Professional Documents
Culture Documents
Disusn oleh:
Sisca Dwi Agustina
2008.031.0179
Preceptor: dr. H. Heru Wahyono, Sp.A
LEMBAR PENGESAHAN
Hari
: Senin
Tanggal
: 28 Januari 2013
Tempat
Mengetahui
Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR
yang
telah
mengarahkan
dan
DAFTAR ISI
BAB I
KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap
Jenis Kelamin
Umur
Berat Badan
Alamat
Tanggal masuk RS
Tanggal Keluar RS
: Rafi Raehan
: Laki-laki
: 6 tahun
: 20,5 kg
: Gondang 2/3 Candimulyo, Kertek
: 26 Desember 2012
: 29 Desember 2012
B. ANAMNESA
Tanggal : 26 Desember 2012
(Allo anamnesa pada ibu pasien di poliklinik anak)
KELUHAN UTAMA
: Bengkak pada wajah, tangan dan kaki dan
nyeri perut sejak 4 hari yang lalu. Badan
terasa lemas, kadang terasa demam, BAK
sedikit,
berkurang.
KELUHAN TAMBAHAN : Riwayat Penyakit Sekarang
4HSMRS wajah pasien tampak sembab, demam (-), batuk (-), pilek(-), BAB
(+)N, BAK (+)N
3HSMRS
wajah pasien tampak sembab, tangan dan kaki tampak
membengkak, badan dirasa agak hangat, badan terasa lemas, BAK
(+) warna agak kuning, BAB (+) N.
2HSMRS bengkak pada wajah, tangan dan kaki tampak semakin jelas, BAK
(+) agak jarang, warna kuning, BAB (+)N, badan terasa lemas.
1HSMRS keadaan pasien masih sama, BAK (+) sedikit, berwarna seperti teh.
Ibu pasien membawa pasien ke Puskesmas Kertek I untuk berobat.
Puskesmas lalu memberikan surat rujukan
untuk dibawa ke
Bayi dalam keadaan sehat, berat badan bayi bertambah setiap bulan,
tidak ada masalah dalam pemberian ASI, pemberian ASI eksklusif
sampai dengan usia 4 bulan, selanjutnya pasien diberi ASI dan susu
sambung. Riwayat kuning (-), muntah (-), demam (-), kejang saat bayi
(-), imunisasi rutin di posyandu dan puskesmas.
Kesimpulan: Tidak ada masalah dalam riwayat antenatal dan post natal
pasien. Riwayat antenatal, natal dan post natal pasien baik.
Riwayat Makan dan Minum
ASI eksklusif diberikan sampai usia 4 bulan, setelah itu ASI diberikan
bersama dengan susu sambung/ formula. Usia 5 bulan diberi bubur nasi, usia
10 bulan mulai diberi makan nasi dan makanan rumah tangga. Pasien makan
2-3 kali sehari. Makanan terdiri dari nasi, sayur, lauk ayam, tahu, tempe dan
ikan. Pasien minum susu kental manis, jarang minum air putih, lebih suka
minum yang berwarna dan berasa.
Kesimpulan: Kualitas makan cukup baik, namun kualitas minum pasien
kurang baik. Pemberian makan saat bayi kurang sesuai dengan
usia.
Riwayat Perkembangan
Saat ini pasien kelas 1 SD. Kemampuan belajar baik.
Motorik kasar: Umur 8 bulan bisa berdiri dengan berpegangan, berjalan
sendiri usia 1 tahun 4 bulan.
Motorik halus: tidak ada data.
Kemampuan bicara dan bahasa: tdak ada data.
Kemampuan sosialisasi dan kemandirian: tidak ada data.
Kesimpulan: Perkembangan dan pertumbuhan pasien sesuai usia.
Riwayat Vaksinasi
Ibu mengaku melakukan imunisasi rutin dan lengkap di posyandu dan
puskesmas tetapi lupa dilakukan pada usia berapa saja dan dimana.
Kesimpulan: Imunisasi dasar pasien lengkap dan sesuai dengan usia.
Riwayat Sosial, Ekonomi an Lingkungan
Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, Ayah bekerja sebagai
pedagang dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Pasien tinggal dirumah dengan
ayah, ibu dan 2 orang kakak. Rumah terdiri dari 1 lantai, 3 kamar tidur, 1
ruang tamu, 1 ruang tengah, 1 dapur, dengan halaman cukup luas. Rumah
terletak di pemukiman yang tidak terlalu padat. Rumah dengan dinding dari
tembok dan lantai semen.
Kesimpulan: Pasien tinggal di lingkungan yang cukup baik dengan latar
belakang sosial dan ekonomi yang cukup baik.
Anamnesis Sistem
Sistem cerebrospinal
Sistem Kardiovaskuler
Sistem respirasi
Sistem gastrointestinal
mimisan (-)
: BAB (+) N, mual (-), muntah (-), kembung (-),
diare (-), konstipasi (-), nyeri telan (-), kembung
Sistem Urogenital
Sistem integumentum
Sistem muskuloskeletal
C. Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Keadaan Umum
: Sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda Vital
:
Tekanan Darah : 170/110 mmHg
Nadi
: 86x/menit, reguler, kuat, isi dan tegangan cukup
Respirasi
:24x/menit, thorakoabdominal, reguler, kedalaman
Suhu badan
cukup
: 37,5 o C (axila)
Status Gizi
BB : 20,5 kg
TB : 1,08 m
BMI = BB/TB2
=20,5/1,082
= 17,57
Status gizi : Baik, berdasarkan Z Score BB/TB, anak berada di 0 SD (WHO
2007 dan CDC 2000)
Kepala
Mata
: Mesocephal, simetris
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema periorbital
(+/+)
Hidung
: discharge (-), simetris, napas cuping hidung (-/-), krepitasi (-)
Mulut
: bibir tidak kering, pucat (-), sianosis (-), stomatitis (-)
Telinga
: Simetris, tidak ada kelainan bentuk, discharge (-)
Leher
: Kelenjar getah bening tidak teraba membesar
Thorax
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak
Palpasi
: ictus cordis kuat angkat
Perkusi
: Batas redup jantung dan
Auskultasi : Bunyi jantung 1-2 reguler, bising (-)
Pulmo
Inspeksi : Simetris kanan-kiri, retraksi (-), ketinggalan gerak (-), tipe
pernafasan thorakoabdominal
Palpasi
: Suara fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi
: Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Abdomen
Inspeksi
bekas luka (-), tanda inflamasi (-), masa (-), distensi (-)
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi
: timpani, pekak beralih (-)
Palpasi
: Supel, nyeri tekan (-), turgor kulit cukup, H/L tidak teraba,
massa (-)
Anogenital
Jenis kelamin laki-laki, pembesaran limfonodi inguinal (-), sekret (-), tidak
ada tanda-tanda infeksi dan kelainan bentuk.
Ekstremitas
Akral hangat, perfusi jaringan baik, edema (+) pitting, bekas luka (-), koreng
(-), bisul (-).
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis Pemeriksaan
Darah Rutin
Hb
AL
Eosinofil
Basofil
Netrofil
Limfosit
Monosit
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
Kimia Klinik
Ureum
Creatinin
Cholesterol total
Albumin
Natrium
Kalium
Chlorida
Urin Rutin
Makroskopis
Warna
Kejernihan
pH/Keasaman
Berat Jenis
Kimia
Protein Urin
Glukosa Urin
Bilirubin rin
Urobilin
Hasil
Unit/Satuan
Nilai Rujukan
10.8
11.7
6.7
0.4
56.3
32.7
3.9
31
4.1
410
77
27
35
gr/dL
103/uL
%
%
%
%
%
%
106/uL
103/uL
fL
pg
gr/dL
10.8-15.6
4.5-13.00
2.00-4.00
0-1
50-70
25-40
2-8
33-45
3.8-5.8
150-400
69-93
22-34
32-36
29.7
0.6
144
3.30
133.0
5.10
108
mg/dL
mg/dL
mg/dL
<50
<1
<220
3.5-5.2
132-145
3.1-5.1
96-111
Kuning muda
Jernih
7.0
.
Kuning
Jernih
1.003-1.030
Keton
Sedimen
Eritrosit Urin
Leukosit Urin
Epitel
Kristal
Silinder
Granula
Hyalin
Lain-lain
5-10
3-5
2-3
.
0-1
1-5
5-15
-
I. PROGNOSIS
Que ad vitam
Que ad fungsionam
dicegah
: dubia ad bonam
J. FOLLOW UP
Tgl.
26
Des
2012
Perjalanan Penyakit
S/ Bengkak pada wajah, tangan dan kaki, BAK sedikit,
warna seperti teh, batuk (-), pilek (-), nyeri perut
(+), mual (-), muntah (-), nafsu makan menurun
O/ KU : CM, sedang
VS :
t : 37.5 (axila)
RR: 24 x/menit
HR: 86 x/menit
TD : 150/110mmHg
Instruksi Dokter
Plan:
Inf. KA-EN 3B 500
cc/24 jam
Diet cukup protein
rendah garam
Inj. Cefotaxim 3x750
mg
Inj. Ranitidin 1x 0.5
ampul
PO:
Furosemid 1x20mg
Cek lab:
Darah
albumin,
rutin,
kolesterol, ureum,
kreatinin, urin rutin
Monitor TD dan VS /
6 jam
Urin tampung 24 jam
S/ Bengkak pada wajah, tangan dan kaki, BAK sedikit, Plan:
warna seperti teh, batuk (-), pilek (-), nyeri perut Inf. KA-EN 3B 500
(+) berkurang, mual (-), muntah (-), nafsu makan
cc/24 jam
(+)
Diet cukup protein
rendah garam
O/ KU : CM, sedang
Inj. Cefotaxim 3x750
VS :
mg
o
t : 37.6 C (axila)
Inj. Ranitidin 1x 0.5
RR : 30 x/menit
ampul
HR : 100 x/menit
PO:
Furosemid 1x20mg
TD : 135/100 mmHg
Kepala: edema (+), CA (-/-) SI (-/-)
Leher : lnn. Tidak teraba
Monitor TD dan VS /
Thorak:
6 jam
c/ Bunyi Jantung1-2 reguler, bising (-)
Urin tampung 24 jam
p/ SD vesikuler (+/+), ST (-/-)
Abdomen: supel, BU(+)N, distensi (-), NT regio
epigastrik
Ekstremitas: akral hangat (+), edema (+)
A/ Susp. GNA, dd. Sindrom Nefrotik
27
Des
2012
28
Des
2012
O/ KU : CM, baik
VS :
t : 36.7oC (axila)
RR : 24 x/menit
HR : 100 x/menit
TD : 125/90 mmHg
Kepala: edema (-), CA (-/-) SI (-/-)
Leher : lnn. Tidak teraba
Thorak:
Plan:
Inf. KA-EN 3B 500
cc/24 jam
Diet cukup protein
rendah garam
Inj. Cefotaxim 3x750
mg
Inj. Ranitidin 1x 0.5
ampul
PO:
Furosemid 1x20mg
Monitor TD dan VS /
6 jam
29
Des
2012
Plan:
Infus aff.
TD baik, cek urin rutin
baik BLPL
O/ KU : CM, sedang
VS :
t : 36.6oC (axila)
RR : 24 x/menit
HR: 96 x/menit
TD : 120/800 mmHg
Kepala: edema (-), CA (-/-) SI (-/-)
Leher : lnn. Tidak teraba
Thorak: Simetris, retraksi (-)
c/ Bunyi Jantung1-2 reguler, bising (-)
p/ SD vesikuler (+/+), ST (-/-)
Abdomen : supel, BU (+)N, distensi (-), NT (-)
Ekstremitas: akral hangat (+), edema (-)
A/ Susp. GNA, dd. Sindrom Nefrotik
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Edema merupakan masalah yang sering muncul pada anak-anak. Edema
didefinisikan sebagai akumulasi dari kelebihan cairan interstisial dan dapat bersifat
lokal atau generalisata. Edema merupakan hasil dari baik berlebihnya retensi air
dan garam atau dari meningkatnya transfer cairan melalui membran kapiler.
Keadaan tersebut dapat muncul dari kondisi ringan seperti gigitan serangga sampai
kedaan yang cukup serius seperti glomerulonefritis, penyakit hati dan penyakit
jantung.1
Edema paling banyak terjadi di jaringan ikat yang longgar, tungkai dan kaki,
disebut sebagai edema perifer. Pembengkakan tersebut adalah hasil akumulasi
sejumlah besar cairan di bawah kulit di dalam ruang antar jaringan. Tubuh terdiri
dari sel-sel dan jaringan ikat yang menjaga keutuhan sel. Sebagian besar cairan
tubuh yang terdapat di luar sel normalnya tersimpan di dua tempat, yaitu :
pembuluh darah (sebagai bagian dari plasma darah) dan di ruang interstitial (di
luar sel). Pada banyak penyakit, kelebihan cairan dapat terakumulasi di dalam dua
kompartemen tersebut atau alah satunya.2
Edema terjadi ketika:1
1. Tekanan hidrostatik meningkat
Syndrom nefritik akut, nekrosis tubular akut, gagal jantung: low-output
(gagal jantung kongestif); high-output (hipotiroidisme, beriberi,
anemia), fistula arteriovenosus.
2. Tekanan onkotik plasma menurun (keadaan hipoproteinemia)
11
Turner
Edema akut pada wajah dan leher untuk menyingkirkan
seperti
GNAPS,
12
defisiensi vitamin.
Pemeriksaan penunjang pada anak dengan edema:
1. Urin dipstik dan mikroskopis
Proteinuria, hematuria mengindikasikan penyakit ginjal
2. Tes fungsi ginjal
Peningkatan urea dan kreatinin mengindikasikan penyakit ginjal
3. Hitung darah lengkap
Anemia normokromik normositik mengindikasikan penyakit kronis
Anemia hipokromik mikrositik mengindikasikan defisiensi besi dari
hipoproteinemia
Hyperbilirubinemia dan transaminitis kemungkinan penyakit hati
13
14
C. EPIDEMIOLOGI
Glomerulonefritis akut dapat terjadi secara epidemik atau sporadik, paling
sering pada anak usia sekolah yang lebih muda, antara 5 sampai 8 tahun.
Perbandingan anak laki-laki dan anak perempuan adalah 2:1. 4 Di Indonesia,
penelitian multisenter selama 12 bulan pada tahun 1988 melaporkan 170 orang
pasien yang dirawat di rumah sakit pendidikan terbanyak di Surabaya (25,6%)
diikuti oleh Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%) da Palembang (8,2%).
Perbandingan pasien laki-laki dan perempuan 1,3:1 dan terbanyak menyerang
anak usia 6 sampai 8 tahun (40,6%).4,5
D. ETIOLOGI
Pada anak GNAPS paling sering disebabkan oleh Streptococcus beta
hemolyticus group A tipe nefritogenik.6,7 Tipe antigen protein M berkaitan erat
dengan tipe nefritogenik.8 Serotipe streptokokus beta hemolitik yang paling
sering dihubungkan dengan glomerulonefritis akut (GNA) yang didahului
faringitis adalah tipe 12, tetapi kadang- kadang juga tipe 1,4 ,6 dan 25. Tipe 49
paling sering dijumpai pada glomerulonefritis yang didahului infeksi kulit /
pioderma, walaupun galur 53,55,56,57 dan 58 dapat berimplikasi.
streptokokus
galur
nefritogenik
yang
merupakan
antigen
Protein
antara
lain
E. PATOGENESIS
15
ginjal. Diduga antibodi yang ditujukan terhadap antigen yang merupakan unsur
plasma streptokokal-spesifik membentuk antigen-antibodi dalam darah dan
bersirkulasi ke dalam glomerulus dan terperangkap dalam membran basalis.
Selanjutnya komplemen akan terfiksasi dan mengakibatkan lesi dan peradangan
yang menarik lekosit PMN dan trombosit menuju tempat lesi. Fagosit dan
pelepasan enzim lisosom juga merusak endotel membrana basalis. Semakin
meningkatnya kebocoran kapiler glomerulus menyebabkan protein dan darah
merah dapat keluar ke dalam urin.9
F. MANIFESTASI KLINIS
A. Edema
Edema adalah penimbunan cairan secara berlebihan di antara sel-sel tubuh
atau di dalam berbagai rongga tubuh. Kekuatan yang menetukan adanya
pertukaran cairan di antara kaliper-kapiler dan jaringan interstitial adalah
tekanan hidrostatik di dalam vasa kapiler dan jaringan serta tekanan osmotik
koloid plasma. Adanya gangguan atau abnormalitas dari distribusi cairan
tersebut dapat menimbulkan edema.
Pada dasarnya, edema renal/ginjal dapat disebabkan oleh karena:
16
Batasan
TD sistolik dan diastolik < 90% menurut umur dan jenis
kelamin
Rata-rata tekanan darah diastolik dan sistolik 90-95 %
menurut umur dan jenis kelamin
Rata-rata tekanan darah diastolik dan sistolik >95 %
17
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG11
1. Laboratorium
a) Darah lengkap. Hb dapat menurun akibat hemodilusi.
b) Elektrolit, BUN dan kreatinin (mengetahui fungsi filtrasi glomerulus)
c) Urinalisis. Urin gelap, ditemukan eritrosit di urin, kadang proteinuria.
d) ASTO
e) Komplemen (C1, C4 dan CH50)
2. Pencitraan
a) Foto thorak, abdomen
18
19
Plihan lain, klonidin drip 0,002 mg/kgBB/kali, diulang setiap 4-6 jam atau diberi
nifedipin sublingual 0,25-0,5 mg/kgBb dan dapat diulang setiap 6 jam bila
diperlukan.
Retensi cairan ditangani dengan pembatasan cairan dan natrium. Asupan
cairan sebanding dengan invensible water loss (400-500 ml/m2 luas permukaan
tubuh/hari ) ditambah setengah atau kurang dari urin yang keluar. Bila berat
badan tidak berkurang diberi diuretik seperti furosemid 2mg/ kgBB, 1-2 kali/hari.
Pemakaian antibiotik tidak mempengaruhi perjalanan penyakit. Namun, pasien
dengan biakan positif harus diberikan antibiotik untuk eradikasi organisme dan
mencegah penyebaran ke individu lain. Diberikan antimikroba berupa injeksi
benzathine penisilin 50.000 U/kg BB IM atau eritromisin oral 40 mg/kgBB/hari
selama 10 hari bila pasien alergi penisilin.
Pembatasan bahan makanan tergantung beratnya edem, gagal ginjal, dan
hipertensi. Protein tidak perlu dibatasi bila kadar urea N kurang dari 75 mg/dL
atau 100 mg/dL. Bila terjadi azotemia asupan protein dibatasi 0,5 g/kgBB/hari.
Pada edem berat dan bendungan sirkulasi dapat diberikan NaCl 300 mg/hari
sedangkan bila edem minimal dan hipertensi ringan diberikan 1-2 g/m2/ hari.
Bila disertai oliguria, maka pemberian kalium harus dibatasi. Anuria dan oliguria
yang menetap, terjadi pada 5-10 % anak. Penanganannya sama dengan GGA
dengan berbagai penyebab dan jarang menimbulkan kematian.
J. KOMPLIKASI3,9
1. Oliguria dan anuria. Terjadi akibat berkurangnya filtrasi glomerulus
2. Anemia. Terjadi akibat hipovolemia dan menurunnya sintesis eritropoietin
akibat peningkatan ureum.
3. Hipertensi ringan sampai berat (enselofati hipertensi)
4. Payah jantung karena hipertensi dan hipeprvolemia (overload cairan)
5. Gagal ginjal
K. PROGNOSIS
Sebagian besar pasien akan sembuh, tetapi 5 % diantaranya mengalami
perjalanan penyakit yang memburuk dengan cepat pembentukan kresen pada
20
epitel glomerulus. Diuresis akan menjadi normal kembali pada hari ke 7-10
setelah awal penyakit dengan hilangnya sembab dan secara bertahap tekanan
darah kembali normal.9
BAB III
PEMBAHASAN
21
Thorakoabdominal, reguler kedalaman cukup, dan suhu tubuh 37,5 C (axila). Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya hematuria.
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan kepada pasien maka pasien
didiagnosis dengan glomerulonefritis akut. Terapi pada pasien ini meliputi:
Tirah baring
Terapi Kausatif: Injeksi Cefotaxime 3 x 750 mg
Terapi Suportif: Injeksi Furosemide 1 x 20 mg
Infus KA-EN 3B 500 cc/ 24 jam
PO: Captopril 2 x 10 mg
Nifedipine bila diastole >110 mmg
Nutrisi : Diet Rendah Garam 3 x 1 porsi
Terapi Edukatif :
Obat harus diminum secara teratur, sesuai aturan dan
dihabiskan
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
Bila ada keluhan atau tidak ada perbaikan segera kontrol ke
dokter
Banyak minum air putih
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Kin, Gong Wei. Kim, Yap Hui. The Oedematous Child. Dalam National
University Hospital Buletin edisi 18. 2001
2. Guyton dan Hall. Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC, 2002. h. 389345.
3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Universitas Indonesia. Glomerulonefritis
Akut (GNA). Dalam Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Edisi kesebelas.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2007. h. 835-839.
4. Noer MS. Glomerulonefritis. Dalam: Alatas H, Tambunan T, Trihono PP,
Pardede SO, penyunting. Buku Ajar nefrologi anak. Edisi ke-2. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI, 2002. h. 345-53.
5. Sekarwana HN. Rekomendasi mutahir tatalaksana glomerulonefritis akut
pasca streptokokus. Dalam: Aditiawati, Bahrun D, Herman E, Prambudi R,
penyunting. Buku naskah lengkap simposium nefrologi VIII dan simposium
kardiologi V. Ikatan Dokter Anak Indonesia Palembang, 2001. h. 141-62.
23
(internet).
Diunduh
dari
http://old.pediatrik.com/isi03.php?
page=htl&kategori=ePDT&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110hjri262.htm
24