Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Rizka Aulia Hermawati
(2012730153)
Pembimbing :
Dr. H Hermawan, SpOG
dihubungkan dengan peningkatan 2 kali lipat risiko atonia uteri atau perdarahan post
partum yang membutuhkan terapi uterotonika (termasuk tambahan oksitosin) dan
dihubungkan dengan peningkatan hampir 5 kali lipat dari kebutuhan uterotonika lini
kedua seperti metergin dan hemabate. Meskipun persalinan pervaginam terjadi pada
2/3 dari semua persalinan, namun masih belum diketahui apakah profilaksis oksitosin
dosis tinggi lebih efektif pada wanita dengan persalinan pervaginam. Jika iya, maka
kita dapat sepakat mengenai konsentrasi dosis oksitosin untuk mencegah perdarahan
post partum.
b. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu membandingkan efektivitas dua regimen
profilaksis oksitosin dosis tinggi (80 unit dan 40 unit) dengan regimen dosis standar
untuk persalinan pervaginam.
c. Metode
Kami melakukan penelitian terpusat, buta ganda (double blind), uji acak
terkontrol (Randomized Controlled Trial ), yang melibatkan wanita hamil dengan
persalinan pervaginam dengan usia kehamilan 24 minggu atau lebih di Rumah Sakit
Universitas, Birmingham, Alabama. Mereka yang melahirkan secara sesar atau yang
janinnya meninggal, didiagnosis koagulopati, edema paru, atau kardiomiopati tidak
diikutsertakan. Institutional Review Board
perbandingan hasil antara ketiga kelompok perlakuan. Tes 2 dan analisis varians
digunakan untuk uji dua kelompok. Semua uji statistik, dengan pengecualian dari
hasil utama seperti yang dijelaskan sebelumnya, dievaluasi pada tingkat signifikansi
0,05. SAS 9.2 digunakan untuk semua analisis statistik
d. Hasil
Sejak November 2008 sampai Juni 2010, 2.869 wanita disaring dan 1.798
diacak sebagai berikut: 658 wanita untuk kelompok dosis 80 unit oksitosin profilaksis,
481 untuk kelompok 40 unit (dihentikan) dan 659 untuk kelompok 10 unit.
Karakteristik dasar pada semua kelompok serupa.
Dibandingkan dengan kelompok dosis 10 unit, dosis oksitosin yang lebih
tinggi tidak secara signifikan mengurangi risiko disesuaikan hasil primer; tidak ada
kecenderungan respons dosis linear di seluruh kelompok. Oksitosin dosis tinggi tidak
menurunkan terapi atonia uteri atau perdarahan obstetri dengan uterotonika. Dosis 80
unit jika dibandingkan dengan 10 unit secara signifikan menurunkan kebutuhan untuk
pengobatan dengan oksitosin tambahan tapi tidak pada dosis 40 unit. Ada juga
kecenderungan penurunan yang signifikan dalam kebutuhan terapi oksitosin (3%
menjadi 2% sampai 1%) dengan peningkatan dosis oksitosin profilaksis.
Perubahan rata-rata hematokrit setelah melahirkan tidak berbeda secara
signifikan antara 3 kelompok tersebut. Namun, beberapa wanita pada kelompok dosis
80 unit, tetapi tidak pada kelompok 40 unit, dibandingkan dengan kelompok 10 unit
mengalami penurunan kadar hematokrit 6%. Insiden penurunan ini secara klinis
penting dalam penurunan hematokrit sederhana tetapi secara signifikan penurunan
hematokrit dari 28% menjadi 23% sesuai dengan dosis oksitosin profilaksis yang
meningkat dari 10 unit menjadi 80 unit (p <0,05).
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara oksitosin dosis tinggi (80 atau 40
unit) dan oksitosin dosis standar 10 unit untuk hasil gabungan primer atau kebutuhan
uterotonika untuk terapi perdarahan post partum. Namun, ada penurunan kebutuhan
oksitosin untuk terapi atonia uteri atau perdarahan post partum, terutama pada post
partum periode pasca penyembuhan. Hasil penurunan hematokrit 6% atau lebih
mengacu pada insiden yang lebih rendah pada dosis 80 unit tapi tidak dengan 40 unit
dibandingkan dengan 10 unit oksitosin .
e. Diskusi
Secara keseluruhan, oksitosin profilaksis dosis tinggi (80 unit atau 40 unit),
dibandingkan dengan dosis standar 10 unit oksitosin bila diberikan dalam 500 ml
kristaloid 1 jam setelah persalinan pervaginam, tidak secara signifikan mengurangi
kejadian hasil primer
pengobatan. Namun, dosis 80 unit oksitosin mengurangi frekuensi dua hasil akhir
sekunder: 1. Perdarahan yang membutuhkan terapi setelah jam pertama postpartum,
dan 2. Penurunan hematokrit lebih dari 6% unit. Selain itu, regimen dosis yang lebih
tinggi tidak terkait dengan peningkatan efek samping seperti hipotensi atau overload
cairan.
Pada penelitian lain mengenai persalinan sesar, dosis oksitosin yang lebih
tinggi dikaitkan dengan tonus uterus yang lebih kuat dan penurunan kebutuhan
uterotonika tambahan yang tidak signifikan. Pada percobaan sebelumnya di institusi
kami, dosis oksitosin profilaksis 80 unit dibandingkan dengan 10 unit dapat
mengurangi kebutuhan terapi uterotonika, serta kebutuhan untuk pengobatan dengan
agen lini kedua pada wanita yang menjalani persalinan sesar setelah persalinan. Perlu
dicatat bahwa wanita di kedua kelompok juga menerima profilaksis oksitosin dosis
rendah (20 unit dalam 1L) selama 8 jam postpartum. Penelitian kami saat ini adalah
salah satu percobaan acak terbesar yang membandingkan dosis oksitosin yang
berbeda untuk mencegah perdarahan post partum namun berfokus pada wanita yang
menjalani persalinan pervaginam. Meskipun bertentangan dengan penelitian
sebelumnya, kami tidak melihat penurunan yang signifikan dalam kebutuhan terapi
uterotonika, temuan untuk hasil akhir sekunder (penurunan hematokrit 6 unit atau
lebih dan perlu untuk oksitosin setelah satu jam pertama) menunjukkan potensi
manfaat dari regimen dosis yang lebih tinggi pada wanita setelah persalinan
pervaginam. Dukungan untuk keamanan oksitosin dosis tinggi ini terbukti dari
penelitian sebelumnya, termasuk protokol konsentrasi oksitosin untuk terminasi
kehamilan mid-trimester atau induksi persalinan; regimen ini umumnya telah
dilaporkan aman.
Perbedaan hasil utama dengan perbedaan profil risiko dari populasi penelitian
dan regimen dosis profilaksis infus yang lebih tinggi pada penelitian sebelumnya
mungkin merupakan konsekuensi dari keterbatasan penelitian kami untuk melihat
perbedaan pada hasil primer. Penelitian kami memiliki keterbatasan lainnya.
Mengingat adanya kesulitan dalam validitas, perkiraan kehilangan darah postpartum,
kami menggunakan hasil klinis untuk mewakili kehilangan darah. Dalam protokol
kami, oksitosin diberikan hanya setelah pelahiran plasenta. Meskipun waktu
pemberian tidak memunculkan perbedaan, kami tidak dapat menjamin bahwa hasil
kami dengan dosis yang lebih tinggi akan sama jika kita memulai oksitosin profilaksis
sebelum melahirkan plasenta.
6. Telaah Kritis
Berdasarkan jurnal Critical Appraisal on Journal of Clinical Trials: 2012, Critical
appraisal merupakan bagian dari kedokteran berbasis bukti (evidence-based medicine)
diartikan sebagai suatu proses evaluasi secara cermat dan sistematis suatu artikel
penelitian untuk menentukan reabilitas, validitas, dan kegunaannya dalam praktik klinis.
Komponen utama yang dinilai dalam critical appraisal adalah validity, importancy, dan
applicability. Tingkat kepercayaan hasil suatu penelitian sangat bergantung dari disain
penelitian dimana uji klinis menempati urutan tertinggi. Telaah kritis meliputi semua
komponen dari suatu penelitian dimulai dari komponen pendahuluan, metodologi, hasil
dan diskusi. Masing-masing komponen memiliki kepentingan yang sama besarnya dalam
menentukan apakah hasil penelitian tersebut layak atau tidak digunakan sebagai referensi.
A. Analisis PICO
a. Population
Wanita hamil dengan persalinan pervaginam dengan usia kehamilan 24 minggu
atau lebih di Rumah Sakit Universitas, Birmingham, Alabama.
b. Intervention
Penggunaan 3 regimen dosis oksitosin profilaksis pada wanita dengan persalinan
pervaginam.
c. Comparation
Wanita yang melahirkan pervaginam diberikan oksitosin profilaksis dosis tinggi
(80 dan 40 unit) dibandingkan dengan wanita dengan persalinan normal yang
diberi oksitosin profilaksis dosis standar (10 unit).
d. Outcome
Dosis 80 atau 40 unit oksitosin profilaktik tidak mengurangi atonia uteri atau
perdarahan post partum pada persalinan pervaginam dibandingkan dengan dosis
10 unit. Dosis 80 unit mengurangi kebutuhan tambahan oksitosin dan risiko
penurunan hematokrit 6%.
Frekuensi Hasil/outcome (%)
80 unit
40 unit
(n=658)
Hasil primer
Uterotonika
Oksitosin
Uterotonka lain
Metergin
Hemabate
Ligasi arteri
Histerektomi
Tamponade foley
Emboli arteri
Transfusi darah
Hasil
40 unit
(n=481)
10 unit
(n=659)
(n=658)
(n=481)
42 (6)
31 (6)
45 (7)
0.745
0.798
0.744
40 (6)
9 (1)
37 (6)
24 (4)
19 (3)
1 (< 1)
1 (< 1)
0 (0)
1 (< 1)
5 (< 1)
30 (6)
12 (2)
27 (6)
19 (4)
13 (3)
0 (0)
0 (0)
1 (< 1)
0 (0)
4 (< 1)
45 (7)
22 (3)
42 (6)
27 (4)
23 (3)
0 (0)
0 (0)
0 (0)
1 (< 1)
7 (1)
0.580
0.018
0.567
0.672
0.533
0.500
0.500
NA
1.000
0.564
0.691
0.408
0.595
0.901
0.453
NA
NA
0.422
1.000
0.768
0.578
0.019
0.563
0.673
0.525
0.366
0.366
1.000
1.000
0.559
kecenderungan