Professional Documents
Culture Documents
C. Prinsip kebenaran
D. Kecenderungan ingin tahu manusia
2. Air
Setiap manusia dikarunia oleh Penciptanya akal budi yang menjadi ciri
pembeda antara manusia dengan mahluk lain ciptaan Tuhan. Kelebihan ini
membawa manusia pada suatu sifat dasar yaitu sifat ingin mengetahui. Rasa ingin
tahun oleh manusia diiplementasikan dalam suatu kegiatan yang lazim disebut
penelitian. Hasil akhir yang diinginkan dari proses bekerjanya akal budi melalui
kegiatan meneliti adalah sebuah kebenaran. Dengan demikian secara sederhana
penelitian pada dasarnya adalah cara menemukan kebenaran.
Manusia setiap saat mendambakan kebenaran, oleh karena itu kegiatan
meneliti sebagai wadah menuju kebenaran tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Mengapa manusia mendambakan kebenaran ? Dalam banyak kajian
filsafat diterima bahwa jiwa manusia berasal dari Zat Yang Maha Benar, oleh
karena itulah dorongan untuk menemukan kebenaran selalu ada dalam diri
manusia.
Proses mencari kebenaran (baca : meneliti) bisa dilakukan dalam banyak
cara. Mulai dari bentuk yang sangat sederhana seperti penemuan secara kebetulan,
trial and error (coba-coba) sampai pada sebuah cara yang sangat rumit, sistematis
dan memiliki prosedur yang ketat. Cara yang terakhir ini dipergunakan untuk
mencari sebuah kebenaran yang teruji dan terukur, yang lazim disebut sebagai
ilmu pengetahuan. Metode yang dipergunakan untuk menemukan kebenaran ilmu
biasa disebut dengan metode ilmiah.
Teori ini disebut juga dengan konsistensi, karena mendasarkan diri pada kriteria
konsistensi suatu argumentasi. Makin konsisten suatu ide atau pernyataan yang
dikemukakan beberapa subjuk maka semakin benarlah ide atau pernyataan
tersebut. Paham koherensi tentang kebenaran biasanya dianut oleh para
pendukung idealisme, seperti filusuf Britania F. H. Bradley (1846-1924).[6]
Teori ini menyatakan bahwa suatu proposisi (pernyataan suatu pengetahuan,
pendapat kejadian, atau informasi) akan diakui sahih atau dianggap benar apabila
Sederhannya,
pernyataan
itu
dianggap
benar
jika
sesuai
Artinya, suatu pernyataan itu benar jika pernyataan itu atau konsekuensi dari
pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.[8] Teori
pragmatis ini pertama kali dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-1914) dalam
sebuah makalah yang terbit pada tahun 1878 yang berjudul How to Make Our
Ideas Clear.[9]
Dari pengertian diatas, teori ini (teori Pragmatik) berbeda dengan teori koherensi
dan korespondensi. Jika keduanya berhubungan dengan realita objektif,
sedangkan pragmamtik berusaha menguji kebenaran suatu pernyataan dengan cara
menguji melalui konsekuensi praktik dan pelaksanaannya.
Pegangan pragmatis adalah logika pengamatan. Aliran ini bersedia menerima
pengalaman pribadi, kebenaran mistis, yang terpenting dari semua itu membawa
akibat praktis yang bermanfaat.[10]
4.
Suatu teori itu dinyatakan benar jika teori itu berdasarkan pada paradigma atau
perspektif tertentu dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui atau mendukung
paradigma tersebut. Paradigma ialah apa yang dimiliki bersama oleh anggotaanggota suatu masyarakat sains atau dengan kata lain masyarakat sains adalah
orang-orang yang memiliki suatu paradigma bersama. Masyarakat sains bisa
mencapai konsensus yang kokoh karena adanya paradigma.[12]
Dengan kekuatan paradigma dan masyarakat sains pendukungnya, diharapkan
kebenaran struktural paradigmatik dapat menjawab berbagai problema kehidupan
manusia di masa depan. Krisis global berupa krisis lingkungan dan krisis
kemanusiaan yang selama ini telah dialami oleh manusia karena Sains Modern,
cepat atau lambat akan dijawab oleh konsensus baru dengan paradigma yang
3. tahap fungsional
gagal, maka percobaan lain tetap terus dijalankan dengan mempelajari kegagalan
pertama, demikian seterusnya sampai kebenaran ditemukan.
Karakter dominant dari metode ini adalah sama dengan penemuan secara
kebetulan yaitu datangnya kebenaran tidak dapat diperhitungkan sebelumnya.
Hanya saja cara ini sedikit lebih maju, meskipun kebenaran sebagai hasil akhir
diharapkan dengan sikap untung-untungan.
3. Otoritas/ Kewibawaan
Cara menerima kebenaran melalui cara ini tidak membutuhkan upaya yang
kritis. Sebuah kebenaran diterima begitu saja karena dikeluarkan oleh seseorang
atau lembaga yang memiliki kekuasaan atau otoritas atau kewibawan atas sesuatu.
Orang lain yang berada di luar kekuasaan, otoritas atau kewibaan tersebut hanya
menerima kebenaran yang dianggap benar oleh otoritas tersebut.
dengan demikian memadukan logika penalaran deduktif dan induktif dalam suatu
rangkaian kegiatan yang tersusun secara sistematis.
10
yang bermula dari kebenaran yang bersifat umum menuju kebenaran yang bersifat
khusus.
Hypotetica adalah penyusunan hipotesis atau jawaban sementara atas
permasalahan yang diajukan oleh si peneliti. Hypotesis inilah yang akan diuji
kebenarannya dan hasilnya adalah kebenaran. Hipotesis yang diajukan setelah
diuji bisa diterima sebagai kesimpulan yang benar, sebaliknya bisa pula ditolak
sebagai jawaban yang benar.
Namun meskipun demikian, patut dipahami bahwa tidak semua penelitian
harus memiliki hypotesis (lebih lanjut akan dibahas pada pertemuan-pertemuan
berikutnya. Hanya terhadap penelitian yang menguji kebenaran suatu teori atau
untuk menguji hubungan antar variable penelitianlah yang wajib mencantumkan
hipotesis. Sedangkan penelitian yang tidak ditujukan untuk menguji teori atau
hubungan antar variable tidak wajib mencantumkan hipotesis.
Verifikatif adalah kegiatan untuk menguji kebenaran landasan teoritis atau
hubungan keterkaitan antar variable berdasarkan pada data-data atau fakta empiris
yang telah dikumpulkan dalam sebuah kegiatan penelitian. Jika dilihat dari
perspektif ilmu, maka dapat dikatakan kegiatan verifikatif merupakan bentuk
kegiatan penalaran atau logika induktif yakni penarikan kesimpulan dari
kebenaran yang bersifat khusus menuju kebenaran yang lebih umum.
Berdasarkan uraian diatas, maka jelaslah bahwa metode ilmiah yang
berpegang teguh pada proses logico-hypothetica-verificative adalah perpaduan
antara penalaran/ logika induktif dan deduktif. Perpaduan kedua logika inilah
menyebabkan metode ilmiah dikatakan sebagai cara terbaik untuk menemukan
kebenaran dalam ilmu pengetahuan.
11
demikian biasanya dimulai dengan kata tanya mengapa (why). Dengan kata
tanya ini berarti dalam masalah terdapat perbedaan antara keadaan ideal atau
seharusnya dengan kenyataan yang terjadi.
Contoh : Mengapa terjadi ketidak pastian hukum dalam pengaturan perijinan
penanaman modal di Indonesia ?
12
3. Perumusan hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan jawaban atas
pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka
berfikir yang dikembangkan dari hasil studi pustaka.
Perlu untuk ditekankan sekali lagi bahwa tidak semua penelitian mutlak
memerlukan hipotesis. Hipotesis wajib pada penelitian yang bertujuan untuk
menguji hubungan antar variable penelitian atau pada penelitian preskriftive yang
bertujuan
untuk
merumuskan
sebuah
pemecahan
masalah
13
yang
teruji
5. Mengumpulkan data
Data sangat diperlukan untuk menguji hipotesis. Data dapat dikumpulkan
dengan menggunakan sejumlah metode pengumpulan data tergantung pada jenis
data yang akan dikumpul serta metode penelitian yang akan dikumpulkan.
Misalnya dalam penelitian kuantitatif banyak dipergunakan metode pengumpulan
data melalui quesioner atau angket yang diedarkan kepada responden penelitian.
Dalam penelitian kualitatif misalnya dipergunakan metode pengumpulan data
melalui wawancara mendalam (in-depth interview). Lebih lanjut masalah ini akan
dibahas pada pertemuan-pertemuan berikutnya.
14
7. Penarikan kesimpulan
Kesimpulan merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan
diterima atau ditolak. Sekiranya dalam pengujian terdapat cukup fakta yang
mendukung hipotesis maka hipotesis diterima. Sebaliknya apabila dalam
pengujian ternyata banyak fakta yang tidak mendukung hipotesis maka hipotesis
tersebut ditolak. Hipotesis yang diterima inilah kemudian diterima sebagai sebuah
kebenaran dalam perspektif ilmu pengetahuan. Dengan demikian dalam sebuah
penelitian ilmiah antara permasalahan, hipotesis dan kesimpulan wajib konsisten
satu dengan yang lain.
15
16
penelitian yang diterima dalam ilmu pengetahuan tersebut. Tidak salah jika
dikatakan bahwa kedudukan gelar Sarjana Hukum adalah cacat untuk diemban
jika yang bersangkutan sendiri tidak memahami metode penelitian yang diterima
dalam ilmu hukum.
17
Gambar 1
Hubungan Penelitian, Ilmu dan Kebenaran
KEBENARAN
KEBENARAN
PENELITIAN
PENELITIAN
ILMU
ILMU
18
19
20
Ilmu
pengetahuan
melalui
metode
penelitian
ilmiah
mencoba
21