Professional Documents
Culture Documents
Tinggalkan sebuah
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan di atas, makalah ini disusun untuk mengetahui dan
mendeskripsikan:
Mengetahui definisi KB
Mengetahui tujuan KB
Mengenal jenis-jenis KB
Mengetahui pandangan Al-Quran terhadap KB
Mengetahui pandangan ulama terhadap KB
Mengetahui hukum KB dalam islam
Mengetahui manfaat KB
Mengetahui efek samping KB
Kegunaan Makalah
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis
maupun praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengembangan
konsep penelitian keluarga berencana. Secara praktis makalah ini berguna bagi:
penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan keilmuan di bidang
keagamaan dan kebidanan khususnya tentang hukum ber-KB;
pembaca / dosen, sebagai media informasi dalam pembuatan makalah.
Metode Penelitian
BAB II
PEMBAHASAN
Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah
berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.( S. al-Qashas: 77)
Pandangan Ulama Terhadap Keluarga Berencana
Pandangan ulama tentang hukum KB hingga kini masih ada 2 kubu antara yang
membolehkan dan yang menolak KB. Pandangan Majelis Ulama Indonesia
menjelaskan bahwa ajaran islam membenarkan keluarga berencana. Diantara
dalil yang digunakan para ulama yang membolehkan KB yaitu pada QS; an-nisa
ayat 9 yang artinya: dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan
yang benar.
Yusuf Al-Qaradhawi melalui bukunya Halal dan Haram mengungkapkan, tujuan
perkawinan salah satunya adalah lahirnya keturunan. Dengan adanya keturunan,
menopang kelangsung je nis manusia. Islam menyukai banyaknya keturunan di
kalangan umatnya.
Namun, Islam pun mengizinkan kepada setiap Muslim untuk mengatur keturunan
apabila didorong oleh alasan kuat. Hal yang masyhur digunakan pada zaman
Rasulullah untuk mengatur kelahiran adalah dengan azl, yaitu mengeluarkan
sperma di luar rahim ketika akan keluar. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam
Muslim dijelaskan, para sahabat menyatakan bahwa mereka biasa melakukan azl
pada masa Nabi Muhammad SAW. Ketika informasi itu sampai kepada Rasulullah,
beliau tidak melarangnya. Di sisi lain ada bantahan terhadap cerita-cerita
tentang orang Yahudi bahwa azl merupakan pembunuhan kecil.
Menurut Al-Qaradhawi, ada alasan-alasan yang menjadi pijakan untuk
berkeluarga berencana. Di antaranya, adanya kekhawatiran kehidupan atau
kesehatan ibu bila hamil atau melahirkan. Ini setelah penelitian dan pemeriksaan
dokter yang dapat dipercaya. Ia mengutip AlBaqarah ayat 195, agar seseorang
tak menjatuhkan diri dalam kebinasaan.
Alasan lainnya adalah kekhawatiran munculnya bahaya terhadap urusan dunia
yang tak jarang mempersulit ibadah. Pada akhirnya, hal itu membuat seseorang
mau saja menerima barang haram atau menjalankan pekerjaan terlarang demi
memenuhi kebutuhan anak-anaknya.
Persoalan kesehatan dan pendidikan juga menjadi faktor yang menjadi
pertimbangan dalam memutuskan berkeluarga berencana. Keharusan melakukan
azl karena khawatir terhadap keadaan perempuan yang sedang menyusui kalau
hamil atau melahirkan anak lagi. Rasulullah, kata Al-Qaradhawi, selalu berusaha
demi kesejahteraan umatnya.
Pandangan Muhammadiyah
Sementara itu, Tim Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah
melalui fatwafatwa tarjih menjelaskan, surah An-Nisa ayat 9 secara umum dapat
menjadi motivasi keluarga berencana, tapi bukan jadi dasar langsung
kebolehannya.
Ayat tersebut berbunyi, Hendaklah takut kepada Allah orangorang yang
sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka,
yang mereka khawatir terhadap kesejahteraannya. Oleh sebab itu, hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur
kata yang benar.
Menurut Majelis Tarjih dan Tajdid, Islam menganjurkan agar kehidupan anak-anak
jangan sampai telantar sehingga menjadi tanggungan orang lain. Ayat tersebut
mengingatkan agar orang tua selalu memikirkan kesejahteraan jasmani dan
rohani anakanaknya.
fatwa bahwa ber-KB tidak dilarang dalam agama Islam, termasuk penggunaan
berbagai jenis alat kontrasepsi selain vasektomi dan tubektomi.
Karena dalam surat an-Nisa tersebut kita dapat melihat, bahwasanya kesehatan
ekonomi dan kesehatan fisik juga menjadi hal yang patut dipertimbangkan oleh
sebuah keluarga. Karena jika tidak, bukan tidak mungkin neraca kemiskinan akan
bertambah lagi.