.
Setiap Muslim mempunyai tanggungjawab terhadap diri sendiri, anak isteri dan
keluarga, jiran tetangga dan anggota masyarakat. Semua tanggungjawab ini jika
dilakukan berlandaskan kepada tuntutan Allah adalah dikira sebagai ibadah.
Keluasan ibadah seumpama ini hanya wujud dalam Islam kerana kebanyakan
agama dan kepercayaan lain memisahkan di antara ibadah dan urusan
kehidupan. Urusan ibadah hanya dipenjarakan di gereja dan kuil sahaja dan
terbatas pula dalam hubungan mereka dengan tuhan semata-mata.
Tujuan Allah mewajibkan solat ke atas manusia adalah untuk kebaikan dan
kebahagiaan manusia sendiri baik di dunia dan juga di akhirat. Keadaan ini dapat
dijelaskan melalui panggilan azan yang selalu disebut oleh muazzin yang
bermaksud;
Marilah mengerjakan solat, marilah kepada kemenangan.
Solat merupakan Rukun Islam yang kedua dan satu-satunya ibadah yang
diterima oleh Nabi Muhammad s.a.w. secara langsung daripada Allah s.w.t,
sedangkan ibadah lain melalui wahyu yang disampaikan oleh malaikat Jibril a.s.
meruntuhkan agamanya sendiri. Kita marah apabila ada orang menghina Islam,
memperlekehkan ajaran agama, mencabar kewibawaan Islam dan sebagainya
tetapi kita tidak sedar mungkin kita atau di kalangan keluarga sendiri serta
masyarakat telah cuba merobohkan agamanya dengan cara meninggalkan solat.
Solat dapat mencegah seseorang dari melakukan amalan yang keji dan
mungkar. Firman Allah yang bermaksud;
Dan dirikanlah solat. Sesungguhnya solat itu dapat mencegah dari perkara
keji dan kemungkaran. (al-Ankabut: 45)
Sifat-sifat jahat dan keji dapat dihindarkan. Keadaan ini telah dijelaskan oleh
Allah dalam al-Quran yang bermaksud;
Sesungguhnya manusia dijadikan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia
ditimpa kerugian ia mengeluh. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia menjadi
kikir, kecuali mereka yang mendirikan solat. Iaitu mereka yang mendirikan solat
dengan tetap.
(al-Maarij: 19-23)
Solat dapat membersihkan muslim dari segi zahir dan batin. Dari segi
zahirnya melalui penyucian diri dari hadas kecil dan besar, tempat dan pakaian.
Dari segi batinnya pula ialah dengan pembersihan hati dari sesuatu yang lain
dari Allah dengan penuh khusyuk dan ikhlas.
b. Ibadah zakat
Zakat dari segi bahasa bermakna subur, bersih dan berkembang. Menurut istilah
syarak, zakat bermakna kadar dari harta tertentu yang wajib dikeluarkan kepada
golongan yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat yang tertentu.
i. Kewajipan Zakat
Zakat merupakan kefardhuan ke atas setiap muslim yang cukup syaratsyaratnya. Ia mula diwajibkan pada tahun kedua hijrah. Kewajipan zakat adalah
berdasarkan firman Allah yang bermaksud;
Ambillah (sebahagian) dari harta mereka menjadi sedekah (zakat) supaya
dengannya engkau membersihkan mereka (dari dosa) dan mensucikan mereka
(dari akhlak yang buruk).
(al-Taubah:
103)
ii. Golongan yang berhak menerima zakat
Zakat perlu diagihkan kepada golongan atau asnaf-asnaf tertentu sebagaimana
yang dinyatakan dalam al-Quran. Firman Allah yang bermaksud;
Sesungguhnya sedekah (zakat) itu hanya untuk orang fakir, miskin, amil yang
menguruskannya, mualaf yang dijinakkan hatinya, hamba yang hendak
memerdekakan dirinya, orang yang berhutang dan (dibelanjakan pada) jalan
Allah dan orang musafir (yang keputusan) dalam perjalanan. (al-Taubah: 60)
Zakat bukan sebagai derma, sagu hati atau ihsan daripada pengeluar zakat,
tetapi ia adalah hak masyarakat yang terletak di bawah pengawasan
pemerintah untuk mengumpul dan mengagihkannya. Firman Allah yang
bermaksud;
Dan pada harta mereka, (ada bahagian yang mereka tentukan menjadi) hak
untuk orang miskin yang menahan diri (daripada) meminta.. (al-Zaariyat: 190)
Mendidik manusia melawan rasa cinta dan terikat dengan harta benda
duniawi. Adalah menjadi naluri manusia sayang kepada apa yang dimilikinya.
Namun demikian kadangkala terdapat keadaan-keadaan yang memerlukan
pengorbanan dari apa yang dimilikinya demi kerana sesuatu yang lebih penting.
Ibadat zakat melatih manusia agar sanggup berkorban harta yang disayangi
demi kerana tuntutan agama yang lebih penting.
c. Ibadah puasa
Puasa dari segi bahasa ialah menahan diri dari berbuat sesuatu. Dari segi istilah
puasa ialah menahan diri dari sesuatu yang boleh membatalkan puasa bermula
dari terbit fajar hingga tenggelam matahari dengan syarat-syarat tertentu.
i. Kewjipan Berpuasa
Ibadah puasa ialah Rukun Islam yang keempat dan diwajibkan kepada semua
orang Islam yang cukup syarat. Ia diwajibkan pada tahun kedua hijrah selepas
turunnya perintah solat dan zakat. Firman Allah yang bermaksud;
Wahai orang yang beriman! Diiwajibkan kamu berpuasa sebagaimana telah
diwajibkan atas orang yang terdahulu daripada kamu supaya kamu bertakwa.
(al-Baqarah: 183)
Orang mukmin akan melalui bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan
berusaha bersungguh-sungguh untuk memperolehi kelebihannya. Dia sentiasa
beringat bahawa bulan yang mulia ini adalah bulan dianugerahkan oleh Allah
dengan berbagai kelebihan yang melimpah ruah, penuh rahmat, lebih
menyeluruh dan lebih sempurna.
ii. Kesan perlaksanaan ibadah puasa
Puasa dapat menundukkan nafsu jahat dan dapat memelihara diri dari
kejahatan syaitan. Nafsu ialah naluri atau perasaan yang mendorong kepada
kejahatan. Keinginan hawa nafsu dan tuntutan jasmani yang melampau juga
dapat dihindarkan.
akan menjadi perhiasan diri mereka yang berpuasa. Ini dibuktikan dengan sabda
Rasulullah s.a.w. yang bermaksud;
Bukanlah puasa itu sekadar menahan diri dari makan dan minum.
Sesungguhnya puasa itu ialah mencegah diri dari segala perbuatan yang sia-sia
(tidak bermenafaat) dan menjauhi perkataan kotor dan keji Sebab itu jika ada
orang yang mengajak kamu berbuat keji. Wajiblah engkau berkata: saya sedang
berpuasa.
(Riwayat Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibban dari Abu
Hurairah)
d. Ibadah Haji
Dari segi bahasa haji bererti pergi atau menuju. Dari segi istilah ia bermaksud
mengunjungi Baitullah dengan niat untuk mengerjakan ibadah kepada Allah
dengan rukun dan syarat-syarat yang tertentu dan dikerjakan pada masa yang
tertentu. Ibadat haji merupakan salah satu rukun Islam yang lima dan
mempunyai nilai-nilai yang mulia secara tersendiri.
i. Kewajipan haji
Ibadah haji merupakan Rukun Islam yang kelima dan diwajibkan pada tahun
keenam hijrah. Dalil tentang kefardhuan haji sebagaimana firman Allah yang
bermaksud;
Dan Allah mewajibkan manusia mengerjakan ibadah haji dengan mengunjungi
Baitullah iaitu sesiapa yang mampu sampai kepadanya. (ali-Imran: 97)
Ibadah haji dapat membentuk disiplin yang tinggi melalui tegahan dan
larangan ketika berihram yang merupakan cabaran kepada fizikal dan spiritual
manusia.
Iktibar dari sejarah juga boleh didapati oleh orang yang melaksanakan
ibadah haji apabila mereka melihat sendiri tempat awal kewujudan Islam di
samping memenuhi perintah Allah sepertimana yang pernah dilakukan oleh Nabi
Ibrahim a.s dan Nabi Ismail a.s.
Ibadah membentuk akhlak dan melatih jiwa yang murni kerana orang yang
beribadah sentiasa melatih diri untuk tunduk dan patuh kepada segala perintah
Allah dan ingin mencari keredhaan-Nya dalam semua aspek kehidupan.
8. Kesimpulan
Konsep ibadah dalam Islam merangkumi skop yang begitu luas. Setiap pekerjaan
adalah dikira sebagai ibadah sekiranya memenuhi segala peraturan dan syaratsyarat yang telah ditetapkan. Dalam ajaran Islam ibadah yang dilakukan
terutama ibadah khusus sebenarnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia kerana kesannya sangat besar kepada kehidupan seorang muslim sama
ada di dunia mahupun di akhirat. Setiap yang diperintahkan oleh Allah kepada
manusia baik berupa suruhan ataupun larangan sudah pasti mempunyai
manfaat tertentu untuk manusia. Allah tidak akan rugi atau berkurangan
sedikitpun jika manusia tidak melakukan, sebaliknya yang akan rugi adalah
manusia itu sendiri.
Rujukan
Al-Quran terjemahan
Harun Din, Dato Dr. 2007. Islam Pembina Tamadun Manusia. Kuala Lumpur:
PTS Millennia Sdn. Bhd
Mohd Nor Mamat (et.al). 2002. Insan dan Manhaj Ketuhanan. Shah Alam:
Pusat Pendidikan Islam.
Prof. Dr Haron Din (et.al). 1988. Manusia dan Islam. cet.iv. Kuala Lumpur:
Percetakan Watan Sdn Bhd.
Us. Che Bakar dan Us. Bakri Sulaiman. (t.t). Teras Kefahaman Islam. Institut
Teknologi Mara Cawangan Kelantan.
Nasruddin Razak, Drs. 1977. Dienul Islam. Cet. Kedua. Bandung: PT al- Maarif
Posted by MOHD ZUHAIRI BIN SAFUAN at 7:39 PM
nilai puasa kecuali hanya lapar haus: 1. Dusta, 2. Gosip, 3. Marah, 4. Sumpah
palsu, 5. Mencaci, 6. Melihat dengan syahwat, 7. Berkata kotor, 8. Tidak salat, 9.
Memfitnah, dan sebagainya segala bentuk maksiyat.
Allahumma ya Allah, ampunilah seluruh dosa kami, panjangkan umur kami
hingga Ramadan, sehat afiatkan dalam melaksanakan amal ibadah selama
Ramadan, terimalah amal ibadah kami. Semoga Allah membimbing kita semua
meraih puasa yang diterima oleh Allah. Amin.
[bai]
Find us on:
Beranda
Warta
Fragmen
Seni Budaya
Halaqoh
Kolom
Pesantren
Tokoh
Buku
Humor
Tentang NU
Index
Bahtsul Masail
Hikmah
Syariah
Ubudiyah
Taushiyah
Khotbah
Buletin Jumat
Khotbah
Dua Sisi Ibadah dan Keistimewaan Puasa
Print
Download
Send
Senin, 30/07/2012 16:38
.
,
,
.
Ayyuhal Hadhirun Rahimakumullah
Marilah kita bersama-sama memanjatkan puji dan syukur kita kepada Allah swt
atas ni'mat Ramadhan. karena Ramadhan merupakan wahana perantara,
sebagai media menjadikan kita seorang hamba yang bertaqwa. Oleh karenanya
mari kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kita di bulan yang penuh
rahmat ini.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Rukun Islam ada lima perkara. Membaca syahadat, mengerjakan shalat,
membayar zakat, berpuasa dan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu. Bila
diperhatikan dengan seksama kelima rukun Islam tersebut bersifat positif
(syatrul iktisab), kecuali puasa. Karena sesungguhnya perintah puasa adalah
bersifat negative (syatrul ijtinab), yaitu perintah untuk meninggalkan sesuatu
(makan, minum, menahan nafsu dan lain-lain). Artinya, apabila syahadat harus
diucapkan, shalat harus dikerjakan, zakat harus ditunaikan, haji harus
dilaksanakan, maka puasa harus menahan segala hal yang membatalkannya.
Inilah satu keistimewaan ibadah puasa dibandingkan dengan ibadah lainnya.
Sesungguhnya ibadah dalam konteks pencegahan jauh lebih berat dibandingkan
dengan ibadah yang bersifat melaksanakan. Menjadi pedagang adalah hal yang
gampang, tetapi berdagang tanpa unsure tipu dan bohong bukan pekerjaan yang
gampang. Menjadi pejabat adalah hal yang sulit, tetapi lebih sulit lagi menjadi
pejabat yang tidak korup. Berkumpul di majlis ta'lim untuk mengaji bukanlah hal
yang berat, tetapi berkumpul tanpa menggunjing adalah sesuatu yang berat.
Ingatkah kita para hadirin, Bagaimana bahagianya kita ketika melihat anak kita
berhasil berjalan sendiri, setelah beberapa bulan belajar merangkak titah-titah.
Tetapi setelah ia lancar berjalan, alangkah susahnya memperingatkan ia agar
tidak lari-larian di rumah dan di jalanan.
Semua itu menunjukkan betapa sulitnya menghindar dari larangan dibandingkan
dengan melaksanakan perintah. Oleh karena itu dalam kitabnya Minhajul Abidin,
Imam Ghazali mengatakan bahwa:
. :
.
.
Ada dua sisi dalam ibadah. Pertama sisi pelaksanaan (syatrul iktisab), dan kedua
sisi larangan (syatrul ijtinab). Sisi pelaksanaan adalah melaksanakan berbagai
perintah Allah inilah makna tho'at. Sedangkan sisi larangan adalah mencegah
berbuat maksiat dan keburukan inilah arti taqwa. Sisi larangan ini jauh lebih
mulia, lebih utama, lebih baik dibandingkan dengan sisi pelaksanaan.
Oleh karena itu Hadirin yang dimuliakan Allah swt.
Puasa sebagai bentuk ibadah yang mengandung syatrul ijtinab memiliki
kemuliaan dan keistimewaan dibandingkan dengan ibadah lain. Karena ibadah
puasa didominasi dengan berbagai larangan. Larangan makan, minum, nafsu
dan lain sebagainya. Malah dengan bahasa Imam al-Ghazali puasa dapat
digolongkan sebagai ibadah tingkat tinggi. Hal ini wajar, karena sesungguhnya
puasa melatih seorang hamba mengendalikan musuh bebuyutan yaitu nafsu.
Jika puasa hanya menahan makan, minum dan tidak bersetubuh dengan lain
jenis, maka itu seperti puasanya burung dara. Burung dara yang kita masukkan
ke dalam sangkar sendirian tanpa makan dan minum dari fajar sampai
menjelang malam, maka burung dara itupun telah berpuasa. Apakah kita ingin
kwalitas puasa kita seperti burung darang, atau kambing misalkan. Tentu tidak.
Latihan mengendalikan nafsu adalah latihan membersihkan hati dari berbagai
penyakit. Mulai dari iri, dengki, hasud, thoma', ujub, riya' dan sum'ah. Semua itu
adanya dalam hati, dan kita sebagai seorang hamba harus mebiasakan diri
mengendalikan mereka. Dengan bantuan perut lapar, haus, badan lemas dan
mata terkekang. Sungguh berat latihan ini akan tetapi jika berhasil, Allah telah
menjanjikan hadiah besar yang belum pernah terbayangkan.
Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: "Setiap amal perbuatan anak Adam yakni manusia itu, yang berupa kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya
dengan sepuluh kalinya sehingga tujuhratus kali lipatnya. "Allah Ta'ala berfirman:
"Melainkan puasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untukKu dan Aku akan
memberikan balasannya. Orang yang berpuasa itu meninggalkan
kesyahwatannya, juga makanannya semata-mata karena ketaatannya pada
perintahKu. Seseorang yang berpuasa itu mempunyai dua macam kegembiraan,
sekali kegembiraan di waktu berbukanya dan sekali lagi kegembiraan di waktu
menemui Tuhannya. Niscayalah bau bacin mulut orang yang berpuasa itu lebih
harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi"
Dengan kata lain Allah ingin menegaskan bahwa pahala puasa adalah urusan-Ku,
jadi tidak perlu mengkhawatirkannya. Pahala puasa tidak dapat dibayangkan
besarnya, jika shalat jama'ah dilipatkan 27 kali, jika amal lain dilipatkan sekian
ratus kali, khusus untuk puasa Allah hanya akan memberikan sesuatu yang lain,
yang jauh lebih besar dari hitung-hitungan semcam itu.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Jika demikian puasa kita, maka benar apa yang dinyatakan al-Qur'an dalam surat
al-Baqarah 183 bahwa tujuan puasa untuk menjadikan seorang hamba yang
bertaqwa (la'allakum tattaqun).
"Hai sekalian orang yang beriman! Diwajibkanlah puasa atas engkau semua
sebagaimana yang diwajibkan atas orang-orang yang sebelum engkau semua
itu, supaya engkau menjadi orang yang bertaqwa"
Seperti yang khatib terangkan bahwa kata taqwa itu sendiri yang secara harfiah
bermakna takut, lebih condong pada usaha pencegahan diri dari melaksanakan
berbagai larangan Allah. Berbeda dengan tha'at yang memiliki arti keta'atan dan
ketundukan menjalankan berbagai perintah-Nya.
Barang siapa yang ingin bertaqwa kepada Allah swt, maka ia harus merasa takut
akan neraka yang disediakan oleh-Nya untuk para pendosa. Dan barang siapa
yang takut kepada ancaman siksa-Nya, secara otomatis ia akan menjauhi hal-hal
yang dapat menariknya ke neraka. Karena setiap mereka yang takut pasti akan
lari menjauh, dan siapa yang cinta pasti akan datang mendekat. Sebagai mana
seorang yang takut akan ular, pasti akan menghindari ular. Siapa yang takut
dengan singa pasti menjauh dari singa. Dan begitulah sebaliknya barang siapa
yang mencintai keluarganya, ia pasti ingin selalu dekat dengan keluarganya.
Barang siapa mencintai kekasihnya, tak mau ia jauh sedikitpun darinya.
Demikian yang dikatakan Dzunnun al-Misry
Siapa yang takut pastilah akan menghindar (menjauh), dan siapa yang cinta
pasti akan mencari (mendekat)
Akan tetapi, Maasyiaral Muslimin Rahimakumullah
Anehnya banyak orang yang takut dengan neraka dan berbagai siksanya, tetapi
ia malah semakin mendekatinya. Dengan melakukan berbagai laku maksiat dan
dosa. Dan itu semua dilakukannya dengan penuh kesadaran. Begitu pula
sebaliknya. Banyak orang mengaku mencintai Allah, tapi malah semakin
menjauh dari-Nya. semoga kita semua tidak termasuk golongan yang demikian.
Oleh karena itu, pada akhir khutbah kali ini khatib mengingatkan untuk diri
sendiri dan juga yang lain. Marilah kita bersama-sama memaknai ketaqwaan di
bulan Ramadhan yang masih tersisa ini dengan melatih diri mengendalikan
nafsu. Semoga Allah mempermudah latihan kita ini.
Ya Allah sesunguhnya ampunanmu lebih kami andalkan dari pada amal-amal
yang kami lakukan, dan rahmatmu jauh lebih luas dibandingkan dosa kami. Oleh
karena itu jikalau kami, hambamu ini belumlah pantas mengharapkan RahmatMu. Namun karena ke agungan dan kebesaran-MU rahmat-Mu sangat pantas
sekali menghampiri kami,
.
,
.
Keistimewaan dan Keutamaan Ibadah Puasa Ramadhan dibandingkan
Ibadan Lain. Salah satu rukun islam yaitu menjalankan puasa di bulan suci
ramadhan (Pelajari : 5 Rukun Islam yang Wajib Kita Ketahui), namun, dari kelima
rukun islam yang ada, ibadah puasa ramadhan mempunyai keutamaan dan
keistimewaan tersendiri yang tentunya lebih tinggi dibandingkan dengan ibadahibadah yang lain.
Mengapa demikian? Pasalnya, ibadah puasa ramadhan merupakan satu-satunya
ibadah yang tidak dapat dimasuki riya, karena tiada yang mengetahuinya kecuali
Allah SWT. Sedangkan ibadah yang lain, umpamanya shalat, adakalanya
dilakukan oleh seseorang, karena ingin dikatakan orang shaleh, banyak
ibadahnya, dan lain sebagainya.
Demikian juga halnya dengan bersedekah karena ingin dikatakan dermawan,
atau ia berjuang karena ingin suatu kedudukan, atau ingin gelar pahlawan dan
sebagainya. Akan tetapi puasa, suci daripada itu semuanya.
Oleh sebab itulah Allah SWT mengakui keutamaan ibadah puasa ramadhan,
dan erat hubungannya dengan kesucian jiwa dan keikhlasan hati. Hal ini
dijelaskan di dalam hadits kudsi. Allah SWT telah berfirman:
Segala amal ibadah anak Adam adalah baginya, kecuali puasa adalah bagiku,
dan Aku lah akan membalasnya.
Hadits Qudsi tersebut menjelaskan bahwa, segala amal ibadah manusia dapat
dilihat dan dinilai, oleh manusia itu sendiri, kecuali puasa tidak dapat dilihat, dan
tidak dapat diketahui orang lain, kecuali Allah SWT.
Menurut Syekh Muhammad Ibrahim Al Khatib, bahwa puasa itu merupakan
rahasia antara hamba dengan Tuhannya, tidak ada yang melihatnya kecuali Dia
karena orang yang berpuasa, tidak seperti melakukan shalat, zakat dan haji,
dapat dilakukan karena riya.
Tetapi orang yang melakukan puasa meninggalkan syahwatnya, makanan dan
minumannya karena Allah semata, tidak diketahui oleh seseorang, dan itulah
Rahasia Puasa sehingga khusus milik Allah SWT.
Dalam riwayat lain oleh Bukhari dan Abu Daud, dari Abu Hurairah RA Rasulullah
SAW bersabda:
Demi diri Muhammad di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang
berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak wangi (kasturi).
Allah juga berfirman dalam hadis Qudsi:
Orang berpuasa meninggalkan makanannya, minumannya, dan syahwatnya
karena Aku, Puasa itu milik-Ku, dan Akulah yang akan memberinya balasan. Dan
kebaikan (selain puasa), dibalas dengan sepuluh kebaikan.
Selain itu, riwayat Imam Ahmad, dari Ibnu Amir RA Rasulullah SAW juga bersabda
:
Puasa dan Alquran keduanya akan memberi pertolongan bagi seseorang pada
hari kiamat. Puasa akan berkata, Ya Tuhanku, aku telah mencegahnya makan dan
memenuhi keinginannya di siang hari, izinkanlah aku menolongnya. Alquran juga
berkata, Saya telah mencegahnya untuk tidur pada malam hari, izinkanlah aku
menolongnya. Maka Alquran dan Puasa diizinkan Allah untuk memberikan
pertolongan kepada orang tersebut.
Riwayat berikutnya oleh Imam Ahmad, Nasai, dan Al Hakim, dari Abu Umamah
RA yang mengatakan:
Saya pernah mendatangi Rasulullah SAW seraya aku berkata, Ya Rasulullah,
perintahkanlah aku suatu amal, yang membawa aku masuk syurga.
Rasulullah saw bersabda:
Hendaklah engkau berpuasa, karena puasa itu tiada bandingannya. Kemudian,
saya datangi kedua kalinya, beliau bersabda lagi. Hendaklah engkau berpuasa.
Demikian juga riwayat oleh Bukhari dan Muslim, dari Sahl bin Saed, Rasulullah
SAW bersabda:
Sesungguhnya syurga mempunyai suatu pintu yang dinamakan Rayyan. Pada
hari kiamat nanti pintu tersebut akan berseru kepada orang-orang yang telah
berpuasa untuk memasuki surga melalui pintu itu. Setelah semuanya masuk,
ditutuplah pintu itu.
Hadis ini menunjukkan betapa agung dan istimewanya orang yang berpuasa.
Hingga mereka mempunyai tempat khusus untuk masuk surga. Jika mereka
semuanya sudah masuk, pintu rayyan tersebut akan tertutup.
Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada orang lain yang bisa memasuki surga
melalui pintu itu kecuali hanya bagi orang-orang yang berpuasa.
Nah... dengan adanya sedikit ulasan tersebut diatas tentang Keutamaan
Ibadah Puasa Ramadahan, semoga dibulan suci ini atau Bulan Puasa
Ramadhan 2013 kita semua dapat menjalankan ibadah puasa 30 hari full 10
Keistimewaan Orang Yang Berpuasa
by Hasnul Hadi Ahmad on August 24, 2010
Dalam satu hadits riwayat Ibnu Mundih dinyatakan, Diamnya orang yang
berpuasa adalah tasbih, tidurnya merupakan ibadah, dan doanya akan
dikabulkan, serta perbuatannya akan dilipat gandakan (pahalanya).
Kesembilan, di antara cara yang Allah kenakan dalam memuliakan orang yang
berpuasa, bahawa Allah menjadikan orang yang memberi makan berbuka puasa
pahalanya sama dengan orang yang berpuasa itu sendiri meskipun,walaupun
dengan sepotong roti atau seteguk air.
Dalam satu riwayat Nabi bersamda: seseorang yang memberi makan orang yang
puasa dari hasil yang halal, akan dimintakan ampunan oleh malaikat pada
malam-malam Ramadhan meskipun hanya seteguk air. (Hr. Abu Ya`la).
Kesepuluh, orang yang berbuka puasa dengan berjamaah demi melihat
keagungan puasa, maka para malaikat akan berselawat (memintakan ampunan)
baginya.
Wallahualam.
hasnulhadiahmad.com
dengan sehat dan ikhlas tentunya.
Semoga apa yang SoogLo Media bagikan pada kesempatan ini dapat bermanfaat
bagi Anda semua.
.....
KEKHUSUSAN DAN KEISTIMEWAAN BULAN RAMADHAN
KEKHUSUSAN DAN KEISTIMEWAAN BULAN RAMADHAN
1. Puasa bulan Ramadhan adalah rukun keempat dalam Islam.
Firman Allah taala:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa. (Al Baqarah: 183).
Sabda Nabi r:
((
:
))
Islam didirikan di atas lima sendi, yaitu: syahadat tiada sembahan
yang haq selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah, mendirikan
shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji ke Baitul
haram. (Hadits Muttafaq alaih).
Ibadah puasa merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai
takwa, dan salah satu sebab untuk mendapatkan ampunan dosa-dosa,
pelipatgandaan kebaikan, dan pengangkatan derajat. Allah telah
menjadikan ibadah puasa khusus untuk diri-Nya dari antara amal-amal
ibadah lainnya. Firman Allah dalam hadits yang disampaikan oleh Nabi
r:
Puasa itu untuk-Ku dan Aku langsung membalasnya. Orang yang
berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika
1. Pada bulan ini terjadi peristiwa besar yaitu perang Badar, yang
pada keesokan harinya Allah membedakan antara yang haq dan
yang batil, sehingga menanglah Islam dan kaum muslimin serta
hancurlah syirik dan kaum musyrikin.
2. Pada bulan suci ini terjadi pembebasan kota Makkah Al
Mukarramah, dan Allah memenangkan Rasul-Nya. Sehingga
masuklah manusia ke dalam agama Allah dengan berbondongbondong dan Rasulullah mengahancurkan syirik dan paganisme
yang terdapat di kota Makkah, dan Makkah pun menjadi negeri
Islam.
3. Pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka
ditutup dan para setan diikat.
Betapa banyak berkah dan kebaikan yang terdapat dalam bulan
Ramadhan. Maka kita wajib memanfaatkan kesempatan ini untuk
bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya dan beramal shalih.
Semoga kita termasuk orang-orang yang diterima amalnya dan
beruntung.
Perlu diingat bahwa ada sebagian orang semoga Allah memberinya
petunjuk- mungkin berpuasa tapi tidak shalat, atau hanya shalat pada
bulan Ramadhan saja. Orang seperti ini tidak berguna baginya; puasa,
haji, maupun zakat. Karena shalat adalah sendi agama Islam yang ia
tidak dapat tegak kecuali dengannya. Sabda Nabi r:
((
:
)) .
:
:
Jibril datang kepadaku dan berkata: Wahai Muhammad, siapa yang
menjumpai bulan Ramadhan, namun setelah bulan itu habis dan ia
tidak mendapat ampunan, maka jika ia mati ia masuk neraka. Semoga
Allah menjauhkannya. Katakanlah: amin, aku mengatakan: amin. (HR.
Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam shahihnya) ([1]).
Maka seyogyanya waktu-waktu pada bulan Ramadhan dipergunakan
untuk berbagai amal kebaikan, seperti: shalat, sedekah, membaca Al
Quran, zikir, doa dan istighfar. Ramadhan adalah kesempatan untuk
menanam bagi para hamba Allah, untuk membersihkan hati mereka dari
kerusakan.
Juga wajib menjaga anggota badan dari segala dosa, seperti: berkata
yang haram, melihat yang haram, mendengar yang haram, minum dan
makan yang haram; agar puasanya menjadi bersih dan diterima dan
orang yang berpuasa memperoleh ampunan dan pembebasan dari api
neraka.
Tentang keutamaan Ramadhan, Nabi r bersabda:
((
))
.
Aku melihat seorang laki-laki dari umatku terengah-engah kehausan,
maka datanglah kepadanya puasa bulan Ramadhan lalu memberinya
))
.
Shalat lima waktu, shalat Jumat ke shalat jumat lainnya dan
Ramadhan ke Ramadhan berikutnya menghapuskan dosa-dosa yang
dilakukan di antaranya jika dosa-dosa besar ditinggalkan. (HR.
Muslim).
Jadi hal-hal yang fardhu ini dapat menghapuskan dosa-dosa kecil,
dengan syarat dosa-dosa besar ditinggalkan. Dosa-dosa besar yaitu:
perbuatan yang diancam dengan hukuman di dunia dan siksaan di
akhirat. Misalnya: zina, mencuri, minum arak, mencaci kedua orang tua,
memutuskan hubungan kekeluargaan, transaksi dengan riba,
mengambil risywah (uang suap), bersaksi palsu, memutuskan perkara
dengan selain hukum Allah.
Seandainya tidak terdapat dalam bulan Ramadhan keutamaankeutamaan selain keberadaannya sebagai salah satu fardhu dalam
Islam, dan waktu diturunkannya Al Quranul Karim, serta adanya
Lailatul Qadar yang merupakan malam yang lebih baik dari seribu
bulan- di dalamnya,, niscaya itu sudah cukup. Semoga Allah
melimpahkan taufik-Nya([2]).
Dalam ajaran Islam, seseorang untuk dapat masuk surga tidaklah mudah dan
hanya sedikit daari umat Islam yang benar-benar masuk surga, dasarnya adalah
sebuah hadits yang berbunyi kira-kira: Ya Rasulullah, apakah kami semua (umat
Islam) pasti masuk surga, jawab Rasulullah: Tidak! Sesungguhnya umatku yang
masuk surga tidak lebih banyak dari jumlah bulu onta yang dapat kamu tutupi
dengan sebelah telapak tanganmu dari seluruh bulu onta yang ada di tubuh onta
tersebut!. Dan ada lagi Hadist yang berbunyi kira-kira: Pada akhir jaman,
umatku akan terpecah menjadi 72 (tujuh puluh dua) cabang, dan yang masuk
surga hanyalah satu, yakni yang kembali kepada Al~Quran dan Hadist!, sedikit
pembahasan, sesungguhnya dalam sastra Arab, menggunakan bilangan 7 (tujuh)
adalah untuk menunjukkan suatu kenyataan banyak, jadi bukan jumlahnya ada
7 (tujuh) tetapi jumlahnya adalah tidak terbilang dan banyak. Semakin besar
yang tidak terbilang tersebut akan semakin besar penggunaan bilangan 7 (tujuh)
tersebut, misalnya 77 (tujuh puluh tujuh), atau 777 (tujuh ratus tujuh puluh
tujuh), dst. Kesimpulan, pada akhir jaman, umat Islam akan terpecah belah
menjadi sangat banyak, tetapi hanya 1 golongan saja dari sekian banyak
pecahan yang masuk surga.
Sudah begitu:
Untuk dapat masuk surga versi Islam, sangatlah tidak mudah. Dibutuhkan
kesungguhan dan pengorbanan yang benar-benar berat dan mendalam
sepanjang hidup manusia, itupun belum tentu bisa masuk surga, tidak cukup
dengan hanya sekedar menyebut dua kalimat syahadat, tak ada dasar
Al~Quran dan Hadist bahwa bila seseorang mengucapkan dua kalimat syahadat
dijamin masuk surga, tetapi harus juga dengan membuktikan keislamannya
dengan menjalankan seluruh perintah Allaah S. W. T. dan meninggalkan seluruh
larangan Allaah S. W. T.. Seseorang masuk Islam dimulai dengan menjalankan
salah satu rukun Islam dan yang pertama-tama adalah mengucapkan dua
kalimat syahadat, yakni bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allaah S. W. T. dan
bersaksi bahwa Muhammad S. A. W. adalah utusan Allaah S. W. T.. Memang
dalam Islam ada ayat yang berbunyi kira-kira tiada paksaan dalam Islam atau
menjadi Islam, memang benar ayat tersebut, tetapi ayat tersebut berlaku hanya
kepada orang-orang yang belum menjadi Islam, bila telah menjadi Islam, maka
menjadi kewajibannya untuk menjalankan segala hukum dan syariat Islam tanpa
dipilih-pilih mana yang berat atau mana yang ringan atau memilih-milih mana
yang disukai dan meninggalkan mana yang tidak disukai, sesuai dengan ayat
yang kira-kira berbunyi Jadilah Islam seluruhnya atau sempurna. Dalam
menjalankan ibadah, manusia diuji keimanannya oleh Allaah S. W. T. untuk
diketahui mana yang emas mana yang suasa, sebagaimana ayat Al~Quran yang
berbunyi kira-kira: Tidak Kami terima pernyataan iman seseorang sebelum kami
uji dengan sungguh-sungguh sebagaimana orang-orang yang terdahulu di uji,
memang ada ayat yang berbunyi kira-kira tuhan tidak akan menguji hambanya
melebihi kemampuan hambanya, sehingga banyak umat Islam yang enggan
menjalankan hukum dan syariat Islam dengan anggapan bahwa dirinya tidak
sanggup dalam menjalankannya dengan anggapan bahwa dia tidak sanggup
menjalankan ujian keimanan dari Allaah S. W. T., padahal seharusnya sebagai
umat Islam, yang ada adalah Samina wa Atona, alias saya dengar dan saya
jalankan segala perintah Allaah S. W. T. dengan sepenuh dayanya sampai benarbenar ternyata dia tidak mampu lagi untuk menjalankannya, dan Allaah S. W. T.
tahu benar kemampuan hambanya tetapi hambanya boleh dikata sama sekali
tidak tahu akan kemampuannya, apa lagi belum mencoba untuk menjalankan
ujian tersebut hingga ke ujungnya.
Hal lain, dalam beribadah, umat Islam diharuskan hanya karena segan dan
cinta kepada Allaah S. W. T. dan dihati harus bersih dari pamrih atau keinginankeinginan lainnya selain memperoleh ridho Allaah S. W. T., baik itu ibadah khas
atau ibadah yang telah ditentukan seperti sholat, puasa, zakat, dll, juga ibadahibadah lainnya seperti makan, minum, bersetubuh dengan suami atau istri yang
sah, belajar, mencari nafkah, melahirkan, dll. Masih ada hal lain yang perlu
diperhatikan dalam melakukan amal ibadah tersebut, seperti niatnya, tatacaranya.
Ada jalan untuk meringankan beban yang berat dalam menjalan ajaran Islam
yang sangat berat tersebut, yakni dengan mencintai Allaah S. W. T., tetapi
sayangnya kita tidak pernah tahu kapan datangnya cinta dan kapan perginya
cinta serta bagaimana wujud dari cinta tersebut. Kita tidak bisa mulut kita
berkata cinta tetapi hati kita berkata tidak cinta. Bila kita mencintai sesuatu, kita
akan selalu berusaha untuk menyenangkan hati yang kita cintai dan berusaha
untuk menjalankan apa-apa yang menjadi kehendak dari yang kita cintai demi
untuk memperoleh cinta dari yang kita cintai. Dalam usaha kita membuktikan
bahwa kita mencintai Allaah S. W. T., maka kita harus menjalankan apa-apa yang
tertulis di tulisan saya di atas, karena itu telah menjadi kehendak Allaah S. W. T.
bila kita mencintai Dia, dan bila kita benar-benar mencitai Dia, maka apa-apa
yang saya tulis di tulisan saya di atas akan terasa sangat ringan untuk
dijalankan.
Masuk surga versi Islam tidak semudah masuk surga versi Kristen/yahudi/israel,
dimana seseorang cukup mengakui bahwa dosanya (dosa warisan yang berasal
dari Adam dan hawa makan buah pengetahuan) ditebus dengan disalibkannya
dan matinya yesus di tiang salib, semua umat kristen/yahudi/israel dengan
cuma-cuma alias gratis masuk surga tanpa perlu melakukan apapun sepanjang
hidupnya, sekalipun dia sepanjang hidupnya berzina, membunuh, memperkosa,
mencuri, menipu, merampok, memeras, memfitnah, dll. Sudah begitu, tukang
peras/penjahat dan pelacur paling duluan masuk surga sedangkan Yesus setelah
mati di tiang salib naik ke langit langsung turun atau masuk neraka yang paling
buruk dan kejam, yakni nereka Hades (semuanya ada ayat injilnya)
Pertanyaan:
1. Lebih baik yang mana, surganya Islam yang harus berusaha dengan susah
payah atau surganya kristen yang gratisan?
2. Anda suka yang mana, suka yang harus berjuang dahulu atau yang
gratisan?
3. Biasanya lebih baik atau lebih bagus yang mana, yang berjuang dahulu
atau yang gratisan?
4. Biasanya lebih puas yang mana, yang berjuang dahulu atau yang
gratisan?
Back to Top
Jawab :
Hadits ini hadits yang shahih, diriwaytakan oleh Imam Bukhari dalam kitab
shahihnya. Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu
alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda,
Setiap umatku akan masuk surga, kecuali orang-orang yang enggan untuk
memasukinya. Ada seseorang yang bertanya, siapakah orang yang enggan
tersebut wahai Rasulullah ? Beliau bersabda, Barangsiapa mentaatiku akan
masuk surga, barangsiapa tidak taat kepadaku sungguh dia orang yang enggan
masuk surga (H.R Bukhari)
Makna hadits ini bahwasanya umat beliau yang mentaati dan mengikuti petunjuk
beliau akan masuk surga. Barangsiapa yang tidak mengikutinya berarti dia
enggan masuk surga. Barangsiapa yang mengikuti Rasul shallallahu alaihi wa
sallam dan mentauhidkan Allah serta istiqomah dalam syariat Allah serta
menunaikan shalat, menunanaikan zakat, melaksanakan puasa Ramadhan,
berbakti kepada kedua orangtua, menjaga dari perkara yang Allah haramkan
seperti perbuatan zina, meminum minuman yang memabukkan, dan perkara
haram lainnya, maka akan masuk ke dalam surga. Karena orang tersebut telah
mengikuti Rasul shallallahu alaihi wa sallam. Adapun orang yang enggan dan
tidak mau mentaati syariat maka maknanya orang tersebut enggan untuk masuk
surga. Orang tersebut telah mencegah dirinya untuk masuk ke dalam surga
dengan amal keburukan yang dia lakukan. Inilah yang dimaksud makna hadits di
atas.
Wajib bagi setiap muslim untuk mentaati syariat Allah, serta mengikuti Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dalam setiap syariat yang beliau bawa.
Beliau adalah Rasulullah yang hak, penutup para Nabi alaihis shalatu wa
salaam. Allah Taala telah berfirman tentang Nabi-Nya,
Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah menyayangimu dan mengampuni dosa-dosamu. (QS. Ali Imran :31)
Mencintai Rasulullah adalah di antara sebab timbulnya rasa cinta Allah kepada
hamba-Nya dan juga sebab datangnya ampunan, serta sebab masuknya hamba
ke dalam surga. Adapun bermaksiat kepada beliau dan menyelisihi beliau
merupakan sebab kemurkaan Allah dan sebab terjerumusnya seseorang ke
dalam neraka. Barangsiapa melakukan yang demikian itu, dia enggan untuk
masuk ke dalam surga. Barangsiapa yang menolak untuk mentaati rasul
shallallahu alaihi wa sallam maka dia telah enggan untuk masuk surga.
Wajib bagi setiap muslim, bahkan bagi seluruh penduduk bumi, baik laki-laki
maupun perempuan, baik jin maupun manusia, seluruhnya wajib mentaati
syariat Nabi shallallahu alaihi wa sallam, mengikuti beliau, melaksanakan
perintah beliau, dan menjahui seluruh apa yang beliau larang. Ini merupakan
sebab masuknya seseorang ke dalam surga. Allah Taala berfirman,
Barangsiapa yang mentaati Rasul sesungguhnya ia telah mentaati Allah (QS.
An Nisa: 80)
Katakanlah: Taat kepada Allah dan taatlah kepada Rasul. dan jika kamu
berpaling maka sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang dibebankan
kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang
dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat
petunjuk. Dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat
Allah) dengan sejelas-jelasnya (QS. An Nur: 54)
Katakanlah: Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu
semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka
berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman
kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia,
supaya kamu mendapat petunjuk(Al Araf: 158)
Dalam ayat sebelumnya Allah Taala berfirman
Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya
dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran),
mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Al Araf: 57)
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya (QS. Al Hasyr:7)
Ayat-ayat yang semakna dengan ini sangat banyak. Maka wajib bagi setiap
orang yang mau berpikir dan bagi setiap muslim untuk mentauhidkan Alah dan
komitmen di atas ajaran agama Islam, mentatai rasul shallallahu alaihi wa
sallam, serta mentaati perintah beliau, menjauhi apa yang beliau larang. Itu
semua merupakan sebab masuk ke dalam surga dan jalan menuju surga. Adapun
barangsiapa menolak untuk melakukkannya maka orang tersebut telah enggan
untuk masuk surga.
Hanya kepada Allah kita memohon keselamatan.
*****
Sumber : http://www.binbaz.org.sa/mat/12057
Penerjemah : Adika Mianoki
Rahmat masuk surga
Masuk Surga Karena Amal Shalih atau Karena Rahmat Allah Taala?
Rubrik: Artikel Lepas | Oleh: Santi Harmoetadji - 07/08/14 | 15:23 | 11 Shawwal
1435 H
3.457 Hits
Ilustrasi (inet)
dakwatuna.com Sore itu cuaca sangat bagus. Matahari sudah condong ke
barat, tak lagi bersinar terik. Pak Yamin duduk sendirian di teras belakang
rumahnya menghadap taman kecil dengan kolam ikan yang dipenuhi ikan koi.
Memandang ikan-ikan bersisik indah yang lincah bergerak kesana-kemari
mampu mengusir kejenuhan dan kepenatan setelah seharian bekerja.
Rumahnya sedang sepi, anaknya belum pulang dari sekolah karena ada kegiatan
tambahan. Sementara istrinya sedang mengikuti pengajian di masjid.
Di saat sedang sendiri seperti itu, pikiran Pak Yamin melayang ke hari-hari yang
telah ia tapaki, ke masa-masa yang telah ia lalui, ke peristiwa-peristiwa yang
sudah dijalani. Di usianya yang sudah mendekati kepala lima, ia merasa banyak
menyia-nyiakan waktu, merasa kurang dalam beribadah, kadang juga merasa
masih banyak melakukan dosa. Ia sadar ilmu agamanya pas-pasan, maklum ia
lebih banyak bersekolah di sekolah umum. Pengetahuan agamanya didapat dari
kajian dan halaqah-halaqah, ditambah dengan hobinya membaca. Untuk anakanaknya ia berusaha keras mendidik dan menyekolahkan di sekolah Islam.
Yaa Allah, dengan diriku yang seperti ini bisakah aku memasuki surga-Mu?
gumamnya dalam hati.
Assalamualaikum suara istrinya mengagetkan.
Waalaikumussalam jawabnya, Bagaimana pengajiannya Bu? tanyanya
kemudian setelah istrinya duduk di sampingnya.
Tadi ustadznya membahas tentang apa yang menyebabkan kita masuk surga.
Katanya amal ibadah kitalah yang menyebabkan kita bisa masuk surga. Tapi Pak,
seminggu yang lalu ada ustadz yang mengatakan bahwa bukan amalan kita
yang menyebabkan kita masuk surga, tapi rahmat Allah yang menyebabkannya.
Ibu kok jadi bingung ya?
Belum sempat Pak Yamin menjawab, terdengar suara salam dari luar rumah.
Rupanya Yasmin, anak pertamanya sudah pulang.
Ayah, Ibu, ini Yasmin dapat penghargaan dan hadiah! teriaknya riang.
Benarkah? penghargaan apa Yasmin? tanya ibunya.
Yasmin kan ikut lomba tahfidz Bu, dapat juara deh. Disamping itu akhlak kita
sehari-hari juga dinilai sama ustadz, yang nilainya bagus dapat penghargaan.
jawab Yasmin berbunga-bunga.
Alhamdulillah, kami bangga padamu Nak, sambung Bu Yasna, Tapi ingatlah
satu hal, semua yang kamu lakukan harus ikhlas, jangan karena mengharap
hadiah dari ustadz, tapi berharaplah ridha Allah. Karena balasan dari Allah jauh
lebih menyenangkan.
Beres Bu oke Ayah sahut Yasmin ceria.
Oh ya, bagaimana dengan teman sebangkumu si Yuni? tanya ibunya lagi.
Ya begitulah Bubagaimana mau menang dan dapat hadiah, kalau lombanya
saja dia tidak ikut. Terus bagaimana mau dapat penghargaan, kalau dia sering
telat sekolah, malas belajar, jarang mengerjakan tugas, suka melawan ustadz,
malah kadang-kadang bolos sekolah. Ya gak mungkinlah!
Tiba-tiba Ayah menyahut, Subhanallah, jawaban Yasmin juga menjawab
pertanyaan Ibu tadi.
Maksud Ayah gimana? tanya ibu keheranan.
Begini Bu, Allah berfirman dalam QS. An-Nahl ayat 30 sampai 32. Dan dikatakan
kepada orang-orang yang bertakwa: Apakah yang telah diturunkan oleh
Tuhanmu? Mereka menjawab: (Allah telah menurunkan) kebaikan. Orangorang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan
sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat
bagi orang yang bertakwa, (yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya,
mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat
segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada
orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam
keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka):
Salaamun`alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang
telah kamu kerjakan.
Selain itu terdapat juga di dalam QS. Al-Araaf ayat 42 dan 43: Dan orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shalih, Kami tidak memikulkan
kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekadar kesanggupannya, mereka
itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. Dan Kami cabut
segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah
mereka sungai-sungai dan mereka berkata: Segala puji bagi Allah yang telah
menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat
petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang
rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran. Dan diserukan kepada mereka:
Itulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu
kerjakan.
Sementara itu menurut Hadist Nabi SAW disebutkan bahwa: Dari Jabir, ia
berkata: saya pernah mendengar Nabi SAW bersabda: Amal shalih seseotang di
antara kamu tidak dapat memasukkannya ke dalam surga dan tidak dapat
menjauhkannya dari azab api neraka dan tidak pula aku, kecuali dengan rahmat
Allah. (Riwayat Muslim; kitab Shahih Muslim, Juz II, halaman 528)
Dalam riwayat lain: Dari Abi Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW telah bersabda:
Amal shalih seseorang diantara kamu sekali-kali tidak dapat memasukkannya ke
dalam surga. Mereka (para sahabat) bertanya, Hai Rasulullah, tidak pula
engkau? Rasulullah menjawab, Tidak pula aku kecuali bila Allah melimpahkan
karunia dan rahmat-Nya kepadaku. (Riwayat Muslim; kitab Shahih Muslim, Juz II,
halaman 528)
Sebenarnya dalil-dalil Al-Quran dan Hadist-hadist Nabi tersebut tidaklah
bertentangan, tetapi hadist tersebut merupakan penjelasnya. Sebagaimana
diterangkan oleh Imam Ahmad Ash-Shawi Al-Maliki, dalam kitab tafsirnya AshShawi, beliau berkata: Bahwasanya amal yang tersebut dalam ayat Al-Quran itu
ialah amal yang disertai dengan fadhal (karunia Allah), sedangkan amal yang
dimaksud dalam hadist Nabi itu ialah amal yang tidak disertai karunia
Allah.(Tafsir Shawi II:75)
Demikian pula dengan Imam Muhyiddin An-Nawawi dalam kitabnya Syarah
Shahih Muslim, beliau mengatakan: Ayat-ayat itu berarti bahwasanya masuknya
seseorang ke dalam surga karena amal ibadahnya, kemudian mendapat taufik
untuk melakukan amal ibadah itu dan mendapat hidayah untuk ikhlas dalam
ibadah sehingga diterima di sisi Allah, adalah berkat rahmat Allah dan karuniaNya. (Kitab Syarah Shahih Muslim, juz XVII, halaman 160-161)
Dari keterangan tersebut dapatlah diambil hikmahnya bahwa mula-mula Allah
menurunkan syariat-Nya dulu, kemudian memberikan karunia (fadhal) dan
rahmat-Nya yang akan menyebabkan seseorang mampu melakukan amal shalih,
setelah seseorang melakukan amal shalih maka Allah Taala memberikan lagi
karunia dan rahmat-Nya berupa surga. Dan surga itu hanya diberikan sebagai
balasan atau hadiah bagi seseorang yang telah melakukan amal shalih.
Lalu mengapa sampai Rasulullah SAW bersabda bahwa beliau pun tidak akan
dapat masuk surga kecuali jika Allah melimpahkan rahmat-Nya? Tak lain
sebabnya adalah karena rahmat yang diberikan oleh Allah sangat besar, dan
balasan yang diberikan atas amalan manusia jauh lebih besar bahkan berlipat
ganda. Tidak sebanding dengan nilai amalan tersebut. Jika seseorang
mengandalkan nilai dari amalannya saja, maka tidak akan mampu mencapai
surga, dan jika hanya mengandalkan balasan yang setimpal, pastilah tidak akan
sepadan dengan besarnya kenikmatan surga yang Allah SWT berikan.
Jika amal ibadah manusia paling mulia seantero jagad saja tidak akan bisa
menyampaikannya ke surga tanpa rahmat Allah SWT, apalagi amalan manusia
selain Beliau Rasulullaah SAW. Maka tak salah jika kita selalu memanjatkan doa
seperti yang diajarkan Rasulullah SAW kepada Aisyah RA. Aisyah RA
meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW mengajarkannya doa ini: Ya Allah,
sesungguhnya aku mohon kepada-Mu seluruh kebaikan, baik yang cepat (di
dunia) maupun yang lambat (di akhirat), baik yang aku ketahui maupun yang
tidak aku ketahui. Dan, aku berlindung kepada-Mu dari seluruh kejelekan, baik
yang cepat maupun yang lambat, baik yang aku ketahui maupun yang tidak aku
ketahui. Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan apa saja yang
dimohonkan oleh hamba-Mu dan nabi-Mu (Muhammad SAW). Dan, aku
Sumber:
http://www.dakwatuna.com//www.dakwatuna.com/2014/08/07/55528/masuksurga-karena-amal-shalih-atau-karena-rahmat-allah-taala/#ixzz3YH5AosbQ
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
MAL BUKANLAH JAMINAN MASUK SURGA
: ! : :
:
Dari Abi Hurairoh ra berkata : bersabda Rosulallah SAW : amalnya seseorang dari
kamu tidak akan memasukan dia ke surga , para shohabat bertanya : apakah
termasuk engkau wahai Rosulallah ? Rosulallah menjawab : ya, termasuk aku,
kecuali jika Allah mencurahkan keutamaan dan rahmat-Nya kepada ku (HR :
Muslim . no 2816)
Terjadi diskusi dikalangan para ulama terkait hadits tersebut, benarkah amal
tidak menjamin seseorang masuk surga? Jika demikian untuk apa kita beramal?,
bagaimana pula dengan firman Allah SWT :
Masuklah kamu ke surga disebabkan apa yang telah kamu amalkan (QS :
Annahl : 32)
Dan diserukan kepada mereka : itulah surga yang diwariskan kepadamu,
disebabkan apa yang dahulu kamu amalkan (QS : Al-Arof : 43)
Semua para ulama hadits tidak ada yang menyatakan bahwa hadits diatas
bertentangan dengan ayat-ayat tersebut, semuanya menempuh jalan Jamu
(menyatukan, mengompromikan) karena memang hadits diatas jelas
keshohihannya, sebuah pertanda juga bahwa hadits yang shohih tidak boleh di
Tolak meskipun tampaknya bertentangan dengan Alqur-an, sedapat mungkin
carikan komprominya, karena tidak mungkin Nabi SAW menentang Alqur-an. Dan
itulah yang ditempuh para ulama hadits sebagaimana berikut ini :
Imam Ibnu Bathol menerangkan : ayat-ayat yang menerangkan masuk surga
karena amal, itu maksudnya adalah menempati tingkatan-tingkatannya itu,
sementara masuk surganya sendiri, itu muthlaq hanya berdasarkan rahmat
Allah. Jadi dengan rahmat Allah seseorang ditentukan masuk surga dan tidaknya,
sesudah ada keputusan masuk surga, maka ketentuan masuk surga tingkatan
yang mananya itu ditentukan berdasarkan amal. (Fathul bari)
Ibnu Qoyyim menjelaskan : bahwa huruf ba pada ayat-ayat diatas bukan
bermakna sebab (sababiyah), melainkan bersamaan (ilshoq, mushohabah). Jadi
bukan berarti masuk surga itu dengan sebab amal, karena sebab yang paling
utamanya adalah rahmat Allah SWT.(fathul bari)
Imam Ibnu hajar memberikan penjelasan yang sedikit berbeda. Amal seseorang
walau bagaimanapun tidak mungkin menyebabkanya masuk surga jika pada
kenyataannya amal itu tidak diterima oleh Allah SWT. Persoalan amal itu diterima
atau tidaknya,ini jelas wewenang Allah, dan inimutlaq berdasarkan rahmat Allah.
(fathul bari)
Ibnu Taimiyah mengungkapkan : dengan hadits tersebut diatas memberikan
pelajaran, agar kita tidak memahami hubungan amal dan surga itu sebagai
muawwadloh (timbale balik, balas jasa, atau ganti rugi).
Hal itu disebabkan karena :
Pertama : Allah swt sama sekali tidak butuh terhadap amal kita, tidak seperti
halnya seorang majikan yang butuh terhadap para pekerjanya. Amal manusia
untuk manusia sendiri, karena kalaupun semua manusia tidak beramal Allah SWT
tidak peduli, Dia akan tetap sebagai yang maha kuasa dan perkasa (Albaqoroh :
286, Fushilat : 46, Annaml : 40).
Kedua : amal seorang manusia tidak diwujudkan oleh dirinya sendiri, melainkan
berkat anugrah dan rahmat Allah swt, mulai dari menghidupkannya, memberi
rizqi, memberi tenaga, kesehatan, megutus rosul-rosul, menurunkan kitab-kitab ,
menjadikannya cinta kepada keimanan dan menjadikannya benci keapada
kekufuran. Semua itu adalah berkat rahmat Allah SWT.
Ketiga : amal seorang manusia setinggi-tingginya tidak akan senilai dengan
pahala yang diberikan Allah kepadanya, karena dalam pahala itu Allah SWT
sudah melipatgandakannya dari mulai 10 kali lipat, 700 kalil ipat, bahkan sampai
kelipatan yang tidak dapat terhitung nilainya.
Keempat : nimat dan kesenangan yang telah diberikan Allah kepada manusia
selama di dunia,walau bagaimanapun tidak akan mampu dibayar oleh manusia.
Seandainya diharuskan membayarnya dengan amal, pasti mereka tidak akan
mampu beramal untuk membayarnya, padahal jelas, manusia bisa beramal itu
berkat nimat-nimat Allah tersebut.
Kelima : manusia selalu diliputi oleh dosa dan kesalahan, seandainya saja tidak
ada ampunan Allah swt dan kebijaksanaan-Nya untuk hanya mempertimbangkan
amal-amal yang baik saja, dengan mengenyampingkan amal jeleknya, tentu
manusia tidak akan mungkin masuk ke dalam surga.(lihat QS : Azzumar : 33-35,
Al-Ahqof : 16). Inilah diantara maksud sabda Nabi SAW : ya, termasuk aku,
kecuali jika Allah mencurahkan keutamaan dan rahmat-Nya kepada
Ibadah 500 Tahun SIANG MALAM Belum Menjamin Surga
19 Oktober 2011 pukul 21:15
Saudaraku, ternyata amal baik yang dilakukan siapapun selama 500 tahun siang
malam tetap tidak dapat menjamin masuknya surga bagi hamba yang
bersangkutan. Mengapa? Mari kita perhatikan & renungkan!
Dalam sebuah Hadits Riwayat Shahih Muslim yang cukup panjang, Diriwayatkan
dari Muhammad Bin Mukadir, dan juga diriwayatkan oleh Jabir, Rasulullah datang
kepada kami, lalu Rasulullah Muhammad SAW bersabda:
Setiap sore sesudah berwudlu, buah tersebut diambil dan dimakan, kemudian dia
melakukan shalat seraya berdoa mohon diambil nyawanya ditengah tengah
melakukan sujud, agar tubuhnya tidak tersentuh Bumi atau yang lainnya, hingga
ia bangkit di hari kiamat tengah bersujud kepada ALLAH. Maka permohonannya
dikabulkan ALLAH, karena itu setiap kami lewat (naik-turun Langit) pasti dia
tengah bersujud.
Mengapa ini semua bisa terjadi? Bukankah hamba itu sudah sedemikian rajinnya
beribadah?Dari sini, ada beberapa pelajaran yang dapat kita ambil,
diantaranya:1. Jangan terjebak dengan sombong / bangga / menyebut-nyebut /
mengungkit amal kita
Kita semua tahu bahwa Iblis tadinya ialah golongan jin yang berhasil menjadi
pemimpin para Malaikat dahulu kala. Banyak tugas yang tidak dapat
diselesaikan oleh para malaikat namun dapat diselesaikan oleh Iblis. Sekian juta
tahun lamanya mengabdi & berprestasi hingga akhirnya perlahan menduduki
jabatan tinggi sampai menjadi pemimpin para Malaikat. NAMUN, semua itu
hancur lebur karena Iblis merasa LEBIH BAIK dibanding manusia.
QS.38 Shaad:76. Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau
ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah".
4. Sadar bahwa semua amal apapun yang telah kita lakukan maka tidak akan
pernah dapat menebus nikmat yang telah Allah berikan pada kita.
JIKA MEMBALAS JASA PADA ORANG TUA SAJA KITA TIDAK AKAN PERNAH MAMPU,
LALU DAPATKAH KITA MEMBALAS JASA YANG TELAH ALLAH BERIKAN PADA
KITA???
5. Yang 500 Tahun ibadah siang puasa malam shalat tiap hari dengan kwalitas
ibadah yang luar biasa saja belum tentu masuk surga, lalu bagaimana dengan
kwantitas yang sedikit dan juga kwalitas shalat yang sedemikian rupa?
Badannya shalat, namun pikiran melayang kemana-mana? Dzikir saja jarang
apalagi puasa sepanjang ratusan tahun? Beranikah menjamin surga bagi kita
pribadi?
6. Lalu bagaimana yang tidak pernah shalat? Aurat terbuka? Tidak berkerudung?
Gosip sana-sini? Ganggu pasangan orang lain melalui Facebook? Browsing
gambar & Film tidak karuan? Download ini & itu? Mubadzir waktu, tenaga? Mari
saudaraku kita sama-sama mengingati sesama insan
QS. 3:20 Apakah kamu mau masuk Islam? ,,, Sesungguhnya KEWAJIBANMU
hanyalah menyampaikan
185 berbagi
Jihd Mukhlis semoga ini jadi hidayah buat saya dan kita
aamiin
19 Oktober 2011 pukul 23:06 Suka 1
Lilis Aprilla semoga kita selalu di jalan yg benar dan di ridhoi Allah serta
mendapatkan rahmat Nya Aamiin
23 Februari 2012 pukul 7:20 Suka 1
Qayah Ebeen
dapatlah ilmu...mg2 bermampaat dunia@akhirat...amin
10 April 2014 pukul 23:27 Suka
Carilah Ilmu Yang Membimbingnya Ke Dalam Salah Satu Jalan Menuju Surga
Carilah Ilmu Yang Membimbingnya Ke Dalam Salah Satu Jalan Menuju...
voucher-pulsa.net
Ns Hazvi Makanya kita dalam berIbadah dan BerAmal baik janganlah karena
minta pahala semata, tapi demi mendapatkan ridloNYA..!!!
19 Juni 2014 pukul 6:03 Suka 2
Deedat Maulama maksud disini adalah kita beribadah 500 tahun tapi akhlak
kepada manusia dan makhluk Allah nya buruk maka sia2 saja ibadahnya... bukan
berarti kita beribadah tapi tidak dapat masuk surga...
24 Juli 2014 pukul 15:32 Suka 2
A'kung Astagfirullahaladzim......
21 September 2014 pukul 20:10 Suka
WalNazar Dt MalanoBasa
Bismillaahir rahmaanir rahiim. SubhanAllaah Walhamdulillaah Walaa Ilaaha
Ilallaahu Wallaahu Akbar. Laa haula wa laa quwwata illaa billaahil 'aliyyil 'adziimi,
Astaghfirullah lil mukminina
wal mukminat, Allaahumma shallii 'alaa sayyidinaa Muhammad...Lihat
Selengkapnya
28 September 2014 pukul 22:20 Suka
Anie Sulawesi artinya orang yang sudah shalat 500 tahun dia sudah yakin
dirinya masuk surga karna rajin ibadah.. padahal belum tentu ia masuk surga.
postingan di atas bisa jd renungan
19 Desember 2014 pukul 12:31 Suka 1
Hardi kog di bawah ada postingan share kayak gitu...
kami melaksanakan maulid nabi adalah rasa kegembiraan dan rsa syukur kami
,atas peringatan maulid nabi sosulullah saw...
Allaahumma shallii 'alaa sayyidinaa Muhammad wa 'alaa aali sayyidina
Muhammad. ...Lihat Selengkapnya
3 Januari pukul 18:11 Suka 1
Devi Elsi Agus Mudahan-mudahan menjadi motivasi agar kita lebih ihkls lagi
beribadah
31 Januari pukul 20:30 Suka
Ummi KhuLafaida Q sgt bersyukur. Dg ini byk ilmu yg q plajari, smg byk
bermanfaat..
Amin
18 Februari pukul 9:07 Suka
Pgn Purwanto Yaa Alloh yaa robbi jadikanlah kami orang yg selalu bersyukur &
tidak sombong atas segala nikmat yang telah engkau berikan
15 Maret pukul 12:04 Suka
Pgn Purwanto Bimbinglah & ridhoi hati kami agar selalu ikhlas menuju jalan
mu yaa Alloh amiin yaa robbal alamin
15 Maret pukul 12:11 Suka
Ahmat Yuaidin semoga Allah selalu memberi rahmat pada umat islam
semua ..amiin
30 Maret pukul 13:06 Suka
Taka Ulyana smoga ini jadi bermanfaat,dan ALLAH SWT selalu memberikan
rahmatnya kesemua umat muslim,amin ya rabbal alamiin
Amal tidak akan memasukkan seseorang di antara kalian ke surga dan tidak pula
menyelamatkannya dari neraka. Demikian juga saya, kecuali dengan rahmat
Allah swt.
Muncul diskusi di kalangan para ulama terkait hadits di atas; benarkah masuk
surga itu bukan karena amal? Jika demikian apa gunanya amal kita? Bagaimana
pula kaitannya dengan firman-firman Allah swt berikut : Masuklah kamu ke
dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu amalkan. (QS. An-Nahl [16] :
32). Dan diserukan kepada mereka: Itulah surga yang diwariskan kepadamu,
disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan. (QS. Al-Araf [7] : 43. Ayat semisal
terdapat juga dalam QS. Az-Zukhruf [43] : 72).
Satu hal saja yang harus dicatat, semua ulama hadits tidak ada yang
menyatakan bahwa hadits di atas bertentangan dengan ayat-ayat tersebut.
Semuanya menempuh metode jam (menyatukan, mengompromikan) karena
memang hadits di atas jelas keshahihannya. Sebuah pertanda juga bahwa hadits
yang shahih haram ditolak meskipun tampaknya bertentangan dengan al-
Qur`an. Sedapat mungkin carikan komprominya, karena tidak mungkin Nabi saw
menentang al-Qur`an. Dan itulah yang ditempuh oleh para ulama hadits
sebagaimana akan diuraikan berikut ini.
Imam Ibn Bathal, sebagaimana dikutip Ibn Hajar dalam Fath al-Bari, menjelaskan
bahwa surga itu ada beberapa tingkatan. Ayat-ayat yang menjelaskan masuk
surga karena amal, itu maksudnya adalah menempati tingkatan-tingkatannya
itu. Sementara masuk surganya sendiri, itu mutlak hanya berdasarkan rahmat
Allah swt. Jadi, dengan rahmat Allah swt, seseorang ditentukan masuk surga dan
tidaknya. Sesudah ada keputusan masuk surga, maka ketentuan masuk surga
tingkatan yang mananya itu ditentukan berdasarkan amal.
Selanjutnya, Ibn Bathal menjelaskan, bisa juga maksud dari ayat-ayat dan hadits
di atas adalah saling menguatkan. Artinya, masuk surga itu tergantung rahmat
Allah swt juga amal-amal kita. Demikian juga, penentuan tingkatan yang
mananya di dalam surga itu tergantung rahmat Allah swt dan amal-amal kita.
Imam al-Karmani, Jamaluddin ibn as-Syaikh, dan Ibn al-Qayyim menjelaskan
bahwa huruf ba pada ayat-ayat di atas bukan bermakna sebab (sababiyyah),
melainkan bersamaan (ilshaq, mushahabah). Jadi bukan berarti masuk surga itu
dengan sebab amal, melainkan masuk surga itu bersamaan adanya amal, karena
sebab yang paling utamanya adalah rahmat Allah swt. Ini berarti bisa
membantah pendapat Jabariyyah yang menyatakan bahwa masuk surga itu
sama sekali tidak ada kaitannya dengan amal, melainkan mutlak hanya rahmat
Allah swt saja. Juga membantah pendapat Qadariyyah yang menyatakan bahwa
masuk surga itu murni karena amal saja, tidak ada kaitannya dengan rahmat
Allah swt.
Imam Ibn Hajar memberikan penjelasan yang sedikit berbeda. Amal seseorang
walau bagaimanapun tidak mungkin menyebabkannya masuk surga jika pada
kenyataannya amal itu tidak diterima oleh Allah swt. Nah, persoalan amal itu
diterima atau tidaknya, ini jelas wewenang Allah swt, dan ini mutlak berdasarkan
rahmat Allah swt (semua pendapat ulama di atas dikutip dari Fath al-Bari kitab
ar-riqaq bab al-qashd wal-mudawamah alal-amal).
ahnya nk msuk syurgaMasuk Surga Bukan Karena Amalan Pahala Kita
Suatu hari, malaikat Jibril mendatangi Baginda Nabi Muhammad SAW, lalu
berkata: Wahai Muhammad, ada seorang hamba Allah yang beribadah selama
500 tahun di atas sebuah bukit yang berada di tengah-tengah lautan. Di situ
Allah SWT mengeluarkan sumber air tawar yang sangat segar sebesar satu jari,
di situ juga Allah SWT menumbuhkan satu pohon delima, setiap malam delima
itu berbuah satu delima.
Setiap hari, hamba Allah tersebut mandi dan berwudhu pada mata air itu. Lalu ia
memetik buah delima untuk dimakannya, kemudian berdiri untuk mengerjakan
shalat dan dalam shalatnya ia berkata: Ya Allah, matikanlah aku dalam keadaan
bersujud dan supaya badanku tidak tersentuh oleh bumi dan lainnya, sampai aku
dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan bersujud.Selanjutnya, Allah SWT
menerima doa hambanya tersebut.
Aku (Jibril) mendapatkan petunjuk dari Allah SWT bahwa hamba Allah itu akan
dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan bersujud. Maka Allah SWT
menyuruh:Masukkan hamba-Ku ini ke dalam surga karena rahmat-Ku. Namun,
seorang hamba itu berkata: Ya Allah, masukkan aku ke dalam surga karena
amal ibadahku.
Kemudian Allah SWT menyuruh lagi, Masukkan hamba-Ku ini ke dalam surga
karena rahmat-Ku. Namun tetap, hamba tersebut berkata lagi:Ya Allah,
masukkan aku ke dalam surga karena amal ibadahku. Bahkan, untuk yang
ketiga kalinya, Allah SWT menyuruh lagi:Masukkan hamba-Ku ini ke dalam surga
karena rahmat-Ku. Tetapi, hamba itu pun terus berkata lagi: Ya Allah,
masukkan aku ke dalam surga karena amal ibadahku.
Oleh karena itu, Allah SWT menyuruh malaikat agar menghitung semua amal
ibadahnya selama 500 tahun, lalu dibandingkan dengan nikmat Allah yang telah
diberikan kepadanya. Setelah dihitung, ternyata amal ibadah hamba itu selama
500 tahun tidak sebanding dengan kenikmatan Allah SWT yang telah diberikan
kepadanya. Maka Allah SWT kemudia berfirman: Masukkan ia ke dalam neraka.
Langit Menangis
Kisah Nyata;
Kemewahan?
Kita sebagai manusia kadang lupa akan tujuan diciptakannya manusia di muka
bumi ini, dalam group ini mari kita sama sama saling mengingatkan satu sama
lain atas pentingnya Iman, Usaha Atas Iman...tanpa melihat perbedaan diantara
kita, kenapa kita tidak sama sama melihat persamaan di dalam ber Iman dan
beribadah kepada Alloh SWT. Tidak lain Alloh SWT menciptakan kita sebagai
manusia semuanya hanya untuk beribadah kepada Alloh SWT.
PENTINGNYA SALING MENGINGATKAN dan MENYAMPAIKAN...
waltakun minkum ummatun yad'uuna ilaa lkhayri waya/muruuna
bilma'ruufi wayanhawna 'ani lmunkari waulaa-ika humu lmuflihuun
[3:104] Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.
qul haadzihi sabiilii ad'uu ilaallaahi 'alaa bashiiratin anaa wamani
ittaba'anii wasubhaanallaahi wamaa anaa mina lmusyrikiin
[12:108] Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang
yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh dengan hujjah yang
nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang
musyrik".
Wednesday, December 11, 2013
Masuk Surga Bukan Karena Ibadah, Tapi Berkat Rahmat Allah
Dalam sebuah riwayat tersebutlah seorang hamba saleh yang rajin dan tekun
beribadah. Selama 500 tahun, ia tinggal sendirian di sebuah pulau kecil di
tengah lautan luas. Hampir setiap detik dan waktu tidak ia luputkan untuk
berdzikir kepada Allah SWT. Setiap kali ia memohon kepada Allah,
permohonannya selalu dikabulkan Nya. Hingga suatu saat ia memohon kepada
Allah agar diwafatkan ketika sujud, permohonannya itu pun terkabul.
Allah balik bertanya kepada hamba saleh itu, "Wahai hamba Ku, siapakah yang
menciptakan kamu ?" Si hamba menjawab, "Engkau ya Allah." Siapakah yang
memberikan kekuatan sehingga kamu bisa beribadah selama 500 tahun ?"
"Engkau ya Allah". "Siapakah yang mengabulkan permohonanmu agar dimatikan
ketika sujud ?". "Engkau ya Allah ". Allah lalu berfirman "Semua itu adalah
karena rahmat Ku, dan karenanya (rahmat Ku) pula Aku masukkan kamu ke
surga."
Demikian dijelaskan dalam hadits shahih riwayat Imam Bukhari, Muslim dan
Ahmad dari Bunda Aisyah ra.
Ternyata seorang mukmin masuk surga bukan karena amal ibadahnya. Amal
ibadah yang dilakukan tiada lain sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah
atas nikmat Nya yang tidak terbilang. Jangankan kita, Rasulullah saw pun
sebagai orang yang paling bertakwa dan paling dekat dengan Allah SWT, ibadah
beliau masih belum berbanding dengan rahmat dan maghfirah Allah. Meski
demikian, jangan sampai kita putus asa sehingga muncul anggapan, kalau
begitu lebih baik tidak beribadah saja sama sekali. Sebab bagaimana tidak,
banyak beribadah saja masih kurang berbanding dengan nikmat dan rahmat Nya
apalagi jika malas beribadah.
Ketahuilah tidak ada yang namanya dosa kecil seandainya kita terus menerus
melakukannya. Sebaliknya, tidak ada yang namanya dosa besar jika kita
bersegera memohon ampunan Nya. sadarilah, rahmat dan ampunan Allah
terbentang luas untuk siapapun yang selalu menghampiri Nya.