You are on page 1of 1

HUBUNGAN POLA HIDUP TIDAK SEHAT DENGAN SINDROM METABOLIK

Sindrom metabolik terdiri dari beberapa gejala yaitu obesitas sentral, resistensi
insulin, hipertensi, dan dislipidemia (peningkatan trigliserid dan LDL, serta penurunan HDL).
Gejala-gejala yang muncul saling berhubungan karena suatu gejala pada sindrom metabolik
dapat disebabkan oleh gejala lainnya. Sampai saat ini pola hidup tidak sehat merupakan
faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian sindroma metabolik. Manajemen
diet yang salah dan kurangnya aktivitas fisik merupakan contoh utama pola hidup yang tidak
sehat. Salah satu contoh manajemen diet yang salah pada kasus ini adalah konsumsi kalori
yang lebih besar dari kalori yang dibutuhkan. Konsumsi kalori dan lemak berlebih dapat
memicu terjadinya dislipidemia yang dapat berlanjut dengan gejala-gejala lain sampai
berujung pada sindrom metabolik.
Hubungan antara dislipidemia dan resistensi insulin dapat dijelaskan bahwa pada
dislipidemia terjadi pelepasan asam lemak bebas kedalam sirkulasi. Asam lemak bebas
berasal dari lipolisis trigliserida jaringan adiposa. Pada kondisi normal, asam lemak bebas
merupakan sumber utama energi pada keadaan puasa. Makin banyak jaringan adiposa maka
asam lemak bebas yang dilepaskan juga makin meningkat. Pada dislipidemia terjadi
pelepasan asam lemak bebas berlebih. Sebagai kompensasi, tubuh akan meningkatkan kadar
insulin. Sesungguhnya kadar insulin yang tinggi dapat menekan lipolisis jaringan adiposa
namun tetap tidak mampu menekan pelepasan asam lemak hingga mencapai normal pada
dislipidemia. Tingginya kadar asam lemak bebas akan menyebabkan masuknya asam lemak
bebas ke dalam otot, kondisi ini yang menyebabkan terjadinya resistensi insulin.
Tingginya kadar LDL dalam tubuh juga berbahaya bagi kesehatan jantung dan
pembuluh darah. Pembentukan plak atherosklerosis dapat dengan mudah terjadi.
Pembentukan plak menyebabkan diameter pembuluh darah menyempit sehingga secara
otomatis tekanan darah akan meningkat atau hipertensi. Hipertensi yang bersifat kronis dapat
menyebabkan penebalan otot jantung yang dapat menjadi gagal jantung pada kondisi tak
terkompensasi. Pembentukan plak atherosklerosis di arteri coronaria jantung dapat berujung
pada infark miokard dimana sel-sel jantung mati karena terhentinya suplai oksigen ke sel-sel
tersebut.

You might also like