You are on page 1of 21

Tugas Final Filsafat Ilmu Mencari Kebenaran

MENCARI KEBENARAN ANOMALI AIR


1. Kebenaran
Setiap manusia dikarunia oleh Penciptanya akal budi yang menjadi
ciri pembeda antara manusia dengan mahluk lain ciptaan Tuhan. Kelebihan ini
membawa manusia pada suatu sifat dasar yaitu sifat ingin mengetahui. Rasa
ingin tahun oleh manusia diiplementasikan dalam suatu kegiatan yang lazim
disebut penelitian. Hasil akhir yang diinginkan dari proses bekerjanya akal
budi melalui kegiatan meneliti adalah sebuah kebenaran. Dengan demikian
secara sederhana penelitian pada dasarnya adalah cara menemukan kebenaran.
Manusia setiap saat mendambakan kebenaran, oleh karena itu
kegiatan meneliti sebagai wadah menuju kebenaran tidak terpisahkan dari
kehidupan manusia. Mengapa manusia mendambakan kebenaran ? Dalam
banyak kajian filsafat diterima bahwa jiwa manusia berasal dari Zat Yang
Maha Benar, oleh karena itulah dorongan untuk menemukan kebenaran selalu
ada dalam diri manusia.
Proses mencari kebenaran (baca : meneliti) bisa dilakukan dalam
banyak cara. Mulai dari bentuk yang sangat sederhana seperti penemuan
secara kebetulan, trial and error (coba-coba) sampai pada sebuah cara yang
sangat rumit, sistematis dan memiliki prosedur yang ketat. Cara yang terakhir
ini dipergunakan untuk mencari sebuah kebenaran yang teruji dan terukur,
yang lazim disebut sebagai ilmu pengetahuan. Metode yang dipergunakan
untuk menemukan kebenaran ilmu biasa disebut dengan metode ilmiah.
A. Pendekatan Mencari Kebenaran
B. Teori Keneranan

Tugas Final Filsafat Ilmu Mencari Kebenaran

C. Prinsip kebenaran
D. Kecenderungan ingin tahu manusia
2. Air
Setiap manusia dikarunia oleh Penciptanya akal budi yang menjadi ciri
pembeda antara manusia dengan mahluk lain ciptaan Tuhan. Kelebihan ini
membawa manusia pada suatu sifat dasar yaitu sifat ingin mengetahui. Rasa ingin
tahun oleh manusia diiplementasikan dalam suatu kegiatan yang lazim disebut
penelitian. Hasil akhir yang diinginkan dari proses bekerjanya akal budi melalui
kegiatan meneliti adalah sebuah kebenaran. Dengan demikian secara sederhana
penelitian pada dasarnya adalah cara menemukan kebenaran.
Manusia setiap saat mendambakan kebenaran, oleh karena itu kegiatan
meneliti sebagai wadah menuju kebenaran tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Mengapa manusia mendambakan kebenaran ? Dalam banyak kajian
filsafat diterima bahwa jiwa manusia berasal dari Zat Yang Maha Benar, oleh
karena itulah dorongan untuk menemukan kebenaran selalu ada dalam diri
manusia.
Proses mencari kebenaran (baca : meneliti) bisa dilakukan dalam banyak
cara. Mulai dari bentuk yang sangat sederhana seperti penemuan secara kebetulan,
trial and error (coba-coba) sampai pada sebuah cara yang sangat rumit, sistematis
dan memiliki prosedur yang ketat. Cara yang terakhir ini dipergunakan untuk
mencari sebuah kebenaran yang teruji dan terukur, yang lazim disebut sebagai
ilmu pengetahuan. Metode yang dipergunakan untuk menemukan kebenaran ilmu
biasa disebut dengan metode ilmiah.

Tugas Final Filsafat Ilmu Mencari Kebenaran

TEORI TEORI KEBENARAN


1.

Teori Kebenaran Korespondensi

Kebenaran korespondesi adalah kebenaran yang bertumpu pada relitas objektif.[3]


Kesahihan korespondensi itu memiliki pertalian yang erat dengan kebenaran dan
kepastian indrawi. Sesuatu dianggap benar apabila yang diungkapkan (pendapat,
kejadian, informasi) sesuai dengan fakta (kesan, ide-ide) di lapangan.[4]
Contohnya: ada seseorang yang mengatakan bahwa Provinsi Yogyakarta itu
berada di Pulau Jawa. Pernyataan itu benar karena sesuai dengan kenyataan atau
realita yang ada. Tidak mungkin Provinsi Yogyakarta di Pulau Kalimantan atau
bahkan Papua.
Cara berfikir ilmiah yaitu logika induktif menggunakan teori korespodensi ini.
Teori kebenaran menurut corespondensi ini sudah ada di dalam masyarakat
sehingga pendidikan moral bagi anak-anak ialah pemahaman atas pengertianpengertian moral yang telah merupakan kebenaran itu. Apa yang diajarkan oleh
nilai-nilai moral ini harus diartikan sebagai dasar bagi tindakan-tindakan anak di
dalam tingkah lakunya.[5]
2.

Teori Kebenaran Koherensi

Teori ini disebut juga dengan konsistensi, karena mendasarkan diri pada kriteria
konsistensi suatu argumentasi. Makin konsisten suatu ide atau pernyataan yang
dikemukakan beberapa subjuk maka semakin benarlah ide atau pernyataan
tersebut. Paham koherensi tentang kebenaran biasanya dianut oleh para
pendukung idealisme, seperti filusuf Britania F. H. Bradley (1846-1924).[6]
Teori ini menyatakan bahwa suatu proposisi (pernyataan suatu pengetahuan,
pendapat kejadian, atau informasi) akan diakui sahih atau dianggap benar apabila

Tugas Final Filsafat Ilmu Mencari Kebenaran

memiliki hubungan dengan gagasan-gagasan dari proporsi sebelumnya yang juga


sahih dan dapat dibuktikan secara logis sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan
logika.[7]

Sederhannya,

pernyataan

itu

dianggap

benar

jika

sesuai

(koheren/konsisten) dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.


Contohnya:
Setiap manusia pasti akan mati. Soleh adalah seorang manusia. Jadi, Soleh pasti
akan mati.
Seluruh mahasiswa PAI, Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Jogja mengikuti
perkuliahan Filsafat Ilmu. Edy adalah mahasiswa PAI, Fakultas Tarbiyah dan
keguruan UIN Jogja. Jadi, Edy harus mengikuti kegiatan perkuliahan Filsafat
ilmu.
3.

Teori Kebenaran Pragmatik/Pragmatisme

Artinya, suatu pernyataan itu benar jika pernyataan itu atau konsekuensi dari
pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.[8] Teori
pragmatis ini pertama kali dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-1914) dalam
sebuah makalah yang terbit pada tahun 1878 yang berjudul How to Make Our
Ideas Clear.[9]
Dari pengertian diatas, teori ini (teori Pragmatik) berbeda dengan teori koherensi
dan korespondensi. Jika keduanya berhubungan dengan realita objektif,
sedangkan pragmamtik berusaha menguji kebenaran suatu pernyataan dengan cara
menguji melalui konsekuensi praktik dan pelaksanaannya.
Pegangan pragmatis adalah logika pengamatan. Aliran ini bersedia menerima
pengalaman pribadi, kebenaran mistis, yang terpenting dari semua itu membawa
akibat praktis yang bermanfaat.[10]

Tugas Final Filsafat Ilmu Mencari Kebenaran

4.

Teori Kebenaran Performatik

Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh


pemegang otoritas tertentu. Pemegang otoritas yang menjadi rujukan bisa
pemerintah, pemimpin agama, pemimpin adat, pemimpin masyarakat, dan
sebagainya. Kebenaran performatif dapat membawa kepada kehidupan sosial yang
rukun, kehidupan beragama yang tertib, adat yang stabil dan sebagainya. Namun,
dismping itu juga masyarakat yang mengikuti kebenaran performatif tidak
terbiasa berpikir kritis dan rasional. Mereka kurang inisiatif dan inovatif, karena
terbiasa mengikuti kebenaran dari pemegang otoritas.[11]
Contohnya; mengenai penetapan 1 Syawal. Sebagian umat muslim di Indonesia
mengikuti fatwa atau keputusan MUI atau pemerintah, sedangkan sebagian yang
lain mengikuti fatwa ulama tertentu atau organisasi tertentu.
5.

Teori Kebenaran Struktural Pardigmatik

Suatu teori itu dinyatakan benar jika teori itu berdasarkan pada paradigma atau
perspektif tertentu dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui atau mendukung
paradigma tersebut. Paradigma ialah apa yang dimiliki bersama oleh anggotaanggota suatu masyarakat sains atau dengan kata lain masyarakat sains adalah
orang-orang yang memiliki suatu paradigma bersama. Masyarakat sains bisa
mencapai konsensus yang kokoh karena adanya paradigma.[12]
Dengan kekuatan paradigma dan masyarakat sains pendukungnya, diharapkan
kebenaran struktural paradigmatik dapat menjawab berbagai problema kehidupan
manusia di masa depan. Krisis global berupa krisis lingkungan dan krisis
kemanusiaan yang selama ini telah dialami oleh manusia karena Sains Modern,
cepat atau lambat akan dijawab oleh konsensus baru dengan paradigma yang

Tugas Final Filsafat Ilmu Mencari Kebenaran

menghasilkan metode yang lebih tepat dalam mengantisipasi krisis global


tersebut. [13]
Perkembangan rasa ingin tahu manusia
Rasa ingin tahu manusia berkembang terus dari zaman ke zaman seiring
dengan berkembangnya peradabatan manusia tersebut. Setidaknya ada tiga tahap
perkembangan rasa ingin tahu manusia, yakni :
1. ahap mistis
Pada tahap ini manusia merasakan dirinya terkepung oleh kekuatankekuatan gaib di sektiranya. Mereka belum tahu seluk beluk dan rahasia susunan
dan kekuatan alam yang mengitarinya, sehingga mereka takut, cemas dan selalu
merasa terancam oleh alam di sekitarnya. Mereka tidak mengetahui penyebab
terjadinya banjir, hujan, petir, penyakit menular dan fenomena alam lainnya.
Untuk mengendalikan fenomena tersebut mereka merayu dan membujuk
alam yang mereka anggap dominant itu melalui pemujaan, sesajen dan berbagai
ritual atau penghormatan.
2. tahap ontologis
Pada tahap ini manusia tidak lagi merasa dirinya terkepung atau terancam
oleh kekuatan-kekuatan gaib, justru mulai mengenal dan menelaah gejala-gejala
alam, melihat hubungan sebab akibat antara satu fenomena alam dengan
fenomena lainnya. Pada tahap ini mereka sudah memahami secara rasional sebabsebab terjadinya suatu fenomena alam.

3. tahap fungsional

Tugas Final Filsafat Ilmu Mencari Kebenaran

Manusia telah mampu memanfaatkan dan memfungsikan potensi alam


untuk kepentingan kehidupan mereka sehari-hari. Kekuatan air dimanfaatkan
untuk mengairi sawah bahkan sampai menghasilkan energi listrik.
Kegiatan mencari tahu melalui penelitian yang sistematis mulai
berkembang pada tahap ontologis. Pada tahap ini manusia sudah melakukan
kajian-kajian dengan mempergunakan kekuatan akal budinya, dan melepaskan diri
dari kekuatan-kekuatan mistis yang dianggap mengekang dirinya.

Cara Menemukan Kebenaran


Dalam usaha manusia mencari dan menemukan kebenaran, ditempuh
sejumlah cara, antara lain :
1. Penemuan secara kebetulan
Karakter utama dari cara ini adalah penemuan tentang kebenaran
datangnya tidak dapat diperhitungkan terlebih dahulu. Keadaannya tidak pasti,
tanpa ada suatu proses atau cara kerja yang sistematis dan terukur dan tidak selalu
memberi gambaran kebenaran.

2. Trial and Error


Cara ini sudah mempergunakan usaha percobaan untuk menemukan
sebuah kebenaran, akan tetapi percobaan tersebut tidak dilandasi oleh suatu cara
berpikir atau proses yang dipersiapkan secara sistematis. Dengan demikian hasil
dari percobaan tersebut tidak bisa diperhitungkan sebelumnya. Percobaan
dilakukan terus sampai sebuah kebenaran ditemukan. Artinya jika suatu percobaan

Tugas Final Filsafat Ilmu Mencari Kebenaran

gagal, maka percobaan lain tetap terus dijalankan dengan mempelajari kegagalan
pertama, demikian seterusnya sampai kebenaran ditemukan.
Karakter dominant dari metode ini adalah sama dengan penemuan secara
kebetulan yaitu datangnya kebenaran tidak dapat diperhitungkan sebelumnya.
Hanya saja cara ini sedikit lebih maju, meskipun kebenaran sebagai hasil akhir
diharapkan dengan sikap untung-untungan.

3. Otoritas/ Kewibawaan
Cara menerima kebenaran melalui cara ini tidak membutuhkan upaya yang
kritis. Sebuah kebenaran diterima begitu saja karena dikeluarkan oleh seseorang
atau lembaga yang memiliki kekuasaan atau otoritas atau kewibawan atas sesuatu.
Orang lain yang berada di luar kekuasaan, otoritas atau kewibaan tersebut hanya
menerima kebenaran yang dianggap benar oleh otoritas tersebut.

4. Pemecahan secara spekulasi


Cara ini merupakan bentuk lebih maju dari trial and error. Dalam
pemecahan spekulasi orang yang mencari kebenaran melalui cara ini sudah
memiliki sejumlah asumsi tentang cara penyelesaian masalah yang dihadapi, akan
tetapi tetap saja orang tersebut tidak memiliki keyakinan atas pilihan-pilihan
penyelesaian yang mungkin lahir sebagai kebenaran. Pengujian dilakukan
spekulatif dengan harapan bahwa cara tersebutlah yang diharapkan benar, jika
ternyata tidak maka alternative lain yang sudah disediakan/ dipikirkan sebelumnya
dicoba dengan harapan yang sama.

Tugas Final Filsafat Ilmu Mencari Kebenaran

Perbedaannya dengan trial and error adalah cara penyelesaian spekulatif


sifatnya lebih sistematis, karena sebelumnya sudah dipikirkan sejumlah alternative
pemecahan masalah. Sementara dalam trial and error tidak dipersiapkan
sebelumnya sejumlah alternative penyelesaian. Jika percobaan salah dipikirkan
kembali yang mungkin benar dan baru kemudian dicoba.

5. Berpikir kritis berdasarkan pengalaman


Dibandingkan dengan cara-cara sebelumnya, cara ini jauh lebih maju. Cara
ini sudah mempergunakan kemampuan berfikir atas suatu logika tertentu.
Misalnya dengan mempergunakan logika silogysme si peneliti menyusun premispremis umum dan kemudian menyusun

premis khusus yang diperoleh dari

pengalaman-pengalaman empiris. Kemudian berdasarkan premis-premis tersebut


ditarik sebuah kesimpulan untuk menemukan kebenaran.
Cara ini merupakan cikal bakal metode ilmiah yang sifatnya lebih
kompleks, lebih sistematis dan lebih terukur. Cara berpikir kritis berdasarkan
pengalaman dapat dikatakan sebagai metode ilmiah dalam bentuk yang sangat
sederhana.

6. Metode Penelitian Ilmiah


Metode ilmiah merupakan cara tertinggi untuk mendapatkan kebenaran
dalam dunia keilmuan. Cara ini sangat kompleks, tersusun secara sistematis,
dilandasi oleh logika tertentu, didukung oleh bukti-bukti empiris, bersifat objektif
dan penarikan kesimpulan dilakukan secara terukur atau terkontrol. Metode ilmiah

Tugas Final Filsafat Ilmu Mencari Kebenaran

dengan demikian memadukan logika penalaran deduktif dan induktif dalam suatu
rangkaian kegiatan yang tersusun secara sistematis.

Metode (Penelitian) Ilmiah


Dalam pengertian yang sederhana metode (penelitian) ilmiah dapat
dikatakan sebagai proses berfikir untuk mencari atau menemukan kebenaran ilmu
pengetahuan. Karakteristik dominan dalam metode (penelitian) ilmiah adalah
berdasarkan pada fakta, bebas dari prasangka, analitis, menggunakan ukuran
objektif dan menggunakan tehnik kuantifikasi. Oleh karena itu metode ilmiah
selalu diasosiasikan dengan penelitian kuantitatif.
Proses kerja dari sebuah penelitian ilmiah selalu disebut dengan istilah
logica-hypotetica-verificative. Istilah ini menggambarkan sequensitas atau urutan
sistematis dari serangkaian kegiatan. Paling tidak istilah ini menggambarkan tiga
urutan kegiatan yaitu penyusunan logika, penyusunan hipotesis dan verifikasi
data.
Logika dalam hal ini adalah sejumlah hasil penalaran atau kebenaran yang
sudah disusun atau ditemukan para peneliti terdahulu yang dijadikan sebagai dasar
analisis atau pisau analisis terhadap data-data yang akan dikumpulkan kemudian.
Dalam praktek penelitian ada yang menamakan proses ini sebagai studi pustaka,
atau kajian pustaka, atau ada pula yang menyebutnya sebagai landasan teoritis.
Apapun nama yang disebutkan pada dasarnya logico adalah penyusunan dasardasar pengetahuan yang akan dipergunakan sebagai kerangka acuan dalam
melakukan verifikasi atau analisis data empiris. Jika dipandang dari segi ilmu,
logico adalah sebuah kegiatan penalaran deduktif, yakni sebuah logika penalaran

10

Tugas Final Filsafat Ilmu Mencari Kebenaran

yang bermula dari kebenaran yang bersifat umum menuju kebenaran yang bersifat
khusus.
Hypotetica adalah penyusunan hipotesis atau jawaban sementara atas
permasalahan yang diajukan oleh si peneliti. Hypotesis inilah yang akan diuji
kebenarannya dan hasilnya adalah kebenaran. Hipotesis yang diajukan setelah
diuji bisa diterima sebagai kesimpulan yang benar, sebaliknya bisa pula ditolak
sebagai jawaban yang benar.
Namun meskipun demikian, patut dipahami bahwa tidak semua penelitian
harus memiliki hypotesis (lebih lanjut akan dibahas pada pertemuan-pertemuan
berikutnya. Hanya terhadap penelitian yang menguji kebenaran suatu teori atau
untuk menguji hubungan antar variable penelitianlah yang wajib mencantumkan
hipotesis. Sedangkan penelitian yang tidak ditujukan untuk menguji teori atau
hubungan antar variable tidak wajib mencantumkan hipotesis.
Verifikatif adalah kegiatan untuk menguji kebenaran landasan teoritis atau
hubungan keterkaitan antar variable berdasarkan pada data-data atau fakta empiris
yang telah dikumpulkan dalam sebuah kegiatan penelitian. Jika dilihat dari
perspektif ilmu, maka dapat dikatakan kegiatan verifikatif merupakan bentuk
kegiatan penalaran atau logika induktif yakni penarikan kesimpulan dari
kebenaran yang bersifat khusus menuju kebenaran yang lebih umum.
Berdasarkan uraian diatas, maka jelaslah bahwa metode ilmiah yang
berpegang teguh pada proses logico-hypothetica-verificative adalah perpaduan
antara penalaran/ logika induktif dan deduktif. Perpaduan kedua logika inilah
menyebabkan metode ilmiah dikatakan sebagai cara terbaik untuk menemukan
kebenaran dalam ilmu pengetahuan.

11

Tugas Final Filsafat Ilmu Mencari Kebenaran

Jika diuraikan lebih rinci, maka proses logico-hypothetica-verificative


dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. perumusan masalah,
Permasalahan adalah pertanyaan mengenai objek empiris yang memiliki
batas yang jelas serta dapat diidentifikasi faktor-faktor yang terkait di
dalamnya.
Untuk sebuah penelitian deskriftive dimana peneliti hanya dituntut untuk
menguraikan gejala-gejala yang terjadi dan menganalisis gejala tersebut
pertanyaan cukup sederhana dan umumnya tidak sampai pada tingkat masalah
(problem). Oleh karenanya peneliti kurang dituntut untuk mencari atau
menemukan penyelesaian atas problem tersebut. Perumusan masalah dalam
hal ini umumnya didahulu dengan kata Tanya apakah (what), berapa banyak
(how many), siapa (who) atau bagaimanakah (how).
Contoh : Apakah manfaat Perjanjian Damai antara RI dengan Gerakan Aceh
Merdeka bagi Negara Kesatuan RI ?
Berbeda dengan sebuah penelitian preskriftive analitis dimana peneliti
dituntut untuk menemukan sebuah penyelesaian, jadi tidak sekedar
menggambarkan gejala saja. Dalam hal ini permasalahan yang dirumuskan
berupa problematika yang

membutuhkan penyelesaian. Permasalahan

demikian biasanya dimulai dengan kata tanya mengapa (why). Dengan kata
tanya ini berarti dalam masalah terdapat perbedaan antara keadaan ideal atau
seharusnya dengan kenyataan yang terjadi.
Contoh : Mengapa terjadi ketidak pastian hukum dalam pengaturan perijinan
penanaman modal di Indonesia ?

12

Tugas Final Filsafat Ilmu Mencari Kebenaran

2. Studi pustaka untuk merumuskan kerangka berfikir dalam pengujian hipotesis


Studi pustaka atau studi teoritis merupakan rangkaian argumentasi yang
menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai factor yang saling
mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berfikir ini disusun
secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya
dengan memperhatikan factor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
Dalam praktek, kegiatan studi pustaka dapat saja terjadi bersamaan dengan
perumusan permasalahan. Hal ini terjadi misalnya karena peneliti sudah memiliki
gambaran umum permasalahan tetapi belum memiliki keyakinan yang pasti
tentang masalah yang akan dirumuskan, sehingga studi pustaka akan sangat
membantu perumusan masalah kearah yang lebih tepat.

3. Perumusan hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan jawaban atas
pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka
berfikir yang dikembangkan dari hasil studi pustaka.
Perlu untuk ditekankan sekali lagi bahwa tidak semua penelitian mutlak
memerlukan hipotesis. Hipotesis wajib pada penelitian yang bertujuan untuk
menguji hubungan antar variable penelitian atau pada penelitian preskriftive yang
bertujuan

untuk

merumuskan

sebuah

pemecahan

masalah

kebenarannya atas sebuah problematika yang sedang terjadi.

4. Merumuskan model untuk menguji hipotesis

13

yang

teruji

Tugas Final Filsafat Ilmu Mencari Kebenaran

Kegiatan ini tentunya diperlukan bagi bentuk-bentuk penelitian yang


mutlak membutuhkan hipotesis. Sebelum hipotesis diuji haruslah terlebih dahulu
disusun sebuah model untuk menguji kebenran hipotesis. Salah satu model untuk
uji hipotesis misalnya dengan menggunakan metode uji statistic, yang banyak
dipergunakan dalam ilmu-ilmu sosial atau ekonomi. Atau dalam ilmu pasti dengan
menggunakan rumus atau formula tertentu untuk menguji hipotesis.

5. Mengumpulkan data
Data sangat diperlukan untuk menguji hipotesis. Data dapat dikumpulkan
dengan menggunakan sejumlah metode pengumpulan data tergantung pada jenis
data yang akan dikumpul serta metode penelitian yang akan dikumpulkan.
Misalnya dalam penelitian kuantitatif banyak dipergunakan metode pengumpulan
data melalui quesioner atau angket yang diedarkan kepada responden penelitian.
Dalam penelitian kualitatif misalnya dipergunakan metode pengumpulan data
melalui wawancara mendalam (in-depth interview). Lebih lanjut masalah ini akan
dibahas pada pertemuan-pertemuan berikutnya.

6. Menyusun, menganalisis atau mengiterpretasi data


Setelah data terkumpul kemudian data tersebut disusun secara sistematis
untuk memudahkan proses analisis data. Penyusunan data dapat dilakukan dengan
menggunakan table, diagram, atau dengan menggunakan bantuan computer.
Setelah data tersaji dan dianalisis kemudian data tersebut diinterpretasikan oleh
Peneliti.

14

Tugas Final Filsafat Ilmu Mencari Kebenaran

7. Penarikan kesimpulan
Kesimpulan merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan
diterima atau ditolak. Sekiranya dalam pengujian terdapat cukup fakta yang
mendukung hipotesis maka hipotesis diterima. Sebaliknya apabila dalam
pengujian ternyata banyak fakta yang tidak mendukung hipotesis maka hipotesis
tersebut ditolak. Hipotesis yang diterima inilah kemudian diterima sebagai sebuah
kebenaran dalam perspektif ilmu pengetahuan. Dengan demikian dalam sebuah
penelitian ilmiah antara permasalahan, hipotesis dan kesimpulan wajib konsisten
satu dengan yang lain.

Kedudukan Penelitian Ilmiah dalam Struktur Ilmu Pengetahuan


Dalam kajian filsafat ilmu pengetahuan, diterima secara umum bahwa
tubuh ilmu pengetahuan terbagi dalam tiga pilar utama, yakni ontologi,
epistemologi dan aksiologi. Ontologi adalah sebuah bidang kajian yang
mempelajari tentang hakekat yang dikaji oleh sebuah ilmu pengetahuan atau
cabang ilmu pengetahuan. Singkatnya apa saja yang dipelajari dalam satu ilmu
pengetahuan tertentu merupakan kajian ontologis atas ilmu pengetahuan tersebut.
Berdasarkan kajian inilah kita bisa memahami bahwa ilmu hukum dalam arti yang
sederhana mengkaji kaidah-kaidah hukum yang mengatur kehidupan masyarakat
agar kehidupan tersebut tertata sedemikian rupa sehingga tercipta kehidupan yang
aman, tertib dan moderen.
Epistemologi adalah sebuah kajian mengenai cara sebuah pengetahuan
mencari atau mendapatkan kebenaran. Bidang kajian inilah yang memiliki

15

Tugas Final Filsafat Ilmu Mencari Kebenaran

hubungan keterkaitan langsung dengan metode penelitian. Sebuah ilmu


pengetahuan harus memiliki cara tertentu untuk menemukan kebenaran. Dengan
demikian metode penelitian adalah syarat wajib bagi sebuah ilmu pengetahuan.
Oleh karena setiap ilmu pengetahuan memiliki karakter tertentu yang
membedakannya dengan ilmu pengetahuan lain, maka adalah hal yang wajar jika
setiap ilmu pengetahuan memiliki metode penelitian yang berbeda. Perbedaan ini
bisa disebabkan misalnya oleh karena perbedaan objek kajian. Ilmu pengetahuan
alam (fisika, kimia, dan lain-lain) yang focus kajiannya adalah gejala-gejala alam
tentu sangat berbeda metode penelitiannya dengan ilmu-ilmu sosial yang focus
pada gejala-gejala sosial. Berbeda pula dengan ilmu kemanusiaan (humaniora)
seperti ilmu hukum yang fokus kajiannya lebih kepada gejala-gejala kemanusiaan
yang terimplementasi melalui norma-norma hukum.
Aksiologi adalah cabang pengetahuan yang memberikan kajian tentang
sisi manfaat sebuah ilmu. Dengan kata lain manfaat apa yang bisa diberikan oleh
suatu cabang ilmu pengetahuan dan metodenya bagi kehidupan manusia adalah
koridor bagi aksiologi ilmu pengetahuan. Sebuah cabang ilmu pengetahuan
belumlah dapat dikatakan sebagai ilmu jika ilmu tersebut tidak memberikan
manfaat bagi kehidupan manusia.
Jika diperhatikan uraian tersebut, jelaslah bahwa metode penelitian
mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam ilmu pengetahuan. Ketiadaan
sebuah metode untuk menemukan kebenaran menyebabkan cacatnya status
sebuah cabang ilmu untuk bisa dikatakan sebagai ilmu. Dengan demikian jika
orang-orang hukum mengakui bahwa hukum adalah salah satu cabang ilmu
pengetahuan, maka sudah pasti mereka harus mampu menguasai metode

16

Tugas Final Filsafat Ilmu Mencari Kebenaran

penelitian yang diterima dalam ilmu pengetahuan tersebut. Tidak salah jika
dikatakan bahwa kedudukan gelar Sarjana Hukum adalah cacat untuk diemban
jika yang bersangkutan sendiri tidak memahami metode penelitian yang diterima
dalam ilmu hukum.

Hubungan antara Penelitian, Ilmu dan Kebenaran


Telah disinggung sebelumnya bahwa penelitian tak lain adalah sebuah
proses yang komprehensif dan sistematis untuk menghasilkan sebuah ilmu
pengetahuan. Dalam kerangka yang lebih luas, ilmu bukan merupakan hasil akhir.
Ilmu pengetahuan justru adalah sebuah proses untuk menghasilkan suatu hasil
akhir yang disebut dengan kebenaran. Jadi, hasil akhir yang ingin dicapai oleh
sebuah metode penelitian adalah kebenaran.
Kebenaran yang dihasilkan dari sebuah metode penelitian yang absah
adalah sebuah kebenaran ilmu yang teruji dan terukur. Namun meskipun
demikian, dalam perspektif ilmu pengetahuan diterima secara umum bahwa
makna dari kebenaran tersebut tidak bersifat mutlak tetapi relative. Kebenaran
yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dengan demikian adalah kebenaran
relative atau umum disebut dengan kebenaran yang mendekati kebenaran. Oleh
karena itu tidak tertutup kemungkinan sebuah kebenaran diuji kembali dengan
menggunakan metode penelitian yang sudah ada. Dalam siklus ini kebenaran
adalah feed back atau umpan balik untuk menemukan kebenaran lainnya. Secara
sederhana siklus ini dapat digambarkan sebagai berikut :

17

Tugas Final Filsafat Ilmu Mencari Kebenaran

Gambar 1
Hubungan Penelitian, Ilmu dan Kebenaran
KEBENARAN
KEBENARAN

PENELITIAN
PENELITIAN

ILMU
ILMU

Kebenaran yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan bersifat tidak absolute.


Pada dasarnya kebenaran ilmu pengetahuan adalah hasil kesepakatan masyarakat
ilmu pengetahuan itu sendiri dalam suatu masa tertentu. Dengan demikian
kebenaran ilmu pengetahuan dapat ditumbangkan oleh hasil penelitian ilmiah
lebih lanjut yang didukung oleh fakta-fakta empiris dapat membuktikan
sebaliknya. Disinilah pentingnya kegiatan penelitian. Apabila kegiatan penelitian
berhenti maka konsekuensinya kebenaran yang tidak absolute tersebut makin lama
semakin kabur maknanya atau sebaliknya kebenaran tersebut pada suatu saat
tertentu ternyata sudah tidak valid tanpa disadari oleh komunitas ilmu
pengetahuan.
Bagaimanakah makna kebenaran ?. Dalam filsafat ilmu kebenaran tidak
diterima dengan satu cara. Setidaknya ada tiga cara orang menerima sesuatu itu
benar, yakni :

1. kebenaran berdasarkan teori koherensi

18

Tugas Final Filsafat Ilmu Mencari Kebenaran

Dalam hal ini suatu pernyataan dikatakan benar apabila pernyataan


tersebut koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan benar yang sudah
ditemukan sebelumnya. Dalam praktek penelitian hal ini tercermin dari
penyusunan kerangka berfikir atau landasan teoritis atau studi pustaka. Studi
pustaka adalah kumpulan argumentasi teoritis yang dikemukakan sejumlah ahli
terdahulu yang sudah diuji kebenarannya dan selanjutnya dijadikan sebagai
kerangka analisis penelitian yang dilakukan saat itu.
Sebuah hasil penelitian berdasarkan kerangka berfikir koheren dapat
diterima jika argumentasi teoritis yang dipergunakan sebagai dasar analisis adalah
argumentasi yang benar dan relevan dengan objek penelitian. Kesalahan dalam
memilih landasan teoritis menyebabkan jawaban permasalahan dipandang tidak
tepat. Atau lazim didengar bahwa penelitian yang demikian adalah penelitian yang
mengambang karena tidak jelas dasar berpijaknya secara teoritis.
Logika penalaran yang dipergunakan dalam teori kebenaran koheren
adalah logika deduktif, dimana proses penalaran dimulai dari sebuah kebenaran
umum menuju kebenaran yang lebih khusus. Logika ini banyak dipergunakan
dalam penelitian-penelitian ilmu pasti seperti ilmu matematika. Dimana dasar
berfikir dilandaskan pada rumus-rumus umum yang sudah ada ditemukan oleh
pakar-pakar terdahulu dan sudah diterima kebenarannya.

2. Kebenaran berdasarkan teori korespondensi


Dalam teori ini suatu pernyataan dikatakan benar apalagi isi pernyataan
tersebut berkoresponden dengan objek factual yang terkandung pernyataan
tersebut. Dengan bahasa yang sederhana sebuah pernyataan baru dianggap benar

19

Tugas Final Filsafat Ilmu Mencari Kebenaran

apabila didukung oleh fakta-fakta empiris (kenyataan). Misalnya pernyataan


bahwa saat ini hujan dipandang benar jika secara kenyataan bahwa hujan memang
sudah turun. Jika hari mendung, awan hitam disertai angin yang bertiup kencang
belum dianggap fakta yang mendukung kebenaran pernyataan tersebut. Fakta
empiris turunnya hujan adalah satu-satunya fakta yang berkoresponden dengan
pernyataan tadi.
Logika penalaran yang dipergunakan dalam teori kebenaran ini adalah
logika induktif, dimana kebenaran dimulai dari satu atau beberapa kebenaran yang
bersifat khusus untuk kemudian merumuskan sebuah pernyataan benar yang
bersifat umum. Jadi, logika induktif menarik kesimpulan melalui proses
generalisasi fakta-fakta empiris.

3. Kebenaran berdasarkan teori kebenaran pragmatis


Dalam teori ini sesuatu dipandang benar jika pernyataan tersebut
mempunyai manfaat praktis yang dapat diterapkan atau dipergunakan manusia.
Fokus kebenaran adalah manfaat praktis dari suatu temuan penelitian, tanpa
terlalu mempersoalkan landasan teoritis ataupun korespondensinya dengan faktafakta empiris.
Uraian-uraian diatas dapat membantu menyadarkan kita bahwa kebenaran
yang dihasilkan pemikiran manusia tidak bersifat absolute, karena cara pandang
yang berbeda dalam menerima kebenaran bisa menyebabkan suatu pernyataan
dipandang benar oleh sekelompok oranng, akan tetapi dipandang sebaliknya oleh
kelompok lain. Inilah hakikat dasar kebenaran yang bisa dicapai oleh pemikiran
manusia.

20

Tugas Final Filsafat Ilmu Mencari Kebenaran

Ilmu

pengetahuan

melalui

metode

penelitian

ilmiah

mencoba

mempertinggi tingkat kebenaran yang tidak absolute tersebut dengan memadukan


logika deduktif dan logika induktif. Sebuah penelitian ilmiah terlebih dahulu
disusun berdasarkan kerangka penalaran deduktif dengan merumuskan landasaran
teoritis (kajian pustaka, landasan teori), kemudian mengumpulkan fakta-fakta
empiris yang mendukung landasan teoritis tersebut. Data empiris kemudian
diverifikasi dengan menjadikan landasan teoritis/ kajian pustaka sebagai kerangka
acuan. Dalam tahap ini logika yang dipergunakan adalah logika induktif.
Sehingga diharapkan kebenaran penelitian ilmiah dapat diterima berdasarkan
sudut pandang teori kebenaran koheren maupun koresponden.

21

You might also like