You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekosistem merupakan suatu unit ekologis yang mempunyai komponen
biotik yang saling berintegrasi dan komponen-komponen tersebut terjadi
pengambilan dan pemindahan energi, daur materi serta produktivitas . Komponen
biotik ekosistem meliputi flora, fauna serta organisme tingkat rendah, sedangkan
komponen abiotik meliputi bagian tak hidup dari lingkungan misalnya air, tanah
dan udara ( Nirirarita dkk dalam Sri, 2013 )
Suatu konsep sentral dalam ekologi ialah ekosistem, yaitu suatu sistem
ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan
lingkungannya ( Soemarwoto dalam Sri, 2013 ). Menurut manurung (Sri, 2013)
menyatakan bahwa mahluk hidup tersebut dapat hidup dalam tipe habitat yang
berbeda tergantung bagaimana respon dan adaptasinya terhadap kondisi dan
sumber daya alam habitat itu sendiri sehingga menyebabkan keanekaragaman
makhluk hidup di dalam suatu ekosistem.
Menurut Soetjipta (Sri, 2013) menyatakan bahwa organisme perairan
berdasarkan bentuk dan kebiasaan hidupnya digolongkan menjadi : perifiton ,
plankton, nekton, neuston dan bentos ( makrozoobentos ). Fachrul (Sri, 2013)
mengatakan bentos adalah organisme dasar perairan, baik berupa hewan maupun
tumbuhan, baik yang hidup dipermukaan dasar ataupun di dasar perairan. Bentos
adalah makhluk hidup yang melekat atau sedang beristirahat pada dasar perairan
atau hidup di dalam sedimen perairan (Soetjipta, dalam Sri, 2013)
Komunitas makrozoobentos terdiri atas lima kelompok, yaitu Mollusca,
Polychaeta, Crustacea, Echinodermata, dan kelompok lain yang terdiri atas
beberapa takson kecil seperti Sipunculidae, Pogonophora, dan lainnya (Fachrul
dalam Sri, 2013)

Sungai memeiliki karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan


yang lainnya, perbedaan itu dapat dilihat dari kondisi lingkungannya. Kondisi
lingkungan yang berbeda memiliki jenis dan keanekaragaman hewan yang
berbeda pula. Seperti penelitian makrozoobentos yang dilakukan oleh Wati (Sri,
2013) menganalisis keanekaragaman makrozoobentos di perairan Sungai
Kelayan Kecamatan Banjar Selatan Kota Banjarmasin menemukan 7 spesies
yaitu Paludestrina sp., Goniobasis sp., Pleurocera sp., Belamya sp., Amnicola
sp., Lymneae sp. Dan Gyraulus sp sedangkan Bahgiartini (Sri, 2013)
menganalisis keanekaragaman makrozoobentos di Sungai Tabalong pada Desa
Tantaringin Kecamatan Muara Harus Kabupaten Tabalong di temukan 6 spesies
yaitu Corbicula sp., Belamya sp., Pilsbryoconcha sp., Pila sp., Lymnea sp. dan
Gyraulus sp.
Berdasarkan uraian diatas terhadap adanya perbedaan spesies pada setiap
kawasan menjadi dasar penulis untuk membuat makalah makrozoobentos pada 2
tempat yaitu sungai di Desa Tiwingan Baru Kabupaten Aranio dan sungai di
pinggir Gedung Serba Guna Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin untuk
mengetahui keanekaragamannya pada kedua daerah tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan

masalah

yang

dapat

diambil

dari

makalah

berjudul

Keanekaragaman Makrozoobentos pada Sungai di Desa Tiwingan Baru


Kabupaten Aranio dan Sungai di Pinggir Gedung Serba Guna Universitas
Lambung Mangkurat Banjarmasin ini adalah:
1. Spesies spesies makrozoobentos apa saja yang terdapat pada sungai di Desa
Tiwingan Baru Kabupaten Aranio?
2. Bagaimana keanekaragaman makrozoobentos yang terdapat pada sungai di
Desa Tiwingan Baru Kabupaten Aranio?
3. Spesies spesies makrozoobentos apa saja yang terdapat pada sungai di
pinggir Gedung Serba Guna Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin ?

4. Bagaimana keanekaragaman makrozoobentos yang terdapat pada sungai di


pinggir Gedung Serba Guna Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin ?
1.3 Batasan Masalah
Batasan

masalah

dalam

makalah

berjudul

Keanekaragaman

Makrozoobentos pada Sungai di Desa Tiwingan Baru Kabupaten Aranio dan


Sungai di Pinggir Gedung Serba Guna Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin ini adalah:
1. Keanekaragaman yang diteliti meliputi spesies makrozoobentos yang berhasil
ditemukan.
2. Pengukuran keanekargaman makrozobentos dilakukan dengan metode
cuplikan.
1.4 Tujuan Penulisan
Tujuan

dari

penulisan

makalah

berjudul

Keanekaragaman

Makrozoobentos pada Sungai di Desa Tiwingan Baru Kabupaten Aranio dan


Sungai di Pinggir Gedung Serba Guna Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin ini adalah untuk:
1. Menganalisis spesies spesies makrozoobentos apa saja yang terdapat pada
sungai di Desa Tiwingan Baru Kabupaten Aranio
2. Menganalisis keanekaragaman makrozoobentos yang terdapat pada sungai di
Desa Tiwingan Baru Kabupaten Aranio
3. Menganalisis spesies spesies makrozoobentos apa saja yang terdapat pada
sungai di pinggir Gedung Serba Guna Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin
4. Menganalisis keanekaragaman makrozoobentos yang terdapat pada sungai di
pinggir Gedung Serba Guna Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat

dari

penulisan

makalah

berjudul

Keanekaragaman

Makrozoobentos pada Sungai di Desa Tiwingan Baru Kabupaten Aranio dan

Sungai di Pinggir Gedung Serba Guna Universitas Lambung Mangkurat


Banjarmasin ini terbagi dua yaitu manfaat secara teoritis dan secara praktis.
1. Manfaat teoritis
Dapat digunakan sebagai bahan informasi khususnya bagi mahasiswa
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNLAM Banjarmasin.
2. Manfaat praktis
Makalah ini mempunyai manfaat praktis yaitu agar tugas pembuatan makalah
pada mata kuliah Ekologi Hewan terpenuhi dan diharapkan mampu menjadi
bahan analisa mengenai keanekaragaman makrozoobentos.

BAB II
KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS
2.1 Keanekaragaman Makhluk Hidup
Keanekaragaman spesies dapat dikatakan sebagai keheterogenan spesies dan
merupakan ciri khas struktur komunitas. Suatu komunitas dikatakkan mempunyai
keanekaragaman tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak jenis dengan
kemelimpahan tiap jenis yang sama atau hampir sama. Sebaliknya, jika komunitas itu

disusun oleh sangat sedikit jenis dan hanya sedikit saja yang dominan, maka
keanekaragaman jenisnya rendah (Santosa dalam Nor,2013).
Sementara keanekaragaman menurut Martudi (Nor,2013) menunjukan
keberadaan suatu spesies dalam suatu ekosistem kurang stabil atau salah satu factor
pendukung, misalnya fisika kimia mengalami penurunan akibat pencemaran.
Konsep keanekaragaman terbagi 2 yaitu kekayaan jenis/Richness yang
meliputi kemelimpahan dan kompetansi jenis, dan Evenes yang meliputi penyebaran,
asosiasi dan suksesi.HIdayah dan Abdullah (Nor,2013) juga menyebutkan indeks
keanekaragaman ini menunjukkan kekayaan spesies dalam suatu komunitas dan juga
memperlihatkan keseimbangan dalam pebagian jumlah individu per spesies atau
keanekaragaman. Keanekaragaman ini merupakan nilai minimum ketika sampel (titik
pengamatan) hanya terdiri dari satu spesies, sedangkan nilai keanekaragaman
mencapai nilai maksimum apabila spesies menyebar merata di dalam sampel (titik
pengamatan). Suatu ekosistem dikatakan memiliki tingkat kestabilan tinggi bila nilai
keanekaragaman dan keseragaman organisme penyusunnya tinggi, dan sebaliknya.
Menurut Taqwa (Nor,2013) indeks keanekaragaman jenis adalah angka yang
menggambarkan keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas. Keanekaragaman
jenis

adalah

suatu

karakteristik

tingkat

komunitas

berdasarkan

organisasi

biologisnya . keanekaragaman jenis dapat digunakan untuk menyatakan struktur


komunitas.
Komunitas adalah kupulan populasi yang hidup pada suatu lingkungan
tertentu atau habitat fisik tertentu yang saling berinteraksi dan secara bersama-sama
membentuk tingkat trofik. Struktur komunitas memiliki lima karakteristik, yaitu
keanekaragaman, dominansi, bentuk dan struktur pertumbuhan, kemelimpahan
relative dan struktur trofik.
Menurut Manurung (Nor,2013) ada dua konsep keanekaragaman spesies
yang terdapat dalam komunitas, yakni :

(1) Kekayaan spesies (Species richness), yaitu jumlah atau cacah spesies yang ada
dikomunitas tersebut.
(2) Heterogenitas, merupakan penggabungan dari konsep kekayaan spesies dengan
konsep

kemelimpahan

relative

(nisbi).

Artinya

dalam

menganalisa

keanekaragaman spesies yang terdapat pada suatu komunitas, disamping factor


jumlah (cacah) spesies yang ada pada komunitas tersebut, factor kemelimpahan
relative dari asing-masing spesies yang terdapat pada komunitas tersebut juga
turut diperhitungkan.
Dan membandingkat dua jenis atau lebih komunitas dengan indeks
keanekaragaman yang berbeda, jumlah spesies yang ada dan jumlah individu dalam
tiap-tiap spesies biasanya Nampak, akan tetapi daerajat kesamaan dalam distribusi
(agihan) individu antar spesies tidak Nampak. Untuk mengevaluasi kesamaan atau
ketidaksamaan agihan tersebut dapat digunakan indeks equabilitas (evenness).
Menurut Fahrl (Nor,2013) pada saat ini keanekaragaman cukup di ukur
dengan mendata jumlah spesies yang ada dengan menggambarkan kemelipahan
relatif spesies tersebut atau dengan menggunakan ukuran yang mengombinasikan
kedua komponen di atas.
Kondisi suatu lingkungan

perairan

dapat

ditentukan

melalui

nilai

keanekaragaman, dengan menentukan nilai keanekaragaman maka dapat menentukan


tingkat stress atau tekanan yang diterima oleh lingkungan. Seperti yang disebutkan
oleh Hidayat dan Abdullah (Nor,2013) bahwa indeks keanekaragaman dan indeks
keseragaman dapat digunakan untuk meduga tingkat pencemaran suatu perairan.
Amrul (Nor,2013) mendefinisikan kemelimpahan sebagai jumlah individu
persatuan luas. Sedangkan Sugiarto, dkk (2006) menyebutkan kemelimpahan atau
kepedatan hewan menunjukkan nilai rata-rata cacah individu persatuan luas area.
Menurut Dharmono kemelimpahan terdiri dari Nilai Penting (NP) yaitu frekuensi
relative, dan dominansi relative, dan indeks keanekaragaman (H).
Menurut Soetjipta (Nor,2013) kemelimpahan hewan dapat dihubingkan
dengan frekuensi dan agihan daerah yang dapat dihuni menyangkut intensitas atau
kerapatan individu dalam daerah yang dapat dihuni, hal tu disebabkan :

(1) Ketersediaan sumberdaya rendah, misalnya makanan, habitat yang aman dari
pemangsa.
(2) Keragaman genetic dari anggotanya sehingga menyemptkan daerah yang dapat
dihuninya.
(3) Plastisitas fenotifik dalam individu didalamnya (mudah beradaptasi baik terhadap
lingkungan maupun individu lain dalam suatu habitat).
(4) Competitor, pemangsa, parasit maupun manusia kolektor.
Kemelimpahan suatu makhluk hidup dipengaruhi oleh gabungan pengaruh
semua factor lingkungan seperti factor fisik dan kimia, tingkat sumber daya ala yang
dapat diperoleh dari daur hidup makhluk hidup, pengaruh competitor, pemangsa,
parasit serta semua proses mengenai populasi seperti laju kematian, laju kelahiran dan
yang tergantung atau tidak tergantung pada kerapatan.
Perubahan kualitas air dan substrat hidupnya sangat mempengaruhi
kemelipahan dan keanekaragaman makrozoobentos (Sinaga dalam Nor,2013).
Kemelimpahan dan keanekaragaman

sangat dipengaruhi oleh toleransi dan

sensitivitasnya terhadap perubahan lingkungan, dan kisaran toleransi dari


makrozoobentos terhadap lingkungan berbeda-beda (Yeanny dalam Nor,2013).
Sedangkan menurut Taqwa (Nor,2013) perbedaan kemelimpahan dapat disebabkan
oleh pebedaan pilihan habitat yang lebih disukai oleh tiap jenis fauna. Perbedaan
pilihan habitat dapat dipengaruhi intensitas cahaya, produksi serasah, dan komposisi
substrat.
Studi tentang keanekaragaman seperti keanekaragaman jenis, kemelimpahan,
penyebaran, asosiasi dan lainnya sudah pernah dilakukan oleh para peneliti-peneliti
terdahulu,

misalnya

pada

penelitian

Yeanny

(Nor,2013)

yang

meneliti

keanekaragaman makrozoobentos Di Muara Sungai Belawan, Roostiawatie


(Nor,2013)

meneliti

tentang

Analisis

Keanekaragaman

dan

kemelimpahan

makrozoobentos di perairan sungan Martapura Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten


Banjar pada lingkungan berbeda dan masih banyak lagi penelitian-penelitian lainnya.
Studi ini memang perlu dilakukan untuk mengetahui perasalahan yang
mungkin terjadi pada suatu kawasan. Keanekaragaman jenis pada suatu organisme
menunjukkan jenis organisme yang terdapat dalam suatu area, untuk melihat

keanekaragaman jenis dilakukan indeks keanekaragaman yang merupakan salah satu


cara untuk menduga kelompok kehidupan. Dari hasil pengukuran yang terdapat pada
suatu area/kawasan dapat digunakan untuk keperluan eksplorasi, konservasi, dan
identifikasi pencemaran terhadap lingkungan.
Dari uraian diatas peneliti hanya memfokuskan penelitian pada spesies, nilai
peting (NP) dan indeks keanekaragaman (H) yang terdapat pada kawasan penelitian.
.
2.2 Tinjauan Umum Mengenai Makrozoobentos
Suatu populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistik
yang tidak dapat diterapkan pada anggota populasi, karakteristik dasar suatu populasi
adalah ukuran besar populasi. Hal ini berlaku untuk semua jenis hewan yang
termasuk Makrozoobentos. Makrozoobentos merupakan salah satu komponen dalam
ekosistem. Selain itu makrozoobentos berguna ddalam kehidupan makhlluk yang lain
dalam hal jaring makanan. Hewan ini biasanya pemakan tumbuhan air atau hewan
mikrozoobentos dan merupakan hewan sesil atau melekat, juga dikatakan beristirahat
pada dasar perairan atau endapan sungai.
Menurut Naparin (Mahasiswa Prodi Biologi Angkatan 2011,2014) Perbedaanperbedaan dalam populasi makrozoobentos dapat dikorelasikan dengan cuaca, jenis
air, pH air, dan sebagainya sehingga juga berpengaruh terhadap kemelimpahannya.
Tumbuhan dan hewan yang hidup di dasar aliran, sungai, kolam, danau dan
lautan sangat beragam. Tumbuhan dan hewan yang hidupnya di dasar perairan
dikenal dengan istilah bentos. Fachrul (Nor,2013) mendefinisikan bentos adalah
semua organisme yang hidup pada lumpur, pasir, batu, kerikil, maupun sampah
organik baik di dasar perairan laut, danau, kolam, ataupun sungai, merupakan hewan
melata, menetap, menempel, memendam, dan meliang didasar perairan tersebut.
Menurut Yeanny (Nor,2013) makrozoobentos adalah makhluk hidup di dasar
perairan, hidup sesil, merayap atau penggali lubang. Hewan bentos dibedakan

menurut cara makan menjadi makhluk filter feeder (contohnya kerang) dan yang
lainnya makhluk deposit (contohnya siput)
Fachurul (Nor,2013) menyatakan bentos adalah organisme dasar perairan,
baik berupa hewan maupun tumbuhan, baik yang hidup di permukaan dasar ataupun
di dasar perairan. Berdasarkan letaknya fauna bentik (zoo-bentos) dapat di bedakan
menjadi 2, yaitu:
(1) Infauna, adalah kelompok makrozoobentos yang hidup terpendam di bawah
lumpur, contohnya golongan cacing , tiram, dan remis, sebagai salah satu contoh
cacing yaitu Neanthes succinea.
(2) Epifauna adalah kelompok makrozoobentos yang hidup di permukaan substrat,
contohnya yaitu golongan kepiting, siput laut, dan bintang laut. Salah satu contoh
siput yaitu Melanoides torulosa.
Beradasarkan ukuran tubuhnya bentos dibedakan ke dalam 3 kategori, yaitu :
(1) Makrozoobentos , yaitu organisme yang hidup didasar perairan dan tersaring oleh
saringan berukuran 1,0x1,0 mm atau 2,0x2,0 milimeter, yang pada pertumbuhan
dewasanya berukuran 3-5 milimeter, spesies yang termasuk kelompok ini adalah
Mollusca, Annelida, Crustacea, beberapa insekta air dan larva diptera, odonata
dan lain sebagainya.
(2) Mesobentos, yaitu organisme yang mempunyai ukuran antara 0,1-1,0 milimeter,
misalnya golongan Protozoa yang berukuran besar (Cidaria), cacing yang
berukuran kecil dan Crustacea yang sangat kecil. Contoh spesies yang tergolong
mesobentos dari Phyllum Mollusca kecil adalah Penerolis sp.
(3) Mikrobentos , yaitu organisme yang mempunyai ukuran dari 0,1 milimeter,
misalnya Protozoa.
Kemelimpahan makrozoobentos di suatu perairan dipengaruhi oleh faktorfaktor yang meliputi faktor fisika, kimia, dan faktor biologi. Faktor-faktor tersebut
antara lain adalah suhu, pH, kekeruhan, kecerahan, gas-gas terlarut dan adanya
interaksi dengan organisme lain (Odum dalam Nor,2013). Tingkat keanekaragaman
bentos yang terdapat di lingkungan perairan tertentu merupakan cerminan variasi

daripada toleransinya terhadap kisaran-kisaran parameter lingkungan. Dengan adanya


kelompok bentos yang hidup menetap (sessile) dan daya adaptasi bervariasi terhadap
kondisi lingkungan, membuat hewan bentos seringkali digunakan sebagai petunjuk
bagi penilaian kualitas air. Kehadiran spesies toleran dan ketidak-hadiran spesies
yang tidak toleran dapat digunakan sebagai petunjuk terjadinya pencemaran.
2.3 Faktor Lingkungan Perairan
2.3.1 Faktor Biologi
Nirarita (Sri,2013) mengatakan bahwa berbagai komponen biotik dalam
ekosistem saling berhubungan karena adanya kepentingan masing-masing untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya dalam hal pangan maupun tempat hidup.
Kepentingan itulah yang menimbulkan bentuk hubungan antar organisme seperti
predasi, herbivor, kompetisi dan simbiosis (mutualisme, komensalisme dan
parasitisme).
2.3.2 Faktor Fisika
1. Suhu
Nontji (Sri,2013) menyatakan bahwa suhu air di perairan Nusantaraumumnya
berkisarantara 28-31C. Suhu air di permukaan pada umumnya dipengaruhi oleh
faktor metereologi yaitu curah hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara,
kecepatan angin dan intensitas radiasi matahari. Oleh sebab itu, suhu permukaan
biasanya mengikuti pola musiman.
2. Kecepatan arus
Menurut Asmawi (Sri,2013) secara langsung atau tidak langsung kecepatan
arus berpengaruh terhadap kehidupan akuantik. Hewan air yang kemampuan
renangnya terbatas atau tidak memiliki alat tertentu jarang ditemukan pada
perairan yang berarus deras.
Perpindahan air sangatlah penting dalam penentuan penyebaran organisme
plankton, gas terlarut dan garam-garaman. Mereka juga mempengaruhi organisme
kecil. Kecepatan aliryang mengalir beragam dari permukaan dasar, meskipun
berada dalam saluran buatan yang dasarnya halus tanpa rintangan apapun.

10

Perubahan kecepatan air seperti itu tercermin dalam modifikasi yang diperlihatkan
oleh organisme yang hidup dalam air mengalir, yangkedalamannya berbeda
(Michael dalam Sri:2013).
Pengukuran kerapatan dan keanekaragaman makrozoobentos dapat dilakukan
dengan metode cuplikan, dimana peneliti hanya menghitung proporsil kecil populasi
dan hanya mempergunakan cuplikan (sampel) ini untuk memperkirakan seluruh
populsi.
3. Kedalaman
Kedalaman perairan dapat mempengaruhi jumlah dan spesies dari biota air
yang dalam suatu ekosistem air. Kedalaman air mempengaruhi kelimpahan dan
distribusi makrozoobentos. Dasarperairan yang kedalaman airnya berbeda akan
dihuni oleh makrozoobentos yang berbeda pula, sehingga terjadi stratifikasi
komunitas menurut kedalaman. Pada perairan yang lebih dalam makrozoobentos
mendapat tekanan fisiologis dan hidrostatis yang lebih besar. Karena itu
makrozoobentos yang hidup di perairan yang dalam ini tidak banyak (Ardi dalam
Sri,2013).
Kedalaman peraiaran mempunyai jumlah dan jenis hewan bentos, kurangdari
40 meter atau lebih dari 60 meter maka hewan bentos semakin sedikit (Asmawati
dalam Sri,2013).
4. Kecerahan
Kecerahan perairan dipengaruhi oleh langsung oleh partikel yang tersuspensi
di dalamnya, semakin kurang partikel yang tersuspensi maka kecerahan air akan
semakin tinggi. Selanjutnya dijelaskan bahwa penetrasi cahaya semakin rendah,
karena meningkatnya kedalaman, sehingga cahaya yang dibutuhkan untuk proses
fotosintesis oleh tumbuhan air semakin berkurang.interaksi antara faktor
kekeruhan perairan dengan kedalaman perairan akan mempengaruhi penetrasi
cahaya yang masuk ke dalam perairan, sehingga berpengaruh langsung pada
kecerahan, selanjutnya akan mempengaruhi kehidupan fauna makrozoobentos
(Odum dalam Sri,2013).

11

5. Substra dasar
Michael (Sri,2013) mengatakan susunan substrat penting bagi organisme
yanghidup di zona dasar, baik padaair yangdiam atau bergerak. Substrat dasar
merupakan salah satu faktor ekologis utama yang mempengaruhi struktur
komunitas makrozoobentos. Penyebaran makrozopbentos dapat dengan jelas
berkolerasi dengan tipe substrat.
2.3.3 Faktor Kimia
1. Salinitas
Sebaran salinitas di permukaan dipengaruhi oleh faktor sirkulasi air,
penguapan air hujan dan aliran air. Salinitas dapat mempengaruhi penyebaran
organisme baik secara horizontal maupun vertikal. Secara tidak loangsung
mengakibatkan adanya perubahan komposisi organisme dalam suatu ekosistem.
(Odum dalam Sri,2013).
2. Derajat keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) merupakan faktor ekologi utama yang membatasi
kegiatan-kegiatan dan penyebaran makhluk hidup air. Sebagian besarspesies air
tawar menunjukkan toleransi yang baik terhadap perubahan pH yang besar, tetapi
ada beberapa spesies lain yang sangat peka walaupun terhadap perubahan pH yang
sangatkecil dan hanya hidup dalam suatu kisaran pH yang sangat sempit (Michael
dalam Sri, 2013).
pH perairan sering dipakai sebagai petunjuk untuk mengatakan baik buruknya
keadaan lingkungan perairan, sebab pH berpengaruh terhadap kehidupan
tumbuhan-tumbuhan dan binatang air. Air normal yang memenuhi syarat untuk
suatu kehidupan mempunyai pH berkisarantara 6,5-7,5 (Asmawi dalam Sri, 2013).
3. Kadar Oksigen Terlarut
Iriadenta (Sri,2013) mengelompokkan kualitas perairan berdasarkan
kandungan oksigen terlarutyaitu 8 ppm atau pernah terjadi walaupun dalam waktu
yang pendek (kualitas airnya sangat baik), kurang lebih 6 ppm (kualitas air baik), 2
ppm (kualitas air buruk) dan kurang 2 ppm (kualitas air sangat buruk).
4. BOD dan COD

12

BOD adalah kebutuhan oksigen yang terlarut dalam air buangan yang
mengandung senyawa kimia organik terjadi secara sempurna pada temperatur
20C dan dalam tempo 5 hari (Effendi dalam Sri,2013). Satuan BOD dinyatakan
dalam miligram per liter (mg/l) miligram per kilogram (mg/kg). Nilai BOD
menggambarkan keadaan kuantitas bahan organik yang dapat didekomposisi
secarabiologis seperti lemak, protein, karbohidrat dan sebagainya. Jadi nilai BOD
hanya mengukursecra relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
bahan-bahan buangan tersebut.
COD (Chemical Oxygen Demand) adalah parameter kimia yang menyatakan
jumlah total oksigen yangdibutuhkan untuk mengoksidasi semua bahan organik
pada suatu ekosistem perairan menjadi karbondioksida dan air. Uji COD
merupakan suatu uji untuk menentukan jumlah oksigen yangdibutuhkan oleh suatu
bahan oksidan (biasnya K2Cr2O7 atau KMnO4) untuk mengoksidasi bahan-bahan
organik yang ada di dalam air. Nilai COD menunjukkan jumlah oksigen
yangdibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi menjadi CO 2
dan H2O2.
5. Nitrat
Nitrat adalah bentuk utama nitrogen di perairan. Nitratdapat digunakan untuk
mengelompokkan tingkat kesuburan perairan. Perairan oligotrofik memiliki
kadarnitrat antara 0 -1 mg/l, perairan mesotrofik memiliki kadar nitrat antara 1-5
mg/l dan perairan eutrofik memiliki kadar nitrat yang berkisar antara 5-50 mg/l.
Kadar nitrat pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mg/l.
Kadarnitrat >5 mg/l menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang
berasal dari ektivitas manusia dan tinja hewan (Effendi dalam Sri,2013).
2.4 Tinjauan Umum tentang Sungai
Sungai adalah aliran alami dari air yang melewati area tanah dan menuju
bentukan air yang luas seperti lautan atau danau. Sungai merupakan kesatuan
ekosistem yang bersifat terbuka, sehingga mudah mendapatkan pengaruh dari luar.
Pengaruh tersebut dapat berupa tumbuh- tumbuhan yang terdapat ditepi sungai

13

ataupun aktivitas manusia yang tinggal disekitar daerah aliran sungai ( Darmawan
dalam Nor,2013 ). Menurut Sukadi (Nor,2013) Sungai merupakan sumber air
permukaan yang memberikan manfaat kepada manusia. Dari mata air sebagai awal
mengalirnya air, melintasi bagian-bagian alur sungai hingga ke bagian hilir yang
terjadi secara dinamis. Kedinamisan tersebut tergantung pada musim, karakteristik
alur sungai , dan pola hidup manusia disekitarnya. Kondisi ini menyebabkan baik
kualitasnya akan mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan lingkungan
sungai dan kehidupan manusia.
Daerah tepian sungai merupakam wilayah yang sangat subur karena endapan
lumpur akibat pengaruh pasang surut air sungai . oleh karena kesuburan tanahnya
maka wilayah tepian sungai menjadi tempat konsentrasi penduduk.
Pembentukan sungai sangat dipengaruhi oleh proses presipitasi yang terjadi di
alam. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan mengalir ke tempat yang lebih
rendah, sesuai dengan kontur permukaan tanah.

14

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode penelitian
Penelitian

ini

menggunakan

metode

deskriptif

dengan

teknik

mengambilan sampel secara observasi . Teknik observasi yang dilakukan adalah


terjun langsung kelapangan dalam pengamatan dan pengambilan sampel untuk
mengetahui keanekaragaman makrozoobentos pada Sungai di Desa Tiwingan
Baru Kabupaten Aranio dan Sungai di Pinggir Gedung Serba Guna Universitas
Lambung Mangkurat Banjarmasin
3.2 Waktu dan Tempat
Penelitian

praktek

kerja

lapangan

tentang

keanekaragaman

makrozoobentos ini dilakukan di kawasan Desa Tiwingan Baru, Kecamatan


Aranio Kabupaten Riam kanan provinsi Kalimantan selatan pada hari Minggu,
22 Februari 2015 dan kawasan Gedung Serba Guna Universitas Lambung
Mangkurat Banjarmasin pada hari Sabtu, 4 April 2015
3.3 Alat dan Bahan
Alat

1.

Alat penggeruk Egman graf dan petersan graf

2.

Wadah (ember / baskom)

3.

Saringan

4.

Plastik klip

5.

pH meter

6.

Termometer

7.

Secchi disk

15

8.

Bola arus

Bahan

1. Makrozoobentos yang ditemukan


3.4 Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan sebelum ke lapangan (sungai).
2. Menentukan lokasi 3 titk pengambilan sample tersebut
3. Pada titik pertama, menancapkan alat penggeruk Egman ke dasar sungai
kemudian menurunkan pemberat hingga Egman tertutup, mengangkatnya ke
tepi sungai.
4. Membuka alat penutup Egman dan mengeluarkan hasil kerukan ke dalam
wadah (ember/baskom).
5. Menyaring hasil kerukan ke wadah lainnya.
6. Mengambil Makrozoobentos yang tersaring dan memasukkannya ke dalam
plastik klip.
7. Melakukan langkah 3-6 pada titik sampel berikutnya.
8. Mengukur pH air, kecepatan arus, kecerahan air, dan suhu air pada masingmasing titik.
9. Menghitung indeks keanekaragaman dan NP masing-masing spesies yang
telah diidentifikasi.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

16

Tabel 1 . Pengamatan makrozoobentos pada sungai di Desa Tiwingan Baru


Kabupaten Aranio
No
.
1.

Nama Spesies
Pita scutata

Titik
1
2

2
0

3
1

Ind

Cup

Tabel 2. Perhitungan keanekaragaman makrozoobentos pada sungai di Desa Tiwingan


Baru Kabupaten Aranio
No
.

Nama spesies

Ind

cup

KR
%

FR
%

NP

-Pi in
Pi

1.

Pita scutata

100

0,67

100

200

Jumlah

100

0,67

100

200

Kesimpulan :
H

=0

Karena H< 1 maka keanekaragaman makrozobentos adalah rendah.


Contoh perhitungan :
a. K
b.
c.
d.
e.
f.

= ind
plot
= 3/1 = 1
KR % = K x 100 %
K
= 1/1 x 100% = 100
F
= cup
plot
= 2/3 = 0,67
FR % = F ind x 100 %
F
= 0,67/0,67 x 100 % = 100
NP = KR + FR
= 100 + 100
= 200
Pi = 3/3 = 1
17

= -1 in 1
= 0

Gambar 1. Pita scutata


Tabel 3. Parameter lingkungan pada sungai di Desa Tiwingan Baru Kabupaten Aranio
No.

Nama Alat

Satuan

Pengulangan

Kisaran

25

25

24

24-25

/s

0,63

0,59

0-0,63

Thermometer

Anemometer

Hygrometer

100

97

87

87-100

pH Air

7,4

7,7

8,1

7,4-8,1

Sechi Disk

cm

64

98

182

64-182

Tabel 4. Pengamatan makrozoobentos pada sungai di pinggir Gedung Serba Guna


Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
No

Nama spesies

Titik
1

Ind

Cup

Suicospira
kawalvensis

Filopaludina
martensi

Melanoides
tuberculata

Helix pomatia

Tubifex tubifex

Lumbricus terestris

18

Tabel 5. Perhitungan keanekaragaman makrozoobentos pada sungai di pinggir


Gedung Serba Guna Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
No

Nama spesies

ind

cup

KR
(%)

FR
(%)

NP

-Pi ln Pi

Suicospira kawalvensis

1,33

34

0,67

22,40

56,40

0,37

Filopaludina martensi

1,33

34

33,44

67,44

0,37

Melanoides tuberculata

0,33

0,33

11,04

19,04

0,20

Helix pomatia

0,33

0,33

11,04

19,04

0,20

Tubifex tubifex

0,33

0,33

11,04

19,04

0,20

Lumbricus terestris

0,33

0,33

11,04

19,04

0,20

12

3,98

100

2,99

100

200

H =1,54

Kesimpulan :
H = 1,54

Karena 1 H 3, maka keanekaragaman makrozoobentos pada sungai unlam


adalah sedang.
Contoh Perhitungan (Suicospira kawalvensis)
a. K =

K=

ind
plot
4
3

= 1,33

b. KR % =

K
K

KR% =

1,33
3,98

100 = 34

19

c. F =
F=

Cup
plot
2
3

= 0,67

d. FR % =

K
F

FR% =

0,67
2,99

100 = 22,40

e. NP = KR%+FR%
NP =34+22,40=56,40
f. pi ln pi
Pi= 0,33
-0,33 ln 0,33 = 0,37

Gambar 2. Suicosppira kawalkensis

Gambar 3. Filopaludian martensi

20

Gambar 4. Melanoides tuberculata

Gambar 5. Helix pomatia

Gambar 6. Tubifex tubifex

Gambar 7. Lumbricus terestris


Tabel 6. Parameter lingkungan pada sungai di pinggir Gedung Serba Guna
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
No

Parameter

Nama alat

pH air

Pengulangan

Kisaran

pH meter

7,1

7,0

7,0

7,0-7,1

Kecepatan / arus air

Bola arus

25

26

25

25-26

Suhu air

Termometer

12

12

Kecerahan air

Secchi disk

1,24

1,24

Satuan

cm

21

4.1 Spesies spesies makrozoobentos yang terdapat pada

sungai di Desa

Tiwingan Baru Kabupaten Aranio


Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka ditemukan satu jenis
makrozoobentos yaitu Pita scutata. Untuk keadaan makrozoobentos yang ditemukan
adalah jenis molusca. Pada pembagian tiap zona juga menunjukkan hasilyang
berbeda-beda terhadap berbagai jenis fauna yang ditemukan. Pada zona I atau
kedalaman 0 m ditemukan 1 spesies yang memiliki jumlah 2, untuk zona II atau
kedalaman 0,5 m di temukan 0 spesies yang berbeda-beda demikian juga untuk
zona III atau 1 m ditemukan 1 spesies yang berjumlah 1. Dari tiga zona tersebut
spesis jenis Pita scutata ditemukan di zona I dan III .
4.2 Keanekaragaman makrozoobentos yang terdapat pada

sungai di Desa

Tiwingan Baru Kabupaten Aranio

22

Banyaknya jenis makrozoobentos Pita scutata ini memiliki jumlah populasi


yang banyak dan keanekaragaman yang tinggi dibandingkan spsies lainnya yang
tidak di temukan. Berdasarkan hasil perhitungan juga dapat diketahui bahwa spesis
ini memiliki nilai penting yang tertinggi. Hal ini menandakan bahwa spesies ini
memiliki pengaruh dan peranan yang sangat penting dalam ekosistem didaerah ini
terutama untuk spesies yang lainnya karena H<1 maka keanekaragaman
makrozobentos pada daerah ini adalah rendah.
Hal ini tentunya berkaitan dengan parameter lingkungan dikawasan tersebut
yang dapat diketahui dengan parameter lingkungan dikawasan tersebut. pH air
tergolong basa yaitu berkisar antara 7,4-8,1. Dengan kondisi ini maka Pita scutata
yang paling toleran dan bisa beradaptasi dengan baik sehingga spesies ini memiliki
kelimpahan jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan spesies lain yang tidak
ditemukan. Untuk suhu disekitar kawasan tersebut adalah berkisar 24-25 oC.
Kecepatan angin 0-0,63 m/s, kelembapan udara 87-100% dan kecerahan air berkisar
64-182 yang artinya air berwarna tidak jernih.
4.3 Spesies spesies makrozoobentos yang terdapat pada sungai di pinggir
Gedung Serba Guna Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
Berdasarkan
keanekaragaman

hasil

pengamatan

makrozoobentos

diketahui

ditemukan

bahwa

pada

spesies

yaitu

pengamatan
Suicospira

kawalvensis ,Filopaludina martensi ,Melanoides tuberculata ,Helix pomatia ,Tubifex


tubifex dan Lumbricus terestris.
4.4 Keanekaragaman makrozoobentos yang terdapat pada sungai di pinggir
Gedung Serba Guna Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
Pengukuran keanekargaman makrozobentos dilakukan dengan metode
cuplikan, dimana hanya mempergunakan cuplikan (sampel) ini untuk memperkirakan
seluruh populasi. Jumlah pengambilan hanya tertumpu pada 3 titik. Tempat
pengambilannya yaitu di aliran sungai kecil yang airnya surut dialiran sungai gedung
serba guna .

23

Kemelimpahan makrozoobentos yang terdapat di suatu kawasan dapat diukur


berdasarkan nilai kerapatan, frekuensi, nilai penting dan indeks diversitas.
Berdasarkan hasil perhitungan, hewan yang memiliki kerapatan terbesar adalah
Suicospira kawalvensis dan Filopaludina martensi yang berarti juga memiliki nilai
penting terbesar. Banyaknya jumlah spesies ini juga menunjukkan bahwa
makrozoobentos yang paling adaftif dan memiliki peran penting terhadap sungai ini.
Tingginya nilai penting dari spesies ini tidak terlepas dari perannya sebagai indikator
pencemaran lingkungan di suatu sungai.
Suhu di dalam air dapat menjadi faktor penentu atau pengendali kehidupan
flora dan fauna akuatis, terutama suhu di dalam air yang telah melampaui ambang
batas (terlalu hangat atau terlalu dingin) bagi kehidupan flora dan fauna akuatis.
Jenis, jumlah dan keberadaan flora dan fauna akuatis seringkali berubah dengan
adanya perubahan suhu air, terutama oleh adanya kenaikan suhu di dalam air. Dari
hasil pengukuran suhu air diketahui bahwa suhu air pada saat pengamatan adalah 25
26oC. Kisaran suhu yang sesuai untuk pertumbuhan makrozoobentos menurut
Hutabarat dan Evans (Ayu, dkk.2011) siklus temperatur untuk kehidupan organisme
perairan berkisar 26oC 31o sehingga suhu di sungai belakang gedung serba guna
ternyata

masih

mendukung

kehidupan

makrozobentos

walaupun

dengan

keanekaragaman sedang. Namun hal ini tidak sesuai dengan pendapat Odum
(Mahasiswa Prodi Pend Biologi Angkatan 2011, 2014) yang menyatakan bahwa suhu
air di perairan umumnya berkisar 28 - 31 oC yang merupakan suhu yang memenuhi
syarat untuk kehidupan organisme perairan. Mungkin ini di sebabkan pada saat
praktikum suhu berubah menjadi rendah karena sedang terjadi hujan.
Makrozoobentos juga tidak terlepas dari perannya sebagai indikator
pencemaran lingkungan di suatu sungai. Tingkat kecerahan air sungai yang rendah
yaitu 12 cm menyebabkan menurunnya kadar oksigen maupun mengganggu
fotosintesis tumbuhan air yang merupakan habitat bentos di dasar perairan. Akibatnya
kelangsungan hidup makrozobentos pun menjadi terganggu. Kemungkinan yang lain,

24

hanya 6 spesies inilah yang dapat adaptif terhadap kondisi lingkungan seperti ini.
Tingkat kecerahan air sungai yang rendah yaitu 12 menyebabkan menurunkan kadar
oksigen sehingga mengganggu fotosintesis
Penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air,
membatasi zona fotosintesa dimana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman dan
kekeruhan, terutama bila disebabkan oleh lumpur dan partikel yang dapat mengendap
seringkali penting sebagai fakor pembatas. Karena padatan terlarut yang tinggi akan
menimbulkan kekeruhan yang dapat mengakibatkan sebagai berikut:
1. Menurunnya Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen/DO) dalam badan air, yang
selanjutnya mengganggu suplai oksigen bagi organisme air termasuk bentos.
2. Menurunkan penetrasi cahaya matahari yang masuk ke dalam badan air,
sehingga mengganggu proses fotosintesis tumbuhan air seperti Hidrilla,
ganggang air, dan alga sedimentasi dasar sungai, sehingga akan menutupi
dasar sungai yang merupakan habitat bagi bentos (kerang, remis, kijing, siput
dan lain-lain) lambat laun kondisi ini akan berdampak pada punahnnya
berbagai jenis bentos.
Kecepatan arus air yang rendah (25 - 26 cm ) menyebabkan bahan organik di
air kurang distribusi dengan baik sehingga bahan pencemar dapat terus terakumulasi
diair.
Dari perspektif biologi, kandungan gas oksigen dalam air merupakan salah
satu penentu karakteristik kualitas air yang terpenting dalam lingkungan kehidupan
akuatis. Konsentrasi oksigen dalam air mewakili status kualitas air pada tempat dan
waktu tertentu (saat pengambilan sampel air). Dengan kata lain keberadaan dan besar
atau kecilnya muatan oksigen di dalam air dapat dijadikan indikator ada atau tidaknya
pencemaran di suatu perairan. Rendahnya kadar oksigen terlarut pada sungai di
Gedung Serba guna menurut dugaaan disebabkan karena substrat perairan sebagian
besar berupa lumpur. Ukuran partikel yang sangat halus disertai dengan sudut dasar
sedimen yang amat datar menyebabkan air di dalam sedimen tidak mengalir keluar

25

dan tertahan di dalam substrat. Hal ini akan menghasilkan penurunan kadar oksigen.
Semakin tinggi sedimentasi maka semakin berkurang kandungan O2 terlarut.
Saat pengerukan dengan Egman graf dan Petersan graf, banyak substrat
berupa lumpur cair yang terambil bersama makrozoobentos. Lumpur cair adalah
tanah yang belum matang (mentah) sehingga bila diremas akan mudah sekali keluar
dari genggaman melalui sela-sela jari. Tanah selalu jenuh air, kemampuan menyangga
beban sangat rendah dan penyusutan besar (Hardjowigeno dalam Ayu,dkk.2011).
Sedangkan dilihat dari nilai H, dapat disimpulkan bahwa di tempat ini
memiliki keanekaragaman makrozoobentos sedang. Hal ini diduga karena kurangnya
makanan untuk makrozoobentos berupa tumbuhan air yang terdapat di sungai
tersebut yang mendukung kehidupan makrozoobentos, atau hanya jenis-jenis
makrozoobentos tertentu yang dapat beradaptasi pada sungai ini.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Makrozoobentos

yang di temukan pada sungai di Desa Tiwingan Baru

Kabupaten Aranio ini adalah jenis Pita scutata.


2. Keanekaragaman pada sungai di Desa Tiwingan Baru Kabupaten Aranio
sangat rendah karena H< 1
3. Hewan makrozoobentos yang ditemukan pada sungai di pinggir Gedung
Serba Guna Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin didapatkan 6
spesies yaitu Suicospira kawalvensis ,Filopaludina martensi ,Melanoides
tuberculata ,Helix pomatia ,Tubifex tubifex dan Lumbricus terestris.
4. Dilihat dari perhitungan H, pada sungai di pinggir Gedung Serba Guna
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin tersebut memilki hewan
makrozoobentos dengan keanekaragaman sedang.
5.2 Saran

26

Dengan hasil penelitian yang telah kami lakukan diharapkan adanya penelitian
lebih lanjut mengenai keanekaragaman makrozoobentos sehingga dapat
mengetahui lebih lanjut adanya perbedaan spesies pada setiap kawasan.

DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Nor. 2013. Keanekaragaman Makrozoobentos di Tepian Sungai Barito
Desa Simpang Arja Kecamatan Rantau Badauh Kabupaten Barito
Kuala. PMIPA FKIP UNLAM : Banjarmasin.
Ayu,dkk.2011. Laporan Akhir Praktikum Ekologi Hewan. PMIPA FKIP
UNLAM : Banjarmasin.
Hardiansyah, dkk.. 2015. Penuntun Praktikum Ekologi Hewan. PMIPA. FKIP
UNLAM. Banjarmasin.
Mahasiswa Prodi Pend Biologi Angkatan 2011.2014. Laporan Akhir Praktikum
Ekologi Hewan. PMIPA FKIP UNLAM : Banjarmasin.
Rusmarianti, sri.2013. Keanekaragaman Makrozoobentos di Sungai Kapuas
Desa Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas. PMIPA FKIP
UNLAM : Banjarmasin.

27

You might also like