You are on page 1of 18

Kalibrasi Peralatan Laboratorium:

Pendahuluan
Dewasa ini kebenaran hasil ukur sudah menjadi kebutuhan terutama di bidang pengawasan
dan pengendalian mutu. Meskipun sebagian masyarakat masih menganggap bahwa kalibrasi
merupakan salah satu pemenuhan syarat akreditasi, namun ternyata kalibrasi sangat
diperlukan dalam pengendalian mutu produk terutama ketika akurasi dibutuhkan.
Sudah menjadi kegiatan yang biasa ketika para penera melakukan peneraan alat ukur di pasar
seperti timbangan, literan, dan sebagainya. Lalu kegiatan ini sering dilaporkan memasuki
wilayah industri dan laboratorium penguji. Akibatnya timbul pertanyaan dari pemilik alat
tentang keharusan tera atau kalibrasi. Terlebih di bangku sekolah menengah telah dikenal
istilah peneraan alat gelas, maka kerancuan penggunaan istilah tera dan kalibrasi menjadi hal
penting untuk dijelaskan.
Artikel ini mencoba memberikan penjelasan yang sederhana tentang perbedaan kegiatan tera
dan kalibrasi untuk menjadi bekal pengetahuan bagi para petugas kalibrasi khususnya dan
bagi masyarakat umumnya.
2.

Definisi

Kalibrasi menurut VIM-1993 adalah serangkaian kegiatan dibawah kondisi tertentu untuk
menetapkan hubungan antara nilai yang ditunjukkan alat ukur atau sistem pengukuran atau
nilai yang dimiliki oleh bahan ukur atau bahan pembandiing dengan nilai yang diberikan oleh
standar. Sedangkan tera menurut Undang-undang Metrologi No. 2 tahun 1981 adalah hal
menandai dengan tanda tera sah atau tanda tera batal yang berlaku, atau memberikan
keterangan-keterangan tertulis yang bertanda tera sah atau tanda tera batal yang berlaku,
dilakukan oleh pegawai-pegawai yang berhak melakukannya berdasarkan pengujian yang
dijalankan atas alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya yang belum dipakai.
Ini berarti bahwa setiap alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya (UTTP) harus ditera
sebelum dipakai. Menurut PP No. 2 Tahun 1985 tentang kewajiban dan pembebasan tera
dinyatakan pada pasal 5 ayat 1 bahwa UTTP yang digunakan untuk pengawasan di dalam
perusahaan atau tempat-tempat yang ditetapkan oleh Menteri, dapat dibebaskan dari tera
ulang. Alat dimaksud meliputi peralatan laboratorium penguji, unit produksi, serta peralatan
yang digunakan dalam pelayanan jasa. Meskipun pembebasan tersebut dapat diperoleh
melalui ijin menteri sebagaimana dinyatakan dalam ayat 2.
3.

Satuan

Satuan yang digunakan dalam kalibrasi dan tera pada prinsipnya sama yaitu satuan SI. Satuan
yang bukan SI seperti ons tidak boleh digunakan dalam tera maupun kalibrasi. Persepsi yang
sudah terlanjur meluas dikalangan masyarakat dapat menimbulkan bahaya yang tidak kecil
karena menggunakan satuan bukan SI. Beberapa contoh dibawah ini kiranya menjadi
renungan karena satuan telah diajarkan kepada kita semasa di sekolah lanjutan yang semoga
kini sudah berhenti:

1 ounce/ons/onza = 28,35 gram (bukan 100 g.)

1 pound = 453 gram (bukan 500 g.)

1 pound = 16 ounce (bukan 5 ons)


4.

Metrologi

Metrologi adalah ilmu pengetahuan tentang ukur mengukur (science of measurement) secara
luas meliputi pengujian, pengendalian mutu, dan jaminan mutu dengan kegiatan pokok:
a.

menentukan satuan pengukuran yang berterima secara internasional, missal meter;

b.

realisasi unit pengukuran dengan metode ilmiah, missal meter melalui penggunaan laser;

c. menetapkan rantai ketelusuran dengan menentukan dan mendokumen-kan nilai serta


akurasi pengukuran kemudian menyebarluaskannya, missal hubungan antara micrometer
sekrup yang digunakan di bengkel dengan mmetrologi optic untuk besaran panjang di
laboratorium primer.
Menurut Howarth & Redgrave (2008), mmetrologi terbagi menjadi 3 bagian yaitu:
a. mmetrologi ilmiah, mengelola dan mengembangkan pengukuran standar serta
pemeliharaannya;
b. mmetrologi industri, memastikan kelayakan fungsi instrumen ukur yang digunakan di
bidang industri dan proses pengujian, untuk menjamin mutu kehidupan masyarakat dan
untuk maksud akademik;
c. mmetrologi legal, melibatkan pengukuran yang berdampak pada transaksi ekonomi,
khususnya jika mempersyaratkan verifikasi legal atas instrumen yang bersangkutan.
Di Indonesia mmetrologi legal berada di bawah wewenang Departemen Perdagangan dan
Dinas Metrologi di berbagai propinsi, sedangkan mmetrologi industri dilakukan terkait
dengan kebutuhan pengendalian mutu produk dan jasa.
5.

Beberapa perbedaan

Selain perbedaan yang telah diuraikan di atas terdapat beberapa perbedaan lainnya
sebagaimana tampak pada table di bawah ini

Parameter

Tera

Kalibrasi

Aturan

UU No.2 1981

ISO 17025 : 2005

Sifat aturan

Wajib

Suka rela

Personil

Disumpah

Belum ada aturan

Tujuan

Transaksi yang adil

Ketelusuran

Jenis peralatan

Semua alat ukur yang akan


digunakan

Lab, produksi, jasa

Departemen Perdag.
Instansi pengelola

Lab Kalibrasi
Tanda Tera, Srt. Ket.

Hasil pekerjaan

Label, Sertf. Kalibrasi


Diatur UU No.2 1981

Selang waktu

Sesuai sifat alat.


Tidak diketahui

Pengecekan antara

6.

Diantara selang kalibrasi

Penutup

Menyikapi perbedaan mendasar antara kalibrasi dan tera, sudah merupakan kewajiban para
petugas kalibrasi dan pihak berwenang untuk turut memberikan pemahaman yang tepat di
antara keduanya kepada masyarakat pengguna jasa kalibrasi demi terwujudnya sistem
mmetrologi yang kosisten dan tidak tumpang tindih.
Dewasa ini beberapa lembaga yang menangani mmetrologi legal seperti Direktorat Metrologi
dan Dinas Metrologi di daerah berperan ganda sebagai laboratorium kalibrasi. Tarif kalibrasi

yang dirancang oleh Departemen Keuangan lebih tinggi daripada biaya tera. Hal ini
memerlukan peninjauan ulang atas biaya tera agar tidak terjadi kesenjangan diantaranya.
7.

Referensi

a. Howarth, P & Redgrave, F (2008). Mmetrologi In Short. 3rd Edition, Euramet, Schultz
Grafisk, Albertslund, p. 10.
b. Peraturan Pemerintan No. 2 tahun 1985 tanggal 7 Januari 1985. Wajib dan Pembebasan
untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang serta Syarat-syarat bagi Alat- alat Ukur, Takar,
Timbang, dan Perlengkapannya;
c. Undang-undang No. 2 tahun 1981 tanggal 1 April 1981. Metrologi Legal;
Filed under: Artikel | Leave a comment

KALIBRASI DAN METROLOGI


Posted on April 12, 2011 by xbrasi

1. Pendahuluan
Metrologi adalah ilmu tentang ukur mengukur dalam arti luas. Kegiatan metrologi meliputi
pengukuran, karakter alat ukur, metode pengukuran, dan penafsiran dari hasil
pengukurannya. Bidang yang dikelolanya meliputi pengujian, produksi, kalibrasi, dan
jaminan mutu.
Metrologi terbagi dalam dua bagian besar yakni metrologi legal dan metrologi teknis.
Metrologi legal terbagi dua menjadi metrologi legal perdagangan dar metrologi radiasi nuklir.
Metrologi legal perdagangan berada dibawah naungan Departemen Perdagangan yang
berwenang melakukan tera dan tera ulang. Sedangkan metrologi teknis dilaksanakan oleh
laboratorium kalibrasi.
Makalah ini menguraikan beberapa pokok bahasan menyangkut kalibrasi dan metrologi
sebagai bahan dasar pengertian dalam pelaksanaan kalibrasi.

2. Perbedaan Kalibrasi dan Tera


Kalibrasi dan tera merupakan kegiatan serupa dalam pelaksanaan, tetapi berbeda dalam
tujuan. Kalibrasi bertujuan memberikan jaminan bahwa alat yang telah dikalibrasi memiliki
sifat ukur yang tertelusur ke standar nasional atau internasional. Sedangkan tera menjamin
transaksi yang adil dan menjamin keamanan radiasi.
Beberapa perbedaan kalibrasi dan tera seperti terlihat dalam tabel di bawah ini
Parameter
Aturan

Tera
UU No.2 1981

Kalibrasi
ISO 17025 : 2005

Sifat aturan

Wajib

Suka rela

Personil

Disumpah

Belum ada aturan

Tujuan

Transaksi yang adil

Ketelusuran

Jenis peralatan

Semua alat ukur yang akan


digunakan

Lab, produksi, jasa

Instansi pengelola

Lab Kalibrasi
Departemen Perdag.

Hasil pekerjaan

Label, Sertf. Kalibrasi


Tanda Tera, Srt. Ket.

Selang waktu

Sesuai sifat alat.


Diatur UU No.2 1981

Pengecekan antara

Diantara selang kal


Tidak diketahui

Selain ISO 17025: 2005 juga standar lainnya seperti ISO 9000 series, dan standar yang
melibatkan pengendalian peralatan ukur mencantumkan kalibrasi sebagai salah satu
persyaratan kompetensi.

3. Beberapa definisi
Ketelusuran: Sifat dari hasil pengukuran atau nilai standar yang dapat dihubungkan ke acuan
tertentu, biasanya berupa standar nasional atau internasional, melalui rantai pembandingan
tidak terputus dengan acuan yang mempunyai ketidakpastian tertentu.
Kalibrasi: Menentukan kebenaran konvensional penunjukan alat melalui cara pembandingan
dengan standar ukurnya yang tertelusur ke standar nasional / internasional
Menera ialah hal menandai dengan tanda tera sah atau tanda tera batal yang berlaku, atau
memberikan keterangan-keterangan tertulis yang bertanda tera sah atau tanda tera batal yang
berlaku, dilakukan oleh pegawai-pegawai yang berhak melakukannya berdasarkan pengujian
yang dijalankan atas alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya yang belum dipakai.
(UUMl 1.q)
Verifikasi: Konfirmasi melalui pengujian dan penyajian bukti bahwa persyaratan yang telah
ditetapkan telah terpenuhi
Perawatan: Serangkaian kegiatan untuk membuktikan bahwa suatu kalibrator dan
perlengkapannya memenuhi syarat untuk digunakan dalam kalibrasi

4. Hirarki standar

Alat standar yang digunakan dalam kalibrasi dan tera dipersyaratkan harus mempunyai
ketelusuran (traceability) yang dibuktikan antara lain dengan adanya sertifikat kalibrasi. Ini
berarti hasil ukur alat standar bersangkutan pernah dibandingkan dengan hasil ukur alat
standar yang setingkat lebih tinggi hirarkinya. Hirarki alat standar dapat diuraikan sebagai
berikut :
Standar Internasional
Standar internasional didefinisikan oleh perjanjian internasional karenanya disebut juga
standar konvensional. Definisi standar di bawah ini diacu dari The international System Unit
(SI) cetakan ke 7 tahun 1998 (BIPM)
Standar dimensi
Standar meter mula-mula disepakati tahun 1889 berupa batang Pt-Ir. Tahun 1960 diubah
berdasarkan gelombang radiasi krypton 86. Meter didefinisikan sebagai 1.650.763,73 kali
panjang gelombang radiasi krypton 86. Tahun 1983 definisinya dirubah menjadi jarak yang
ditempuh oleh cahaya dalam vakum selama 1/299 792 458 detik. Prototip meter pertama
tetap disimpan dan dipelihara di BIPM (Bureau International des Poids et Mesures) dibawah
kondisi yang disepakati tahun 1889.
Standar massa
Standar kilogram mula-mula didefinisikan sebagai massa 1 dm3 air suling pada densitas
maksimumnya. Pada tahun 1889 disepakati sebagai massa dari prototip kilogram yang terbuat
dari Pt-Ir dengan diameter dan tinggi 39 mm. Prototip ini tetap digunakan hingga sekarang
dan disimpan di BIPM.
Standar waktu
Standar detik tahun 1968 didefinisikan sebagai 1/86400 rataan waktu 1 hari matahari. Namun
karena waktu edar bumi ternyata tidak konsisten, maka pada tahun 1968 definisinya diganti
menjadi 9.192.631.770 kali waktu yang diperlukan untuk peralihan atom cesium 133 pada
kondisi bebas medan maknit dan pada suhu 0K.
Standar kuat arus
Standar kuat arus, ampere, tahun 1946 didefinisikan sebagai arus konstan yang dipertahankan
dalam dua buah konduktor, sehingga diantara kedua konduktor tersebut muncul gaya sebesar
2 x 10-7 Newton. Kedua konduktor tersebut lurus, sejajar pada jarak 1 m, panjangnya tak
berhingga, masing-masing diameternya dapat diabaikan, dan terletak dalam vakum.
Standar suhu
Satuan termodinamik suhu, Kelvin, tahun 1968 didefinisikan sebagai 1/273.16 kali
termodinamik suhu titik tripel air yaitu kondisi air yang berada dalam tiga fase cair, padat,
dan gas pada tekanan 1 atmosfir. Titik tripel tersebut terjadi pada suhu 0.01C. Hubungan
antara derajat Celcius dan Kelvin adalah :
Standar kuantitas bahan

Standar kuantitas bahan tahun, mol, 1969 didefinisikan sebagai jumlah bahan yang setara
dengan jumlah atom dari 0.012 kg carbon 12. Satuan mol harus dijelaskan mengenai bahan
yang diukur seperti atom, molekul, ion, elektron, atau partikel lain, atau gabungan partikel
tadi.
Standar kuat cahaya
Standar kuat cahaya tahun 1980 didefinisikan sebagai kekuatan cahaya dari suatu sumber
cahaya yang memancarkan radiasi monokromatis pada frekuensi 540 x 1012 hertz dengan
kekuatan 1/683 watt per steradian.
Standar primer
Standar primer adalah turunan pertama dari standar internasional yang merupakan standar
tertinggi di suatu negara (Standar Nasional). Prototip standar primer untuk masing-masing
besaran adalah sebagai berikut:
Prototip standar primer untuk massa dan dimensi sama dengan standar internasionalnya.
Prototip untuk standar primer waktu adalah sebuah jam atom yang didasarkan pada waktu
peralihan atom cesium.
Prototip standar primer untuk kuat arus adalah standar primer resistor dan standar primer
tegangan.
Prototip standar primer suhu adalah termometer tahanan platina. Tahun 1927 IPTS
(International Practical of Temperature Scale) menyetujui penggunaan skala praktis untuk
pengukuran suhu.
Prototip standar primer kuat cahaya adalah alat pengukur kekuatan radiasi optik dengan
metode radiometri.
Standar sekunder
Standar sekunder merupakan turunan dari standar primer yang disimpan atau dipelihara di
berbagai industri alat ukur atau di laboratorium kalibrasi. Standar sekunder dapat diproduksi
dan di gunakan untuk kalibrasi alat standar dibawahnya. Standar sekunder waktu berupa alat
yang disebut frequency counter dijual secara bebas.
Standar kerja
Standar kerja adalah standar kalibrasi yang digunakan untuk mengkalibrasi alat ukur atau alat
uji. Standar kerja sering disebut sebagai kalibrator.

5. Beberapa parameter kalibrasi


bagian dari ilmu metrologi, karena itu pekerjaan kalibrasi banyak terlibat dengan kegiatan
ukur mengukur. Dalam pengukuran banyak digunakan istilah yang perlu dipahami dengan
baik antara lain sebagai berikut :

Ketepatan (accuracy)
Harga terdekat pembacaan suatu alat ukur dengan harga sebenarnya
Ketelitian (precision)
Ukuran kemampuan alat ukur untuk memperoleh hasil pengukuran serupa yang dilakukan
berulang
Resolusi
Perubahan terkecil hasil ukur yang dapat diberikan sebagai respon suatu instrumen atau alat
ukur
Sensitifitas
Perbandingan antara respon alat ukur dengan perubahan masukan dari variable yang diukur

6. Satuan
Sistem satuan yang digunakan dalam kalibrasi disebut sistem satuan SI (System
Interantionale dUnites). Sistem satuan SI mempunyai 7 satuan dasar yaitu meter (m),
kilogram (kg), sekon (s), amper, Kelvin (K), mole (mol), dan candela (cd).
Selain satuan diatas terdapat dua buah satuan suplementer yaitu satuan sudut datar (radian)
dan sudut massif (steradian). Dari satuan dan satuan suplementer tadi dapat dibentuk menjadi
berbagai satuan turunan seperti satuan luas, kecepatan, tekanan, torsi dsb.
Penulisan satuan memerlukan kecermatan agar tidak terjadi salah tafsir. Penulisan hasil
kalibrasi dalam sertifikat kalibrasi harus mengikuti kaidah penulisan satuan sesuai satuan SI.
Beberapa prefix satuan yang digunakan dalam metrologi seperti tampak dalam table di bawah
ini:

7. Selang kalibrasi
Pertanyaan yang sering muncul dalam program kalibrasi adalah tentang frekuensi kalibrasi.
Alat yang sering digunakan tentu cenderung lebih sering dikalibrasi daripada alat yang jarang
digunakan. Tetapi hal ini tidak berlaku untuk instrumen berbasis elektronik, karena jarangnya
digunakan justru cenderung merusak, karena itu alat harus dipanaskan setiap hari selama
waktu tertentu.
Secara umum selang kalibrasi ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut:

Kemantapan alat ukur / bahan ukur

Rekomendasi pabrik

Kecendrungan data rekaman kalibrasi sebelumnya

Data rekaman perawatan dan perbaikan

Lingkup dan beban penggunaan

Kecendrungan keausan dan penyimpangan

Hasil pengecekan silang dgn peralatan ukur lainnya

Kondisi lingkungan

Akurasi pengukuran yang diinginkan

Bila peralatan tidak berfungsi dengan baik

Menyatakan selang kalibrasi dapat berupa waktu kalender misal sekali setahun, berupa waktu
pakai misal 1000 jam pemakaian, berupa banyaknya pemakaian misal 1000 kali, dan berupa
kombinasi dari cara tersebut tergantung mana yang lebih dulu tercapai.

8. Referensi
Cooper, WD (1985), Instrumentasi Elektronik dan Teknik Pengukuran, Edisi ke-2, Penerbit
Erlangga, Jakarta
Quin, TJ & Mills, IM (1998), The System International of Unit (SI), 7th ed, BIPM
Taylor, BN (1995), Guide for the Use of International System of Unit (SI), NIST Special
Publication 811, US Department of Commerce, NIST
Filed under: Artikel | Leave a comment

PENGETAHUAN KALIBRASI DAN PEMELIHARAAN


PERALATAN LABORATORIUM
Posted on November 23, 2009 by xbrasi
1. Pendahuluan
Hasil pengukuran yang diberikan oleh beberapa alat sejenis tidak selalu menunjukkan hasil
yang sama, meskipun alat tersebut mempunyai tipe yang sama. Perbedaan ini diperbesar lagi
dengan adanya pengaruh lingkungan, operator, serta metode pengukuran. Padahal dalam
menghasilkan hasil pengukuran tersebut sangat diharapkan bahwa setiap alat ukur yang
digunakan dimanapun memberikan hasil ukur yang sama dalam kaitannya dengan keperluan
keamanan, kesehatan, transaksi, dan keselamatan.
Agar setiap alat dapat memberikan hasil ukur dengan keabsahan yang sama, alat ukur
tersebut perlu mempunyai ketelusuran kepada standar nasional atau standar internasional.
Cara untuk memberikan jaminan bahwa alat yang digunakan mempunyai ketelusuran kepada
standar nasional adalah dengan melakukan kalibrasi terhadap alat tersebut. Lebih dari itu

untuk memelihara ketelusuran tersebut perlu dilakukan perawatan alat dalam selang kalibrasi
tertentu.
Dalam penerapan standar ISO/IEC 17025 : 2005, kiranya upaya-upaya untuk menyamakan
persepsi bagi semua pihak terkait perlu dilaksanakan. Ketelusuran pengukuran tidak hanya
sekedar menjadi persyaratan administratif, melainkan telah menjadi kebutuhan teknis yang
mendasar terutama dengan diwajibkannya mencantumkan estimasi ketidakpastian dalam hasil
uji.
Makalah ini memuat pengetahuan dasar kalibrasi dan pemeliharaan peralatan laboratorium
untuk membekali para peserta pelatihan agar dalam melaksanakan kegiatan pengukuran di
laboratorium dapat memahami prinsip kalibrasi, pelaksanaan kalibrasi, dan pemeliharaan
peralatan laboratorium.
2. Metrologi
Metrologi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang ukur mengukur (science of
measurement). Bidang kerja metrologi mencakup standarisasi, pengujian, dan jaminan mutu.
Sedangkan bidang yang dikelolanya adalah mengenai satuan ukur, alat ukurnya sendiri, dan
prosedur pengukuran.
Metrologi dewasa ini terbagi dalam tiga bagian yaitu metrologi legal, metrologi industri dan
metrologi ilmiah. Metrologi legal menangani peneraan alat-alat ukur yang langsung
berhubungan dengan kepentingan konsumen sedang metrologi industri menangani alat-alat
ukur yang tidak langsung berhubungan dengan kepentingan konsumen dalam transaksi,
misalnya alat ukur yang digunakan dalam pengujian di laboratorium, alat ukur yang
digunakan untuk keperluan proses di pabrik, dan alat ukur yang digunakan sebagai alat
penjamin keselamatan.
Metrologi legal terbagi dua yaitu metrologi legal perdagangan yang sekarang dibawah
kewenangan Depperindag (dahulu dibawah kewenangan Departemen Perdagangan) dan
metrologi radiasi nuklir dibawah kewenangan Batan.
Cakupan kerja metrologi legal ditujukan untuk menjamin transaksi yang adil antara lain
untuk perlindungan konsumen dan produsen, perdagangan, juga untuk keselamatan dan
kesehatan. Sedangkan metrologi radiasi nuklir ditujukan untuk menjamin keselamatan dan
kesehatan dari bahaya radiasi.
Kegiatan metrologi legal sudah lama dikenal sebagai kegiatan tera (tera dan tera ulang).
Metrologi teknis bidang kerjanya menangani ketelusuran pengukuran di laboratorium
maupun industri yang lebih dikenal dengan kegiatan kalibrasi.
Metrologi ilmiah mengelola penelusuran dan pemeliharaan peralatan standar hirarki tinggi
yang dijadikan acuan bagi kedua metrologi lainnya.
1. Pengertian kalibrasi
Secara umum kalibrasi mempunyai pengertian sebagai rangkaian kegiatan membandingkan
hasil pengukuran suatu alat dengan alat standar yang sesuai untuk menentukan besarnya
koreksi pengukuran alat serta ketidakpastiannya. Dalam pengertian ini alat standar yang

digunakan juga harus terkalibrasi dibuktikan dengan sertifikat kalibrasi. Dengan demikian
maka besarnya koreksi pengukuran alat dapat ditelusurkan ke standar nasional atau standar
internasional dengan suatu mata rantai kegiatan kalibrasi yang tidak terputus.
Alat ukur yang telah dikalibrasi tidak akan secara terus menerus berlaku masa kalibrasinya,
karena peralatan tersebut selama masa penggunaanya pasti mengalami perubahan spesifikasi
akibat pengaruh frekuensi pemakaian, lingkungan penyim-panan, cara pemakaian, dan
sebagainya. Untuk itulah selama berlakunya masa kalibrasi alat bersangkutan perlu dipelihara
ketelusurannya dengan cara perawatan dan cek antara secara periodik.
2. Alat standar Kalibrasi
Alat standar kalibrasi dapat berupa objek ukur atau berupa alat ukur. Yang dikate-gorikan
objek ukur adalah alat standar kalibrasi yang tidak memiliki skala, berupa objek yang akan
diukur oleh peralatan laboratorium. Sedangkan yang dikelompokkan kedalam standar
kalibrasi berupa alat ukur adalah standar kalibrasi yang memiliki skala, sering berupa
instrumen.

3.

Petugas kalibrasi

Meskipun beberapa pelaksanaan kalibrasi dapat dilakukan dengan mudah, tetapi petugas
kalibrasi yang diharapkan dapat melaksanakan kalibrasi dengan baik dan benar kiranya perlu
mempunyai kualifikasi yang memadai. Hal ini akan lebih terasa urgensinya jika dalam proses
kalibrasi harus menghadapi perhitungan baik berupa konversi, standar deviasi, maupun
perhitungan ketidakpastian serta menafsirkan hasil kalibrasi berdasarkan metode kalibrasi
untuk kepentingan laboratorium penguji.
Pada pokoknya petugas kalibrasi harus sensitif terhadap hasil kalibrasi yang telah diperoleh,
tidak boleh terlalu mengandalkan patokan metode kalibrasi yang telah begitu rutin dilakukan
sehingga mengabaikan sensitifitas kalibrasi itu sendiri.
Diluar persyaratan teknis diatas petugas kalibrasi perlu memiliki kepribadian yang baik,
mempunyai dedikasi yang tinggi, serta bertanggung jawab terhadap setiap pekerjaan kalibrasi
yang sedang dan yang telah dilaksanakannya.
1. Kalibrasi dan cek antara
Kalibrasi mengandung pengertian sebagai suatu rangkaian kegiatan untuk menentukan
kebenaran konvensional suatu alat ukur dengan cara membandingkan hasil ukur alat tersebut
dengan standar ukur yang sesuai dan tertelusur ke standar nasional atau internasional.
Sedangkan cek antara mempunyai pengertian sebagai suatu konfirmasi dengan cara pengujian
dan penyajian bukti bahwa persyaratan yang telah ditetapkan telah terpenuhi. Cek antara
dimaksudkan untuk pemeliharaan ketelusuran peralatan kepada standar nasional. Cek antara
dilakukan diantara selang kalibrasi untuk memeriksa bahwa alat yang telah dikalibrasi
tersebut masih memenuhi persyaratan teknis, misalnya fluktuasi suhu oven masih dalam batas
2C sehingga masih boleh digunakan untuk pengujian kadar air kopi yang mempersyaratkan
suhu pengeringan 1305C.

Sebagai dasar untuk pengoperasian alat semisal oven diatas, laboratorium dapat melihat hasil
kalibrasi dalam sertifikat kalibrasi untuk menentukan posisi penempatan bahan yang
dipanaskan didalam oven.
Dengan demikian jelas perbedaannya antara kalibrasi dan cek antara. Kalibrasi memerlukan
alat standar yang terkalibrasi sedangkan cek antara tidak selalu harus dilakukan dengan alat
standar yang terkalibrasi.

2.

Proses kalibrasi

Rangkaian kegiatan kalibrasi secara sederhana dapat digambarkan sebagai kegiatan persiapan
kalibrasi, pelaksanaan kalibrasi, perhitungan data kalibrasi, penentuan ketidakpastian dan
penerbitan laporan kalibrasi.
2.1. Persiapan kalibrasi
7.1.a Persiapan alat standar dan alat yang dikalibrasi
Alat yang akan dikalibrasi dan alat standar dikondisikan pada kondisi yang sama sesuai
metode kalibrasi, hal ini diperlukan untuk menghindarkan perbedaan hasil ukur akibat
pengaruh lingkungan.
7.1.b Pelaksana kalibrasi
Pelaksana kalibrasi harus dipilih orang yang mengerti tentang kalibrasi yang akan
dilaksanakan, misalnya telah pernah mengikuti kursus
kalibrasi, telah berpengalaman dibidangnya, dan dalam hal tertentu memerlukan persyaratan
latar belakang pendidikan atau persyaratan fisik tertentu (misalnya tidak boleh buta warna).
Hal ini diperlukan untuk menghindari kesalahan pengambilan data ukur.
7.1.c Kondisi lingkungan kalibrasi
Kondisi lingkungan kalibrasi harus diatur sedemikian sesuai persyaratan metode kalibrasi
umpama suhu dan kelembaban. Tidak selamanya kalibrasi harus dilakukan pada ruang yang
terkondisi dengan ketat. Pengkondisian lingkungan kalibrasi biasanya dilakukan untuk
kalibrasi peralatan yang mudah berubah akibat pengaruh suhu, kelembaban, getaran, cahaya,
dan sebagainya.
7.1.d Metode kalibrasi
Metode kalibrasi dapat mengacu kepada metode standar internasional maupun metode
standar lainnya semisal text book, jurnal, buletin, dan manual peralatan, namun perlu
diperhatikan bahwa acuan tersebut harus merupakan publikasi yang diakui masyarakat luas.
Selain itu dari beberapa pilihan metode kalibrasi dapat dipilih metode yang mudah
dilaksanakan, karena sulitnya mengikuti metode kalibrasi dapat berakibat kesalahan dalam
pengambilan data kalibrasi.
7.2 Pelaksanaan kalibrasi

7.2.a Pengamatan awal


Jika alat yang dikalibrasi berupa instrumen, pastikan bahwa alat tersebut dapat beroperasi
normal. Jika alat berupa objek ukur pastikan bahwa alat mempunyai bentuk sempurna. Pada
prinsipnya pelaksanaan kalibrasi tidak bertujuan untuk memperbaiki alat, karenanya alat yang
tidak normal seyogyanya tidak boleh dikalibrasi. Alat demikian harus diperbaiki dulu oleh
petugas yang khusus menangani perbaikan alat hingga alat tersebut diyakini beroperasi
normal.
7.2.b Penyetelan
Penyetelan alat yang akan dikalibrasi biasanya diperlukan untuk menghindari kesalahan titik
nol. Penyetelan dapat berupa menyetel kedataran, pembersihan alat dari kotoran, menyetel
titik nol, dalam hal misalnya kalibrasi neraca elektronik penyetelan dapat berupa kalibrasi
internal sesuai prosedur dalam manual.
7.2.c Pengamatan kewajaran hasil ukur
Pengamatan ini dimaksudkan untuk memastikan kewajaran penunjukan alat. Jika alat
menunjukan hasil ukur yang tidak wajar mungkin perlu penyetelan kembali atau perlu dicari
penyebab ketidakwajaran penunjukan alat tersebut.
7.2.d Pengukuran
Pengukuran dilakukan pada titik ukur tertentu seperti dinyatakan dalam dokumen acuan
kalibrasi sesuai kapasitas alat atau rentang ukur tertentu yang biasa digunakan oleh pengguna
alat. Jika dokumen acuan kalibrasi tidak menyatakan titik ukur, biasanya pengukuran
dilakukan dalam selang 10% dari kapasitas ukur alat. Titik uku harus dibuat mudah dibaca
oleh pengguna alat. Pada waktu pengukuran hanyalah melakukan pengambilan data dan tidak
boleh melakukan kegiatan lainnya yang mungkin menyebabkan pembacaan atau pencatatan
menjadi salah.
7.2.e Pencatatan
Pencatatan hasil ukur harus berdasar kepada apa yang dilihat bukan kepada apa yang
dirasakan. Pencatatan dilakukan seobjektif mungkin menggunakan format yang telah
dirancang dengan teliti sesuai dengan ketentuan metode kalibrasi. Selain data ukur hal yang
perlu dicatat adalah identitas alat selengkapnya serta faktor yang mempengaruhi kalibrasi
seperti suhu ruangan, kelembaban, tekanan udara dan sebagainya.
7.3 Perhitungan
Data kalibrasi yang diperoleh dihitung sesuai metode kalibrasi. Perhitungan biasanya
melibatkan pekerjaan mengkonversi satuan, menghitung nilai maksimum-minimum, nilai
rata-rata, standar deviasi, atau menentukan persamaan regresi. Hasil perhitungan akan
menjadi dasar dalam penarikan kesimpulan dan penentuan ketidakpastian kalibrasi.
7.4 Penentuan ketidakpastian

Penentuan ketidakpastian kalibrasi diperlukan karena ternyata bahwa hasil kalibrasi yang
diperoleh dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain operator, alat kalibrasi, alat
bersangkutan, lingkungan, metode kalibrasi. Besarnya pengaruh faktor-faktor tersebut ada
yang dominan dan ada pula yang dapat diabaikan tergantung jenis kalibrasi yang dilakukan.
Dengan demikian nilai telusur atau kesalahan sistematik yang diperoleh dari kalibrasi tidak
berada di satu titik tertentu melainkan dalam suatu rentang nilai sebesar nilai ketidakpastian
kalibrasi. Untuk keterangan lebih rinci termuat dalam butir 8.
7.5 Laporan kalibrasi
Format laporan kalibrasi hendaknya mengacu kepada pedoman SNI 19-17025. Proses
penerbitan laporan kalibrasi secara sederhana meliputi tahap:
7.5.a Pengkonsepan
Pengkonsepan laporan berdasarkan hasil pengukuran, perhitungan data, dan perhitungan
ketidakpastian;
7.5.b Pemeriksaan konsep
Pemeriksaan konsep oleh petugas yang berwenang untuk mengecek kesalahan identitas alat,
pengambilan data, kesalahan perhitungan data dan perhitungan ketidakpastian;
7.5.c Pengetikan konsep
Pengetikan konsep laporan dan pemeriksaan kebenaran pengetikan dengan cara
membandingkan antara konsep laporan dengan konsep net laporan.
7.5.d Pengesahan laporan
Pengesahan laporan. Biasanya yang mengesahkan laporan kalibrasi adalah kepala
laboratorium kalibrasi atau seseorang yang ditunjuk atas dasar pengetahuannya di bidang
kalibrasi.
1. Evaluasi Ketidakpastian Kalibrasi
Evaluasi ketidakpastian kalibrasi secara umum mengacu ke ISO / TAG-4 1994 Guidelines to
Expression Uncertainty in Measurement. Tampaknya acuan ini masih digunakan hingga saat
ini. Dasar evaluasi ketidakpastian adalah penerapan hukum propagasi terhadap model
matematika y = f(x1, x2, .. , xn) sehingga:

Ketidakpastian dihitung pada tingkat kepercayaan 95%, oleh karenanya biasa diberi simbol
U95. Nilai tersebut dihitung dari:

Nilai k adalah nilai yang diperoleh dari tabel t-student seperti dapat dilihat dalam lampiran.
Banyak diantara badan kalibrasi yang secara mudah mengambil nilai k = 2 karena

kenyataannya pada derajat bebas yang besar k 2. Namun bila derajat bebas dihitung maka
digunakan rumus Welch-Satterthwaite:

Nilai ni disebut derajat bebas tergantung bentuk distribusi kesalahan, jika berdistribusi normal
maka n = n-1; untuk distribusi t-student n tergantung nilai k; dan untuk distribusi lainnya
diestimasi dengan:

R disebut faktor reliabilitas yang besarnya = 100 besarnya tingkat kepercayaan terhadap
kebenaran taksiran kesalahan.
1. Kelayakan alat ukur
Kalibrasi selalu dilakukan terhadap alat yang tidak rusak, namun alat ukur yang telah
dikalibrasi tidak selalu berarti layak pakai. Kelayakan harus selalu dibandingkan dengan
suatu acuan tertentu. Adalah kewajiban pengguna alat untuk melakukan evaluasi lanjutan
terhadap alat ukur yang telah dikalibrasi untuk memastikan kelayakan alat.
7. Selang waktu kalibrasi
Seperti telah dikemukakan diatas bahwa selang waktu kalibrasi untuk peralatan ditentukan
oleh pengguna jasa. Sampai saat ini belum ada ketentuan baku kapan suatu alat harus
dikalibrasi ulang. Sebagai gambaran berikut ini adalah interval kalibrasi untuk beberapa alat:
a.

oven : 6 bulan untuk fluktuasi, 2 tahun untuk variasi

b.

muffle furnace dan baths : 3 tahun

c.
Psychrometer : 10 tahun untuk kalibrasi lengkap, cek setiap 6 bulan dengan termometer
standar
d.

Brookfield viscometer : 1 tahun

e.

Glassware : 10 tahun

f.

Gauge block : 8 tahun (reference); 4 tahun (working)

g.

Neraca : 1 tahun

KAN telah menerbitkan selang waktu kalibrasi beberapa alat yang berada di laboratorium
kimia fisika, mekanik, mikrobiologi, dan kalibrasi sebagaimana tercantum dalam persyaratan
tambahan akreditasi.
2. Pemeliharaan peralatan
10.1 Alat standar

Alat standar sedapat mungkin disimpan dalam kondisi yang mencegah perubahan sifat fisik
alat standar seperti karat misalnya. Untuk alat-alat yang perlu disimpan dalam kelembaban
rendah agar disimpan dalam desikator atau lemari yang dapat diatur kelembabannya.
Anak timbangan perlu disimpan dalam kotak kayu yang dindingnya dilapisi beludru untuk
menghindarkan goresan karena gesekan logam dengan kayu. Kotak anak timbangan disimpan
dalam lemari yang kering. Jika cukup banyak desikator, dapat juga disimpan dalam desikator
untuk menghindarkan karat.
Catatan penggunaan alat dapat ditempatkan di tempat penyimpanan alat untuk memudahkan
pencatatan jika akan digunakan untuk kalibrasi. Setiap pengeluaran alat standar selalu dicatat
mengenai nama alat standar, tanggal
pengeluaran, nama pengguna, dan tanda tangan pengguna alat. Catatan akan diberi
keterangan telah kembali jika alat bersangkutan telah dikembalikan.
10.2 Alat ukur
Alat ukur umumnya digunakan jauh lebih sering daripada alat standar. Hal ini mengakibatkan
alat ukur tersebut mudah menjadi tidak normal. Jadi pemeliharaan haruslah kegiatan yang
ditujukan agar alat bersangkutan dapat dipertahankan beroperasi normal. Tentu cara
pemeliharaan masing-masing jenis alat berbeda tetapi dalam bab ini hanya akan dibahas alat
umum saja. Beberapa peralatan yang umum digunakan di laboratorium adalah:
10.2.a Neraca analitik
Neraca analitik adalah neraca yang mempunyai ketelitian atau daya baca terkecil sebesar 0,1
mg disebut juga neraca semimikro. Neraca analitik ada dua jenis yaitu neraca analitik
mekanik dan neraca analitik elektronik. Pemeliharaan yang perlu dilakukan antara lain:
1.
Ditempatkan diatas meja yang paling stabil di laboratorium, Karena itu dipilih tempat
dekat dinding atau dipojok ruangan;
2.

Menggunakan stabilizer yang sesuai;

3.

Dihindarkan dari sinar matahari langsung;

4.

Dihindarkan dari gerakan udara;

5.

Dihindarkan dari radiasi panas dan elektromagnetik;

6.

Didatarkan posisinya dengan mengatur mata kucing;

7.

Ditutup pintu neraca pada saat tidak digunakan;

8.

Dihidupkan setiap hari meskipun tidak digunakan.

10.2.b Oven
1.

Bersihkan bagian dalam oven dari sisa contoh atau kotoran lain;

2.
Bersihkan dinding bagian luar dari debu menggunakan lap bersih, jika perlu dapat
digunakan sedikit deterjen;
3.

Jika mungkin penggunaan oven hanya di satu titik ukur;

4.
Hidupkan oven setiap hari meskipun tidak digunakan. Jika tidak digunakan hidupkan 1
2 jam;
5.

Pastikan voltase input stabil sesuai dengan spesifikasi alat;

6.
Periksalah suhu oven melalui termometer indikator dan pastikan suhu mencapai titik
yang diinginkan. Jika tidak, segera matikan oven.
10.2.c Alat gelas (volumetrik)
1.
Cuci alat gelas menggunakan campuran asam sulfat dan kalium dikhromat, hati-hati
bahan ini berbahaya;
2.

Keringkan pada rak pengering tetapi tidak boleh dipanaskan dalam oven;

3.
Simpan alat volumetrik yang tidak dipakai dalam lemari tertutup untuk menghindari
debu;
10.2.d. Spektrofotometer UV-VIS
1.

Dioperasikan menggunakan stabilizer yang sesuai;

1.

Dihidupkan tiap hari meskipun tidak dipakai. Jika tidak dipakai cukup 1-2 jam;

2.
Hindarkan sedapat mungkin tumpahnya cairan kedalam wadah cuvet. Jika ini terjadi
segera bersihkan kembali dan keringkan seperti sediakala;
3.

Matikan lampu deuterium dan lampu wolfram bila tidak dipakai;

4.

Ikuti manual alat dalam pemeliharaan alat.

10.2.e pH meter
1.

Dioperasikan sesuai manual alat;

2.
Dihidupkan tiap hari meskipun tidak dipakai. Jika tidak dipakai cukup 1 jam atau
sampai mati sendiri jika dilengkapi auto off;
3.

Bersihkan badan pH meter dari debu atau cairan yang mungkin menetes keatasnya;

4.
Elektroda selalu terendam dalam air suling (pH = 7) atau larutan yang disediakan
pabrik;
5.
Larutan didalam elektroda tidak boleh kering, selalu diisi kembali dengan larutan yang
dipersyaratkan pabrik pembuat alat;

1. Pelayanan kalibrasi
Pelayanan kalibrasi dapat ditujukan untuk keperluan internal maupun eksternal sebagai
pelayanan kalibrasi kepada masyarakat luas. Pada prinsipnya agar kalibrasi dapat
dilaksanakan harus disediakan : alat standar yang terkalibrasi, metode kalibrasi yang diakui,
pelaksana kalibrasi yang berkualifikasi, rekaman yang memadai serta lingkungan kalibrasi
yang memenuhi persyaratan metode kalibrasi.
Kalibrasi internal dapat dilaksanakan dengan memperhatikan kelengkapan fasilitas tersebut.
Instansi bersangkutan hanya terbatas melayani kebutuhan kalibrasi internal untuk jenis
kalibrasi tertentu, namun instansi yang bersangkutan tidak dibenarkan memberikan pelayanan
kepada masyarakat luas.
Pelayanan kalibrasi eksternal dimungkinkan setelah instansi bersangkutan memperoleh
akreditasi misalnya dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) atau dari badan akreditasi lain
yang diakui KAN seperti NATA, NAMAS, RNE. Akreditasi laboratorium kalibrasi mengacu
kepada ISO/IEC 17025:2005 dalam hal penerapan sistem mutu. Saat ini telah terakreditasi
sebanyak 95 laboratorium kalibrasi dan 377 laborattorium penguji di seluruh Indonesia.

You might also like