You are on page 1of 58

BADAN PUSAT STATISTIK

Jl. Dr. Sutomo 6-8 Jakarta 10710, Telp (021) 3841195, 3842508, 3810291, Faks (021) 3857046, E-mail: bpshq@bps.go.id
www.bps.go.id

Subdirektorat Analisis Statistik


Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


http://daps.bps.go.id E-mail: analisis_daps@bps.go.id

BADAN PUSAT
STATISTIK

Penghitungan IPM
UNDP

www.bps.go.id

Latar Belakang
Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai
fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)
Pengalaman pada dekade tersebut menunjukkan adanya tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi gagal memperbaiki taraf hidup
sebagian besar penduduknya.
Pada tahun 1991 Bank Dunia menerbitkan laporannya yang menegaskan
bahwa tantangan utama pembangunan....adalah memperbaiki kualitas
kehidupan. (World Development Report)
Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional
yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikapsikap masyarakat, dan istitusi-institusi nasional.
Konsep pembangunan manusia muncul untuk memperbaiki kelemahan
konsep pertumbuhan ekonomi karena selain memperhitungkan aspek
pendapatan juga memperhitungkan aspek kesehatan dan pendidikan.
BADAN PUSAT STATISTIK
www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Level GDP per Kapita Tidak Selalu Berbanding


Lurus Dengan Capaian HDI

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi


Pembangunan Manusia

Reproduksi Sosial

Modal Sosial, LSM, dan Organisasi Kemasyarakatan


Kemampuan Pekerja dan Petani
Pengusaha Manajer
Pengeluaran Prioritas
Sosial

Pengeluaran Rumah Tangga


Untuk Kebutuhan Dasar

Ketenagakerjaan
Produksi R&D dan teknologi

Kebijakan dan Pengeluaran


Pemerintah

Komposisi Output dan


Ekspor

Kegiatan dan Pengeluaran


Rumah Tangga

Distribusi Sumber Daya Swasta dan Masyarakat


Ketenagakerjaan
Institusi dan Pemerintahan

Tabungan Luar Negeri

Pertumbuhan Ekonomi

Tabungan Dalam Negeri

Modal Fisik
BADAN PUSAT STATISTIK
www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Konsep Pembangunan Manusia


Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya.
Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan
lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk
menikmati umur panjang, sehat dan menjalankan kehidupan
yang produktif (UNDP).

Tujuan utama pembangunan manusia adalah untuk


memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki manusia.
Pembangunan manusia menempatkan manusia sebagai tujuan
akhir dari pembangunan bukan alat dari pembangunan

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Perbedaan Konsep Pembangunan


Konsep pembangunan konvensional memberikan perhatian utama
pada pertumbuhan ekonomi, yang asumsinya pada gilirannya akan
menguntungkan manusia
Konsep pembangunan manusia lebih luas dan komprehensif yang
mencakup semua pilihan yang dimiliki manusia di semua golongan
masyarakat pada semua tahap pembangunan.
Dalam konteks pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi
bukanlah tujuan akhir tetapi alat untuk mencapai tujuan akhir yaitu
memperluas pilihan-pilihan bagi manusia.

Perhatian pembangunan manusia tidak hanya terfokus pada laju


pertumbuhan ekonomi tetapi juga pada aspek pendistribusiannya.

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Apa Itu IPM?


IPM diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990
dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan
tahunan Human Development Report (HDR).
Menurut UNDP: pembangunan manusia
diterjemahkan sebagai proses perluasan pilihan
bagi penduduk (a process of enlarging peoples
choices). IPM adalah indeks yang mengukur
pembangunan manusia dari tiga aspek dasar.

Mahbub ul Haq

Tiga aspek pembangunan manusia yang paling


mendasar yaitu:
Longevity (umur panjang dan sehat)
Access to Knowledge (akses pengetahuan)
A Decent Standard of Living (standard hidup layak)
BADAN PUSAT STATISTIK
www.bps.go.id

Amartya Sen

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Bagaimana IPM Diukur?

Info Grafis

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Apa Saja Manfaat IPM?


IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan
dalam upaya membangun kualitas hidup manusia
(masyarakat/penduduk).
IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan
suatu wilayah/negara.

Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain


sebagai ukuran kinerja Pemerintah, IPM juga digunakan sebagai
salah satu alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU).

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Perkembangan IPM di Dunia


IPM diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara
berkala dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR).
Pada tahun 2010, UNDP memperkenalkan penghitungan IPM dengan
metode baru. Tahun 2011 dan 2014 dilakukan penyempurnaan metodologi
(IPM Metode Baru).

Tahun 1990:
Launching

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Tahun 2010:
UNDP merubah
metodologi

Tahun 2011:
Mengganti tahun
dasar PNB per
kapita dari 2008
menjadi 2005

Tahun 2014:
1. Mengganti
tahun dasar PNB
per kapita dari
2005 menjadi
2011, dan
2. Merubah
metode agregasi
indeks pendidikan
dari rata-rata
geometrik
menjadi rata-rata
aritmatik

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Human Development Report (HDR)

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Mengapa Metodologi IPM Dirubah?


Angka Melek Huruf (AMH) sudah tidak relevan dalam mengukur
pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan
kualitas pendidikan. Selain itu, karena melek huruf sudah tinggi
di sebagian besar negara, maka tidak dapat membedakan
tingkat pendidikan antardaerah dengan baik.
Penggunaan rumus rata-rata aritmatika dalam penghitungan
indeks menggambarkan bahwa capaian yang rendah di suatu
dimensi dapat ditutupi oleh capaian tinggi dari dimensi lain.

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Apa Saja yang Berubah?


Angka Melek Huruf
(AMH)

Expected Years of
Schooling (EYS)

Gabungan Angka
Partisipasi Kasar (APK)

Mean Years of Schooling


(MYS)

Produk Domestik Bruto


(PDB) per Kapita

Produk Nasional Bruto


(PNB) per Kapita

Metode Agregasi: Ratarata Aritmatik

Rata-rata Geometrik

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Perbandingan Metode Lama dan Metode Baru


DIMENSI
Kesehatan

METODE LAMA
Angka Harapan Hidup (e0)
1. Angka Melek Huruf (AMH)

Pengetahuan

2. Kombinasi Angka Partisipasi


Kasar (APK)
Standar
PDB per kapita
Hidup Layak (PPP US$)

Agregasi

Rata-rata Hitung

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

+ +

METODE BARU
Angka Harapan Hidup (e0)
1. Expected Years of Schooling
(EYS)
2. Mean Years of Schooling
(MYS)
PNB per kapita
(PPP US$)
Rata-rata Ukur
=

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Apa Saja Keunggulan IPM Metode Baru?


Menggunakan indikator yang lebih tepat dan
dapatmembedakan dengan baik (diskriminatif ).
PNB menggantikan PDB karena lebih menggambarkan pendapatan
masyarakat pada suatu wilayah.
Melek huruf tidak digunakan lagi karena tidak dapat membedakan
tingkat pendidikan antardaerah dengan baik (angka melek huruf sebagian
daerah sudah tinggi).

Capaian yang rendah pada salah satu komponen tidak dapat


ditutupi oleh komponen lain yang capaiannya lebih tinggi. Hal
ini dilakukan dengan merubah metode agregasi dari arithmetic
mean menjadi geometric mean.

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

BADAN PUSAT
STATISTIK

Penghitungan IPM
BPS

www.bps.go.id

Sejarah Penghitungan IPM di Indonesia


1. Penghitungan IPM di Indonesia:
Level provinsi
Level kabupaten

: sejak 1990
: sejak 1996

2. Publikasi IPM:
Sebelum 2004
: setiap 3 tahun
2004 sekarang
: tahunan (kebutuhan penghitungan DAU sesuai
dengan UU No. 33 tahun 2004)

3. Manfaat IPM:

Instrumen kebijakan fiskal IPM salah satu alokator DAU


Ukuran kinerja Pemerintah Daerah

4. Sumber data: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Impelementasi di Indonesia

Ketersediaan data:
Tersedia Angka Harapan Hidup waktu lahir (e0) hasil proyeksi dari
SP2010.
Angka harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah (Susenas).

PNB per kapita tidak tersedia pada tingkat provinsi dan


kabupaten/kota, sehingga diproksi dengan pengeluaran per kapita
disesuaikan (PPP, IDR) menggunakan data Susenas.

Penentuan nilai maksimum dan minimum


menggunakan Standar UNDP untuk keterbandingan
global, kecuali proksi pendapatan.

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Tinjauan Komponen IPM untuk Indonesia


Rata-rata lama sekolah (MYS): penduduk usia 25 tahun ke atas.
Asumsi pada umur 25 tahun proses pendidikan sudah berakhir.

Rata-rata harapan lama sekolah (EYS): penduduk 7 tahun ke


atas
Program wajib belajar dimulai pada usia 7 tahun dimana anak mulai
masuk SD usia 7 tahun maka cakupan dalam penghitungan IPM adalah 7
tahun ke atas.

Pengeluaran per kapita hasil Susenas.


Data tersedia sampai level kabupaten

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Angka Harapan Hidup saat Lahir (e0)


Definisi : rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh
oleh seseorang sejak lahir.
AHH mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat.

Dihitung dengan cara tidak langsung dengan paket program


Micro Computer Program for Demographic Analysis (MCPDA)
atau Mortpack.
AHH negara berkembang lebih rendah dibandingkan AHH
negara maju karena AHH dipengaruhi oleh tingkat kematian
bayi yang tinggi.

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Expected Years of Schooling (EYS)


Definisi:
Lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan
dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang.
Asumsi:
Kemungkinan anak tersebut akan tetap bersekolah pada
umur-umur berikutnya sama dengan rasio penduduk yang
bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat
ini.
Tujuan:
untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan
di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya
pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai
oleh setiap anak.
BADAN PUSAT STATISTIK
www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Formula Penghitungan EYS

Formula

t
i
t
i

E
EYS
i a P
t
a

Keterangan:

EYSat
Eit
Pi t
i

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Harapan Lama Sekolah pada umur a di tahun t


Jumlah penduduk usia i yang bersekolah pada tahun t
Jumlah penduduk usia i pada tahun t
Usia (a, a + 1, ..., n)

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Mean Years of Schooling (MYS)


Definisi
Jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam
menjalani pendidikan formal.

Sumber Data
Susenas KOR
Asumsi

Dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah suatu wilayah


tidak akan turun.

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Konversi Rata-rata Lama Sekolah (MYS)

Keterangan
Tidak Pernah Sekolah
Masih sekolah di SD s.d. S1

Lama Sekolah
0
Konversi ijazah terakhir + kelas terakhir 1
Konversi ijazah terakhir + 1

Masih sekolah S2 atau S3

Ket: Karena di Susenas kode kelas untuk yang


sedang kuliah S2 = 6 dan kuliah S3 = 7 yang tidak
menunjukkan kelas

Tidak bersekolah lagi tetapi tidak


tamat di kelas terakhir
Tidak sekolah lagi dan tamat pada
jenjang

Konversi ijazah terakhir + kelas terakhir 1

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Konversi ijazah terakhir

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Pengeluaran per Kapita


Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari
Susenas Modul, dihitung dari level provinsi hingga level
kab/kota.
Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan
tahun dasar 2012=100

Rata-rata pengeluaran per kapita konstan kemudian disesuaikan


dengan cara dibagi PPP. Pengeluaran yang telah dibagi dengan
PPP ini disebut dengan pengeluaran per kapita yang
disesuaikan.

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Pengeluaran per Kapita Harga Konstan


Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan
tahun dasar 2012=100
Rata-rata pengeluaran per kapita pada tahun tertentu harus
dibagi dengan IHK tahun tertentu dengan tahun dasar 2012.

'
t

Xt
IHK t ,2012

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

= Rata-rata pengeluaran per kapita per tahun atas


dasar harga konstan 2012
= Rata-rata pengeluaran per kapita per tahun pada
tahun t
= IHK tahun t dengan tahun dasar 2012

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Pengeluaran per Kapita Disesuaikan


Rata-rata pengeluaran per kapita konstan/riil dengan tahun dasar
2012=100 kemudian dibagi dengan Purcashing Power Parity (PPP) untuk
mendapatkan rata-rata pengeluaran per kapita disesuaikan.

'
t

X
Y*
PPP

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Y*

: rata-rata pengeluaran per kapita disesuaikan


'
: Rata-rata pengeluaran per kapita per tahun atas
Xt
dasar harga konstan 2012
PPP : Purcashing Power Parity

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Penghitungan PPP
PPP dihitung sebagai perbadingan rata-rata geometrik harga
paket komoditas barang dan jasa di suatu wilayah terhadap
Jakarta Selatan.
m

pij

i 1

pik

PPPj

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

pik : harga komoditas i di Jakarta Selatan


pik : harga komoditas i di kab/kota j
m : jumlah komoditas

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Penentuan Paket Komoditas


Pada metode lama, terdapat 27 komoditas yang digunakan
dalam menghitung PPP.
Pada metode baru, terpilih 96 komoditas dalam penghitungan
PPP, dengan pertimbangan:
Share 27 komoditas (metode lama) terus menurun dari 37,52 persen
pada tahun 1996 menjadi 24,66 persen pada tahun 2012

Makanan: 66
Komoditas
(39,8 %)

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Nonmakanan:
30 Komoditas
(36,9 %)

96 Komoditas
(76,7 %)

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Beras
Tepung terigu
Ketela pohon/singkong
Kentang
Tongkol/tuna/cakalang
Kembung
Bandeng
Mujair
Mas
Lele
Ikan segar lainnya
Daging sapi
Daging ayam ras
Daging ayam kampung
Telur ayam ras
Susu kental manis
Susu bubuk
Susu bubuk bayi
Bayam
Kangkung
Kacang panjang
Bawang merah
Bawang putih
Cabe merah
Cabe rawit
Tahu
Tempe
Jeruk
Mangga
Salak
Pisang ambon
Pisang raja
Pisang lainnya

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Pepaya
Minyak kelapa
Minyak goreng lainnya
Kelapa
Gula pasir
Teh
Kopi
Garam
Kecap
Penyedap masakan/vetsin
Mie instan
Roti manis/roti lainnya
Kue kering
Kue basah
Makanan gorengan
Gado-gado/ketoprak
Nasi campur/rames
Nasi goreng
Nasi putih
Lontong/ketupat sayur
Soto/gule/sop/rawon/cincang
Sate/tongseng
Mie bakso/mie rebus/mie goreng
Makanan ringan anak
Ikang (goreng/bakar dll)
Ayam/daging (goreng dll)
Makanan jadi lainnya
Air kemasan galon
Minuman jadi lainnya
Es lainnya
Roko kretek filter
Rokok kretek tanpa filter
Rokok putih

Rumah sendiri/bebas sewa


Rumah kontrak
Rumah sewa
Rumah dinas
Listrik
Air PAM
LPG
Minyak tanah
Lainnya(batu baterai,aki,korek,obat
nyamuk dll)
Perlengkapan mandi
Barang kecantikan
Perawatan kulit,muka,kuku,rambut
Sabun cuci
Biaya RS Pemerintah
Biaya RS Swasta
Puskesmas/pustu
Praktek dokter/poliklinik
SPP
Bensin
Transportasi/pengangkutan umum
Pos dan Telekomunikasi
Pakaian jadi laki-laki dewasa
Pakaian jadi perempuan dewasa
Pakaian jadi anak-anak
Alas kaki
Minyak Pelumas
Meubelair
Peralatan Rumah Tangga
Perlengkapan perabot rumah tangga
Alat-alat Dapur/Makan

Nonmakanan

Makanan

Komoditas Terpilih pada Metode Baru

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Share Kelompok Komoditas


Kelompok
Makanan
Padi-padian
Umbi-umbian
Ikan/udang/cumi/kerang
Daging
Telur dan susu
Sayur-sayuran
Kacang-kacangan
Buah-buahan
Minyak dan lemak
Bahan minuman
Bumbu-bumbuan
Konsumsi lainnya
Makanan dan minuman jadi
Tembakau dan sirih
Non makanan
Perumahan dan fasilitas rumah tangga
Aneka barang dan jasa
Pakaian, alas kaki,tutup kepala
Barang tahan lama
Pajak, pungutan, asuransi
Keperluan, pesta, upacara/kenduri
Total
BADAN PUSAT STATISTIK
www.bps.go.id

Share
kelompok

47,29
8,02
0,42
3,95
2,06
2,76
3,56
1,26
2,21
1,79
1,64
0,95
1,00
11,80
5,88
52,71
20,58
18,79
3,76
6,15
1,65
1,78
100,00

Terpilih
Jumlah
Share
item
39,82
66
7,89
2
0,23
2
2,30
7
1,69
3
2,37
4
2,04
7
1,17
2
1,22
7
1,75
3
1,47
3
0,40
3
0,61
1
10,94
19
5,72
3
33,81
30
15,74
10
13,50
12
3,35
4
1,22
4
0,00
0
0,00
0
73,63
96
Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik
E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Perbandingan Metode Lama dan Metode Baru


DIMENSI
Kesehatan

Pengetahuan

METODE LAMA
UNDP
BPS
Angka Harapan
Angka Harapan
Hidup (e0)
Hidup (e0)

Angka Harapan
Hidup (e0)

1. Angka Melek
Huruf (AMH)

2. Kombinasi
Angka
Partisipasi
Kasar (APK)

2. Mean Years of 2. Mean Years of 2. Mean Years of


Schooling
Schooling
Schooling
(MYS)
(MYS)
(MYS)
Pengeluaran per
kapita
Disesuaikan

1. Expected Years 1. Expected Years


of Schooling
of Schooling
(EYS)
(EYS)

PNB per kapita


(PPP US$)

Pengeluaran per
kapita
Disesuaikan

Rata-rata Ukur

Rata-rata Hitung

= + +

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Angka Harapan
Hidup (e0)

1. Angka Melek
Huruf (AMH)

Standar Hidup PDB per kapita


Layak
(PPP US$)
Agregasi

METODE BARU
UNDP
BPS

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Penentuan Maksimum Minimum

Indikator
Angka Harapan Hidup

Expected Years of
Schooling
Mean Years of
Schooling
Pengeluaran per Kapita
Disesuaikan

Satuan

Minimum
UNDP
BPS

Maksimum
UNDP
BPS

Tahun

20

20

85

85

Tahun

18

18

Tahun

15

15

107.721
(PPP U$)

26.572.352**
(IDR)

100 (PPP 1.007.436*


U$)
(IDR)

Batas maksimum minimum mengacu pada UNDP kecuali indikator daya beli

Keterangan:
*
Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di Tolikara-Papua
** Daya beli maksimum merupakan nilai tertinggi kabupaten yang diproyeksikan hingga 2025 (akhir RPJPN) yaitu perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Selatan tahun 2025

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Penghitungan Indeks Komponen


Metode Lama
=

0 0
0 0
2
3

1
3

= +

pendapatan

Metode Baru
=

+
2

=
=

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

ln ln( )
ln ln

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

BADAN PUSAT STATISTIK


Jl. Dr. Sutomo 6-8 Jakarta 10710, Telp (021) 3841195, 3842508, 3810291, Faks (021) 3857046, E-mail: bpshq@bps.go.id
www.bps.go.id

Terima Kasih
Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari
pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyatnya
untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang
produktif. Hal ini tampaknya merupakan suatu kenyataan yang sederhana. Tetapi
hal ini seringkali terlupakan oleh berbagai kesibukan jangka pendek untuk
mengumpulkan harta dan uang.
(Human Development Report 1990, UNDP)

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


http://daps.bps.go.id E-mail: analisis_daps@bps.go.id

BADAN PUSAT
STATISTIK

Lampiran
PENGHITUNGAN

www.bps.go.id

Paket Komoditas PPP


47 komoditas (31 makanan dan 16 non-makanan) yang
mencakup 41,8 persen dari total pengeluaran.
Pilihan komoditas berdasarkan share terhadap total
pengeluaran, frekuensi yang mengkonsumsi dan komoditas
essensial.
Kendala:
Di Susenas tidak tersedia data kuantitas untuk komoditas non
makanan sehingga harus digunkan data lain.
Penghitungan Harga:
o
Makanan: nilai pengeluaran/kuantitas
o
Non-makanan: harga di IHK
Adjustment terhadap angka yang tidak wajar dan missing
BADAN PUSAT STATISTIK
www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Formulasi Penghitungan PPP


1. Metode RAO
1m

pij

PPP
i 1 pik
m

Keterangan:
pik : harga komoditas i di Jakarta Selatan
pik : harga komoditas i di kab/kota j
m : jumlah komoditas

Tidak mengakomodir perbedaan pola konsumsi antarwilayah

Hasil penghitungan PPP unit relatif wajar dilihat dari


keterbandingan antar daerah

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Formulasi Penghitungan PPP


1. Metode FISHER

Fjk

Fjk : Indeks Fisher wilayah j terhadap wilayah rujukan k


Ljk : Indeks Laspeyres wilayah j terhadap wilayah rujukan k
Sjk : Indeks Paasche wilayah j terhadap wilayah rujukan k

L jk S jk

1
m

L jk

i 1

pij

wik

pik

S jk

i 1

pik
pij
m

wij

wik
i 1

wij

i 1

pik : harga komoditas i di wilayah rujukan k


pij : harga komoditas i di wilayah j
wik : penimbang pengeluaran komoditas i di
wilayah rujukan k
wij : penimbang pengeluaran komoditas i di
wilayah j
m : jumlah komoditas

Dapat mengakomodir perbedaan pola konsumsi antarwilayah


Hasil penghitungan PPP unit relatif wajar dilihat dari keterbandingan antardaerah

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

BADAN PUSAT
STATISTIK

Teknis
PENGHITUNGAN IPM Metode Baru

www.bps.go.id

Cakupan dan Sumber Data

Sumber
data IPM
Data
pendukung
BADAN PUSAT STATISTIK
www.bps.go.id

Susenas KOR
Susenas Modul Konsumsi
Proyeksi Penduduk
Inflasi, PDRB , pertumbuhan
ekonomi dan indikator sosial
ekonomi lainnya.
Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik
E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Variabel yang Digunakan dalam Penghitungan IPM


dan Komponennya
Angka Harapan Hidup
Variabel Anak Lahir Hidup, Anak Masih Hidup
Harapan Lama Sekolah
Partisipasi sekolah penduduk menurut kelompok umur
Rata-rata Lama Sekolah
Kombinasi variabel pendidikan:

Angka Partisipasi Sekolah,


Jenjang pendidikan yang pernah diduduki,
Kelas yang sedang dijalani,
Jenjang pendidikan yang ditamatkan

Daya Beli
Variabel Pengeluaran konsumsi RT
BADAN PUSAT STATISTIK
www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Tinjauan Penghitungan AHH: versi IPM


(Subdit Demografi)

Teknik Penghitungan
Untuk memperoleh angka IMR dan e0 (sekaligus) dapat menggunakan paket
program Mortpak.
Data yang dibutuhkan untuk menghitung IMR dan e0 dengan Mortpak adalah:
Estimasi rata-rata jumlah anak lahir hidup pada tahun penghitungan
Estimasi rata-rata jumlah anak masih hidup pada tahun penghitungan

Penentuan e0 untuk IPM


Secara umum berlaku rataan q2, q3 dan q5.
Adakalanya memakai median/modus lebih cocok.
Perlu pertimbangan keahlian (adjustment), pengalaman, trend atau
perbandingan (antarwaktu, antarwilayah, antarurban/rural, dsb).
e0 perempuan diperoleh dari: (106/103) x e0 total.
Sudah melalui rekonsiliasi dan telah diseminarkan pada seminar parameter
demografi.

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Tinjauan Penghitungan AHH: Proyeksi


(Subdit Demografi)

Penentuan Asumsi
Berdasarkan tren tingkat mortalitas di masa lalu mengikuti hasil SDKI:
SDKI91, SDKI94, SDKI97, SDKI2002/3, SDKI2007, SDKI2012.
Menggunakan 6 titik pengamatan (1991-2012) tanpa target.

U
1 be at

Y
L
U
a,b
t
e

=
=
=
=
=
=

Perkiraan IMR
Konstanta asymtot bawah IMR
Konstanta asymtot atas IMR
Koefisien kurva logistik
Waktu sebagai variabel bebas
Konstanta eksponensial

Penentuan e0 untuk proyeksi


e0 proyeksi dihitung berdasarkan trend SDKI

Harus ada harmonisasi antara e0 proyeksi nasional dan provinsi dengan


e0 kabupaten/kota
BADAN PUSAT STATISTIK
www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Teknis Menghitung EYS


Langkah Pertama
Menghitung jumlah penduduk menurut umur (7th ke atas).

Langkah Kedua
Menghitung jumlah penduduk yang masih sekolah menurut umur (7th ke
atas).

Langkah ketiga
Menghitung rasio penduduk masih sekolah menurut umur (7th ke atas).

Langkah keempat
Menghitung harapan lama sekolah, yaitu dengan menjumlahkan semua
rasio penduduk masih sekolah menurut umur (7th ke atas).

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Teknis Menghitung MYS


Langkah Pertama,
menyeleksi penduduk
pada usia 25th ke atas.
Langkah Kedua,
mengelompokkan jenjang
pendidikan yang
pernah/sedang diduduki.

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Jenis Pendidikan
SD/SDLB
Madrasah Ibtidaiyah
Paket A
SMP/SMPLB
Madrasah Tsanawiyah
Paket B
SMA/SMLB
Madrasah Aliyah
SMK
Paket C
Prog. D1/D2
Prog. D3/Sarjana Muda
Prog. D4/S1
Prog. S2/S3

Jenjang
Sekolah Dasar

SMP

SMA

D1/D2
D3
S1
S2/S3

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Teknis Menghitung MYS.


Langkah Ketiga,
mengelompokkan
ijazah/STTB tertinggi
yang dimiliki.

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Jenis Pendidikan
Tidak punya ijazah SD
SD/SDLB
Madrasah Ibtidaiyah
Paket A
SMP/SMPLB
Madrasah Tsanawiyah
Paket B
SMA/SMLB
Madrasah Aliyah
SMK
Paket C
Prog. D1/D2
Prog. D3/Sarjana Muda
Prog. D4/S1
Prog. S2/S3

Ijazah
Tidak punya ijazah SD

Sekolah Dasar

SMP

SMA
D1/D2
D3
S1
S2/S3

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Teknis Menghitung MYS.


Langkah Keempat,
mengkonversi tahun
lama sekolah menurut
ijasah terakhir.
Langkah Kelima,
menghitung lamanya
bersekolah sampai kelas
terakhir.

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Ijazah
Tidak punya ijazah
Sekolah Dasar
SMP
SMA
D1/D2
D3
S1/D4
S2/S3

Konversi tahun
lama sekolah (th)
0
6
9
12
14
15
16
18

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Teknis Menghitung MYS.


Langkah Keenam, menghitung lamanya bersekolah
Keterangan
Tidak Pernah Sekolah
Masih sekolah di SD s.d. S1

Lama Sekolah
0
Konversi ijazah terakhir + kelas terakhir - 1
Konversi ijazah terakhir + 1

Masih sekolah S2 atau S3

Ket: Karena di Susenas kode kelas untuk yang sedang


kuliah S2 = 6 dan kuliah S3 = 7 yang tidak
menunjukkan kelas

Tidak bersekolah lagi tetapi tidak


Konversi ijazah terakhir + kelas terakhir - 1
tamat di kelas terakhir
Tidak sekolah lagi dan tamat
Konversi ijazah terakhir
pada jenjang

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Teknis Penghitungan Pengeluaran per Kapita


Disesuaikan

Menghitung rata-rata pengeluaran per kapita dari Susenas


Menghitung rata-rata pengeluaran per kapita dalam harga
konstan (riil)

Menghitung Purchasing Power Parity (PPP)

Menghitung pengeluran per kapita disesuaikan

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

1. Menghitung Rata-rata Pengeluaran per Kapita


dari Susenas
Langkah Pertama, hitung pengeluaran per kapita (per anggota
rumah tangga) untuk setiap rumah tangga.
Langkah Kedua, mengaktifkan penimbang individu.

Langkah Ketiga, hitung rata-rata pengeluaran per kapita untuk


setiap provinsi atau kabupaten/kota.
Langkah Keempat, menghitung rata-rata pengeluaran per
kapita per tahun dalam ribuan = rata-rata pengeluaran per
kapita per bulan x 12 / 1000.

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

2. Menghitung Rata-rata Pengeluaran per Kapita


dalam Harga Konstan (riil)
Menghitung nilai riil rata-rata pengeluaran per kapita per tahun
(atas dasar tahun 2012) dengan rumus:

'

Xt

= Rata-rata pengeluaran per kapita per tahun atas dasar harga konstan 2012

Xt

= Rata-rata pengeluaran per kapita per tahun pada tahun t

IHK t ,2012

= IHK tahun t dengan tahun dasar 2012

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

3. Menghitung Purchasing Power Parity (PPP)


Langkah Pertama, menghitung value (rupiah yang dikeluarkan)
dan quantity (jumlah barang yang dikonsumsi) 96 komoditas
PPP dari data Susenas MODUL Konsumsi.
Langkah Kedua, menghitung quantity komoditi perumahan
dari data Susenas KOR.

Langkah Ketiga, menghitung harga rata-rata setiap komoditas,


dengan rumus:

Vi
Pi
Qi

Keterangan:
Pi= Rata-rata harga komoditi i per satu satuan di suatu wilayah
Vi= Total value (biaya) yang dikeluarkan untuk komoditi i di suatu wilayah
Qi= Total kuantum dari komoditi i yang dikonsumsi di suatu wilayah

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

3. Menghitung Purchasing Power Parity (PPP)....


Langkah Keempat, menghitung PPP per unit dengan rumus berikut:
m

pij

i 1

pik

PPPj

pik : harga komoditas i di Jakarta Selatan


pik : harga komoditas i di kab/kota j
m : jumlah komoditas

Langkah Kelima, menghitung pengeluaran per kapita disesuaikan dengan


rumus berikut:
'
t

X
Y*
PPP
BADAN PUSAT STATISTIK
www.bps.go.id

Y*

: rata-rata pengeluaran per kapita disesuaikan


'
: Rata-rata pengeluaran per kapita per tahun atas
Xt
dasar harga konstan 2012
PPP : Purcashing Power Parity

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Penghitungan Indeks

+
2

ln ln( )
ln ln

IPM 3 I kesehatan I pengetahuan I pendapatan

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Pertumbuhan IPM
Pertumbuhan IPM dihitung dengan rumus:

IPM t IPM t 1

Pertumbuhan IPM
100
IPM t 1

Keterangan:
IPMt
: IPM suatu wilayah pada tahun t
IPMt-1 : IPM suatu wilayah pada tahun (t-1)

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

Pengelompokkan IPM

Untuk melihat capaian IPM antar wilayah dapat dilihat


melalui pengelompokkan IPM ke dalam beberapa
kategori, yaitu:

Sangat Tinggi IPM 80


Tinggi

70 IPM < 80

Sedang

60 IPM < 70

Rendah

IPM < 60

BADAN PUSAT STATISTIK


www.bps.go.id

Subdit Analisis Statistik, Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik


E-mail: analisis_daps@bps.go.id

You might also like