Professional Documents
Culture Documents
Endapan Pantai (Qal) yang terdiri dari lempung, lanau, pasir dan kerikil
merupakan endapan termuda berumur Holosen.
6. Formasi Mallawa tersusun oleh batupasir arkosik, batulanau,
batulempung, napal, dan konglomerat yang diinterkalasi oleh layer-layer
atau lensa-lensa batubara dan batugamping. Formasi ini terdapat di
bagian barat Sulawesi Selatan, yang melapis-bawahi secara tak-selaras
Formasi Balangbaru dan setempat Formasi Langi (Sukamto, 1982). Umur
Paleogen pada formasi ini diduga dari palinomorfisnya (Khan & Tschudy,
dalam Sukamto, 1982), sementara fosil ostrakoda menunjukkan umur
Eosen (Hazel, dalam Sukamto, 1982). Formasi Mallawa ini diduga
terendapkan pada lingkungan terrestrial/marginal marine yang menerus
ke atas secara transgersif sampai ke lingkungan laut dangkal (Wilson,
1995).
7. Formasi Batugamping Tonasa melapis-bawahi secara tak-selaras
Formasi Mallawa dan Volkanik Langi. Dari bawah ke atas, formasi ini
tersusun oleh anggota-anggota A (kalkarenit berlapis baik), B
(batugamping berlapis tebal sampai batugamping masif ), C (sekuens
batugamping detritus tebal dengan limpahan foraminifera), dan D
(limpahan material volkanik dan olistolit batugamping dari berbagai
umur ) (van Leeuwen, 1981; Sukamto, 1982). Formasi ini berumur Eosen
sampai Miosen Tengah (van Leeuwen, 1981; Sukamto, 1982; Wilson,
1995). Margin bagian selatan dari Formasi Tonasa diduga merupakan
margin bertipe landai, dan Platform Karbonat Tonasa disusun terutama
oleh fasies laut dangkal, sedangkan margin bagian utara didominasi oleh
fasies redeposited (Wilson, 1995). Formasi Mallawa dan Tonasa tersebar
luas di bagian barat Sulawesi Selatan (Wilson, 1995).
8. Formasi Salo Kaluppang hadir di bagian timur Sulawesi Selatan, yang
terdiri atas batugamping, serpih, dan batulempung yang interbedded
dengan konglomerat volkanik, breksi, tufa, lava, batugamping, dan napal
(Sukamto, 1982). Berdasarkan dating foraminifera, umurnya berkisar dari
Eosen Awal sampai Oligosen Akhir (Kadar, dalam Sukamto, 1982 dan
Sukamto & Supriatna, 1982). Formasi ini seumur dengan Formasi Mallawa
dan bagian bawah Formasi Tonasa (Sukamto, 1982).
9. Formasi Kalamiseng tersingkap di bagian timur Depresi Walanae, terdiri
atas breksi volkanik dan lava dalam bentuk lava bantal dan lava masif,
yang ber-interbedded dengan tufa, batupasir, dan napal (Sukamto, 1982;
Sukamto & Supriatna, 1982; Yuwono et al., 1987). Lava tersebut dicirikan
oleh basal dan diabas spilitik yang telah termetamorfosis ke fasies sekis
hijau (Yuwono et al., 1988). Pegunungan Bone diinterpretasi merupakan
bagian dari suatu sekuens ofiolit berdasarkan ciri dan pengamatan pada
anomali gravity-nya yang tinggi serta MORB (mid oceanic ridge basalt)nya. Dating K/Ar pada lava bantal Formasi Kalamiseng menunjukkan umur
Miosen Awal (Yuwono et al., 1988), dan umur ini kemungkinan merupakan
umur emplacement dari suite ofiolit yang diduga tersebut di atas (Yuwono
et al., 1988).
10. Formasi Walanae (Tmpw) ; berumur Miosen Akhir Pliosen, formasi ini
menindih tidak selaras dengan batuan gunungapi formasi Camba. Formasi
Walanae tersusun dari perselingan batupasir, konglomerat, tufa dengan
sisipan batulanau, batulempung, batugamping, napal dan lignit, batupasir
berbutir sedang sampai kasar, umumnya gampingan dan agak kompak,
berkomposisi sebagian andesit dan sebagian lainnya banyak mengandung
kuarsa. Tebal satuan ini diperkirakan sekitar 1.200 meter (Rab. Sukamto
dan Sam Supriatna, 1982). Batubara pada formasi Walanae yang pernah
diteliti antara lain pada Kabupaten Sinjai, pada daerah Panaikang dan
Bulupodo. Ketebalan batubara formasi Walanae pada daerah Panaikang
bervariasi dengan rata-rata 2 meter. Kondisi fisik berlapis-lapis, berselangseling dengan lempung. Sedangkan pada daerah Bulupoddo batubaranya
memiliki warna abu-abu hingga hitam, dan masih menampakkan tekstur
asalnya yaitu kayu. Mempunyai cerat hitam, dengan ketebalan bervariasi
antara 20 cm hingga 1,8 meter, tertutup lapisan soil setebal 1-2 meter.
Batubara ini merupakan sisipan pada batupasir yang berselingan dengan
batulempung hingga lanau. Melalui kehadiran struktur sedimen berupa
laminasi, dan gelembur gelombang, menunjukkan genetik lingkungan
Struktur geologi yang berkembang di daerah ini terdiri atas sesar naik,
sesar mendatar, sesar normal dan lipatan yang pembentukannya
berhubungan dengan tektonik regional Sulawesi dan sekitarnya