You are on page 1of 6

Macam-macam Formasi di Sulawesi :

1. Formasi Latimojong, merupakan batuan dasar yang tersingkap


disebelah tenggara daerah penyelidikan, batuan penyusunnya terdiri dari
batupasir kuarsa malihan, batulanau malihan, kuarsit, filit, dan setempat
batulempung gampingan. Formasi ini diperkirakan berumur Kapur dan
diendapkan dilingkungan laut dalam. Hubungan stratigrafi dengan Formasi
yang menutupinya menunjukan ketidak selarasan.
2. Formasi Sekala (Tmps) diendapkan menjari dengan Batuan Gunungapi
(Tmv) terdiri dari batupasir hijau, grewake, napal, batulempung dan tuf,
sisipan lava bersusunan andesit-basal, berumur Miosen Tengah Pliosen.
3. Formasi Mandar (Tmm) terdiri dari batupasir, batulanau dan serpih,
berlapis baik, mengandung lensa lignit, yang berumur Miosen Akhir.
Tebalnya mencapai 400 m, diendapkan dalam lingkungan laut
dangkalsampai delta. Pada Lembar Mamuju formasi ini disebut Formasi
Mamuju (Ratman dan Atmawinata, 1993), didominasi oleh napal dan
batugamping dengan sisipan tuf, batupasir dan konglomerat.
4. Formasi Mamuju diendapkan bersamaan dengan Anggota Tapalang
Formasi Mamuju (Tmmt) yang terdiri dari batugamping terumbu,
batugamping kepingan dan napal. Keduanya menjemari dengan formasi
Batuan Gunungapi Talaya (Tmtv). Disusul oleh Formasi Lariang (Tmpl)
yang terdiri dari perselingan antara konglomerat dan batupasir, sisipan
batulempung dan setempat tuf, berumur Miosen Akhir Pliosen.
5. Formasi Budong-Budong (Qb) diendapkan secara selaras diatasnya,
terdiri dari konglomerat dan batupasir, setempat sisipan batugamping dan
batulanau, berumur Plistosen Holosen. Batugamping Koral (Ql)
diendapkan menjari dengan Formasi Budong-Budong (Qb), terdiri dari
batugamping terumbu dan batugamping bioklastika, berongga, setempat
dengan moluska, berumur Plistosen Holosen. Endapan Aluvial dan

Endapan Pantai (Qal) yang terdiri dari lempung, lanau, pasir dan kerikil
merupakan endapan termuda berumur Holosen.
6. Formasi Mallawa tersusun oleh batupasir arkosik, batulanau,
batulempung, napal, dan konglomerat yang diinterkalasi oleh layer-layer
atau lensa-lensa batubara dan batugamping. Formasi ini terdapat di
bagian barat Sulawesi Selatan, yang melapis-bawahi secara tak-selaras
Formasi Balangbaru dan setempat Formasi Langi (Sukamto, 1982). Umur
Paleogen pada formasi ini diduga dari palinomorfisnya (Khan & Tschudy,
dalam Sukamto, 1982), sementara fosil ostrakoda menunjukkan umur
Eosen (Hazel, dalam Sukamto, 1982). Formasi Mallawa ini diduga
terendapkan pada lingkungan terrestrial/marginal marine yang menerus
ke atas secara transgersif sampai ke lingkungan laut dangkal (Wilson,
1995).
7. Formasi Batugamping Tonasa melapis-bawahi secara tak-selaras
Formasi Mallawa dan Volkanik Langi. Dari bawah ke atas, formasi ini
tersusun oleh anggota-anggota A (kalkarenit berlapis baik), B
(batugamping berlapis tebal sampai batugamping masif ), C (sekuens
batugamping detritus tebal dengan limpahan foraminifera), dan D
(limpahan material volkanik dan olistolit batugamping dari berbagai
umur ) (van Leeuwen, 1981; Sukamto, 1982). Formasi ini berumur Eosen
sampai Miosen Tengah (van Leeuwen, 1981; Sukamto, 1982; Wilson,
1995). Margin bagian selatan dari Formasi Tonasa diduga merupakan
margin bertipe landai, dan Platform Karbonat Tonasa disusun terutama
oleh fasies laut dangkal, sedangkan margin bagian utara didominasi oleh
fasies redeposited (Wilson, 1995). Formasi Mallawa dan Tonasa tersebar
luas di bagian barat Sulawesi Selatan (Wilson, 1995).
8. Formasi Salo Kaluppang hadir di bagian timur Sulawesi Selatan, yang
terdiri atas batugamping, serpih, dan batulempung yang interbedded
dengan konglomerat volkanik, breksi, tufa, lava, batugamping, dan napal
(Sukamto, 1982). Berdasarkan dating foraminifera, umurnya berkisar dari
Eosen Awal sampai Oligosen Akhir (Kadar, dalam Sukamto, 1982 dan

Sukamto & Supriatna, 1982). Formasi ini seumur dengan Formasi Mallawa
dan bagian bawah Formasi Tonasa (Sukamto, 1982).
9. Formasi Kalamiseng tersingkap di bagian timur Depresi Walanae, terdiri
atas breksi volkanik dan lava dalam bentuk lava bantal dan lava masif,
yang ber-interbedded dengan tufa, batupasir, dan napal (Sukamto, 1982;
Sukamto & Supriatna, 1982; Yuwono et al., 1987). Lava tersebut dicirikan
oleh basal dan diabas spilitik yang telah termetamorfosis ke fasies sekis
hijau (Yuwono et al., 1988). Pegunungan Bone diinterpretasi merupakan
bagian dari suatu sekuens ofiolit berdasarkan ciri dan pengamatan pada
anomali gravity-nya yang tinggi serta MORB (mid oceanic ridge basalt)nya. Dating K/Ar pada lava bantal Formasi Kalamiseng menunjukkan umur
Miosen Awal (Yuwono et al., 1988), dan umur ini kemungkinan merupakan
umur emplacement dari suite ofiolit yang diduga tersebut di atas (Yuwono
et al., 1988).
10. Formasi Walanae (Tmpw) ; berumur Miosen Akhir Pliosen, formasi ini
menindih tidak selaras dengan batuan gunungapi formasi Camba. Formasi
Walanae tersusun dari perselingan batupasir, konglomerat, tufa dengan
sisipan batulanau, batulempung, batugamping, napal dan lignit, batupasir
berbutir sedang sampai kasar, umumnya gampingan dan agak kompak,
berkomposisi sebagian andesit dan sebagian lainnya banyak mengandung
kuarsa. Tebal satuan ini diperkirakan sekitar 1.200 meter (Rab. Sukamto
dan Sam Supriatna, 1982). Batubara pada formasi Walanae yang pernah
diteliti antara lain pada Kabupaten Sinjai, pada daerah Panaikang dan
Bulupodo. Ketebalan batubara formasi Walanae pada daerah Panaikang
bervariasi dengan rata-rata 2 meter. Kondisi fisik berlapis-lapis, berselangseling dengan lempung. Sedangkan pada daerah Bulupoddo batubaranya
memiliki warna abu-abu hingga hitam, dan masih menampakkan tekstur
asalnya yaitu kayu. Mempunyai cerat hitam, dengan ketebalan bervariasi
antara 20 cm hingga 1,8 meter, tertutup lapisan soil setebal 1-2 meter.
Batubara ini merupakan sisipan pada batupasir yang berselingan dengan
batulempung hingga lanau. Melalui kehadiran struktur sedimen berupa
laminasi, dan gelembur gelombang, menunjukkan genetik lingkungan

pengendapan satuan batuan ini adalah laut dangkal (daerah transisi)


dengan mekanisme pengendapan sand bar. Melalui hasil analisa kimia
nilai Kalori batubara Walanae pada daerah Panaikang, Sinjai memiliki nilai
Kalori 5.000 Cal/gr, fuel ratio (0,8-0,9) dengan kadar sulfur 2,1 3,5 %.
11. Formasi Bone telah dilaporkan oleh Grainge & Davies (1985) dari
sumur Kampung Baru-I di daerah Sengkang, yang terdiri atas wackestone
bioklastik dan packstone forraminifera planktonik berbutir halus yang berinterbedded dengan mudstone kalkareus. Formasi ini berumur Miosen
Awal (N6-N8).
12. Formasi Sekala, menempati sebelah utara timurlaut daerah
penyelidikan, dimana kedudukannya menjemari dengan Batuan
Gunungapi Talaya. Batuan penyusunnya terdiri dari batupasir hijau,
grewake, napal, batulempung, tufa, serpih dan batupasir gampingan
dengan sisipan breksi, lava dan konglomerat. Diperkirakan berumur
Miosen Tengah-Pliosen, menutupi tidak selaras batuan yang berada di
bawahnya dan diendapkan di lingkungan laut dalam/laut dangkal-darat
13. Formasi Balangbaru melapis-bawahi secara tak-selaras kompleks
batuan dasar, dan tersusun oleh selang-seling batupasir dan lanaulempung, dengan sedikit konglomerat, pebble-pebble batupasir, serta
breksi konglomeratik (Sukamto, 1975,1982; Hasan, 1991).Formasi
Balangbaru mengandung struktur sedimen yang mencirikan endapan
gravity flow, meliputi debris flows, graded bedding, dan sole marks yang
berkemas kacau (chaotic fabric), yang keseluruhannya mengindikasikan
turbidites (Hasan, 1991).Setting tektonik Formasi Balangbaru
diinterpretasikan merupakan cekungan busur-depan kecil yang berada
pada trench slope (Hasan, 1991).
14. Formasi Marada tersusun oleh suksesi berselang-seling dari batupasir,
batulanau, dan serpih (van Leeuwen, 1981).
15. Formasi Peleng (QL): Endapan batuan berumur kuarter yang

penyebaran tidak merata, sebagian berupa batugamping konglomeratan,


berwarna putih kotor hingga kecoklatan, setempat berongga-rongga, tidak
berlapis dan keras.
16. Formasi Camba terdiri atas batupasir tufaan yang ber-interbedded
dengan tufa, batupasir, batulempung, konglomerat volkanik dan breksi
volkanik, napal, batugamping, dan batubara (Sukamto, 1982; Sukamto &
Supriatna, 1982).
17. Formasi Mandala Timur; Kendari Sultra Hasil pengukuran gaya berat di
daerah Kendari, Sulawesi Tenggara, yang sebagian besar daerahnya
ditutupi oleh batuan ofiolit, menunjukan perkembangan tektonik dan
geologi daerah ini mempunyai banyak persamaan dengan daerah Lengan
Timur Sulawesi dengan ditemukannya endapan hidrokarbon di daerah
Batui. Struktur lipatan hasil analisis data gaya berat daerah ini
menunjukkan potensi sumber daya geologi yang sangat besar, berupa:
panas bumi dan endapan hidrokarbon.
18. Formasi Mandala Tengah(KABUPATEN DONGGALA DAN
TOLITOLI,PROVINSI SULAWESI TENGAH)
Urut-urutan stratigrafi dari muda hingga tua sebagai berikut : Endapan
alluvium,Endapan teras (Kuarter), Batuan tufa (Pliosen Kuarter),Batuan
sedimen termetamorfose rendah dan batuan malihan yang keduanya
termasuk Formasi Tinombo (Kapur Atas Eosen Bawah),Batuan gunungapi
(Kapur Atas Oligosen Bawah) yang menjemari dengan Formasi
Tinombo,Batuan intrusi granit (Miosen Tengah Miosen Atas) ditemukan
menerobos batuan malihan Formasi Tinombo.
19. Formasi Mandala Barat Bagian Barat; ENREKANG SULAWESI SELATAN
Berdasarkan pengamatan geologi pada data penginderaan jauh dan
lapangan, maka batuan di daerah Enrekang dapat dibagi menjadi 8
satuan,yaitu:Satuan batupasir malih (Kapur Akhir),Satuan batuan serpih
(Eosen-Oligosen Awal),Satuan batugamping (Eosen),Satuan batupasir
gampingan (Oligosen- Miosen Tengah),Satuan batugamping berlapis
(Oligosen- Miosen Tengah),Satuan klastika gunungapi (Miosen
Akhir),Satuan batugamping terumbu (Pliosen Awal),Satuan konglomerat
(Pliosen),

Struktur geologi yang berkembang di daerah ini terdiri atas sesar naik,
sesar mendatar, sesar normal dan lipatan yang pembentukannya
berhubungan dengan tektonik regional Sulawesi dan sekitarnya

20. Formasi Mandala Barat Bagian Utara;


Geologi daerah Sulut didominasi oleh batugamping sebagai satuan
pembentuk cekungan sedimen Ratatotok.Satuan batuan lainnya adalah
kelompok breksi dan batupasir, terdiri dari breksi-konglomerat kasar,
berselingan dengan batupasir halus-kasar, batu lanau dan batu lempung
yang didapatkan di daerah Ratatotok Basaan, serta breksi
andesitpiroksen.Kelompok Tuf Tondano berumur Pliosen terdiri dari
fragmen batuan volkanik kasar andesitan mengandung pecahan batu
apung, tuf, dan breksi ignimbrit, serta lava andesit-trakit.Batuan Kuarter
terdiri dari kelompok Batuan Gunung api Muda terdiri atas lava andesitbasal, bom, lapili dan abu. Kelompok batuan termuda terdiri dari
batugamping terumbu koral, endapan danau dansungai serta endapan
aluvium aluvium.

You might also like