You are on page 1of 126

BAB I

LATAR BELAKANG

1 Gambaran Umum Desa Secara Geografis


1
Situasi Keadaan Umum
Desa Pangkalan terletak di wilayah Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten. Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten, mempunyai luas wilayah
4.763.198 Ha (47,631 Km2), terdiri dari luas daratan 2.170.120 Ha
dan sawah 2.593.078 Ha dengan ketinggian dari permukaan laut 2-3
meter. Desa Pangkalan merupakan salahsatu desa binaan dari
Puskesmas Tegal Angus. Terdapat enam desa binaan Puskesmas:
a Desa Lemo
b Desa Tanjung Pasir
c Desa Tanjung Burung
d Desa Pangkalan
e Desa Tegal Angus
f Desa Muara

Gambar 1.1 Peta Desa Pangkalan

Batas Wilayah
Batas batas wilayah Desa Pangkalan seperti yang terlihat
pada gambar adalah sebagai berikut:
1

1 Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tegal Angus


2 Sebelah barat berbatasan dengan Desa Lemo dan Kampung
Besar
3 Sebelah timur berbatasan dengan Desa Kalibaru
4 Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kampung Melayu Barat

Gambar 1.2 Peta Batas Wilayah Desa Pangkalan

Gambaran Umum Desa Secara Demografi


1
Situasi Kependudukan
Jumlah penduduk Desa Pangkalan sampai dengan tahun
2015 tercatat sebanyak 16.871 jiwa, dengan jumlah rumah
tangga 5.362 rumah tangga, jumlah terdiri dari laki-laki 8.682
jiwa dan perempuan 8.189 jiwa. Berdasarkan data dari BPS
Kabupaten Tangerang pada tahun 2015 jumlah penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus yang tersebar di 6 desa
seperti yang tercantum di tabel dibawah ini:

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan di wilayah kerja


Puskesmas
Tegal Angus 2015
NO

DESA

LUAS

JUMLAH

JUMLAH

RATA-RATA

KEPADATAN

WILAYAH

PENDUDU

RUMAH

JIWA/RUMAH

PENDUDUK

(km )

TANGGA

TANGGA

per km2

1
2

Pangkalan
Tanjung Burung

7.54
5.24

16.888
7.669

5,362
2,685

4.08
4.5

2.24
1.48

Tegal Angus

2.83

9.513

2,900

4.6

3.31

Tanjung Pasir

5.64

9.513

1,823

4.6

1.73

Muara

5.14

3.566

492

4.4

6.86

Lemo

3.61

6.632

655

4.4

1.82

30.02

53.831

13.917

4.6

10.364

JUMLAH

Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus,2015

Tabel 1.2 Klasifikasi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

NO
1

DESA/KEL
Pangkalan
Tanjung

Lakilaki
8.690

Jumlah Penduduk
Perempua
JUMLAH
n
8.198
16.888

3.941

3.728

7.669

4.875

4.638

9.513

Burung
Tegal Angus

Tanjung Pasir

4.889

4.624

9.513

Muara

1.814

1.752

3.566

Lemo

3.388

3.214

6.632

27.637

26.194

53.831

JUMLAH

Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus,2015

Kondisi Sosial Ekonomi

Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus terdiri


dari campuran budaya asli Tangerang dan budaya Cina yang
sudah lama menetap di daerah Tangerang dan sekitarnya.
Tabel 1.3 Jumlah Pemeluk Agama di wilayah kerja Puskesmas
Tegal Angus Tahun 2015
No.

Agama

Jumlah Pemeluk

1
2
3
4
5
6

Islam
Budha
Kristen
Khatolik
Khonghucu
Hindu

49232
3183
771
203
52
3

Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus,2015

Lapangan

pekerjaan

penduduk

di

wilayah

kerja

Puskesmas Tegal Angus cukup beragam, hal ini berhubungan


dengan geografis kecamatan Teluk Naga dimana terdapat
persawahan dan berbatasan dengan laut serta daerah kota
Tangerang dan akses ke daerah Jakarta. Sebagian besar
wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus belum berkembang
secara ekonomi. Mata pencaharIan penduduk didominasi oleh
nelayan, petani dan buruh dengan pendapatan yang tidak
tetap. Jumlah penduduk miskin di wilayah kerja Puskesmas
Tegal Angus pada tahun 2014 adalah 31.898 jiwa yaitu 59.3 %
dari jumlah penduduk 53.822 jiwa. Hal ini menunjukkan
hampir separuh dari jumlah penduduk di wilayah kerja
puskesmas.

Tabel 1.4 Lapangan pekerjaan penduduk


No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Lapangan Kerja Penduduk


Buruh
Buruh industri
Industri rakyat
Nelayan
Pedagang
Pengangguran
Pensiunan PNS
Pensiunan TNI/POLRI
Perangkat Desa
Pertukangan
Petani pemilik
Petani penggarap
PNS
TNI/POLRI

Jumlah
4592
13757
13536
386
6373
4004
45
43
141
4109
13316
6063
222
65

Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus,2015

Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat sangat berperan dalam

membentuk sikap dan perilaku masyarakat terhadap program


kesehatan

sehingga

pendidikan

sangat

berperan

dalam

pembangunan kesehatan.
Tabel 1.5 Sarana Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal
Angus
N
O
1
2
3
4
5
6

JUMLAH SEKOLAH
S
PAUD
TK
RA
D
MI
SMP
MTS SMA
Lemo
0
0
0
3
0
0
0
0
Muara
0
0
0
3
0
0
0
0
Pangkalan
1
2
0
5
1
2
1
0
Tanjung Burung
1
0
0
2
1
0
0
0
Tanjung Pasir
0
2
0
2
1
0
1
0
Tegal Angus
0
1
0
2
2
2
1
1
PUSKESMAS
1
3
0
12
4
2
2
1
Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus,2015
NAMA DESA

SMK
0
0
1
0
0
0
0

MA
0
0
0
0
0
0
0

Tingkat pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Tegal


Angus masih rendah, dari jumlah 53.822 penduduk hanya
sebagian kecil yang mengenyam pendidikan.
Tabel 1.6 Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Jenjang Pendidikan di
Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2015

No.
1
2
3
4
5
6

Jenjang Pendidikan
Tidak/belum tamat SD
SD/MI
SLTP/MTS
SLTA/MA
AK/Diploma

Jumlah
12598
15738
4060
3601
159

Universitas

130
Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal
Angus,2015

Jumlah penduduk yang tidak/belum pernah sekolah dan


tidak/belum tamat SD masih cukup besar yaitu 12.598 jiwa
atau 23.5 % dari jumlah penduduk. Hal ini merupakan
tantangan

dalam

program-program

pembangunan
puskesmas

kesehatan,

harus

pelaksanaan

disesuaikan

dengan

tingkat pendidikan dari penduduk yang menjadi sasaran agar


lebih diterima.
4

Kesehatan
Berikut adalah sarana kesehatan yang ada di Desa Pangkalan(RPJM Desa
Pangkalan, 2015)
Tabel 1.7 Sarana Kesehatan di Desa Pangkalan
Sarana Kesehatan
Jumlah
Apotek
1 Unit
Balai Pengobatan
2 Unit
Klinik Khitan
1 Unit
Poliklinik
3 Unit
Praktik Bidan
3 Unit
Praktik Dokter
2 Unit
Sumber: RPJM Desa Pangkalan, 2015

Puskesmas Tegal Angus


1 Visi dan Misi
Dalam Mendukung terwujudnya Visi Kabupaten Tangerang dan
pembangunan Pemerintah Tangerang dan khususnya Kecamatan Teluk Naga
dalam bidang kesehatan maka dirumuskannya Visi Pembangunan Kesehatan
Puskesmas Tegal Angus yaitu (Profil Puskesmas Tegal Angus, 2014):
MENUJU PELAYANAN PRIMA
Untuk mewujudkan hal tersebut diatas, ditetapkan 4

Misi

pembangunan kesehatan sebagai berikut (Profil Puskesmas Tegal Angus,


2014):
1 Menggerakkan pembangunan berwawasaan kesehatan di wilayah
2

kerjanya.
Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di

wilayah kerjanya.
Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.


Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan
masyarakat beserta lingkungannya.

Wilayah Kerja
Wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus berada di wilayah Kecamatan

Teluk Naga bagian utara yang terdiri dari enam desa binaan yaitu Desa
Pangkalan, Tanjung Burung, Tegal Angus, Tanjung Pasir, Muara, dan Lemo.
(Profil Puskesmas Tegal Angus, 2014).

Gambar 1.3 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014

Sumber : Profil Puskesmas Tegal Angus,2014

3 Lima Besar Penyakit


Berdasarkan

hasil

laporan

bulanan

Penyakit

(LB1)

Puskesmas Tegal Angus didapatkan gambaran pola penyakit


yang terjadi di Puskesmas Tegal Angus pada tahun 2015
menurut golongan semuaumur seperti grafik berikut ini:
Grafik 1.1. Lima Besar Penyakit Puskesmas Tegal
Angus tahun 2015

Data Penyebaran Penyakit Puskesmas Tegal Angus 2015


Gastritis
Dermatitis
FOU
Sakit Kepala
ISPA
0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

Sumber : Data Surveilens Puskesmas Tegal Angus 2015

Penyakit terbanyak adalah penyakit-penyakit menular


seperti ISPA, disusul dengan penyakit batuk dan demam.
Penyakit tidak menular (PTM) yang masuk dalam sepuluh
besar penyakit adalah hipertensi dan myalgia.

4 Upaya Kesehatan
Upaya Pemerintah Desa Pangkalan dengan instansi
terkait, dalam hal ini, antara lain:
8

1 Peningkatan

gizi

keluarga

Pemberian

Makanan

Tambahan (PMT) kepada balita yang ada di setiap


posyandu, pemeriksaan kesehatan kepada ibu hamil.
2 Pencegahan penyakit, imunisasi dasar (BCG , Hepatitis
B, Polio, Campak, DPT), pemberian vitamin A.
3 Penyuluhan Kesehatan dan Penyakit antara lain Demam
Berdarah

Dengue,

Flu

Burung,

Chikungunya,

dan

sejenisnya.
4 Penanganan bagi balita yang kekurangan gizi dengan
memberikan susu dan makanan yang bernutrisi.
5 Penyuluhan kesehatan tentang bagaimana menjaga dan
memelihara lingkungan dengan membersihkan rumah
masingmasing dan lingkungan sekitarnya.
6 Pemanfaatan pekarangan dengan ditanami sayur mayur
dan Tanaman Obat Keluarga (TOGA), Tabulapot dan
Tabulakar.
7 Peningkatan kualitas kesehatan para LANSIA dengan
diadakannya program senam LANSIA dan POSBINDU.
5 Pengkajian PHBS
Dalam rangka meningkatkan Rumah Tangga BerPHBS Dinas Kabupaten Tangerang melalui melaksanakan
pendataan dan penilaIan rumah tangga sehat yaitu rumah
tangga yang melaksanakan 10 (sepuluh) indikator PHBS bagi
rumah tangga yang memiliki bayi atau balita dan rumah
tangga yang melaksanakan 7 (tujuh) indikator PHBS bagi
rumah tangga yang tidak memiliki bayi atau balita. Sasaran
dari kegiatan ini adalah 778.228 rumah tangga di 274 desa di
Kabupaten Tangerang. Dan berdasarkan hasil pengkajIan, dari
62.371 rumah tangga yang dipantau hanya 29.070 (46,61%)
rumah tangga yang dapat dikatakan sebagai rumah tangga
sehat. Adapun hasil pengkajian selengkapnya dapat dilihat
pada tabel berikut:

Tabel 1.8. Perilaku Hidup Bersih Sehat yang ada di Puskesmas


Tegal Angus Tahun 2015
INDIKATOR
Nama Desa

Jumlah
KK YDT

% Persalinan
Oleh Tenaga
Kesehatan

% ASI
eksklusif

% By/ blt
ditimbang

% Cuci
Tangan

% Air
Bersih

%
Jamban
Sehat

%
Bersihkan
Jentik

% Makan
Sayur
Buah

%
Aktivitas
Fisik

% Tidak
Merokok
dalam Rumah

% Jumlah
(Sehat)

Lemo
Muara
Pangkalan
Tegal Angus
Tj. Burung
Tj. Pasir
Jumlah

206
210
210
214
210
210
1260

63.6
71.5
57.6
35.6
64.6
71.4
65.2

24.8
43.6
42.4
24.3
58.6
49.5
37.7

64
70.6
67.1
58.9
65.7
79.5
67.5

91.6
45.9
70
87.4
43.3
38.6
63.6

83.6
99
95.7
90.2
96.6
91.4
92.8

44.8
43
66.5
57
46.7
68.8
54

80.8
92
51.4
94
79
92.7
86

84
73.4
57
39.7
61.9
72.3
55.3

62
33
33.3
72.4
72.8
65.6
61.5

45
71.2
33.5
57
72.8
65.2
54

18
56.5
16.2
17
16.7
17
15.5

Sumber: Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2015

10

Pembinaan

Perilaku

Hidup

Bersih

dan

Sehat

di

Puskesamas dilakukan melalui program promosi kesehatan


yaitu

penyebarluasan

informasi

kesehatan

untuk

meningkatkan derajat kesehatan. Perilaku Hidup Bersih dan


Sehat

di

masyarakat

dapat

menggambarkan

derajat

kesehatan wilayah tersebut hal ini dapat disajikan dengan


indikator PHBS, adapun dari hasil kajian PHBS di wilayah
Puskesmas Tegal angus pada Tahun 2014 dapat digambarkan
sebagai berikut:
1
2
3
4
5
6
7

Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan


Rumah yang bebas jentik
Penimbangan bayi dan balita
Memberikan asi eksklusif
Menggunakan air bersih
Menggunakan jamban sehat
Olahraga
atau
melakukan

aktifitas

(100%)

(75,10%)
(100%)
(15,19%)
(99,45%)
(17,15%)
fisik
setiap

hari

(12,05%)
8 Mengkonsumsi makanan seimbang
(25,20%)

9 Tidak merokok dalam rumah


10 Penduduk miskin yang dicakup JPKM

(25,15%)
(98,10%)

Berdasar kajian PHBS diatas didapat ada beberapa yang


cakupannya masih rendah hal ini dikarenakan:
a Penduduk miskin masih banyak, sehingga yang mepunyai
akses air bersih dan jamban sehat sedikit.
b Tingkat

pendidikan

yang

masih

rendah

sehingga

kurangnya kesadaran tentang ASI Eksklusif, aktifitas fisik,


merokok dalam rumah.
c Kurangnya kader jumantik sehingga kegiatan pemeriksaan
jentik berkala kurang optimal.
Untuk meningkatkan pencapaian rumah tangga ber
PHBS

dilakukan

penyuluhan

tentang

PHBS

yang

terus
11

menerus, meningkatkan kerja sama lintas program dan lintas


sektor.

6 Kesehatan Lingkungam
Kesehatan

Lingkungan

merupakan

aspek

yang

penting dibidang kesehatan, upaya peningkatan kualitas


lingkungan

merupakan

langkah

yang

tepat

dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan keluaraga


yang lebih baik. Berikut ini upaya-upaya peningkatan kualitas
lingkungan bagi kesehatan yang dilakukan di Puskesmas
Tegal Angus:
a Penyehatan Perumahan
Rumah merupakan tempat berkumpul dan beristirahat
bagi semua anggota keluarga dan untuk menghabiskan
sebagian

besar

perumahan
penyakit

waktunya,

sehingga

dapat

berperan

diantara

anggota

sekitarnya.

Rumah

sehat

kondisi

kesehatan

media

penularan

atau

tetangga

sebagai
keluarga

adalah

rumah

tinggal

yang

memenuhi syarat kesehatan, hasil pemantauan selama tahun


2014 menunjukkkan dari 12.421 rumah yang diperiksa
sebanyak 11,2 % yang memenuhi syarat kesehatan.
RUMAH
N
O
1
2
3
4
5
6

PUSKESMAS

DESA

Tanjung Burung
Pangkalan
Tegal Angus
Tegal Angus
Tanjung Pasir
Muara
Lemo
JUMLAH

JUMLAH
SELURUHNYA

JUMLAH
DIPERIKS
A

%
DIPERIKSA

JUMLAH
SEHAT

%
SEHAT

2685
5362
2900
1823
492
655
13917

254
298
189
339
79
89
1248

9,46
5,56
6,52
18,60
16,06
13,59
70

109
123
78
274
42
49
675

42,91
21,28
41,27
80,83
52,16
55,06
54

12

Tabel 1.9. Persentase Rumah Sehat Triwulan I Menurut Kecamatan dan


Puskesmas Tahun 2015
Sumber : Data Program KesLing PKM Tegal Angus 2015

Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat


yang ada di wilayah puskesmas Tegal Angus mempunyai
rumah yang tidak sehat, hal ini dikarenakan tingkat ekonomi
dan pendidikan yang masih rendah, pengetahuan tentang
rumah sehat yang kurang. Perlu kerjasama lintas sektoral
untuk meningkatkan jumlah rumah sehat.
b Pemenuhan Kebutuhan Sarana Sanitasi Dasar
Pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar di wilayah
Puskesmas Tegal Angus sangat kurang sekali seperti yang
terlihat pada table di bawah ini:
Tabel 1.10. Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Di wilayah
Puskesmas Tegal Angus
NO

KECAMATAN

PUSKESMAS

JUMLAH
PENDUDUK

JUMLAH
KK

TEMPAT SAMPAH
JKM

JKP

JKS

%JKM

%JKP

%JKS

Lemo

6.557

655

162

89

49

24,7

54,9

55,1

Muara

3.524

492

124

79

42

25,2

63,7

53,2

Pangkalan

16.871

2.685

1.035

298

123

38,5

28,8

41,3

Tanjung burung

7.754

5.362

618

254

109

11,5

41,1

42,9

Tanjung pasir

9.738

1.823

447

339

274

24,5

75,8

80,8

Tegal angus

9.378

2.9

720

189

78

24,8

26,3

41,3

53.822

13.917

3.106

1.248

3.106

24,9

48,4

52.4

Tegal angus

JUMLAH

Sumber: Data Program Kesling PKM Tegal Angus tahun 2015

Keterangan: JKM: Jumlah KK Memiliki


JKP:

Jumlah KK Periksa

JK:

Jumlah KK Sehat
13

Seperti yang terlihat pada tabel di atas bahwa dari jumlah


rumah

yang

diperiksa

mengalami

penurunan,

hal

ini

dikarenakan tidak adanya sanitarian di Puskesmas Tegal


Angus sehingga kurang tenaga untuk memeriksa sanitasi
dasar. Dilihat dari jumlah rumah yang memiliki hanya 38,5%
rumah yang memiliki tempat sampah, kemudIan dari jumlah
rumah yang diperiksa jumlah yang memiliki tempat sampah
sehat

hanya

41,3%.

Berbagai

faktor

seperti

tingkat

pengetahuan, pendidikan, ekonomi, sosial dan kesadaran


penduduk

yang

masih

rendah

menyebabkan

sulitnya

meningkatkan kesehatan sanitasi masyarakat.


c Penyehatan Tempat Tempat Umum (TTU)
Pengawasan terhadap TTU dilakukan untuk meminimalkan
faktor resiko sumber penularan bagi masyarakat yang
memanfaatkan TTU, Bentuk kegiatan yang dilakukan antara
lain meliputi pengawasan kualitas lingkungan TTU secara
berkala, bimbingan, penyuluhan dan sarana perbaikan.Tidak
adanya

tenaga

sanitarian

dan

kurangnya

tenaga

di

Puskesmas Tegal Angus menyebabkan pembinaan di TTU


tidak dapat dilakukan.
d Penyehatan Makanan dan Minuman
Makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok manusia
dan sumber utama kehidupan bagi umat manusia, maka
dengan itu makanan yang tidak dikelola dengan baik justru
akan menjadi sumber media yang sangat efektif di dalam
penularan penyakit saluran pencernaan.
7 Program Kerja
Upaya
tempat

Puskesmas
pengelolaan

Tegal
air

Angus

bersih,

adalah

pemeriksaan

pengawasan

terhadap
14

kualitas penyehatan Tempat tempat Umum Pengelolaan


makanan. Tidak adanya tenaga sanitarian dan kurangnya
tenaga di Puskesmas Tegal Angus menyebabkan pembinaan
penyehatan makanan dan minuman tidak dapat dilakukan.
Program kerja dari Puskesmas Tegal Angus pada tahun 2014 adalah
sebagai berikut (Profil Puskesmas Tegal Angus, 2014):
1

Upaya kesehatan wajib yaitu upaya promosi kesehatan, kesehatan


lingkungan, kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana,
perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit

menular, dan pengobatan.


Upaya kesehatan pengembangan yang ditetapkan puskesmas bersama
dinas kesehatan kabupaten sesuai dengan permasalahan, kebutuhan, dan
kemampuan Puskesmas Tegal Angus seperti lansia, napza, kesehatan
remaja, dan pengembangan gigi dan mulut.

Pelaksanaan manajemen puskesmas yang meliputi:


a Proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan lokakarya mini, dan
pelaksanaan penilaian kinerja.
b Manajemen sumber daya termasuk manajemen alat, obat,

keuangan, dan lain lain.


Mutu pelayanan puskesmas yang meliputi: penilaian input pelayanan
berdasarkan standar yang ditetapkan, penilaian proses pelayanan
kesehatan dengan menilai tingkat kepatuhan terhadap standar pelayanan
yang ditetapkan, penilaian output pelayanan berdasarkan upaya
kesehatan yang diselenggarakan, dan penilaian outcome pelayanan

antara lain pengukuran kepuasan pengguna jasa puskesmas.


3 Keluarga Binaan
Keluarga binaan kelompok 7 terdiri dari 4 keluarga, yaitu:
1
2
3
4

Keluarga
Keluarga
Keluarga
Keluarga

Tn. Agus
Tn. Didi
Ny. Ayati
Tn. Moh Djamsuri

15

Rute perjalaan dari Puskesmas Tegal Angus menuju ke rumah


keluarg binaan sekitar 20 menit perjalanan dan sekitar 3 km dari
Puskesmas Tegal Angus. Setibanya di Desa pangkalan, tepat di tepi
jalan raya.

Gambar 1.4 Denah Rumah Keluarga Binaan


1

Keluarga Binaan Tn. Agus


Keluarga binaan Tn. Agus terdiri dari 4 anggota keluarga, yaitu
keluarga Tn. Agus sebagai kepala keluarga, Istrinya bernama Ny. Siti Aisyah,
Anaknya ke 5 bernama, dan Anaknya ke 6 bernama Nn. Ita.
Keluarga Tn. Agus bertempat tinggal di kampung Pangkalan, RT
001/RW 004, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Propinsi Banten. Tn. Agus, berusia 53 tahun, bekerja sebagai
Pedagang es kelapa di daerah Tegal Angus dengan penghasilan berkisar Rp
2.000.000 perbulan. Pendapatan Tn. Agus digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, seperti membeli makanan, membayar listrik,
pengobatan, kebutuhan rumah dan lain-lain.
16

Tn. Agus mampu membaca dan menulis karena dia sempat


mengenyam pendidikan hingga tamat Sekolah Menengah Atas (SMA).
Istrinya, Ny. Siti Aisyah berusia 49 tahun, bekerja bersama suaminya Tn.
Agus berjualan es kelapa. Ny. Siti Aisyah juga mengenyam pendidikan
sampai tamat Sekolah Menengah Atas (SMA). Pasangan ini menikah saat
Ny. Siti Aisyah usia 13 tahun dan Tn. Agus berumur 17 tahun. Ny. Siti
Aisyah ikut serta memberikan nafkah dari hasil kerja membantu suaminya
dalam berjualan es kelapa.
Tn. A. Arifiandi, berusia 24 tahun, bekerja sebagai karyawan dengan
penghasilan sekitar Rp. 2.200.000,- digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari. Dia mampu membaca dan menulis karena dia sempat
mengenyam pendidikan hingga tamat Sekolah Menengah Atas (SMA). Tn.
A. Arifiandi sampa saat ini belum menikah.
Nn. Ita M., berusia 21 tahun, bekerja sebagai pegawai di suatu pusat
perbelanjaan dengan penghasilan sekitar Rp. 2.300.000,- per bulan yang
digunakan untuk kebutuhan hidup sehari- hari. Dia mampu membaca dan
menulis karena dia sempat mengenyam pendidikan hingga tamat Sekolah
Menengah Atas (SMA). Nn. Ita M. Sampai saat ini belum menikah.
Keluarga Tn. Agus tinggal di perumahan padat penduduk. Rumah
milik sendiri, dengan luas tanah sekitar 80m 2 dan luas bangunan berukuran
12 m x 6 m. Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat, berlantaikan keramik,
hanya bagian dapur yang berlantaikan semen, beratapkan genteng dengan
plafon, dan dindingnya terbuat dari batu bata dan disemen di seluruh
bangunan tempat tinggal. Ventilasi yang ada berasal dari pintu depan 30 cm x
60 cm, dan di kamar tidur 15 cm x 15 cm. Jendela yang berada di samping
pintu depan 100 cm x 40 cm dan memberikan jalan untuk cahaya dan udara
masuk kerumah. Tidak terdapat jendela di kamar tidur sehingga hanya bisa
sedikit dimasuki cahaya matahari. Rumah ini terdiri dari satu ruang tamu
sekaligus ruang keluarga dan berukuran 4 m x 5 m, dua kamar tidur masingmasing berukuran 3 m x 4 m. Satu kamar digunakan oleh Tn. Agus bersama
Ny. Siti Aisyah dan anaknya menggunakan kamar tidur yang lainnya. Selain
17

itu terdapat satu ruang dapur 3 m x 3 m. Pencahayaan di rumah ini terdapat 6


buah lampu di dalam rumah, berwarna putih. Dan terdapat 2 buah lampu di
teras serta halaman belakang rumah, berwarna putih. Keluarga ini memiliki
kamar mandi dengan jamban.
Rumah Tn. Agus terletak di pemukiman yang padat penduduk.
Rumah Tn, Agus berada di pinggir jalan utama. Di samping kiri dan kanan
terdapat rumah tetangganya Tn. Agus. Di bagian belakang rumah rumah
terdapat kali.
Keluarga Tn. Agus memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari. Istri
Tn. Agus, Ny. Siti Aisyah memasak makanan dengan menu seadanya, contoh
menu yang disajikan sehari-hari ialah nasi, ikan, tempe, sayuran dan
terkadang menggunakan telur, ayam, ataupun daging. Ny. Siti Aisyah
memasak dua kali sehari saat makan siang dan makan malam untuk semua
anggota keluarga.
Tn. Agus dan Ny. Siti Aisyah memliki 6 orang anak. Anak pertama
adalah Ny. Siti Yuliati saat ini berusia 34 tahun, anak kedua adalah Ny. Ika
Puspita saat ini berusia 31 tahun, anak ketiga adalah Ny. Ipah saat ini berusia
29 tahun, anak keempat adalah Tn. Syahroji saat ini berusia 27 tahun, anak
kelima adalah Tn. A. Arifiandi saat ini berusia 24 tahun, dan anak keenam
adalah Nn. Ita M. Saat ini berusia 20 tahun. Semua anak Ny. Siti Aisyah lahir
normal dirumah dengan bantuan dukun. Ny. Siti Aisyah tidak mau ke bidan
karena merasa takut. Semua anak Ny. Siti Aisyah juga lahir dengan berat
badan normal dengan rata-rata berat lahir 3000 gram. Sejak lahir kedua anak
Tn. Agus mendapatkan imunisasi, diberikan ASI eksklusif dan makanan
pendamping sesuai dengan usia.
Ketika ada anggota keluarga yang sakit ringan, keluarga ini biasanya
memilih berobat dengan membeli obat warung dulu, bila tak ada perbaikan
dan sakit dirasa cukup berat baru berobat ke dokter di klinik yang terdapat di
daerah kampung melayu. Keluarga Tn. Agus memiliki kartu jaminan
kesehatan nasional. Tetapi Tn. Agus tidak pernah menggunakannya karena

18

menurut Tn. Agus jika menggunakan kartu jaminan kesehatan akan berbelit,
dan akhirnya jika berobat memilih untuk bayar sendiri.
Saat ini keluarga Tn. Agus tidak ada yang sedang sakit. Tetapi pada
riwayat penyakit keluarga Tn. Agus, Tn. Agus sendiri pernah menderita
demam berdarah dan dirawat dirumah sakit Mitra Husada selama 4 hari.
Anak Tn. Agus yang ke 5, Tn A. Arifiandi pernah mendapat pengobatan paru
selama hampir setahun dan mengatakan pengobatan tuntas saat itu. Penyakit
yang sering dialami keluarga Tn. Agus adalah gatal-gatal.
Keluarga Tn. Agus ada yang merokok yaitu hanya Tn. Agus yang
merokok aktif. Saat berjualan dari pagi sampai sore hari Tn. Agus menjaga
dagangan es kelapa Tn. Agus kadang sambil merokok. Keluarga Tn. Agus
mengaku mencuci tangan sebelum makan dan jika tangan tampak kotor
dengan menggunakan sabun. Kebiasaan berolahraga hanya Tn. Agus yang
suka lari pagi setiap habis shalat subuh.
Di Keluarga ini, hanya Tn. Agus yang memiliki kebiasaan
berolahraga yaitu berjalan pagi selama 30 menit setiap harinya. Sedangkan
arif sesekali pergi bermain bola bersama teman teman nya sore hari sepulang
sekolah.
Keluarga Tn. Agus memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari. Istri
Tn. Agus, Ny. Siti Aisyah memasak makanan dengan menu seadanya, contoh
menu yang disajikan sehari-hari ialah nasi, ikan, tempe, sayuran dan
terkadang menggunakan telur, ayam, ataupun daging. Ny. Siti Aisyah
memasak dua kali sehari saat makan siang dan makan malam untuk semua
anggota keluarga.
Ketika ada anggota keluarga yang sakit ringan, keluarga ini biasanya
memilih berobat dengan membeli obat warung dulu, bila tak ada perbaikan
dan sakit dirasa cukup berat baru berobat ke dokter di klinik yang terdapat di
daerah kampung melayu. Keluarga Tn. Agus memiliki kartu jaminan
kesehatan nasional. Tetapi Tn. Agus tidak pernah menggunakannya karena
menurut Tn. Agus jika menggunakan kartu jaminan kesehatan akan berbelit,
dan akhirnya jika berobat memilih untuk bayar sendiri.
19

Keluarga Tn. Agus ada yang merokok yaitu hanya Tn. Agus yang
merokok aktif. Saat berjualan dari pagi sampai sore hari Tn. Agus menjaga
dagangan es kelapa Tn. Agus kadang sambil merokok. Keluarga Tn. Agus
mengaku mencuci tangan sebelum makan dan jika tangan tampak kotor
dengan menggunakan sabun. Kebiasaan berolahraga hanya Tn. Agus yang
suka lari pagi setiap habis shalat subuh.
Keluarga Tn. Agus tinggal di rumah dengan luas bangunan 12x 6 m.
Rumah keluarga Tn. Agus terdiri dari satu ruang tamu yang berfungsi sebagai
ruang keluarga, dua kamar tidur berukuran 3 m x 4 m, ruang tengah
berukuran 2,5 m x 3 m, ruang dapur berukuran 4 m x 4 m, dan 1 buah kamar
mandi berukuran 1 m x 1 m. Di rumah keluarga Tn. Agus hanya terdapat 2
jendela di depan rumah. satu jendela di ruang keluarga dan bisa di buka
untuk sirkulasi udara dan pencahayaan. Terdapat 6 lampu berwarna putih di
teras depan, di ruang keluarga, di kamar tidur, serta di dapur. Terdapat 1
lampu berwarna kuning di bagian belakang rumah. Saat siang hari tidak perlu
menyalakan lampu karena cahaya matahari bisa masuk.

Dalam

kesehariannya Tn. Agus menggunakan air dari sumur kemudian disaring


untuk mandi dan mencuci. Keluarga Tn. Agus tidak memiliki tempat
pembuangan sampah dirumahnya, kemudian mereka mengumpulkan sampah
di ladiang dekat rumah jika terlihat sudah banyak, mereka membakarnya.
Tabel 1.11 Food Record Keluarga Tn. Agus
No.

1.

Nama

Tn. Agus

Jenis
Kelamin

Tanggal Waktu
Makan

Menu
Makan

Banyaknya
URT

Laki-laki

16 Juni
2016

Pagi
(Sahur)

Malam

Nasi
putih
Ikan
sarden
kaleng
Air
putih

Nasi putih

1 porsi

Berat
(Gram)
100

1
potong
sedang
2
gela
s
1 porsi

100
20

(Berbuk
a)

No.

1.

Nama

Tn. Agus

Ikan
goreng
Air putih

1 potong

2 gelas
Banyaknya
URT

Jenis
Kelamin

Tanggal Waktu
Makan

Menu
Makan

Laki-laki

17 Juni
2016

Nasi
Ayam
goreng

1 porsi
1 potong

Sayur
kacang
wortel
Air putih

1 porsi

Nasi
Tempe
goreng

1 porsi
2 potong
sedang

Sayur
Asem

1 porsi

Es kelapa

1 gelas

Air putih

2 gelas

Nasi
Telur
ceplok

1 porsi
1 butir

100
55

Sayur
daun
sesin

1 porsi

50

Mi instan

1 bungkus

Air putih

2 gelas

Pagi
(Sahur)

Malam
(Berbuka)

18 Juni
2016

Pagi
(Sahur)

Berat
(Gram)
100

2 gelas

100

21

No.

1.

2.

Nama

Tn Agus

Ny. Siti
Aisyah

Jenis
Kelamin

Tanggal Waktu
Makan

Menu
Makan

Banyaknya
URT

Laki-laki

18 Juni
2016

Bihun
Bakwan
goreng

1 porsi
2 potong
sedang

Kolak

1 gelas

Air putih

2 gelas

Nasi
putih
Ikan
sarden
kaleng
Air putih

1 porsi

Perempua
n

16 Juni
2016

Malam
(Berbuka)

Pagi
(Sahur)

Malam
(Berbuka)

Nasi
putih
Ikan
goreng
Air putih

Berat
(Gram)
50

100

1 potong
sedang

2 gelas
1 porsi

100

1 potong

2 gelas

22

No.

2.

Nama

Ny. Siti
Aisyah

Jenis
Kelamin

Tanggal Waktu
Makan

Menu
Makan

Banyaknya
URT

Perempua
n

17 Juni
2016

Nasi
Ayam
goreng

1 porsi
1 potong

Sayur
kacang
wortel
Air putih

1 porsi

Nasi
Tempe
goreng

1 porsi
2 potong
sedang

Sayur
Asem

1 porsi

Es kelapa

1 gelas

Air putih

2 gelas

Nasi
Telur
ceplok

1 porsi
1 butir

100
55

Sayur
daun
sesin

1 porsi

50

Mi instan

1 bungkus

Air putih

2 gelas

Menu

Banyaknya

Pagi
(Sahur)

Malam
(Berbuka)

18 Juni
2016

No.

Nama

Jenis

Pagi
(Sahur)

Tanggal Waktu

Berat
(Gram)
100

2 gelas

100

23

Kelamin
2.

3.

Ny. Siti
Aisyah

Tn.
Arifiandi

Perempua
n

Perempua
n

18 Juni
2016

16 Juni
2016

Makan

Makan

URT

Malam
(Berbuka)

Bihun
Bakwan
goreng

1 porsi
2 potong
sedang

Kolak

1 gelas

Air putih

2 gelas

Nasi
putih
Ikan
sarden
kaleng
Air putih

1 porsi

Pagi
(Sahur)

Malam
(Berbuka)

Nasi
putih
Ikan
goreng
Air putih

Berat
(Gram)
50

100

1 potong
sedang

2 gelas
1 porsi

100

1 potong

2 gelas

No.

3.

Nama

Tn.

Jenis
Kelamin

Tanggal Waktu
Makan

Menu
Makan

Banyaknya
URT

Laki-laki

17 Juni

Nasi

1 porsi

Pagi

Berat
(Gram)
100
24

Arifiandi

2016

(Sahur)

Malam
(Berbuka)

18 Juni
2016

No.

3.

Nama

Tn.
Arifiandi

Pagi
(Sahur)

Ayam
goreng

1 potong

Sayur
kacang
wortel
Air putih

1 porsi

Nasi
Tempe
goreng

1 porsi
2 potong
sedang

Sayur
Asem

1 porsi

Es kelapa

1 gelas

Air putih

2 gelas

Nasi
Telur
ceplok

1 porsi
1 butir

100
55

Sayur
daun
sesin

1 porsi

50

Mi instan

1 bungkus

Air putih

2 gelas

2 gelas

Jenis
Kelamin

Tanggal Waktu
Makan

Menu
Makan

Banyaknya
URT

Laki-laki

18 Juni
2016

Bihun
Bakwan

1 porsi
2 potong

Malam
(Berbuka)

100

Berat
(Gram)
50

25

goreng

sedang

Kolak

1 gelas

Air putih

2 gelas

Keluarga Binaan Tn. Didi


Keluarga Binaan adalah keluarga Tn. Didi yang tinggal di RT
001/RW 004 , Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten. Tn. Didi memiliki enam orang anggota keluarga
yang tinggal dalam satu rumah. Keluarga ini terdiri dari seorang suami, istri,
dan empat orang anak yang tinggal serumah. Tn. Didi sebagai kepala
keluarga berusia 51 tahun dengan latar belakang pendidikan SD dan Ny.
Suryani sebagai istri berusia 48 tahun dengan latar belakang tidak tamat amat
SD. Pasangan Tn. Didi dan Ny. Suryani memiliki sembilan orang anak. Anak
pertama di keluarga ini bernama Tn. Supriyadi, sudah berkeluarga dan
tinggal terpisah, begitupula dengan anak kedua, ketiga, dan keempat di
keluarga ini yang bernama Ny. Neneng, Ny. Nurul dan Tn. M. Iqbal. Anak
kelima di keluarga ini bernama Nn. Siti Sumiyati yang berusia 21 tahun,
dengan pendidikan tamat SD. Anak keenam bernama Tn. Romi yang berusia
16 tahun, dengan pendidikan tamat SD. An. Yayu berusia 15 tahun
merupakan anak ketujuh di keluarga ini yang saat ini sedang menempuh
pendidikan SMP, tinggal terpisah dititipkan pada sanak keluarga. An. Ikmal
yang berusia 12 tahun merupakan anak ke delapan di keluarga ini dan sedang
menempuh pendidikan SD, dan anak ke sembilan di keluarga ini bernama
An. Dendi yang berusia 8 tahun dan saat ini sedang menempuh pendidikan
SD. Tn. Didi bekerja sebagai wiraswastawan, beliau membuka usaha tambal
ban dengan pendapatan Rp 1.000.000,- tiap bulan, dan sesekali mendapat
pekerjaan tambahan yaitu mengurus kambing milik kerabatnya. Ny. Suryani
tidak bekerja sehingga tidak mendapatkan penghasilan. Keluarga Tn. Didi
tidak terbiasa menabung, karena menurutnya pendapatan yang didapat hanya
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
26

Tn. Didi memiliki kebiasaan merokok sekitar 1 bungkus dalam satu


hari, Tn. Didi mengatakan sudah memiliki kebiasaan merokok sejak masih
berstatus bujang. Biasanya kebiasaan merokok ini dilakukan di luar dan
didalam rumah dengan membuka pintu rumah ketika sedang merokok, Tn.
Didi terbiasa merokok di dekat istri dan anak-anaknya jika sedang di rumah.
Keluarga Tn. Didi jarang melakukan olahraga, begitu pula dengan istri dan
kelima anaknya, Tn. Didi mengatakan tidak sempat untuk melakukan
kegiatan olahraga dikarenakan kesibukannya bekerja dan membantu istrinya
mengurus anak-anak.
Keluarga Tn. Didi memiliki pola makan sebanyak 2 kali dalam sehari.
Ketika dilakukan wawancara kelurga Tn . Didi mengatakan sarapan pagi
tidak dilakukan rutin, hanya sesekali membeli makanan yang dijual disekitar
tempat tinggalnya, seperti bubur atau nasi uduk. Untuk anak-anaknya,
sebelum pergi ke sekolah Ny. Suryani juga jarang membuatkan sarapan
dengan alasan tidak sempat membuatnya, sehingga anak-anak di keluarga ini
lebih sering jajan di sekolah untuk sarapan pagi. Makanan untuk makan siang
dan malam, Ny. Suryani biasanya memasak sendiri menu untuk keluarganya,
menu yang disajikan biasanya nasi, tahu atau tempe, dan sayur asem. Tn.
Didi mengatakan keluarganya sering mengkonsumsi sayuran hampir setiap
hari istrinya memasak sayuran dan seluruh anggota keluarga gemar
mengkonsumsi sayuran, yang paling sering adalah sayur asem, untuk daging
ayam atau sapi, keluarga Tn. Didi jarang mengkonsumsi, karena kendala
biaya, keluarga ini mengkonsumsi daging ayam atau sapi kurang lebih dua
kali setahun saat hari raya. Selama bulan ramadhan, keluarga Tn Didi hampir
setiap saat berbuka puasa mengkonsumsi gorengan berserta nasi, sedangkan
untuk sahur mereka memilih memasak makanan yang mudah seperti tahu
tempe goreng atau sarden kaleng. Keluarga Tn. Didi jarang mengkonsumsi
buah-buahan, karena dananya terpakai untuk membeli kebutuhan yang lain.
Tn. Didi mengatakan dirinya kurang suka minum air putih, biasanya kurang
dari lima gelas setiap harinya, Tn. Didi lebih suka meminum kopi, bisa
mencapai tiga gelas setiap harinya, anggota keluarga yang lain pun biasanya

27

hanya mengkonsumsi air putih rata-rata lima gelas per hari. Setiap anggota
keluarga Tn. Didi gemar mengkonsumsi teh manis, biasanya satu kali sehari
di sore hari. Keluarga Tn. Didi tidak runtin mengkonsumsi susu. Tn. Didi
atau istrinya membelikan susu untuk anak-anaknya ketika mereka ingin, yang
dibeli biasanya adalah susu kental manis. Keluarga Tn. Didi mengaku sering
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, namun jarang ketika selesai
melakukan aktivitas. Keluarga Tn. Didi mencuci tangan menggunakan air
yang tidak mengalir.
Penyakit yang sering dialami oleh anggota keluarganya adalah batuk
pilek, sedangkan Nn. Sumiyati anak kelima di keluarga ini mempunyai sakit
maag yang sering kambuh saat dirinya terlambat makan atau memakan
makanan yang asam atau pedas. Apabila sakit, biasanya keluarga Tn. Didi
terbiasa membeli obat warung, mereka baru memeriksakan diri ke dokter jika
penyakitnya belum sembuh dengan obat warung. Anak Tn. Didi yang
terakhir, tiga minggu yang lalu mengalami sakit infeksi saluran pernapasan
akut dengan gejala demam, disertai batuk pilek, sudah diperiksakan ke dokter
di RS. Mitra Husada. Pada tahun 2002 Anak Tn. Didi yang bernama Sumiyati
pernah terkena DBD dan dirawat di Rumah Sakit. Keluarga Tn. Didi juga
jarang memeriksakan diri secara rutin ke dokter. Keluarga Tn. Didi setiap
harinya beraktivitas sesuai kegiatan masing-masing, Tn. Didi membuka
usaha tambal bannya di pagi hari dan usahanya ditutup malam hari. Karena
bekerja di rumah, Tn. Didi menghabiskan waktunya luangnya untuk
membantu istrinya mengurus rumah dan anak-anaknya, sedangkan Ny.
Suryani yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga hanya melakukan kegiatan
seperti membersihkan rumah, mencuci, memasak, dan mengurus anakanaknya.
Ny. Suryani melahirkan kesembilan

anaknya di dukun beranak,

alasannya lebih memilih untuk melahirkan di dukun beranak dikarenakan


kendala biaya. Kesembilan anaknya dilahirkan secara normal, dan Ny.
Suryani tidak pernah memiliki kendala penyulit selama hamil dan
melahirkan. Ny. Suryani memberikan imunisasi lengkap untuk anak-anaknya

28

dan memberikan ASI kepada kesembilan anaknya sejak lahir hingga umur 2
tahun.
Keluarga Tn. Didi tinggal di sebuah rumah bangunan semi permanen
seluas 50m2 yang terdiri dari dua lantai. Sebagian dinding rumah terbuat dari
batu bata dan sebagian yang lain dari triplek dan anyaman bambu. Sebagian
lantainya terbuat dari semen dan sebagian lagi berlantaikan tanah. Sebagian
besar atap rumah menggunakan genteng yang terbuat dari tanah liat. Lantai
satu rumah Tn. Didi terdiri dari sebuah teras, ruang utama, dua kamar tidur,
satu kamar pakaian, sebuah dapur yang digunakan juga sebagai kamar mandi,
dan terdapat satu buah jamban, sedangkan lantai dua terdiri dari satu buah
kamar tidur. Ruang utama berukuran 3 x 2 m beralaskan semen yang dilapisi
karpet plastik, terdapat TV dan merupakan tempat biasanya keluarga
berkumpul, di ruangan tersebut terdapat dua buah jendela kaca yang dapat
dilewati cahaya matahari namun tidak dapat dibuka. Masing masing kamar di
lantai satu berukuran 1.5 x 2 m tidak terdapat ventilasi untuk pertukaran
udara dan masuknya cahaya matahari, terdapat satu buah kasur yang
diatasnya banyak baju-baju ditumpuk, sedangkan kamar yang terdapat di
lantai dua berkuruan 3 x 2 m dan disekitarnya terdapat ban-ban bekas dan
peralatan tambal ban yang sudah tidak terpakai. Keluarga Tn. Didi mandi di
tempat yang digunakan bersamaan dengan dapur dan tempat mencuci piring,
mencuci baju di dilakukan di kali dan buang air besar dilakukan di jamban
yang terdapat di bagian belakang terpisah dari rumah. Saluran pembungan
akhir dari jamban keluarga ini langsung dialirkan ke kali, dan saluran
pembuangan limbah juga di alirkan ke kali di belakang rumahnya tersebut.
Sumber air yang digunakan Tn. Didi yakni dari sumur bor yang dibuat
sendiri oleh keluarga Tn. Didi, air sumu tersebut digunakan untuk mandi dan
mencuci alat makan, sedangkan untuk minum dan memasak, keluarga ini
menggunakan air suling isi ulang, keluarga Tn. Didi menggunakan air kali
sebagai sumber air untuk mencuci pakaian. Dalam hal pembuangan sampah
rumah

tangga

keluarga

Tn.Didi

membawa

sampahnya

ke

tempat

pengumpulan tidak resmi untuk kemudian dibuang ke kali atau di bakar.

29

Keluarga Tn. Didi melakukan hal tersebut dikarenakan kurangnya sarana


tempat pembungan sampah serta kebiasaan masyarakat di lingkungan
tersebut untuk membakar sampah atau membuangnya ke kali.
Rumah keluarga Tn. Didi terletak di disamping jalan raya, disebelah
kanan rumah terdapat rumah tetangga yang berjarak sekitar 1 meter dari
rumah keluarga Tn. Didi. Sedangkan disebelah kiri, terdapat juga rumah
tetangga yang berjarak agak jauh sekitar 3 meter meter dari rumah keluarga
Tn. Didi. Mengatakan jarang berinteraksi dengan tetangga karena sibuk
bekerja.

Tabel 1.12 Food Record Keluarga Tn. Didi


No.

Nama

Jenis
Kelamin

Tanggal

Waktu
Makan

1.

Tn. Didi

Laki-laki

16 Juni

Pagi

2016

Nasi putih

Banyaknya
URT
Berat
(Gram)
2 porsi
200

(Sahur)

Tempe goreng

1 potong

25

Malam

Air putih
Nasi putih

2 gelas
1 porsi

200 ml
100

Bakwan

2 buah

100

Air teh hangat

1 gelas

200 ml

Air putih
Nasi

2 gelas
1 porsi

400 ml
100

(Berbuka)

17 Juni

Pagi

Menu Makan
Dan Minum

30

2016

(Sahur)

Ikan sarden

1 potong

40

Malam

Air putih
Nasi

2 gelas
1 porsi

400 ml
100

Tempe Goreng

1 potong

25

Sayur Sop

1 porsi

100

Air teh hangat

1 gelas

200 ml

Air putih

1 gelas

200 ml

Menu Makan
Dan Minum
Nasi

Banyaknya
URT
Berat
(Gram)
1 porsi
100

(Berbuka)

No.

1.

2.

Nama

Tn. Didi

Ny.
Suryani

Jenis
Kelamin
Laki-laki

Perempuan

Tanggal

Waktu
Makan

18 Juni

Pagi

2016

(Sahur)

Tahu Goreng

2 potong

50

Malam

Air putih
Nasi

2 gelas
1 porsi

400 ml
300

(Berbuka)

Bakwan

2 potong

100

Air teh hangat

1 gelas

200 ml

Air putih
Nasi putih

3gelas
1 porsi

600 ml
100

16 Juni

Pagi

2016

(Sahur)

Tempe goreng

1 potong

25

Malam

Air putih
Nasi putih

2 gelas
1 porsi

400 ml
100

Bakwan

2 potong

(Berbuka)

100
31

17 Juni
2016

Air teh hangat

1 gelas

200 ml

Air putih
Nasi

2 gelas
1 porsi

400 ml
300

(Sahur)

Ikan sarden

1 potong

40

Malam

Air putih
Nasi

2 gelas
1 porsi

400 ml
100

1 potong

25

Sayur Sop

1 porsi

100

Air teh hangat

1 gelas

200 ml

Air putih

2 gelas

400 ml

Menu Makan
Dan Minum
Nasi

Banyaknya
URT
Berat
(Gram)
1 porsi
100

( Sahur)

Tahu Goreng

1 potong

50

Malam

Air putih
Nasi

2 gelas
1 porsi

400 ml
200

(Berbuka)

Bakwan

2 potong

100

Air teh hangat

1 gelas

200 ml

Air putih
Nasi putih

2 gelas
1 porsi

400 ml
100

(Sahur)

Tempe goreng

Potong

25

Malam

Air putih
Nasi putih

gelas
1 porsi

600 ml
100

Bakwan goreng

2 potong

100

Air teh hangat

1 gelas

200 ml

Pagi

( Berbuka) Tempe Goreng

No.

2.

3.

Nama

Ny.
Suryani

Nn.
Sumiyati

Jenis
Kelamin
Perempuan

Perempuan

Tanggal

Waktu
Makan

18 Juni
2016

Pagi

16 Juni
2016

Pagi

(Berbuka)

32

17 Juni
2016

Air putih
Nasi

3 gelas
1 porsi

600 ml
100

(Sahur)

Ikan sarden

1 potong

40

Malam

Air putih
Nasi

3 gelas
1 porsi

600 ml
100

1 potong

25

Sayur Sop

1 porsi

100

Air teh hangat

1 gelas

200 ml

Air putih

2 gelas

400 ml

Banyaknya
URT
Berat
(Gram)
1 porsi
100

Pagi

( Berbuka) Tempe Goreng

No.

3.

4.

Nama

Nn.
Sumiyati

Tn. Romi

Jenis
Kelamin
Perempuan

Laki-laki

Tanggal

Waktu
Makan

18 Juni
2016

Pagi

Menu
Makan
Dan Minum
Nasi

(Sahur)

Tahu Goreng

1 potong

50

Malam

Air Putih
Nasi

3 gelas
1 porsi

600 ml
100

(Berbuka)

Bakwan

2 potong

100

Air teh hangat

1 gelas

200 ml

Air putih
Nasi putih

3 gelas
1 porsi

600 ml
100

(Sahur)

Tempe goreng

2 potong

50

Malam

Air putih
Nasi putih

2 gelas
1 porsi

400
100

Bakwan goreng

1 potong

50

Air teh hangat

1 gelas

200 ml

Air putih
Nasi putih

3 gelas
1 porsi

600 ml
100

16 Juni
2016

Pagi

(berbuka)

17 Juni
2016

Pagi

33

(Sahur)

Ikan sarden

1 potong

40

Malam

Air putih
Nasi putih

2 gelas
1 porsi

400
100

Bakwan

1 potong

50

Air teh hangat

1 gelas

200 ml

Air putih
Nasi putih

3 gelas
1 porsi

600 ml
100

(Sahur)

Tahu Goreng

1 potong

50

Malam

Air putih
Nasi putih

2 gelas
1 porsi

400 ml
100

Bakwan

1 buah

50

Air teh hangat

1 gelas

100

Air putih

3 gelas

600

Menu
Makan
Dan Minum
Nasi putih

Banyaknya
URT
Berat
(Gram)
1 porsi
100

(Sahur)

Tempe goreng

1 potong

25

Malam

Air putih
Nasi putih

1 gelas
1 porsi

200 ml
100

Bakwan goreng

2 potong

100

Air teh hangat

1 gelas

200 ml

Air putih
Nasi

2 gelas
1 porsi

400 ml
100

(sahur)

Ikan sarden

1 potong

40

Malam

Air putih
Nasi

1 gelas
1 porsi

200
100

Tempe Goreng

1 potong

25

Sayur Sop

1 porsi

100

Air teh hangat

1 gelas

200 ml

Air putih
Nasi

2 gelas
1 porsi

400 ml
100

Tahu Goreng

1 potong

50

(berbuka)

18 Juni
2016

Pagi

(Berbuka)

No.

5.

Nama

An. Ikmal

Jenis
Kelamin
Laki-laki

Tanggal

Waktu
Makan

16 Juni
2016

Pagi

(Berbuka)

17 Juni
2016

Pagi

(Berbuka)

18 Juni
2016

Pagi
(Sahur)

34

Malam
(Berbuka)

No.

6.

Nama

An. Dendi

Jenis
Kelamin
Laki-laki

Air putih
Nasi

1 gelas
1 porsi

200 ml
100

Bakwan goreng

1 potong

50

Air teh hangat

1 gelas

200 ml

Air putih

2 gelas

400 ml

Banyaknya
URT
Berat
(Gram)
1 porsi
200

Tanggal

Waktu
Makan

16 Juni

Pagi

Menu
Makan
Dan Minum
Mie goreng

Siang

Air putih
Tempe goreng

1 gelas
2 potong

200 ml
50

Malam

Air putih
Nasi putih

2 gelas
1 porsi

400 ml
100

Bakwan goreng

2 buah

100

Air teh hangat

1 gelas

200

Air putih
Nasi

2 gelas
1 porsi

400
100

Tempe goreng

2 potong

100

Air putih
Air putih
Nasi

1 gelas
2 gelas
1 porsi

200 ml
200 ml
100

Tempe Goreng

2 potong

50

Sayur Sop

1 porsi

100

Air teh hangat

1 gelas

200 ml

Air putih
Nasi

2 gelas
1 porsi

400 ml
100 gr

Sayur sop

1 porsi

100 gr

Air putih
Bakwan goreng

1 gelas
2 buah

200 ml
100

2016

17 Juni
2016

Pagi

Siang
Malam

18 Juni
2016

Pagi

Siang

35

Malam

Keluarga Binaan Ny. Ayati


Keluarga Binaan Ny. Ayati

Air putih
Nasi

2 gelas
1 porsi

400 ml
100 gr

Bakwan goreng

2 buah

100

Air teh hangat

1 gelas

200 ml

Air putih

2 gelas

400 ml

tinggal di RT 001/ RW 04, Desa

Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.


Ny. Ayati hanya tinggal seorang diri dalam satu rumah. Keluarga ini terdiri
dari seorang istri. Saat ini Ny. Ayati kepala keluarga berusia 57 tahun dengan
latar belakang pendidikan terakhir SD. Suami Ny. Ayati telah lama meninggal
dunia dikarenakan jatuh dari bangunan yang berhubungan dengan pekerjan
suami Ny. Ayati sebagai kuli bangunan. Ny Ayati juga sempat memiliki tiga
orang putra, Anak pertama berjenis kelamin laki-laki telah meninggal dunia
pada usia 2 hari lahir pada usia 6bulan dengan berat badan 1000 gram, anak
kedua juga telah meninggal dunia lahir pada usia kehamilan bulan ke delapan
dengan berat badan 3000 gram, begitu pula dengan anak ketiga dari Ny.Ayati
telah meninggal dunia, lahir pada usia kehamilan menuju bulan ke sembilan
dengan berat badan 3000 gram.
Ny. Ayati berprofesi sebagai pedagang nasi uduk yang dijual di depan
rumah dengan pendapatan Rp. 500.000,- tiap bulannya. Ny. Ayati juga tidak
sempat menabung karena uang yang dihasilkan akan dijadikan modal untuk
membeli bahan makanan nasi uduk agar kehidupan sehari-hari tercapai.
Usaha yang dilakukan Ny. Ayati sudah dijalani dari tahun 1980, dan bahan
nasi uduk yang dijual dibeli disebelah rumahnya yang menjual bahan-bahan
sembako dicuci dengan menggunakan air sumur Di lingkungan rumah Ny.
Ayati tidak ada yang merokok baik di dalam rumah maupun diluar rumah.
Ny. Ayati juga mempunyai kebiasaan berolahraga setiap hari setiap habis

36

selesai melaksanakan solat subuh selama 1 jam, olahraga dilakukan dengan


cara berjalan-jalan didepan rumah menggunakan sandal jepit.
Pola makan yang dilakukan Ny. Ayati sebanyak 2 kali dalam sehari.
Menu makanan yang didapatkan dengan memasak bahan makanan itu
sendiri. Waktu makan Ny. Ayati pada pukul 12.00 dan pukul 17.00. Menu
makanan yang biasanya dimakan Ny. Ayati sehari-hari adalah sayur asem,
tahu dan tempe. Ny. Ayati jarang mengkonsumsi ikan, daging ayam maupun
daging sapi dengan alasan kendala biaya. Ny. Ayati mengatakan
mengkonsumsi daging sapi hanya saat hari raya idul adha. Kebiasaan pola
makan Ny.Ayati pada pagi hari hanya minum air putih hangat, siang dan
malam mengkonsumsi sayur asem, tahu, dan tempe. Ny. Ayati juga
mengatakan enggan nya memasak selain sayur asem dikarenakan khawatir
akan bertambah nyeri pada bagian kaki. Tahu dan tempe yang dimakan
biasanya

diolah

dengan

cara

menggoreng

dan terkadang

dikukus

menggunakan kecap manis. Minum susu dan makan buah-buahan sangat


jarang dikonsumsi. Mengkonsumsi jamu-jamuan dengan rutin sekali
seminggu diakui karena menurut Ny. Ayati setelah mengkonsumsi nya badan
terasa lebih segar. Kebiasaan minum airputih yang dilakukan Ny. Ayati dalam
sehari ialah 1 liter yang bersumber dari air isi ulang seharga Rp.5.000.- Ny
Ayati

mengaku mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, maupun

sesudah melakukan aktivitas sehari-hari dengan menggunakan sabun mandi


tetapi tidak tahu cara melakukan cuci tangan yang baik dan benar. Kebiasaan
menggunting kuku setiap minggu nya juga dilaksanakan Ny. Ayati
dikarenakan merasa tangannya tidak bersih. Ny. Ayati juga mengatakan
seringnya merasakan nyeri ulu hati yang hilang timbul bila terlambat makan,
disamping itu keluhan mencret juga dirasakan Ny.Ayati setiap bulannya jika
meminum atau mengolah makanan menggunakan air sumur jika kondisi
keuangan Ny.Ayati telah menipis sehingga tidak mampu membeli air isi
ulang yang biasa dibelinya sehari-hari. Untuk masalah pencernaan, Ny. Ayati
mengatakan ia selalu BAB setiap harinya. Pada saat bulan suci ramadhan,
menu buka puasa dan sahur Ny.Ayati tidak jauh berbeda dengan makanan

37

yang sehari-hari ia makan yaitu sepiring nasi dengan tahu temped an sayur
asem. Sesekali ia berbuka puasa meminum teh manis dan gorengan yang
dibuat sendiri.
Ny. Ayati jarang mengalami masalah kesehatan dalam sebulan
terakhir ini, penyakit yang sering dialami oleh Ny. Ayati adalah nyeri pada
sendi lutut, dan nyeri ulu hati. Biasanya apabila sakit Ny. Ayati hanya
membeli obat di warung dan sangat jarang sekali berobat ke dokter,
puskesmas, maupun klinik terdekat kecuali jika pada penyakit tertentu. Ny.
Ayati memiliki kebiasaan melahirkan di rumahnya dengan bantuan dukun
beranak. Ny. Ayati mengatakan rutin kontrol kehamilan setiap bulan di bidan
langganan nya, namun alasan melahirkan dibantu oleh dukun beranak karena
kontraksi yang tiba-tiba dirasakan tidak mampu menunggu bidan sehingga
mencari dukun beranak terdekat. Ny. Pemberian ASI sempat dilakukan
Ny.Ayati pada putra kedua dan ketiganya, namun untuk imunisasi belum
sempat terlaksanakan.
Ny. Ayati tinggal di sebuah rumah bangunan permanen seluas 10 x 7
m. Sebagian

dinding rumah terbuat dari batu bata yang di semen dan

sebagiannya lagi terbuat dari anyaman bambu bercampur triplek dan tidak di
cat. Bagian lantai ruang tamu terbuat dari semen, pada teras depan dan pada
bagian belakang rumah lantainya beralaskan tanah. Semua atap rumah
menggunakan genteng yang terbuat dari tanah liat. Rumah Ny. Ayati terdiri
dari sebuah teras, sebuah ruang tamu sekaligus kamar tidur, sebuah dapur
sekaligus sumur dengan panjang 4m dan kamar mandi air didalam sumur
berwarna kuning kecoklatan. Ruang tamu berukuran 2 x 3 m terdapat sebuah
TV, di ruangan tersebut tidak ditemukan adanya jendela maupun ventilasi
tetapi ada beberapa bagian genteng yang hilang sehingga cahaya matahari
dapat masuk dan juga ketika hujan lebat rumah Ny. Ayati seringkali bocor
dan air nya ditampung dengan ember yang dimiliki. Ny. Ayati mandi disumur
dengan menggunakan air sumur dan jika mencuci baju pergi ke kali.
Rumah Ny. Ayati terletak di tepi jalan raya dengan jarak antar rumah
1 meter di sebelah kanan dan kiri. Ny. Ayati mengatakan jarang berinteraksi
dengan warga sekitar meskipun jarak antar rumah sangat dekat, sesekali
38

hanya bertegur sapa jika saat sedang melaksanakan olahraga pagi, menurut
Ny.Ayati interaksi antar tetangga tidak begitu penting. Ny. Ayati memiliki
kebiasaan membuang sampah di kali yang terletak dibelakang rumahnya,
atau jika terdapat banyak sampah sampah tersebut dikumpulkan di halaman
rumah lalu sampah akan dibakar di sebrang kali. Ny. Ayati tidak memiliki
tempat sampah di dalam rumah maupun di luar rumah, sehingga sampah
kebanyakan di biarkan tercecer di depan rumah lalu di kumpulkan disebuah
pelastik. Sampah yang terkumpul biasanya dibakar pada saat sore hari.Ny.
Ayati belum memiliki sepiteng untuk jambannya sehingga seluruh saluran air
jamban dari Ny.Ayati langsung ke kali yang membuat lingkungan sekitar jadi
tidak sehat. Penyakit yang sering dialami sekitar lingkungan tempat tinggal
Ny. Ayati tidak diketahui nya, riwayat penyakit seperti DBD, TB paru, dan
hipertensi disangkal oleh Ny. Ayati
Tabel 1.13 Food Record Keluarga Ny. Ayati
No

Nama

.
1.

Jenis

Tanggal Waktu

Kelamin
Ny. Ayati

Makan

Menu Makan Banyaknya


URT
dan Minum

Berat (Gram)

Perempua

16 Juni Pagi

Nasi putih

1 porsi

100 gr

2016

Tahu rebus

2 potong

100 gr

Tempe goreng

2 potong

50 gr

Sayur asem

1 porsi

100 gr

Malam

Air putih
Nasi putih

2 gelas
1 porsi

400 mL
100 gr

(Berbuka

Tempe goreng

2 potong

75 gr

Tahu goreng

3 potong

150 gr

Sayur asem

1 porsi

100 gr

17 Juni Pagi

Air putih
Nasi putih

3 gelas
1 porsi

600 mL
100 gr

2016

Tempe kukus

2 potong

50 gr

Tahu goreng

1 potong

50 gr

Sayur asem

1 porsi

100 gr

(Sahur)

(Sahur)

39

Air putih
Nasi putih

1 gelas
1 porsi

200 mL
100 gr

Tempe goreng

3 potong

75 gr

Tahu goreng

3 potong

200 gr

Sayur asem

porsi

50 gr

Air putih
Menu Makan

3 gelas

Waktu
Makan

dan Minum

Malam
(Berbuka
)

No

Nama

.
1.

Jenis

Tanggal

Kelamin
Ny. Ayati

600 mL
Banyaknya
URT
Berat (Gram)

Perempua

18 Juni

Pagi

Nasi putih

porsi

50 gr

2016

(Sahur )

Tahu rebus

2 potong

100 gr

Tempe goreng

2 potong

50 gr

Sayur asem

porsi

50 gr

Malam

Air putih
Nasi putih

1 gelas
1 porsi

200 mL
100 gr

(Buka)

Tempe kukus

3 potong

75 gr

Tahu goreng

2 potong

100 gr

Sayur asem

porsi

50 gr

Air putih

4 gelas

800 mL

Keluarga binaan Tn. Moh. Djamsuri


Keluarga Binaan adalah keluarga Tn. Moh. Djamsuri yang tinggal di RT

001/RW 004 Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,


Provinsi Banten. Tn. Moh. Djamsuri memiliki seorang istri yang bernama Onyin dan
memiliki 6 orang anak yakni 5 orang wanita dan 1 orang laki laki. Anak pertama
bernama Ita faridah, anak kedua bernama Siti Maulidya, anak ketiga bernama Faniah
Susanti, anak keempat bernama moh. Reza, ana kelima bernama siti hopipah, dan
anak terakhir bernama Eka Rohmayanti. Saat ini, Tn. Moh. Djamsuri memiliki 3
orang anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah, yakni terdiri dari istri dan
dua orang anak terakhirnya, sedang anak lainnya sudah berkeluarga dan tinggal
terpisah. Tn. Moh. Djamsuri sebagai kepala keluarga berusia 63 tahun dengan latar
belakang pendidikan SMP. Ny. Onyin sebagai istri berusia 59 tahun dengan latar
40

belakang lulus SD. Nn. Siti merupakan anak kelima di keluarga ini yang berusia 19
tahun dan nn. Eka usia 18 tahun yang merupakan anak terakhir. Kedua putri mereka
ini berlatar belakang pendidikan SMA.
Tn. Moh. Djamsuri berprofesi sebagai pegawai kelurahan dengan pendapatan
sekitar Rp 1.500.000,- tiap bulan. Disamping itu Tn. Moh. Djamsuri juga membuka
usaha warung klontongan dirumahnya dengan pendapatan sekitar Rp 1.500.000
hingga Rp. 2000.000,00 perbulan. Keluarga Tn. Moh. Djamsuri,keluarga ini tidak
biasa menabung karna menurut Tn. Moh. Djamsuri pendapatan perbulan hanya
cukup untuk kebutuhan sehari hari dan digunakan lagi untuk modal usahanya.
Tn. Moh. Djamsuri mempunyai kebiasaan merokok,namun sudah berhenti
sejak lebih kurang 20 tahun yang lalu dikarenakan menurut Tn. Moh. Djamsuri
beliau sudah semakin tua dan disamping itu Tn. Moh. Djamsuri sering batuk
berulang.
Tn. Moh. Djamsuri memiliki kebiasaan berolahraga rutin setiap pagi setelah usai
sholat subuh dengan durasi 30 menit. Namun tidak satupun dari anggota
keluarganya yang berolahraga dikarenakan tidak terbiasa dan tidak mempunyai
waktu untuk berolahraga.
Tn. Moh. Djamsuri memiliki pola makan sebanyak 3 kali dalam sehari. Yaitu
pagi hari (pukul 07.00/08.00), siang hari (12.00), dan sore hari (17.00), Ny.Onyin
tidak rutin makan 3 kali sehari, Namun kedua anak mereka tidak mempunyai pola
makan yang teratur, mereka hanya akan makan jika terasa lapar. Hal ini dikarenakan
oleh aktivitas perkuliahan mereka. Sama halnya dengan ny.Onyin yang hanya
makan jika terasa lapar. Menu makanan rutin keluarga ini adalah sayur asem, ikan,
tahu atau tempe. Biasanya bahan makanan tersebut diolah dengan cara digoreng dan
sesekali dengan bumbu-bumbuan. Keluarga biasanya mengkonsumsi buah-buahan 2
kali dalam seminggu pada saat sarapan. Namun anggota keluarga ini tidak rutin
minum susu setiap harinya, kecuali Tn. Moh. Djamsuri yang terkadang
mengkonsumsi susu (kental manis) pada jam sarapannya jika tidak tersedia teh
manis. Ny.Onyin membeli bahan makanan sehari hari di pasar, kemudian mencuci
sayur dan bahan makanan lainnya dengan menggunakan air suling. Ny. Onyin
mengaku sering membeli makanan yang sudah jadi di warung atau pasar

41

dikarenakan hal tersebut dapat menghemat waktu dan tenaga. Keluarga Tn. Moh.
Djamsuri biasanya makan dan minum diruang utama sambil menonton tv tapi
biasanya tidak makan bersama.Tn. Moh. Djamsuri rutin minum air putih sekitar
1500-1800 ml perhari, Ny.Onyin sekitar 600 ml perhari, sedangkan kedua anaknya
mengkonsumsi air putih tidak tentu,kira-kira hanya sekitar 900 ml per hari.
Keluarga Tn. Moh. Djamsuri mengaku sering mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan, maupun sesudah selesai aktivitas namun tidak menggunakan air yang
mengalir dan sabun. Tetapi keluarga ini tidak mengetahui tata cara cuci tangan yang
benar.
Penyakit yang sering dialami oleh anggota keluarga Tn. Moh. Djamsuri
adalah batuk, pilek dan gatal-gatal. Tn. Moh. Djamsuri sering mengalami sakit batuk
sejak umur 30 tahun dan dirasakan hamper tiap hari hingga sekarang. Dari penuturan
Tn. Moh. Djamsuri batuk dirasakan tidak berdahak dan dulu sudah pernah berobat
ke dokter dan di rontgen, namun menurut dokter tersebut Tn. Moh. Djamsuri
penyakit tersebut bukan merupakan penyakit serius. Sehingga hingga sekarang Tn.
Moh. Djamsuri tidak pernah kontrol lagi tentang hal ini karna dianggap merukan hal
yang sudah biasa. Namun menurut istri dan anaknya, Tn. Moh. Djamsuri batuk
hampir setiap hari namun tidak berdahak, Tn. Moh. Djamsuri juga memiliki riwayat
penyakit magh. Nn. Eka sering mengalami penyakit kulit seperti gatal-gatal dan
muncul bentol-bentol pada hampir seluruh badannya. Sedangkan an. Siti dan Ny.
Onyin hanya sesekali mengalami batuk dan pilek dan terkadang sakit kepala dan
sakit perut. Biasanya apabila sakit mereka terbiasa membeli obat warung, terutama
ny.onyin. Keluarga Tn. Moh. Djamsuri hanya akan ke puskesmas atau klinik jika
sakit yang dialami tidak sembuh setelah mencoba berbagai macam obat warung.
Keluarga Tn. Moh. Djamsuri setiap harinya beraktivitas sesuai kegiatan, Tn.
Moh. Djamsuri akan membuka warung dari jam 08.00 20.00 dan akan ke
kelurahan hanya jika ada panggilan. sedangkan Ny. Onyin yang bekerja sebagai Ibu
Rumah Tangga hanya melakukan kegiatan seperti membersihkan rumah, mencuci,
memasak dan sesekali menggantikan suaminya di warung. Untuk kedua anaknya
berangkat kekampus pada pagi hari jam 07.00 dengan menggunakan motor dan

42

pulang di jam yang tidak tentu. Biasanya jika seluruh keluarga ada dirumah, akan
berkumpul di ruang tamu, duduk atau tiduran diatas lantai
Ny. Onyin melahirkan keenam anaknya dengan persalinan normal dibantu
oleh dukun beranak dikarenakan dahulu sulit menemukan bidan. Menurut pengakuan
Ny. Onyin, beliau memberikan imunisasi lengkap untuk anak-anaknya, yakni hingga
umur 9 bulan. Ny. Onyin memberikan perlakuan yang sama dalam pemberian ASI
untuk keenam anaknya yakni sekitar 12 15 bulan dengan tambahan susu formula.
Keluarga Tn. Moh. Djamsuri tinggal di sebuah rumah bangunan permanen
seluas 15 x 6 m. Seluruh dinding rumah terbuat dari batu bata yang dilapis semen
dan cat. Hampir seluruh lantainya terbuat dari keramik hanya sebagian terbuat dari
semen yaitu dibagian dapur dan ruang cuci. Sebagian besar atap rumah
menggunakan genteng yang terbuat dari seng dan menggunakan plafon. Saat terjadi
hujan sering terdapat rembesan air hujan yang berasal dari atap terkumpul di
beberapa plafon danter kadang membahasi dinding. Rumah Tn. Moh. Djamsuri
terdiri dari sebuah teras dimana terdapat sofa dan di sampingnya merupakan tempat
parkiran motor, kemudian terdapat sebuah ruang tamu(ruang utama) yang digunakan
untuk berkumpul, makan, nonton tv dan mengerjakan aktivitas lainnya, kemudian
terdapat empat buah kamar tidur, sebuah dapur, sebuah gudang dan terdapat 1 buah
kamar mandi. Ruang tamu berukuran 3 x 6 m beralaskan keramik, terdapat TV dan
merupakan tempat biasanya keluarga berkumpul, di ruangan tersebut terdapat dua
buah jendela kaca namun tidak pernah difungsikan. Masing masing kamar tidur
berukuran 2 x 3 m beralaskan keramik namun tidak terdapat ventilasi kecuali kamar
utama.

Tiga buah kamar tidur yang digunakan terlihat penuh barang yang

menumpuk. Kamar mandi mempunyai ukuran 1 x 1,5 m, terdapat sebuah bak mandi
yang terisi air yang cukup bersih. Kamar mandi ini digunakan untuk mandi, buang
air besar mapun buang air kecil dan mencuci baju. Saluran pembungan akhir dari
jamban maupun limbah keluarga ini dialirkan langsung ke kali yang terdapat
dibelakang rumahnya. Sumber air Tn. Moh. Djamsuri yakni dari sumur bor yang
dibuat sendiri oleh keluarga Tn. Moh. Djamsuri yang dialirkan langsung ke bak
kamar mandi. Sumber air minum di keluarga Tn. Moh. Djamsuri menggunakan
galon maupun air mineral kemasan. Keluarga Tn. Moh. Djamsuri mencuci bahan

43

masakan,buah ataupun sayuran menggunakan air gallon sulingan yang dibeli dengan
harga Rp.5000,00.
Keluarga Tn. Moh. Djamsuri tidak memiliki tempat sampah baik di dalam
maupun diluar rumah. Hal ini dikarenakan menurut keluarga Tn. Moh. Djamsuri
tidak ada petugas yang mengambil sampah dan keluarga tidak ada waktu untuk
membuang sampah sehingga keluarga Tn. Moh. Djamsuri selalu membuang sampah
di kali yang letaknya persis dibelakang rumah dan sesekali dibakar. Disamping itu
menurut keluarga Tn. Moh. Djamsuri apabila sampah dibuang ke kali akan terbawa
aliran sungai. Biasanya pembuangan sampah dilakukan sehari sekali saat sampah
dirasakan sudah menumpuk. Pada dasarnya keluarga Tn. Moh. Djamsuri
mengetahui bahwa membuang sampah di kali tidak baik namun karena kurangnya
fasilitas pengelolaan sampah di daerah ini sehingga membuang sampah ke kali
menjadi suatu kebiasaan mereka.s
Rumah keluarga Tn. Moh. Djamsuri terletak di samping jalan raya yang
berada tepat depan rumah. Disebelah kanan kiri rumah terdapat rumah tetangga yang
berjarak sekitar 100 meter. Kehidupan sosialisasi Tn. Moh. Djamsuri termasuk
kurang dikarenakan sekitar rumahnya jarang terdapat kegiatan bersama sehingga
komunikasi antar tetangga jarang terjalin.
Tabel.1.14 Food Record keluarga Tn.Djamsuri
No.

Nama

Jenis
Kelamin

Tanggal Waktu
Makan

1.

Tn.
Djamsuri

Laki-laki

16 Juni Pagi
2016
(Sahur)

Malam
(Berbuka)

17 Juni Pagi
2016
(Sahur)

Menu
Makan
Dan Minum
Nasi putih

Banyaknya
URT
Berat
(Gram)
2 centong 200

Ikan sarden

1 potong

1 botol air mineral

600 ml

1 gelas teh manis


Nasi putih

200 ml
2 centong

200

Bihun goreng

2 sendok

50

Bakwan Goreng

2 potong

2 botol air mineral


Nasi putih

1200 ml
2 centong

200

Tempe goreng

1 potong

50

70

44

Malam
(Berbuka)

No.

1.

Nama

Tn.
Djamsuri

Jenis
Kelamin
Laki-laki

Tanggal Waktu
Makan
18 Juni
2016

Pagi
(Sahur)

Malam
(Berbuka)

2.

Ny.
Onyin

Perempua
n

16 Juni
2016

Pagi
(Sahur)

Sayur Labu

1 porsi

100

1 botol air mineral

600 ml

1 gelas teh manis


Nasi putih

200 ml
3 centong

200

Sayur labu

1 potong

100

Ayam goreng

1 potong

50

Tahu goreng

1 potong

50

Menu
Makan
Dan Minum
Nasi

Banyaknya
URT
Berat
(Gram)
2 centong 200

Tempe Goreng

2 potong

100

Telur

1 butir

55

1 botol air mineral

600 ml

1 gelas teh manis


Nasi putih

200 ml
3 centong

300

Ikan goreng

1 potong

100

Bakwan goreng

2 potong

100

2 botol air mineral


Nasi putih

1200 ml
2 centong

200

Ikan sarden kaleng

1 potong

70

1 botol air mineral

300 ml
45

Malam
(Berbuka)

17 Juni
2016

Pagi
(Sahur)

Malam
( Berbuka
)

No.

2.

Nama

Jenis
Kelamin

Ny.Onyin

Perempua
n

Tanggal

18 Juni
2016

Waktu
Makan
Pagi
( Sahur)

Perempua
n

16 Juni
2016

200

Bihun goreng

2 sendok

50

Bakwan Goreng

1 potong

50

1 botol air mineral


Nasi putih

600 ml
2 centong

300

Tempe goreng

1 potong

50

Labu

1 porsi

100

1 botol air mineral

300ml

1 gelas teh manis


Nasi putih

200ml
2 centong

200

Sayur labu

1 porsi

100

Ayam goreng

1 potong

50

Tahu goreng

1 potong

50

Air mineral botol

500 ml

Menu
Makan
Dan Minum
Nasi Putih

Banyaknya
URT
Berat
(Gram)
2 centong 300
50

1 botol air mineral

1 butir

55

1 gelas teh manis

300 ml

Nasi putih

200 ml
2 centong

200

Ikan goreng

1 potong

50

Bakwan goring

1 potong

50

Pagi

1 botol air mineral


Nasi putih

500 ml
1 centong

100

(Sahur)

Ikan sarden kaleng

1 potong

70

Malam

1 botol air mineral


Nasi putih

600 ml
2 centong

100

Bihun goreng

2 sendok

50

Bakwan Goreng

1 potong

50

(Berbuka)

Nn. siti

200 ml
2 centong

Tempe Goreng Telur 1 potong

Malam

3.

1 gelas teh manis


Nasi putih

(Berbuka)

46

17 Juni
2016

Pagi
(Sahur)

Malam
(Berbuka)

No.

3.

Nama

Nn. Siti

Jenis
Kelamin

Perempuan

18 Juni
2016

Tanggal

Sirup

1 sendok

15

1 botol air mineral


Nasi putih

600 ml
1 centong

100

Tempe goreng

1 potong

50

Chicken nugget

2 potong

100

1 botol air mineral


Nasi putih

600 ml
2 centong

200

Ayam goreng

1 potong

50

Tahu goreng

1 potong

50

Bihun goring

2 sendok

Sirup

1 sendok

50

1 botol mineral
600 ml
15
Waktu
Menu
Banyaknya
Makan
Makan
URT

Pagi

Nasi Putih

1 centong

Berat
(Gram)
100

Tempe Goreng

1 buah

50

Telur ayam

1 butir

55

1 botol air mineral


Nasi putih

600 ml
2 centong

200

Ikan goreng

1 potong

100

Bakwan goring

1 potong

50

Bihun

2 sendok

50

1 botol air mineral


Nasi putih

600 ml
1 centong

100

(digoreng)
Malam

4.

Nn. Eka

Perempuan

16 Juni
2016

Pagi

Malam

Ikan sarden kaleng 1 potong

70

1 botol air mineral


Nasi putih

600 ml
2 centong

200

Bihun goreng

2 sendok

50

Bakwan Goreng

1 potong

500

Sirup

1 sendok

15

1 botol air mineral

800 ml
47

17 Juni
2016

Pagi

Malam

No.

Nama

4.

Nn. Eka

Jenis
Kelamin

Tanggal Waktu Makan

Perempua
n

18 Juni
2016

Pagi

Nasi putih

1 centong

100

Tempe goreng

1 potong

50

Chicken nugget

2 potong

100

1 botol air mineral


Nasi putih

400 ml
2 centong

200

Ayam goring

1 potong

50

Tahu goreng

1 potong

50

Bihun

2 sendok

50

Sirup

1sendok

15

1botol air mineral

600 ml

Menu
Makan
Dan Minum
Nasi Putih

Banyaknya
URT
1 centong

Berat
(Gram)
100

Tempe Goreng

1 buah

50

Telur ayam

1 butir

55

(digoreng)
1
Malam

botol

air 600 ml

mineral
Nasi putih

2 centong

200

Ikan goreng

1 potong

100

Bihun

2 sendok

50

1 botol air

600 ml

mineral
4

Area Masalah
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, didapatkan

beberapa area masalah, yaitu sebagai berikut:


1 Kebiasaan membuang sampah rumah tangga ke kali
2 Kurangnya Ketersediaan air bersih
3 Kurangnya Kesadaran berolahraga
4 Kurangnya Ventilasi dan Jendela pada rumah
5 Kurangnya Pencahayaan pada rumah keluarga binaan
6 ISPA yang sering dialami oleh keluarga binaan
7 Belum terlaksananya Pola makan sehat dan seimbang di keluarga binaan
48

8
9

Kurangnya upaya pencegahan penyakit DBD di keluarga binaan


Kebiasaan menumpuk barang-barang yang tidak digunakan di rumah keluarga

binaan
10 Penggunaan jamban yang tidak sehat di keluarga binaan
11 Kesadaran untuk bersalin di bantu petugas kesehatan
12 Rumah kelurga binaan yang tidak sesuai dengan kriteria rumah sehat
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa sebagian
besar keluarga binaan memiliki pola makan sehari hanya sebanyak
2 kali, siang hari dan sore hari, keluarga binaan juga tidak
membiasakan sarapan pagi. Menu yang biasa dimakan oleh
sebagian besar keluarga binaan hanya terdiri dari nasi (50%), tahutempe (25%), dan sayur asem (25%), dari menu tersebut tidak
terlihat adanya protein hewani dan buah-buahan didalamnya,
selain itu konsumsi air putih di keluarga binaan masih kurang dari 8
gelas per hari, maka dapat dikatakan makanan yang dikonsumsi
oleh keluarga binaan sehari-hari belum sesuai dengan pola makan
sehat dan seimbang. Hal ini salah satunya dapat disebabkan
karena

keluarga

binaan

tidak

terlalu

peduli

dan

tidak

memperhatikan pola makan sehat dan seimbang, ketidakpedulian


ini diakibatkan karena pola makan seperti yang mereka jalani
sekarang sudah menjadi kebiasaan sejak dahulu dan menurut
keluarga
sekarang

binaan dengan pola


mereka

sudah

makan yang mereka

merasa

cukup

sehat.

lakukan

Keterbatasan

pendapatan yang dimiliki oleh masing-masing keluarga binaan juga


menjadi kendala untuk dapat mengkonsumsi makanan lengkap
yang

memenuhi

Mayoritas

kriteria

keluarga

pola

binaan

makan

sehat

mengatakan

dan

seimbang.

belum

pernah

mendapatkan penyuluhan mengenai bagaimana pola makan sehat


dan seimbang dan menurut hasil wawancara yang kami lakukan,
sebagian besar warga binaan tidak mengetahui tentang bagaimana
pola makan sehat dan seimbang yang benar, sehingga pola makan sehat
dan seimbang belum dapat mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
49

Berdasarkan alasan di atas, kami melakukan kegiatan presurvey dengan tujuan untuk menetapkan area masalah mana yang
paling dominan. Dari hasil pre-survey didapatkan hanya sebanyak
3 dari 11 responden keluarga binaan (27,3%) yang memiliki
pengetahuan

yang

baik

mengenai

pola

makan

sehat

dan

seimbang. Sebanyak 9 dari 11 responden keluarga binaan (81,8%)


memiliki sikap yang baik mengenai pola makan sehat dan
seimbang, dan 9 dari 11 responden (81,8%) memiliki perilaku yang
baik mengenai .

Oleh karena hanya 27,3% responden keluarga binaan yang


memiliki pengetahuan yang baik mengenai pola makan sehat dan
seimbang, maka dari sekian masalah yang ada, diputuskan untuk
mengangkat permasalahan Pengetahuan mengenai Pola Makan
Sehat dan Seimbang di RT 001/004 Desa Pangkalan, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Dari hasil data kajian PHBS di wilayah Puskesmas Tegal angus
pada

Tahun 2014

puskesmas

tegal

dapat digambarkan masyakat di


angus

yang

sudah

menerapkan

wilayah
konsumsi

makanan seimbang hanya berjumlah 25,20%. Data puskemas Tegal


Angus tahun 2012 juga menunjukkan masih terdapat kasus gizi
buruk di wilayah Desa Tegal Angus sebesar 4.41%.
Data lima besar penyakit yang terjadi di wilayah Puskesmas
Tegal Angus tahun 2015 menunjukkan bahwa gastritis merupakan
salah

satu

didalamnya

dengan

jumlah

kasus

1250

kasus.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Pratiwi (2013), pola


makan tidak sehat seperti sering mengkonsumsi makanan pedas,
gorengan, dan frekuensi makan yang tidak teratur merupakan
salah satu faktor risiko gastritis. Penyakit gastritis ini juga terjadi
pada sebagian keluarga binaan, akibat sering terlambat makan.
50

51

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1

PENGETAHUAN
1

PENGERTIAN

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindaraan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui indra mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010)
Pengetahuan juga diartikan sebagai hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat
kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini
terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu
(Mubarak, 2007).
Pengetahuan merupakan hasil dari usaha manusia untuk tahu. Sidi Gazalba,
mengungkapkan bahwa pengetahuan ialah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu.
Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari; kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai
(Salam, 2003)
Pengetahuan (Knowledge) adalah suatu proses dengan menggunakan pancaindra
yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan
keterampilan (Hidayat, 2007).
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari
berbagai macam sumber seperti, media poster, kerabat dekat, media massa, media
elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, dan sebagainya. Pengetahuan dapat
membentuk keyakinan tertentu, sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan
keyakinannya tersebut
2

TINGKAT PENGETAHUAN
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo

(2010) mempunyai 6 tingkat, yakni :


1

Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
52

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Pengukuran tingkatan
pengetahuan ini menggunakan kata kerja menyebutkan, menguraikan,
2

mendefinisikan, dan sebagainya..


Memahami (comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
luas. Pada tingkatan ini, individu yang bersangkutan harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya.

Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan suatu materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya)..

Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponenkomponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi tetapi masih ada kaitannya satu sama lain


Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagianbagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteriakriteria yang ada. (Notoatmodjo,
2005)
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berprilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan, yakni:
1

Keyakinan
Orang tersebut menyadari dalam arti mengetahi stimulus (objek) terlebih
dahulu.
Menarik
Orang lebih tertarik kepada stimulus
53

4
5

Evaluasi
Menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
Mencoba
Orang telah mulai mencoba perilaku baru.
Adopsi
Subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan

bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila


peneriman perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini
didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak di
dasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama
(Notoatmodjo, 2003).
3

SUMBER PENGETAHUAN
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari berbagai macam
sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas
kesehatan, media poster, kerabat dekat, dan sebagainya. Sumber pengetahuan
dapat berupa pemimpin- pemimpin masyarakat baik formal maupun informal
ahli agama, pemegang peerintahan, dan sebagainya (Notoatmojo, 2007).

PENGUKURAN PENGETAHUAN
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket (kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan- tingkatan atas.
Pengukuran tingkat pengetahuan dimaksudkan untuk mengetahui status
pengetahuan seseorang dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi

(Notoatmodjo, 2007).
CARA MEMPEROLEH PENGETAHUAN
Cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1

Cara tradisional atau non ilmiah

54

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh


kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau
metode penemuan secara sistematik dan logis adalah dengan cara non
ilmiah, tanpa melalui penelitian. Cara-cara penemuan pengetahuan pada
periode ini antara lain meliputi:
A Cara Coba Salah (Trial and Error)
Cara memperoleh kebenaran non ilmiah, yang pernah
digunakan oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah
melalui cara coba-coba atau dengan kata yang lebih dikenal trial
and error. Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu
seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya
pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. Cara coba-coba ini
dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua
ini gagal pula, maka dicoba lagi dengan kemungkinan ketiga, dan
apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan
seterusnya, sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah
sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal
atau salah) atau metode coba salah (coba-coba), (Notoatmodjo, 2010).
B Secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak
disengaja oleh orang yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah
penemuan enzin urease oleh Summers pada tahun 1926. Pada suatu
hari Summer bekerja dengan ekstrak acetone, dan karena terburuburu ingin bermain tennis, maka ekstrak acetone tersebut disimpan di
dalam

kulkas.

Keesokan

harinya

ketika

ingin

meneruskan

percobaanya, ternyata ekstrak acetone yang disimpan didalam kulkas


tersebut timbul kristal-kristal yang kemudian disebut enzim urease,
(Notoatmodjo, 2010).
55

C Cara kekuasaan atau otoritas


Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaankebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaankebiasaan ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi ke
generasi berikutnya, (Notoatmodjo, 2010).
D Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan
sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara
untuk

memperoleh

kebenaran

pengetahuan.

Oleh

sebab

itu

pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh


pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan
tersebut orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka
untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula
menggunakan atau merujuk cara tersebut. Tetapi bila ia gagal
menggunakan cara tersebut, ia tidak akan mengulangi cara itu, dan
berusaha

untuk mencari cara yang lain, sehingga

berhasil

memecahkannya, (Notoatmodjo, 2010).


E Cara akal sehat (Common sense)
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan
teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para
orang tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat orang
tuanya, atau agar anak disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila
anaknya berbuat salah, misalnya dijewer telinganya atau dicubit,
(Notoatmodjo, 2010).
F Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang
diwahyukan dari tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus
56

diterima

dan

diyakini

oleh

pengikut-pengikut

agama

yang

bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau


tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai
wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan
manusia, (Notoatmodjo, 2010).
G Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh oleh manusia secara cepat
sekali melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses
penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif
sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara
yang rasional dan yang sistematis.Kebenaran ini diperoleh seseorang
hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja,
(Notoatmodjo, 2010).
H Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara
berpikir manusiapun ikut berkembang. Dari sini manusia telah
mampu

menggunakan

penalarannya

dalam

memperoleh

pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran


pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik
melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya
merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui
pernyataan-pernyataan

yang

dikemukakan,

kemudian

dicari

hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan (Notoatmodjo,


2010).

Induksi
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa induksi adalah
proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataanpernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti
dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan tersbut berdasarkan
57

pengalaman-pengalaman

empiris

yang

ditangkap

oleh

indra.

Kemudian disimpulkan ke dalam suatu konsep yang memungkinkan


seseorang untuk memahami suatu gejala, (Notoatmodjo, 2010)
J

Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataanpernyataan

umum

ke

khusus.

Aristoteles

(384-322

SM)

mengembangkan cara berpikir deduksi ini kedalam suatu cara yang


disebut silogisme. Silogisme ini merupan suatu bentuk deduksi
yang memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai kesimpulan
yang lebih baik. Didalam proses berpikir deduksi berlaku bahwa
sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu,
berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada
setiap yang termasuk dalam kelas itu, (Notoatmodjo, 2010).
2

Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan


Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut metodologi penelitian
(research methodology). Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis
Bacon (1561-1626). Ia adalah seorang tokoh yang mengembangkan
metode berpikir induktif. Mula-mula ia mengadakan pengamatan
langsung tehadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan. Kemudian
hasil pengamatannya tersebuat dikumpulkan dan diklasifikasikan, dan
akhirnya diambil kesimpulan umum. Kemudian metode berpikir induktif
yang dikembangkan oleh Bacon ini dilanjutkan oleh Deobold van Dallen.
Ia mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan
mengadakan observasi langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan
terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya.
Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok, yakni :
a

Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada
saat dilakukan pengamatan.

58

Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul

pada saat dilakukan pengamatan.


Gejala-gejala yang muncul bervariasi, yaitu gejala-gejala yang

berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu, (Notoatmodjo, 2010).


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN
1)

Faktor Internal menurut Notoatmodjo (2010) :


a)

Pendidikan
Tokoh pendidikan abad 20 M. J. Largevelt yang dikutip oleh

Notoatmojo (2007) mendefinisikan bahwa pendidikan adalah setiap


usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada
anak yang tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan GBHN Indonesia
mendefinisikan lain, bahwa pendidikan sebagai suatu usaha dasar
untuk menjadi kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar
sekolah dan berlangsung seumur hidup.
b)

Pengalaman
Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang

(Middle Brook, 1974) yang dikutip oleh Azwar (2009), Mengatakan


bahwa tidak adanya suatu pengalaman sama sekali. Suatu objek
psikologis cenderung akan bersikap negatif terhadap objek tersebut
untuk menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut dalam situasi yang
melibatkan emosi, penghayatan, pengalaman akan lebih mendalam dan
lama membekas.
c) Usia
Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang
tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi
kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih
dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya.
Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya,

59

makin tua seseorang maka makin kondusif dalam menggunakan


koping terhadap masalah yang dihadapi (Azwar, 2009).
2) Faktor External menurut Notoatmodjo (2007), antara lain :
Dalam memenuhi kebutuahan primer ataupun sekunder, keluarga
dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding dengan
keluarga dengan status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi
kebutuhan akan informasi termasuk kebutuhan sekunder. Jadi dapat
disimpulkan

bahwa

ekonomi

dapat

mempengaruhi

pengetahuan

seseorang tentang berbagai hal.


a) Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai
pemberitahuan seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal
tersebut. Pesan-pesan sugestif dibawa oleh informasi tersebut apabila
arah sikap tertentu. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk
menggunakan kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang
berpengaruh perubahan perilaku, biasanya digunakan melalui media
masa.
b) Hubungan sosial
Hubungan sosial dimana kita hidup mempunyai pengaruh besar
terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai
hubungan sosial yang baik adiantara suatu komunitas contoh untuk selalu
menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin berpengaruh dalam
pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.

PENGUKURAN PENGETAHUAN
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket (kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.
Pengukuran tingkat pengetahuan dimaksudkan untuk mengetahui status
60

pengetahuan seseorang dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.


Selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari masingmasing pertanyaan diberi nilai 1 jika salah diberi nilai 0 (Notoatmodjo,
2010).
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor
jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100%
dan hasilnya berupa persentasi dengan rumus yang digunakan sebagai berikut:

Secara umum tingkat pengetahuan dapat dibagi menjadi 3, yaitu


1

Kategori Baik

: 79-100 %

Kategori Cukup

: 56-78 %

Kategori Kurang : <56%


(Notoatmodjo, 2007).

POLA MAKAN SEHAT DAN SEIMBANG


2.2.1 Pengertian Pola Makan Sehat dan Seimbang
Menurut Harper (1986), pola makan (dietary pattern) adalah cara yang
ditempuh

seseorang

atau sekelompok untuk

memilih

makanan

dan

mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis,


budaya dan sosial. Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka
ragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi
kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan
proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan.
Menurut Depkes RI (2009), pola makan adalah suatu cara atau usaha
dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti
mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu
kesembuhan penyakit. Untuk menghindari penyakit-penyakit akibat pola
makan yang kurang sehat, diperlukan suatu pedoman bagi individu, keluarga,
atau masyarakat tentang pola makan yang sehat. Pola makan itu dibentuk sejak
61

masa kanak-kanak yang akan terbawa hingga dewasa. Oleh karena itu, untuk
membentuk pola makan yang baik sebaiknya dilakukan sejak masa kanakkanak. Namun sebagai orang tua harus mengetahui bagaimana kebiasaan dan
karakteristik anaknya.(Dirjen Binkesmas Depkes RI (1997)). Kunci menuju
kesehatan yang baik adalah diet yang seimbang dan bervariasi.
2

Hakikat pola makan dan Pola Konsumsi Makanan


Hakikat Pola Makan Pola makan atau pola konsumsi pangan merupakan
susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok
orang pada waktu tertentu pola makan merupakan berbagai informasi yang
memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan
tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok
masyarakat tertentu.(Yayuk Farida Baliwati. dkk, 2004 : 69).
Secara umum bahwa pola makan adalah cara atau perilaku yang
ditempuh seseorang atau sekelompok orang dalam memilih, menggunakan
bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap hari yang meliputi jenis
makanan, jumlah makanan dan frekuensi makan yang berdasarkan pada faktorfaktor sosial, budaya dimana mereka hidup.
Batissini (2005: 28) mengatakan bahwa pola makan adalah segala
sesuatu mengenai frekuensi konsumsi makanan, kebiasaan makan, konsumsi
minuman, ukuran porsi, dan kualitas makanan sehari-hari.
Penduduk Indonesia terdiri dari bermacam suku bangsa yang
mempunyai kekayaan kuliner yang sangat variatif. Apabila dikonsumsi dalam
jumlah cukup dan seimbang, hidangan tersebut akan memenuhi kecukupan zat
gizi yang dapat menjaga kondisi kesehatan secara optimal. Selain itu setiap
daerah mempunyai keanekaragaman dan ketersediaan sumber pangan hewani
dan nabati yang khas seperti padi-padian, kacang-kacangan, sayur dan buah di
daerah pertanian, ikan dan produk laut di daerah pesisir, serta unggas dan
daging di daerah peternakan.
Namun pengetahuan masyarakat untuk memilih makanan yang cukup
dan seimbang untuk individu dan keluarga masih kurang. Hal ini sangat
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial ekonomi dan budaya. Pada keluarga
62

miskin, umumnya karena akses pendidikan, pelayanan kesehatan dan pangan


rendah, kurang gizi merupakan masalah yang disertai dengan tingginya angka
penyakit infeksi seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) , diare,
tuberkulosa dan malaria. Keluarga yang tidak mampu ini juga terbukti sangat
terpapar dengan kebiasaan merokok yang memperparah kondisi kesehatan
mereka.
Pola konsumsi makanan yang tidak berimbang menyebabkan struktur
tubuh anak Indonesia semakin tidak ideal, yaitu pendek dan gemuk. Tinggi
badan anak laki-laki Indonesia pada umur lima tahun, rata-rata kurang 6,7cm
dari tinggi yang seharusnya, sedangkan pada anak perempuan kurang 7,3cm
(Riskesdas, 2010). Hal ini disebabkan konsumsi makanan sumber protein
terutama pangan hewani masyarakat yang rendah. Berdasarkan Susenas tahun
2009 rata-rata konsumsi pangan hewani sebesar 148 kkal (61,7% Angka
Kebutuhan Energi) dari anjuran sebesar 240 kkal. Adapun kegemukan terjadi
karena kelebihan konsumsi makanan sumber karbohidrat dan rendah serat
makanan (Dewan Ketahanan Pangan, 2011).
Baik di perdesaan maupun di perkotaan, gizi lebih yaitu kegemukan dan
obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat. Fisik yang kurang
bergerak secara teratur karena kemudahan sarana transportasi dan jenis
pekerjaan yang membuat pekerja relatif statis untuk waktu lama, bersama
dengan obesitas merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit degeneratif,
penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes dan kanker. Hal tersebut di atas
antara lain sebagai akibat dari perubahan gaya hidup, yang merupakan dampak
gobalisasi dan industrialisasi, termasuk berkembangnya makanan cepat saji
yang umumnya tidak bergizi seimbang yaitu tinggi lemak dan garam, serta
rendah kandungan seratnya. Mobilitas yang sangat tinggi di kota besar membuat
orang cenderung mengkonsumsi makanan cepat saji tanpa mempertimbangkan
kandungan gizinya.
Masalah utama terkait dengan pola konsumsi makanan, antara lain
adalah:
a

Promosi junk food yang tinggi lemak, tinggi garam dan tinggi gula,
serta rendah serat, dipromosikan dan ditawarkan dengan sangat menarik
63

melalui iklan di berbagai media massa yang ditujukan kepada konsumen


sejak usia balita, dengan sasaran utama anak usia sekolah dan pekerja
b

muda.
Pengetahuan masyarakat yang kurang tentang pola konsumsi makanan
yang sehat dan seimbang, menyebabkan perilaku yang salah. Hal ini
disebabkan tidak efektifnya pendidikan gizi kepada anak semenjak usia

dini sampai anak usia sekolah.


Penyediaan kantin sekolah dan program makan siang yang sehat dan
higienis di sekolah, belum menjadi kebijakan bagi penyelenggara
pendidikan. Bahkan gencarnya strategi produsen makanan dan minuman
cepat saji berupa program schoolastic merupakan aktivasi hadirnya
makanan dan minuman yang dikategorikan junk food untuk menjangkau

pelajar usia remaja.


Menu makanan tradisional yang tinggi serat seperti gado-gado, karedok,
urap dan pecel kurang diminati oleh anak dan remaja. Selain itu
keamanan makanan yang dijajakan oleh penjual keliling termasuk jajanan
anak sekolah perlu mendapat perhatian khusus terkait dengan higiene dan
sanitasi serta penggunaan yang salah berbagai bahan tambahan pangan

dan adanya bahan berbahaya.


Pentingnya penerapan pola konsumsi makanan beragam, bergizi
seimbang dan aktivitas fisik yang cukup dan teratur dalam kaitannya

dengan produktivitas optimal ternyata masih belum diberikan perhatian.


Ketersediaan dan akses sayur dan buah beragam dan aman serta promosi
pola konsumsi makanan tinggi serat belum ditangani secara serius, karena
ditemukan 93,6% penduduk berumur di atas 10 tahun kurang makan

sayur dan buah.


Menjamurnya toko waralaba franchise convenience store di seluruh
pelosok kota sampai ke perdesaan dengan berbagai strategi pemasaran
yang gencar sehingga keluarga tergiur untuk membeli makanan baru
produk kemasan yang pada umumnya kaya karbohidrat dan rendah
protein serta miskin mikronutrien telah mengakibatkan transisi pola
konsumsi makanan masyarakat, berupa konsumsi makanan kemasan,
makanan cepat saji tinggi lemak, tinggi garam dan minuman tinggi gula.
64

Kondisi ini sejalan dengan meningkatnya kejadian kegemukan pada


kelompok miskin (Riskesdas,2010).
3

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan


1
Budaya
Budaya cukup menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi.
Demikian

pula

letak

geografis

mempengaruhi

makanan

yang

diinginkannya. Sebagai contoh, nasi untuk orang-orang Asia dan


Orientalis, pasta untuk orang-orang Italia, curry (kari) untuk orang-orang
India merupakan makanan pokok, selain makana-makanan lain yang mulai
ditinggalkan. Makanan laut banyak disukai oleh masyarakat sepanjang
pesisir Amerika Utara. Sedangkan penduduk Amerika bagian Selatan lebih
menyukai makanan goreng-gorengan Dirjen Binkesmas Depkes RI (2007:
28),
Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan
tertentu masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan, misalnya
larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan ataupun daging hanya
berdasarkan kebiasaan yang tidak ada dasarnya dan hanya diwarisi secara
turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan
makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya (Sjahmien
Moehji, 2002). Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan
makan penduduk yang kadang-kadang bertentangan dengan prinsipprinsip ilmu gizi. Misalnya bahan-bahan makanan tertentu oleh sesuatu
budaya masyarakat dapat dianggap tabu untuk dikonsumsi karena alasanalasan tertentu (Suhardjo, 2003). Dikemukakan juga oleh Yetty Nency dan
Muhamad Thohar (2005), bahwa kebiasaan, mitos atau kepercayaan/adapt
istiadat masyarakat tertentu yang tidak benar dalam pemberian makan
2

akan sangat merugikan anak


Agama/Kepercayaan Agama / kepercayaan
Agama/Kepercayaan Agama / kepercayaan juga mempengaruhi jenis
makanan yang dikonsumsi. Sebagai contoh, agama Islam dan Yahudi
Orthodoks mengharamkan daging babi. Agama Roma Katolik melarang
makan daging setiap hari, dan beberapa aliran agama (Protestan) melarang

65

pemeluknya mengkonsumsi teh, kopi atau alkohol Dirjen Binkesmas Depkes


3

RI (2007: 28),
Status Sosial Ekonomi
Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut
dipengaruhi oleh status sosial dan ekonomi. Sebagai contoh, orang kelas
menegah ke bawah atau orang miskin di desa tidak sanggup membeli
makanan jadi, daging, buah dan sayuran yang mahal. Pendapatan akan
membatasi seseorang untuk mengkonsumsi makanan yang mahal harganya.
Kelompok sosial juga berpengaruh terhadap kebiasaan makan, misalnya
kerang dan siput disukai oleh beberapa kelompok masyarakat, sedangkan
kelompok masyarakat yang lain lebih menyukai hamburger dan pizza Dirjen
Binkesmas Depkes RI (2007: 29).
Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi pertama
pada kondisi yang umum (Suhardjo, 2003). Pada umumnya jika tingkat
pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan cenderung untuk membaik juga
(Suhardjo dkk, 1986). Besar kecilnya pendapatan keluarga berpengaruh
terhadap pola konsumsi makanan dan pola konsumsi makanan dipengaruhi
pula oleh faktor sosial budaya masyarakat. Oleh karena itu bagi suatu
masyarakat dengan tingkat pendapatan rendah, usaha perbaikan gizi erat
hubungannya dengan usaha peningkatan pendapatan dan pembangunan

sumber daya manusia (Djiteng Roedjito D., 1989).


Personal Preference
Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap
kebiasaan makan seseorang. Orang seringkali memulai kebiasaan makannya
sejak dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Misalnya, ayah tidak suka
makan kai, begitu pula dengan anak lakilakinya. Ibu tidak suka makanan
kerang, begitu pula anak perempuannya. Perasaan suka dan tidak suka
seseorang terhadap makanan tergantung asosiasinya terhadap makanan
tersebut. Anak-anak yang suka mengunjungi kakek dan neneknya akan ikut
menyukai acar karena mereka sering dihidangkan acar. Lain lagi dengan anak
yang suka dimarahi bibinya, akan tumbuh perasaan tidak suka pada daging

ayam yang dimasak bibinya Dirjen Binkesmas Depkes RI (2007: 29),


Rasa Lapar, Nafsu Makan, dan Rasa Kenyang Rasa lapar
66

Umumnya merupakan sensasi yang kurang menyenangkan karena


berhubungan dengan kekurangan makanan. Sebaliknya, nafsu makan
merupakan sensasi yang menyenangkan berupa keinginan seseorang untuk
makan. Sedangkan rasa kenyang merupakan perasaan puas karena telah
memenuhi keinginannya untuk makan. Pusat pengaturan dan pengontrolan
mekanisme lapar, nafsu makan dan rasa kenyang dilakukan oleh sistem saraf
pusat, yaitu hipotalamus Dirjen Binkesmas Depkes RI (2007: 30), 6.
Kesehatan Kesehatan seseorang berpengaruh besar terhadap kebiasaan
makan. Sariawan atau gigi yang sakit seringkali membuat individu memilih
makanan yang lembut. Tidak jarang orang yang kesulitan menelan, memilih
6

menahan lapar dari pada makan Dirjen Binkesmas Depkes RI (2007: 30).
Ragam Dan Frekuensi Bahan Makanan Yang Dikonsumsi
a Ragam
Bahan makanan yang dikonsumsi sangat beragam, membiasakan
makan makanan yang beraneka ragam adalah prinsip pertama dari gizi
seimbang yang universal. Artinya, setiap manusia dimana saja
membutuhkan makanan yang beraneka ragam atau bervariasi karena
tidak ada satupun makanan yang mengandung seluruh zat gizi yang
dibutuhkan tubuh. Semakin beragam pola hidangan makanan, semakin
mudah terpenuhi kebutuhan akan berbagai zat. Bahan makanan yang
dikonsumsi dikelompokkan kedalam bahan makanan pokok, lauk hewani,
lauk nabati, sayuran, buah-buahan dan lain-lain.
1 Makanan pokok
Makanan pokok merupakan bahan makanan yang mengandung
karbohidrat. Makanan pokok terdiri atas bahan makanan serelia dan
umbi-umbian. Yang termasuk makanan pokok antara lain adalah beras,
jagung, tepung terigu, roti, kentang, singkong, ubi jalar, gembili, talas,
uwi, mi gandum, tepung beras dan lain-lain.
2 Lauk hewani dan lauk nabati
Bahan makanan lauk hewani merupakan bahan makanan sumber
protein yang berasar dari hewan. Yang termasuk dalam bahan lauk
hewani antara lain daging sapi, kambing, ayam, telur, jerohan, keju,
bebek, ikan, udang, cumi-cumi. Bahan lauk nabati adalah lauk berasal
67

dari tumbuh-tumbuhan dan hasil olahannya, antara lain : tempe, tahu,


kacang-kacangan, lauk nabati merupakan sumber protein.
3

Sayuran

Sayuran merupakan bagian dari tubuh yang dapat dimakan, antara


lain daun, bunga, umbi, maupun batang, sayuran merupakan sumber
mineral dan vitamin, setiap jenis sayuran memiliki warna, rasa, aroma
dan kekerasan yang berbeda-beda, sehingga bahan pangan sayursayuran dapat menambah variasi makanan, yang termasuk sayuran
antara lain, kol, wortel, kentang, buncis, sawi hijau dan lain-lain.
4

Buah-buahan

Dalam pengertian sehari-hari, buah diartikan sebagai semua


produk yang dikonsumsi sebagai pencuci mulut. Yang termasuk
buah antara lain mangga, jeruk, apel, pisang, semangka dan lain-lain.
b

Frekuensi
Frekuensi makan adalah jumlah makanan dalam seharihari baik

kuantitatif dan kualitatif. Secara ilmiah makanan diolah dalam tubuh


melalui alatalat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus.
Lama makanan dalam lambung bergantung sifat dan jenis makanan.
Jika dirata-rata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam sehingga
frekuensi makan menjadi 3 kali sehari.
Porsi makan pagi tidak perlu sebanyak porsi makan siang dan
makan malam secukupnya saja, untuk memenuhi energy dan sebagian
zat gizi sebelum tiba makan siang. Lebih baik lagi jika makan
makanan ringan sekitar pukul 10.00. Menu sarapan yang baik harus
mengandung karbohidrat, protein dan lemak, serta cukup air untuk
mempermudah pencernaan makanan dan penyerapan zat gizi.

68

Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)


PUGS disusun untuk mencapai dan memelihara kesehatan dan kesejahteraan
gizi (nutritional well-being) semua yang merupakan prasyarat untuk pembangunan
sumber daya manusia. Dalam PUGS, susunan makanan yang dianjurkan adalah yang
menjamin keseimbangan zat-zat gizi. Hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi
beraneka ragam makanan tiap hari. Tiap makanan dapat saling melengkapi dalam
zat-zat gizi yang dikandungnya. PUGS merupakan penjabaran lebih lanjut dari
pedoman 4 Sehat 5 Sempurna yang memuat pesan-pesan yang berkaitan dengan
pencegahan baik masalah gizi kurang maupun masalah gizi lebih. Pengelompokan
makanan didasarkan pada tiga fungsi utama zat-zat gizi, yaitu sumber zat
energi/tenaga yang dapat berupa padi-padian, tepungtepungan, umbi-umbian, sagu,
dan pisang yang dibeberapa bagian di Indonesia juga dimakan sebagai makanan
pokok. Sebagai sumber zat pembangun berupa sayuran dan buah, serta sumber zat
pengatur berupa ikan, ayam, telur, daging, susu, kacang-kacangan dan hasil
olahannya, seperti tempe, tahu dan oncom. Untuk mencapai gizi seimbang
hendaknya susunan makanan sehari terdiri dari campuran ketiga kelompok bahan
makanan tersebut. Dari tiap kelompok dipilih salah satu atau lebih jenis bahan
makanan sesuai dengan ketersediaan bahan makanan tersebut di pasar, keadaan
sosial ekonomi, nilai gizi, dan kebiasaan makanan.
A Gizi Seimbang
Gizi

seimbang

merupakan

susunan

pangan

sehari-hari

yang

mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik,
perilaku hidup bersih dan memantau berat badan secara teratur dalam rangka
mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.
Gizi Seimbang adalah makanan yang dikonsumsi oleh individu seharihari yang beraneka ragam dan memenuhi 5 kelompok zat gizi dalam jumlah
yang cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan.
Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beranekaragam
makanan dengan jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi
kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan
proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan
69

Peranan berbagai kelompok bahan makanan tergambar dalam piramida


gizi seimbang yang berbentuk kerucut. Populer dengan istilah Tri Guna
Makanan yang sekarang disebut Tumpeng Gizi Seimbang.
Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada dasarnya
merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang
keluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur.

Gambar 2.1 Tumpeng Gizi Seimbang (KEMENKES RI,2014)

Dalam Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) ada empat lapis berurutan dari
bawah ke atas, dan semakin ke atas semakin kecil. Empat lapis artinya Gizi
Seimbang didasarkan pada prinsip 4 pilar yaitu Mengonsumsi makanan
beragam., Membiasakan perilaku hidup bersih, Melakukan aktivitas fisik, dan
70

Mempertahankan dan memantau Berat Badan (BB) normal. Semakin ke atas


ukuran tumpeng semakin kecil berarti pangan pada lapis paling atas yaitu
gula, garam dan lemak dibutuhkan sedikit sekali atau perlu dibatasi. Pada
setiap kelompok pangan dituliskan berapa jumlah porsi setiap kelompok
pangan yang dianjurkan. Misalnya pada kelompok sayuran tertulis 3-4 porsi
sehari, artinya sayuran dianjurkan dikonsumsi oleh remaja atau dewasa
sejumlah 3-4 mangkuk sehari. Satu mangkuk sayuran beratnya sekitar 75
gram, sehingga perlu makan sayur sekitar 300 gram sehari. Sebelah kanan
tumpeng ada tanda tambah (+) diikuti dengan visual segelas air putih dan
tulisan 8 gelas. Ini artinya dalam sehari setiap orang remaja atau dewasa
dianjurkan untuk minum air putih sekitar 8 gelas sehari. Selain makanan dan
minuman dalam visual TGS ini juga ada pesan cuci tangan sebelum dan
sesudah makan yang divisualkan oleh gambar cuci tangan menggunakan air
mengalir; juga berbagai siluet aktifitas fisik (termasuk olahraga), dan kegiatan
menimbang berat badan. Kegiatan fisik dianjurkan untuk dilakukan paling
tidak tiga kali seminggu dan memantau berat badan setiap bulan.
(KEMENKES RI,2014)

71

Gambar 2.2 Keanekaragaman makanan dalam sekali hidangan (KEMENKES RI,2014)


PIRING MAKANKU: SAJIAN SEKALI MAKAN, dimaksudkan
sebagai panduan yang menunjukkan sajian makanan dan minuman pada setiap
kali makan (misal sarapan, makan siang dan makan malam). Visual Piring
Makanku ini menggambarkan anjuran makan sehat dimana separoh (50%)
dari total jumlah 43 makanan setiap kali makan adalah sayur dan buah, dan
separoh (50%) lagi adalah makanan pokok dan lauk-pauk. Piring Makanku
juga menganjurkan makan bahwa porsi sayuran harus lebih banyak dari porsi
buah, dan porsi makanan pokok lebih banyak dari porsi lauk-pauk. Piring
makanku juga menganjurkan perlu minum setiap kali makan, bisa sebelum,
ketika atau setelah makan. Meskipun gambar gelas hanya satu buah dalam
visual ini, tidak berarti bahwa minum dalam satu kali makan hanya satu gelas,
bisa saja disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya segelas sebelum makan dan
segelas lagi setelah makan. Makan dan minum tidak ada artinya bila tidak
bersih dan aman termasuk tangan dan peralatan makan. Oleh karena itu
sejalan dengan prinsip gizi seimbang makan dalam visual Piring Makanku
juga dianjurkan untuk cuci tangan sebelum dan sesudah makan. Karena Piring
Makanku adalah panduan setiap kali makan , maka tidak diperlukan anjuran
aktivitas fisik dan pemantauan berat badan. Kedua hal ini cukup divisualkan
pada gambar Tumpeng Gizi Seimbang (KEMENKES RI,2014)
Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Gizi Seimbang
1
2
3
4

Ekonomi (terjangkau dengan keuangan keluarga)


Sosial budaya (tidak bertentangan)
Kondisi kesehatan
Umur
72

5
6
7
8

Berat badan
Aktivitas
Kebiasaan makan (like or dislike)
Ketersediaan pangan setempat

B Pesan Gizi Seimbang


Pada awal tahun 2014, Dinas Kesehatan RI telah mengeluarkan slogan
PUGS terbaru,dari 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang menjadi 10 Pesan Gizi
Seimbang ,karena lebih relevan di kehidupan sekarang dan diharapkan
masyarakat dapat melakukan apa yang tertera di dalam PUGS terbaru tersebut.
Selain pesan tersebut, masih ada pesan-pesan yang lain yang sesuai dengan
kelompok umur
Berikut adalah isi dari 10 Pesan Gizi Seimbang (KEMENKES RI,2014):
1

Syukuri dan nikmati aneka ragam makanan


Kualitas atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi dipengaruhi oleh
keragaman jenis pangan yang dikonsumsi.Semakin beragam jenis pangan
yang dikonsumsi semakin mudah untuk memenuhi kebutuhan gizi. Bahkan
semakin beragam pangan yang dikonsumsi semakin mudah tubuh
memperoleh berbagai zat lainnya yang bermanfaat bagi kesehatan. Oleh
karena itu konsumsi anekaragam pangan merupakan salah satu anjuran
penting

dalam

mewujudkan

gizi

seimbang.

Selain

memperhatikan

keanekaragaman makanan dan minuman juga perlu memperhatikan dari segi


keamanannya yang berarti makanan dan minuman itu harus bebas dari
kuman penyakit atau bahan berbahaya. Cara menerapkan pesan ini adalah
dengan mengonsumsi lima kelompok pangan setiap hari atau setiap kali
makan. Kelima kelompok pangan tersebut adalah makanan pokok, laukpauk, sayuran, buah-buahan dan minuman. Mengonsumsi lebih dari satu
jenis untuk setiap kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayuran
2

dan buah-buahan) setiap kali makan akan lebih baik


Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan
Secara umum sayuran dan buah-buahan merupakan sumber berbagai
vitamin, mineral, dan serat pangan. Sebagian vitamin, mineral yang
terkandung dalam sayuran dan buah-buahan berperan sebagai antioksidan
atau penangkal senyawa jahat dalam tubuh. Berbeda dengan sayuran, buah73

buahan juga menyediakan karbohidrat terutama berupa fruktosa dan glukosa.


Sayur tertentu juga menyediakan karbohidrat , seperti wortel dan kentang
sayur. Sementara buah tertentu juga menyediakan lemak tidak jenuh seperti
buah alpokat dan buah merah. Oleh karena itu konsumsi sayuran dan buahbuahan merupakan salah satu bagian penting dalam mewujudkan gizi
seimbang.
Berbagai kajian menunjukkan bahwa konsumsi sayuran dan buahbuahan
yang cukup turut berperan dalam menjaga kenormalan tekanan darah, kadar
gula dan kolesterol darah. mengendalikan tekanan darah. Konsumsi sayur
dan buah yang cukup juga menurunkan risiko sulit buang air besar
(BAB/sembelit) dan kegemukan. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi
sayuran dan buah-buahan yang cukup turut berperan dalam pencegahan
penyakit tidak menular kronik. Konsumsi sayuran dan buah-buahan yang
cukup merupakan salah satu indikator sederhana gizi seimbang.
Semakin matang buah yang mengandung karbohidrat semakin tinggi
kandungan fruktosa dan glukosanya, yang dicirikan oleh rasa yang semakin
manis. Dalam budaya makan masyarakat perkotaaan Indonesia saat ini,
semakin dikenal minuman jus bergula. Dalam segelas jus buah bergula
mengandung 150-300 Kalori yang sekitar separohnya dari gula yang
ditambahkan.Selain itu beberapa jenis buah juga meningkatkan risiko
kembung dan asam urat. Oleh karena itu konsumsi buah yang terlalu matang
dan minuman jus bergula perlu dibatasi agar turut mengendalikan kadar gula
darah.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) secara umum menganjurkan konsumsi
sayuran dan buah-buahan untuk hidup sehat sejumlah 400 g perorang perhari,
yang terdiri dari 250 g sayur (setara dengan 21/2 porsi atau 21/2 gelas sayur
setelah dimasak dan ditiriskan) dan 150 g buah. (setara dengan 3 buah pisang
ambon ukuran sedang atau 11/2 potong pepaya ukuran sedang atau 3 buah 14
jeruk ukuran sedang). Bagi orang Indonesia dianjurkan konsumsi sayuran
dan buah-buahan 300-400 g perorang perhari bagi anak balita dan anak usia
sekolah, dan 400-600 g perorang perhari bagi remaja dan orang dewasa.

74

Sekitar dua-pertiga dari jumlah anjuran konsumsi sayuran dan buah-buahan


3

tersebut adalah porsi sayur.


Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi
Lauk pauk terdiri dari pangan sumber protein hewani dan pangan
sumber protein nabati. Kelompok pangan lauk pauk sumber protein hewani
meliputi daging ruminansia (daging sapi, daging kambing, daging rusa dll),
daging unggas (daging ayam, daging bebek dll), ikan termasuk seafood, telur
dan susu serta hasil olahnya. Kelompok Pangan lauk pauk sumber protein
nabati meliputi kacang-kacangan dan hasil olahnya seperti kedele, tahu,
tempe, kacang hijau, kacang tanah, kacang merah, kacang hitam, kacang tolo
dan lain-lain.
Meskipun kedua kelompok pangan tersebut (pangan sumber protein
hewani dan pangan sumber protein nabati) sama-sama menyediakan protein,
tetapi masing-masing kelompok pangan tersebut mempunyai keunggulan dan
kekurangan. Pangan hewani mempunyai asam amino yang lebih lengkap dan
mempunyai mutu zat gizi yaitu protein, vitamin dan mineral lebih baik,
karena kandungan zat-zat gizi tersebut lebih banyak dan mudah diserap
tubuh. Tetapi pangan hewani mengandung tinggi kolesterol (kecuali ikan)
dan lemak. Lemak dari daging dan unggas lebih banyak mengandung lemak
jenuh. Kolesterol dan lemak jenuh diperlukan tubuh terutama pada anak-anak
tetapi perlu dibatasai asupannya pada orang dewasa.
Pangan protein nabati mempunyai keunggulan mengandung proporsi
lemak tidak jenuh yang lebih banyak dibanding pangan hewani. Juga
mengandung isoflavon, yaitu kandungan fitokimia yang turut berfungsi mirip
hormon estrogen (hormon kewanitaan) dan antioksidan serta anti-kolesterol.
Konsumsi kedele dan tempe telah terbukti dapat menurunkan kolesterol dan
meningkatkan sensitifitas insulin dan produksi insulin. Sehingga dapat
mengendalikan kadar kolesterol dan gula darah. Namun kualitas protein dan
mineral yang dikandung pangan protein nabati lebih rendah dibanding
pangan protein hewani.
Oleh karena itu dalam mewujudkan gizi seimbang kedua kelompok
pangan ini (hewani dan nabati) perlu dikonsumsi bersama kelompok pangan
lainnya setiap hari, agar jumlah dan kualitas zat gizi yang dikonsumsi lebih
75

baik dan sempurna. Kebutuhan pangan hewani 2-4 porsi (setara dengan 70140 gr/2-4 potong daging sapi ukuran sedang atau 80-160 gr/2-4 potong
daging ayam ukuran sedang atau 80-160 gr/2-4 potong ikan ukuran sedang)
15 sehari dan pangan protein nabati 2-4 porsi sehari ( setara dengan 100-200
gr/ 4-8 potong tempe ukuran sedang atau 200-400 gr/ 4-8 potong tahu ukuran
sedang) tergantung kelompok umur dan kondisi fisiologis (hamil, menyusui,
lansia, anak, remaja, dewasa). Susu sebagai bagian dari pangan hewani yang
dikonsumsi berupa minuman dianjurkan terutama bagi ibu hamil, ibu
menyusui serta anak-anak setelah usia satu tahun. Mereka yang mengalami
diare atau intoleransi laktosa karena minum susu tidak dianjurkan minum
susu hewani. Konsumsi telur, susu kedele dan ikan merupakan salah satu
4

alternatif solusinya.
Biasakan mengonsumsi anekaragam makanan pokok
Makanan pokok adalah pangan mengandung karbohidrat yang sering
dikonsumsi atau telah menjadi bagian dari budaya makan berbagai etnik di
Indonesia sejak lama.Contoh pangan karbohidrat adalah beras, jagung,
singkong, ubi, talas, garut, sorgum, jewawut, sagu dan produk olahannya.
Indonesia kaya akan beragam pangan sumber karbohidrat tersebut.
Disamping mengandung karbohidrat, dalam makanan pokok biasanya
juga terkandung antara lain vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin) dan
beberapa mineral. Mineral dari makanan pokok ini biasanya mempunyai
mutu biologis atau penyerapan oleh tubuh yang rendah. Serealia utuh seperti
jagung, beras merah, ketan hitam, atau biji-bijian yang tidak disosoh dalam
penggilingannya mengandung serat yang tinggi.Serat ini penting untuk
melancarkan buang air besar dan pengendalian kolesterol darah.Selain itu
sereal tersebut juga memilki karbohidrat yang lambat diubah menjadi gula
darah sehingga turut mencegah gula darah tinggi. Beberapa jenis umbiumbian juga mengandung zat non-gizi yang bermanfaat untuk kesehatan
seperti ubi jalar ungu dan ubi jalar kuning yang mengandung antosianin dan
lain-lain.
Selain makanan pokok yang diproduksi di indonesia, ada juga
makanan pokok yang tersedia di Indonesia melalui impor seperti terigu.

76

Pemerintah Indonesia telah mewajibkan pengayaan mineral dan vitamin (zat


besi, zink, asam folat, tiamin dan riboflavin) pada semua terigu yang
dipasarkan di Indonesia sebagai bagian dari strategi perbaikan gizi terutama
penanggulangan anemia gizi.
Cara mewujudkan pola konsumsi makanan pokok yang beragam
adalah dengan mengonsumsi lebih dari satu jenis makanan pokok dalam
sehari atau sekali makan. Salah satu cara mengangkat citra pangan
karbohidrat lokal adalah dengan mencampur makanan karbohidrat lokal
dengan terigu, seperti pengembangan produk boga yang beragam misalnya,
roti atau mie campuran tepung singkong dengan tepung terigu, pembuatan
roti gulung pisang, singkong goreng keju dan lain-lain
5 Batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 30 tahun 2013 tentang
Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam dan Lemak serta Pesan
Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji menyebutkan bahwa
konsumsi gula lebih dari 50 g (4 sendok makan), natrium lebih dari 2000 mg
(1 sendok teh) dan lemak/minyak total lebih dari 67 g (5 sendok makan) per
orang per hari akan meningkatkan risiko hipertensi, stroke, diabetes, dan
serangan jantung. Informasi kandungan gula, garam dan lemak serta pesan
kesehatan yang tercantum pada label pangan dan makanan siap saji harus
diketahui dan mudah dibaca dengan jelas oleh konsumen.
Masyarakat perlu diberi pendidikan membaca label pangan,
mengetahui pangan rendah gula, garam dan lemak, serta memasak dengan
mengurangi garam dan gula. Di lain pihak para pengusaha pangan olahan
diwajibkan mencantumkan informasi nilai gizi pada label pangan agar
masyarakat dapat memilih makanan sehat sesuai kebutuhan setiap anggota
keluarganya. Label dan iklan pangan harus mengikuti Peraturan Pemerintah
RI, nomor 69 tahun 1999.
Khusus untuk anak usia 6-24 bulan konsumsi lemak tidak perlu dibatasi.
a Konsumsi gula
Gula yang dikonsumsi melampaui kebutuhan akan berdampak pada
peningkatan berat badan, bahkan jika dilakukan dalam jangka waktu lama
secara langsung akan meningkatkan kadar gula darah dan berdampak pada
77

terjadinya diabetes type-2, bahkan secara tidak langsung berkontribusi pada


penyakit seperti osteoporosis, penyakit jantung dan kanker.
Gula yang dikenal masyarakat tidak hanya terdapat pada gula tebu, gula
aren dan gula jagung yang dikonsumsi dari makanan dan minuman. Perlu
diingatbahwa kandungan gula terdapat juga dalam makanan lain yang
mengandung karbohidrat sederhana (tepung, roti, kecap). buah manis, jus,
minuman bersoda dan sebagainya.
Fruktosa adalah gula sederhana yang terdapat di dalam madu, berbagai
buah, gula meja (sukrosa dan high fructose corn syrup / HFCS). Fruktosa
belum memperoleh perhatian yang cukup dibandingkan dengan glukosa
padahal terbukti mempunyai hubungan yang erat dengan intoleransi
glukosa. Jadi pendapat selama ini bahwa fruktosa lebih aman dari glukosa
adalah tidak benar.

Beberapa cara membatasi konsumsi gula:


1 Kurangi secara perlahan penggunaan gula, baik pada minuman
teh/kopi

maupun

saat

membubuhkan

pada

masakan.

Jika

meningkatkan rasa pada minuman, tambahkan jeruk nipis pada


2
3

minuman tehdan atau madu, bukan menambahkan gula.


Batasi minuman bersoda.
Ganti makanan penutup/dessert yang manis dengan buah atau

4
5

sayursayuran.
Kurangi atau batasi mengkonsumsi es krim.
Selalu membaca informasi kandungan guladan kandungan total
kalori (glucosa, sucrosa, fruktosa, dextrosa, galaktosa, maltosa) dan

garam (natrium) jika berbelanja makanan dalam kemasan.


6 Kurangi konsumsi coklatyang mengandung gula.
7 Hindari minuman beralkohol.
Konsumsi garam
Rasa asin yang berasal dari makanan adalah karena kandungan garam
(NaCl) yang ada dalam makanan tersebut. Konsumsi natrium yang
berlebihan akan mempengaruhi kesehatan terutama meningkatkan tekanan
darah.

78

Karena itu dianjurkan mengonsumsi garam sekedarnya dengan cara


menyajikan makanan rendah natrium:
1 Gunakan garam beriodium untuk konsumsi.
2 Jika membeli pangan kemasan dalam kaleng, seperti sayuran,
kacangkacangan atau ikan, baca label informasi nilai gizi dan pilih yang
3

rendah natrium.
Jika tidak tersedia pangan kemasan dalam kaleng yang rendah natrium,
pangan dalam kemasan tersebut perlu dicuci terlebih dahulu agar

4
5

sebagian garam dapat terbuang


Gunakan mentega atau margarine tanpa garam (unsalted)
Jika mengonsumsi mi instan gunakan sebagian saja bumbu dalam sachet

bumbu yang tersedia dalam kemasan mi instan


Coba bumbu yang berbeda untuk meningkatkan rasa makanan, seperti
jahe atau bawang putih.
Mengonsumsi lebih banyak pangan sumber kalium dapat membantu

menurunkan tekanan darah. Pangan sumber kalium adalah kismis, kentang,


pisang, kacang (beans) dan yoghurt.
c

Konsumsi lemak
Lemak yang terdapat di dalam makanan, berguna untuk meningkatkan
jumlah energi, membantu penyerapan vitamin A, D, E dan K serta
menambah lezatnya hidangan. Konsumsi lemak dan minyak dalam hidangan
sehari-hari dianjurkan tidak lebih dari 25% kebutuhan energi, jika
mengonsumsi lemak secara berlebihan akan mengakibatkan berkurangnya
konsumsi makanan lain. Hal ini disebabkan karena lemak berada didalam
sistem pencernaan relatif lebih lama dibandingkan dengan protein dan
karbohidrat, sehingga lemak menimbulkan rasa kenyang yang lebih lama.
Secara nasional, rata-rata konsumsi lemak di Indonesia telah sesuai
dengan yang dianjurkan yaitu 47 gram/kapita/hari atau 25 persen dari total
konsumsi energi. Karakteristiknya adalah lebih besar pada kelompok
penduduk usia 2-18 tahun, tinggal di perkotaan dan pada kelompok
perempuan (Riskesdas, 2010).
Menurut kandungan asam lemaknya, minyak dibagi menjadi 2 (dua)
kelompok yaitu kelompok lemak tak jenuh dan kelompok lemak jenuh.
Makanan yang mengandung lemak tak jenuh, umumnya berasal dari pangan
79

nabati, kecuali minyak kelapa. Sedangkan makanan yang mengandung asam


lemak jenuh, umumnya berasal dari pangan hewani.
Dalam memproduksi hormon, tubuh membutuhkan kolesterol yang
merupakan substansi yang terdapat dalam tubuh. Tubuh membuat kolesterol
dari zat gizi yang dikonsumsi dari makanan yang mengandung lemak jenuh,
seperti kuning telur, lemak daging dan keju.
Kadar kolesterol darah yang melebihi ambang normal (160-200 mg/dl)
dapat mengakibatkan penyakit jantung bahkan serangan jantung. Hal ini
dapat dicegah jika penduduk menerapkan pola konsumsi makanan rendah
lemak. Daftar pangan sumber lemak dan porsi ukuran rumah tangga (URT).
Risiko timbulnya penyakit jantung pada kelompok penduduk ini semakin
meningkat jika disertai dengan kebiasaan merokok, menderita tekanan darah
tinggi, diabetes dan obesitas. Khusus untuk anak usia 6-24 bulan konsumsi
lemak tidak perlu dibatasi.
6 Biasakan Sarapan
Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara
bangun pagi sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian kebutuhan gizi harian
(15-30% kebutuhan gizi) dalam rangka mewujudkan hidup sehat, aktif, dan
produktif.
Masyarakat Indonesia masih banyak yang belum membiasakan sarapan.
Padahal dengan tidak sarapan akan berdampak buruk terhadap proses belajar
di sekolah bagi anak sekolah, menurunkan aktifitas fisik, menyebabkan
kegemukan pada remaja, orang dewasa, dan meningkatkan risiko jajan yang
tidak sehat.
Sebaliknya, sarapan membekali tubuh dengan zat gizi yang diperlukan
untuk berpikir, bekerja, dan melakukan aktivitas fisik secara optimal setelah
bangun pagi.Bagi anak sekolah, sarapan yang cukup terbukti dapat
meningkatkan konsentrasi belajar dan stamina. Bagi remaja dan orang
dewasa sarapan yang cukup terbukti dapat mencegah kegemukan.
Membiasakan sarapan juga berarti membiasakan disiplin bangun pagi dan
beraktifitas pagi dan tercegah dari makan berlebihan dikala makan kudapan
atau makan siang.

80

Karena itu sarapan merupakan salah satu perilaku penting dalam


mewujudkan gizi seimbang.Pekan Sarapan nasional (PESAN) yang
diperingati setiap tanggal 14-20 Februari diharapkan dapat dijadikan sebagai
momentum berkala setiap tahun untuk selalu mengingatkan dan mendorong
masyarakat agar melakukan sarapan yang sehat sebagai bagian dari upaya
mewujudkan Gizi Seimbang.
Sarapan sehat setiap pagi dapat diwujudkan dengan bangun pagi,
mempersiapkan dan mengonsumsi makanan dan minuman pagi sebelum
melakukan aktifitas harian. Sarapan yang baik terdiri dari pangan
karbohidrat, pangan lauk-pauk, sayuran atau buah-buahan dan minuman.
Bagi orang yang tidak biasa makan kudapan pagi dan kudapan siang, porsi
makanan saat sarapan sekitar sepertiga dari total makanan sehari. Bagi orang
yang biasa makan kudapan pagi dan makanan kudapan siang, jumlah porsi
makanan sarapan sebaiknya seperempat dari makanan harian.
7 Biasakan minum air putih yang cukup dan aman
Air merupakan salah satu zat gizi makro esensial, yang berarti bahwa
air dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang banyak untuk hidup sehat, dan
tubuh tidak dapat memproduksi air untuk memenuhi kebutuhan ini. Sekitar
duapertiga dari berat tubuh kita adalah air.
Air diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
sehingga keseimbangan air perlu dipertahankan dengan mengatur jumlah
masukan air dan keluaran airyang seimbang. Persentase kadar air dalam
tubuh anak lebih tinggi dibanding dalam tubuh orang dewasa. sehingga anak
memerlukan lebih banyak air untuk setiap kilogram berat badannya
dibandingkan dewasa. Berbagai faktor dapat memengaruhi kebutuhan air
seperti tahap pertumbuhan, laju metabolisme, aktivitas fisik, laju pernafasan,
suhu tubuh dan lingkungan, kelembaban udara, jumlah dan jenis padatan
yang dikeluarkan ginjal, dan pola konsumsi pangan.
Bagi tubuh, air berfungsi sebagai pengatur proses biokimia, pengatur
suhu, pelarut, pembentuk atau komponen sel dan organ, media tranportasi zat
gizi dan pembuangan sisa metabolisme, pelumas sendi dan bantalan organ.
Proses biokimiawi dalam tubuh memerlukan air yang cukup. Gangguan
81

terhadap keseimbangan air di dalam tubuh dapat meningkatkan risiko


berbagai gangguan atau penyakit, antara lain: sulit ke belakang (konstipasi),
infeksi saluran kemih, batu saluran kemih, gangguan ginjal akut dan obesitas.
Sekitar 78% berat otak adalah air. Berbagai penelitian membuktikan
bahwa kurang air tubuh pada anak sekolah menimbulkan rasa lelah (fatigue),
menurunkan atensi atau konsentrasi belajar. Minum yang cukup atau hidrasi
tidak hanya mengoptimalkan atensi atau konsentrasi belajar anak tetapi juga
mengoptimalkan memori anak dalam belajar.
Pemenuhan kebutuhan air tubuh dilakukan melalui konsumsi
makanan dan minuman. Sebagian besar (dua-pertiga) air yg dibutuhkan
tubuh dilakukan melalui minuman yaitu sekitar dua liter atau delapan gelas
sehari bagi remaja dan dewasa yang melakukan kegiatan ringan pada kondisi
temperatur harian di kantor/rumah tropis. Pekerja yang berkeringat,
olahragawan, ibu hamil dan ibu menyusui memerlukan tambahan kebutuhan
air selain dua liter kebutuhan dasar air. Air yang dibutuhkan tubuh selain
jumlahnya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan juga harus aman yang
berarti bebas dari kuman penyakit dan bahan-bahan berbahaya.
8 Biasakan membaca label pada kemasan pangan
Label adalah keterangan tentang isi, jenis, komposisi zat gizi, tanggal
kadaluarsa dan keterangan penting lain yang dicantumkan pada kemasan
(Depkes, 1995).
Semua keterangan yang rinci pada label makanan yang dikemas
sangat membantu konsumen untuk mengetahui bahan-bahan yang terkandung
dalam makanan tersebut. Selain itu dapat memperkirakan bahaya yang
mungkin terjadi pada konsumen yang berisiko tinggi karena punya penyakit
tertentu. Oleh karena itu dianjurkan untuk membaca label pangan yang
dikemas terutama keterangan tentang informasi kandungan zat gizi dan
9

tanggal kadaluarsa sebelum membeli atau mengonsumsi makanan tersebut.


Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir
Tanggal 15 Oktober adalah Hari Cuci Tangan Sedunia Pakai Sabun
yang dicanangkan oleh PBB sebagai salah satu cara menurunkan angka
kematian anak usia di bawah lima tahun serta mencegah penyebaran

82

penyakit. Penggunaan sabun khusus cuci tangan baik berbentuk batang


maupun cair sangat disarankan untuk kebersihan tangan yang maksimal.
Perilaku hidup bersih harus dilakukan atas dasar kesadaran oleh setiap
anggota keluarga agar terhindar dari penyakit, karena 45% penyakit diarebisa
dicegah dengan mencuci tangan.
Kapan saja harus mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, antara
lain:
1) Sebelum dan sesudah memegang makanan
2) Sesudah buang air besar dan menceboki bayi/anak
3) Sebelum memberikan air susu ibu
4) Sesudah memegang binatang
5) Sesudah berkebun
Manfaat melakukan 5 langkah mencuci tangan yaitu membersihkan
dan membunuh kuman yang menempel secara cepat dan efektif karena
semua bagian tangan akan dicuci menggunakan sabun. Cara Cuci Tangan 5
Langkah Pakai Sabun Yang Baik dan Benar
1) Basahi tangan seluruhnya dengan air bersih mengalir
2) Gosok sabun ke telapak, punggung tangan dan sela jari-jari
3) Bersihkan bagian bawah kuku-kuku
4) Bilas dengan air bersih mengalir
5) Keringkan tangan dengan handuk/tissu atau keringkan dengan
udara/dianginkan
Pentingnya mencuci tangan secara baik dan benar memakai sabun
adalah agar kebersihan terjaga secara keseluruhan serta mencegah kuman dan
bakteri berpindah dari tangan ke makanan yang akan dikonsumsi dan juga
agar tubuh tidak terkena kuman.
10

Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan normal
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan
pengeluaran

tenaga/energi

dan

pembakaran

energi.

Aktivitas

fisik

dikategorikan cukup apabila seseorang melakukan latihan fisik atau olah raga
selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-5 hari dalam seminggu. Beberapa
aktivitas fisik yang dapat dilakukan antara lain aktivitas fisik sehari-hari
83

seperti berjalan kaki, berkebun, menyapu, mencuci, mengepel, naik turun


tangga dan lain-lain. Latihan fisik adalah semua bentuk aktivitas fisik yang
dilakukan

secara

terstruktur

dan

terencana,

dengan

tujuan

untuk

meningkatkan kesegaran.
Cara Pengolahan Makanan

Dalam menu Indonesia pada umumnya makanan dapat diolah dengan cara
sebagai berikut :
1

Merebus (boiling) adalah memantangkan makanan dengan cara merebus


suatu cairan biasa berupa air saja atau air kaldu dalam panic sampai

mencapai titik didih (1000C).


Memasak (braising) adalah memasak makanan dengan menggunakan sedikit
cairan pemasak. Bahan makanan yang diolah dengan teknik adalah daging.
2 Mengukus (steaming) adalah proses mematangkan makanan dalam uap air.
3 Bumbu-bumbuan (seasoning), hampir sama dengan mengukus tapi setelah
dikukus makanan dibumbui dengan bumbu tertentu.
Agar zat-zat gizi yang terdapat dalam makanan tidak banyak rusak atau
hilang, makanan sebaiknya diolah dengan cara sebagai berikut :
a
b
c

Memasak lebih dekat dengan waktu makan.


Menggunakan api kecil atau memasak dengan cepat.
Memasak bahan makanan dalam keadaan utuh lebih baik dari pada memasak
potongan bahan terutama sayuran yang umumnya mengandung vitamin B dan

C yang mudah larut dalam air.


Cucilah sayuran dan buah-buahan dalam keadaan utuh tanpa dipotong-potong

terlebih dahulu.
Usahakan untuk tidak memasak bahan makanan dalam waktu terlalu lama
karena kandungan zat gizinya akan lebih banyak hilang.

Kandungan Zat Gizi Pada makanan


A Kelompok Makanan Pokok sebagai Sumber Karbohidrat
84

Kandungan zat gizi per porsi nasi kurang lebihseberat 100 gram, yang
setara dengan gelas adalah: 175 Kalori, 4 gram Protein dan 40 gram
Karbohidrat. Daftar pangan sumber karbohidrat sebagai penukar 1 (satu)
porsi nasi:
Tabel 2.1 Daftar pangan sumber karbohidrat sebagai penukar 1 (satu)
porsi nasi

85

B Kelompok Lauk Pauk


sebagai Sumber Protein
Nabati
Kandungan zat gizi satu (1) porsi Tempe sebanyak 2 potong
sedang atau 50 gram adalah 80 Kalori, 6 gram Protein, 3 gram lemak
dan 8 gram karbohidrat Daftar pangan sumber protein nabati sebagai
penukar 1 porsi tempe adalah:
Tabel 2.2 Daftar pangan sumber protein nabati sebagai penukar 1
porsi tempe

86

C Kelompok Lauk Pauk Sumber Protein Hewani


Kandungan zat gizi satu (1) porsi terdiri dari satu (1) potong sedang
Ikan segar seberat 40 gram adalah 50 Kalori, 7 gram Protein dan 2 gram
lemak. Daftar lauk pauk sumber Protein hewani sebagai penukar 1 porsi
Ikan segar adalah:
Tabel 2.3 Daftar lauk pauk sumber Protein hewani sebagai penukar 1
porsi Ikan segar

Tabel 2.4 Daftar pangan lain sumber Protein hewani sebagai penukar 1
porsi Ikan segar:

87

D Kelompok Buah-Buahan
Kandungan zat gizi perporsi buah (setara dengan 1 buah Pisang
Ambon ukuran sedang) atau 50 gram, mengandung 50 Kalori dan 10 gram
Karbohidrat. Daftar buah-buahan sebagai penukar 1 (satu) porsi buah:
Tabel 2.5 Daftar buah-buahan sebagai penukar 1 (satu) porsi buah

88

89

Anjuran Jumlah Porsi Menurut Kecukupan Energi untuk Berbagai


Kelompok Umur
1 Untuk Kelompok Ibu Hamil dan Menyusui
Tabel 2.6 Jumlah Porsi Menurut Kecukupan Energi untuk Kelompok Ibu
Hamil dan menyusui

2 Untuk Kelompok Umur 1-3 tahun dan 4-6 tahun


Tabel 2.7 Jumlah Porsi Menurut Kecukupan Energi untuk Kelompok Umur 13 tahun dan 4-6 tahun

3 Untuk Kelompok Umur 7-9 Tahun dan Anak Usia Sekolah 10-12 tahun
Tabel 2.8 Jumlah Porsi Menurut Kecukupan Energi untuk Kelompok Umur 7-9
Tahun dan Anak Usia Sekolah 10-12 tahun

90

Untuk Kelompok Umur 13-15 tahun


Tabel 2.9 Jumlah Porsi Menurut Kecukupan Energi untuk Kelompok Umur
13-15 tahun

5 Untuk Kelompok Umur 16-18 tahun


Tabel 2.10 Jumlah Porsi Menurut Kecukupan Energi untuk Kelompok Umur
16-18 tahun

91

6 Untuk Kelompok Umur 19-29 tahun


Tabel 2.11 Jumlah Porsi Menurut Kecukupan Energi untuk Kelompok Umur
19-29 tahun

7 Untuk Kelompok Umur 30-49 tahun

92

Tabel 2.12 Jumlah Porsi Menurut Kecukupan Energi untuk Kelompok Umur 3049 tahun

8 Untuk Kelompok Umur 50-64 tahun


Tabel 2.13 Jumlah Porsi Menurut Kecukupan Energi untuk Kelompok Umur 5064 tahun

93

9 Untuk Kelompok Umur >65 tahun


Tabel 2.14 Jumlah Porsi Menurut Kecukupan Energi untuk Kelompok Umur >65
tahun

Keterangan :
1. Nasi 1 porsi = gelas = 100 gr = 175 kkal
2. Sayuran 1 porsi = 1 gelas = 100 gr = 25 kkal
3. Buah 1 porsi = 1 buah pisang ambon = 50 gr = 50 kkal
4. Tempe 1 porsi = 2 potong sedang = 50 gr = 80 kkal
5. Daging 1 porsi = 1 potong sedang = 35 gr = 50 kkal
6. Ikan segar 1 porsi = 1/3 ekor = 45 gr = 50 kkal
7. Susu sapi cair 1 porsi = 1 gelas = 200 gr = 50 kkal
8. Susu rendah lemak 1 porsi = 4 sdm = 20 gr = 75 kkal
9. Minyak 1 porsi = 1 sdt = 5 gr = 50 kkal
10. Gula = 1 sdm = 20 gr = 50 kkal
*) sdm : sendok makan **) sdt : sendok teh p : porsi

94

KERANGKA TEORI
Variabel
Independent

Variabel
dependent

Umur

Pendidikan

Ekonomi
Pengetahuan
Informasi

Pengalaman

Hubungan Sosial

Bagan 2.1 kerangka teori Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010)

95

KERANGKA KONSEP
Berdasarkan teori sebelumnya, maka dapat dibuat suatu kerangka konsep yang

berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan RT 001 RW 004
Desa Pangkalan KabupatenTangerang Propinsi Banten.
Variabel
Independent

Variabel
Dependent

Pendidikan

Ekonomi

Pengetahuan

Informasi

Hubungan Sosial

96

NO

VARIABEL

Pengetahuan
pola makan
sehat dan
seimbang

Pendidikan

DEFINISI OPERASIONAL

ALAT

UKUR
Pola makan sehat dan seimbang adalah cara atau Kuesioner
usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan
untuk mempertahankan kesehatan, status nutrisi,
mencegah
atau
menyembuhkan
penyakit.
Frekuensi makan 3 kali sehari dengan porsi makan
pagi tidak perlu sebanyak porsi makan siang dan
makan malam secukupnya saja Dikatakan gizi
seimbang digambarkan dalam piramida triguna
makanan atau sekarang disebut tumpeng gizi
seimbang yaitu susunan pangan sehari-hari yang
mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang
sesuai
dengan
kebutuhan
tubuh
dengan
memperhatikan 4 pilar prinsip gizi seimbang yaitu
beragam pangan, aktifitas fisik, kebersihan diri dan
lingkungan, dan pemantaun berat badan. Beragam
pangan didasarkan pada tiga fungsi utama zat-zat
gizi, yaitu sumber zat energi/tenaga yang dapat
berupa padi-padian, tepung-tepungan, umbiumbian, sagu, dan pisang. Sebagai sumber zat
pembangun berupa sayuran dan buah, serta sumber
zat pengatur berupa ikan, ayam, telur, daging, susu,
kacang-kacangan dan hasil olahannya, seperti
tempe, tahu dan oncom. Konsumsi makanan harus
memperhatikan jumlah air putih yang dikonsumsi
per hari yaitu >8 gelas. Kebersihan diri salah
satunya dengan cara mencuci tangan menggunakan
air mengalir dan sabun. Aktifitas fisik yaitu
olahraga rutin selama 30 menit setiap hari atau
minimal 3-5 hari dalam seminggu untuk
mempertahankan berat badan normal
Jenjang pendidikan formal terakhir yang
Data
ditamatkan oleh responden.

CARA
UKUR
Wawancara

Wawancara

Identitas

97

NO

VARIABEL

DEFINISI OPERASIONAL

ALAT

CARA

Ekonomi

Pendapatan responden setiap bulan

UKUR
Data

UKUR
Wawancara

Identitas

Informasi

Informasi yang didapat responden mengenai

Kuesioner

Wawancara

Kuisioner

Wawancara

manfaat dan tujuan pola makan sehat dan

Hubungan

seimbang dari penyuluhan, media cetak


dan elektronik.
Interaksi antara responden dengan keluarga lain

Sosial

di lingkungan sekitar berupa ajakan oleh


tetangga kepada responden dan ajakan responden
kepada tetangga dalam menginformasikan
tentang pola makan sehat dan seimbang.

98

BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Metode deskriptif
merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menggambarkan masalah yang
terjadi pada masa sekarang atau yang sedang berlangsung, bertujuan untuk
mendeskripsikan apa yang terjadi sebagaimana mestinya pada saat penelitian
dilakukan.
Dalam kegiatan baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat sosial, perlu
dilakukan pembatasan populasi dan cara pengambilan sampel. Populasi adalah
keseluruhan objek pengumpulan data.
Tujuan umum dari pengumpulan data adalah untuk memecahkan masalah,
langkah-langkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam setiap melaksanakan langkah tersebut harus dilakukan secara
objektif dan rasional.
1

Populasi Pengumpulan Data


Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 keluarga binaan
di RT 001/RW 004, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten

Tangerang, Provinsi Banten.


Sampel Pengumpulan Data
Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah 12 orang anggota
keluarga binaan di RT 001/RW 004, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah anggota dari keluarga
binaan yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi mencakup usia >17
tahun sampai 60 tahun, sehat jasmani dan rohani. Responden adalah sebagian
sampel yang mau berpartisipasi pada penelitian ini diambil dari peneliti
langsung melakukan observasi ke rumah keluarga binaan dan pengumpulan

data dengan kuesioner.


Responden Pengumpulan Data
Responden kuesioner merupakan perwakilan dari setiap anggota
keluarga binaan yang kooperatif, usia di atas 17 tahun sampai 60 tahun, bisa
membaca dan menulis, sehat jasmani dan rohani yaitu sebanyak 11 orang,
yaitu: keluarga Tn. Agus sebanyak 3 orang, Tn. Didi sebanyak 3 orang, Ny.
Ayati sebanyak 1 orang, dan keluarga Tn. Moh Djamsuri sebanyak 4 orang.
99

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut:


a

Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria di mana subjek penelitian dapat mewakili
dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel yaitu:
1 Bersedia untuk menjadi informan
2 Merupakan anggota keluarga binaan
3 Usia di atas 17 tahun sampai dengan usia 65 tahun
4 Sehat jasmani dan rohani
Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria di mana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian,

yaitu:
1 Tidak bersedia menjadi informan
2 Berusia di atas 65 tahun dan atau di bawah 17 tahun
3 Anggota keluarga yang terlalu sibuk bekerja hingga sulit ditemui
4 Memiliki gangguan mental
Jenis dan Sumber Data
1 Jenis data
a

Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam

bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik


pengumpulan data misalnya wawancara, analisis, observasi yang telah
dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip).
b

Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan.

Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis


menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika
Data kuantitatif yang diperoleh adalah berupa data diskrit dan data
kontinu yaitu:

Data diskrit
Dalam penelitian ini terdapat 10 responden yang tercantum dalam

grafik 4.1 dan grafik 4.4 mengenai jumlah perempuan dan laki-laki
serta distribusi tingkat pendidikan pada keluarga binaan.
2

Data kontinu diperoleh dari segi usia yang tercantum dalam grafik
4.2
100

Sumber Data
Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah para
responden yaitu empat keluarga binaan di RT 001/ RW 004, Desa
Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten, Juni 2016.
a

Data primer
Data yang langsung didapatkan dari hasil pengamatan langsung ke

rumah, melalui hasil wawancara terpimpin, analisis dan observasi pada


keluarga binaan di RT 001/ RW 004, Desa Pangkalan, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juni 2016.
b

Data sekunder
Data yang didapat dari data yang sudah ada di Puskesmas Tegal

Angus. Berupa data angka kejadian 5 penyakit terbanyak Puskesmas


Tegal Angus tahun 2015, data PHBS di Puskesmas Tegal Angus tahun
2014.
c

Data tersier
Data yang didapat dari buku Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni

karya Soekidjo Notoatmodjo tahun 2011 dan internet. Data yang


didapat dari buku dan internet yaitu mengenai Manajemen Penelitian,
Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Ilmu Kesehatan Masyarakat,
PokokPokok Metodologi Penelitian, Pendidikan dan Ilmu Perilaku,
Memahami Penelitian Kualitatif dan lain-lain.

3.5 Penentuan Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan mudah.
Instrumen sebagai alat bantu dalam metode pengumpulan data merupakan
sarana yang dapat diwujudkan berupa benda atau alat, seperti cek list,
kuesioner, perangkat tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, skala,
101

kamera foto dan sebagainya. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan


data adalah kuesioner.
3.6 Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam suatu langkahlangkah diagnosis komunitas. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka
digunakan beberapa metode dalam proses pengumpulan data.
Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah wawancara
dengan menggunakan instrumen kuesioner sebagai alat untuk mengumpulkan
data-data.

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Pengumpulan Data


Tanggal
Selasa, 14 Juni 2016

Kegiatan
Pengumpulan data program wajib Puskesmas Tegal Angus, laporan
penyakit dan gambaran Desa Tanjung Pasir.

b Perkenalan dan sambung rasa dengan keluarga binaan.


Rabu, 15 Juni 2016

c
a
b

Pengumpulan data dasar masing-masing keluarga binaan.


Observasi rumah keluarga binaan.
Pengumpulan data dari Puskesmas Tegal Angus yang berhubungan

dengan beberapa masalah yang ditemukan pada keluarga binaan.


Membuat kuesioner presurvey untuk menentukan area masalah pada
keluarga binaan

102

Tanggal
Kamis, 16 Juni 2016

Kegiatan
a Kunjungan keluarga binaan untuk memberikan kuesioner presurvey
b Mengolah hasil kuesioner presurvey dan menentukan area masalah
c Menentukan area permasalahan Pengetahuan tentang Pola Makan
Sehat di RT 001/004, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juni 2016

Jumat, 17 Juni 2016

Mengumpulkan referensi yang berkaitan dengan area masalah.

Membuat kerangka teori dan pertanyaan mengenai seputar faktorfaktor yang berkaitan dengan area masalah.

Menentukan teknik dan instrumen pengumpulan data, disepakati


melalui observasi, wawancara, dan kuiseioner.

Tanggal
Sabtu, 18 Juni 2016

Membuat kerangka konsep

Membuat definisi operasional

Membuat Kuesioner Survey berdasarkan Definisi Operasional

g
h

Diskusi Diagnosis dan Intervensi Komunitas


Bimbingan dengan dr. Oscar mengenai Diagnosis dan Intervensi

Komunitas
Kunjungan keluarga binaan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan

a
b

Kegiatan
Bimbingan dengan dr. Oscar mengenai kuesioner
Kunjungan ke keluarga binaan untuk pengisian kuesioner &
pemberian terapi farmakologi sebagai tindak lanjut dari pemeriksaan

c
d
e
Minggu, 19 Juni 2016 a
b
c
Senin, 20 Juni 2016

kesehatan.
Mengolah data yang diperoleh dari pengamatan langsung
Menganalisis data dan menarik kesimpulan dari hasil kuesioner
Membuat laporan
Kunjungan ke keluarga binaan untuk mendalami area masalah dan
akar penyebab masalah
Menentukan akar penyebab masalah
Membuat diagram fishbone

a. Menyusun alternatif pememcahan masalah


b. Menyusun rencana kegiatan intervensi jangka pendek dan jangka
panjang
c. Membuat poster untuk kegiatan penyuluhan keluarga binaan
103

Selasa, 21 Juni 2016

Mempersiapkan alat-alat intervensi yang akan diberikan kepada

Rabu, 22 Juni 2016

keluarga binaan
Melaksanakan kegiatan intervensi kepada keluarga binaan

Pengolahan Data dan Analisa Data


Untuk pengolahan data tentang Pengetahuan tentang Pola
Makan Sehat di RT 001/004 Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juni 2016
digunakan cara manual dan bantuan software pengolahan data
menggunakan Microsoft Word dan Microsoft Excel. Untuk menganalisa
data-data yang sudah didapat adalah dengan menggunakan analisa
univariat.
Analisa Univariat adalah analisa yang dilakukan untuk
mengenali setiap variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat
berfungsi untuk meringkas kumpulan data sedemikian rupa sehingga
kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna.
Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik. Pada
diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel yang diukur adalah :
a
b
c
d
e

Pengetahuan Pola makan sehat dan seimbang


Pendidikan
Informasi
Ekonomi
Hubungan Sosial

104

BAB IV
HASIL PENELITIAN
1

Karakteristik Keluarga Binaan


Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk grafik yang diambil dari data
karakteristik keluarga binaan yang terdiri dari empat keluarga di RT 001/RW
004, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten yakni: keluarga Tn. Agus, Tn. Didi, Tn. Moh Djamsuri, dan Ny. Ayati.

Jenis Kelamin Responden

Laki-laki; 36%
Perempuan; 64%

Grafik 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pada Keluarga Binaan di RT 001/ RW
004, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juni 2016
Berdasarkan dari grafik 4.1 tentang distribusi jenis kelamin pada keluarga
binaan didapatkan jumlah anggota keluarga terbanyak adalah yang berjenis kelamin
perempuan yaitu 7 orang ( 64%)

105

15-19

20-24

25-29

60-64

6
5
4
3
2
1
0

Usia Respoden

Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Usia pada Keluarga Binaan di RT 001/ RW 004,
Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten Juni
2016

(DASAR SAMA RUJUKAN)

Berdasarkan dari diagram 4.1 tentang frekuensi berdasarkan usia pada


keluarga binaan didapatkan jumlah anggota keluarga terbanyak adalah yang berusia
38-57 tahun yaitu sebanyak 5 orang.
2

Analisis Univariat
Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik berdasarkan
variabel-variabel dalam check list dan kuesioner yang diambil langsung pada
empat rumah keluarga binaan pada bulan Juni 2016.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Aspek Pengetahuan Pola Makan Sehat dan
Seimbang pada Keluarga Binaan di RT 001/ RW 004, Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juni 2016
Pengetahuan Pola Makan

Jumlah

Persentase

1
4
6
11

9,1%
36,4%
54,5%
100%

Sehat dan Seimbang


Baik
Cukup
Kurang
Total

106

Berdasarkan dari Tabel 4.1 didapatkan bahwa sebanyak 6 orang


responden (54,5 %) memiliki Pengetahuan yang kurang mengenai pola makan
sehat dan seimbang .
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan pada Keluarga Binaan di
RT 001/ RW 004, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, Juni 2016
Tingkat Pendidikan

Jumlah

Persentase

Tinggi
Menengah
Rendah
Total

3
1
7
11

27.3%
9%
63.7 %
100%

Berdasarkan dari Tabel 4.2 terlihat tingkat pendidikan keluarga binaan


sebanyak 7 responden (63.7%) memiliki tingkat pendidikan rendah.
Tabel 4.3 Distribusi Tingkat Sosial Ekonomi pada Keluarga Binaan
di RT 001/ RW 004, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juni 2016
Tingkat Ekonomi

Jumlah

Persentase

Tinggi
Menengah
Rendah
Total

0
1
10
11

0%
9%
91%
100%

Berdasarkan dari Tabel 4.3 terlihat tingkat Sosial Ekonomi keluarga


binaan sebanyak 1 responden (9 %) berada pada tingkat menengah. Namun
sebanyak 10 responden (91%%) memiliki tingkat social ekonomi rendah.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Ketersediaan Informasi Mengenai Pola Makan


Sehat dan Seimbang pada Keluarga Binaan di RT 001/ RW 004, Desa
Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten, Juni 2016
107

Ketersediaan informasi

Jumlah

Persentase

4
7
11

36,4%
63,6%
100%

mengenai pola makan


sehat dan seimbang
Baik
Buruk
Total

Berdasarkan Tabel 4.4 didapatkan bahwa sebanyak 7 responden


(63,6%) berpendapat ketersediaan informasi mengenai pola makan sehat dan
seimbang masih sulit didapatkan.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hubungan Sosial dalam Pengetahuan
tentang Pola Makan Sehat dan Seimbang pada Keluarga Binaan
di RT 004/ RW 0014, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juni 2016
Hubungan Sosial dalam

Jumlah

Persentase

27,3%

8
11

72,7%
100%

Pengetahuan tentang Pola


Makan Sehat dan
Seimbang
Baik
Buruk
Total

Berdasarkan Tabel 4.5 didapatkan bahwa sebanyak 8 responden


(72,7%) berpendapat bahwa hubungan sosial dalam pengetahuan tentang Pola
Makan sehat dan seimbang masih buruk.

Tabel 4.6 Hasil Analisis Univariat Enam Variabel Terkait Pengetahuan Mengenai
Pola Makan Sehat dan Seimbang di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juni 2016

108

NO

VARIABEL

HASIL UKUR

JUMLAH

PERSENTASE

Pengetahuan

Baik
Cukup

(ORANG)
1
4

(%)
9,1%
36,4%

6
11
3
1
7
11
0
1
10
11
4
7
11
3

54,5%
100%
27.3%
9%
63.7%
100%
0%
9%
91%
100%
36,4%
63,6%
100%
27,3%

Pendidikan

Pendapatan

Informasi

Hubungan

Kurang
Total
Tinggi
Menengah
Rendah
Total
Tinggi
Menengah
Rendah
Total
Baik
Buruk
Total
Baik

sosial

Buruk

72,7%

Total

11

100%

109

Rencana Intervensi Pemecahan Masalah


Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, untuk menentukan rencana

intervensi pemecahan masalah digunakan diagram fishbone. Tujuan pembuatan


diagram fishbone yaitu untuk mengetahui penyebab masalah sampai dengan akar akar penyebab masalah sehingga dapat ditentukan rencana intervensi pemecahan
masalah dari setiap akar penyebab masalah tersebut. Adapun diagram fishbone dapat
dilihat sebagai berikut:

110

PENDIDIKAN
Rendahnya tingkat
pendidikan responden
Tidak disekolahkan
oleh orang tua
Anggapan orang tua
bahwa sekolah tidak
penting

Persepsi yang salah


tentang pendidikan

Tidak pernah dapat


informasi mengenai
pola makan sehat dan
seimbang
Tidak ada penyuluhan
tentang pola makan sehat
dan seimbang
Petugas kesehatan
memegang lebih dari
satu program

Kurangnya jumlah
petugas kesehatan

INFORMASI

EKONOMI
Tidak cukup dana untukmengikuti
pola makan sehat dan seimbang
Penghasilanhanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari- hari
Pekerjaan sebagai pedagang
kecil
Kurangnya lapangan
pekerjaan
Kurangnya
kreativitas

Tidak
berpendidikan
tinggi

Hubungan sosial
buruk
Jarak rumah antar
keluarga binaan terpisah
cukup jauh

KURANGNYA
PENGETAHUAN
MENGENAI POLA
MAKAN SEHAT
DAN SEIMBANG
PADA KELUARGA
BINAAN RT 001/
RW 004 DESA
PANGKALAN

Warga jarang
berinteraksi satu sama

Tidak tersedianya
sarana dan
prasarana bagi
keluarga binaan
untuk saling
HUBUNGAN
SOSIAL

111

Tabel 4.7 Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi

No.

Akar Penyebab
Masalah

1.

Persepsi yang
salah tentang
pendidikan

Alternatif
Pemecahan

Rencana Intervensi

Masalah
Memberikan

Memberikan

edukasi mengenai

edukasi mengenai

pentingnya

pentingnya

pendidikan formal

pendidikan formal

untuk memperoleh

melalui penyuluhan

Intervensi Yang
Dilakukan
Jangka pendek
Memberikan penyuluhan
mengenai pentingnya
pendidikan formal
Jangka panjang

kehidupan yang
lebih baik

Bekerja sama dengan


pemerintah setempat
untuk memaksimalkan
upaya pendidikan bagi
keluarga binaan

No.

Akar Penyebab

Alternatif

Masalah

Pemecahan

Rencana Intervesi

Intervensi yang

112

masalah
2.

dilakukan

Tidak

Memberikan

Memberikan bantuan

berpendidikan

alteratif cara untuk

alat dan bahan

tinggi

memaksimalkan

makanan untuk dapat

pendapatan yang

menerapkan pola

diperoleh

makan sehat dan

Memberikan
alternatif cara
untuk menambah
pendapatan

seimbang dengan
tidak menambah
biaya pengeluaran
Memberikan

Jangka Pendek
Memberikan bantuan
bahan makanan ( sesuai
piramida triguna
makanan) untuk dapat
menerapkan pola makan
sehat dan seimbang
Jangka Panjang

pelatihan

Memberikan bantuan

keterampilan agar

bibit tanaman sayur-

warga bisa lebih

sayuran agar warga

kreatif dan

dapat menanam sendiri

menambah

sayur untuk

pendapatan

kebutuhannya.
Bekerja sama dengan
pemerintah setempat
untuk memberikan
pendidikan keterampilan
dan kreativitas.

NO
.

Akar Penyebab
Masalah

Alternatif
Pemecahan
Masalah

Rencana

Intervensi yang

Intervensi

dilakukan

113

3.

Kurangnya
Jumlah Petugas
Kesehatan

Membantu tugas

Memberikan

petugas kesehatan

penyuluhan

setempat untuk

mengenai pola

memberikan

makan sehat dan

penyuluhan

seimbang, serta

kepada warga

cara mencuci
tangan yang benar.

Jangka Pendek
Memberikan
penyuluhan mengenai
pola makan sehat dan
seimbang, serta
mempraktekkan cara
mencuci tangan yang
benar.
Jangka panjang
Menyampaikan kepada
pemerintah setempat
untuk dapat menambah
jumlah petugas
kesehatan

NO
.
4.

Akar Penyebab
Masalah
Tidak
tersedianya

Alternatif
Pemecahan

Rencana Intervensi

Masalah
Menyediakan

Mengumpulkan

sarana atau

warga setempat saat

Intervensi yang
dilakukan
Jangka pendek

114

sarana dan
prasarana bagi
keluarga binaan
untuk saling
berinteraksi

fasilitas agar
warga dapat
berkumpul dan
saling berinteraksi

dilakukan penyuluhan
Menyediakan fasilitas
agar warga dapat
berkumpul dan
bertukar pikiran.

Mengumpulkan
beberapa keluarga
binaan saat dilakukan
penyuluhan.
Jangka panjang
Menyampaikan kepada
pemerintah setempat
untuk dapat
menyediakan fasilitas
agar warga dapat
berkumpul dan bertukar
pikiran.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
1

Simpulan
1
Area Masalah
Berdasarkan wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan ke keluarga
binaan yang bertempat tinggal di RT 001/ RW 004, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juni 2016 maka dilakukanlah diskusi
kelompok dan merumuskan serta menetapkan area masalah yaitu Pengetahuan
mengenai Pola Makan Sehat dan Seimbang pada Keluarga Binaan di RT 001/ RW
115

004, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi


Banten, Juni 2016
2

Akar Penyebab Masalah


1
2
3
4

Persepsi yang salah tentang pendidikan


Tidak berpendidikan tinggi
Kurangnya Jumlah Petugas Kesehatan
Tidak tersedianya sarana dan prasarana bagi keluarga binaan untuk saling
berinteraksi

Alternatif Pemecahan Masalah


1 Memberikan

edukasi

mengenai

pentingnya

pendidikan

formal

untuk

memperoleh kehidupan yang lebih baik


2 Memberikan alteratif cara untuk memaksimalkan pendapatan yang diperoleh
dan memberikan alternatif cara untuk menambah pendapatan
3 Membantu tugas petugas kesehatan setempat untuk memberikan penyuluhan
kepada warga
4 Menyediakan sarana atau fasilitas agar warga dapat berkumpul dan saling
berinteraksi

Rencana Intervensi
1

Memberikan edukasi mengenai pentingnya pendidikan formal melalui

penyuluhan.
Memberikan bantuan alat dan bahan makanan untuk dapat menerapkan pola
makan sehat dan seimbang dengan tidak menambah biaya pengeluaran dan
memberikan pelatihan keterampilan agar warga bisa lebih kreatif dan

menambah pendapatan.
Memberikan penyuluhan mengenai pola makan sehat dan seimbang, serta cara

mencuci tangan yang benar.


Mengumpulkan warga setempat saat dilakukan penyuluhan menyediakan
fasilitas agar warga dapat berkumpul dan bertukar pikiran

Intervensi yang Dilakukan


1

Memberikan penyuluhan mengenai pentingnya pendidikan formal


116

Memberikan bantuan bahan makanan ( sesuai piramida triguna makanan) untuk


dapat menerapkan pola makan sehat dan seimbang dan Memberikan bantuan
bibit tanaman sayur-sayuran agar warga dapat menanam sendiri sayur untuk

kebutuhannya.
Memberikan penyuluhan mengenai pola makan sehat dan seimbang, serta

mempraktekkan cara mencuci tangan yang benar.


4 Mengumpulkan beberapa keluarga binaan saat dilakukan penyuluhan
2 Saran
1 Diperlukan kerja sama dengan pemerintah setempat untuk memaksimalkan upaya
2

pendidikan bagi keluarga binaan


Diperlukan kerja sama dengan pemerintah setempat untuk memberikan pendidikan

keterampilan dan kreativitas


Menyampaikan kepada pemerintah setempat untuk dapat menambah jumlah petugas

kesehatan
Menyampaikan kepada pemerintah setempat untuk dapat menyediakan fasilitas agar
warga dapat berkumpul dan bertukar pikiran.

DAFTAR PUSTAKA
Azwar,A.2002. Pengantar Epidemiologi. Penerbit Binarupa Aksara. Edisi Revisi. Jakarta Barat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001. Jakarta : Sosial Budaya Dasar
Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Metodologi Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika
Istiarti, T. 2002. Menanti Buah Hati, Kaitan Antara Kemiskinan dan Kesehatan. Yogyakarta:
Media presindo
Kartikawatie T, Yusnita, & Yanto D. 2012. Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten
Tangerang: Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus 2012. Tangerang: Puskesmas Tegal
Angus.
Kodyat, B. 1997. Overview Masalah dan Program Kesehatan dan Gizi Masyarakat di Indonesia.
Makalah disampaikan pada Training Peningkatan Kemampuan Penelitian Bidang
Kesehatan dan Gizi Masyarakat. Biotrop 18-30 Agustus 1997. Bogor.
117

Kodyat,B. 1995. Gizi Seimbang untuk Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit. Departemen
Kesehatan. Jakarta.
Menteri Kesehatan.Pedoman Gizi Seimbang.25 Mei 2016.
http://www.hukor.depkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK%20No.
%2041%20ttg%20Pedoman%20Gizi%20Seimbang.pdf (diakses pada: 25/06/16

22:30 WIB)
Mubarak, wahit Iqbal, dkk. 2007. Promosi Kesehatan : Sebuah Pengantar Proses Belajar
Mengajar dalam Pendidikan, Yogyakarta : Graha Ilmu.
Notoatmodjo S. 2007. Kesehatan masyarakat: ilmu dan seni. Jakarta: PT Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Salam, Burhanudin. 2003. Logika Materil Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Renika Cipta

LAMPIRAN I
KUESIONER PENGETAHUAN KELUARGA BINAAN TENTANG POLA MAKAN
SEHAT DAN SEIMBANG DI DESA PANGKALAN KECAMATAN TELUKNAGA
TAHUN 2016

Identitas Responden
1. Nama Responden

2. Jenis Kelamin

4. Umur

: . tahun

5. Pendidikan Terakhir :

6. Pekerjaan

1. Laki-laki

2. Perempuan

1. Tidak/belum sekolah

4. SMP

2. Belum/tidak tamat SD

5. SMA

3. SD

6. D3/S1 ke atas

1.Tidak bekerja

4. Pelajar

2. Pedagang

5. PNS/ABRI
118

7. Pendapatan

3. Buruh

6. Lainnya, sebutkan: .

1. > Rp. 3.021.650

2. Rp 1.500.000 Rp 3.021.000

3. < Rp 1.500.000

119

Silanglah (X) salah satu jawaban yang menurut anda benar


PENGETAHUAN
1. Apa yang dimaksud dengan pola makan sehat?
a. Cara atau usaha dalam memberikan makanan dengan porsi yang sesuai untuk
memenuhi kebutuhan energi.
b. Cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan untuk
mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau menyembuhkan
penyakit
c. Makanan yang dikonsumsi oleh individu sehari-hari yang beraneka ragam dan
memenuhi 5 kelompok zat gizi
2. Apa yang dimaksud dengan gizi seimbang?
a. Makanan yang terdiri dari beraneka ragam makanan dengan porsi yang sesuai
untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang dalam jumlah yang cukup, tidak
berlebihan dan tidak kekurangan.
b. Makanan yang dikonsumsi oleh seseorang sehari-hari yang beraneka ragam dan
memenuhi 6 kelompok zat gizi dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan
c. Susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah
yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan 4 pilar prinsip gizi
seimbang
3. Sebutkanlah 4 pilar prinsip gizi seimbang
a. Beragam pangan, aktifitas fisik, kebersihan diri dan lingkungan, dan
pemantaun berat badan.
b. Terdiri dari makanan yang mengandung sumber zat tenaga, sumber zat
pengatur dan sumber zat pembangun
c. Sesuai dengan 4 sehat 5 sempurna yang terdiri dari tinggi karbohidrat, rendah
lemak dan rendah gula

4. Manakah dibawah ini contoh makanan yang mengandung zat tenaga?


a. Ubi jalar
b. Apel
120

5.

6.

7.

8.

9.

c. Ikan bandeng
Manakah contoh makanan dibawah ini yang mengandung zat pembangun?
a. Daging sapi
b. Mangga
c. Beras merah
Manakah contoh bahan makanan dibawah ini yang mengandung zat pengatur?
a. Nasi
b. Telur Ayam
c. Apel
Berapa kali makan yang dianjurkan dalam sehari?
a. 3x
b. 2x
c. Saat lapar
Berapa jumlah konsumsi air putih yang dianjurkan dalam sehari?
a. < 5 gelas/hari
b. 8 gelas/hari
c. 5-7 gelas/hari
Kapan porsi makan yang seharusnya paling banyak ?
a. Siang hari
b. Pagi hari
c. Malam hari

10. Berapa lama waktu yang dianjurkan untuk melalukan aktifitas fisik (olahraga)?
a. 30 menit, minimal 3 kali selama satu minggu
b. 30 menit, minimal 5 kali selama satu minggu
c. 30 menit setiap hari atau minimal 3-5 hari dalam seminggu

INFORMASI
11. Apakah disekitar lingkungan anda pernah mendapatkan informasi mengenai pola makan
sehat melalui media selebaran, majalah, koran, TV, atau radio?
a. Pernah
b. Tidak pernah
12. Apakah anda pernah mendapatkan penyuluhan mengenai manfaat dan tujuan pola makan
sehat dan seimbang?
a. Pernah
b. Tidak pernah
HUBUNGAN SOSIAL
13. Apakah anda pernah bertukar pikiran dengan tetangga anda mengenai pola makan sehat
seimbang?
a. Pernah
121

b. Tidak pernah
14. Apakah anda pernah mengajak tetangga anda untuk mencari tahu tentang pola makan
sehat dan seimbang?
a. Pernah
b. Tidak perah

122

SKORING KUESIONER
Variabel

Pengetahuan

Soal No.

Skor
a.
b.
c.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
a.
b.
c.

0
1
1
0
0
2
0
1
1
3
0
0
1
4
0
0
0
5
1
0
0
6
1
0
1
7
0
0
0
8
1
0
1
9
0
0
a. 0
10
b. 0
c. 1
Total Skor a. 10

Penilaian

Baik, jika > 8


Cukup, jika 5 -7
Buruk, jika < 5

123

Variabel

Soal No.
11

Informasi

12
Total
13

Hubungan Sosial

14
Total

Skor
a. 1
b. 0
a. 1
b. 0
2

Penilaian
Baik jika skor =2
Buruk jika skor <2

a. 2
b. 1
a. 2
b. 1
c. 0
2

Baik jika skor = 2


Buruk jika skor < 2

LAMPIRAN II
FOTO KEGIATAN INTERVENSI

124

125

126

You might also like