Professional Documents
Culture Documents
Nama
Ny. M
Usia
67 tahun
Jenis Kelamin:
Perempuan
Pekerjaan
IRT
Alamat
pamoyanan - cianjur
15-08-2013
Anamnesis (Autoanamnesis)
Keluhan Utama
Sesak nafas sejak 3 hari SMRS
PEMERIKSAAN FISIK
KU
Kesadaran
composmentis
: 110/70 mmHg
: 84x/menit
RR
: 28x/menit
: 36,7 c
STATUS GENERALIS
Kepala
:
rontok
Mata
Hidung
Mulut
Leher
Thorax
Paru
I : simetris, bagian dada yang tertinggal (-), retraksi
subcostal (+)
: BJ1 & BJ2 tunggal, murni, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I
nyeri tekan epigastrium (+), distensi (-), asites (-), splenomegali (-),
hepatomegali (-)
P
timpani
peristaltik normal
Ekstremitas
Atas
Bawah
IRAMA : sinus
Rate : 100x/m
Axis
: normal
Hipertrofi
: normal
T inverted
:(-)
Q patologis : V1,V2,V3,V4
ST elevasi
: (-)
ST depresi
:(-)
PR interval
:0,12 s - 0,20 s
DIAGNOSIS
Decompensasi Cordis
DEFINISI
Gagal Jantung (Heart Failure)adalah suatu keadaan yang serius, dimana jumlah
darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya (cardiac output, curah jantung)
tidak mampu memenuhi kebutuhan normal tubuh akan oksigen dan zat-zat
makanan. Gagal jantung merupakan sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala),
ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi ginjal.
penyakit
yang
mempengaruhi
jantung
dan
sirkulasi
darah
dapat
menyebabkan gagal jantung. Beberapa penyakit dapat mengenai otot jantung dan
mempengaruhi
kemampuannya
untuk
berkontraksi
dan
memompa
darah.
Miokarditis (infeksi otot jantung karena bakteri, virus atau mikroorganisme lainnya).
Penderita kelainan otot jantung menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi
yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosisi koroner, hipertensi
arterial, dan penyakit otot degenaratif atau inflamasi.
Aterosklerosis Koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung.
Terjadinya hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium
(kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
Penyakit katup jantung bisa menyumbat aliran darah diantara ruang-ruang jantung atau
diantara jantung dan arteri utama. Selain itu, kebocoran katup jantung bisa menyebabkan
darah mengalir balik ke tempat asalnya. Keadaan ini akan meningkatkan beban kerja otot
jantung, yang pada akhirnya bisa melemahkan kekuatan kontraksi jantung.
Jika jantung harus bekerja ekstra keras untuk jangka waktu yang lama, maka otot-ototnya
akan membesar; sama halnya dengan yang terjadi pada otot lengan setelah beberapa bulan
melakukan latihan beban. Pada awalnya, pembesaran ini memungkinkan jantung untuk
berkontraksi lebih kuat; tetapi akhirnya jantung yang membesar bisa menyebabkan
berkurangnya kemampuan memompa jantung dan terjadilah gagal jantung.
Tekanan darah tinggi (hipertensi) bisa menyebabkan jantung bekerja lebih berat.
Jantung juga bekerja lebih berat jika harus mendorong darah melalui jalan keluar yang
menyempit (biasanya penyempitan katup aorta). Penyebab yang lain adalah kekakuan pada
perikardium
(lapisan
tipis
dan
transparan
yang
menutupi
jantung).
Kekakuan ini menghalangi pengembangan jantung yang maksimal sehingga pengisian jantung
juga menjadi tidak maksimal. Penyebab lain yang lebih jarang adalah penyakit pada bagian
tubuh yang lain, yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan oksigen dan zat-zat
makanan, sehingga jatnung yang normalpun tidak mampu memenuhi peningkatan kebutuhan
tersebut dan terjadilah gagal jantung.
Penyebab gagal jantung bervariasi di seluruh dunia karena penyakit yang terjadipun
tidak sama di setiap negara. Misalnya di negara tropis sejenis parasit tertentu bisa
bersemayam di otot jantung dan menyebabkan gagal jantung pada usia yang jauh
lebih
muda.
MEKANISME KOMPENSASI
Tubuh memiliki beberapa mekanisme kompensasi untuk mengatasi gagal jantung.
1. Mekanisme respon darurat yang pertama berlaku untuk jangka pendek
(beberapa menit sampai beberapa jam), yaitu reaksi fight-or-flight. Reaksi ini
terjadi sebagai akibat dari pelepasan adrenalin (epinefrin) dan noradrenalin
(norepinefrin) dari kelenjar adrenal ke dalam aliran darah; noradrenalin juga
dilepaskan
dari
saraf.
derajat
tertentu.
Lama-lama
atau
perut.
Sering terjadi penambahan berat badan sebagai akibat dari penimbunan air
dan garam.
3. Mekanime utama lainnya adalah pembesaran otot jantung (hipertrofi).
Otot jantung yang membesar akan memiliki kekuatan yang lebih besar, tetapi
Penurunan curah jantung
pada akhirnya bisa terjadi kelainan fungsi dan menyebabkan semakin
memburuknya gagal jantung.
sist.saraf simpatis
sist.renin angiotensin hormon anti diuretik
kontraktilitas
laju debar jantungVasokontriksi
Arteriol
vol.sirkulasi
Venous
Mempertahankan tekanan
Peningkatan
darah aliran balik vena ke jantung ( beban awal)
Curah jantung
Edema perifer dan bendungan paru
isi sekuncup
yang
meningkatkan
beban
awal,
meningkatkan
beban
akhir
dan
memompa
darah
keluar
dari
ventrikel
kiri
ke
aorta.
Pada
dengan jumlah darah yang masuk ke atrium kanan, maka dalam waktu cepat
tekanan hidrostatik di kapiler paru-paru akan menjadi begitu tinggi, sehingga
melampaui 18 mmHg dan terjadilah transudasi cairan dari pembuluh kapiler paruparu.
Pada saat tekanan di arteri pulmonalis dan arteri bronkialis meninggi terjadi
pula transudasi di jaringan interstisial bronkus. Jaringan tersebut menjadi edema
dan hal ini akan mengurangi besarnya lumen bronkus, sehingga aliran udara
menjadi terganggu. Pada keadaan ini suara pernapasan menjadi berbunyi saat
ekspirasi, terdengar bising ekspirasi dan fase ekspirasi menjadi lebih panjang.
Keadaan ini dikenal sebagai asma kardial, suatu fase permulaan gagal jantung. Bila
tekanan di kapiler paru makin tinggi, maka cairan transudasi ini akan makin
bertambah banyak. Cairan transudasi ini mula-mula akan masuk ke dalam saluran
limfatik dan kembali ke peredaran darah. Namun bilamana tekanan hidrostatik
kapiler paru sudah diatas 25 mmHg, maka transudasi cairan ini menjadi lebih
banyak, dan saluran limfatik tidak cukup untuk menampungnya. Cairan tersebut
akan tertahan di jaringan interstisial paru-paru dan suatu saat akan memasuki
alveoli.
Dengan terjadinya edema interstisial, maka pergerakan alveoli akan terganggu
sehingga proses pertukaran udara juga terganggu. Penderita akan merasa sesak
napas disertai nadi yang cepat. Bila transudasi sudah masuk ke rongga alveoli,
terjadilah edema paru dengan gejala sesak napas yang hebat, takikardia, tekanan
darah yang menurun, dan kalau tidak dapat diatasi maka kemudian diikuti oleh syok
kardiogenik, dimana tekanan diastol menjadi sangat rendah, sehingga tidak mampu
memberikan perfusi yang cukup pada otot-otot jantung. Keadaan ini akan
memperburuk kondisi otot jantung dengan timbulnya asidosis otot-otot jantung,
yang selanjutnya akan mengakibatkan daya pompa otot jantung menjadi lebih
buruk lagi.
Gagal jantung kanan
Pada keadaan gagal jantung kanan akut karena ventrikel kanan tidak bisa
berkontraksi dengan optimal, terjadi bendungan di atrium kanan dan vena kava
superior dan inferior. Dalam keadaan ini, gejala edema perifer, hepatomegali,
splenomegali belum sempat terjadi, tetapi yang mencolok adalah tekanan darah
akan menurun dengan cepat sebab darah yang kembali berkurang.
Pada gagal jantung kanan yang kronis, ventrikel kanan pada saat sistol tidak
mampu memompa darah keluar, sehingga seperti pada gagal jantung kiri pada saat
berikutnya tekanan akhir diastol ventrikel kanan akan meninggi. Dengan demikian
maka tekanan di atrium kanan juga akan meninggi dan hal ini akan diikuti
bendungan darah di vena kava superior, vena kava inferior serta seluruh sistem
vena. Hal ini secara klinis dapat dilihat dengan adanya bendungan di vena jugularis
eksterna, vena hepatika (sehingga menimbulkan hepatomegali), vena lienalis
(splenomegali), dan juga terlihat bendungan di vena-vena perifer, dengan demikian
tekanan hidrostatik di pembuluh kapiler akan meningkat melampaui tekanan koloid
osmotik, maka terjadilah edema perifer.
Gagal jantung kongestif
Gagal jantung kiri dalam jangka panjang dapat diikuti dengan gagal jantung
kanan, demikian juga gagal jantung kanan dalam jangka panjang dapat diikuti
dengan gagal jantung kiri. Bilamana kedua gagal jantung tersebut terjadi pada saat
yang sama, maka keadaan ini disebut gagal jantung kongestif.
Secara klinis hal ini tampak sebagai suatu keadaan dimana penderita sesak
napas disertai gejala-gejala bendungan cairan di vena jugularis, hepatomegali,
splenomegali, asites dan edema perifer.
Tubuh memiliki beberapa mekanisme kompensasi untuk mengatasi gagal jantung,
yakni :
1.
ini
terjadi
dan noradrenalin
sebagai
(norepinefrin)
akibat
dari
dari
kelenjar
adrenal ke aliran darah, noradrenalin juga dilepaskan dari saraf. Adrenalin dan
noradrenalin adalah sistem pertahanan tubuh yang pertama muncul setiap kali
terjadi stres mendadak.
Peningkatan
beban
awal
melalui
aktivasi
sistem
Renin-Angiotensin-
bersamaan
menahan
air.
Penambahan
air
ini
menyebabkan
jantung
karena
bertambahnya
volume
darah.
Otot
yang
teregang
berkontraksi lebih kuat. Hal ini merupakan mekanisme jantung yang utama untuk
meningkatkan
kinerjanya
dalam
gagal
jantung.
Tetapi
sejalan
dengan
memburuknya gagal jantung, kelebihan cairan akan dilepaskan dari sirkulasi dan
berkumpul di berbagai bagian tubuh, menyebabkan pembengkakan (edema).
Lokasi penimbunan cairan ini tergantung kepada banyaknya cairan di dalam
tubuh dan pengaruh gaya gravitasi. Jika penderita berdiri, cairan akan terkumpul
di tungkai dan kaki. Jika penderita berbaring, cairan akan terkumpul di punggung
atau perut. Sering terjadi penambahan berat badan sebagai akibat dari
penimbunan air dan garam.
3.
KLASIFIKASI
I.
III.
IV.
Low-output failure :
Lebih sering dijumpai dibanding yang high-ouput.
Diakibatkan oleh CO (penyakit katup, myocardial ischaemia).
Biasanya terjadi vasokonstriksi perifer.
Pada keadaan ini CO rendah tapi tekanan darah masih bisa normal
Gagal jantung Backward dan Forward.
Prinsip teori backward failure : Berkembangnya RVF akibat LVF.
Peningkatan LVDP (tekanan ventrikel kiri saat diastole), tekanan atrium
kanan, tekanan vena pulmonalis ---- ditransmissikan secara backward
Pulmonary Hypertension (PH), RVF dan tekanan vena sistemik meningkat
terjadi bendungan (kongesti) vena organ-organ backward heart failure
.CO menurun
forward failure
seperti :
- fatigue, weakness (perfusi keotot skelet ).
- mental confusion.
V. Gagal Jantung Sistolik dan Diastolik.
DIASTOLIK.
Bila terjadi gangguan pengisian Ventrikel kiri disfungsi diastolik stroke
penderita
PJK
disebabkan
oleh
menurunnya
GEJALA
Penderita gagal jantung yang tidak terkompensasi akan merasakan lelah dan lemah
jika melakukan aktivitas fisik karena otot-ototnya tidak mendapatkan jumlah darah
yang cukup. Pembengkakan juga menyebabkan berbagai gejala. Selain dipengaruhi
oleh gaya gravitasi, lokasi dan efek pembengkakan juga dipengaruhi oleh sisi
jantung yang mengalami gangguan.
Ortopneu
Sesak napas yang terjadi pada saat berbaring dan dapat dikurangi dengan sikap duduk atau
berdiri. Hal ini disebabkan pada saat berdiri terjadi penimbunan cairan di kaki dan perut. Pada
waktu berbaring maka cairan ini kembali ke pembuluh darah dan menambah darah balik,
sehingga terjadi sesak napas.
Dispneu nokturnal paroksimalis. Serangan sesak napas ini terjadi pada malam
hari, pasien yang sedang tidur terbangun karena sesak napas. Berbeda dengan
ortopneu yang dengan cepat dapat disembuhkan dengan perubahan dari posisi
tidur ke posisi berdiri, maka dispneu nokturnal paroksimalis memerlukan waktu
agak lama, kira-kira 30 menit. Sebab dispneu nokturnal paroksimalis mungkin
disebabkan kombinasi dari faktor-faktor :
Edema paru
Selain gejala-gejala diatas, penderita dapat pula merasa sangat sesak, takikardia,
tekanan darah menurun, hemoptoe, berkeringat dingin, pucat dan lain-lain.
Batuk nonproduktif dapat terjadi akibat kongesti paru, terutama pada posisi berbaring.
Hemoptisis dapat disebabkan oleh perdarahan vena bronkial yang terjadi akibat distensi
vena. Distensi atrium kiri atau vena pulmonalis dapat menyebabkan kompresi esofagus
dan disfagia.
Tanda
- Kulit lembab
rendah)
(alternans/takikardia/aritmia)
- Pergeseran apeks
- Regurgitasi mitral fungsional
- Krepitasi paru
- ( efusi pleura)
Gejala
Tanda
- Peningkatan JVP
Dispnea
(namun
bukan
- Edema
- Hepatomegali dan ascites
-
Gerakan
bergelombang
parasternal
- S3 atau S4 RV
- Efusi pleura
Selain itu derajat gangguan yang berkaitan dengan gejala-gejala itu juga harus
ditentukan. New York Heart Association (HYHA) telah membuat pedoman klasifikasi
sesuai tingkat aktifitas fisik yang dapat menimbulkan gejala, yakni
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Kelas IV
DIAGNOSA
Tabel 1. Kriteria Framingham untuk diagnosis gagal jantug kongestif
Kriteria Mayor
- Paroksismal nocturnal dispnea
- Distensi vena jugularis
- Ronkhi
- Kardiomegali
- Edem pulmo akut
- Gallop S3
- Tekanan vena sentral > 16 cm H2O
- Waktu sirkulasi 25 detik
- Refluks hepatojugular
Kriteria Minor
- Edema kaki bilateral
- Batuk malam hati
- Dyspnea on ordinary exertion
- Hepatomegali
- Efusi pleura
- Penurunan kapasitas vital sepertiga
dari nilai normal
- Takikardi ( 120 kali/menit)
Kardiomegali
dijumpai peningkatan kadar bilirubin dan enzim hati (SGOT dan SGPT) terutama
pada gagal jantung akut.
PENGOBATAN
Pengobatan dilakukan agar penderita merasa lebih nyaman dalam melakukan
berbagai aktivitas fisik, dan bisa memperbaiki kualitas hidup serta meningkatkan
harapan
hidupnya.
Beban awal (preload) dapat dikurangi dengan pembatasan cairan, pemberian diuretika,
nitrat atau vasodilator lainnya. Beban akhir (after load) dikurangi dengan obat-obat vasodilator
seperti penghambat ACE, prazosin dan hidralazin. Kontraktilitas dapat ditingkatkan dengan obatobat inotropik seperti digitalis, dopamin, dan dobutamin.
Mengurangi beban jantung dan kelebihan cairan
Obat yang digunakan untuk mengatasi retensi dan kelebihan beban cairan adalah
diuretika. Bila gagal jantung dan beban cairan ringan. Biasanya cukup dengan membatasi
cairan dan menggunakan diuretika oral. Diuretika yang biasa digunakan adalah golongan
tiazid dan loop diuretic. Diuretika potassium sparring sepertispironolakton kurang efektif
dibandingkan diuretika lain, namun bisa memperkuat kerja diuretika lain.
Obat-obat lain yang mengurangi beban awal adalah vasodilator, misalnya nitrat
(nitrogliserin). Efek utama dari nitrat adalah dilatasi pembuluh darah kapasitan, sehingga
menyebabkan preload berkurang dan tekanan pengisian ventrikel kiri turun.
Obat-obat yang mengurangi beban akhir adalah vasodilator. Vasodilator mengurangi
impedans atau tahanan yang harus diatasi oleh pompa jantung. Vasodilator bermanfaat
pada keadaan gagal jantung akut maupun kronik. Vasodilator yang banyak dipakai adalah
ACE inhibitor, nitrat long acting, prazosin dan hidralazin.
Memperkuat kontraktilitas miokard
Penurunan kontraktilitas atau disfungsi sistolik sering disebabkan oleh penyakit
jantung iskemik atau koroner terutama pada penderita infark miokard yang luas. Juga pada
kardiomiopati dilatasi dan miokarditis, dan pada stadium lanjut kelainan dengan kelebihan
beban volume akibat regurgitasi.
Obat-obat yang digunakan untuk memperkuat kontraktilitas obat-obat inotropik
seperti digitalis, dopamin, dobutamin dan amrinon. Digitalis meningkatkan kontraktilitas
serta meningkatkan curah jantung. Penggunaan digitalis terutama untuk memperbaiki
curah jantung pada keadaan curah jantung yang rendah dan pada gagal jantung dengan
takiaritmia supraventrikel. Dopamin terutama bermanfaat pada gagal jantung dengan
hipotensi dimana efek vasokonstriksi perifer diharapkan akan banyak membantu sirkulasi.
Dobutamin bisa bermanfaat pada gagal jantung berat dengan tekanan pembuluh baji paru
yang tinggi namun tekanan sistemik dalam batas normal. Amrinon menyebabkan
penurunan tekanan pengisian ventrikel kiri dan kanan danmeningkatkan curah jantung.
Tahanan pembuluh darah paru dan sistemik menurun. Dengan demikian, efeknya sama
dengan kombinasi dopamin dan dobutamin. Amrinon terutama bermanfaat pada gagal
jantung yang sudah refrakter dengan pengobatan digoksin, diuretika dan vasodilator.
Melakukan tindakan dan pengobatan khusus
Tindakan khusus terutama ditujukan terhadap penyebab, faktor pencetus dan
kelainan yang mendasari gagal jantung. Pada gangguan mekanis akibat stenosis
katup, valvuloplasti balon atau pembedahan perlu dilakukan bila keadaan
memungkinkan, angiografi koroner perlu dilakukan pada penderita yang di duga
menderita penyakit jantung koroner