You are on page 1of 289

PEMBAHASAN

LATIHAN SOAL UKDI CLINIC IV


OPTIMAPREP
BATCH AGUSTUS 2015
Office Address:
Jl Padang no 5, Manggarai, Setiabudi, Jakarta Selatan
(Belakang Pasaraya Manggarai)
Phone Number : 021 8317064
Pin BB 2A8E2925
WA 081380385694
Medan :
Jl. Setiabudi No. 65 G, Medan
Phone Number : 061 8229229
Pin BB : 24BF7CD2

www.optimaprep.com

dr. Widya, dr. Eno, dr. Yolina


dr. Cemara, dr. Reza
dr. Yusuf

ILMU PENYAKIT DALAM

1. Infark miokard akut


Def: nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah ke otot jantung
SS: angina intensif & menetap (>30mnt), gak ilang dgn istirahat &
nitrogliserin, otonom (mual, muntah, keringat, cemas), PF (pucat,
takikardi, JVP pd IMA kanan)
EKG:
ST elevasi, T-inverted
Peningkatan Q min di 2 sadapan

Enzim & isoenzim: kreatinin fosfokinase (cpk/CK), SGOT, LDH,


troponin T, isoenzim CPK MP (CKMB)
CK meningkat (4-8jam), N (48-72jam), TIDAK SPESIFIK
CKMB meningkat, puncak 20jam stlh infark, rasio CKMB:CK > 2,5%
(keduanya harus meningkat), rasio CKMB2:CKMB1 > 1,5 yg smp puncak 4-6jam
(SENSITIF)
Troponin T ???
SGOT meningkat 24jam pertama

2. Gagal jantung
Def: jantung gak bisa pompa darah untuk memenuhi
kebutuhan darah jaringan atau bisa memenuhi dgn
kompensasi peninggian volume diastolik abnormal.
Faktor predisposisi:
Penurunan fungsi ventrikel (CAD, HT, kardiomiopati, PJB)
Gangguan pengisian ventrikel (stenosis mitral, peny perikardial,
kardiomiopati)

Faktor pencetus:
Peningkatan asupan garam
CHF bad compliance
IMA, HT, aritmia, infeksi, emboli paru

3. Angina pectoris - EKG

Mekanisme pembentukan EKG

EKG pada serangan jantung

4. Pengobatan hipertensi

Anti-Hypertensive Drugs

No 5.
pulmo
asma

6. Spirometry in COPD
Reductions in FEV1 and in the ratio of forced
expiratory volume to vital capacity (FEV1% or
FEV1/FVC ratio)
In severe, the FVC is markedly reduced
Lung volume measurements reveal a marked
increase in residual volume (RV), an increase
in total lung capacity (TLC), and an elevation
of the RV/TLC ratio, indicative of air trapping,
particularly in emphysema

7. Drug-induced Hepatitis
(Stop OAT)
Penatalaksanaan:
Bila gejala klinis (+) (ikterik, mual muntah) stop OAT
Bila gejala klinis (+) disertai enzim hati >3x stop OAT
Bila gejala klinis (-) disertai hasil laboratorium berikut:
Bilirubin >2 stop OAT
Enzim hati >5x stop OAT
Enzim hati >3x teruskan pengobatan dengan pengawasan

Panduan OAT yang dianjurkan:


Stop OAT yang bersifat hepatotoksik (RHZ)
Monitor klinik dan laboratorium. Bila klinik dan laboratorium normal
kembali (bilirubin, SGOT, SGPT), maka tambahkan H (INH) desensitisasi
sampai dengan dosis penuh (300 mg).
Bilaklinik dan laboratorium normal , tambahkan rifampisin,
desensitisasi sampai dengan dosis penuh sehingga menjadi RHES.
Pirazinamid tidak boleh diberikan lagi.

8. Pengobatan PPOK
Gambaran Klinis PPOK

Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan PPOK PDPI. 2003

9. Penyebaran TB
TB menyebar dengan cara:

Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan TB. 2002.

10. osteoporosis

11. Osteoarthritis

11. Joint & Skeletal Disease


Disease

Etiology

Pathology

Clinical

Other test

Gout Arthritis

Uric acid

IgG activity
to uric acid

Joint inflmation, tophi

Serum uric acid,


urine uric acid

Osteoarthritis

Degeneration Bone
/Secondary
remodelling
&
hypertrophy

Pain in affected joint,


nocturnal pain, joint stiffness
< 20 min, joint space
narrowing, ostheophytes

Synovial fluid
analysis,
radiographic

Rheumatoid
Arthritis

Unknown

Autoimmun
e; synovial
cell
hyperplasia

Morning stiffness (>1 hour),


arthritis > 3 joint, symmetric
arthtiris, hand arthritis,
rheumatoid nodules

RF, Radiographic;
bone
erosion/unequivocal
bony decalcification

Bacterial
Synovitits

Gonococcal/
Nongonococcal

Inflammato
ry reaction

Inflammatory sign in involved


joints

ESR, CRP, TREM-1

Ankylosis
Spondylitis

Autoimmune

Antigen
mimicry in
susceptible
individual

Back pain, arthropathy, back


morning stiffness (>30 min),
improved with mild exercise,
nocturnal back pain,
alternating buttock pain

ESR, CRP, HLA-B27,


Conventional
radiology, MRI, CTScan

12. Spondlitis ankilosa

13. Pengobatan Rheumatoid Arthritis

14. Anti
Hipertensi
(diuretik)

some drug classes (ACE inhibitors, -blockers, and


diuretics) have been repeatedly shown to be particularly
beneficial in reducing CVD events during the treatment
of uncomplicated hypertension and are therefore
preferred agents for initial therapy
http://care.diabetesjournals.org/content/26/suppl_1/s80.full#sec-9

15. Diagnosis DM dan TGT

16. Obat yang menstimulasi sekresi insulin


Sulfonilurea
Kerja: Menstimulasi sekresi insulin dr sel B, menurunkan ambang
sekresi insulin
KI: DM 1 krn butuh fungsi kerja sel B
Generasi 1: tolbutamid, clorpropamide,
Generasi 2: gliburid, glipizid, gliclazid
CAUTION: CVD, manula, prolonged hipoglikemi, diberikan u/
pasien BB normal
Glibenklamid, klorpromazid KI u/ insufisiensi renal dan manula
Tolbutamid, glikuidon u/ manula krn kerja singkat
Glikuidon u/ pasien gangguan ginjal dan hati

Efek Samping Pengobatan Diabetes


(Glibenklamid)
Sulfonilurea hipoglikemia
Sebuah meta-analisis dari
seluruh glibenclamidecontrolled study risiko
hipoglikemia 2 kali lebih
tinggi pada glibenkamid
dibanding glimepirid pada
minggu pertama
pengobatan.

Intensive Insulin Therapy

17. Titrasi insulin

Penggunaan insulin diperlukan penyesuaian berkala karena


dosis yang dibutuhkan berfluktuasi sesuai dengan kondisi
pasien

18. Ketoasidosis Metabolik

19. Anemia

Eritropoesis distimulasi untuk


memproduksi sel darah merah
lebih banyak.
Makrosit polikromasi dan
ditemukannya prekursor
eritrosit normoblas.
Morfologi sel darah merah
yang diproduksi bisa normal
atau makrositik, sehingga
menunjukkan anisositosis.

Sumber: Anemia and Polycythemia:


Introduction. Harrisons Principles of
Internal Medicine 17th Edition. 2008.

Evaluasi Anemia Defisiensi Besi


Feritin protein intraseluler yang berfungsi
menyimpan besi dan mengeluarkannya saat
diperlukan; feritin merefleksikan jumlah besi yang
disimpan dalam tubuh
Transferin protein plasma yang
mentransportasikan besi dalam darah ke hepar,
limpa dan sumsum tulang
TIBC kemampuan darah untuk mengikat besi
dengan transferin
Sumber: Anemia and Polycythemia: Introduction. Harrisons Principles of Internal Medicine 17th
Edition. 2008.

Stadium deplesi besi

20. Leukemia
Jenis

Keterangan

Leukemia

Anemia, sering demam, perdarahan, ebrat badan turun, anoreksia.


Pembesaran KGB, splenomegali, hepatomegali.
Anemia, trombositopeni, blast (+).
Pendesakan eritropoiesis, trombopoiesus, dan granulopoiesis

Anemia aplastik

pansitopenia pada darah tepi,serta tidak dijumpainya adanya


keganasan pada sistem
hematopoitik ataupun kanker metastatik yang menekan sumsum
tulang.

Thalassemia

Pucat, gangguan tumbang, riwayat keluarga (+), splenomegali,


hepatomegali, facies cooley, ikterik, anemia microcytic, anisocytosis,
poikilocytosis, target cells, fragmented cells, normoblast +

Malaria

Berasal/riwayat ke daerah endemis. Demam diselingin periode bebas


demam. Pucat, ikteris, lemah, mialgia athralgia. Syok, hipotensi. Apus
darah tepi: plasmodium

21. Diagnosis Thalasemia

Blood examination:
CBC: Hb , MCV , MCH , MCHC , Rt ,
RDW

Blood smear: microcytic, hypochromic,


anisocytosis, poikilocytosis, target cells,
fragmented cells, normoblast +

Iron
deficiency

Thalassemia
major

Normal
pheripheral
blood

22. Indication of blood transfusion

Red cells
When Hb 7 g/dl, especially in acute anemia
When Hb 7 10 g/dl with
hypoxia/hypoxemia
When Hb 10 g/dl with increased need for
oxygen transport (CHD, COPD)
In neonates with Hb 11 g/dl with symptoms
of hypoxia
Hb < 8.0 g/dL in perioperative period
Platelet :
To stop bleeding if:
Platelet < 50.000/L
Platelet < 100.000/L (diffuse
bleeding)
Prophylaxis if platelet < 50.000/L
Pre-surgery or invasive procedure
After massive transfusion
Bleeding in thrombopathic patient

FFP :
As substitution for FVIII & F IX
Hemostasis neutralization after
warfarin therapy
Bleeding with abnormal coagulation
parameter
Cryoprecipitate :
Pre-invasive procedure (prophylaxis)
for patient with fibrinogen deficiency
Hemophilia A & von Willebrand
disease with bleeding or prior to
surgery

Health Technology Assessment (Ministry of Health 2003)


American Association of Blood Banks, 2003

23. Hepatic Encepalopathy


Nitrogenous

Non-Nitrogenous

Encephalopathy

Encephalopathy

Uremia/azotemia
Gastrointestinal bleeding
Dehydration
Metabolic alkalosis
Hypokalemia
Constipation
Excessive dietary protein
Infection

Sedative
Benzodiazepines
Hypoxia
Hypoglycemia
Hypothyroidism
Anemia

24. Chronic Renal Failure

Stages in Progression of Chronic Kidney Disease and


Therapeutic Strategies
Complications

Normal

Screening
for CKD
risk factors

Increased
risk

CKD risk
reduction;
Screening for
CKD

Damage

GFR

Kidney
failure

Diagnosis
Estimate
Replacement
& treatment; progression;
by dialysis
Treat
Treat
& transplant
comorbid complications;
conditions;
Prepare for
Slow
replacement
progression

CKD
death

25. Differential Diagnosis Ikterus Obstruksi


Obstruksi dalam lumen saluran empedu
batu, askaris
Kelainan dinding saluran empedu
atresia kongenital, striktur traumatik,
tumor saluran empedu
Tekanan saluran empedu dari luar
tumor kaput pancreas, tumor ampula vater,
pancreatitis, metastase di lig hepatoduodenale

Sirosis hepatis
Abses
Carsinoma

hepar

Striktur

Batu

Ca Caput

Ascaris

Berbagai macam kelainan penyebab ikterus

Ikterus

Cek Urobilin & Bilirubin


Urobilin
Bilirubin urin+ +
Bilirubin Direct >

Urobilin +
Bilirubin urin +
Bilirubin Direct +
Bilirubin Indirect +

Urobilin ++
Bilirubin urin Bilirubin Direct N
Bilirubin Indirect >

Parenkim
- Hepatitis
-Cirrhosis
-Hepatoma

Obstruksi:
- Intra hepatic
- Extra hepatic

USG:Bile duct dilatation


Intra hepatal : hepatitis

Extra hepatal

Hemolitik

CT scan
PTC
ERCP
MRI

Flow chart pasien dengan ikterus

Tumor
Batu

26. Khemoprofilaksis malaria


Jenis Khemoprofilaksis
Pemberian khemoprofilaksis:
malaria
Kelompok non-imun yang
klorokuin (P. vivax) 300
bepergian ke daerah
mg basa/minggu
endemis (pelancong,
pegawai negri, TNI,
doksisiklin (P. falciparum)
transmigran dll)
100 mg/hari
meflokuin (P. falciparum, Wanita hamil di daerah
endemi
P. vivax & P.
malariae)250 mg/
minggu

ILMU BEDAH DAN ANASTESIOLOGI

27. Nipple Discharge


The most common causes of
nipple discharge in the
nonlactating breast:
duct ectasia
intraductal papilloma
carcinoma

Spontaneous, unilateral,
serous or serosanguineous
discharge from a single duct:
intraductal papilloma
rarely intraductal cancer

Bloody discharge is suggestive


of cancer but is more often
caused by a benign papilloma
in the duct

28. Fibrocystic Disease


FIBROCYSTIC
Painful, often multiple, usually
bilateral masses in the breast.
Rapid fluctuation in the size of
the masses is common.
Frequently, pain occurs or
worsens and size increases
during premenstrual phase of
cycle.
Most common age is 30-50.
Rare in postmenopausal
women not receiving hormonal
replacement.

29. Struma
A goitre or goiter (Latin gutteria, struma), is a swelling in the thyroid
gland
Growth pattern
Uninodular (struma uninodosa) - can be either inactive or a toxic nodule
Multinodular (struma nodosa) - can likewise be inactive or toxic, the latter
called toxic multinodular goitre
Diffuse (struma diffuse), with the whole thyroid appearing to be enlarged.

30. Prostatitis
PROSTATITIS AKUT BAKTERIAL
Etiologi : E coli, Pseudomonas, Enterococcus.
Patogenesis : Infeksi asenden, refluks urin
Invasi kuman dari rektum, limfogen, dan
hematogen
Tanda dan gejala:
- demam mendadak, menggigil
- nyeri pada perineum, pinggang
- urgensi, frekwensi, nokturi,disuri
- obstruksi bladder out let
- mialgia, arthralgia
- RT : Prostst membesar, lunak, indurasi, nyeri
Laboratorium
- lekositosis
- piuria, mikroskopik hematiri, bakteriuri
- discharge purulent setelah R.T
Terapi :
- A.B. - TMP-SM (160-800mg) 2x1
- Gentamisin
- Tobramisin

PROSTATITIS KRONIS BAKTERIAL


Lanjutan Prostatitis akut yang tidak
tersembuhkan, kadang-kadang tanpa riwayat
akut.
Gejala & tanda-tanda klinis
- bervariasi
- sebagian asymptomatik
- umumnya mengalami urgensi, frekwensi,
nokturi & disuri + nyeri perineal
- RT : Prostat bisa boggy, indurasi atau normal
- hematuri terminal, hemospermi & discharge
urethra kadang-kadang ditemukan
Laboratorium : >I0 Ieukosit pada analisis
cairan prostat, leukosit tampak bergerombol
dan tampak satu atau lebih makrofag
Terapi
sesuai hasil kultur
- A.B. yang sering digunakan sebelum kultur
selesai : Tmp-Sm, Minosiklin, Eritrosin

31. Ureterolithiasis
Urinary tract stone disease
Signs:

Flank pain
Irritative voiding symptom
Nausea
microscopic hematuria

Urinary crystals of calcium


oxalate, uric acid, or cystine
may occasionally be found
upon urinalysis
Diagnosis: IVP

32. Epididimoorchitis
Gejala-gejala :
- riwayat Prostatitis atau urethritis
- nyeri tiba-tiba pada scrotum yang menjalar ke sepanjang
spermatic cord & bahkan ke pinggang
- epididymis membengkak & nyeri
- demam
- scrotum bengkak, merah
- spermatic cord menebal
- Phren sign (+)
Terapi

A.B
Bed rest
Support me (-) nyeri
Analgetik

33. Hydroceles

Penumpukan cairan yang berlebihan di


antara lapisan parietalis dan viseralis tunika
vaginalis.
Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong
skrotum yang tidak nyeri.
PF :
adanya benjolan di kantong skrotum
dengan konsistensi kistik
Transiluminasi (+)
Indikasi Operasi :
hidrokel yang besar sehingga dapat
menekan pembuluh darah,
indikasi kosmetik,
hidrokel permagna yang dirasakan
terlalu berat dan mengganggu pasien
dalam melakukan aktivitasnya seharihari.

34. Paraphimosis
Phimosis
Inability to retract the
distal foreskin over the
glans penis
Physiologic in newborn
Complications
Balanitis
Postitis
Balanopostitis

Treatment
Dexamethasone 0.1% (6
weeks) for spontaneous
retraction

Paraphimosis
Entrapment of a retracted
foreskin behind the
coronal sulcus
Emergency
Superficial vein obstruction
edema and pain
penile glands necrosis

Treatment
Manual reposition
Dorsum incision

35. Epispadia
An epispadias is a rare type of
malformation of the penis in which
the urethra ends in an opening on
the upper aspect (the dorsum) of the
penis.
An epispadias is an uncommon and
partial form of a spectrum of failures
of abdominal and pelvic fusion in the
first months of embryogenesis.

Hipospadia
Hipospadia kelainan
kongenital dimana meatus
berlokasi pada bagian
ventral penis, proksimal
dari posisi normal yaitu
diujung glans.
Kasus sedang hingga berat
memiliki karakteristik
muara uretra yang lebih
proximal pada penis,
skrotum atau perineum.
Bentuk yang lebih berat
biasanya disertai kurvatura
penis (membengkok).

36. Urethral Trauma


Anterior Urethral Trauma
Position : Distal from
urogenital diagphram
Etiology :

Straddle Injury
Instrumentation

Clinical Signs :

Blood from urethral meatus


Hematom, perineal pain
Urinary retenstion

Radiology : urethrogram
Therapy :

Sistostomy
immediate repair

Posterior Urethral Trauma


Etiology

Pelvic bone fracture

Clinical Symptoms

Blood from meatus


Urinary retention
Pain, hematom on pubic region

Radiology

Pelvic Photo
Urethrogram

Therapy

Sistostomy
Repair 3-4 days later.

Urethral Trauma

Posterior Urethral Trauma

37. Basilar Skull Fracture


Basilar Skull Fracture
Signs
Battle's sign
Raccoon eyes / brille hematom
Cerebrospinal fluid rhinorrhea
Cranial nerve palsy
Bleeding from the nose and ears
Hemotympanum

Anterior basal fracture


ethmoid and the sphenoid bones.
Posterior basal fracture
temporal bone, occipital bone, and
some parts of the sphenoid bone.

Berdasarkan SKALA KOMA GLASGOW :

CEDERA KRANIOSEREBRAL RINGAN


SKG 13 15
kesadaran menurun < atau = 10
menit
CT SCAN normal
CEDERA KRANIOSEREBRAL SEDANG
SKG 9 12
kesadaran menurun > 10 menit s/d <
6 jam
skening otak abnormal
CEDERA KRANIOSEREBRAL BERAT = CKB
SKG 3 8
kesadaran menurun > 6 jam
skening otak abnormal

38. Luas luka bakar

39. Inhalation Injury


Patients who are trapped inside a burning room or house
are at increased risk of inhalation injury because of
prolonged exposure to smoke and products of production.
Conversely, flash burns that occur outdoors will rarely
result in inhalation injury.
On physical examination:
the presence of carbonaceous sputum, raw oral and nasal
mucosa, and soot on the vocal cords (on laryngoscopy)

In addition, patients may have a cough, hoarse voice, and


difficulty breathing.
Patients with signs and symptoms of inhalation injury may
require intubation.

40. Fraktur Wajah


Fraktur orbita
Blow out fracture :
fraktur dasar orbita tekanan
rongga orbita yang meningkat.
gejala diplopia dan enoftalmus
Fraktur nasal

Os nasal terdepan, menonjol,ada struktur


tulang & kartilago

40 % dari kasus fraktur maxilofasial

Anam :
Adanya epistaxis
Timbulnya deformitas
Adanya disfungsi nasal pasca trauma

PF :

Deviasi nasal
Laserasi mukosa atau kulit
Ecchymosis, hematoma
Odema palpebra, chemosis
Subconjunctival hemorrhage

41. Severe Brain Injury


GCS Score = 3-8
Evaluate and resuscitate
Intubate for airway
protection
Focused neurologic exam
: Pupils and Lateralizing
signs
Frequent reevaluation
Identify associated
injuries

42. Choking

43. Airway Obstruction


Etiology:
GCS Score<9
Obstruction due to
Tongue
Aspiration
Foreign body
Maxillofacial injury
Neck injury

Sign & symtomps:


Cyanosis
Rocking respirations
Decreased or no air
exchange
Face or neck crepitus
Neck hematoma or
swelling

Simple management maneuvers : Suction, Chin


lift, Jaw thrust
Definitive airway: Cuffed tube in trachea

Emergent Category
Major trauma
Acute myocardial
infarction
Airway obstruction
Tension
pneumothorax
Flail Chest
Hypovolemic shock
(Class III and IV)
Burns with inhalation
injury
Management should
begin upon arrival

44. The triage categories

Urgent
Vertebral and Spine
Injury
Femoral shaft
fracture
Closed head injury
Burns
Acute Appendicitis
They all are at risk if not
treated in a few hours

Non-urgent
Skin lacerations
Contusions
Abrasions
Upper extremity
fractures
Fever
Associated medical
conditions

45. Hypovolemic Shock


Femoral shaft fracture
The femur is very
vascular and fractures
can result in significant
blood loss into the
thigh. Up to 40% of
isolated fractures may
require transfusion, as
such injuries can result
in loss of up to 3 units
of blood

46. Dislocation of the Shoulder


Mostly Anterior > 95 % of dislocations
Patient is in pain
Holds the injured limb with other
hand close to the trunk

Acute dislocation hold their arm in


an adducted position.
Any attempt at range of motion of
the shoulder is extremely painful.
A thorough neurovascular check of
the upper extremity is necessary
before any attempt is made to
reduce the dislocation.
Attention to checking the sensory
function of the axillary nerve over
the lateral aspect of the shoulder is
important.

Posterior Dislocation occurs < 5 %

Many posterior dislocations


are not diagnosed and
reduced in the emergency
department.
External rotation of the
shoulder is limited and painful,
and is the hallmark of a
posterior shoulder dislocation.

External rotation of the shoulder


is limited and painful hallmark
of a posterior shoulder
dislocation.

47. Kondrosarkoma
Bone tumor

Age

Predilection

Osteosarkoma

10-20
y.o

Distal femur,
proximal
tibia
(metaphysis)

Osteokondroma

10-20
y.o

Shoulder;
knee
(diaphysis)

Kondrosarkoma

30-40
y.o

Axial
skeleton

Metastasis bone
disease

Varies

Axial
skeleton

48. Fracture
A greenstick, buckle
or torus fracture is a
fracture in a young,
soft bone in which the
bone bends and
partially breaks

Montegia Fracture

Galleazi Fracture

copyright by optimaprep 2012

49. Tension
Pneumothorax
Tension
Tanda2 pneumotoraks yg
disertai gangguan respirasi
berat dan sirkulasi

50. Open Pneumothorax


3 sided occlusive
dressing
Pertolongan awal pada
open pneumotorax
Open pneumotorax
closed (mekanisme
ventil)

51. Tamponade Jantung


Trias beck
Distensi vena leher
Bunyi jantung menjauh
TD turun

Tindakan
pericardiosentesis

52. Flail Chest


Fraktur segmental pada
dua iga atau lebih
Ditandai dengan gerakan
paradoxal

Diterapi dengan
Stabilisasi dgn miring ke
arah yg sakit
Anestesi lokal
Dirawat jika ada kelainan
AGD

ILMU PENYAKIT MATA

53. Anisometropia
Anisometropia : perbedaan kesalahan refraksi
yang nyata di antara kedua mata.

Sources: Vaughan DG, dkk. Oftalmologi Umum Edisi 14. 1996.

Heterotropia (strabismus) :
penyimpangan mata yang
bermanifestasi dan tidak
dapat dikontrol oleh
penglihatan binokular.

54. Koreksi pada Miopia


Pada miopia, pemilihan kekuatan lensa untuk koreksi
prinsipnya adalah dengan dioptri yang terkecil dengan
visual acuity terbaik.
Pada kasus miopia diatas, 2 lensa dengan kekuatan
berbeda (-0.75 D dan -1.00 D) memberikan VA 5/5,
maka lensa yang dipilih adalah -0.75 D.
Pemberian lensa dgn kekuatan yg lebih besar akan
memecah berkas cahaya terlalu kuat sehingga bayangan
jatuh di belakang retina, akibatnya lensa mata harus
berakomodasi agar bayangan jatuh di retina.
Sedangkan lensa dgn kekuatan yg lebih kecil akan
memecah berkas cahaya dan jatuh tepat di retina tanpa
lensa mata perlu berakomodasi lagi.
Sources: Vaughan DG, dkk. Oftalmologi Umum Edisi 14. 1996.

Sebaliknya pada hipermetropia, pemilihan kekuatan


lensa adalah dioptri terbesar.
Jika diberikan dioptri yg lebih kecil, berkas cahaya
berkonvergen namun tidak cukup kuat sehingga bayangan
msh jatuh dibelakang retina, akibatnya lensa mata harus
berakomodasi agar bayangan jatuh tepat di retina.
Sebaliknya, dgn dioptri yg lebih tinggi, berkas cahaya akan
berkonvergen dan jatuh tepat di retina tanpa lensa mata
perlu berakomodasi.

55. Glaukoma Sekunder


Glaukoma sekunder peningkatan TIO yang
terjadi sebagai salah satu manifestasi penyakit
mata lain.
Salah satu penyebabnya adalah kelainan lensa:
Dislokasi lensa
Intumesensi lensa : lensa katarak menyerap banyak
cairan sehingga membesar, menimbulkan sumbatan
pupil dan pendesakan sudut sehingga terjadi
glaukoma sudut tertutup.
Glaukoma fakolitik : katarak stadium lanjut mengalami
kebocoran lensa anterior, akibatnya protein lensa
menyumbat jalinan trabekular dan TIO meningkat.

Tonometri
Tonometri : cara pengukuran tekanan
intraokuler dengan memakai alat terkalibrasi.

Tonometri aplanasi

Tonometri Schiotz

Gonioskopi
(melihat sudut kamera okuli anterior)

56. Glaukoma
Rentang TIO normal 10-24 mmHg
Hasil sekali pembacaan tidak menyingkirkan kemungkinan
glaukoma. Pada glaukoma sudut terbuka primer, banyak
pasien dgn TIO normal saat pertama kali diperiksa.
TIO yang normal juga tdk memastikan tdk ada kerusakan
optic nerve, seperti pada glaukoma tekanan normal.

Glaukoma kerusakan optic nerve glaukomatosa


(cupping, CD ratio) disertai defek lapang pandang
glaukomatosa

Sources: Vaughan DG, dkk. Oftalmologi Umum Edisi 14. 1996.

Pemeriksaan pada glaukoma:


Tonometri menilai TIO secara berkala
Gonioskopi menilai sudut kornea-iris
Oftalmoskopi menilai kerusakan pada
optic nerve glaukomatosa
Pertimetri menilai defek lapang
pandang akibat glaukoma

Perimetri / Kampimetri
Perimetri (kampimetri) : pemeriksaan lapang
pandang perifer dan sentral, dilakukan
terpisah untuk masing-masing mata.

57. Konjungtivitis Inklusi


Disebabkan oleh infeksi Chlamydia trachomatis, biasanya
terdapat pada dewasa muda yang aktif secara seksual.
Gejala dan tanda :
Mata merah, pseudoptosis, bertahi mata (terutama pagi hari)
Papila dan folikel pada kedua konjungtiva tarsus (terutama inferior)
Keratitis superfisial mungkin ditemukan tapi jarang

58. Konjungtivitis Atopik


Gejala : sensasi terbakar, sangat gatal, sekret
berlendir, merah dan fotofobia.
Terdapat papila halus terutama di konjungtiva
tarsal inferior berbeda dgn vernalis yg lbh
sering pd konjungtiva superior berupa papila
raksasa.
Komplikasi : keratitis perifer superfisial yg diikuti
vaskularisasi.
Terapi : antihistamin oral, NSAID topikal, steroid
topikal jgk pendek, transplantasi kornea (pada
kasus yg parah)

Konjungtivitis Atopik

Papila halus pada konjungtiva


tarsal superior dan inferior

Keratokonjungtivitis atopik disertai


vaskularisasi tindakan:
transplantasi kornea

Etiologi

Diagnosis

Karakteristik

Viral

Konjungtivitis folikuler
akut

Merah, berair mata, sekret minimal, folikel sangat


mencolok di kedua konjungtiva tarsal

Klamidia

Trachoma

Seringnya pd anak, folikel dan papil pd konjungtiva


tarsal superior disertai parut, perluasan pembuluh
darah ke limbus atas

Konjungtivitis inklusi

Mata merah, sekret mukopurulen (pagi hari), papil


dan folikel pada kedua konjungtiva tarsal (terutama
inferior)

Konjungtivitis vernalis

Sangat gatal, sekret berserat-serat, cobblestone pd


konjungtiva tarsal superior, horner-trantas dots
(limbus)

Konjungtivitis atopik

Sensasi terbakar, sekret berlendir, konjungtiva


putih spt susu, papil halus pada konjungtiva tarsal
inferior

Konjungtivitis
fliktenularis

Reaksi hipersensitif tersering akibat protein TB,


nodul keabuan di limbus atau konjungtiva bulbi,
mata merah dan berair mata

Keratokonjungtivitis sicca

Akibat kurangnya film air mata, tes shcirmer


abnormal, konjungtiva bulbi hiperemia, sekret
mukoid, semakin sakit menjelang malam dan
berkurang pagi

Alergi/hipersensitivitas

Autoimun

59. Keratitis
Gejala dan tanda :

Sangat nyeri (krn banyaknya serabut saraf)


Penurunan visus (tergantung derajat dan lokasi infiltrat)
Fotofobia (refleks iris akibat iritasi pada ujung saraf kornea)
Umumnya tidak ada sekret, kecuali pada ulkus bakteri
purulen

Pemeriksaan oftalmologi :
Injeksi silier (ciliary flush) dan injeksi konjungtiva
Opasifikasi kornea (infiltrat pd kornea)

Sources:

Vaughan DG, dkk. Oftalmologi Umum Edisi 14. 1996.


American Academy of Ophthalmology. 2005.

Keratitis(1) vs. Uveitis Anterior(2)


Perbedaan dengan uveitis anterior (iridosiklitis):
Pada uveitis anterior ditemukan pupil ireguler (dapat
disertai sinekia posterior)
Ditemukan mutton fat keratic precipitates (pada lapisan
endotel kornea), bukan infiltrat
Penurunan visus lebih minimal dibandingkan keratitis

(1)
KP (+)
Ciliary
flush

Corneal infiltrate

Iregular pupil

(2)

60. Katarak Senilis Imatur


Phase

Specific feature

Immature

A lens with remaining clear areas, shadow test (+)

Mature

completely opaque lens, shadow test (-)

Hipermature

Liquefied surface that leaks through the capsule.

Morgagni

The leaking material can cause inflammation in other eye structures.

Katarak imatur (ki) dan matur (ka)

Glaukoma Sekunder
Penyebab glaukoma sekunder pd kasus
intumesensi lensa (pada katarak imatur)
sehingga terjadi penyumbatan pupil dan
penutupan sudut COA TIO.
Glaukoma akut sudut tertutup:
Mata merah dan nyeri, visus mendadak
Pupil midriasis (mid-dilatasi)
Edema kornea (akibat TIO mendadak)

Comparison of Open Angle and Angle Closure


Glaucoma

61. Koloboma Palpebra


Merupakan defek full thickness pada kelopak mata.
Dapat terjadi akibat kelainan kongenital (berkaitan
dgn sindroma Treacher Collins) atau trauma.
Pada koloboma palpebra kongenital, lokasi tersering
adalah pada junction medial dan 1/3 tengah
palpebra superior.

Sources: Bashour M, et al. Eyelid Coloboma.


Medscape 2011.

62. Edema kornea pada Hifema


Sudden opacification of cornea dulling of
normally crisp reflection of light
Paling sering akibat peningkatan TIO
Pada glaukoma akut, penurunan visus lebih
disebabkan oleh edema kornea daripada atrofi
papil.

Sources: Vaughan DG, dkk.


Oftalmologi Umum Edisi 14.
1996.

Hifema
Robekan pembuluh darah iris perdarahan mengisi bilik
mata depan
Komplikasi : glaukoma akut, apabila jaringan trabekular
tersumbat oleh fibrin/sel atau apabila bekuan darah
membuat sumbatan pupil.
Dapat disertai penurunan visus (bila komplit) atau tidak
(bila hifema minimal).
Komplikasi : peningkatan TIO (glaukoma sekunder)

63. Ablasio retina


Pemisahan retina sensorik dari epitel pigmen
retina dibawahnya. Terdapat 3 jenis:
Regmatogenosa full thickness, korpus vitreum
mengisi ruang subretina; berkaitan dengan miopia,
afakia, degenerasi lattice, trauma mata
Traksi permukaan lebih konkaf, cenderung lokal,
tidak meluas ke ora serata; gaya traksi menarik retina
sensorik menjauhi epitel pigmen; berkaitan dgn RD,
vitreoretinopati
Serosa hasil penimbunan cairan di bawah retina
sensorik dan terutama disebabkan oleh penyakit
epitel pigmen retina dan koroid
Sources:

Vaughan DG, dkk. Oftalmologi Umum Edisi 14. 1996.

64. Central Retinal Vein Occlusion


CRVO gangguan vaskular retina dgn potensi
menimbulkan kebutaan.
Gejala penurunan penglihatan mendadak yang
tidak nyeri. Faktor risiko hipertensi (2/3 kasus
CRVO) dan atherosclerotic disease.
Gambaran klinis bervariasi dari perdarahan retina
kecil tersebar dan cotton wool spot (mikroinfark)
sampai perdarahan hebat superfisial atau dalam.
Komplikasi edema/disfungsi makula (potensi
kebutaan), dan glaukoma neovaskular.
Sources:

Vaughan DG, dkk. Oftalmologi Umum Edisi 14. 1996.


American Academy of Ophthalmology (AAO). Basic Ophthalmology 2005.

Ischemic CRVO bentuk yang lebih parah, severe


visual loss, extensive hemorrhage, cotton wool spot;
perfusi retina buruk.
Non-ischemic CRVO bentuk yang lebih ringan, VA
masih cukup baik, perdarahan dan eksudat sedikit,
perfusi baik, dan dapat resolusi sendiri.

Retinopati hipertensif
Penurunan visus berlangsung perlahan.
Klasifikasi mnrt Wagener dan Keith (1999):
Stadium 1 : perubahan vaskular minimal, fundus
masih tampak hampir normal
Stadium 2 : iregularitas diameter arteriol dan
pelemahan fokal, gambaran copper/silver wire,
eksudat minimal.
Stadium 3 : hard exudate, cotton wool spot,
perdarahan, perubahan mikrovaskuler luas.
Stadium 4 : (spt stadium 3) dgn edema optic disc.
Sources: Vaughan DG, dkk. Oftalmologi Umum Edisi 14. 1996.

silver wiring

NEUROLOGI

65-66. Stroke

Skor Pasien = (2,5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 1) + (0,1


x 110) (3 x 0) 12 = 1 stroke hemoragik

Skor Pasien = 1 stroke


hemoragik

67.
Management of
Head Injury

Management of Head Injury. American College of Surgeons Committee on Trauma. 1998

68. Glasgow coma


scale
Skor Pasien = 3 + 2 + 4 = 9

69. Arteri meningea media

= epidural hematoma
http://www.core.org.cn

Epidural Hematoma
Temporal bone is often
the cause, but is not
essential
Biconvex shape
Depressed consciousness
or following lucid interval
Often with compression
of the ipsilateral lateral
ventricle and dilatation of
the opposite lateral
ventricle
http://www.radiology.co.uk

70. Bells palsy


Parese N. VII

P
e
r
i
f
e
r

S
e
n
t
r
a
l

Bells Palsy
Penatalaksanaan
Kortikosteroid. Prednis
on, dimulai dengan
60mg/hari, diturunkan
dosisnya (tappering)
dalam 10 hari.
Antivirus. Asiklovir
400mg lima kali sehari
selama 7 hari atau
valasiklovir 1 g/hari
selama 7 hari. Tetapi,
terapi ini tidak berguna
jika diberikan setelah
onset penyakit lebih
dari 4 hari.

71. Low back


pain

Journal of American
Academy of Family
Physician

Journal of American
Academy of Family
Physician

Lasegue sign :
Passive straight-leg raising
(possible up to almost 90
degrees in normal individuals)
with the patient supine,
producing radicular, radiating
pain from the buttock through
the posterior thigh.
This maneuver is the usual way
in which compression of the L5
or S1 nerve root is detected.

72. Myesthenia gravis


Myasthenia Gravis
Relatively rare autoimmune disorder of peripheral
nerves in which antibodies form against acetylcholine
(ACh) nicotinic postsynaptic receptors at the myoneural
junction.
Progressively reduced muscle strength with repeated
use of the muscle and recovery of muscle strength
following a period of rest.
The bulbar muscles are affected most commonly and
most severely, but most patients also develop some
degree of fluctuating generalized weakness.
http://emedicine.medscape.com

73. Fungsi otak

74. Spinal Injury


Penatalaksanaan
Cedera Med Spin

Cegah Trauma
Sekunder

Resusitasi cairan
monitoring

CVP
Kateter
Urine
Kateter
Lambung
Advanced Neurology Life Support 2011

Steroid
Defisit neuro
< 8 jam
Methylprednisolone
30mg/Kgbb 10 15,
dilanjutkan dgn drip
5,4mg/Kgbb/jam utk 23jam
berikutnya

Manajemen cedera spinal


Survei primer
Evaluasi awal
Airway
Breathing
Circulation

Disabiliti
Nilai :
-kesadaran
& pupil
-kenali parese

Survei sekunder
Nilai neurologis

Tentukan
level

Anamnesis

Motorik level

Ulang nilai
disabiliti

-Tetraparese

Nilai vertebra
dgn palpasi :
nyeri, sensasi,
motorik, refleks
Nilai cedera
penyerta

Advanced Neurology Life Support 2011

-Paraparese
Sensorik
Landmark
anatomis

Prinsip
terapi
C5
C6
C7
C8
T1

L2
L3
L4
S1

75. Parkinsonisme
Parkinson:
Penyakit neuro degeneratif karena gangguan pada ganglia
basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman
dopamine dari substansia nigra ke globus palidus.
Gangguan kronik progresif:
Tremor resting tremor, mulai pd tangan, dapat meluas hingga
bibir & slrh kepala
Rigidity cogwheel phenomenon, hipertonus
Akinesia/bradikinesia gerakan halus lambat dan sulit, muka
topeng, bicara lambat, hipofonia
Postural Instability berjalan dengan langkah kecil, kepala dan
badan doyong ke depan dan sukar berhenti atas kemauan sendiri

Terapi medikamentosa : Levodopa

Hemibalismus/sindrom balistik
Gerakan involunter ditandai secara khas oleh
gerakan melempar dan menjangkau keluar yang
kasar, terutama oleh otot-otot bahu dan pelvis.
Terjadi kontralateral terhadaplesi

Chorea Huntington
Gangguan herediter autosomal dominan, onset
pada usia pertengahan dan berjalan progresif
sehingga menyebabkan kematian dalam waktu 10
12 tahun

76. Managemen stroke akut


Stabilisasi jantung
dan pernafasan

Pasang EKG

Manajemen cairan
dan elektrolit

Rehidrasi IV dgn cairan isotonik 50 150


cc/jam

Pada SI, pemberian antihipertensi pada jam-jam


pertama berbahaya
Indikasi pemberian antihipertensi:
Manajemen tekanan
SI : TDS > 220 mmHg/TDD > 120 mmHg
SH : TDS > 180 mmHg/TDD > 110 mmHg
darah
Penurunan TD perlahan-lahan ( 25 % dalam 1
jam pertama) dgn dosis titrasi (pilihan
Nicardipin atau Diltiazem)
Advanced Neurology Life Support 2011
Hacke, W. et al, Cerebrovasc Dis 2000;10(suppl 3):2233
PERDOSSI, Guideline Stroke 2007.

Manajemen
peninggian TIK

Tinggikan posisi kepala dan badan bagian atas 15


30
Osmoterapi (bila ada indikasi)
Manitol 0.25 1 gr/kgBB, dapat diulangi 2 6 jam,
dilanjutkan 310 - 320 mOsm/L.
Dapat ditambahkan Furosemide 1 mg/kg i.v. (15
menit setelah manitol)

Penanganan kejang

Kontrol hiperglikemia
akut

Pengaturan suhu

Turunkan GD dengan target <150 gr/dL dengan


pemberian insulin

Jaga suhu tubuh < 37.50 C

Advanced Neurology Life Support 2011

PSKIATRI

77-78. gangguan fobia


F40. GGN ANSIETAS FOBIK
Agorafobia:
Ansietas dicetuskan oleh adanya situasi berupa banyak
orang/keramaian, tempat umum, bepergian keluar rumah dan
bepergian sendiri, yg sbnrnya pada saat kejadian ini tidak
membahayakan
Pasien menghindari situasi fobik (house bound)

Fobia Sosial:
Ansietas harus mendominasi atau terbatas pada situasi sosial
tertentu (outside the family circle)

Fobia Khas:
Ansietas terbatas pada adanya objek atau situasi fobik tertentu
Klaustrofobia (tempat sempit), xenofobia (orang/sesuatu yg asing),
akrofobia (tempat tinggi)
Diagnosis Gangguan Jiwa . PPDGJ III.

79. Terapi desensitiasi


Terapi Fobia:
Desensitisasi sistematik (serial), ketika klien secara
progresif dipajankan pada objek yang
mengancam, di lingkungan yang aman, sampai
ansietas berkurang
Flooding, bentuk desensitisasi cepat yang
dilakukan oleh terapis, ketika individu dihadapkan
dengan objek fobia sampai objek tsb tidak
menimbulkan ansietas

80. Gangguan cemas menyeluruh


F41. GGN ANSIETAS LAINNYA
Ggn. Cemas menyeluruh
Ansietas sbg gejala primer, berlangsung hampir setiap hari utk bbrp
mgg sampai bulan, tidak terbatas pada keadaan situasi khusus.
Gejala mencakup: kecemasan, ketegangan motorik, overaktivitas
otonomik

Ggn. Panik
Ggn. Panik baru ditegakkan bila tdk ditemukan adanya ggn. Ansietas
fobik
Terdapat bbrp kali serangan ansietas berat dalam masa kira-kira satu
bulan
Pada keadaan yg secara objektif tdk ada bahaya
Tdk terbatas pada situasi yg telah diketahui/diduga sblmnya
Dapat tjd ansietas antisipatorik

Diagnosis Gangguan Jiwa . PPDGJ III.

81. Anoreksia Nervosa


F50. GGN MAKAN

Anoreksia Nervosa

Bulimia Nervosa

Utk diagnosis pasti,


dibutuhkan semua hal
spt dibawah ini:

Utk diagnosis pasti,


dibutuhkan semua hal
spt dibawah ini:

BB dipertahankan 15%
dibawah yg seharusnya
Berkurangnya BB dilakukan
sendiri
Distorsi body image
(ketakutan gemuk)
Gangguan endokrin yang luas
Perkembangan pubertas
tertunda

Preokupasi yang menetap utk


makan, pasien tidak berdaya
thdp datangnya episode
makan berlebihan
Pasien berusaha melawan
kegemukan
Ketakutan yang luar biasa
akan kegemukan

Diagnosis Gangguan Jiwa . PPDGJ III.

82. Psikotik Akut


F22. GGN WAHAM MENETAP
Gangguan waham sbg gejala dominan yg berlangsung lama, sedikitnya 3
bulan,harus bersifat pribadi dan bukan budaya setempat

F23. GGN PSIKOTIK AKUT DAN SEMENTARA


Gejala psikotik yg muncul dgn onset akut (dalam masa 2 minggu/kurang)
Adanya sindrom yg khas (polimorfik = beraneka ragam dan berubah cepat,
atau schizophrenic like = gejala skizofrenia yg khas)
Adanya stres akut yg berkaitan

F25. GGN SKIZOAFEKTIF


Gejala skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat
bersamaan

F20. SKIZOFRENIA
Terdapat gejala waham dan halusinasi auditorik (bisa kurang jelas)
Harus ada min.2 gejala : arus pikiran terputus/interpolasi, inkoheren
katatonik, gejala negatif
Berlangsung selama kurun wkt 1 bulan/lebih

83. Insomnia primer


F51.0 Insomnia primer/non organik
Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur
atau kualitas tidur buruk
Min. 3x/minggu slm min. 1 bulan
Preokupasi dgn tidak bs tidur
Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan/atau kualitas tidur
mempengaruhi fungsi sosial dan pekerjaan

F51.4 Teror tidur


Satu atau lebih episode bangun dari tidur, mulai dgn berteriak krn
panik disertai ansietas hebat
Episode ini dapat berulang, setiap episode 1-10 menit, tjd pd 1/3 awal
tidur malam
Ingatan thdp kejadian minimal
Tidak bereaksi thdp upaya org lain utk mempengaruhi teror tidur

Diagnosis Gangguan Jiwa . PPDGJ III.

84. Efek samping obat antipsikosis


Obat antipsikosis yang kuat (Haloperidol)
sering menimbulkan gejala
ekstrapiramidal/sindrom parkinson. Tindakan
utk mengatasinya:
Trihexyphenidil (Artane) 3-4 x 2mg/hari
Sulfas atropin 0,50 0,75 mg (IM)

Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Rusdi Maslim.

85. Terapi ADHD


3 Gejala Utama ADHD

Inatensi (kurangnya kemampuan utk memusatkan perhatian)


Jarang menyelesaikan perintah sampai tuntas.
Mainan, dll sering tertinggal.
Sering membuat kesalahan.
Mudah beralih perhatian (terutama oleh rangsang suara).
Hiperaktif (perilaku yang tdk bisa diam)
Banyak bicara.
Tidak dapat tenang/diam, mempunyai kebutuhan untuk selalu bergerak.
Sering membuat gaduh suasana.
Selalu memegang apa yang dilihat.
Sulit untuk duduk diam.
Lebih gelisah dan impulsif dibandingkan dengan mereka yang seusia.
Impulsive (kesulitan utk menunda respon)
Sering mengambil mainan teman dengan paksa.
Tidak sabaran.
Reaktif.
Sering bertindak tanpa dipikir dahulu.

Terapi utk anak > 6 tahun:


Methylphenidate

86. Waham

Waham/delusi: satu perasaan keyakinan atau kepercayaan


yang keliru dan tidak bisa diubah lewat penalaran atau
dengan jalan penyajian fakta. Jenis waham:
waham bizarre: keyakinan yang keliru, mustahil dan aneh (contoh:
makhluk angkasa luar menanamkan elektroda di otak manusia)
waham paranoid: termasuk di dalamnya:
waham kebesaran
waham kejaran
waham rujukan (delusion of reference): satu kepercayaan keliru yang
meyakini bahwa tingkah laku orang lain itu pasti akan memfitnah,
membahayakan, atau akan menjahati dirinya.
waham dikendalikan

Waham nihilistik
Waham somatik
Waham sistematik
Waham cemburu
Erotomania

Tanda dan Gejala Klinis Psikiatrik. Suryo Dharmono

87. Delirium
Delirium
Ggn kesadaran & perhatian, ggn kognitif, ggn
psikomotor, ggn siklus tidur-bangun, ggn emosional,
hilang timbul sepanjang hari, kurang dr 6 bulan

Amnesia
ketidakmampuan untuk mengingat sebagian atau
seluruh pengalaman masa lalu

Demensia
Gangguan pada otak yang bersifat kronik progresif,
tdpt ggn fungsi luhur kortikal yg multipel,
kemerosotan pengendalian emosi, perilaku sosial,
motivasi hidup

88. Trans Disosiasi


F44. GGN DISOSIATIF(KONVERSI)
Amnesia dissosiasi
Hilangnya daya ingat, mengenai kejadian yg selektif, yg bukan disebabkan ggn mental
organik

Fugue dissosiasi
Ciri-ciri amnesia disosiatif, melakukan perjalanan tertentu melampaui hal yg umum
dilakukan sehari-hari, kemampuan mengurus diri yg dasar & interaksi sosial ada

Trans dissosiasi
Kehilangan sementara identitas diri dan kesadaran thdp lingkungan, kdg berperilaku
seakan-akan dikuasai kepribadian lain, involunter (di luar kemauan individu)

Konversi histeria
kondisi dimana seseorang memindahkan penderitaan mentalnya pada suatu jenis
penderitaan badaniah. Khas bagi kepribadian histerik, yang dicirikan oleh sifat narsistik,
infantil, suka bersandiwara dan hiperaktif.

Gangguan depersonalisasi
satu kondisi patologis yang muncul sebagai akibat dari perasaan subyektif dengan gambaran
seseorang mengalami atau merasakan diri sendiri (atau tubuhnya) sebagai tidak nyata atau
khayali (asing, tidak dikenali)

ILMU PENYAKIT KULIT DAN


KELAMIN

89. Tinea
Disease

Sign & symptoms

Tinea cruris

The disease often begins after physical activity that results in copious
sweating, and the source of the infecting fungus is usually the patient's.
Obesity predisposes to tinea cruris
Tinea cruris begins with an erythematous patch high on the inner aspect
of one or both thighs (opposite the scrotum in men).
It spreads centrifugally, with partial central clearing and a slightly
elevated, erythematous, sharply demarcated border that may show tiny
vesicles that are visible only with a hand glass

Candidiasis
intertriginosa

Typical locations for intertrigo include: Inguinal folds, Axillae, Scrotum,


Intergluteal folds, Inframammary folds, Web spaces of the toes and
fingers, Abdominal folds, particularly beneath a pannus
Intertrigo presents as erythematous, macerated plaques and erosions
with delicate peripheral scaling and erythematous satellite papulopustules
(hand and chicken pattern) .
The pustules are easily ruptured, leaving an erythematous base with a
surrounding collarette of epidermis. The lesions are often pruritic and may
be painful if significant skin breakdown accompanies the infection

Dermatological Examination
Examination

Specific Diagnostic

Skin Biopsy

Leprae, pathologic diagnostic; skin cancer

Kultur kerokan

Fungal and bakteri infeksi

KOH

Fungal skin infection

Giemsa

Chylamdial or viral skin/venereal infection

Wood Lamp

Fungal in skin and hair

KOH stain
The presence of spores and
branching hyphae

90. Lesi Hipopigmentasi

Ptiriasis alba

Pityriasis alba is characterized by


hypopigmented, round-to-oval, scaling
patches on the face, upper arms, neck, or
shoulders. The legs and trunk are less
commonly involved.
Lesions vary in size, usually 1-4 cm in
diameter.
Most commonly, patients have multiple
lesions that range in number from 4-5 to
20 or more.
Scales are fine and adherent

Ptiriasis versicolor
Lesions have relatively sharp margins
and may be lighter or darker than the
normal skin color.
Lesions are evenly pigmented. The
inflammatory border, relative central
clearing, and erythema seen in most
fungal infections are lacking.
Confluent patches with scattered
circular or oval macules around the
edges are common
Lesions are usually asymptomatic but
may be mildly pruritic. The pruritus is
more intense when the patient is
excessively warm.

Woods Lamp
Colour

Etiology

Golden Yellow

Tinea versicolor M. fufur

Pale Green

Trichophyton schoenleini

Bright
Yellowgreen

Microsporum audouini or M.
Canis

Aquagreen To
Blue

Pseudomonas aeruginosa

Pink To
Pinkorange

Porphyria Cutanea Tarda

Ash-Leaf-Shaped

Tuberous Sclerosis

Pale White

Hypopigmentation

Purplebrown

Hyperpigmentation

Bright White,
Bluewhite

Depigmentation, Vitiligo

Bright White

Albinism

Bluewhite

Leprosy

91. Ulkus
Chanchroid (ulcus molle)

Chancre (ulcus durum)

Etiology

Haemophilus ducreyi

Treponema pallidum

Pain

Painful

Painless

Consistency

Soft

Hard-indurated

Base

Pus

Non-exudative

Border

Irregular or ragged

Well-defined

Examination

Specific Diagnostic

Perwarnaan
Gram dan NacL

For Gram +/- Bacterial or Parasit

Kultur bakteri
dan apusan

Bacterial infection

VDRL dan
TPHA

Specific and sensitivefor Treponema sp.

Ig M dan Ig G
darn HSV

Specific and sensitive for HSV

Antibodi
monoklonal

ELISA

92. Pioderma
Vehikulum

Keterangan

Ektima

infeksi pioderma pada kulit dengan karakteristik berbentuk krusta disertai


ulserasi (ulkus). Tanpa gejala umum.
ulkus superfisial dengan gambaran punched out appearance atau berbentuk
cawan dengan dasar merah dan tepi meninggi
Prediklesi di kaki ekstrimitas bawah, menyerang semua umur

Impetigo
Krustosa

Etiologi Streptococcus B Hemolyticus, hanya terdapat pada anak, tanpa gejala


umum
Predileksi di sekitar lubang hidung dan mulut. Krusta tebal berwarna kuning,
ulkus dibawah dangkal

Folukilitis

Peradangan dari satu atau lebih folikel rambut. Kondisi ini dapat terjadi di kulit
mana pun. Tanpa gejala umum.
Gejala ruam (daerah kulit memerah), pustula yang terletak di sekitar folikel
rambut, dan gatal di kulit

Erysipelas

infeksi kulit akut dan saluran limfa yang di sebabkan oleh bakteriStreptokokkus
Gambaran eritema dan berbatas tegas. Gejala umum ada

Eriterma
Multiforme

Erupsi mendadak dan rekuren pada kulit dan kadang mukosa, target lesi ,
etiologi alergi obat, virus, bakteri
Tipe Makula Eriterma (kulit) dan Vesikobulosa (mukosa)

Folikulitis
Ektima

Impetigo Krustosa

Erisepelas

Eriterma Multiforme

93. Infeksi Parasti


Organism

Disease

Feature

Dermatophagoides

Asma,
Dermatitis
Alergic

Alergy Reaction

Sarcoptes scabei

Scabies

4 Cardinal sign: Pruritus nocturna, A history that


includes exposure to other infected family
members, Epidermal tunnel on location with thin
stratum corneum, and Mite

Trichuris triciura

Trichuriasis

Anemia (hidup di sekum- colon asendens) gejala diaredisentri atau tanpa gejala

Ancylostoma
brazilience

Cutaneus Larva
Migran

Stadium larva: eritem, papul, eritema berkelok-

Ankilostomiasis

Anemia (usus halus)

Trichinella spiralis trikiniasis

kelok, pustule, gatal

Mialgia, miosistis, demama, hipereosinofilia

94. Pioderma
Impetigo Krustosa
Etiologi Streptococcus B Hemolyticus, hanya
terdapat pada anak, tanpa gejala umum
Predileksi di sekitar lubang hidung dan mulut.
Krusta tebal berwarna kuning, ulkus dibawah
dangkal
Treatment
Ampisilin 4x250mg, Amoksilin 3x250 mg,
Eritromisin 4x500mg,

Pioderma

Antibiotik

Indikasi

Kontra indikasi

Sediaan

Ampisilin

Pioderma (DOC)

Hipersensitif,

Oral, Injeksi

Gentamisin

Infeksi gram positif dan


negatif.

Hipersensitif

Topikal dan
Injeksi

Ciprofloksasin

Infeksi gram positif dan


negatif.

Hipersensitif, Hamil,
menyusui, anak < 12 tahun

Oral

Kloramfinekol

terapi pilihan utama


untuk pengobatan
tifus dan paratifus

Hipersensitif, gangguan
ginjal dan hati

Oral, Topikal

Sulfamoksazol

ISK, diare, ISPA

Hipersensitif, ibu hamil, bayi oral


< 6 minggu

95. Anti helmintes


Parasit

Treatment

Ascaris Lumbricoides

Piperasin (Single Doses), Pirantel Pamoat (SD),


Mebendazol ( SD), Albendazole (SD)

Trichuris Trichuria

Pirantel pamoat (SD), Albendazole (SD),


Mebendazole (2-3 hari)

Schistosoma sp

Prazikuental

Oxyuris Vermicularis

Pirantel Pamoat (SD), Mebendazol ( SD),


Albendazole (SD)

Anchilostoma D dan N.
Americanus

Pirantel pamoat (2-3 hari), Albendazole (SD),


Mebendazole (SD)

Strongyloides Stercoralis

Tiabendazole (2-3 hari), Albendazole (2-3hari)<


Mebendazole (2-4 minggu)

96. Neurodermatitis
Disorder

Location

Lesion

Neurodermatitis

Scalp, Extensor forearms and


elbows, Vulva and scrotum, Upper
medial thighs, knees, lower legs,
and ankles

Intermittent pruritus (involved stressor),


hyperpigmentation, erythematous, scaly, welldemarcated, lichenified plaques with
exaggerated skin lines

Dermatitis
seborrheic

scalp, face, and trunk

A papulosquamous disorder patterned on the


sebum-rich, branny or greasy scaling over red,
inflamed skin
Occurs on newborns, adolscenct and adult
(sebacea gland activity)

Contact allergic

Hypersensitivity

History of contact with the substances which


can cause the lesion

Dermatitis atopic

Flexural creases, particularly the


antecubital and popliteal fossae,
and buttock-thigh

xerosis, lichenification, and eczematous


lesions, atopic history

Numularis

Unknown

Coin lesion, erythematous, central healing,


very itchy

97. Penyakit Menular Seksual


Disorder

Etiologic agent

Characteristic

Gonorrhae

N. gonorrhae

Uretritis anterior, tysnonitis, prostatitis,


sekret mukopurulen

Non-specific
Uretritis

C. trachomatis

Asimptomatik- disuria ringan, polyuria,


sekret mukopurulen

Sifilis

Treponema
palidum

Ulkus durum (st 1)

Herpes

Herpes Simpleks

Vesikel berkelompok, cairan bening, nyeri

Kondiloma
Akuminatum

HPV

Wart of genital

98. Parasitologi
Disease

Etiology

Clinical

Egg/ Kista

Amoebiasis

Entamoeba
histolytica

Bloody diarrhea, abdominal pain, and


tenderness spanning several weeks
duration.

Psedoupodium
dengan sel darah
didalamnya

Tricuriasis

Tricuris
trichuria

Anemia (hidup di sekum- colon


asendens) gejala diare-disentri atau
tanpa gejala

Tempayan dengan
penonjolan pada
kedua kutubnya

Balantidiasis

Balantidium
coli

Sindroma disentri

Berdinding tebal,
bervakuola,
makronukleus

Taeniasis

T. Solium/ T.
Saginata

Nyeri Ulu hati, mual, muntah,


mencret, obstipasi dan pusing

Telur dibungkus
embriofor yang
bergaris radial

Giardiasis

Giardia
intestinalis

Diarrhea, Malodorous, greasy stools

Aktif: berflagel, In
aktif: oval, dinding
tipis dan kuat, berinti
2-4

E. Histolytica
Taenia S.

B. Coli

Trichuris Trichuria

Giardia

99. WHO Leprosy treatment guideline 2000

100. Infeksi Parasit


Disorder

Location

Lesion

Furunkulosis

Infeksi pada lebih dari satu


Folikel rambut dan jaringan
sekitarnya

Gejala ruam (daerah kulit memerah), pustula yang


terletak di sekitar folikel rambut, dan gatal di kulit

Dermatitis
seborrheic

scalp, face, and trunk

A papulosquamous disorder patterned on the sebumrich, branny or greasy scaling over red, inflamed skin
Occurs on newborns, adolscenct and adult (sebacea
gland activity)

Phitiriasis Alba

most commonly on the


upper trunk and
extremities, and less often
on the face and
intertriginous areas.

Lesions can be hypopigmented, light brown, or


salmon colored macules face and intertriginous
areas.
asymptomatic, some complain of mild pruritus, and
many are concerned about cosmesis or potential
contagion.

Pedinkulosis Kapitis

Scalp, hair

Pruritus, karena garukan menyebabkan erosi,


eksoriasi, dan infeksi sekunder (pus , krusta). Rambut
bergumpal karena pus dan krusta (plikapelonika)

Pedinkulosis
Korporis

Hair in trunk area

Pruritus, karena garukan menyebabkan erosi,


eksoriasi, dan infeksi sekunder , keterlibatan limfatik

101. Herpes genital


HSV-1 infections were
traditionally associated
with the oral area (fever
blisters), whereas HSV-2
infections occurred in the
genital region.
HSV culture has long been
the criterion standard for
diagnosis of HSV infection,
with a sensitivity of 70%
and a specificity of nearly
100%.
Tzank Smear, PCR

102. Keganasan Kulit


Disease

Etiologi

Clinical

Malignant
Melanoma

Genetics, UV
radiation

Asymmetrical, irregular borders, very dark black or blue,


disseminate through the lymphatics

Sebborhoic
Keratosis

Unknown

Initially one or more sharply defined, light brown, flat


lesions develop with a velvety to finely verrucous surface.

Basal cell carcinoma

Unknown

Nodul yg tdak berambut , coklat/hitam, keruh, bagian


pinggir, meninggi, anular, tengahnya cekung (ulkus
rodents), telengiektasis +/-

Squamous cell
carcinoma

Multiple

Rasa gatal/nyeri, perubahan warna (gelap/pucat/terang),


ukuran membesar, pelebaran tidak merata, permukaan
tidak merata, mudah berdarah, ulserasi, telengiektasis

Kapopsi Sarcoma

High Human
Herpesvirus-8

Discrete red or purple patches that are bilaterally


symmetric and initially tend to involve the lower
extremities.

103. Ptiriasis rosea


Disease

Etiology

Feature

Pitriasis
rosasea

Unknown, Self
limiting

Tinea Korporis

Dermatofitosis

Plak eritema batas tegas, centra healing, Itchy, skuama, pinggiran lesi
polisiklik

Tinea
Versikolor

Unknown

sharp margins and may be lighter or darker than the normal skin color.
Relative central clearing, and erythema seen in most fungal infections
are lacking.

Psoriasis

Multifaktor

Kronik inflamasi, gatal, Plak dengan skuama tebal diatasnya, Auspitz


dan Kobner sign

Parapsoriasi

UnKnow

Umumnya Asimptomatik, Eritema dan berskuama, permukaan datar

Mild itch
Erythema and soft squama
First lesion: herald patch
Inverted Christmas Tree Appearance

104. Reaksi Kusta


Reaksi

Deskripsi

Pure neuritis leprosy

Jenis lepra yang gejalanya berupa neuritis saja

Lepra Tuberkuloid

Bentuk stabil dari lepra, lesi minimal, gejala lebih


ringan. Tipe yg termasuk TT (Tuberkuloid polar),
Ti ( Tuberkuloid indenfinite), BT (Borderline
Tuberkuloid)

Reaksi Reversal

Lesi bertambah aktif (timbul lesi baru, lesi lama


menjadi kemerahan), +/- gejala neuritis. Umum
pada tipe PB

Eritema Nodusum
Leprosum

Nodul Eritema, nyeri, tempat predileksi lengan


dan tungkai, Umum pada MB

Fenomena Lucio

Reaksi berat, eritematous, purpura, bula, nekrosis


serta ulserasi yg nyeri

105. Infeksi Parasit


Etiology

Clinical

Egg/ Kista

Ascaris
Lumbricoides

Anemia, Kurang energi

telur berbentuk oval


berdinding sel tebal dan
bergelombang berwarna
kuning kecoklatan

Tricuris
trichuria

Anemia (hidup di sekum- colon


asendens) gejala diare-disentri
atau tanpa gejala

Tempayan dengan
penonjolan pada kedua
kutubnya

Oxycuris
Vermicularis

Pruritus Ani, malam hari

Lonjong, asimetrik,
dinding telur bening

T. Solium/ T.
Saginata

Nyeri Ulu hati, mual, muntah,


mencret, obstipasi dan pusing

Telur dibungkus
embriofor yang bergaris
radial heksan / onkosfer

106. Lesi Kulit subkutis


Disease

Etiology

Feature

Cellulitis

Group A
streptococci,
S. Aureus

The affected area are hot, red, warmth, and swollen.


Systemic symptoms may occur; fever, chills, malaise.

Carbunkel

S. Aureus

Red, swollen, and painful cluster of boils that are


connected to each other under the skin.

Infected
epidermal cyst

Multiple; HPV,
epidermoid
rest

Normal epidermoid cyst appear as flesh-colored-toyellowish, firm, round nodules of variable size. When
infected the cyst could getting red, hot, warmth, and larger.

Suppurative
Hidradenitis

Defect of
follicular
epithelium

Superficial abscess formation in axilla, mammary, &


perianal region . sinus-sinus di permukaan terdapat krusta
dan skar hipertropi

Tuberculosis
Lympadenitis

M. Tuberculosis Painful lymph enlargement, abscess formation,


constitutional symptoms may present

107. Herpes zoster


Herpes Zoster
The primary physical finding is a
rash in a unilateral dermatomal
distribution.
The rash may be erythematous,
maculopapular, vesicular,
pustular, or crusting, depending
on the stage of disease.
Pain Management; Gabapentine
oral/NSAID topical/Lidocaine
topical
Anti-Viral; Acyclovir (5x800mg),
Valgancyclovir, Famcyclovir

Skin Lesion of Herpes Zoster

108. Vehikulum obat


Ointment

Specific Indication/advantage

Gel/Jelly

More liquid than salve and transparent, good use for mucosa,
can easily washed by water.

Cream/Cremores

Good for topical use in mucosa/skin , easily cleaned, medium


penetration to skin

Salve/Zalf/unguent
a

Deep potency in skin penetration, good for likenifikasi lesion,


not easily cleaned, not recommended for interginosa skin

Powder

For dry skin lesion, effective to reduce pruritus

Injection

For systemic disease, Fast onset, 100% bioavailability, can be


given to patient in decrease conciousness

109.
Disorder

Etiology

Steven Johnson
Syndr.

Epidemiology

Diagnosis

Treatment

Allergic reaction Above 3 years


old

Skin lesion
Konjunctivitis
cattarrhalis
Mucosa lesion,
lesion <30%

Steroid
Antibiotic
Supportive

Toxic Epidermal
Necrolysis

Allergic reaction Above 3 years


old

Worse SJS
Epidermolysis
(Nikolsky sign)
Subepidermal,
lesion >30%

Steroid
Antibiotic
Silver
sulfadiazine
Supportive

Staphylococcal
Scalded Skin
Syndr.

Staph. aureus
exotoxin

Skin lesion
Epidermolysis
(Nikolsky sign)
Leukocytosis
S. Granulosum

Antibiotic for
S.aureus
Supportive

Less than 5 y.o.


Patient with
renal
impairment

110. Dermatitis
Dermatitis

Cause

Diagnosis

Contact allergic

Hypersensitivity

History of repeated contact


with the substances which can
cause the lesion

Contact irritant

Irritative agent such as


strong acid or strong base.

History of contact with the


irritant

Numularis

Unknown

Coin lesion, erythematous

Seborrhoic

Hyperactivity of sebaceous
gland

Erythema and oily squama

Stasis

Venous insufficiency at
lower limb

Blackish red skin with purpura.


Edema and varices can be
found if the patient stand in a
long time

111. Dermatitis
Dermatitis seborrheic
Apapulosquamous disorder
patterned on the sebum-rich
areas of the scalp, face, and trunk
Occurs on newborns, adolscenct
and adult (sebacea gland activity)
branny or greasy scaling over red,
inflamed skin
Therapy:
Corticosteroid
Isotretinoin
Selenium sulfide
Sulfur precipitatum 4-10%

112. Myasis
Myasis

Infection by parasitic fly larvae feeding on the


host's necrotic or living tissue
Clinical
Cutaneous : Painful, slow-developing ulcers
or furuncle-like sores that can last for a
prolonged period, motile larve (+)
Treatment
Larvae must be eliminated through pressure
around the lesion and the use of forceps.
The wound must be cleaned and disinfected.
Further control is necessary to avoid further
reinfestation.

ILMU PENYAKIT ANAK

113. Marasmus
Soal 1

wajah seperti orang tua


kulit terlihat longgar
tulang rusuk tampak
terlihat jelas
kulit paha berkeriput
terlihat tulang belakang
lebih menonjol dan kulit
di pantat berkeriput
( baggy pant )

114. TOF
The conotruncal family of heart lesions in which
the primary defect is an anterior deviation of the
infundibular septum (the muscular septum that
separates the aortic and pulmonary outflows)
The consequences of this deviation are
(1) obstruction to right ventricular outflow
(pulmonary stenosis),
(2) ventricular septal defect (VSD),
(3) dextroposition of the aorta with override of the
ventricular septum, and
(4) right ventricular hypertrophy

115. Pneumonia
Batuk atau kesulitan bernafas ditambah minimal
salah satu hal berikut

Kepala terangguk angguk


Nafas cuping hidung
Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
Foto rontgen thorax menunjukkan pneumonia
(infiltrat luas, konsolidasi)
Nafas cepat, suara merintih pada bayi muda
Auskultasi terdengar ronki, suara nafas menurun,
suara nafas bronkial

116. Anemia Defisiensi Besi


Faktor Resiko
Anak di bawah usia 2 tahun
Remaja perempuan, Ibu hamil
Stadium

Deplesi besi

Defisiensi besi

ADB

II

III

Serum Iron

Normal

Hemoglobin

Normal

Normal

MCV,MCH, MCHC
, RDW >

Deposit besi (feritin)

117. DHF
Grade

Symptom

Laboratorium

Fever, headache, retroorbital pain,


myalgia, athralgia, tournique test (+)

Trombositopenia
(<100.000), plasma leakage

II

Fever, headache, retroorbital pain,


myalgia, athralgia, spontaneous
bleeding

Trombositopenia
(<100.000), plasma leakage

III

Fever, headache, retroorbital pain,


myalgia, athralgia, circulatory failure

Trombositopenia
(<100.000), plasma leakage

IV

Profound shock in which pulse and


blood pressure are not detectable.

Trombositopenia
(<100.000), plasma leakage

30 sec.

30 seconds

30 seconds

Approximate time

Birth
Clear of meconium ?
Breathing or crying ?
Good muscle tone ?
Color pink ?
Term gestation ?

118. Resusitasi
Neonatus
Assessment

No

Provide warmth
Position; clear airway* (as
necessary)
Dry, stimulate, reposition
Give O2 (as necessary)
Evaluate respirations, heart rate, and
color
Apnea
Provide VTP*

or HR < 100

HR < 60
HR > 60
provide VTP*
Administer chest compressions
HR < 60
Administer epinephrine*

Evaluation

B
Evaluation

C
Evaluation

119. Passive Immunity


Passive Immunity

Active Immunity

Quick-short immunity
ASAP, IM, safe
Acute exposure:
Newborn HBV mother
Occupational
Sexual contact
Household contact

Long term immunity


Deep IM (deltoid,
thigh); safe
Seroconvert 95%
Protects (10 mIU/ml)
min 12 ys booster (-)
Lapsed: proceed
Can be other vaccine

120. Down Syndrome


Manifestasi Klinis
Syndrome crigler-najjar A rare autosomal recessive disorder of bilirubin metabolism.
Persistent jaundice is present at or soon after birth in type 1 ;
Jaundice may not manifest until later in infancy or childhood in
type 2 . Kernicterus are hypotonia, deafness, oculomotor palsy,
lethargy, and, ultimately, death.
Sindrom down

Trisomy 21, Hypotonia, flat face, upward and slanted palpebral


fissures and epicanthic folds, speckled irises (Brushfield
sports);varying degrees of mental and growth retardation;dysplasia
of the pelvis, cardiac malformations, and simian crease;short,
broad hands, hypoplasia of middle phalanx of 5th finger, duodenal
atresia, and high ached palate

Sindrom Turner

Short stature, congenital lymphedema, horseshoe kidney, patella


dislocation

Sindrom Klinefelter

Individuals with Klinefelter are male; this syndrome is the most


common cause of hypogonadism and infertility in males and the
most common sex chromosome aneuploidy in humans

Sindrom Edward

Edwards syndrome

Trisomy 18, is a chromosomal


condition associated with severe
intellectual disability and
abnormalities in many parts of the
body
low birth weight;
a small, abnormally shaped head;
a small jaw and mouth;
clenched fists with overlapping
fingers;
heart defects; and abnormalities of
other organs.
Due to the presence of several lifethreatening medical problems, many
infants with trisomy 18 die within
their first month. Five percent to 10
percent of children with this
condition live past their first year.

121. Thallassemia
Anamnesis and physical examination:

1.

Chronic pale

2.

Organomegaly/splenomegaly.

3.

Jaundice

4.

Bone changes

5.

Facial changes

6.

Hiperpigmentasi

7.

Family history (+)

122. poliomyelitis

123. Meningoensefalitis
Meningitis

Sakit kepala
Demam
Fotofobia
Tanda rangsang meningeal

Ensefalitis

Sakit kepala
Demam
Kelainan serebral: gangguan
kesadaran, defisit
neurologik

124. ALGORITME PENANGANAN KEJANG AKUT & SE KONVULSIF


Prehospital

Hospital/ED

Diazepam 510mg/rect max 2x


jarak 5 menit
Diazepam 0,25-0,5mg/kg/iv/io (rec ?)
(rate 2mg/min, max dose 20mg)

0-10min

10-20min

atau
Lorazepam 0,05-0,1mg/kg/iv
(rate <2mg/min)
atau
Midazolam 0,2mg/kg/iv bolus

ICU/ED

Phenytoin
20mg/kg/iv
(>20min /50ml NS)
Max 1000mg
Phenobarbitone
20mg/kg/iv
(rate >5-10min; max 1g)

ICU

20-30min

Monitoring
Vital sign
EEG, EKG
Gula darah
Serum Elektrolit
(Na, K, Ca,
Magnesium, Cl)
Blood Gas
Koreksi kelainan
Pulse oxymetri
drug blood level

60-90min

Refracter
Midazolam 0,2mg/kg/iv bolus
Dilanjut infus

Phenobarbitone
20mg/kg/iv

Propofol 3-5mg/kg/infusion

30 sec.

30 seconds

30 seconds

Approximate time

Birth
Clear of meconium ?
Breathing or crying ?
Good muscle tone ?
Color pink ?
Term gestation ?

125. Resusitasi
Neonatus
Assessment

No

Provide warmth
Position; clear airway* (as
necessary)
Dry, stimulate, reposition
Give O2 (as necessary)
Evaluate respirations, heart rate, and
color
Apnea
Provide VTP*

or HR < 100

HR < 60
HR > 60
provide VTP*
Administer chest compressions
HR < 60
Administer epinephrine*

Evaluation

B
Evaluation

C
Evaluation

126. Atresia Esofagus


Drools and has substantial mucus, with
excessive oral secretions
If suckling at the breast or bottle is allowed,
the baby appears to choke and may have
difficulty maintaining an airway
Significant respiratory distress may result.

127. Adverse Effect of AB


Drugs

Adverse Effect

Sefalosporin

Rash, diarrhea, nausea, vomiting, eosinophilia

Kotrimoksasol

skin reactions: rash, erythema multiforme, Stevens-Johnson


syndrome, nausea, leukopenia

Tetrasiklin

cause staining of teeth, hypoplasia of dental enamel, and


abnormal bone growth in this age group.

Amoksisilin

Rash, diarrhea, abdominal cramping. Drug eliminated renally

Klindamicyin

Diarrhea, nausea, C. difficile-associated colitis, rash

128. Laringomalasia
A congenital laryngeal anomalies in children with stridor
The most common congenital laryngeal anomaly and the
most frequent cause of stridor in infants and children
Stridor is inspiratory, low pitched, and exacerbated by any
exertion (crying, agitation, feeding), supine position, and
viral infections of the upper airway.
Stridor results from the collapse of supraglottic structures
inward during inspiration
Symptoms usually appear in the first 2 wk of life and
increase in severity for up to 6 mo, although gradual
improvement can begin at any time
Laryngopharyngeal reflux is commonly associated with
laryngomalacia.

129. TB in children
Feature

Contact

not clear

reported,
AFB(-)

AFB(+)

TST

positive

BW (KMS)

<red line,
BW

severe
malnutrition

Fever

unexplained

Cough

<3weeks

>3weeks

Node
enlargemnt

>1 node,
>1cm,painless

Bone,joint

swelling

CXR

normal

sugestive

Score

TB diagnosis total score >6


Score 5 in under5 child or strong suspicion, refer to hospital
INH prophylaxis for AFB(+) contact with score <5

Class

Contact

Infection Disease Treatment

0
1

proph II?

therapy

proph I

130. Ikterik
Physiologycal Jaundice
Phototherapy should be initiated for normal term
infants only when serum total bilirubin is
>300mmol/l.
In premature babies with serum bilirubin
>200mmol/l.

131. Nephrotic Syndrome


heavy proteinuria (>3.5 g/24 hr in adults or 40
mg/m2/hr in children),
hypoalbuminemia (<2.5 g/dL),
edema,
hyperlipidemia.

132. Imunisasi

133. Tetanus Neonatorum


Manifests within 312 days of birth as
progressive difficulty in feeding (sucking and
swallowing), associated hunger, and crying.
Paralysis or diminished movement, stiffness
and rigidity to the touch, and spasms, with or
without opisthotonos, are characteristic.
The umbilical stump may hold remnants of
dirt, dung, clotted blood, or serum, or it may
appear relatively benign.

134. Kontraindikasi Imunisasi


Kondisi yang Bukan Halangan untuk Melakukan Imunisasi:
Gangguan saluran napas atas atau gangguan salurancerna ringan
Riwayat efek samping imunisasi dalam keluarga.
Riwayat kejang dalam keluarga.
Riwayat kejang demam
Riwayat penyakit infeksi terdahulu
Kontak dengan penderita suatu penyakit infeksi
Kelainan saraf menetap seperti palsi serebralsindrom Down
Eksim dan kelainan lokal di kulit
Penyakit kronis (jantung, paru, penyakit metabolik)
Terapi antibiotika; terapi steroid topikal (terapi lokal, kulit, mata)
Riwayat kuning pada masa neonatus atau beberapa hari setelah lahir
Berat lahir rendah
Ibu si anak sedang hamil
Usia anak melebihi usia rekomendasi imunisasi

Kondisi Dimana Imunisasi Tidak Dapat Diberikan


atau Imunisasi Boleh Ditunda:
Sakit berat dan akut; Demam tinggi;
Reaksi alergi yang berat atau reaksi anafilaktik;
Bila anak menderita gangguan sistem imun berat
(sedang menjalani terapi steroid jangka lama,
HIV) tidak boleh diberi vaksin hidup (Polio Oral,
MMR, BCG, Cacar Air).
Alergi terhadap telur, hindari imunisasi influenza

135. Thalassemia
Elektroforesis Hemoglobin

HbF: >N (10-90%)

HbA2: N/

Hb abnormal (Hb E,Hb O, Hb Lepore, ect)

136. Diare
Akut
Dehidrasi
Berat

137. Suspek Infeksi virus dengue


The World Health Organization criteria for dengue
hemorrhagic fever are:
- fever,
- minor or major hemorrhagic manifestations,
- thrombocytopenia (100,000/mm3),
- and objective evidence of increased capillary permeability
(hematocrit increased by 20%), serosal effusion (by chest
radiography or ultrasonography), or hypoalbuminemia.

Dengue shock syndrome criteria include those for dengue


hemorrhagic fever as well as hypotension or narrow pulse
pressure (20 mm Hg).

138. Ruam eritromakulo papular


disease

Sign & symptoms

Rubella

Classic rubella consists of low grade fever, lymphadenopathy, and rash


Lymphadenopathy, involving the posterior cervical and occipital lymph
nodes
The distribution and appearance are similar to those of measles except
that the rash in patients with rubella generally does not darken as in
measles, and patients with rubella are usually less sick than those with
measles

Morbili

Measles is a serious infection characterized by high fever, an enanthem,


cough, coryza, conjunctivitis, and a prominent exanthem
The enanthem, Koplik spots, is the pathognomonic sign of measles
In more severe cases, generalized lymphadenopathy may be present, with
cervical and occipital lymph nodes especially prominent

Exanthema
subitum

classically begins with a fever that may exceed 40C and lasts for three to
five days, malaise, palpebral conjunctivitis, edematous eyelids,
inflammation of the tympanic membranes, uvulo palatoglossal junctional
macules or ulcers (sometimes called Nagayama spots), upper and lower
respiratory symptoms, vomiting, diarrhea, and a bulging fontanelle
As the child's fever abates, a blanching macular or maculopapular rash
develops, starting on the neck and trunk and spreading to the face and
extremities

OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

139. Diagnosis Kehamilan


Pregnancy can be diagnosed by 3 approaches:
Physical examination
Laboratory evaluation
Ultrasonography

Early Physical signs of


pregnancy
Blue discoloration of the cervix
and vagina (Chadwick's sign)
Softening of cervix
(Goodell'ssign)
Softening of uterus
(Ladin'ssignandHegar'ssign)
Darkening of the nipples
Unexplained pelvic or
abdominal mass
Breast and nipple tenderness
Nausea
Urinary frequency

Investigastion laboratory
Detects presence of HCG in
Urine sample.
Easy to perform.

140. Perubahan fisiologis kehamilan


Spider veins, also known as spider
nevi, are minute reddish tiny blood
vessels that branch outward.
These spider veins are also caused by
the increase in blood circulation.
They will usually appear on the face,
neck, upper chest and arms.
Spider veins do not hurt and usually
disappear shortly after delivery.
Spider veins appear more often in
Caucasian women than in African
American women.

http://www.americanpregnancy.org/pregnancyhealth/skinchanges.html

141. Amenorea primer


Amenorea
primer

tidak mendapatkan haid sedikitnya 3 bulan


berturut-turut setelah usia 18 tahun

Amenorea
sekunder

tidak mendapatkan haid sedikitnya 3 bulan


berturut-turut dengan terdapat riwayat haid
sebelumnya
Monometroragi perdarahan menstruasi yang lama dan banyak
Oligomenorea

Siklus haid memanjang 5-6 minggu atau lebih


dengan jumlah dan lama haid normal

Polimenorea

Siklus haid memendek hingga kurang dari 21


hari dengan jumlah dan lama haid normal

142. LEOPOLD
Leopold 1

menilai bagian fundus


bagian janin yang berada
paling atas

Leopold 3

menilai bagian janin yang


berada di pelvis

Leopold 2

menilai bagian lateral janin,


lokasi punggung janin berada
di kanan atau kiri ibu

Leopold 4

menilai seberapa banyak


bagian kepala yang telah
masuk ke dalam pintu atas
panggul

143. Tonsilofaringitis akut


Treatments to reduce the discomfort from tonsillitis
symptoms include:
pain relief, anti-inflammatory, fever reducing
medications (acetaminophen/paracetamol and/or
ibuprofen)
sore throat relief (salt water gargle, lozenges, warm
liquids)
If the tonsillitis is caused by group A Streptococcus :
penicillin or amoxicillin being first line.

144. Ekstraksi Forcep


Indikasi relatif
Indikasi de Lee kepala sudah di dasar
panggul, putaran paksi dalam sudah
sempurna; m. Levator ani sudah teregang;
dan syarat lainnya sudah terpenuhi.
Indikasi Pinard pasien harus sudah
mengejan selama 2 jam.

Indikasi absolut
Indikasi ibu penyakit jantung, penyakit
paru-paru, eklampsia, preeklampsia, ruptur
uteri membakat.
Indikasi janin gawat janin.
Indikasi waktu kala II memanjang.

Syarat EKSTRAKSI FORCEP


Pembukaan serviks sudah
lengkap.
Kepala janin sudah cakap.
Tidak ada disproporsi sefalopelvik
Kepala janin harus dapat
dipegang alat cunam
Janin hidup
Ketuban sudah pecah

KONTRAINDIKASI EKSTRAKSI
VAKUM
Ibu
Ruptura uteri membakat
Pada penyakit-penyakit di
mana ibu secara mutlak
tidak boleh mengejan,
misalnya payah jantung,
preeklamsia berat.
Janin
Presentasi muka
After coming head
Janin preterm

145. Skrining Diabetes gestasional

146. Hyperemesis gravidarum


Emesis gravidarum
6 weeks after 1st day last menstrual period lasts about 10 weeks

Hyperemesis gravidarum
Dehydration
Hyperchloremic alkalosis
Ketosis
Grade 1 Low appetite, epigastrial pain, weak, pulse 100 x/min,
systolic BP low, signs of dehydration (+)
Grade 2 Apathy, fast and weak pulses, icteric sclera (+), oliguria,
hemoconcentration, aceton breath
Grade 3 Somnolen coma, hypovolemic shock, Wernicke
encephalopathy.

tatalaksana

Atasi dehidrasi dan ketosis


Berikan Infus Dx 10% + B kompleks IV
Lanjutkan dengan infus yang mempunyai komposisi kalori dan elektrolit yang memadai seperti:
KaEN Mg 3, Trifuchsin dll.
Atasi defisit asam amino
Atasi defisit elektrolit
Balans cairan ketat hingga tidak dijumpai lagi ketosis dan defisit elektrolit
Berikan obat anti muntah: metchlorpropamid, largactil anti HT3
Berikan suport psikologis
Jika dijumpai keadaan patologis: atasi
Jika kehamilannya patologis (misal: Mola Hidatidosa) lakukan evakuasi
Nutrisi per oral diberikan bertahap dan jenis yang diberikan sesuai apa yang dikehendaki pasien
Perhatikan pemasangan kateter infus untuk sering diberikan salep heparinkarena cairan infus yang
diberikan relatif pekat.
Infus dilepas bila kondisi pasien benar-benar telah segar dan dapat makan dengan porsi wajar

147. polihidramnion
Polyhydramnios (polyhydramnion, hydramnios) is a medical condition
describing an excess of amniotic fluid in the amniotic sac
It is seen in about 1% of pregnancies
Diagnosis :
increased abdominal size out of proportion for her weight gain and
gestation age
uterine size that outpaces gestational age
shiny skin with stria (seen mostly in severe polyhydramnios)
dyspnea
chest heaviness.
fetal heart sounds are also an important clinical sign of this
condition

148. Graves disease


Nilai rujukan :
TSH : 0.47 4.64
IU/mL
FT3 : 2.3-4.2 ng/L
FT4 : 0.89-1.76 ng/L

149. KPD/PROM
Pecahnya selaput ketuban secara spontan sebelum proses persalinan
dimulai yang ditandai dengan keluarnya cairan berupa air-air dari
vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu.
Berdasarkan usia kehamilan :
KPD pada kehamilan aterm (aterm PROM), yaitu pecahnya selaput
ketuban secara spontan pada usia kehamilan 37 minggu
KPD pada kehamilan preterm (preterm PROM), yaitu pecahnya
selaput ketuban secara spontan pada usia kehamilan < 37 minggu,
dibagi menjadi :
1. KPD pada 32-36 minggu (preterm PROM near term)
2. KPD pada 23-31 minggu (preterm PROM remote from term),
3. KPD < dari 23 minggu (previable PROM)

Diagnosis
Anamnesis
keluar cairan per vaginam
kontraksi
perdarahan pervaginam
riwayat hubungan seksual
Demam
Pemeriksaan fisik
Identifikasi bau cairan ketuban
yang khas.
inspekulo cairan keluar
melalui OUE atau terkumpul di
forniks posterior.
Batuk atau fundal pressure
Jangan lakukan pemeriksaan
dalam

Pemeriksaan penunjang
Tes lakmus (tes nitrazin)
Tes pakis (arborization)
Pemeriksaan USG (menilai
jumlah air ketuban) posisi
janin,TBJ, letak plasenta,
anomali
Amniosentesis

150. Mola hidatidosa

Anamnesis & PF
Sama dengan kehamilan biasa
mual, muntah, pusing >>
Perdarahan pervaginam gejala
utama (97%)
Intermiten, sedikit-sedikit, atau
sekaligus banyak
Uterus tumbuh > usia kehamilan
Terkadang ovarium membesar
karena kista lutein multipel
DJJ
Anemia anemia defisiensi besi,
eritropoiesis megaloblastik

Pemeriksaan penunjang
DPL anemia
LFT, fungsi ginjal
-hCG (>100.000 mIU/ml)
Gambaran USG khas (snowflake
pattern)
Histopatologi
Pada pemeriksaan histopatologi
mola hidatidosa tidak dijumpai
jaringan janin, dan ditemukan
proliferasi trofoblastik berat, vili
hidrofik, dan kromosom 46xx
atau 46xy.

151-152. Abortus

153. HPP
Palpasi uterus : bagaimana kontraksi
Etiologi
uterus dan tinggi fundus uterus.
Tone - uterine atony
Memeriksa plasenta dan ketuban :
apakah lengkap atau tidak.
Trauma - genital tract
Melakukan eksplorasi kavum uteri untuk
trauma
mencari :
Tissue - retained placenta
Sisa plasenta dan ketuban.
Robekan rahim.
Thrombin coagulopathy
Plasenta suksenturiata.
Inversio Uteri

Inspekulo : untuk melihat robekan pada


serviks, vagina dan varises yang pecah.
Pemeriksaan laboratorium : periksa
darah, hemoglobin, clot observation test
(COT), dan lain-lain.

2 major components:
(1) resuscitation and
management of
obstetric
hemorrhage and,
possibly,
hypovolemic shock
(2) identification and
management of the
underlying cause(s)
of the hemorrhage.

Atonia Uteri

Tahap I : perdarahan yang tidak banyak dapat


diatasi dengan memberikan uterotonika,
mengurut rahim (massage) dan memasang
gurita.
Tahap II : bila perdarahan belum berhenti
dan bertambah banyak, selanjutnya berikan
infus dan transfusi darah lalu dapat lakukan :
Perasat (manuver) Zangemeister.

Perasat (manuver) Fritch.


Kompresi bimanual.
Kompresi aorta.
Tamponade utero-vaginal.
Jepit arteri uterina dengan cara Henkel.

Tahap III : bila belum tertolong maka usaha


terakhir adalah menghilangkan sumber
perdarahan dengan 2 cara yaitu meligasi
arteri hipogastrika atau histerektomi.

15. Inversio Uteri


Reposisi

155.Retensio plasenta
Plasenta atau bagianbagiannya dapat tetap
berada dalam uterus
setelah bayi lahir.
Sebab: plasenta belum
lepas dari dinding uterus
atau plasenta sudah lepas
tetapi belum dilahirkan
Plasenta belum lepas:
kontraksi kurang kuat atau
plasenta adhesiva (akreta,
inkreta, perkreta)

Terapi
Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu mengedan.
Jika Anda dapat merasakan plasenta dalam vagina keluarkan
plasenta tersebut.
Pastikan kandung kemih sudah kosong. Jika diperlukan
lakukan kateterisasi kandung kemih.
Jika plasenta belum keluar berikan oksitosin 10 unit IM.
Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian
oksitosin dan uterus terasa berkontraksi, lakukan penarikan
tali pusat terkendali.
Jika traksi tarikan tali pusat terkendali belum berhasil, cobalah
untuk mengeluarkan plasenta secara manual.

156-157. Hipertensi dalam kehamilan


TABLE 49-1. Classification ofHypertensive Disorders Complicating Pregnancy
Gestational hypertension
BP 140/90 mmHg for the first time during pregnancy
No proteinuria
BP return to normal < 12 weeks postpartum
Final diagnosis made only on postpartum
May have other signs of preeclampsia, for example epigatric discomfort or thrombocytopenia
Preeclampsia
Minimum criteria
BP 140/90 mmHg after 20 weeks gestation
Proteinuria 300 mg/24 h or 1+ dipstick
Increased certainty of preeclampsia
BP 160/110 mmHg
Proteinuria 2 g/24 h or 2+
Serum creatinine >1,2 mg/dL unless known to be previously elevated
Platelets < 100.000/mm3
Microangiopathic hemolysis (increased LDH)
Elevated AST or ALT
Persistent headache or other cerebral or visual disturbance
Persistent epigastric pain

Eclampsia
Seizures that cannot be attributed to other causes in a woman with preeclampsia.
Superimposed preeclampsia (on chronic hypertension)
New onset proteinuria 300 mg/24 h in hypertensive women but no proteinuria before 20
weeks of gestation
A sudden increase in proteinuria or BP or platelet count <100.000/mm3 in women with
hypertension and proteinuria before 20 weeks of gestation
Chronic hypertension
BP 140/90 mmHg before pregnancy or diagnosed before 20 weeks of gestation
or
Hypertension first dignosed after 20 weeks gestation and persistent after 12 weeks
postpartum

158. MgSO4
Tujuan: mencegah kejang eklamptik.
(efek MgSO4 > fenitoin & diazepam
u/ pencegahan kejang, kematian ibu
dan perinatal.5 serta terdapat efek
menenangkan, menurunkan tekanan
darah dan meningkatkan diuresis1
Pemberian i.v. atau i.m. (i.v.
diutamakan)
Monitoring tanda-tanda toksisitas
magnesium harus dilakukan selama
pemberian, meliputi refleks tendon
dalam, status mental dan laju
pernapasan.

Tanda toksik

-segera hentikan infus


-evaluasi ggn napas dgn pulse oxymetri
-O2
-kadar magnesium serum diperiksa
D/ toksisitas magnesium tegak

-kalsium glukonat 10% i.v. 1 gr dlm 10ml NaCl


perlahan
-monitor ketat tanda-tanda toksisitas lanjut.

henti napas atau henti jantung

resusitasi segera termasuk intubasi


dan ventilasi mekanik k/p

159. PROM
Management

160. Oksitosin
1. Penderita diberi oleum ricini, kemudian klisma
3
jam

2. Infus oksitosin 5 Unit dalam 500 cc lar glukosa 5%


awal: 8 tts/menit
Pantau FN,TD, DJJ, His
3. Naikkan kecepatan 4 tts/mnt tiap 30 (s.d 60 tts)

His adekuat

pertahankan sampai kelahiran

His belum adekuat

Ulangi langkah 2 & 3


(ttsn lanjut)

His adekuat

His belum adekuat

Ulangi langkah 2&3 (ttsn


lanjut)
+ pecahkan ketuban

His belum adekuat


(KP 24 jam)

pertahankan sampai
kelahiran

His adekuat

SC

Efek samping pemberian oksitosin


hipotensi yang terjadi setelah 1-3 menit
Aritmia
Mual
Muntah
Nyeri kepala

Oxytocin(pitocin). VIHA pharmacy. 2006

161.AKDR/IUD (1)
Menimbulkan rx inflamasi lokal
dalam endometrium kavum uteri
menghambat implantasi.
Copper T, Copper-7, Progestasert,
Lippes loop, Multiload, Novagard,
Nova-T, Ortho-Gyne T.

Pemasangan IUD sebaiknya


dilakukan saat haid, karena:
1. Dapat dipastikan tidak dalam
kehamilan
2. Portio serviks elastis dan mudah
membuka.

Efek samping
Ringan : nyeri, kejang rahim,
perdarahan di luar haid,
menoragia, sekret vagina lebih
banyak.
Berat : perforasi uterus, infeksi
pelvik, endometritis.
Kontra indikasi
Absolut : kehamilan dan penyakit
radang panggul aktif/rekuren.
Relatif : tumor ovarium, kelainan
uterus, gonorea, servisitis,kelainan
haid, dismenorea,

Buku panduan praktis pelayan kontrasepsi Edisi 2

162. Cara meminum pil


Pil diminum setiap hari, lebih baik pada saat yang sama
Pada paket 28 pil, mulai minum pil plasebo sesuai dengan
hari yang terdapat dipaket
Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah minum pil, ambil
dan minum 1 pil lagi
Bila lupa minum 1 hari, segera minum pil setelah ingat
dan tidak perlu menggunakan metode kontrasepsi lain
Bila lupa minum 2 hari atau lebih, minum 2 pil setiap hari
sampai sesuai jadwal yang ditetapkan, gunakan metode
kontrasepsi yang lain hingga paket pil tsb habis

Buku panduan praktis pelayan kontrasepsi Edisi 2

163. Kontrasepsi mantap


Manfaat :
Sangat efektif
Tidak mempengaruhi proses menyusui
Tidak bergantung pada faktor senggama
Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko
kesehatan serius
Pembedahan secara sederhana dan dapat menggunakan
anestesi lokal
Tidak terdapat efek samping jangka panjang
Tidak terdapat perubahan dalam fungsi seksual
Buku panduan praktis pelayan kontrasepsi Edisi 2

MEKANIK
AKDR TEMBAGA:
- ML, NT, CuT

MEDIK
- PIL KB: Mc30ED, Nordette

- PROGESTIN: Postinor
- ESTROGEN
- MIFEPRISTONE
- DANAZOL

164. Ca serviks

HGSIL CIN II dan CIN III


terapi CIN II : ablasi, eksisi berupa diatermi loop
CIN III : ablasi, eksisi berupa konisasi atau histerektomi
sebenarnya, anjuran pemeriksaan selanjutnya jika ditemukan
HGSIL pada pap smear maka harus dilanjutkan kolposkopi
untuk konfirmasi diagnosis. Namun yang ditanya adalah
tatalaksana, jadi pilihan tatalaksananya :
Loop Electrosurgical
Excision Procedure (LEEP)

During a LEEP procedure, an electric current is sent


through a wire loop. The wire loops acts as knife, removing
abnormal cervical cells.

Cryotherapy

technique used to destroy abnormal tissue by freezing it. It


is also called crysosurgery.

Conization

Also called a cone biopsy, conization removes a larger,


cone-shaped sample of abnormal tissue.

Laser Therapy

During laser therapy, a tiny beam of light is used to destroy


abnormal cells.

FORENSIK

165.Otonomi
Pandangan Kant :
otonomi kehendak = otonomi moral yakni : kebebasan
bertindak, memutuskan (memilih) dan menentukan diri
sendiri sesuai dengan kesadaran terbaik bagi dirinya yang
ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan atau campurtangan pihak luar (heteronomi), suatu motivasi dari dalam
berdasar prinsip rasional atau self-legislation dari manusia
Tell the truth
hormatilah hak privasi liyan, lindungi informasi
konfidensial, mintalah consent untuk intervensi diri pasien;
bila ditanya, bantulah membuat keputusan penting

Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran

Prinsip turunan kaidah dasar moral


Berani berkata benar/kejujuran (veracity) : truth
telling
Kesetiaan (fidelity) : keep promise
Privacy (dari otonomi dan beneficence)
Konfidensialitas.
Menghormati kontrak (perjanjian)
Ketulusan (honesty) : tidak menyesatkan
informasi kepada pasien atau pihak ketiga seperti
perusahaan asuransi, pemerintah, dll.
Menghindari membunuh
Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran

166. Otonomi
otonomi kehendak = otonomi moral yakni :
kebebasan bertindak, memutuskan (memilih)
dan menentukan diri sendiri sesuai dengan
kesadaran terbaik bagi dirinya yang ditentukan
sendiri tanpa hambatan, paksaan atau
campur-tangan pihak luar

Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran

167. Visum et Repertum


Pasal 133 KUHAP menyebutkan:
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa
yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau
ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas
untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan
bedah mayat

Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan penyidik


pembantu sebagaimana bunyi pasal 7(1) butir h dan pasal 11 KUHAP.
Penyidik yang dimaksud di sini adalah penyidik sesuai dengan pasal 6(1) butir
a, yaitu penyidik yang pejabat Polisi Negara RI

168. Rekam Medis

Dalam Pasal 47 ayat (1) UU Praktek Kedokteran bahwa dokumen rekam medis
milik dokter, doktek gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam
medis milik pasien.

Dalam Pasal 48 UU Praktek Kedokteran.


Ayat (1) setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktek kedokteran wajib
menyimpan rahasia kedokteran;
Ayat (2) rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien,
memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum,
permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang undangan.

Permenkes Rekam Medis Pasal 11 ayat (2) yang menyatakan pimpinan sarana
pelayanan kesehatan dapat menjelaskan isi rekam medis secara tertulis atau
langsung kepada pemohon tanpa izin pasien berdasarkan peraturan perundangundangan
Penyidik dapat meminta kopi rekam medis pada sarana pelayanan kesehatan yang
menyimpannya, untuk melengkapi alat bukti yang diperlukan dalam perkara
hukum (pidana).

169. Beneficence
Beneficence adalah berbuat yang terbaik untuk
kepentingan pasien
Misal memilihkan keputusan terbaik pada pasien
yang tidak otonom ( kurang mampu memutuskan
bagi dirinya), seperti anak, gangguan jiwa, gawat)

Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran

170. Beneficence - Autonomy


General beneficence
melindungi & mempertahankan hak yang lain
mencegah terjadi kerugian pada yang lain,
menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain
Autonomy
hormatilah hak privasi liyan, lindungi informasi
konfidensial, mintalah consent untuk intervensi diri
pasien; bila ditanya, bantulah membuat keputusan
Penting
Jadi berbuat baik tapi tetap menghormati keputusan pasien

Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran

171. Informed Consent


PermenKes no 290/MenKes/Per/III/2008 dan UU no 29 th 2004
Pasal 45 serta Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI tahun
2008:

maka Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran


yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah
mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut
Pengecualian terhadap keharusan pemberian informasi sebelum
dimintakan persetujuan tindakan kedokteran adalah:
Dalam keadaan gawat darurat (emergency), dimana dokter harus
segera bertindak untuk menyelamatkan jiwa.
Keadaan emosi pasien yang sangat labil sehingga ia tidak bisa
menghadapi situasi dirinya.

172. Identifikasi Umur Bayi


Kriteria yangumum dipakai adalah
berat badan,
tinggi badan,
pusat penulangan.

Tinggi badan memiliki nilai lebih dalam memperkirakan umur dibanding


berat badan.
Tinggi badan diukur dari puncak kepala hingga tumit (crown-heel), dapat
digunakan untuk memperkirakan umur menurut Haase.
Cara lain yaitu dari puncak kepala hingga tulang ekor (crown-rup),
digunakan oleh Streeter.
Pusat penulangan yang paling bermakna dalam memperkirakan umur
adalah pusat penulangan pada bagian distal os femur. Pemeriksaan
dengan sinar-X dapat membantu untuk menilai timbulnya epifise dan
fusinya dengan diafise

Abdul Munim Idries. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Binarupa Aksara: 1997

173. Tanda pasti kematian


Tanda

Keterangan

Livor mortis

Penumpukan eritrosit pada lokasi terendah akibat pengaruh gravitasi, kecuali


bagian tubuh yang tertekan alas keras.
Tampak 20 30 menit pascamati, makin lama makin luas dan lengkap, akhirnya
menetap setelah 8 12 jam.

Rigor mortis

terjadi bila cadangan glikogen dalam otot habis maka energi tidak terbentuk dan
aktin-miosin menggumpal sehingga otot menjadi kaku.
Mulai tampak 2 jam setelah mati klinis, arahnya sentripetal (dari luar ke dalam),
menjadi lengkap dalam 12 jam, dipertahankan selama 12 jam, kemudian
menghilang sesuai urutan terbentuknya.

Dekomposisi

proses degradasi jaringan akibat autolisis dan kerja bakteri. Tampak kira-kira 24
jam pascamata berupa perubahan warna kehijauan pada perut kanan bawah
yang secara bertahan menyebar ke seluruh perut dan dada menyertai
terciumnya bau busuk.
36 48 jam pascamati akan dijumpai larva lalat (pengukuran panjang larva dapat
memperkirakan saat kematian).

Pada kasus belum ditemukan livor mortis menetap (<8 jam), tidak ada
kaku yang lengkap (<12 jam), dan tidak ada pembusukan (<24 jam)
Dapat disimpulkan waktu kematian antara 3-8 jam

174. Beneficence vs Otonomy


General beneficence
melindungi & mempertahankan hak yang lain
mencegah terjadi kerugian pada yang lain,
menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain
Autonomy
hormatilah hak privasi liyan, lindungi informasi
konfidensial, mintalah consent untuk intervensi diri
pasien; bila ditanya, bantulah membuat keputusan
Penting

Jadi berbuat baik tapi tetap menghormati keputusan pasien

175. Visum et Repertum


unsur-unsur dari suatu Visum et repertum (VER) :
Projustitia : Pada bagian atas kertas untuk mengganti kewajiban
menempel materai artinya demi keadilan
Pendahuluan : Isinya; identitas pemeriksa, korban dan peminta VER
juga berisikan waktu dan tempat pemeriksaan.
Pemberitaan : Merupakan bagian terpenting dari VE, berisikan
keterangan tentang apa yang dilihat dan diperoleh (objektif)
Kesimpulan :
- Jenis luka dan jenis kekerasan
- Pada orang hidup: tulis kualifikasi luka
- Pada orang mati : tulis sebab kematian
Penutup: berisi
- Sumpah/janji sesuai dengan sumpah jabatan/pekerjaan, berbunyi:
VER ini dibuat dengan mengingat sumpah pada waktu menerima
jabatan.
- Tandatangan dan nama terang dokter yang membuat VER

176. Infark Miokard post mortem

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

177. Cara pengambilan sampel


Cara sampling Random

Keterangan

Simple Random Sampling

pengambilan sampel dari semua anggota populasi dilakukan secara acak


tanpa memperhatikan strata/tingkatan yang ada dalam populasi itu

Stratified Sampling

Penentuan tingkat berdasarkan karakteristik tertentu. Misalnya :


menurut usia, pendidikan, golongan pangkat, dan sebagainya

Cluster Sampling

disebut juga sebagai teknik sampling daerah. Teknik ini digunakan


apabila populasi tersebar dalam beberapa daerah, propinsi, kabupaten,
kecamatan, dan seterusnya

Cara sampling Non-Random Keterangan


Systematical Sampling

anggota sampel dipilh berdasarkan urutan tertentu. Misalnya setiap


kelipatan 10 atau 100 dari daftar pegawai disuatu kantor, pengambilan
sampel hanya nomor genap atau yang ganjil saja.

Porpusive Sampling

sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya.

Snowball Sampling

Dari sampel yang sedikit tersebut peneliti mencari informasi sampel lain
dari yang dijadikan sampel terdahulu, sehingga makin lama jumlah
sampelnya makin banyak

Quota Sampling

anggota sampel pada suatu tingkat dipilih dengan jumlah tertentu


(kuota) dengan ciri-ciri tertentu

Convenience sampling

mengambil sampel secara sembarang (kapanpun dan dimanapun


menemukan) asal memenuhi syarat sebagai sampel dari populasi
tertentu

Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta : Bumi aksara.

178. Lima tingkat pencegahan penyakit


Pencegahan Primer

Keterangan

Health Promotion

Saat pejamu sehat dengan tujuan meningkatkan status kesehatan


atau memelihara kesehatan :Penyuluhan/pendidikan kesehatan,
rekreasi sehat, olahraga teratur, perhatian terhadap perkembangan
kepribadian

Specific Protection

Mencegah pada pejamu (Host) dengan menaikkan daya tahan


tubuh: Imunisasi, pelindung khusus : Helm, tutup telinga, perbaikan
lingkungan

Pencegahan Sekunder

Keterangan

Early Diagnosis and Prompt


Treatment

Dilakukan bila pejamu sakit, setidak tidaknya diduga sakit


(penyakitnya masih ringan)
Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus
Mencegah orang lain tertular. Misal : Case finding, skrining survei
penyakit asymtomatis, deteksi dini pencemaran dll

Pencegahan Tersier

Keterangan

Disability limitation

Dilakukan waktu pejamu sakit / sakit berat dengan tujuan mencegah


cacat lebih lanjut, fisik, sosial maupun mental

Rehabilitation

Mengembalikan penderita agar berguna di masyarakat maupun bagi


diri nyasendiri, mencegah cacat total setelah terjadi perubahan
anatomi/fisiologi.

179. Observasional Studies

Fletcher RH, Fletcher SW, Wagner EH. Clinical epidemiologythe essentials. 3rd ed. Baltimore: Williams & Wilkins, 1996

Case control

Rumus Odd Ratio


Kasus PPOK
Merokok

90

Kontrol
PPOK
180

Tidak
Merokok

30

300

Total

120

480

Odd Ratio = ad/bc = (90x300)/(30x180) = 5

180. Teknik pengumpulan data


Teknik

Keterangan

Wawancara

proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara


tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian

Teknik

Keterangan

Observasi
partisipasi

adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data


penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat
dalam keseharian informan

observasi
nonpartisipan

yaitu peneliti melakukan penelitian dengan cara tidak melibatkan dirinya dalam
interaksi dengan objek penelitian. Sehingga, peneliti tidak memposisikan
dirinya sebagai anggota kelompok yang diteliti

Observasi tidak
terstruktur

ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi,


sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan
perkembangan yang terjadi di lapangan

Observasi
kelompok

ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap


sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian

Teknik

Keterangan

Focus Group
Discussion

yaitu upaya menemukan makna sebuah isu oleh sekelompok orang yang
dianggap mewakili sejumlah publik yang berbeda lewat diskusi untuk
menghindari diri pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti

Hariwijaya, M, Metodologi dan teknik penulisan skripsi, tesis, dan disertasi, elMatera Publishing, Yogyakarta, 2007

181. Desain Studi Penelitian

DESAIN STUDI
Prof. dr. Bhisma Murti, MPH, MSc, PhD
Institute of Health Economic and Policy
Studies (IHEPS),
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas
Maret

Insidensi

Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Prevalensi

Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

DESAIN STUDI
Prof. dr. Bhisma Murti, MPH, MSc, PhD
Institute of Health Economic and Policy
Studies (IHEPS),
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas
Maret

182. Cross Sectional


Studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi
maupun hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian)
dengan cara mengamati status paparan, penyakit atau
karakteristik terkait kesehatan lainnya
Status paparan dan penyakit diukur pada saat yang sama.
Data yang dihasilkan adalah data prevalensi, maka disebut
juga survei prevalensi.
Studi potong lintang pada dasarnya adalah survei

Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

183. Jenis Data Berdasarkan Sifatnya


Jenis Data

Keterangan

Kualitatif

data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data


kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data
misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau
observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip)

Teknik

Keterangan

Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan.


Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis
menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika

Nominal

data yang diperoleh melalui pengelompokkan obyek berdasarkan kategori


tertentu. Contoh: laki-laki dan perempuan

Ordinal

data yang berasal dari suatu objek atau kategori yang telah disusun secara
berjenjang menurut besarnya. Contoh: miskin, menengah, kaya

Numerik

Terdapat informasi peringkat yang lengkap dan dapat di ukur.


Interval = tidak memiliki nilai 0 mutlak suhu
Rasio = memiliki nilai 0 mutlak kadar obat

Sastroasmoro S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Sagung Seto. Jakarta: 2002.

184. Desain Studi


Desain

Keterangan

Deskriptif

mendeskripsikan distribusi penyakit pada populasi, berdasarkan


karakteristik dasar individu, seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan,
kelas sosial, status perkawinan, tempat tinggal dan sebagainya,
serta waktu

Analitik

menguji hipotesis dan menaksir (mengestimasi) besarnya hubungan/


pengaruh paparan terhadap penyakit

Studi
observasional

peneliti tidak sengaja memberikan intervensi, melainkan hanya


mengamati (mengukur), mencatat, mengklasifikasi, menghitung, dan
menganalisis (membandingkan) perubahan pada variabel-variabel
pada kondisi yang alami

Studi
eksperimental

peneliti meneliti efek intervensi dengan cara memberikan berbagai


level intervensi kepada subjek penelitian dan membandingkan efek
dari berbagai level intervensi itu

185. Jenis Data dan Uji hipotesis


Variable
Independent

Methode
Dependent

Nominal

Nominal

Chi-square; Fischer

Nominal (dichotom)

Numeric

T-test (independent,
paired)

Nominal (> 2 score)

Numeric

Anova

Numeric

Numeric

Regression
correlation

Kontrasepsi ya atau tidak nominal


Kadar lipid numerik, rasio
Pada soal, cara pemilihan sampel kelompok yang satu
tidak bergantung pada karakteristik subyek kelompok
lain

186. Uji Klinis pre-eksperimental


Pada soal memenuhi desain uji klinis preeksperimental yang dikenal sebagai the one
group pretest-posttest design/before and after
Sekelompok subyek dilakukan pemeriksaan
terhadap penyakit (malaria) kemudian diberi
intervensi (obat kombinasi malaria baru);
kemudian dilakukan kembali pemeriksaan
terhadap penyakit (malaria) setelah periode
tertentu setelah intervensi (obat baru)

187. Jenjang Rujukan Pasien

188. Komunikasi efektif


Dokter yang baik adalah dokter yang dapat
berkomunikasi dengan baik sesuai dengan
latar belakang pendidikan, budaya, dan sosial
pasien sehingga pasien dapat memahami isi
percakapan dokter-pasien

THT

189.Rinitis Vasomotor
Deskripsi
Batasan

keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa adanya infeksi, alergi,


eosinofilia, hormonal atau pajanan obat

Etiologi

belum diketahui

Diagnosis

Anamnesis: Hidung tersumbat bergantian kiri dan kanan, tergantung


posisi pasien disertai sekret yang mukoid atau serosa yang dicetuskan
oleh rangsangan non spesifik
Rinoskopi anterior: Edema mukosa hidung, konka merah gelap atau
merah tua dengan permukaan konka dapat licin atau berbenjol
(hipertrofi) disertai sedikit sekret mukoid
Penunjang: Eosinofilia ringan

Tatalaksana Menghindari stimulus


Simptomatis: dekongestan oral, kortikosteroid topikal
Operasi
Neurektomi nervus vidianus
Sumber: Buku ajar ilmu THT 2007

190.Rinitis Alergi
Deskripsi
Batasan

Penyakit inflamasi karena reaksi alergi pada pasien atopi


WHO ARIA: kelainan pada hidung dengan gejala bersin, rinore, gatal
dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapan alergen yang
dierantarai Ig E

Patofisiologi Reaksi alergi fase cepat : berlangsung sejak kontak sampai 1 jam
Reaksi lergi fase lambat: berlangsung 2 4 jam dengan puncak 6 8
jam setelah pemaparan dan berlangsung 1 2 hari.
Histamin merangang reseptor H1 pada saraf vidianus sehingga timbul
rasa gatal, bersin dan hipersekresi kelenjar mukosa dan sel goblet

Klasifikasi

Berdasarkan sifat
Intermitten: gejala < 4 hari/minggu atau < 4 minggu
Persisten: gejala > 4 hari/minggu dan > 4 minggu
Berdasarkan tingkat
Ringan : tidak ditemukan gangguan aktivitas dan tidur
Berat: terdapat gangguan aktivitas

ARIA 2007. http://www.whiar.org/docs/ARIA_PG_08_View_WM.pdf

Rinitis Alergi
Deskripsi
Diagnosis

Anamnesis: Serangan bersin berulang terutama bila terpajan alergen


disertai rinore yang encer dan banyak, hidung tersumbat, gatal,
lakrimasi, riwayat atopi
PF dan Rinoskopi anterior: Mukosa edema, basah, pucat/livid, sekret
banyak, allergic shiner, allergic salute, allergic crease, facies adenoid,
geographic tongue, cobblestone appearance
Penunjang: Darah tepi: eosinofil meningkat, IgE spesifik meningkat,
Sitologi hidung, Prick test, Alergi makanan : food challenge test

Terapi

Menghindari alergen
Medikamentosa: AH1 reseptor, Dekongestan oral, KS topikal, Natrium
kromoglikat, Antileukotrine
Operasi
Imunoterapi

Sumber: Buku ajar ilmu THT 2007

191.AH 1
reseptor

ARIA 2007.
http://www.whiar.org/d
ocs/ARIA_PG_08_View_
WM.pdf

192.Polip Nasi
Dekripsi
Batasan

Massa lunak mengandung cairan di dalam rongga hidung berwarna


putih keabu-abuan akibat inflamasi kronis

Patogenesis

Inflamasi kronik, disfungsi otonom, predisposisi genetik


Polip berasal dari kompleks ostiomeatal di meatus medius dan sinus
etmoid

Diagnosis

Anamnesis: hidung tersumbat ringan hingga berat, rinore, hiposmia


atau anosmia. Gejala sekunder: nafas melalui mulut, sengau,
halitosis, gangguan tidur
PF: polip masif menyebabkan deformitas hidung luar, pd rinoskopi
anterior tampak massa berwarna pucat yang berasal dari meatus
medius dan mudah digerakkan
Penunjang: Foto polos sinus paranasal, CT scan

Terapi

Polipektomi medikamentosa dengan kortikosteroid


Polipektomi dengan endoskopi

Sumber: Buku ajar ilmu THT 2007

193.Sinusitis Maxilla
Deskripsi
Batasan

Inflamasi pada mukosa sinus paranasal


Sinusitis akut : < 4 minggu, subakut: 4 minggu 3 bulan, kronik > 3
bulan

Etiologi

Streptococcus pneumonia, Hemophylus influenza, M. catarrhalis

Diagnosis

Anamnesis: hidung tersumbat, ingus purulen, post nasal drip, halitosis


Sinusitis maxila: nyeri pipi
Sinusitis etmoid : nyeri diantara kedua bola mata
Sinusitis frontalis: nyeri di dahi atau seluruh kepala
Sinusitis sfenoid: nyeri verteks, oksipital, belakang bola mata, mastoid
PF: pus di meatus medius atau meatus superior
Penunjang: Foto Waters, PA dan lateral
CT scan (gold standar)
Sinuskopi

Sumber: Buku ajar ilmu THT 2007

194.Sinusitis Maxilla
Deskripsi
Terapi

Prinsip: membuka sumbatan sehingga drainase dan


ventilasi pulih secara alami
Medikamentosa:
Antibiotik
Dekongestan
KS topikal/oral
Operasi: FEES

Sumber: Buku ajar ilmu THT 2007

195.Foto Waters
Foto

Deskripsi

Waters

Sinus maxilaris, frontal dan etmoid

Schedel PA dan
Lateral
Schuller
Towne
Caldwell (Posisi AP)
Rhese/ oblique

PA : sinus frontal
Lateral: sinus frontal, sfenoid dan etmoid
Lateral mastoid
Dinding posterior sinus maxilaris
Sinus frontalis
Posterior sinus etmoidalis, kanalis optikus
dan lantai dasar orbita

Sumber: Buku ajar ilmu THT 2007

196.Otomikosis / Anti Jamur


Deskripsi

Batasan

Infeksi jamur di telinga tengah dengan faktor predisposisi


kelembapan yang tinggi
Etiologi
Pytosporum, Aspergillus
Diagnosis Anamnesis: Telinga terasa gatal dan penuh
PF : tampak sekret dengan sisik
Penunjang: KOH
Terapi
Irigasi liang telinga
Medikamentosa: Tampon yang mengandung larutan asam
asetat 2% atau povidon iodine 5 % atau antijamur seperti
nistatin atau klotrimazole
Sumber: Buku ajar ilmu THT 2007

197. OMA Supuratif


Stadium

Gejala klinis

Terapi

Oklusi tuba

Retraksi membran timpani

Antibiotik

Hiperemis/
prespurasi

MT hiperemis dan edema

Antibiotik

Supurasi

MT bulging/ bombans, supurasi telinga tengah


Anak sangat kesakitan, nadi dan suhu
menigkat, nyeri hebat di telinga

Miringotomi
Antibiotik
Analgetik

Perforasi

MT perforasi, sekret mengalir


Anak tenang , suhu badan turun, bisa tidur

Antibiotik
Analgetik
Cuci telinga

Resolusi

Sekret berkurang

Antibiotik

Sumber: Buku ajar ilmu THT 2007

198. Otitis Externa maligna


OE

Karakteristik

Terapi

Sirkump
skripta/
furunkel

Lokasi: 1/3 luar liang telinga


Etiologi: S. aureus, S. albus
Gejala: Nyeri hebat yang tidak sesuai dengan
besarnya bisul, nyeri tarik, nyeri saat membuka
mulut

Antibiotik topikal
(bacitracin, polimyixin)
antiseptik
Aspirasi abses
Analgetik

Difus

Lokasi: 2/3 dalam liang telinga


Etiologi: Pseudomonas, S.albus
Gejala: Nyeri tekan tragus, liang telinga sempit,
edema difus, sekret (+)

Bersihkan liang telinga


Tampon antibiotik
Antibiotik sistemik

Maligna

Lokasi: infeksi difus liang telinga luar dan


struktur sekitarnya
Etiologi: Pseudomonas
Predisposisi: Orang tua dengan
DM/imunodefisiensi
Gejala: gatal diikuti nyeri, sekret yang banyak,
pembengkakan liang telinga, disertai
pembentukan jaringan granulasi

Antibiotik sistemik
Debridement

199. OMSK
Deskripsi

Batasan

Infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi MT dan sekret yang


keluar terus menerus atau hilang timbul (> 2 bulan)

Klasifikasi

OMSK tipe benigna/aman/mukosa


- Perforasi sentral
- Tidak dijumpai kolesteatoma
OMSK tipe maligna/bahaya/tulang
-Perforasi marginal/atik
-Kolesteatoma (+)

Diagnosis

Anamnesis: riwayat keluar cairan dari telinga > 2 bulan


PF: perforasi MT
Penunjang: Audiometri, rontgen mastoid, kultur dan uji resistensi, CT
scan

Terapi

OMSK benigna: konservatif + medikamentosa


OMSK maligna: pembedahan (mastoidektomi)

200. Angiofibroma Nasofaring Juvenile


Deskripsi

Batasan

Tumor jinak pembuluh darah di nasofaring (secara klinis bersifat ganas)


Umumnya pada laki-laki dekade ke -2 (7 19 tahun)
Tumor tumbuh di bawah mukosa ditepi posterior dan lateral koana di atap
nasofaring

Gejala

Anamnesis: hidung tersumbat progresif, disertai epistaksis masif berulang,


dapat disertai rinore, hiposmia, tuli dan otalgia
Rinoskopi posterior: massa tumor konsistensi kenyal, warna abu-abu
sampai merah muda diliputi selaput lendir keunguan
Penunjang: Foto waters tampak tanda Holman Miller, CT scan, MRI,
arteriografi

Terapi

Operasi
Terapi hormonal
Radioterapi

Sumber: Buku ajar ilmu THT 2007

TERIMA KASIH

You might also like