Professional Documents
Culture Documents
NAMA :
NIM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009
PENGANTAR
Panduan clinical skill lab (CSL) Sistem Gastroenterohepatologi ini terdiri atas 5
(lima) keterampilan utama, yaitu :
1.
2.
3.
4.
Teknik pemeriksaan rektum (colok dubur) yang juga diperlihatkan dalam bentuk
audio-visual
5.
anamnesis, pemeriksaan fisik dan ketrampilan klinik lain, juga berisi daftar tilik sebagai
lembar penilaian dari instruktur terhadap mahasiswa sebagai penilaian akhir serta
membantu dalam menilai kemajuan tingkat ketrampilan yang dilatih.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan dan penyusunan buku panduan ini.
Pengertian
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, terlebih dahulu dilakukan komunikasi
antara dokter (pemeriksa) dan pasien yang disebut sebagai anamnesis. Kegiatan ini sangat
penting sebagai langkah awal yang dapat membantu pemeriksa dalam mengarahkan
diagnosis penyakit pasien. Keluhan yang diajukan seorang pasien yang diambil dengan
teliti akan banyak membantu menentukan diagnosis dari suatu penyakit. Banyak macam
keluhan yang diajukan oleh seorang penderita sistem saluran cerna. Walaupun demikian
tidak selalu keluhan-keluhan mengenai perut yang berhubungan dengan kelainan pada
saluran cerna, sehingga diperlukan suatu kesabaran dalam mengambil anamnesis dari
seorang pasien.
Pemeriksaan fisik gastroenterohepatologi yang dalam hal ini abdomen umumnya
sama dengan pemeriksaan fisik secara umum meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi, namun banyak dokter lebih memilih auskultasi dahulu sebelum palpasi. Dalam
pemeriksaan selanjutnya pada abdomen di samping ditemukan hasil pemeriksaan normal,
juga dapat ditemukan kelainan antara lain: distensi abdomen, adanya massa, bunyi
peristaltik yang meningkat atau menghilang dan lain-lain.
Di samping anamnesis dan pemeriksaan fisik, keterampilan diagnostik dalam hal
ini pemasangan pipa nasogastrik serta pemeriksaan rektum (colok dubur) juga dapat
membantu dalam menegakkan diagnosis.
Indikasi
Anamnesis dan pemeriksaan fisik gastroenterohepatologi dilakukan untuk :
1. Mengetahui diagnosis dari seorang pasien
2. Membantu dokter dalam melakukan tindakan selanjutnya pada pasien
3. Mengetahui perkembangan serta kemajuan terapi pada pasien
4. Digunakan sebagai standar pelayanan dalam memberikan pelayanan paripurna
terhadap pasien
Tujuan pembelajaran
Tujuan Umum :
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu melakukan anamnesis lengkap dan
pemeriksaan fisik gastroenterohepatologi secara berurutan dan mampu mengetahui
keadaan normal dan abnormal pada sistem tersebut.
Tujuan Khusus :
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu :
1. Melakukan komunikasi/anamnesis dengan pasien secara lengkap
2. Mempersiapkan pasien dalam rangka pemeriksaan fisik
3. Melakukan pemeriksaan inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi secara terperinci
4. Melakukan pemeriksaan sesuai prosedur yang ada
5. Mengenal dan menentukan berbagai bentuk dan bunyi abnormal dari abdomen
Jelly, lap, sabun dan wastafel (air mengalir) untuk simulasi mencuci tangan
Audio-visual
Metode pembelajaran :
1. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
2. Ceramah
3. Diskusi
4. Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
5. Evaluasi melalui check list / daftar tilik dengan sistem skor
Deskripsi Kegiatan
Kegiatan
1. Pengantar
Waktu
5 menit
Deskripsi
Pengantar
jawab
100 menit
15 menit
Total waktu
150 menit
PENUNTUN BELAJAR
SISTEM GASTROENTEROHEPATOLOGI
( Digunakan oleh Peserta )
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
1. Perlu perbaikan : langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan tidak
sesuai urutannya atau ada langkah yang dihilangkan
2. Mampu : Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan
urutannya, tetapi tidak efisien
3. Mahir : Langkah-langkah dilakukan benar, sesuai dengan urutannya dan
efisien
TS (Tidak Sesuai) : Langkah tidak perlu dikerjakan karena tidak sesuai dengan
keadaan
NO.
LANGKAH / KEGIATAN
A. ANAMNESIS KELUHAN UTAMA
1.
Ucapkan salam, pemeriksa berdiri & melakukan jabat tangan
2.
Persilahkan duduk berseberangan/berhadapan
3.
Ciptakan suasana membantu dan menyenangkan
4.
Tanyakan identitas : nama, umur, alamat, pekerjaan
5.
Tanyakan keluhan utama (muntah darah) dan menggali
riwayat penyakit saat ini.
Tanyakan :
- onset dan durasi muntah darah : sejak kapan dan
bagaimana timbulnya
- bentuk, warna dan jumlah muntah darah : bergumpal,
bercak-bercak, merah segar, merah tua atau seperti
kopi
- gejala lain yang berhubungan :
nyeri epigastrium atau rasa tidak enak pada
epigastrium, nyeri abdomen, rasa tertarik pada perut
perdarahan pada hidung
buang air besar warna hitam
6.
Menggali penyakit dahulu dan yang berkaitan : sirosis,
kanker, koagulopati, pernah dilakukan operasi untuk tukak
peptik
Riwayat kebiasaan : minum alkohol, menggunakan
obat non-steroid antiinflamasi atau jamu, minum yang
bersifat korosif
Riwayat keluarga : penyakit yang diderita
menyebabkan perdarahan
7.
Menggali penyakit dahulu dan yang berkaitan
KASUS
1
2
3
Auskultasi
1.
Penderita diminta rileks dan bernafas
2.
Pusatkan perhatian pertama pada suara yang ada di abdomen
dengan menggunakan bel stetoskop di atas mid-abdomen
3.
Dengarkan bising usus
4.
Tentukan bising usus normal atau abnormal
5.
Letakkan steteskop pada empat kuadran abdomen
6.
Mulailah melakukan auskultasi pada beberapa tempat yang
benar :
- Bunyi peristaltik dapat didengarkan dibawah
umbilikus diatas suprabupik, atau dapat dilakukan di
berbagai temapat
- Diatas dan di kanan umbilikus mendengarkan bunyi
bergerumuh dari hepatik rub
- Murmur aorta abdominal 5 jari dibawah processus
xipoideus atau pada regio epigastrium
7.
Bruit dari karsinoma pankreas di kiri regio epigastrium dan
splenik friction rub dilateral
8.
Bila peristaltik tidak segera terdengar, lanjutkan mendengar
selama 5 menit.
9.
Catat hasil auskultasi
Palpasi
1.
Tangan pemeriksa harus hangat sesuai suhu ruangan/tubuh
2.
Pasien diminta melakukan fleksi panggul dan lutut, nafas
dilakukan dengan mulut terbuka
3.
Lakukan percakapan dengan pasien sambil melakukan
palpasi
4.
Lakukan palpasi ringan :
Telapak tangan secara perlahan-lahan ditempatkan di
abdomen dengan jari-jari adduksi kemudian ditekan
lembut ke dinding abdomen dengan kedalaman 1 cm
Kuku jari jangan sampai menusuk dinding abdomen
5.
Lakukan palpasi dalam dengan langkah yang sama pada
palpasi ringan namun menekan lebih dalam
6.
Pada saat gerakan menekan ke bawah, ujung jari masuk ke
dinding abdomen dan menemukan struktur dibawahnya
dengan rata-rata tekanan ke atas dan kebawah 4-5 cm
7.
Perhatikan wajah atau ekspresi pasien saat melakukan
palpasi
8.
Palpasi kuadran kiri abdomen :
Tujuan : menemukan palpable lien, ginjal kiri
Normal tidak ditemukan massa yang dapat di palpasi
Lakukan bimanual palpasi dengan tangan kanan
dimasukkan di belakang margin kosta kiri pada garis
midaksillaris, dan tangan kiri ditempatkan dibawah
toraks sehingga jari-jari dibengkokkan dibawah
tulang iga.
Pasien diminta bernafas dalam, pada saat tercapai
inspirasi dalam, tangan kanan dimasukkan lebih
dalam dibelakang margin kosta dan dinaikkan,
sementara tangan kiri menaikkan toraks bagian
belakang.
Dilakukan beberapa kali sesuai irama inspirasi sambil
menempatkan posisi tangan kanan berganti
tempat/arah
9.
Palpasi kuadran kanan abdomen :
Tujuan: menemukan palpable hepar, ginjal kanan
Tangan kanan dengan jari-jari adduksi dimasukkan
dibawah margin tulang rusuk kanan dengan
permukaan volar tangan menyentuh permukaan
abdomen, sensasi taktil akan diterima ujung-ujung
jari.
Supinasi tangan kiri ditempatkan dibawah toraks
kanan
Saat inspirasi dalam, tangan kanan digerakkan naik
dan masuk pada saat inspirasi akhir tercapai, secara
bersamaan toraks kanan dinaikkan oleh tangan kiri
10.
11.
12.
Perkusi
1.
Lakukan perkusi pada ke empat kuadran abdomen
2.
Perkusi batas atas hepar di garis midklavikula kanan, dimulai
dari pertengahan dada, dari atas ke bawah
3.
Bunyi resonan dada menjadi redup ketika mencapai hepar,
dilanjutkan ke bawah, bunyi redup menjadi tympani bila
perkusi di atas kolon
4.
Tentukan lokasi dan ukuran hepar
10
Indikasi
Pasien tidak dapat menelan oleh karena berbagai sebab
Perdarahan saluran cerna bagian atas untuk bilas lambung (mengeluarkan cairan
lambung)
Pasien ileus obstruktif/ileus paralitik dan pankreatitis akut untuk
dekompresi/menyalurkan cairan lambung keluar.
Kontraindikasi
Pasien tidak kooperatif
Bahan dan Alat
Selang nasogastrik (Nasogastric tube)
Jeli silokain atau K-Y jelly
Stetoscope
Spoit 10 cc
C. PEMERIKSAAN KHUSUS ASITES
1.
Puddle sign :
Pasien berbaring dengan prone posisi (tiarap) selama
5 menit dengan siku dan lutut naik
Diafragma stetoskop diletakkan pada bagian tengah
bawah perut
Pemeriksa kemudian mendengarkan suara yang
dibuat oleh jari-jari yang diketukkan pada sisi
lateral abdomen
Ketukan jari dilanjutkan terus sambil sementara
steteskop digerakkan menjauhi pemeriksa
Apabila pinggiran dari kumpulan (puddle) cairan
dicapai, intensitas suara akan lebih keras
2.
Shifting dullness
- Perkusi dari daerah mid-abdomen ke arah lateral,
tentukan batas bunyi timpani dan redup
- Minta pasien berbaring pada posisi lateral
- Ascites (+) bila terjadi perubahan bunyi dari tympani
ke redup pada lokasi yang sama
3.
Fluid Wave (undulasi test) :
Tangan pemeriksa atau tangan pasien sendiri
diletakkan di bagian tengah abdomen secara vertikal
Tekan tangan tsb pada dinding abdomen
Mengetuk salah satu pinggang, sementara tangan
yang satu mempalpasi sisi yang lain
Rasakan ada tidaknya gelombang cairan
11
Prosedur Tindakan
1. Pasien dalam posisi telentang atau miring ke kiri atau ke kanan dengan kepala
sedikit di tekuk ke depan.
2. Dilakukan pengukuran / perkiraan batas lambung, yaitu dari hidung ke telinga,
lalu dari telinga ke processus xiphoideus.
3. Selang dimasukkan melalui hidung, setelah ujungnya diolesi jeli.
4. Setelah mencapai lambung (biasanya pada tanda 3 strip hitam yaitu kira-kira 50
cm dari lambung) dimasukkan udara melalui selang. Hal ini menimbulkan suara
yang bisa didengar dengan meletakkan steteskop kira-kira di atas lambung (perut
kiri atas/sedikit agak ke epigastrium) jika terdapat banyak cairan lambung, cairan
lambung keluar dari selang.
Penyulit
Erosi pada esophagus atau lambung
Perlengkapan
Sarung tangan
K-Y Jelly
Posisi penderita
Berbaring terlentang dalam keadaan rileks
Posisi pemeriksa
Berdiri disebelah kanan penderita
Cara pemeriksaan
Pemeriksaan dimulai dengan inspeksi anus dibawah penerangan yang baik
Keadaan tonus anal diobservasi pada saat istirahat dan kontraksi volunter
Penderita diminta untuk mengejan seperti pada saat defekasi, untuk
memperlihatkan desensus perineal, prolapsus hemoroid atau lesi-lesi yang
menonjol seperti prolaps rekti dan tumor
Jari telunjuk tangan kanan yang memakai sarung tangan dan dilubrikasi dengan
K_Y jelly, disentuhkan perlahan ke anus.
Tekanan yang lembut diberikan sampai sfingter terbuka dan jari dimasuk lurus ke
anus.
Evaluasi keadaan ampula rekti
Isi rektal dan mukosa yang bisa dicapai oleh jari, dipalpasi.
Prostat dan serviks diperhatikan, bersama-sama dengan beberapa lesi diluar
rektum.
12
Massa
feces
1. FOTO BNO
1.
2.
3.
4.
13
5. Perhatikan mukosa gaster dan duodenum (apakah ada filling defect maupun
additional shadow)
6. Buat kesimpulan dari gambaran radiologi yang ada
3. FOTO COLON IN LOOP (Barium enema)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
14