Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu waktu melahirkan (AKI) di Indonesia sangat tinggi sekali yaitu
307 per 100.000 kelahiran. AKI yang tinggi ini membuat Indonesia berada di peringkat atas
di Asia. Beberapa negara ASEAN kondisinya jauh lebih baik yaitu Vietnam 160 per 100.000
kelahiran hidup; Malaysia 36 dan Singapura 6. Tingginya AKI di Indonesia ternyata sebagian
besar karena perdarahan (40%), kekurangan gizi, infeksi dan masalah akses pelayanan
kesehatan 1.
Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang masih kontroversial dalam
kebidanan. KPD sering kali menimbulkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi,
terutama kematian perinatal yang cukup tinggi. Kematian perinatal yang cukup tinggi ini
antara lain disebabkan karena kematian akibat kurang bulan, dan kejadian infeksi yang
meningkat karena partus tak maju, partus lama, dan partus buatan yang sering dijumpai pada
pengelolaan kasus KPD terutama pada pengelolaan konservatif 2.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan insiden KPD yang bervariasi, yakni berkisar
antara 8-10% dari semua kehamilan
3,4
banyak terjadi pada kehamilan yang cukup bulan dari pada yang kurang bulan, yaitu sekitar
95%, sedangkan pada kehamilan tidak cukup bulan atau KPD pada kehamilan preterm terjadi
sekitar 34% semua kekahiran prematur 5.
Sering terjadi dilemma pada pengelolaan KPD, dimana harus segera bersikap aktif
terutama pada kehamilan yang cukup bulan, atau harus menunggu sampai terjadinya proses
persalinan, sehingga masa tunggu akan memanjang berikutnya akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya infeksi. Sedangkan sikap konservatif ini sebaiknya dilakukan pada
KPD kehamilan kurang bulan dengan harapan tercapainya pematangan paru dan berat badan
janin yang cukup 5,6,7.
Protokol pengelolaan yang optimal harus mempertimbangkan pencegahan infeksi, umur
kehamilan, dan faktor-faktor lain seperti fasilitas serta kemampuan untuk merawat bayi yang
kurang bulan. Meskipun tidak ada satu protokol pengelolaan yang dapat untuk semua kasus
KPD, tetapi harus ada panduan pengelolaan yang strategis, yang dapat mengurangi mortalitas
perinatal dan dapat menghilangkan komplikasi yang berat baik pada anak maupun pada ibu 1.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Selaput Ketuban
Setelah minggu pertama (hari 7-8), sel-sel trofoblas yang terletak di atas embrioblas
yang berimplantasi di endometrium dinding uterus, mengadakan proliferasi dan
berdiferensiasi menjadi dua lapis yang berbeda 3:
1. Sitotrofoblas
Sitotrofoblas terdiri dari selapis sel kuboid, batas jelas, inti tunggal, di sebelah dalam
(dekat embrioblas)
2. Sinsitiotrofoblas
Sinsitiotrofoblas terdiri dari selapis sel tanpa batas jelas, di sebelah luar (berhubungan
dengan stroma endometrium).
Di antara massa embrioblas dengan lapisan sitotrofoblas terbentuk suatu celah yang
makin lama makin besar, yang nantinya akan menjadi rongga amnion. Dengan berlanjutnya
kehamilan, rongga ini tertutup akibat persatuan membran amnion dan membran korion 3.
Membran amnion berasal dari ektoderm yang melapisi cavitas amniotica, merupakan
lapisan epitel monoselular dengan ketebalan 0,02-0,05 mm dan avaskular. Jaringan ikat
dibawah epitel ini mengandung kolagen yang padat. Korion merupakan lapisan epitel
tersusun atas sel-sel kuboid dengan ketebalan 2-10 mm, menempel dan mendapat
vaskularisasi dari desidua basalis. Pada umur kehamilan lanjut, karena fetus yang sedang
berkembang bertumbuh besar maka cavitas amniotica didorong keluar terus-menerus sampai
cavitas uteri terisi sehingga akan terjadi penyatuan amnion dan korion membentuk membran
amniokorion. Produksi rata-rata air ketuban 16-42 ml per jam. Struktur membran ini menjadi
lebih kuat terhadap kerusakan dan akan pecah pada saat proses persalinan berlangsung akibat
kontraksi uterus.
Amnion aterm berupa membran yang tipis dan transparan (bening) tetapi sangat kuat,
yang dapat dikelupas dari korion sampai daerah insersi funiculus umbilicalis. Membran
amnion terssebut melanjutkan diri untuk menutupi funiculus umbilicalis sampai seluruh
panjangnya dan kemudian melanjutkan diri dengan kulit fetus pada umbilicus.
membersihkan jalan lahir jika ketuban pecah dengan cairan yang steril, dan
mempengaruhi keadaan di dalam vagina, sehingga bayi kurang mengalami infeksi.
Pecah ketuban merupakan proses yang pasti akan dilalui setiap wanita yang
melahirkan. Ada dua macam pecah ketuban:
1. Pecah ketuban posisi atas
Pada pecah ketuban posisi atas, selaput yang robek adalah yang jauh dari mulut rahim,
dan hanya menyebabkan basahnya celana dalam, dan sulit membedakan apakah ini air
seni yang bocor atau air ketuban.
2. Pecah ketuban total
Pada pecah ketuban total, selaput yang robek adalah yang berada dekat mulut rahim, dan
banyak air ketuban yang keluar.
dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban
tipis dan mudah pecah.6
3. Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia
menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan
tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan
selaput ketuban menjadi teregang, tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang,
menimbulkan selaput ketuban mudah pecah.6
4. Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000 mL. uterus
dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis
adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur.
Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami
distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja.2
5. Kelainan letak
Kelainan letak misalnya lintang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi
pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian
bawah.2
6. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, dan kelainan genetik)
7. Multipara, grandemultipara, pada kehamilan yang terlalu sering akan mempengaruhi
proses embriogenesis sehingga selaput ketuban yang terbentuk akan lebih tipis dan
yang akan menyebabkan selaput ketuban pecah sebelum tanda tanda inpartu.
8. Penyakit infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun ascenden dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD. Penelitian
menunjukkan infeksi sebagai penyebab utama ketuban pecah dini.Membrana
khorioamniotik terdiri dari jaringan viskoelastik. Apabila jaringan ini dipacu oleh
persalinan atau infeksi maka jaringan akan menipis dan sangat rentan untuk pecah
disebabkan adanya aktivitas enzim kolagenolitik.Infeksi merupakan faktor yang
cukup berperan pada persalinan preterm denganketuban pecah dini. Grup B
streptococcus mikroorganisme yang sering menyebabkan amnionitis.3
6
Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh
inhibitor jaringan spesifikdan inhibitor protease.
Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada
degradasi proteolitik dari matriks ekstraselulerdan membran janin. Aktivitas degradasi
proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit periodontitis di mana terdapat
peningkatan MMP, cenderung terjadi ketuban pecah dini.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput ketuban
mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran
7
uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhirterjadi perubahan biokimia
pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis.
Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh fakyor-faktor eksternal,
misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada
polihidroamnion, inkompetensi serviks, solusio plasenta.6
2.6 Diagnosis Ketuban Pecah Dini (KPD)
Diagnosis KPD didasarkan pada riwayat hilangnya cairan vagina dan pemastian
adanya cairan amnion dalam vagina. Inkontinensi urine episodik, leukorea, atau hilangnya
sumbat lendir harus disingkirkan. Penanganan pada pasien yang memiliki riwayat ini
bergantung pada umur gestasi. Untuk pasien yang tidak dalam persalinan, apakah kurang
bulan atau cukup bulan, tangan pemeriksa tidak boleh dimasukkan ke dalam vagina karena
terdapat risiko masuknya infeksi dan periode masa laten yang biasanya lama dari waktu
pemeriksaan hingga kelahiran. Pemeriksaan spekulum vagina yang steril harus dilakukan
untuk memastikan diagnosis, menilai dilatasi dan panjang serviks, memperoleh biakan
servikal dan contoh cairan amnion untuk uji kematangan paru (pada pasien kurang bulan) 6.
Pemastian diagnosis dapat dilakukan dengan: (1) Menguji cairan dengan kertas
lakmus (litmus), yang akan berubah biru bila terdapat cairan amnion, dan (2) menempatkan
contoh bahan pada suatu kaca objek mikroskopik, dikeringkan di udara, dan memeriksa untuk
mencari ada tidaknya gambaran seperti pakis 6.
kurang bulan dengan selaput ketuban yang utuh, pemeriksaan ultrasonik lengkap harus
dilakukan untuk menyingkirkan anomali janin dan untuk menilai umur gestasi dan
volume cairan amnion 6.
Diagnosis
mungkin
KPD
Perdarahan ante
partum
Amnionitis
Vaginitis/
Servisitis
10
II.
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usai kehamilan. Dapat
terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali
pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan
normal.
a. Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusuloleh persalinan. Periode laten tergantung
umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah.
Pada kehamilan diantara 28-34 minggu 50% persalinan dlam 24 jam. Pada kehamilan
kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
b. Infeksi
risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu terjadi
korioamnionitis. Pada bayi dpat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya
terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketubah pecah dini prematur, infeksi
lebih sering daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah
dini meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
c. Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahanya ketuban terjadi oligohidroamnion yang menekan tali pusat sehingga
terjadi asfiksia dan hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat
oligohidroamnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.
d. Sindrom deformitas janin
Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhabat,
kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasia pulmoner.
2.10 Prognosis
Prognosis ketuban pecah dini (KPD) Sangat variatif bergantung maturitas paru dan
ada atau tidaknya infeksi, pada usia kehamilan < 32 minggu semakin muda kelahiran semakin
buruk prognosisnya.
12
BAB III
LAPORAN KASUS
Masuk Rumah Sakit
: 348771
I. IDENTITAS
Nama
: Nyonya M
Umur
: 21 tahun
Agama
: Islam
Suku/Bangsa : Sasak
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Pasien datang dengan keluhan keluar air dari jalan lahirnya
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien rujukan puskesmas rensing dengan G1P0A0H0 usia kehamilan 38-39 minggu/T/H/IU
presentasi kepala dengan obs.inpartu + KPD. Pasien mengeluh keluar air dari jalan lahir sejak
tanggal 13-8-2016 pukul 11.00 wita. Pasien mengeluh nyeri perut sejak 13-08-2016 pukul
09.00 wita, keluar lendir dan darah dari jalan hair (-), dan pasien masih merasakan pergerakan
janinnya.
13
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti yang diderita pasien. Tidak ada riwayat
hipertensi, DM, dan penyakit turunan lainnya.
Riwayat kontrasepsi
Pasien tidak pernah menggunakan metode kontrasepsi apapun sebelumnya.
Riwayat ginekologi
Pasien mendapatkan haid pertama pada usia 14 tahun, dengan siklus menstruasi teratur tiap
bulan. Pasien telah menikah selama 1 tahun, dan ini merupakan pernikahan pertamanya.
Pasien menikah pada usia 20 tahun.
Riwayat obstetri
I.
Ini
HPHT: 16 11 2015
HTP: 23 08 2016
ANC: 7x, di Polindes dan ANC terakhir tanggal 18/07/2016.
USG: Tidak Pernah
Kesadaran: CM
Vital Sign
TD: 120/80 mmHg
RR: 20 x/mnt
Nadi : 80x/mnt
T: 36,7C
L1 : Bokong TFU : 35 cm
L2 : Punggung kanan
L3 :Kepala
L4 : 4/5
TBJ : 3720 g
His: 2x / 10 10
15
VT : 2 cm, penipisan. 25% ketuban (-) kering, teraba kepala, penurunan HI,
denominator tidak jelas, tidak teraba bagian terkecil janin dan tali pusat.
Pelvic examination:
-
PS :
-
Cervic dilatation 2 cm : 1
Station H I: 1
Total: 5
HCT: 35,4%
RBC: 3.89/uL
WBC: 15,5 /uL
PLT: 149.000
HBsAg: ( - )
4. Diagnosis :
G1P0A0H0 UK 38-39 minggu/T/H/IU presentasi kepala dengan KPD>12 jam.
5. Rencana tindakan:
Observasi kesra ibu dan janin.
Injeksi Ampisilin 1gram/6jam
pro terminasi kehamilan drip oksitosin. Supervisor acc terminasi dengan drip
oksitosin bila CTG reaktif.
Lakukan pemeriksaan CTG
6. Proses Persalinan
Akselerasi dengan drip oksitosin dimulai pukul 01.00 dengan tetesan 8 tpm..
Bayi
-
Jenis Kelamin
: Perempuan
Macam Persalinan
: Partus Spontan
Apgar Score
: 7-9
Indikasi
: KPD>12 jam.
Lahir : Hidup
Panjang
: 48 cm
Kel.kongenital
:-
Plasenta
-
Berat
: 300 gram
Lengkap
: Ya
Air Ketuban
: jernih
Perdarahan
: 100 cc
Keadaan umum
: Baik
Tek. Darah
: 110/80 mmHg
Nadi
:84x/mnt
Nafas
: 24x/mnt
Suhu
: 36,5C
Kontraksi Uterus
: Baik
: sejajar umbilikus
17
Follow Up Pasien
Waktu
Objektif
Subjektif
rujukan puskesmas Status Generalis :
Diagnosis
14/08/2016
Pasien
21.00
minggu/T/H/IU
Kesadaran: CM
Vital Sign
dari
tanggal
jalan
lahir
13-8-2016
G1P0A0H0
sejak
(11.00).
sejak
Jantung
13-08-2016
(09.00),
S1,
S2
gallop (-)
merasakan
janinnya.
pergerakan
Riwayat
kencing
edema (-)
disangkal.
HPHT: 16 11 2015
kering,
HTP: 23 08 2016
tidak
ANC
terakhir
tanggal
teraba
jelas,
tidak
pusat.
Pelvic examination:
kg,
UFH
33
cm,
Promontorium tidak
teraba
Spina ischiadica not
prominent
Os coccygeus mobile
Arcus pubic > 90o
presentasi kepala
USG: Tidak Pernah
KB sebelumnya : Rencana KB selanjutnya : Riwayat obstetri
I.
Ini
PS :
-
Kronologi
Kronologi
Rensing
teraba
15/07/2016.
47,5
kepala,
Cervic dilatation 2
cm : 1
di
Puskesmas
UK
38-
presenta
pada
tanggal
13
cerviks
consistency
soft: 1
Subjektif
Station H I: 1
Total: 5
janin (+).
Objektif
Status generalis: Baik
Tekanan darah 120/70 mmHg
Hb: 12,2g/dL
HCT: 35,4%
RBC: 3.89/uL
WBC: 15,5 /uL
PLT: 149.000
HBsAg: ( - )
Nadi 84 kali/menit
Pernapasan 20 kali/menit
Suhu 36.8C
Status obstetri
Pemeriksaan Leopold
L1 : bokong
L2 : punggung di sebelah kiri
L3 : kepala
L4 : 4/5
TFU : 35 cm
His : 1x10-25
DJJ
12-11-11
(136
kali/menit)
VT : : 2cm, eff 25%,
ketuban (-), teraba kepala, HI,
tidak teraba bagian terkecil
janin dan tali pusat.
Assessment
19
Injeksi
gram/IV
Rujuk ke RSUD Selong
00.30
Ampisilin
His: 2x10-10
DJJ: 12-12-11 (140 kali/menit)
00.45
01.00
Nyeri Perut
His: 2x10-15
01.30
Nyeri perut
G1P0A0H0 UK 37-38
minggu/T/H/IU presenta
Nyeri perut
03.00
Nyeri perut
03.30
Nyeri perut
G1P0A0H0 UK 37-3
minggu/T/H/IU
presentasi kepala ka
04.00
Nyeri perut
04.30
Nyeri perut
04.45
Persalinan kala II
:vulva
perineum
menonjol,
membuka,
tekanan
anus.
04.55
05.05
GC: well
PR: 92x/m
RR: 20x/m
T: 36,5 0C
UFH:
15/08/2016
umbilicus
GC: well cons:E4V5M6
07.00
PR: 92x/m
RR: 20x/m
T: 38 0C
UFH:
16-08-2016
umbilicus
GC: well cons:E4V5M6
07.00
PR: 92x/m
RR: 20x/m
T: 38 0C
07.00
cons:E4V5M6
fingers
fingers
below
post partum hari I
below
Post partum hari II
21
UFH:
fingers
below
umbilicus
22
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus berikut, diajukan suatu kasus seorang wanita berusia 21 tahun
G1P0A0H0 38-39 minggu, tunggal, hidup intrauterin yang kemudian didiagnosa dengan KPD>12
jam. Selanjutnya akan dibahas:
1.Ketepatan Diagnosis
Pasien ini didiagnosa dengan G0P0A0H0 38-39 minggu, tunggal, hidup, intrauterin dengan
KPD>12jam. Pasien di diagnosa hamil karena memenuhi beberapa kriteria kehamilan,
diantaranya tanda-tanda tidak pasti kehamilan yaitu : amenorrhea, perut membesar,
pigmentasi kulit pada areola mammae, striae gravidarum pada kulit abdomen. Dan tanda pasti
kehamilan yaitu : adanya gerak janin, pemeriksaan leopold I-IV yang dapat meraba bagian
besar dan kecil janin, balottement (+), terdapat denyut jantung janin. Usia kehamilan pasien
ini dapat ditentukan dengan HPHT yaitu 38-39 minggu. Pemeriksaan tinggi fundus uteri 35
cm dengan taksiran berat janin 3720 gram. Janin tunggal hidup dinilai dari pemeriksaan
Leopold yang memberi kesan adanya satu janin dengan letak membujur dimana teraba
bokong di bagian fundus, punggung di sebelah kanan dan ekstremitas di sebelah kiri, serta
kepala berada di bagian bawah dan sudah masuk PAP.
Diagnosa ketuban pecah dini ditegakkan karena pasien mengeluh keluar air dari jalan
lahir. Pasien Ny. M, 21 tahun datang ke RSUD Selong tanggal 14 Agustus 2016 pada pukul
00.30 wita, didiagnosis KPD (ketuban pecah dini) >12 jam berdasarkan hasil anamnesa
dimana pasien mengaku keluar air pervaginam sejak jam 11.00 wita (13 agustus 2016), jernih
seperti air kencing dan tidak berbau. Menanyakan waktu keluarnya air ketuban sangat penting
karena akan mempengaruhi prognosis, komplikasi infeksi dan penanganan. Dari hasil
pemeriksaan fisik dapat diketahui his 1x10-10, kemudian dilakukan pemeriksaan dalam
didapatkan pembukaan 2 cm, penipisan 25%, ketuban negatif teraba kepala penurunan HI
denominator belum jelas serta tidak teraba bag.kecil/ tali pusat janin. Pada kasus ini diagnosis
KPD sesuai dengan batasan KPD yaitu pecahnya selaput ketuban secara spontan pada saat
belum inpartu. Idealnya diagnosis KPD diambil berdasarkan pemeriksaan yang lengkap,
23
namun di RSUD Selong diagnosis KPD lebih ditekankan pada hasil anamnesa dan
pemeriksaan dalam, untuk pemeriksaan laboratorium (kertas lakmus) tidak rutin dilakukan.
2. Ketepatan Penanganan Kasus
Penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat sesuai dengan penatalaksaaan KPD preterm
yaitu pasien diberikan injeksi antibiotic ampicilin 1 gr/6 jam sebagai profilaksis dan karena
ketuban pecah dini telah berlangsung lebih dari 12 jam, maka seegera dilakukan terminasi.
Untuk mempercepat terminasi kehamilan dilakukan akselerasi oksitosin drip 5 Unit dalam 500 cc
D 5% dimulai dengan 8 tetes/menit dinaikkan 4 tetets/30 menit sampi his adekuat. Pertimbangan
terminasi dengan oksitosin drip, karena tidak ditemukan kontra indikasi untuk dilahirkan
pervaginam, serta nilai pelvic score 5, sehingga kemungkinan keberhasilan drip oksitasin cukup
tinggi.
24
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan pada kasus ini adalah:
1. Diagnosis pada pasien ini sudah tepat sesuai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yaitu G1P0A0H0 38-39 minggu/T/H/IU, presentasi kepala,
dengan KPD>12 jam.
2. Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat yaitu terapi aktif pada KPD.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Dalono. 2000. Stresor Psikologis pada Kehamilan sebagai Petanda terjadinya KPD di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Dalam Majalah Obstetri dan Ginekologi Vol.10 No.1 Juli
2002. Surabaya: Lab/SMF Obstetri dan Ginekologi Fak.Kedokteran UNAIR RSUD Dr.
Soetomo.
2. Dewi P, Irma N, Maria K. Penatalaksanaan Perawatan Inpartu Klien Ketuban Pecah Dini
di Ruang Bersalin RSUD Swadana Sumedang. 2005.
3. Doddy AK, Soesbandoro SDA, Damanik H, Edi PW, Agus T. Ketuban Pecah Dini. Dalam
Standar Pelayanan Medik SMF Obstetri dan Ginekologi. Rumah Sakit Umum Mataram.
2001: hal 21-22.
4. Gjoni M. Preterm Premature Rupture of the Membranes. Geneva Foundation for Medical
Education and Research. Available from http://www.bmj.com.
5. John. J Sciarra. Management of Premature Rupture of the Membanes in Term Patients. In
Gynecology and Obstetrics. Lippincott-Raven Publishers. Chicago. 1997
6. Prawirohardjo S, Winkjosastro H. Plasenta dan Likuor Amnii. Dalam Ilmu Kandungan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo. 2009.
7. Sadler TW. Selaput-selaput Janin dan Plasenta. Dalam Embriologi Kedokteran Langmann
Ed.7. Alih bahasa: Joko Suyono. Jakarta: EGC. 2000: hal 101-121.
8. Verrals, Sylvia. 2002. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan Ed.3. Alih bahasa:
Hartono. Jakarta: EGC.
26