You are on page 1of 8

Sahabat

Cerpen Karangan: Annes Syafitri


Gubraakkk!!
Huuh, cape seharian sekolah. Nama gue Tasya sering dipanggil Caca. Gue punya sahabat
nama Eza dan Cinta. Dan gue punya Teman yang kurang senang sama gue namanya Mikha,
dia gak suka lihat gue bahagia sama sahabat-sahabat gue.
Neng nong neng nong
Hallo
Ca, lo di rumah gak? Gue sama cinta ke sana ya?
Iya gue di rumah, sip gue tunggu!
Beberapa menit kemudian.
Caca
Ya, bentar,
Ca, gue ada berita penting nih! lo pasti kaget
Apaan?
Azel suka sama lo ca?
Serius lo za? Dari siapa lo tahu
Iya ca! kapan pula gue bohong sama lo! dari Azelnya langsung
Yeee!!! Asyik
Biasa aja kali ca,
loh, kok lo sewot Cinta?
Gak kok biasa aja gue!
Udah-udah! Gue cuma mau bilang itu aja, gue pulang dulu ya, yuk cinta
Oke, thanks guys
Tasya langsung pergi ke kamar sambil main laptop, lalu ia buka twitter dan langsung ngetwit
Yee!!! Thanks god! Ill be not single! Hoho Saat Mikha melihat twitt Tasya, dia merasa
senang, karena rencananya dengan Azel berjalan dengan lancar.
Paginya
Maa, pa, ca pergi duluan ya, muaah
gak sarapan dulu sayang,
gak ma, nanti aja di sekolah
Hati-hati
Ya maa.
Sampainya di sekolah Eza dan Cinta udah nunggu Tasya.
Kok baru nyampe ca? Tanya Eza.
Telat bangun za
Oh, gitu
Lalu datanglah Azel dan menegur Tasya.
Pagi ca
Pagi zel

Kelas yuk? Ajak Azel.


Oke, guys gue duluan ya
Tasya dan Azel berlalu, Cinta yang ternyata suka dengan Azel sedikit jealous dan marahmarah.
Tuh lihat kan teman lo yang satu tu, udah dapat pacar kita ditinggalin
Cinta lo kok marah-marah gitu sih?
Tahu ah, gue pergi ke kelas gue aja! Males
Terserah lo deh
Saat itu persahabatnya pun agak sedikit merenggang, Tasya Yang lebih mentingin Azel dan
mengabaikan Eza dan Cinta. Di sisi lain Cinta merasa cemburu. Saat melihat semuanya
seperti ini, Mikha sangat merasa senang.
Good job dear Mikha tertawa lepas.
Iya dong dear, siapa dulu Azel gitu! buat dear apapun bisa zel lakuin
Ketika Mikha dan Azel berbincang-berbincang terdengarlah oleh Julio, teman sekelas Cinta,
Julio pun menceritakannya ke Cinta, dan Cinta pun Ingin menceritakannya ke Tasya dan Eza,
dia gak mau sahabatnya tersakiti. Pulang sekolah Cinta pun Menyuruh Tasya dan Eza buat
berkumpul di aula, untuk menyelesaikan masalah ini.
Ada apa cin? Tanya Tasya sambil mainin gadgetnya.
lo bisa gak caa! gak mainin BB lo! Kita lagi ngumpul, kok lo sibuk sendiri gitu sih ca! lo
gak ingat kita lagi! Cinta pun marah melihat tingkah Tasya.
lo kenapa sih cin!! lo gak suka lihat gue sama Azel! Lo kurang senang sama gue! Bilang
dong bukan gini caranya Tasya pun membangkang.
Bukan ca, Azel tuh gak suka sama lo, dia tuh cuma disuruh sama Mikha ca, dia aja pacaran
sama Mikha ca!!
Eh cin, lo kenapa sih, gak senang lihat Tasya sama Azel! Kok lo jelek-jelekin Azel gitu sih
cin, emang bener kok Azel suka sama Tasya! Eza pun mulai marah.
Lalu datanglah teman Julio.
Siapa bilang Azel suka sama Tasya? dia tuh hanya disuruh sama Mikha, buat ngancurin
persahabatan kalian, kalian tahu kan, Mikha gak suka sama geng kalian, makanya dia nyuruh
Azel buat deketin Tasya dan pura-pura pacaran sama Tasya, aku denger sendiri Mereka bilang
gitu! Kalian terlalu bodoh, jika hanya karena pacaran yang membuat persahabatan kalian
rusak kalian tidak akan tahu apa itu arti sahabat.
Dan Tasya pun diam sejenak, dia segera menelepon Azel.
Hallo zel
Iya aca cantiik
Jangan banyak bacot deh! Puas lo buat persahabat gue hancur? Kita putus
Ha.. haalloo?
Tit.. tit.. tit..
Cinta, gue minta maaf ya cin, gue gak maksud gini Tasya pun menangis.
Iya caa, gue tahu, maafin gue juga ya ca
Dan akhirnya Tasya, Eza, dan Cinta menjadi sahabat kembali lagi.

SAHABATMU
Karya Amalia Hasyim
Di penghujung hari, aku berdiri di depan jendela kamarku yang sengaja kubuka sembari
memandang bintang yang tidak pernah lelah menghias malam. Saat ini pukul 11.35 pm tetapi
mataku belum juga terpejam. Terlalu banyak masalah yang sedang memenuhi pikiranku. Adasaja masalah yang terjadi dalam hidupku ini. Padahal, aku ingin sehari saja hidup tanpa
masalah. Namun, aku hanyalah manusia biasa yang memiliki sekedar keinginan. Aku hanya
bisa berdoa dan Dialah yang menentukannya.
Di langit, aku melihat sebuah bintang yang cahaya sangat terang. Terangnya lebih daripada
bintang yang lainnya. Ingin sekali aku memetik bintang itu dan ku genggam erat dengan
tanganku. Namun, hal itu tidak mungkin terjadi. Menurutku, ada tiga alasan yang
membuatnya tidak mungkin. Pertama, bintang itu sangat jauh. Kedua, bintang lebih besar dari
tanganku walau dari kejauhan memang terlihat kecil. Ketiga, bintang itu pasti memiliki
panas. Oleh sebab itu, lebih baik aku hanya menikmatinya saja. Itu sudah lebih dari cukup.
Ku lihat jam di dinding kamarku yang terpajang indah di dinding yang ada di depan meja
belajarku. Ya, aku sengaja memasang benda itu di dinding depan meja belajar agar aku bisa
dengan mudah melihat waktu saat aku belajar. Dengan begitu, aku dapat mengontrol
belajarku.
Pukul 01.45 am, aku mulai menguap. Aku pun memutuskan untuk tidur. Sebelum tidur, aku
menutup jendela kamarku terlebih dahulu. Setelah itu, aku merebahkan badanku di atas
ranjang. Dan beberapa menit kemudian aku tebuai dalam mimpi.
Beberapa jam kemudian
Di pagi buta, sekitar jam 03.00am, aku terbangun akibat handphoneku bordering dengan
nyaringnya dan mengganggu tidurku. Aku melihat handphoneku, orang yang menelepon itu
adalah Ela, sahabatku. Dia tidak mungkin telepon di pagi buta seperti ini kalau bukan ada
kepentingan mendesak. Aku memutuskan untuk mengangkat teleponku.
Fin, ini benar-benar gawat! serunya di seberang sana. Dari suaranya, aku tahu dia sedang
menghadapi masalah besar.
kenapa?kenapa?
finfin Dia tak bisa berbicara dengan baik karena nafasnya tersengal-sengal.
tarik nafas panjang dan hembuskan, tenangkan dirimu, bicara pelan-pelan. Aku
memberinya saran atau lebih bisa disebut sebagai instruksi.
Aku mendengar dia mengikuti instruksiku. Menarik nafas panjang dan menghembuskannya.
Tenang sejenak, beberapa saat kemudian, dia mulai berbicara dengan pelan-pelan, laporan
dan data penelitian ilmiah kita hilang.
Deg. Kenapa bisa hilang? Yang benar saja, laporan itu telah aku dan Ela buat dengan susah
payah. Dan sekarang, semuanya hilang begitu saja. Aku sebenarnya marah karena dia tak bisa
menjaganya dengan baik. Akan tetapi, aku mencoba untuk menahan amarahku dan bertanya,
kenapa bisa terjadi?
Aku ngga tahu, Fin. Semuanya ilang gitu aja.. jawabnya.
ya udah, nanti kita cari atau kalau tidak kita buat lagi.
Fin, maafin aku, aku ngga bisa jaga sesuatu yang telah kita buat susah payah.. ucapnya
dengan penuh penyesalan.
udah, ngga apa-apa.
***

Aku berangkat ke sekolah dengan malas. Aku begitu berantakan. Kulit kusam, mata
berkantung hitam seperti panda. Ini terjadi karena aku kurang tidur. Aku hanya tidur satu jam
lebih 15 menit. Setelah Ela meneleponku, aku tidak bisa tidur lagi karena memikirkan
masalah penelitian ilmiah itu.
Di koridor kelas, aku bertemu dengan Ela. Wajahnya tidak lebih baik dari aku. Dia juga sama
berantakannya denganku. Saat bertemu denganku, dia kembali menunjukan penyesalanannya.
Aku lihat dia benar-benar menyesal telah begitu ceroboh. Sebenarnya, ini bukan murni
kesalahannya. Ini juga salahku, kesalahan kami bersama. Kami tidak menjaga dengan baik
sesuatu yang sangat penting ini.
Aku mencoba menenangkannya dan menjelaskan kalau semua ini bukan murni salahnya.
Perlahan-lahan, dia mulai membaik dan tenang. Setelah benar-benar tenang, aku
mengajaknya pergi ke kelas bersama. Di tengah perjalanan menuju kelas, aku berpapasan
dengan Rama. Rama, seseorang yang minggu kemarin menyatakan cintanya padaku tetapi
aku menolaknya. Aku memiliki segudang alasan kenapa aku menolaknya. Akan tetapi, yang
paling utama adalah aku tidak memiliki perasaan lebih padanya selain sebagai teman satu
sekolah.
Sikap Rama begitu dingin padaku. Mungkin, dia tidak terima karena aku menolaknya.
Selama ini dia memang terkenal sebagai Prince Charming yang tidak pernah ditolak cewek.
Jadi, kalau dia bersikap dingin padaku, ini tidak terlalu aneh. Akan tetapi, ada sesuatu yang
menurutku sangat aneh. Rama tersenyum dengan manis tapi terkesan tidak ikhlas pada gadis
yang disampingku, Ela, dan Ela membalasnya dengan senyum manis yang ceria. Biasanya
Rama tidak pernah bersikap seperti ini pada Ela. Melihat saja kadang ogah-ogahan.
Pagi, Ela. Ucap Rama, dia bahkan menyapa Ela.
Pagi juga, Rama. Ela membalas sapaan Rama.
Aku menyikut lengan Ela dan menanyakan perihal keanehan Rama. Aku menanyakannya
setelah Rama pergi tentunya. Mana mungkin aku berani bertanya tentang Rama jika Rama
ada di depanku. Dia menjawab pertanyaanku dengan ketus memang salah dia menyapaku?
Aneh?. Setelah menjawab pertanyaanku dengan nada yang tidak mengenakan itu, Ela
langsung pergi meninggalkanku. Dia benar-benar aneh. Tadi raut wajahnya penuh rasa
penyesalan tetapi sekarang dia lebih terlihat marah dan sebal. Dia marah padaku?
Di kelas, sikap Ela bersikap cuek padaku. Berbeda 180o dari tadi pagi. Berkali-kali aku
berusaha membuatnya tersenyum dan mau berbicara padaku. Namun, hasilnya nihil. Aku
lelah untuk membujuknya lagi. Besok aku akan mencobanya.
***
Siang harinya, sepulang sekolah, aku menemui Bu Endang, pembina Ekstrakurikuler PIR.
Aku datang tanpa Ela. Dia langsung menghilang sesaat setelah bel panjang berbunyi. Aku
datang ketempat itu untuk meminta perpanjangan waktu. Perpanjangan waktu untuk
menyelesaikan menyelesaikan laporan dan data penelitian. Seharusnya, hari ini sudah
dikumpulkan.
tunggu disini, sebentar lagi Bu Endang akan datang. Ucap salah seorang guru yang juga
mengajar di kelasku, namanya Bu Farida. Aku hanya mengangguk sambil tersenyum.
Ya, Finda Orang yang aku tunggu-tunggu telah datang dan menyapaku.
Aku pun menjelaskan maksud kedatanganku menemui Bu Endang. Bu Endang
mendengarkanku dengan baik. Tak lama kemudian, Bu Endang setuju untuk memberi

tenggang waktu. Akan tetapi, hanya dua hari yang beliau berikan untuk kelompokku. Aku
tidak akan menyia-nyiakan kesempatan kedua yang telah diberikan oleh Bu Endang.
terimakasih, Bu. Sekali lagi terima kasih Ucapku pada Bu Endang. Bu Endang
tersenyum dengan lembut.
***
Berulang kali aku menelpon Ela. Akan tetapi, dia tidak mengangkatnya. Dia sungguh aneh.
Aku harus ke rumahnya untuk mengerjakan tugas bersama. Aku pun ke rumah sahabatku itu
dengan mengendarai sepeda kesayanganku yang berwarna hijau.
Ada pemandangan yang cukup menarik saat aku tiba di dekat rumah Ela. Aku melihat Ela
keluar dari sebuah mobil mobil mewah berwarna merah metallic, Ferrari F70. Di sekolahku,
Orang yang memiliki mobil mewah seharga kurang lebih 10 Miliar itu hanyalah Rama. Ya,
mobil itu memang milik Rama. Aku semakin yakin saat aku melihat Rama keluar dari mobil
itu dan berbicara pada Ela.
Bagaimana mereka bisa sedekat ini? Sungguh aneh dan cukup menarik perhatianku. Cukup
menarik juga untuk diselidiki karena pasti ada sesuatu dibalik semua ini. Akan tetapi, aku
tidak mungkin menyelidikinya, tidak mungkin. Ingat, Ela itu sahabatku. Kalaupun memang
benar ada sesuatu, nanti juga akan terbuka dengan sendirinya tanpa perlu diselidiki.
Setelah Rama dan mobilnya itu pergi, aku mendekati Ela. Aku berpura-pura tidak melihat dia
datang bersama Rama. Aku tidak mempedulikannya.
hi, La. Kamu kok ngga angkat teleponku? tanyaku pada Ela.
Emm aku..ngga bawa handphone jawabnya, terdengar kaku.
ada kabar bagus buat kita.
apa?
Aku mencerritakan kabar bahagia tersebut, kesempatan kedua dari Bu Endang. Dia juga
terlihat senang dan mengajakku untuk masuk ke dalam rumahnya. Setelah sampai di ruang
tamu, dia mempersilahkanku duduk. Sementara dia mengambil minuman untukku, aku
mempersiapkan beberapa bahan yang diperlukan.
ini, Fin, minumnya..
makasih, La
Aku langsung menengguk jus orange yang dibuat oleh Ela. Tenggorokanku yang sangat
kering terasa sejuk saat air jus orange melewati tenggorokanku. Sedari tadi aku memang
haus. Maklumlah, aku mengayuh sepeda dari rumahku sampai ke rumah Ela yang jaraknya
tergolong jauh.
kita mulai darimana ya? tanyaku, Ela hanya diam. Dia malah terlihat melamun. Aku tidak
bisa membaca pikirannya kali ini. Belakangan ini dia memang bersikap aneh. Ela..halo
halo.. aku mengibas-ibaskan tanganku di depan wajahnya untuk menyadarkannya dari
aktivitas melamunnya.
eh..ya, Fin..aa apa..? tanya Ela padaku dengan gugup. Dia seperti orang yang baru saja
tersadar dari mimpi buruknya.
La, apa kamu punya sesuatu yang disembunyikan dariku? entah mengapa aku bisa bertanya
seperti itu pada Ela.
tidak. Jawabnya singkat dan terlihat tidak wajar. Dia memang jarang berbicara singkat
padaku. Akan tetapi, aku berusaha untuk tidak mempermasalahkannya.
emm baiklah..ayo kita lanjutkan.

baiklah, mari kita lanjutkan.


Aku dan Ela berkolaborasi untuk melanjutkan penelitiannya bersama-sama. Menyusun
laporan dan berbagai macam data yang telah hilang.
***
Hari ini adalah hari dimana aku dan Ela serta kelompok lainnya mempresentasikan hasil
penelitian. Jantungku berdegup lebih kencang daripada biasanya. Aku merasa laporan dan
data yang telah kelompokku buat tidak sebaik data pertama yang telah hilang. Banyak sekali
kekurangan karena waktu yang kami miliki begitu terbatas. Hanya dua hari, sedangkan data
yang hilang itu membutuhkan waktu lebih dari satu bulan.
Kelompok yang mendapatkan kesempatan pertama untuk presentasi adalah kelompok Rama.
Rama maju kedepan, dia terliat begitu percaya diri saat memasukan flashdisknya ke dalam
laptop milik sekolah lalu membuka slide power point milik kelompoknya, tentu saja.
Namun, aku melihat ada keanehan pada slide yang mereka tampilkan. Isinya aneh. Aku
sangat mengenali data yang mereka presentasikan. Data yang mereka tampilkan sama persis
dengan milik kelompokku yang hilang. Tentu saja, aku sangat tidak terima. Ternyata, Rama
yang telah mencuri data kelompokku.
Ku kepalkan tanganku, geram. Aku ingin sekali melampiaskan amarahku pada orang itu.
Akan tetapi, aku tidak mungkin melakukannya. Aku harus menahan amarahku. Aku terus
menatap Rama tajam saat dia mempresentasikan data yang bukan miliknya itu. Saat
presentasinya berakhir, semua orang yang ada di ruangan itu memberi tepuk tangan yang
meriah. Rama tersenyum dengan bangganya, begitu juga dengan teman sekelompoknya. Dua
orang itu sama saja.
Kini, tiba saatnya aku dan Ela mempresentasikan hasil kerja kami. Aku harus yakin
presentasi ini berjalan dengan lancar walaupun temanya sama dengan data yang Rama dan
temannya sampaikan. Selama presentasi berlangsung semua orang yang ada di hadapanku
menatap tajam seolah mempertanyakan kok sama? Dalam hal ini mereka kira aku yang salah.
Padahal, seharusnya bukan aku yang salah tapi Rama. Meski begitu, presentasi tetap berjalan
dengan lancar. Walaupun tidak ada tepuk tangan meriah saat aku dan Ela mengakhiri
presentasi kami.
***
Semua kelompok yang ada di ruang multimedia sudah menyelesaikan presentasi mereka.
Suasana ruang multimedia menjadi sepi, hanya ada aku dan Rama. Rama masih sibuk
memasukan peralatannya ke dalam tas. Disaat itulah aku datang menghampirinya.
ehmpakai cara apa tuh ngambil datanya? tanyaku pada Rama. Rama mendongakkan
kepalanya untuk melihatku. Posisinya sekarang duduk sedangkan aku berdiri.
cara yang tidak pernah terlintas sedikitpun diotakmu.
Aku memutar otakku tapi aku tak paham dengan jawabannya. maksudmu?
tanyakan saja pada sahabatmu. Jawabnya lagi. Dia menggendong tasnya, lalu berdiri
sebelum akhirnya dia pergi. oh ya, satu lagi. Aku ngga nyuri data kamu, aku cuma minta.
Tambahnya sebelum pergi.
***
Keluar dari ruang multimedia, aku langsung menemui Ela di kelasnya. Dan aku langsung
menanyakan perihal data penelitian. Aku bertanya tanpa berpikir panjang karena terbawa

emosi.
kamu ya yang ngasih data itu ke Rama? tanyaku tanpa basa-basi. Ela tidak menjawab
pertanyaanku. data itu ngga hilang kan?
kamu nuduh aku?
aku tanya bukan nuduh. Atau mungkin memang kamu yang merasa tertuduh.
Ela mengeluarkan beberapa kalimat yang berisi pembelaannya. Entah kenapa dia bersikeras
untuk tidak mengakuinya. Padahal, aku sudah tahu kalau memang dia berbohong. Aku bukan
begitu saja mempercayai orang lain daripada sahabatku. Akan tetapi, bahasa tubuh Ela
memang mengatakan begitu. Dia berbohong.
baiklah kalau kamu ngga mau mengakuinya. Tapi, aku udah tahu kok. Aku hanya ingin
kamu jujur, jika kamu masih menganggapku sahabatmu. aku pasrah.
iya, memang aku melakukannya. Ucap Ela setelah lama membisu.
tapi, kenapa?
an interesting offer.
maksudnya?
kamu tahu, aku sudah lama menyukai Rama tapi Rama menyukaimu. Sebenarnya, bukan
hanya Rama. Orang yang menyukaimu sebelumnya juga begitu. Aku menyukai mereka tapi
mereka menyukaimu. Aku lelah. Dan hari itu ada sebuah tawaran menarik dan bodoh dari
Rama. Dia mau menuruti apa mauku asalkan aku bersedia memberikan data-data itu. Aku
menerimanya begitu saja, seperti terhipnotis. Jelas Ela panjang lebar.
aku lega, ternyata kamu masih menganggapku sahabatmu. Kamu sudah berkata jujur.
Ucapku lantas memeluknya, pelukan sahabat.
maafkan aku, La. Aku sudah mengecewakanmu. Menghapus mimpimu untuk ikut lomba
PIR tahun ini.
sudahlah. Ada data itupun belum tentu lolos.
***
Hari pengumuman kelompok pemenang yang akan mengikuti lomba PIR mewakili sekolah.
Semua menunggu dengan jantung yang berdegub lebih cepat daripada biasanya. Mereka
semua ingin terpilih tetapi hanya satu pasangan yang berhak ikut.
saya umumkan kelompok yang mewakili sekolah kita adalah.. Bu Endang sengaja
menggantungkan kalimatnya. adalah kelompok Finda dan Ela. Lanjut Bu Endang.
Aku tidak percaya kalau namaku disebut. Begitu juga dengan Ela.
selamat untuk Finda dan Ela. Untuk yang lain jangan kecewa, masih banyak lomba PIR
yang lain..
Semua orang yang ada di ruangan tersebut memberi selamat kepadaku dan Ela. Akan tetapi,
itu tidak termasuk Rama. Rama pergi sesaat setelah pengumuman. Dia terlihat begitu kecewa.
Ya, dia sangat menginginkan kesempatan ini. Akan tetapi, dia telah berbuat curang. Mungkin,
itu juga buah dari kecurangannnya. Curang belum tentu menang.
***
Aku berbaring di atas rerumputan taman belakang bersama Ela. Malam ini Ela menginap di
rumahku. Kami berdua tengah menatap bintang-bintang yang sangat indah menghias langit
malam. Beberapa hari terakhir kami mendapat banyak masalah dan saat ini kami sedang
merenungi untuk diambil hikmahnya.
kau tahu kenapa kita menang? tanyaku pada Ela yang tampak tersenyum menatap langit.
Dia sudah kembali menjadi sahabatku yang seperti biasanya.
karena kita memang ditakdirkan menang.

selain itu, kita memang sudah berusaha keras dengan jerih payah kita sendiri.
benar. Dia membenarkan ucapanku. sekali lagi, aku minta maaf atas kebodohanku.
sudahlah, yang penting jangan diulangi dan kita ambil hikmahnya.
Ela tesenyum padaku , aku juga tersenyum padanya. Suasana mulai hening dan kami terlarut
dalam suasana malam.
kamu tahu tidak, tenyata Rama ceroboh sekali. Masa kata Bu Endang, dia lupa ganti nama
kita di data yang dia kumpulin. Kataku, membuka pembicaraan lagi.
yang benar?
iya, beneran. Maka dari itu Bu Endang curiga, dan kecurigaan terbukti. Ya.. Rama ngaku
kalau data itu bukan milik kelompoknya.
bodoh sekali dia, sudah susah payah membujukku untuk memberi data itu, eh..dianya
ceroboh gitu..
buah dari kecurangan.
benar.
Langit malam menjadi saksi kebahagiaanku. Bintang di langit tersenyum melihat aku dan
sahabatku saling menyatu setelah sebuah masalah menerjang kami. Setelah masalah itu
selesai, aku merasa kami memang sudah ditakdirkan untuk bersahabat. Walaupun diterjang
masalah, kami tetap menyatu. Dan, setelah menyelesaikan masalah, kami jadi semakin kuat.
Selesai

You might also like