You are on page 1of 14

SKENARIO 1

DOKTER AISYAH
Aisyah, seorang dokter lulusan FK YARSI, saat ini ia bekerja di Bagian Bedah Rumah
Sakit Umum Daerah. Tugas Dokter Aisyah antara lain melakukan anamnesis pada pasien
yang sedang dirawat, menunjukan sikap empati pada saat mendengarkan keluhan pasien,
melakukan pemeriksaan fisik, merencanakan pemeriksaan aboratorium dan radiologi,
menegakkan diagnosis serta merencanakan pengobatan yang akan diberikan kepada pasien
pada hari itu dan memberikan konsultasi bila diperlukan. Dokter Aisyah juga mengamati
kondisi perkembangan penyakit pasien setiap hari dan mencatatnya di dalam status medic.
Selama bekerja di bangsal, Dokter Aisyah di damping oleh perawat dan paramedic lainnya.
Kemampuan Dokter Aisyah bekerja sama dengan orang lain menunjukan perannya sebagai
tim pelayanan kesehatan yang professional.
Dokter Aisyah sangat memahami kemampuan dan keterbatasan dirinya berkaitan
dengan pratik kedokteran, oleh karenanya Dokter Aisyah harus meningingkatkan
profesionaitasnya dengan belajar dari buku teks ataupun jurnal, dan rajin mencari informasi
terbaru tentang temuan diagnosis ataupun pengobatan dari website kedokteran. Dalam
prespektif Islam, hal tersebut termasuk dalam kewajiban menuntut ilmu.

SASARAN BELAJAR
LI. 1 Memahami peranan sebagai seorang dokter di rumah sakit
LO 1.1 Hak dan kewajiban dokter
LO 1.2 Hak dan kewajiban pasien
LO 1.3 Kemampuan dan keterbatasan dokter
LO.1.4 Tahapan pemeriksaan terhadap pasien
LI. 2 Memahami profesi tim pelayanan kesehatan
LO 2.1 Definisi profesional tim pelayanan kesehatan
LO 2.2 Kriteria Dokter yang professional
LO 2.3 kriteria tim pelayanan yang profesional
LI. 3 Memahami kewajiban untuk menuntut ilmu
LO 3.1 Pandangan Islam terhadap kewajiban menuntut ilmu

L.I 1 Memahami Peranan Sebagai Dokter di Rumah Sakit


LO 1.1 Memahami hak dan kewajiban dokter
Undang-undang No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Pasal 50 dan 51, Hak dan
Kewajiban Dokter
Hak :
1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi dan
standar operasional prosedur
2. Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur
3. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya
4. Menerima imbalan jasa
1.
2.
3.
4.
5.

Kewajiban :
Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur serta
kebutuhan medis
Apabila tidak tersedia alat kesehatan atau tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan/pengobatan, bisa merujuk pasien ke dokter/sarana kesehatan lain yang
mempunyai kemampuan lebih baik.
Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan setelah pasien itu
meninggal dunia
Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang
lain yang mampu melakukannya
Mengikuti perkembangan ilmu kedokteran
LO.1.2 Hak dan Kewajiban Pasien
Hak-hak pasien, yaitu :

1.

Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri, dan hak untuk mati secara wajar.
2. Memperoleh pelayanan kedokteran yang manusiawi sesuai dengan standar profesi
kedokteran.
3. Memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dari dokter yang mengobatinya.
4. Menolak prosedur diagnosis dan terapi yang direncanakan, bahkan dapat menarik diri dari
kontrak teraupetik.
5. Memperoleh penjelasan tentang riset kedokteran yang akan diikutinya.
6. Menolak atau menerima keikutsertaannya dalam riset kedokteran.
7. Dirujuk kepada dokter spesialis kalau diperlukan, dan dikembalikan kepada dokter yang
merujuknya setelah selesai konsultasi atau pengobatan untuk memperoleh perawatan atau
tindak lanjut.
8. Kerahasiaan atas rekam mediknya atas hal pribadi.
9. Memperoleh penjelasan tentang peraturan rumah sakit.
10. Berhubungan dengan keluarga, penasihat, atau rohaniawan, dan lain-lain yang diperlukan
selama perawatan di rumah sakit.
11. Memperoleh penjelasan tentang rincian biaya rawat inap, obat, pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan rontgen, dan sebagainya.
Kewajiban pasien, yaitu:
1. Memeriksakan diri sedini mungkin pada dokter.

2.
3.
4.
5.
6.

Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang penyakitnya.


Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter.
Menandatangani surat PTM, surat jaminan di rawat di rumah sakit, dan lain-lainnya.
Yakin pada dokternya, dan yakin akan sembuh.
Melunasi biaya perawatan di rumah sakit, biaya pemeriksaan, dan pengobatan serta
honorarium dokter.

L.O

1.4 Memahami dan Menjelaskan Tahapan Pemeriksaan pada Pasien

Tahap pertama yang dilakukan seorang dokter terhadap pasiennya sebelum melakukan
pemeriksaan adalah melakukan anamnesis yang sesuai dengan etika kedokteran, sehingga
seorang dokter mengetahui apa keluhan dan kesulitan yang dialami pasien.
Karena tujuan dari anamnesis adalah memperoleh data atau informasi tentang permasalahan
yang sedang dialami atau dirasakan oleh pasien, untuk membangun hubungan yang baik
antara seorang dokter dan pasiennya, sebagai pintu pembuka untuk membangun hubungan
dokter dan pasiennya sehingga mampu mengembangkan keterbukaan dan kerjasama dari
pasien untuk tahap-tahap pemeriksaan selanjutnya. 80% hasil anamnesis dapat menegakkan
diagnosis. (Raylene M. Respond, 2009; terj D Lyrawati 2009)
Metode anamnesis dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Autoanamnesis yaitu anamnesis yang dilakukan langsung pada pasiennya.
2. Aloanamnesis yaitu anamnesis yang dilakukan bukan pada pasiennya, tapi pada orang
lain.
Adapun Sistematika dalam menganamnesis adalah:
1. Introduction
2. Identitas pasien
3. Keluhan utama
4. Riwayat penyakit sekarang
5. Riwayat penyakit dahulu
6. Riwayat personal sosial
7. Anamnesis system
8. Merangkum anamnesis
Penyusunan dilakukan secara lengkap dan sistematis sesuai dengan hasil anamnesis,
dan memberikan kesempatan pada pasien untuk mengecek kebenaran (cross check).
(Raylene M. Respond, 2009; terj D Lyrawati 2009)

Dalam melakukan anamnesis ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang
dokter, antara lain :
1. Tempat dan suasana
2. Penampilan dokter
3. Periksa kartu dan data pasien
4. Dorongan kepada pasien untuk menceritakan keluhannya
5. Gunakan bahasa/istilah yang mampu dimengerti
6. Buat catatan
7. Perhatikan pasiennya
8. Gunakan metode yang sistematis
Setelah melakukan beberapa tahapan anamnesis tersebut, maka seorang dokter akan
dapat mengetahui apa saja kaluhan dan kesulitan yang di alami oleh pasien tersebut
berdasarkan data yang diperoleh. Namun, anamnesis yang dilakukan berdasarkan etika
seorang
dokter,
yaitu
etika
untuk
menjadi
dokter
yang
profesional.
(Raylene M. Respond, 2009; terj D Lyrawati 2009)
Tahapan kedua yang dilakukan dokter terhadap pasiennya adalah pemeriksaan fisik
yang meliputi evaluasi diagnotik, interprestasi temuan klinis, diagnosis, terapi dan tindakan
lanjut. Berikut metode pemeriksaan fisik:
1. INSPEKSI
Langkah pertama pada pemeriksaan pasien adalah inspeksi, yaitu melihat dan
mengevaluasi pasien secara visual dan merupakan metode tertua yang digunakan untuk
mengkaji/menilai pasien. Sebagai individu-individu, kita selalu menilai orang lain setiap hari,
membangun kesan pada pikiran kita mengenai orang lain, memutuskan apakah kita menyukai
atau tidak menyukai mereka, dan secara umum akan tetap bersama mereka atau sebaliknya
menjauhi mereka. Yang tidak kita sadari, sebenarnya kita telah melakukan inspeksi.
Secara formal, pemeriksa menggunakan indera penglihatan berkonsentrasi untuk
melihat pasien secara seksama, persisten dan tanpa terburu-buru, sejak detik pertama
bertemu, dengan cara memperoleh riwayat pasien dan, terutama, sepanjang pemeriksaan fisik
dilakukan. Inspeksi juga menggunakan indera pendengaran dan penciuman untuk mengetahui
lebih lanjut, lebih jelas dan memvalidasi apa yang dilihat oleh mata dan dikaitkan dengan
suara atau bau yang berasal dari pasien. Pemeriksa kemudian akan mengumpulkan dan
menggolongkan informasi yang diterima oleh semua indera tersebut, baik disadari maupun
tidak disadari, dan membentuk opini, subyektif dan obyektif, mengenai pasien, yang akan
membantu dalam membuat keputusan diagnosis dan terapi. Pemeriksa yang telah melakukan
observasi selama bertahun-tahun (ahli) melaporkan bahwa mereka seringkali mempunyai
persepsi intuitif mengenai sumber/penyebab masalah kesehatan pasien segera setelah melihat
pasien. Karena inspeksi umum digunakan pada interaksi dengan pasien sehari-hari pada
berbagai situasi di apotek, maka teknik ini merupakan metode yang paling penting yang harus
dikuasai pada praktek kefarmasian.
2.

PALPASI

Palpasi, yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan, adalah langkah kedua pada
pemeriksaan pasien dan digunakan untuk menambah data yang telah diperoleh melalui
inspeksi sebelumnya. Palpasi struktur individu,baik pada permukaan maupun dalam rongga
tubuh,terutama pada abdomen, akan memberikan informasi mengenai posisi, ukuran, bentuk,
konsistensi dan mobilitas/gerakan komponen-komponen anatomi yang normal, dan apakah
terdapat abnormalitas misalnya pembesaran organ atau adanya massa yang dapat teraba.
Palpasi juga efektif untuk menilai mengenai keadaan cairan pada ruang tubuh.
Pemeriksa yang ahli akan menggunakan bagian tangan yang paling sensitif untuk melakukan
setiap jenis palpasi. Pads atau ujung jari pada bagian distal ruas interphalangeal paling baik
digunakan untuk palpasi, karena ujung saraf spesifik untuk indera sentuh terkelompok saling
berdekatan, sehingga akan meningkatkan kemapuan membedakan dan interpretasi apa
yangdisentuh. Pengukuran kasar suhu tubuh paling baik dilakukan memggunakanbagian
punggung (dorsum) tangan. Posisi, ukuran dan konsistensi struktur dapat ditentukan secara
paling efektif menggunakan tangan yang berfungsi untuk meraih atau memegang. Struktur
individu dalam rongga tubuh, terutama dalam abdomen/perut, dapat dipalpasi untuk
mengetajui posisi, ukuran, bentuk, konsistensi dan mobilitas. Tangan juga dapat digunakan
untuk mendeteksi massa atau mengevaluasi cairan yang terkumpul secara abnormal.
Vibrasi/getaran dapat mudah terdeteksi oleh permukaan telapak tangan, sepanjang persendian
tulang metakarpophalangeal (MCP) atau aspek ulnar digit kelima dari pergelangan tangan ke
sendi MCP. Area ini dapat mendeteksi getaran dengan baik, karena suara dapat lewat dengan
mudah melalui tangan. Untuk area mana saja yang dinilai, akan sangat bermanfaat jika
menggunakan palpasi dalam, medium atau ringan.
Jika pada awal palpasi, anda melakukan terlalu dalam, anda mungkin melewatkan dan
tidak mengetahui jika terdapat lesi permukaan dan palpasi anda akan mengakibatkan rasa
nyeri yang tidak perlu pada pasien. Palpasi ringan bersifat superfisial, lembut dan berguna
untuk menilai lesi pada permukaan atau dalam otot. Juga dapat membuat pasien relaks
sebelum melakukan palpasi medium dan dalam. Untuk melakukan palpasi ringan,
letakkan/tekan secara ringan ujung jari anda pada kulit pasien, gerakkan jari secara memutar.
Palpasi medium untuk menilai lesi medieval pada peritoneum dan untuk massa, nyeri tekan,
pulsasi (meraba denyut), dan nyeri pada kebanyakan struktur tubuh. Dilakukan dengan
menekan permukaan telapak jari 1-2 cm ke dalam tubuh pasien, menggunakan gerakan
sirkuler/memutar.
Palpasi dalam digunakan untuk menilai organ dalam rongga tubuh, dan dapat
dilakukan dengan satu atau dua tangan Jika dilakukan dengan dua tangan, tangan yang di atas
menekan tangan yang di bawah 2-4 cm ke bawah dengan gerakan sirkuler. Bagian yang nyeri
atau tidak nyaman selalu dipalpasi terakhir. Kadang, diperlukan untuk membuat rasa tidak
nyaman atau nyeri untuk dapat benar-benar menilai suatu gejala.
3.

PERKUSI

Perkusi, langkah ketiga pemeriksaan pasien adalah menepuk permukaan tubuh secara
ringan dan tajam, untuk menentukan posisi, ukuran dan densitas struktur atau cairan atau
udara di bawahnya. Menepuk permukaan akan menghasilkan gelombang suara yang berjalan
sepanjang 5-7 cm (2-3 inci) di bawahnya. Pantulan suara akan berbeda-beda karakteristiknya
tergantung sifat struktur yang dilewati oleh suara itu.
Prinsip dasarnya adalah jika suatu struktur berisi lebih banyak udara (misalnya paruparu) akan menghasilkan suara yang lebih keras, rendah dan panjang daripada struktur yang
lebih padat (misalnya otot paha), yang menghasilkan suara yang lebih lembut, tinggi dan

pendek. Densitas jaringan atau massa yang tebal akan menyerap suara, seperti proteksi
akustik menyerap suara pada ruang kedap suara.
Ada dua metode perkusi, langsung (segera) dan tak langsung (diperantarai). Perkusi
diperantarai (tak langsung) adalah metode yang menggunakan alat pleksimeter untuk
menimbulkan perkusi. Dari sejarahnya, pleksimeter adalah palu karet kecil, dan digunakan
untuk mengetuk plessimeter, suatu obyek padat kecil (biasanya terbuat dari gading), yang
dipegang erat di depan permukaan tubuh. Ini merupakan metode yang disukai selama hampir
100 tahun, tetapi pemeriksa merasa repot untuk membawa peralatan ekstra ini. Sehingga,
perkusi tak langsung, menggunakan jari telunjuk dan jari tengah atau hanya jari tengah satu
tangan bertindak sebagai pleksimeter, yang mengetuk jari tengah tangan yang lain sebagai
plessimeter, berkembang menjadi metode pilihan sekarang
Kini, jari pasif (plessimeter) diletakkan dengan lembut dan erat pada permukaan
tubuh, dan jari-jari lainnya agak terangkat di atas permukaan tubuh untuk menghindari
berkurangnya suara. Pleksimeter, mengetuk plessimeter dengan kuat dan tajam, di antara ruas
interphalangeal proksimal. Setelah melakukan ketukan cepat, jari segera diangkat, agar tidak
menyerap suara. Perkusi langsung dan tak langsung juga dapat dilakukan dengan kepalan
tangan. Perkusi langsung kepalan tangan melibatkan kepalan dari tangan yang dominan yang
kemudian mengetuk permukaan tubuh langsung. Perkusi langsung kepalan bermanfaat untuk
toraks posterior, terutama jika perkusi jari tidak berhasil. Pada perkusi tak langsung dengan
kepalan, plessimeter menjadi tangan yang pasif, diletakkan pada tubuh ketika pleksimeter
(kepalan dari tangan yang dominan) mengetuk. Kedua metode prekusi bermanfaat untuk
menilai, misalnya, nyeri tekan costovertebral angle (CVA) ginjal.
4.

AUSKULTASI

Auskultasi adalah ketrampilan untuk mendengar suara tubuh pada paru-paru, jantung,
pembuluh darah dan bagian dalam/viscera abdomen. Umumnya, auskultasi adalah teknik
terakhir yang digunakan pada suatu pemeriksaan. Suara-suara penting yang terdengar saat
auskultasi adalah suara gerakan udara dalam paru-paru, terbentuk oleh thorax dan viscera
abdomen, dan oleh aliran darah yang melalui sistem kardiovaskular. Suara terauskultasi
dijelaskan frekuensi (pitch), intensitas (keraslemahnya), durasi, kualitas (timbre) dan
waktunya.
Pemeriksa akan mengauskultasi suara jantung, suara tekanan darah (suara Korotkoff),
suara aliran udara melalui paru-paru, suara usus, dan suara organ tubuh. Auskultasi dilakukan
dengan stetoskop. Stetoskop regular tidak mengamplifikasi suara. Stetoskop regular
meneruskan suara melalui ujung alat (endpiece), tabung pipa (tubing), dan bagian ujung yang
ke telinga (earpiece), menghilangkan suara gangguan eksternal dan demikian memisahkan
dan meneruskan satu suara saja. Stetoskop khususyang mengamplifikasi suara juga tersedia
dengan akuitas suara yang lebih rendah. Yang penting diperhatikan adalah kesesuaian dan
kualitas stetoskop. Ujung yang ke telinga harus diletakkan pas ke dalam telinga, dan
tabung/pipa tidak boleh lebih panjang dari 12-18 inci.
(Raylene M Rospond, 2009; terj. D Lyrawati, 2009)
Bagian endpiece harus memiliki diafragma dan diafragma digunakan untuk meningkatkan
suara yang tinggi-pitch-nya., misalnya suara nafas yang terdengar dari paruparu dan suara
usus melalui abdomen dan ketika mendengarkan suara jantung yang teratur (S1dan S2). Bel
dipergunakan khususnya untuk suara dengan pitch-rendah dan mengamplifikasi suara-suara
gemuruh murmur jantung, turbulensi arteri (bruits) atau vena (hums), dan friksi organ.
Karena aliran darah memberikan suara dengan pitch yang rendah, bel juga digunakan untuk

mengukur tekanan darah; namun, peletakan bel dengan tepat pada beberapa pasien kadangkadang cukup sulit dilakukan. Oleh karena itu, diafragma sering juga digunakan untuk
mengukur tekanan darah.
Banyak pemeriksa, baik yang masih baru maupun yang sudah ahli, cenderung
meletakkan stetoskop pada dada segera setelah pasien melepas pakaian dan tanpa melakukan
perkusi pasien dahulu. Jika praktek yang buruk ini menjadi kebiasaan, maka pemeriksa akan
melewatkan/tidak mengetahui petunjuk penting mengenai analisis gejala. Mengikuti metode
pemeriksaan secara berurutan dan menggunakan auskultasi sebagai pemeriksaan terakhir
merupakan hal-hal yang esensial. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, pemeriksaan
abdomen merupakan perkecualian aturan ini. Auskultasi abdomen harus mendahului palpasi
dan perkusi; jika tidak demikian, suara mekanik yang terjadi dalam abdomen akibat
menekan-nekan sekitar isi perut akan menghasilkan suara usus palsu.
Auskultasi adalah keterampilan yang mudah dipelajari tapi sulit interpretasinya.
Pertama, suara normal yang bermacam-macam harus dipelajari sebelum dapat membedakan
mana suara yang abnormal dan ektra. Ketika menggunakan stetoskop, kurangi suara-suara
eksternal yang mengganggu dan suara artefak. Tutup mulut anda dan, jika endpiece telah
diletakkan pada permukaan tubuh, tutup mata anda dan berkonsentrasilah. Dengan cara
demikian, anda akan mengeliminasi suara yang ditransmisikan melalui mulut yang terbuka,
yang dapat berfungsi seperti megaphone, dan gangguan akibat stimulasi visual terus menerus.
L.I 2 Memahami Profesionalitas Tim Pelayanan Kesehatan
L.O 2.1 Definisi Tim Pelayanan Kesehatan Yang Profesional
Tim pelayanan kesehatan adalah kumpulan orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan
Profesional adalah orang yang menyandang suatu jabatan atau pekerjaan yang dilakukan
dengan keahlian dan kemampuan juga keterampilan yang tinggi dan dapat mempengaruhi
pada penampilan dalam melakukan pekerjaan di profesinya.
Tim pelayanan kesehatan yang profesional adalah kumpulan beberapa orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan, melakukan setiap pekerjaannya dengan keahlian,
kemampuan, dan keterampilan yang tinggi serta mampu bekerja sama dengan baik diantara
anggota tim pelayanan kesehatan tersebut.
(KBBI 1996 & longman, 1987)

L.O. 2.2 Memahami dan menjelaskan kriteria dokter yang profesional


1. Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan sumpah dokter
2. Senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang
tertinggi
3. Tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi
4. Harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri
5. Hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya

6. Dalam setiap prakteknya harus memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan
kebebasan teknis dan moral disertai rasa kasih sayang
7. Harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak teman sejawat, hak-hak tenaga kesehatan
lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien
8. Dalam melakukan pekerjaannya harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan
memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh
9. Harus saling menghormati dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan
dan bidang lainnya serta masyarakat, harus aling menghormati
10. Harus memperoleh persetujuan pasien dalam setiap melakukan tindakan medis
11. Harus berhsti-hati dalam menerapkan dan mengumumkan setiap penemuan teknik atau
pengobatan baru yang belum di uji kebenarannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan
keresahan masyarakat

Sumber: Amir, Amri. Hanafiah, Jusuf (2008) Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan.
Jakarta : EGC

L.O

2.3 Tim Pelayanan Kesehatan yang Profesional


Petugas/Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan
di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan
(UU RI No : 23 tahun 1992 tentang kesehatan bab 1, pasal l ayat 3)
Sebagai tenaga profesional, petugas kesehatan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat
2. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan
3. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah
4. Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai dengan kode etik yang
berlaku
5. Bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya
6. Wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan
7. Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas palayanan
yang diberikan kepada masyarakat oleh anggotanya
8. Pekerjaan/sumber utama seumur hidup
9. Panggilan dan komitmen mantap
10. Berorientasi pada pelayanan dan kebutuhan obyektif
11. Otonomi dalam melakukan tindakan
12. Melakukan ikatan profesi
13. Lisensi, jalur karier, mempunyai kekuatan dan status dalam pengetahuan spesifik
serta altruisme.
Kualitas atau mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu .
Istilah ini banyak digunakan dalam dalam bisnis, rekayasa, dan manufaktur dalam
kaitannya dengan teknik dan konsep untuk memperbaiki kualitas produk atau jasa yang
dihasilkan, seperti Six Sigma, TQM, Kaizen, dll.

Mutu atau kualitas merupakan suatu kondisi yang berhubungan dengan produk, jasa,
manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi harapan atau melebihi harapan.
PELAYANAN KESEHATAN : Upaya yg diselenggarakan sendiri atau scr
bersama-sama dlm suatu organisasi untuk memelihara & meningkatkan kesehatan,
mencegah & menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,
keluarga, kelompok, & ataupun masyarakat. (Lovey & Loomba)
Dimensi mutu/kualitas :
1. Bagi pemakai jasa pelayanan yaitu yang berkaitan dengan ketanggapan petugas
memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi antara petugas dengan pasien,
keramahan petugas dsb.
2. Bagi penyelenggara pelayanan kes. Yaitu berkaitan dengan kesesuaian pelayanan
yang diselenggarakan dengan perkembangan ilmu dan teknologi ked.mutakhir, dan/atau
adanya otonomi profesi pada waktu menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien.
4. Bagi penyandang dana yaitu berkaitan dengan efesiensi pemakaian sumber dana,
kewajaran pembiayaan kes. Dan atau kemampuan mengurangi kerugian.
Dimensi yang dipakai untuk pelayanan kesehatan adalah dimensi no. 1 dan 2

Pelayanan kesehatan yang bermutu/berkualitas :


1. Yankes yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa yankes sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan
kode etik profesi yang telah ditetapkan.
2. Kepuasan didefinisikan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan
kinerja (hasil) yang dirasakan dengan harapannya. Oleh karena itu, maka tingkat
kepuasan adalah perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Dengan
demikian apabila dikaitkan dengan pelanggan, maka pelanggan dapat merasakan halhal sebagai beriku :
1. Kalau kinerjanya dibawah harapan, pelanggan akan merasa kecewa.
2. Kalau kinerjanya sesuai haapan, pelanggan akan merasa puas.
3. Kalau kinerjanya melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas.
Menurut Azwar (1996) kualitas pelayanan kesehatan adalah yang menunjukkan
tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri
setiap pasien. Makin sempurna kepuasan pasien, makin baik pula kualitas pelayanan
kesehatan.
Salah satu definisi kulaitas pelayanan kesehatan biasanya mengacu pada kemampuan
rumah sakit/puskesmas memberi pelayanan yang sesuai dengan standar profesi
kesehatan dan dapat diterima pasiennya.
Aspek-aspek mutu atau kualitas pelayanan menurut Parasuraman
(dalam Tjiptono, 1997) adalah:
1.Keandalan(reliability)
2.Ketanggapan(responsiveness)
3.Jaminan(assureance)
4.Empatiataukepedulian(emphaty)
5. Bukti langsung atau berujud (tangibles)

http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2004/0116/kes2.html
Sutopo, Drs,MPA, Suryanto, Adi, Drs,M.Si, 2003, Pelayanan Prima Bahan Ajar Diklat
Prajabatan Golongan III (Edisi Revisi I), Jakarta : Lembaga Administrasi Negara RI

L.I. 3 Kewajiban Menuntut ilmu


L.O. 3.1 Kewajiban menuntut ilmu menurut perspektif islam
Banyak ayat Al-Quran maupun Hadits berisi anjuran agar menuntut ilmu, namun dalam
perintah itu tidak ada pemilahan disiplin ilmu yang dimaksud, konteksnya umum dan global.
Dari segi historis, hal ini dapat difahami karena pada masa Nabi, ilmu pengetahanbelum
berkembang dan terbagi-bagi dalam disiplin ilmu tertentu. Berdasarkan dalil umu dan global,
ulama menetapkan bahwa menutut ilmu dalam islam hukumnya wajib, namun secara khusus
mereka membedakan setiap jenis disiplin ilmu, ada kategori wajib aini dan wajib kifai.
Nampaknya hukum yang ditetapkan para ulama didasarkan pada tingkat kepentingan,
urgensi, mashalah dan nafsadah dari jenis ilmu yang dimaksud, maka secara rinci dan
kasuitik kelima hukum taklifi dapat berlaku di dalamnya.
Hadits-hadits Nabi yang berisi anjuran kepada umat islam agar menuntut ilmu,
Misalnya:

Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap muslim. [HR. Ibnu Majah, no:224,
dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani di dalam Shahih Ibni Majah]

Demikian juga Alloh Taala memerintahkan kepada umat untuk bertanya kepada ulama
mereka. Firman Allah:







Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.
(QS. 21:7)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

Barangsiapa meniti satu jalan untuk mencari ilmu, niscaya dengan hal itu- Allah jalankan
dia di atas jalan di antara jalan-jalan sorga. Dan sesungguhnya para malaikat
membentangkan sayap-sayap mereka karena ridha terhadap thalibul ilmi (pencari ilmu
agama). Dan sesungguhnya seorang alim itu dimintakan ampun oleh siapa saja yang ada di
langit dan di bumi, dan oleh ikan-ikan di dalam air. Dan sesungguhnya keutamaan seorang
alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama daripada seluruh bintang-bintang.
Dan sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Para Nabi itu tidak mewariskan dinar
dan dirham, tetapi mewariskan ilmu. Baramngsiapa yang mengambilnya maka dia telah
mengambil bagian yang banyak. [HR. Abu Dawud no:3641, dan ini lafazhnya; Tirmidzi
no:3641; Ibnu Majah no: 223; Ahmad 4/196; Darimi no: 1/98. Dihasankan Syeikh Salim AlHilali di dalam Bahjatun Nazhirin 2/470, hadits no: 1388]

Dari dalil-dalil tersebut dapat dismpulkan bahwa menutut ilmu adalah kewajiban jika dilihat
dari ssudut pandang islam. Begitu juga seorang dokter, ia diwajibkan untuk menuntut ilmu
bahkan hingga akhir hayat. Kenapa? Karena seorang dokter harus menjaga kterampilan dan
pengetahuannya agar selalu up to date. Sehingga praktik yang dijalani oleh seorang dokter
dalam kesehariannya dapat berjalan lancar. Bahkan Rasulullah pun bersabda:
Sesungguhnya Allah azza wa jalla tidaklah menurunkan sebuah penyakit melainkan
menurunkan pula obatnya. Obat itu diketahui oleh orang yang bisa mengetahuinya dan
tidak diketahui oleh orang yang tidak bisa mengetahuinya. (HR. Ahmad, Ibnu Majah
dan Al-Hakim, beliau menshahihkannya dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. Juga AlBushiri menshahihkannya dalam kitab Zawaidnya. Lihat Takhrij Al-Arnauth atas
Zadul Maad 4/12-13)
Musa al-Khatib menyatakan belajar ilmu kedokeran, hukum mepelajarinya, meliputi teori dan
praktiknya dalam islam, menurut pandangan para ulama termasuk fardhu kifayah. Juga
dinyatakan oleh al-Jauziyyah, bahwa hukum belajar ilmu kedokteran adalah fardhu kifayah
yang wajib deikerjakan oleh sebagian umat islam, berdosalah semuanya jika mengabaikannya
dan tidak seorang pun mengerjakannya.
An-Nawawi (631-676 H) yang mengelompokkan ilmu kedokteran dalam ilmu aqliyyah, dan
al-Ghazali (450-505 H) yang mengelompokkanya dalam ilmu yang terpuji (al-Mahmud) juga
berpendapat demikian. Alasan mereka, krena ilmu tersebut sangat diperlukan bagi kehidupan
manusia, disejajarkan dengan urgensi ilmu yang berkaitan dengan ilmu hitung, ketrampilan,
dan pertanian yang sangat dibutuhkan orang. Menurut al-Ghazali, posisi ilmu hitung serta
ilmu kedokteran ini lebih utama dari yang lain, dan ilmu kedokteran lebih utama dari ilmu

hitung. Ia juga berpendapat bahwa berprofesi dalam bidang kedokteran atau pengobatan
adalah fardhu kifayah, alasannya, karena kesehatan merupakan kebutuhan primer, jika
kesehatan terganggu dengan serius maka tak satu pun aktivitas dapat dilakukan. Merujuk
pada pendapat al-Ghazali, dalam Kode Etik Kedokteran Islam disebutkan bahwa praktik
kedokteran adalah perintah agama, hukumnya fardhu kifayah.
Maka dapat disimpulkan bahwa wajiblah bagi kita untuk menutut ilmu. Karena tanpa ilmu,
manusia akan selalu tersesat tanpa arah dan tujuan. Karena hanya ilmulah yang dapat
menerangi kita dalam menghadapi gelapnya dunia. Dan yang pasti ilmu itu adalah imu yang
bersumber dari Allah Shubhanahu Wataala semata. Karena ialah pencipta ynag paling
sempurna dan ciptaannya selalu sempurna tiada cacat sedikitpun. Sehingga kita harus tetap
mempelajari ilmu-Nya.

Daftar Pustaka

Amir, Amri. Hanafiah, Jusuf (2008) Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan. Jakarta :
EGC
Sutopo, Drs,MPA, Suryanto, Adi, Drs,M.Si, 2003, Pelayanan Prima Bahan Ajar Diklat
Prajabatan Golongan III (Edisi Revisi I), Jakarta : Lembaga Administrasi Negara RI
http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2004/0116/kes2.html

You might also like